You are on page 1of 26

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Air

Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan mahluk hidup dibumi
ini. Fungsi air bagi kehidupan tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Mengingat
pentingnya peran air, sangat diperlukan adanya sumber air yang dapat menyediakan air
yang baik dari segi kuantitas dan kualitasnya.
Secara global kuantitas air di bumi ini relatif tetap, sedangkan kualitasnya makin
hari semakin menurun. Kuantitas dan kualitas air yang dibutuhkan manusia merupakan
faktor penting yang menentukan kesehatan hidup. Air yang digunakan manusia adalah air
permukaan tawar dan air tanah murni. Di Indonesia , umumnya sumber air minum berasal
dari air permukaan(surface water), air tanah(ground water), dan air hujan. Pada daerah
kering sebagian kebutuhan airnya berasal dari lautan, suatu sumber yang akan menjadi
penting setelah persediaan air tawar dunia relative berkurang dibandingkan kebutuhan
(Achmad, 2004).
Dari sekitar 1.386 juta km3 air yang ada di bumi, sekitar 1.337 juta km3 atau
97,39% berada di samudera dan lautan, dan hanya sekitar 35 juta km3 (2,35%) berupa air
tawar di daratan, dan sisa nya dalam bentuk gas/uap (Suripin, 2001).

2.1.1. Siklus hidrologi

Lingkungan air disebut juga Hidrosfir. Lingkungan air sangat erat kaitannya dengan
manusia. Sekalipun air jumlahnya relatif konstan, tetapi air tidak diam, melainkan
bersirkulasi akibat pengaruh cuaca, sehingga terjadi suatu siklus yang disebut siklus
hidrologi.
Secara umum siklus hidrologi di mulai dari lautan dan dapat diterangkan sebagai
berikut; air menguap akibat panasnya matahari. Penguapan ini terjadi pada air permukaan,
air yang berada di dalam lapisan tanah bagian atas(evaporasi), air yang ada didalam
tumbuhan(transpirasi), hewan dan manusia(transpirasi respirasi). Uap air ini memasuki

Universitas Sumatera Utara

atmosfir. Didalam atmosfir uap ini akan menjadi awan, dan dalam kondisi cuaca tertentu
dapat mendingin dan berubah bentuk menjadi tetesan-tetesan air dan jatuh kembali
kepermukaan bumi sebagai hujan. Air hujan ini ada yang mengalir langsung masuk
kedalam permukaan(runoff), ada yang meresap kedalam tanah(perkolasi) dan menjadi air
tanah, baik yang dangkal maupun yang dalam dan ada juga yang diserap oleh tumbuhan.
Air tanah akan timbul kepermukaan sebagai mata air dan menjadi air permukaan. Air
permukaan bersama-sama dengan air tanah dangkal dan air yang berada dalam tubuh akan
menguap kembali menjadi awan, maka siklus hidrologis akan kembali berulang
(Mulia, 2005).
Seperti yang telah diterangkan di atas, siklus hidrologi yang kontinu antara air laut
dan air daratan dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 2.1. Siklus Hidrologi


(Sumber: Suripin, 2001)

Universitas Sumatera Utara

2.1.2. Sifat sifat air

Menurut waktu dan tempat, air berubah kedalam tiga bentuk/ sifat yakni air sebagai bahan
padat, air sebagai cairan dan air sebagai uap seperti gas. Air mempunyai volume yang
minimum pada suhu 4C. lebih rendah dari 4C, volume air menjadi agak besar.
Pada pembekuan, volume es menjadi 1/11 kali lebih besar dari volume air semula.
Mengingat es mengambang di permukaan air (karena es lebih ringan dari air), maka
keseimbangan antara air dan es dapat dipertahankan oleh pembekuan dan pencairan. Jika
es lebih berat dari air, maka es itu akan tenggelam ke dasar laut atau danau dan makin lama
makin menumpuk yang akhirnya akan menutupi seluruh dunia.
Air mempunyai kapasitas menahan panas(heat holding capacity) yang sangat besar,
demikian juga air dapat dengan mudah melarutkan banyak bahan.
Sifat-sifat fisik air antara lain:

Titik beku 0C

Massa jenis es( 0C) 0,92 gr/cm3

Massa jenis air( 0C) 1,00 gr/cm3

Panas lebur 80 kal./gr

Titik didih 100C

Panas penguapan 540 kal./gr

Temperatur kritis 347C

Tekanan kritis 217 Atm

Konduktivitas listrik spesifik(25C) 1x 10-17/ohm-cm

Konstanta dielektrik(25C) 78
Air laut mempunyai titik beku(-1,9C), massa jenis air tawar terbesar pada 4C,

sedangkan air laut(kadar garam 3%) mempunyai massa jenis terbesar pada(-3,5C)
(Gabriel, 2001).

Universitas Sumatera Utara

2.2. Sumber sumber air


2.2.1. Air laut

Air laut mempunyai sifat asin, karena mengandung garam NaCl. Kadar garam NaCl dalam
air laut 3%, maka air laut tidak memenuhi syarat untuk air minum.

