You are on page 1of 39

Laporan Pendahuluan Waham

LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN PROSES PIKIR: WAHAM

A. Kasus (Masalah Utama)


Gangguan Proses Pikir: Waham
B. Proses Terjadinya Masalah
1. Pengertian
Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang
salah, keyakinan yang tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya,
ketidakmampuan merespon stimulus internal dan eksternal melalui proses iteraksi atau informasi
secara akurat (Yosep, 2009).
Waham adalah keyakinan terhadap sesuatu yang salah dan secara kukuh dipertahankan
walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realita normal (Stuart dan
Sundeen, 1998).
Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang
salah, keyakinan yang tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya,
ketidakmampuan merespon stimulus internal dan ekternal melalui proses interaksi atau informasi
secara akurat (Keliat, 1999).
2. Faktor Predisposisi
Menurut Direja (2011), faktor predisposisi dari gangguan isi pikir, yaitu:
a. Faktor perkembangan
Hambatan perkembangan akan menganggu hubungan interpersonal seseorang. Hal ini dapat
meningkatkan stres dan ansietas yang berakhir dengan gangguan persepsi, klien menekan
perasaannya sehingga pematangan fungsi intelektual dan emosi tidak efektif.
b. Faktor sosial budaya
Seseorang yang merasa diasingkan dan kesepian dapat menyebabkan timbulnya waham.
c. Faktor psikologis
Hubungan yang tidak harmonis, peran ganda atau bertentangan, dapat menimbulkan ansietas dan
berakhir dengan pengingkaran terhadap kenyataan.
d. Faktor biologis

Waham diyakini terjadi karena adanya atrofi otak, pembesaran vertikel di otak, atau perubahan
pada sel kortikal dan limbic.
e. Faktor genetic
3. Faktor Presipitasi
Menurut Direja (2011) faktor presipitasi dari gangguan isi pikir: waham, yaitu :
a. Faktor sosial budaya
Waham dapat dipicu karena adanya perpisahan dengan orang yang berarti atau diasingkan dari
kelompok.
b. Faktor biokimia
Dopamine, norepineprin, dan zat halusinogen lainnya diduga dapat menjadi penyebab waham
pada seseorang.
c. Faktor psikologis
Kecemasan yang memandang dan terbatasnya kemampuan untuk mengatasi masalah sehingga
klien mengembangkan koping untuk menghindari kenyataan yang menyenangkan.
4. Mekanisme Koping
1. Klien : identifikasi koping kekuatan dan kemampuan yang masih dimiliki klien.
2. Sumber daya dan duungan sosial : pengetahuan keluarga, finansial keluarga, waktu dan tenaga
keluarga yang tersedia, kemampuan keluarga memberikan asuhan.
5. Proses terjadinya
Menurut Yosep (2009), adapun proses terjadinya waham, yaitu:
Fase lack of human need
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik secara fisik maupun psikis.
Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang-orang dengan status sosial dan
ekonomi sangat terbatas. Biasanya klien sangat miskin dan menderita. Keinginan ia untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya untuk melakuakn kompensasi yang salah. Ada
juga klien yang secara sosial dan ekonomi terpenuhi tetapi kesenjangan antara reality dengan self
ideal sangat tinggi. Misalnya ia seorang sarjana tetapi menginginkan dipandang sebagai seorang
yang dianggap sangat cerdas, sangat berpengalaman dan diperhitungkan dalam kelompoknya.
Waham terjadi karena sangat pentingnya pengakuan bahwa ia eksis di dunia ini. Dapat
dipengaruhi juga oleh rendahnya penghargaan saat tumbuh kembang (life span history).

b. Fase lack of self esteem


Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara self ideal dengan self
reality (kenyataan dengan harapan) serta dorongan kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan
standar lingkungan sudah melampaui kemampuannya. Misalnya, saat lingkungan sudah banyak
yang kaya, menggunakan teknologi komunikasi yang canggih, berpendidikan tinggi serta
memiliki kekuasaan yang luas, seseorang tetap memasang self ideal yang melebihi lingkungan
tersebut. Padahal self reality-nya sangat jauh. Dari aspek pendidikan klien, materi, pengalaman,
pengaruh, support system semuanya sangat rendah.
c.