2.2.2. Air atmosfir

Air hujan merupakan jenis air yang paling murni. Namun saat air hujan turun ke bumi, air
hujan akan melarutkan partikel-partikel debu dan gas yang terdapat dalam udara. Dengan
demikian

air

hujan

yang

sampai

di

permukaan

bumi

sudah

tidak

murni

(Chandra, 2007).
Air hujan jumlahnya sangat terbatas, dipengaruhi oleh musim, jumlah, intensitas
dan distribusi hujan. Air hujan juga dipengaruhi oleh letak geografis suatu daerah dan lainlain. Kualitas air hujan sangat dipengaruhi oleh kualitas udara atau atmosfir di daerah
tertentu yang berbeda-beda sesuai dengan alam, kondisi aktivitas manusia yang berbeda di
sekitarnya (Suripin, 2001).
Untuk menjadikan air hujan sebagai sumber air minum hendaknya pada waktu
menampung air hujan jangan dimulai pada saat hujan turun. Karena masih mengandung
banyak kotoran, misalnya pengotoran udara yang disebabkan oleh industri/debu dan gas.
Air hujan mempunyai sifat yang agresif terutama terhadap pipa-pipa penyalur yang
dapat mempercepat terjadinya korosi(karatan) dan air hujan juga mempunyai sifat yang
lunak.

2.2.3. Air permukaan

Air permukaan berasal dari aliran langsung air hujan, lelehan salju, dan aliran yang berasal
dari air tanah. Yang termasuk air permukaan adalah air sungai, rawa-rawa, danau, dan
waduk (Suripin, 2001).
Kualitas air permukaan tergantung dari daerah yang dilewati oleh aliran air. Pada
umumnya, kekeruhan air permukaan cukup tinggi karena banyak mengandung lempung
substansi organik. Sehingga ciri air permukaan yaitu melebihi padatan terendap
(dissolved solid) rendah, dan bahan tersuspensi(suspended solid) tinggi. Atas dasar

Universitas Sumatera Utara

kandungan bahan terendap dan bahan tersuspensi tersebut maka kualitas air sungai relatif
lebih rendah daripada kualitas air danau, pond, rawa, dan reservoar. Air permukaan
dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat, setelah melalui proses tertentu.

2.2.4. Air tanah

Air tanah(ground water) adalah air yang bergerak dalam tanah, terdapat diantara butirbutir tanah atau dalam retakan bebatuan. Air tanah lebih banyak tersedia daripada air
hujan. Ciri-ciri air tanah yaitu memiliki suspended solids rendah dissvolved solids tinggi.
Dengan demikian maka permasalahan pada air tanah yang mungkin timbul adalah
tingginya angka kandungan Total Dissvolved Solids(TDS), besi, mangan, kesadahan. Air
tanah dapat berasal dari mata air di kaki gunung, atau sepanjang aliran sungai atau berasal
dari air tanah dangkal dengan kedalaman antara 15 - 30 meter, yaitu berupa air sumur gali,
sumur bor tangan, atau bahkan terkadang mencapai lebih dari 100 meter.
Cara pengambilan air tanah yang paling tua dan sederhana adalah dengan membuat
sumur gali(dug wells) dengan kedalaman lebih rendah dari posisi permukaan air tanah.
Jumlah air yang dapat diambil dari sumur gali biasanya terbatas, dan yang diambil adalah
air tanah dangkal.
Air tanah terbagi menjadi 3 bagian antara lain:
a. Air tanah dangkal terjadi karena adanya daya proses peresapan air dari permukaan
tanah. Air tanah dangkal dimanfaatkan untuk sumber air minum melalui sumursumur dangkal. Air sumur dangkal ini terdapat pada kedalaman 15 30meter.
Sebagai air minum, air tanah dangkal dari segi kualitas agak baik. Kuantitas
kurang cukup dan tergantung musim.
b. Air tanah dalam
Air tanah dalam dalam terdapat setelah rapat air yang pertama. Pengambilan air
tanah dalam tidak semudah pada air tanah dangkal. Dalam hal ini harus digunakan
bor memasukkan pipa kedalamnya sehingga kedalaman antara 100 300meter
akan didapat lapisan air. Kualitas air tanah dalam pada umumnya lebih baik dari air
tanah dangkal, karena penyaringan nya lebih sempurna.

Universitas Sumatera Utara

c. Mata air
Mata air adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah. Mata
air berasal dari tanah dalam hampir tidak terpengaruh oleh musim dan kualitas nya
sama dengan keadaan air dalam (Sutrisno, 1987).

2.2.4.1. Penyusutan air tanah

Air tanah empat puluh kali lebih banyak dari air tawar di permukaan. Di Indonesia
kebutuhan air tawar untuk kota-kota dan desa-desa masih lebih banyak dicukupi oleh air
air tanah. Sumber air tanah dapat terisi ulang, tetapi prosesnya sangat lambat. Kini
pengambilan air tanah lebih banyak dari pengisian ulang alami, mengakibatkan perubahan
lahan dan subsidensi serta susupan air asin lebih jauh kedaratan di Kota-kota dekat pantai
(Mulyanto, 2007).

2.2.4.2. Kondisi air tanah

Jika air tanah yang dipompa melebihi besarnya pengisian kembali(recharge), maka akan
terjadi pengurangan volume air tanah yang ada. Berkurangnya volume air tanah akan
kelihatan dalam bentuk penurunan permukaan air tanah atau penurunan tekanan air tanah
secara terus menerus yang dapat mengakibatkan penerobosan air laut(air asin) ke dalam air
tanah. Penerobosan air asin kedalam air tanah mengakibatkan air sumur tidak dapat
digunakan untuk kebutuhan air minum, sehingga dapat menimbulkan problem sosial yang
besar bagi penduduk sekitarnya(Sosrodarsono dan Takeda, 1993).
Penyadapan air dari dalam tanah dengan laju yang melebihi pemulihannya akan
mengakibatkan turunnya permukaan air tanah serta meningkatkan biaya pemompaan
(Linsley dan Franzini, 1991).
Akan tetapi penurunan permukaan tanah atau penerobosan air asin tidak seluruhnya
diakibatkan oleh pemompaan yang berlebihan, kejadian-kejadian tersebut mempunyai
hubungan yang erat dengan kondisi geologi di lokasi air tanah dan jenis air tanah di daerah
tersebut.

Universitas Sumatera Utara

2.3. Mutu air tanah

Mutu air tanah dari suatu tempat ke tempat lain sangat beragam tergantung dari jenis
batuan, dimana air itu meresap, mengalir dan berakumulasi, serta kondisi lingkungan.
Dalam Peraturan Pemerintah R.I. No. 82 Tahun 2001, mutu air ditetapkan melalui
pengujian parameter fisika, parameter kimia, parameter mikrobiologi dan parameter
radioaktivitas.

2.3.1. Parameter fisika

1. TDS(Total dissolved solid)


Tubuh kita terdiri dari 80% air, maka air memiliki peranan yang sangat penting
untuk menjaga kesehatan. Banyak diantara kita hanya mengetahui bahwa air yang
layak konsumsi adalah air yang bebas bakteri dan virus, padahal kualitas air yang
layak konsumsi lebih dari itu. Salah satu faktor yang sangat penting dan
menentukan

bahwa

air

yang

layak

konsumsi

adalah

kandungan

TDS

(Total Dissolved Solids) atau kandungan unsur mineral dalam air.


TDS adalah banyaknya total bahan-bahan padatan yang terlarut dalam
suatu larutan(diameter < 10-6) dan koloid(diameter 10-6 10-3 mm) yang berupa
senyawa-senyawa kimia dan bahan-bahan lain, misalnya zat kapur, besi, timah,
magnesium, tembaga, sodium, chloride, dan chlorine. Umumnya berdasarkan
definisi diatas seharusnya zat yang terlarut dalam air(larutan) harus dapat melewati
saringan yang berdiameter < 10-6 dan koloid berdiameter 10-6 10-3 mm. Bila
TDS bertambah maka kesadahan akan naik. Kesadahan yang tinggi dapat
mengakibatkan terjadinya endapan / kerak pada sistem perpipaan (Mulia, 2005).
Menurut standar WHO, air minum yang layak dikonsumsi memiliki kadar
TDS <100 ppm(parts per million), sedangkan menurut DEPKES RI melalui
PERMENKES

907/Menkes/SK/VII/2002

standart

TDS

maksimum

adalah

1000 mg/liter..

Universitas Sumatera Utara

2. Temperatur
Selain itu juga air tidak boleh memiliki perbedaan temperatur yang mencolok
dengan udara sekitar(udara ambien). Di Indonesia, temperatur air minum idealnya
kurang lebih 3C, dari temperatur udara air yang secara mencolok mempunyai
temperatur diatas atau dibawah udara berarti mengandung zat-zat tertentu
(misalnya fenol yang terlarut) atau sedang terjadi proses biokimia yang
mengeluarkan atau menyerap energi dalam air.
Temperatur sangat bergantung pada tempat dimana air tersebut berada, misalnya di
pegunungan temperatur air akan lebih dingin dibandingkan temperatur air di laut.
3. Daya Hantar Listrik(DHL)
Konduktivitas air bergantung pada jumlah ion-ion terlarut per volumenya dan
mobilitas ion-ion tersebut. Satuannya adalah(mho/cm, 25C). Konduktivitas
bertambah dengan jumlah yang sama dengan bertambahnya salinitas. Secara
umum, faktor yang paling dominan dalam perubahan konduktivitas air adalah
temperatur. Untuk mengukur konduktivitas digunakan Konduktivitimeter.
Berdasarkan harga DHL, jenis air juga dapat dibedakan harga pengukuran daya
hantar listrik dalam mho/cm pada temperatur 25C menunjukkan klasifikasi air
sebagai berikut:

Tabel 2.1 Klasifikasi air berdasarkan Daya Hantar Listrik (DHL)

No

DHL(mho/cm, 25C)

Klasifikasi

0,055

Air Murni

0,5-5

Air Suling

5-30

Air Hujan

30-200

Air Tanah

45000-55000

Air Laut

Sumber : Davis dan Wiest, 1996

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan batas konduktivitas listrik klasifikasi intrusi air laut dapat juga
dibedakan yaitu sebagai berikut :
Tabel 2.2. Klasifikasi Intrusi Air Laut Berdasarkan Konduktivitas Listrik

No.

Batas Konduktivitas (mho/cm, 25C)

Klasifikasi Intrusi

1.

200,00

Tidak Terintrusi

2.

200.01 229,24

Terintrusi sedikit

3.

229,25 387,43

Terintrusi sedang

4.

387,44 534,67

Terintrusi agak tinggi

5.

534,67

Terintrusi tinggi

Sumber : Davis dan Wiest, 1996


3. Bau dan rasa
Air yang baik idealnya tidak berbau dan tidak berasa. Bau air dapat disebabkan
oleh bahan-bahan kimia terlarut, ganggang, plankton, tumbuhan air dan hewan air,
atau proses penguraian bahan organik yang terdapat di dalam air. Secara fisika, air
bisa dirasakan oleh lidah. Air yang terasa asam, manis, pahit atau asin menunjukan
air tersebut tidak baik. Rasa asin disebabkan adanya garam-garam tertentu yang
larut dalam air, sedangkan rasa asam diakibatkan adanya asam organik maupun
asam anorganik.
4. Kekeruhan
Air yang mengandung material kasat mata dalam larutan disebut keruh. Air yang
baik idealnya harus jernih. Air yang keruh disebabkan oleh adanya butiran-butiran
koloid dari tanah liat. Semakin banyak kandungan koloid maka air semakin keruh.
Disamping itu air yang keruh sulit didesinfeksi, karena mikroba patogen dapat
terlindung oleh partikel tersebut. Kekeruhan air minum dibatasi tidak lebih dari
10 mg/liter(skala silica), lebih baik kalau tidak melebihi 5 mg/liter.