Fase control internal external


Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa yang ia katakan adalah
kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan kenyataan. Tetapi mengahadapi
kenyataan bagi klien adalah sesuatu yang sangat berat, karena kebutuhannya untuk diakui,
kebutuhan untuk dianggap penting dan diterima lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya,
karena kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan sekitar klien
mencoba memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien itu tidak benar, tetapi hal ini
tidak dilakukan secara adequate karena besarnya toleransi dan keinginan menjaga perasaan.
Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau konfrontatif berkepanjangan dengan
alasan pengakuan klien tidak merugikan orang lain.

d. Fase environment support


Ada beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya menyebabkan klien merasa
didukung, lama kelamaan klien menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu
kebenaran karena seringnya diulang-ulang. Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan kontrol diri
dan tidak berfungsinya norma (Super ego) yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat
berbohong.
e.

Fase comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta menganggap bahwa semua
orang sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya. Keyakinan sering diserati halusinasi
pada saat klien menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya klien lebih sering menyendiri dan
menghindari interkasi sosial (isolasi sosial).

f.

Fase improving

Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu keyakinan yang salah
pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul sering berkaitan dengan traumatik masa
lalu atau kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat
menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain.
Penting sekali untuk menggung kayakinan klien dengan cara konfrontatif serta memperkaya
kayakinan religiusnya bahwa apa-apa yang dilakukan menimbulkan dosa besar serta konsekuensi
sosial.
6. Klasifikasi, Jenis dan Sifat Masalah
Proses berpikir meliputi 3 aspek yaitu bentuk pikiran, isi pikiran dan arus pikiran. Menurut
Kaplan, berfikir merupakan aliran gagasan, symbol dan asosiasi yang diarahkan oleh tujuan,
dimulai oleh suatu masalah atau tugas dan mengarah pada kesimpulan yang berorientasi pada
a.

kenyataan.
Gangguan Bentuk Pikir
Dalam kategori ini termasuk semua penyimpangan dari pemikiran rasional, logic dan terarah

pada tujuan.
1) Dereisme/ pikiran dereistik
Titik berat pada tidak adanya sangkut paut terjadi antara proses mental individu dan
pengalamannya yang sedang berjalan. Proses mentalnya tidak sesuai dengan atau tidak
mengikuti kenyataan, logika atau pengalaman.
2) Pikiran otistik
Menandakan bahwa penyebab distorsi arus asosiasi adalah dari dalam pasien itu sendiri dalam
bentuk lamunan, fantasi, waham, atau halusinasi. Cara berfikir seperti ini hanya akan
memuaskan keinginannya yang tidak terpenuhi tanpa memperdulikan keadaan seitarnya yang
tidak terpenuhi tanpa memperdulikan keadaan sekitarnya. Hidup dalam alam pikirannya sendiri.
3) Bentuk pikiran non realistic
Bentu pikiran yang sama sekali tidak berdasaran pada kenyataan, mengambil sesuatu kesimpulan
yang aneh dan tidak masuk akal.
b. Gangguan Arus Pikir
Yaitu tentang cara dan lajunya proses asosiasi dalam pemikiran yang timbul dalam berbagai jenis
:
1) Perseverasi : berulang-ulang menceritakan suatu ide, pikiran atau tema secara berlebihan.
2) Asosiasi longgar : mengatakan hal-hal yang tidak ada hubungannya satu sama lain, misalnya
saya mau makan semua orang dapat berjalan-jalan. Bila ekstrim, maka akan terjadi
inkoherensi.