Universitas Sumatera Utara

2.3.2. Parameter kimiawi

1. Klorida( Cl )
.

Klorida adalah merupakan anion pembentuk Natrium Klorida yang menyebabkan


rasa asin dalam air bersih(air sumur). Kadar klorida pada sampel air dengan
menggunakan metode Argentometri di dapatkan nilai kadar klorida 9,10 mg/liter,
dan telah memenuhi persyaratan kualitas air minum. Sesuai dengan Permenkes, R.I
No. 907/ Menkes/ SK/ VII/ 2002, sebagaimana kadar maksimal Klorida yang
diperbolehkan untuk air minum adalah 250 mg/ liter.

Tabel 2.3. Klasifikasi air berdasarkan konsentrasi klorida

No

Konsentrasi Cl (mg/l)

Klasifikasi

0 200

Air murni

201 600

Air suling

> 600

Air asin
Sumber: Davis dan Wiest, 1996

2. pH( Keasaman)
Derajat keasaman air minum harus netral, tidak boleh bersifat asam atau basa.
Contoh air yang terasa asam adalah air gambut. Air murni mempunyai

pH = 7.

Air dengan pH diatas 7 bersifat asam, dan pH lebih kecil dari 7 bersifat basa
(rasanya pahit). Nilai pH dapat diukur dengan potensiometer, yang mengukur
potensi listrik yang dibangkitkan oleh ion-ion H+. Air yang tercemar memiliki pH
yang sangat asam atau pH cendrung basa.
3. Alkalinitas
Banyak air bersifat alkaline karena garam-garam alkaline sangat umum berada di
tanah. Alkalinitas dinyatakan dalam mg/lt ekivalen Kalsium Karbonat. Ketidak
murnian air diakibatkan adanya Karbonat dan Bikarbonat dari Kalsium, Sodium,
dan Magnesium.

Universitas Sumatera Utara

4. Kesadahan
Kesadahan air adalah kandungan mineral-mineral tetentu di dalam air, umumnya
Ion Kalsium(Ca), dan Magnesium(Mg) dalam bentuk garam Karbonat. Air sadah
juga merupakan air yang memiliki kadar mineral yang tinggi. Air dengan
kesadahan yang tinggi memerlukan sabun lebih banyak sebelum terbentuk busa.
(Mestati, 2007).

Tabel 2.4. Kesadahan Air

No
1

Kelas

Kesadahan

0 - 55

56 100

101- 200

201 - 500

Lunak

Sedikit sadah

Moderat

Sangat

sadah

sadah

(mg/lt)
2

Derajad
Kesadahan

Sumber: Suripin, 2001


Berdasarkan tingkat kesadahannya, air dapat dibedakan menjadi beberapa macam
yaitu: air lunak, air agak sadah, air sadah, air sangat sadah ( Fardiaz, 1992).

2.3.3. Parameter mikrobiologi

Penentuan parameter mikrobiologi dimaksudkan untuk mencegah adanya mikroba patogen


di dalam air minum. Jenis-jenis organisme yang hidup yang mungkin terdapat dalam air
meliputi bakteri. Keberadaan dan ketidakberadaan bakteri ini sangat menentukan kualitas
air bersih.
Pengujian parameter mikrobiologi dilakukan melalui pengukuran kadar fecal
coliform dan total coliform di dalam air.

2.3.4. Parameter radioaktivitas

Pembuangan sisa zat radioaktif ke lingkungan air secara tidak langsung tidak
diperbolehkan. Namun, mengingat aplikasi teknologi nuklir yang menggunakan zat
radioaktif pada berbagai bidang

maka kemungkinan zat radioaktif ikut terbawa

kelingkungan air.

Universitas Sumatera Utara

Pengujian parameter radioaktivitas dilakukan dengan pengukuran GrossA dan


GrossB yang terdapat di dalam air.
2.4. Pencemaran air

Dengan perkembangan Ilmu dan teknologi, terjadi juga peningkatan aktivitas manusia.
Tidak jarang aktivitas manusia dapat menyebabkan penurunan kualitas(mutu) air. Bila
penurunan mutu air tidak diminimalkan maka akan terjadi pencemaran air.
Peraturan Pemerintah R.I No. 82 Tahun 2001 menyebutkan:
Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya mahluk hidup, zat energi,
dan atau komponen lain kedalam air dan atau berubahnya tatanan air oleh kegiatan
manusia, sehingga kualitas air turun sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan
air tidak dapat berfungsi lagi sesuai peruntukannya.
Di Indonesia, peruntukan badan air/ air sungai menurut kegunaannya ditetapkan
oleh Gubernur. Peraturan Pemerintah R.I No. 20 Tahun 1990, mengelompokkan kualitas
air menjadi beberapa golongan menurut peruntukannya.
Adapun penggolongan air menurut peruntukannya adalah sebagai berikut:
Golongan A : Air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa
pengolahan terlebih dahulu.
Golongan B : Air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum.
Golongan C : Air yang dapat dipergunakan untuk keperluan perikanan dan
peternakan .
Golongan D : Air yang dapt digunakan untuk keperluan pertanian, usaha di
perkotaan , industri dan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).
Menurut defenisi di atas, bila suatu sumber air yang termasuk dalam golongan B
(air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum) mengalami pencemaran yang
berasal dari air limbah suatu industri sehingga tidak dapat lagi dimanfaatkan untuk air baku
air minum, maka dikatakan sumber air tersebut telah tercemar.