3) Inkoherensi : gangguan dalam bentuk bicara, sehingga satu kalimat pun sudah sulit ditangap
atau diikuti maksudnya.
4) Kecepatan bicara : untuk mengutarakan pikiran mungkin lambat sekali atau sangat cepat.
5) Benturan : piiran tiba-tiba berhenti atau berhenti di tengah sebuah kalimat. Pasien tidak dapat
menerangkan mengapa ia berhenti.
6) Logorea : banyak bicara, kata-kata dikeluaran bertubi-tubi tanpa kontrol, mungkin koherent atau
incoherent.
7) Pikiran melayang (flight of ideas) :perubahan yang mendadak lagi cepat dalam pembicaraan,
sehingga satu ide yang belum selesai diceritakan sudah disusul oleh ide yang lain.
8) Asosiasi bunyi : mengucapkan perkataan yang mempunyai persamaan bunyi, misalnya pernah
disengar saya mau makan diutarakan seakan berontak.
9) Neologisme : membentuk kata-kata baru yang tida dipahami oleh umum, misalnya : saya radiitu,
semua partinum.
10) Irelevansi : isi pikiran atau ucapan yang tidak ada hubungannya dengan pertanyaan atau dengan
hal yang sedang dibicarakan.
11) Pikiran berputar-putar (circumstantiality) : menuju secara tidak langsung kepada ide pkok
dengan menambahan banyak hal yang remeh-remeh yang majemuk dan tidak relevan.
12) Main-main dengan kata-kata : membuat sejak secara tidak wajar.
13) Afasi : mungkin sensori (tidak atau sukar mengerti biacara orang lain) atau motorik (tidak dapat
atau sukar bicara), sering kedua-duanya sekaligus dan terjadi kerusakan otak.
c. Gangguan Isi Pikir
Dapat terjadi baik pada isi pikiran nonverbal maupun pada isi pikiran yang diceritakan misalnya :
1) Kegembiraan yang luar biasa (ecstasy) : dapat timbul secara mengambang pada orang yang
normal selama fase permulaan narkosa (anastesi umum)
2) Fantasi : isi pikiran tentang suatu keadaan atau kejadian yang diharapkan/ diinginkan, tetapi
dikenal sebagai tidak nyata.
3) Fobia : rasa takut yang irasional terhadap sesuatu benda atau keadaan yang tidak dapat
dihilangkan atau ditekan oleh pasien, biarpun diketahui bahwa hal itu irasional adanya.
4) Obsesi : Isi pikiran yang kukuh (persisten) timbul, biarpun tidak dikendalikannya dan diketahui
bahwa hal itu tidak wajar atau tidak mungkin.
5) Preokupasi : Pikiran terpaku hanya pada sebuah ide saja yang biasanya berhubungan dengan
keadaan yang bernada emosional yang kuat.
6) Pikiran yang tak memadai (Inadequate) : pikiran yang ekstrinsik, tidak cocok dengan banyak
hal, terutama dalam pergaulan dan pekerjaan seseorang.
7) Pikiran bunuh diri (Suicide thoughts / ideation) : mulai dari kadang-kadang memikirkan hal
bunuh dari sampai terus menerus memikirkan cara bagaimana ia dapat membunuh dirinya
8) Pikiran hubungan : pembicaraan orang lain, benda-benda, atau sesuatu kejadian dihubungkan
dengan dirinya.

9) Rasa terasing (aleanasi) : perasaan bahwa dirinya sudah menjadi lain, berbeda asing,
umpamanya heran, siapakah dia itu sebenarnya, rasanya ia berbeda sekali dengan orang lain.
10) Pikiran isolasi sosial (social isolation) : rasa terisolasi, tersekat, terkunci, terpencil dari
masyarakat, rasa ditolak, tidak disukai orang lain, rasa tidak enak bila berkumpul dengan orang
lain, lebih suka menyendiri.
11) Pikiran rendah diri : Merendahkan, menghinakan dirinya sendiri, menyalahkan dirinya tentang
suatu hal yang pernah atau tidak pernah dilakukannya.
12) Merasa dirugikan oleh orang lain : menghina atau menyangka ada orang lain yang telah
merugikannya, sedang mengambil keuntungan dari dirinya, atau sedang mencelakakannya.
13) Merasa dirinya dalam bidang seksual : acuh tak acuh tentang hal seksual, kegairahan seksual
berkurang secara umum (hiposeksualitas).
14) Rasa salah : sering mengatakan ia telah bersalah; ini bukanlah waham dosa.
15) Pesimisme : mempunyai pandangan yang suram mengenai banyak hal pada bidangnya.
16) Sering curiga : mengutarakan ketidakpercayaannya kepada orang lain; buan waham curiga.
17) Waham : keyakinan tentang sesuatu isi pikiran yang tidak sesuai dengan kenyataannya atau tidak
cocok dengan intelegensi dan latar belakang kebudayaannya, biarpun dibutikan kemustahilan hal
itu.
Menurut Direja (2011) dan Azizah (2011), adapun jenis-jenis waham, yaitu :
a) Waham Kebesaran
Keyakinan secara berlebihan bahwa dirinya memiliki kekuatan khusus atau berlebihan yang
berbeda dengan orang lain, diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
b) Waham Agama
Keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai
dengan kenyataan.
c) Waham Curiga
Keyakinan seseorang atau sekelompok orang berusaha merugikan atau mencederai dirinya,
diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
d) Waham Somatik
Keyakinan seseorang bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu atau terserang penyakit,
diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
e) Waham Nihilistik
Keyakinan seseorang bahwa dirinya sudah meninggal dunia, diucapkan berulang-ulang tetapi
tidak sesuai dengan kenyataan.
f) Waham Dosa

Keyakinan klien terhadap dirinya telah atau selalu salah atau berbuat dosa atau perbuatannya
tidak dapat diampuni lagi.
g) Waham yang bizar terdiri dari:
1)

Sisp pikir yaitu keyakinan klien terhadap suatu pikiran orang lain disisipkan ke dalam pikiran

2)

dirinya.
Siar pikir/broadcasting yaitu keyakinan klien bahwa ide dirinya dipakai oleh/disampaikan
kepada orang lain mengetahui apa yang ia pikirkan meskipun ia tidak pernah secara nyata

3)

mengatakan pada orang tersebut.


Kontrol pikir/waham pengaruh yaitu keyakinan klien bahwa pikiran, emosi dan perbuatannya
selalu dikontrol/dipengaruhi oleh kekuatan di luar dirinya yang aneh.

7. Penatalaksanaan Medis
Terapi pada gangguan jiwa, khususnya skizofrenia dewasa ini sudah dikembangkan
sehingga klien tidak mengalami diskriminasi bahkan metodenya lebih manusiawi daripada masa
sebelumnya. Penatalaksanaan medis pada gangguan proses pikir yang mengarah pada diagnosa
medis skizofrenia, khususnya dengan gangguan proses pikir: waham, yaitu:
a. Psikofarmakologi
Menurut Hawari (2003), jenis obat psikofarmaka, dibagi dalam 2 golongan yaitu:
1) Golongan generasi pertama (typical)
Obat yang termasuk golongan generasi pertama, misalnya: Chorpromazine HCL (Largactil,
Promactil, Meprosetil), Trifluoperazine HCL (Stelazine), Thioridazine HCL (Melleril), dan
Haloperidol (Haldol, Govotil, Serenace).
2) Golongan kedua (atypical)
Obat yang termasuk generasi kedua, misalnya: Risperidone (Risperdal, Rizodal, Noprenia),
Olonzapine (Zyprexa), Quentiapine (Seroquel), dan Clozapine (Clozaril).
b. Psikotherapi
Terapi kejiwaan atau psikoterapi pada klien, baru dapat diberikan apabila klien dengan
terapi psikofarmaka sudah mencapai tahapan dimana kemampuan menilai realitas sudah kembali
pulih dan pemahaman diri sudah baik. Psikotherapi pada klien dengan gangguan jiwa adalah
c.

berupa terapi aktivitas kelompok (TAK).