Universitas Sumatera Utara

Pencemaran air dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu:


1. Sumber-sumber langsung
Sumber-sumber langsung adalah buangan( effluent ) yang berasal dari

sumber

pencemarnya yaitu limbah hasil pabrik atau suatu kegiatan dan limbah domestik
berupa buangan tinja dan buangan air bekas cucian, serta sampah. Pencemaran
terjadi karena buangan ini langsung dibuang ke dalam badan air, sistem seperti
sungai, kanal, parit atau selokan.

2. Sumber tidak langsung


Sumber tidak langsung adalah kontaminan yang masuk melalui air tanah akibat
adanya pencemaran pada air permukaan baik dari limbah industri maupun dari
limbah domestik.
Secara umum, penyebab terjadinya pencemaran air antara lain:

Infectious Agents(Mikroorganisme Patogen)

Zat-zat pengikat oksigen

Sedimen

Nutrisi/ unsure hara

Pencemar anorganik

Zat kimia organik

Energi panas

Zat radioaktif

Minyak

Universitas Sumatera Utara

2.5. Akifer

Lapisan yang dapat dilalui dengan mudah oleh air tanah seperti lapisan pasir atau lapisan
kerikil disebut lapisan permeabel. Lapisan yang sulit dilalui air tanah seperti lempung,
disebut lapisan kedap air, atau disebut juga impermeable.
Formasi-formasi yang berisi dan memancarkan air tanah disebut sebagai akifer.
Jumlah air tanah yang dapat diperoleh dari suatu daerah tergantung pada sifat-sifat akifer
yang ada didaerah serta pada luas cakupan dan frekuensi imbuhan. Dengan demikian
karakteristik akifer mempunyai peranan yang menentukan dalam proses pembentukan air
tanah.
Untuk usaha-usaha pengisian kembali air tanah melalui peningkatan proses
infiltrasi tanah serta usaha-usaha reklamasi air tanah, maka kedudukan akifer dapat
dipandang dari dua sisi yang berbeda:
1. Zona akifer tidak jenuh adalah : suatu zona penampung air di dalam tanah yang
terletak di atas permukaan air tanah(water table) baik dalam keadaan alamiah
(permanen) atau sesaat setelah berlangsungnya periode pengambilan air tanah.
2. Zona akifer jenuh adalah : zona penampung air tanah yang terletak di bawah
permukaan air tanah kecuali zona penampung air tanah yang sementara jenuh dan
berada di bawah daerah yang sedang mengalami pengisian air tanah.
Uraian mengenai terbentuknya air tanah menunjukkan bahwa peranan formasi
geologi atau akifer amatlah penting. Formasi geologi tertentu, baik yang terletak pada zona
bebas(unconfined aquifer) maupun zona terkekang(confined aquifer), dapat memberikan
pengaruh tertentu pula terhadap keberadaan air tanah. Dengan demikian, karakteristik
akifer mempunyai peranan yang menentukan dalan proses pembentukan air tanah seperti
pada gambar 2.2 :

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.2. Akifer air tanah


( Sumber: Linsley dan Franzini, 1991 )

2.5.1. Porositas dan permeabilitas

Porositas didefenisikan sebagai perbandingan isi ruang antara butiran(voids) dibagi total isi
suatu material tanah. Porositas merupakan angka tak berdimensi biasanya diwujudkan
dalam bentuk %. Umumnya untuk tanah normal berkisar antara 25% sampai 75%
sedangkan untuk batuan yang terkonsolidasi(consolidated rock) berkisar antara 0% sampai
100%. Biasanya porositas yang tinggi tidaklah menunjukkan bahwa suatu akifer akan
menghasilkan volume air yang besar bagi sebuah sumur.
Permeabilitas(permaebility) adalah kapasitas batuan untuk meloloskan fluida
sangat beragam dari viskositas fluida, tekanan hidrostatik, ukuran bukaan dan terutama
adalah tingkat bukaan yang saling terhubung(porositas efektif). Jika rongga pori sangat
kecil, maka batuan dapat mempunyai porositas yang tinggi tetapi permeabilitasnya rendah
karena air sukar melewati bukaan yang kecil.
Sedangkan parameter permeabilitas merujuk hanya pada sifat-sifat batuan dan
merupakan parameter yang menunjukkan beberapa besar luas area batuan yang dapat
dilalui oleh fluida. Parameter ini umumnya dipakai untuk kepentingan geologi
perminyakan karena keberadaan gas, minyak dan air didalam sistem aliran yang
berdimensi multiphase membuat parameter fluida bebas konduksi(hantaran) lebih atraktif,
biasanya dinyatakan dalam darcy (1darcy adalah 1 cc cairan dengan kecepatan 1 centipoise
melalui 1 cm luas bidang sejauh 1cm dalam 1 detik dengan perbedaan tekanan 1 atm
antar ujungnya) (Kodoaitie, 1996).