Terapi somatik
Terapi somatik adalah terapi yang diberikan kepada klien dengan tujuan mengubah
perilaku yang maladaptif menjadi perilaku yang adaptif dengan melakukan tindakan dalam

bentuk perlakuan fisik (Riyadi dan Purwanto, 2009). Beberapa jenis terapi somatik, yaitu:
1) Restrain
Restrain adalah terapi dengan menggunakan alat-alat mekanik atau manual untuk membatasi
mobilitas fisik klien (Riyadi dan Purwanto, 2009).

2) Seklusi
Seklusi adalah bentuk terapi dengan mengurung klien dalam ruangan khusus (Riyadi dan
Purwanto, 2009).
3) Foto therapy atau therapi cahaya
Foto terapi atau sinar adalah terapi somatik pilihan. Terapi ini diberikan dengan memaparkan
klien sinar terang (5-20 kali lebih terang dari sinar ruangan) (Riyadi dan Purwanto, 2009).
4) ECT (Electro Convulsif Therapie)
ECT adalah suatu tindakan terapi dengan menggunakan aliran listrik dan menimbulkan kejang
pada penderita baik tonik maupun klonik (Riyadi dan Purwanto, 2009).
d. Rehabilitasi
Rehabilitasi merupakan suatu kelompok atau komunitas dimana terjadi interaksi antara
sesama penderita dan dengan para pelatih (sosialisasi).
8. Rentang Respon Sosial
Menurut Stuart and Sundeen (1998) waham merupakan salah satu respon persepsi
paling maladaptif dalam rentang respon neurobiologi. Rentang respon tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut:
Respon Adaptif

Respon

maladaptif
Pikiran logis Distorsi
pikiran

Gangguan

proses
pikir / delusi / waham
Persepsi akurat

Ilusi

Halusinasi

Emosi konsisten Reaksi emosi Sulit berespon emosi


dengan pengalaman
Perilaku sesuai

berlebihan atau kurang

Perilaku aneh atau

Perilaku disorganisasi

tidak biasa
Berhubungan sosial

Menarik diri

Isolasi sosial

Dari rentang respon neurobiologik diatas digambarkan bahwa bila klien/individu


mendapat suatu stressor maka individu akan berespon menuju respon adaptif maupun respon

maladaptif. Bila individu berespon adaptif, cenderung dapat berpikir logis, persepsi akurat,
emosi konsisten dengan pengalaman, perilaku sesuai dan dapat berhubungan sosial. Bila individu
berespon antara respon adaptif dan maladaptif maka akan menimbulkan pemikiran kadang
kadang menyimpang, ilusi, reaksi emosional berlebihan atau berkurang, perilaku ganjil dan
menarik diri. Namun bila individu berespon maladaptif maka cenderung mengalami kelainan
pemikiran/delusi/waham, halusinasi, ketidakmampuan untuk mengalami emosi, ketidakteraturan
dan isolasi sosial.
C. Pohon Masalah
Effec
t
Menurut Fitria (2009) dan Yosep (2009), pohon masalah pada pasien dengan waham adalah
sebagai berikut:
Risiko Perilaku Kekerasan

Core
Problem
Gangguan proses Pikir: Waham

Caus
a
Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah Kronik


D. Masalah Keperawatan dan Data Yang Perlu Dikaji
Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan gangguan isi pikir:
waham (Fitria, 2009), adalah:
a. Gangguan proses pikir: waham
b. Risiko perilaku kekerasan
c. Isolasi sosial

d. Harga diri rendah kronik


Sedangkan data yang perlu dikaji pada pasien dengan gangguan isi pikir: waham (Fitria,
2009 dan Yosep, 2009), adalah:
a.
1)
2)
b.
1)
2)
3)

Data subyektif
Klien mengatakan bahwa dirinya adalah orang yang paling hebat
Klien mengatakan bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus.
Data obyektif
Klien terus berbicara tentang kemampuan yang dimilikinya.
Pembicaraan klien cenderung berulang-ulang
Isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan.

E. Diagnosa Keperawatan
a.
b.
c.
d.

Gangguan Proses Pikir: Waham


Risiko perilaku kekerasan
Isolasi sosial
Harga diri rendah kronik

F. Rencana Keperawatan

RENCANA KEPERAWATAN GANGGUAN PROSES PIKIR : WAHAM


DALAM BENTUK STRATEGI PELAKSANAAN

NO

KLIEN
SP1P

KELUARGA
SPIK

Membantu Orientasi realita

Mendiskusikan kebutuhan yang tidak


terpenuhi

Membantu pasien memenuhi


kebutuhannya

Menganjurkan pasien memasukan dalam


jadwal kegiatan harian

Mendiskusikan masalah yang dirasakan


keluarga dalam merawat pasien
Menjelaskan pengertian,tanda dan gejala
waham dan jenis waham yang dialami
pasien beserta proses terjadinya
Menjelaskan cara-cara merawat pasien
waham

SP2P
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
pasien

SP2K
Melatih keluarga mempraktikkan cara
merawat pasien dengan waham

Berdiskusi tentang kemampuan yang


dimiliki

Melatih keluarga mempraktikkan cara


merawat langsung kepada pasien waham

Melatih kemampuan yang dimiliki

SP3P
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
pasien

2
3

Memberikan pendidikan kesehatan


tentang penggunaan obat secara teratur
Menganjurkan pasien memasukan dalam
jadwal kegiatan harian

SP3K
Membantu keluarga membuat jadwal
aktivitas di rumah termasuk minum obat (
discharge planing )
Menjelaskan follow- uf pasien setelah pulang

G. Pelaksanaan
Pelaksanaan atau implementasi perawatan merupakan tindakan dari rencana keperawatan yang
disusun sebelumnya berdasarkan prioritas yang telah dibuat dimana tindakan yang diberikan
mencakup tindakan mandiri dan kolaboratif. Pada situasi nyata sering impelmentasi jauh berbeda
dengan rencana, hal ini terjadi karena perawat belum terbiasa menggunakan rencana tertulis
dalam melaksanakan tindakan tindakan keperawatan yang biasa adalah rencana tidak tertulis
yaitu apa yang dipikirkan, dirasakan, itu yang dilaksanakan. Hal ini sangat membahayakan klien
dan perawat jika berakibat fatal dan juga tidak memenuhi aspek legal. Sebelum melaksanakan
tindakan yang sudah direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan singkat apakah rencana
perawatan masih sesuai dan dibutuhkan klien sesuai kondisi saat ini. Setelah semua tidak ada
hambatan maka tindakan keperawatan boleh dilaksanakan. Pada saat akan dilaksanakan tindakan
keperawatan maka kontrak dengan klien dilaksanakan. Dokumentasikan semua tidakan yang
telah dilaksanakan beserta respon klien ( Keliat, 2002, hal 15).
H. Evaluasi

Adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada klien
(Keliat, dkk 1998)
Evaluasi dibagi 2 :
1. Evaluasi proses (Formatif) dilakukan setiap selesai melakukan tindakan
2. Evaluasi hasil (Sumatif) dilakukan dengan membandingkan respon klien pada tujuan khusus dan
umum yang telah ditentukan dengan perawatan SOAP
Hasil yang ingin dicapai pada klien dengan kerusakan interaksi sosial (menarik diri ) yaitu :
1. Klien dapat berpikir sesuai dengan realitas
Untuk laporan pendahuluan lainnya klik disini