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.5. Porositas dan Permeabilitas rata-rata untuk berbagai bahan

No

Nama bahan

Porositas

Permeabilitas

Permeabilitas hakiki

(%)

(m/hari)

darcys

Lempung

45

0,0004

0,0005

Pasir

35

41

50

Kerikil

25

4100

5000

Kerikil dan pasir

20

410

500

Batu pasir

15

4,1

Batu kapur,serpih

0,417

0,05

0,0004

0,0005

padat
7

Kwarsit, granit

Sumber : Linsley dan franzini, 1991

2.6. Intrusi air laut ke akifer air tanah

Air tanah tawar mengalir ke laut lewat akifer-akifer di daerah pantai yang berhubungan
dengan laut dalam keadaan alami. Tetapi karena meningkatnya kebutuhan akan air tawar,
maka aliran air tawar kearah laut telah menurun, atau bahkan sebaliknya air laut mangalir
masuk ke dalam akifer air tawar di daratan karena muka air tanah telah berada dibawah
permukaan air laut yang disebabkan oleh pengambilan air yang berlebihan. Kejadian ini
disebut dengan intrusi air laut.
Jika air laut tersebut telah mengalir ke dalam sumur-sumur di daratan, maka
penyediaan air menjadi tidak berguna

karena akifer telah dicemari oleh air asin

(Soemarto, 1987).
Adapun sebab-sebab utama terjadinya penerobosan air asin ke akifer air tawar
adalah sebagai berikut:
1. Akifer ini berhubungan dengan laut.
2. Penurunan permukaan air cukup besar sehingga dapat mengakibatkan penerobosan
air asin.

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan faktor-faktor tersebut diatas, air tanah yang mempunyai bahaya


penerobosan air asin adalah sebagai berikut:

2.6.1. Air tanah bebas di Pantai

Pencampuran air asin dan air tawar dalam sebuah sumur dapat terjadi dalam hal-hal
sebagai berikut:
1. Dasar sumur terletak dibawah perbatasan antara air asin dan air tawar.
2. Permukaan air dalam sumur selama pemompaan menjadi lebih rendah dari
permukaan air laut, sehingga daerah pengaruhnya mencapai tepi pantai.
3. Keseimbangan perbatasan antara air asin dan air tawar tidak dapat dipertahankan,
perbatasan itu dapat naik secara abnormal yang disebabkan oleh penurunan
permukaan air di dalam sumur selama pemompaan.
Mengingat sumur di tepi pantai itu tidak dapat dipergunakan kembali setelah
dimasuki air asin, maka harus diperhatikan untuk air tanah bebas seperti pada gambar di
bawah ini:

Gambar 2.3. Hukum Herzberg pada air tanah tawar dan asin dekat garis pantai.
( Sumber : Sosrodarsono dan Takeda, 1976 )

Keterangan gambar:
s

: Permukaan air laut

: Batas antara air asin dan air tawar

: permukaan air tanah

: Sumur

Universitas Sumatera Utara

Jika batas antara air asin dan air tawar berada dalam keseimbangan yang statis,
maka untuk zone air tanah bebas dipantai dengan permeabilitas yang kira-kira merata,
berlaku persamaan :
H = 0 ( H + h )

H=

(2. 1)

0
h
0

(2. 2)

dengan :

0 = Kerapatan air tawar (kg/m3)

= Kerapatan air asin ( air laut) (kg/m3)


h = Tinggi dari permukaan air asin ke permukaan air tawar ( m )
H = Kedalaman dari permukaan laut ke batas
(antara air asin dan air tawar) (m)
Untuk 0 = 1.00 (kg/m3), = 1.024(kg/m3) didapat H = 42 h

(2. 3)

Hubungan di atas disebut hukum Herzberg ( Sasrodarsono dan Takeda, 1976 ).


Jika terdapat keadaan yang sesuai dengan hukum Herzberg dimana air asin telah
berada dibawah akifer, maka air asin akan segera menerobos ke dalam sumur setelah
permukaan air yang telah dipompa itu berada lebih rendah dari permukaan air laut.
Demikian pula jika akifer itu tidak tebal, maka penerobosan air asin perlahan-lahan akan
menyebar dari pantai.

Universitas Sumatera Utara

2.6.2. Air tanah terkekang di Pantai

Perbatasan antara air asin dan air tawar dalam akifer terkekang ditentukan oleh dalam nya
akifer, permeabilitas, besar tekanan dan lain-lain. Jadi meskipun sumur itu dalam dan
terletak di tepi pantai, tidak akan terdapat pencampuran air asin. Tetapi kadang-kadang
percampuran itu dapat terjadi meskipun sumur itu dangkal dan cukup jauh dari tepi pantai.
Hal itu dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 2.4. Penerobosan air asin pada air terkekang


( Sumber : Sasrodarsono dan Takeda, 1976 )
Jika tekanan air tanah pada mulut akifer dilaut menjadi lebih rendah dari tekanan
air laut, maka mulailah penerobosan air asin. Mengingat kecepatan sirkulasi air tanah
terkekang dilapisan yang dalam itu rendah, maka kecepatan penerobosan air asin juga
rendah. Akan tetapi pengaruhnya terhadap penduduk besar sekali.
Faktor lingkungan setempat, terutama sifat kemampuan meneruskan air dari jenis
batuan yang menyusunnya serta perbedaan jarak dengan lokasi sumber pencemaran,
memegang peran penting dalam hal terjadinya proses pencemaran air pada banyak sumur.
Perbandingan pengaruh kedalaman serta volume air dalam sumur dari sumber
pencemaran, kondisi akifer secara keseluruhan merupakan faktor yang berpengaruh
terhadap proses pencemaran air tanah. Faktor yang mempengaruhinya antara lain arah

Universitas Sumatera Utara

aliran tanah dalam akifer, macam dan jumlah serta sifat bahan pencemar dalam akifer
berikut interaksi antara bahan pencemar itu sendiri di dalam akifer.

2.7. Pengambilan air tanah melalui sumur

Sumur merupakan sumber utama persediaan air bersih bagi penduduk yang tinggal di
daerah pedesaan maupun di perkotaan Indonesia. Secara teknis sumur dapat dibagi menjadi
dua jenis:
1. Sumur dangkal(shallow well)
Cara pengambilan air tanah yang paling tua dan sederhana adalah dengan membuat
sumur gali dengan kedalaman lebih rendah dari posisi permukaan air tanah. Jumlah
air yang dapat diambil dari sumur gali biasanya terbatas, dan air yang diambil
adalah air tanah dangkal. Untuk pengambilan air yang lebih besar diperlukan luas
dan kedalaman galian yang lebih besar. Kedalaman sumur gali tergantung lapiasan
tanah, ketinggian dari permukaan air laut, dan ada tidaknya air bebas dibawah
lapisan tanah. Sumur gali biasanya dibuat dengan kedalaman tidak lebih dari
5 8 meter dibawah permukaan tanah. Cara ini cocok untuk daerah pantai dimana
air tawar berada diatas air asin.
Berdasarkan jenis tanah dan kedalaman, air bebas sumur gali dapat
diperoleh sebagai berikut:

Tanah berpasir : Sumur gali cukup 6 8 m telah memperoleh air bebas

Tanah liat

: Kedalaman sumur 12 m baru memperoleh air bebas.

Tanah kapur

: Umumnya sumur gali harus 40 m baru diperoleh air bebas.

Keadaan atau sifat air sumur gali antara lain:

Ketinggian air bebas umumnya sekitar 1 3 m dari dasar sumur.

Ketinggian air bebas bervariasi, tergantung jumlah air yang diambil dan
tergantung musim.

Rasa dan warna air tergantung jenis tanah yang ada, tanah sawah air nya
kekuning-

kuningan, tanah berpasir airnya jernih dan rasa nya sejuk, tanah

liat air nya terasa sedikit sepat, tanah kapur airnya terasa sedikit sepat dan

Universitas Sumatera Utara

warnanya kehijau-hijauan, dan tanah gambut airnya berwarna kemerahmerahan seperti teh dan rasanya asam.

Mudah tercemar oleh karena kelalaian dalam menutup mulut sumur.


Mengandung algae dalam jumlah sedikit.
Mengandung bakteri cukup banyak (Gabriel, 2001).

2. Sumur dalam (deep well)


Pengambilan air tanah dilakukan dengan membuat sumur dalam (deep well) atau
yang lazim disebut sumur bor.

Kedalaman sumur bor berdasarkan struktur dan lapisan tanah:

Tanah berpasir: biasanya kedalaman 30 40meter sudah memperoleh air.


Biasanya airnya naik sampai 5 7meter dari permukaan tanah.

Tanah liat/padas: biasanya kedalaman 40 60meter akan diperoleh air yang


baik dan air akan naik mencapai 7 meter dari permukaan tanah

Tanah berkapur: biasanya sumur dibuat dengan kedalaman di atas 60meter


kemungkinan baru mendapat air dan apabila ada air, airnya sukar/tidak bisa
naik ke atas dengan sendirinya.

Tanah berbukit: biasanya sumur dibuat diatas 100meter atau 200meter


kemungkinan tipis sekali untuk memperoleh air. Air yang diperoleh
sukar/tidak bisa naik ke atas dengan senderinya.

.
Keadaan/sifar air sumur bor:

Air nya jernih dan rasa sejuk

Pencemaran air tidak terjadi/sukar terjadi

Jumlah bakteri jauh lebih kecil dari sumur gali.

Jumlah algae di dalam air sumur bor jauh lebih banyak dibandingkan dengan
air sumur gali.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.6. Perbedaan antara sumur dangkal dan sumur dalam

No

Sumur dangkal

Sumur dalam

Sumber air

Air permukaan

Air tanah

Kualitas air

Kurang baik

Baik

Kualitas

Kontaminasi

Tidak

bakteriologis
5

Persediaan

terkontaminasi
Kering pada

Tetap ada

musim kemarau

sepanjang tahun

Sumber: Chandra, 2007


Air tanah yang disedot secara besar-besaran, sehingga terjadi ketidakseimbangan
anatara pengambilan/pemanfaatan dengan pembentukan air tanah. Hal ini dapat
menyebabkan menurunnya permukaan air tanah, di daerah pesisir, penurunan permukaan
air tanah akan mengakibatkan perembesan air laut ke daratan(intrusi), karena tekanan air
tanah menjadi lebih kecil dibandingkan tekanan air laut.

Gambar 2.5. Intrusi Air Laut ke Daratan

Universitas Sumatera Utara

2.8. Konduktivitas larutan elektrolit

Konduktivitas atau daya hantar merupakan ukuran kemampuan mengalirkan arus listrik,
menandakan banyaknya ion (Hartomo dan Widiatmoko, 1992). Alat yang dipergunakan
untuk mengukur konduktivitas larutan disebut konduktivitimeter dengan satuan mikromho
per centimeter( mho / cm ).

Hambatan berbanding terbalik dengan luas penampang dan sebanding dengan


panjang, dengan persamaan :

R=

Konstanta

l
A
perbandingan

(2.4)

disebut

resistivitas

sampel.

Konduktivitas

(K) merupakan kebalikan dari resistivitas, sehingga:


R=

1 l
x
K A

K=

l
RA

(2.5)

atau :

Besar tahanan dinyatakan dalam ohm dan kebalikannya disebut mho. Dalam sistem
satuan SI, kebalikan ohm adalah siemens (S).

2.9. Gambaran umum lokasi penelitian


2.9.1. Keadaan Kota Dumai
Letak geografis

Secara geografis letak dan batas wilayah Kota Dumai terletak di Pesisir Timur Pulau
Sumatera, berhadapan langsung dengan Selat Rupat, dengan koordinat geografis
10102337 10102813 Lintang Utara dan 1023 102423 Bujur Timur, dengan
panjang garis pantai sepanjang 234,2km, ketinggian 3m dari permukaan laut, dan luas
wilayah 1.727,385km2.

Universitas Sumatera Utara

Dumai terdiri dari 5 kecamatan dan 32 Kelurahan, dengan batas- batas sebagai berikut:
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Pulau Rupat, Kabupaten Bengkalis
2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Bukit Batu, Kebupaten Bengkalis
3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis
4.Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Bangko dan Tanah Putih,
Kabupaten Rokan Hilir.

2.9.2. Dumai Timur

Dumai Timur merupakan pemekaran wilayah Kecamatan Kota Dumai. Pada saat sebelum
dilakukan pemekaran Kelurahan, Kecamatan Dumai Timur terdiri dari enam Kelurahan,
kemudian dengan diterbitkannya Perda Kota Dumai Nomor 2 Tahun 2001 maka wilayah
Kelurahan di Kecamatan Dumai Timur telah dimekarkan dari 6(enam) Kelurahan menjadi
9(sembilan) Kelurahan yang terdiri dari:

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Nama Kelurahan
Kelurahan Bintan
Kelurahan Bukit Batrem
Kelurahan Buluh Kasap
Kelurahan Bumi Ayu
Kelurahan Dumai Kota
Kelurahan Jaya Mukti
Kelurahan Sukajadi
Kelurahan Tanjung Palas
Kelurahan Teluk Binjai

Luas
2,4 Km2
1,1 Km2
3,9 Km2
2,0 Km2
12,2 Km2
4,48 Km2
4,48 Km2
4,5 Km2
26 Km2

Secara geografis Kecamatan Dumai Timur terletak di Pusat pemerintahan Kota


Dumai dengan luas 59 Km2 dengan batas-batas sebagai berikut :

Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Rupat

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Bukit Kapur

Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Dumai Barat

Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Medang Kampai.

Universitas Sumatera Utara

2.9.3. Iklim dan curah hujan

Dumai mengalami beberapa perubahan iklim yang sangat dipengaruhi oleh iklim laut
dengan rata-rata curah hujan 200 300m3, dan memiliki dua musim yaitu musim kering/
kemarau dari bulan Maret-Agustus, dan musim hujan dari September-Februari dengan
rata-rata temperatur 24C 33C.

2.9.4. Morfologi dan topografi

Secara fisiografis daerah penelitian merupakan bagian dari dataran rendah bagian Timur
Sumatera, termasuk kedalam zona cekungan Sumatera Tengah. Berdasarkan atas bentuk,
ketinggian, relief dan litologinya, bentang alam di daerah penelitian dipisahkan menjadi
dua satuan morfologi, yaitu dataran(pantai ,rawa) dan perbukitan bergelombang lemah.

2.9.5. Hidrologi

Kota Dumai terletak di daerah pantai dari pesisir Timur Sumatera, di mana air tanah
maupun air permukaan selalu menjadi masalah utama yang cukup besar.
Dilihat dari kondisi Topografinya dengan evaluasi umumnya rendah dan membentuk
perbukitan bergelombang kurang mendukung untuk terbentuknya sungai-sungai dengan
aliran besar.
Di kota Dumai terdapat dua buah sungai utama yang cukup besar yaitu Sungai
Mesjid (4km dari pusat kota Dumai) yang bermuara di Selat rupat, dengan debit
363.75m3/det dan Sungai Dumai(0,5km dari puasat kota Dumai) bermuara di Selat Rupat,
memiliki debit 39 m3/det. Sungai-sungai lain yang ada di Dumai umumnya kecil-kecil dan
dangkal, dan merupakan sungai yang berasal dari rawa, serta kurang bermanfaat.

2.9.6. Geologi

Secara regional, geologi dan tektonik daerah Dumai termasuk kedalam cekungan Sumatera
Tengah yang memanjang Barat Laut Tenggara, mulai dari perbatasan Provinsi Riau
sebelah Barat atau sekitar Pulau Alang besar sampai Barat Laut pegunungan Tiga puluh di
wilayah provinsi Jambi. Peta geologi yang digunakan di daerah Dumai dan sekitarnya
adalah peta Geologi lembar Dumai dan Bagan Siapi-api, skala 1:250.000.

Universitas Sumatera Utara

2.9.7. Stratigrafi

Berdasarkan peta geologi lembar Dumai dan Bagan siapi-api, secara umum stratigrafi
regional di daerah Dumai dari yang tertua umurnya hingga ke muda adalah sebagai
berikut:

Format minas( Qpmi )

Tersusun oleh batu lanau, pasir dan kerikil, batu lumpur lunak terkoalinkan dan
terurat limonitkan, dengan lingkungan pengendapan paralik-fluviatil(darat).
Penyebarannya

cukup

luas,

menempati

daerah

morfologi

perbukitan

bergelombang lemah dan morfologi dataran.

Satuan endapan Aluvium tua(Qp) dan Aluvium muda(Qh)

Terdiri dari lempung, lanau, kerikil lempungan, sisa-sisa tumbuhan dan


rawa-rawa gambut, yang masih bersifat lepas, dengan kondisi lingkungan
pengendapan paralik-fluviatil(darat), berumur Holosen. penyebaran dari satuan
ini di daerah penelitian sangat luas, umumnya menempati daerah dataran pantai,
rawa, aluvial sungai. Hubungan stratigrafi dengan formasi di atasnya adalah
tidak selaras.

Universitas Sumatera Utara

You might also like