DAFTAR PUSTAKA
Azizah, L. M. 2011. Keperawatan Jiwa: Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Direja, A.H.S. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Medikal Book.
Fitria, N. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan Dan Strategi Pelaksanaan
Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba Medika.
Keliat, B.A. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Riyadi, S. dan Purwanto, T. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Stuart & Sundden. 1995. Principle & Praktice of Psychiatric Nursing, ed. Ke-5. St Louis: Mosby Year
Book.
Townsed, M. C. 1998. Diagnosa Keperawatan Psikiatri, Edisi 3. Jakarta: EGC.
Yosep, I. 2009. Keperawatan Jiwa. Jakarta: Refika Aditama.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Waham adalah suatu keyakinan yang dipertahankan secara kuat terusmenerus, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. (Budi Anna Keliat, 2006:
147)

Waham adalah keyakinan klien yang tidak


sesuai dengan kenyataan, tetapi dipertahankan dan tidak dapat diubah
secara logis oleh orang lain. Keyakinan ini berasal dari pemikiran klien yang
sudah kehilangan control (Depkes RI, 2000).
Waham adalah keyakinan terhadap sesuatu yang salah dan secara
kukuh

dipertahankan

walaupun

tidak

diyakini

oleh

orang

lain

dan

bertentangan dengan realita normal (Stuart dan Sundeen, 1998)


Waham merupakan suatu keyakinan atau pikiran yang salah karena
bertentangan dengan kenyataan (dunia realitas), serta dibangun atas unsurunsur yang tak berdasarkan logika, namun individu tidak mau melepaskan
wahamnya walaupun ada bukti tentang ketidakbenaran atas keyakinan itu.
Keyakinan dalam bidang agama dan budaya tidak dianggap sebagai waham.
Waham adalah suatu keyakinan kokoh yang salah dan tidak sesuai dengan
fakta dan keyakinan tersebut mungkin aneh (misal, mata saya adalah
komputer yang dapat mengontrol dunia) atau bisa pula tidak aneh (hanya

sangat tidak mungkin, misal, FBI mengikuti saya) dan tetap dipertahankan
meskipun telah diperlihatkan bukti-bukti yang jelas untuk mengoreksinya.
Waham sering ditemui pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk
waham yang spesifik sering ditemukan pada skizofrenia. Semakin akut
psikosis semakin sering ditemui waham disorganisasi dan waham tidak
sistematis.
2.2 Klasifikasi
Waham dapat di klasifikasikan menjadi beberapa macam, menurut
Direja (2011) yaitu:
Jenis Waham

Pengertian
Keyakinan secara

Perilaku Klien
Saya ini pejabat di

berlebihan bahwa

kementrian

dirinya memiliki

Semarang!

kekuatan khusus atau Saya punya


Waham Kebesaran

kelebihan yang

perusahaan paling

berbeda dengan

besar lho.

orang lain, diucapkan


berulang-ulang tetapi
tidak sesuai dengan

Waham Agama

kenyataan.
Keyakinan terhadap

Saya adalah Tuhan

suatu agama secara

yang bisa menguasai

berlebihan, diucapkan dan mengendalikan


berulang-ulang tetapi semua makhluk.
tidak sesuai dengan

Waham Curiga

kenyataan.
Keyakinan seseorang Saya tahu mereka
atau sekelompok

mau menghancurkan

orang yang mau

saya, karena iri

merugikan atau

dengan kesuksesan

mencederai dirinya,

saya.

diucapkan berulangulang tetapi tidak


sesuai dengan
kenyataan
Keyakinan seseorang Saya menderita

Waham Somatik

bahwa tubuh atau

kanker. Padahal

sebagian tubuhnya

hasil pemeriksaan lab

terserang penyakit,

tidak ada sel kanker

diucapkan berulang- pada tubuhnya.


ulang tetapi tidak
sesuai dengan
kenyataan.
Keyakinan seseorang Ini saya berada di
bahwa dirinya sudah alam kubur ya,
meninggal dunia,

Waham Nihlistik

semua yang ada

diucapkan berulang- disini adalah rohulang tetapi tidak

rohnya.

sesuai dengan
kenyataan.
2.3 Faktor Predisposisi
a. Faktor Perkembangan
Hambatan

perkembangan

akan

mengganggu

hubungan

interpersonal

seseorang. Hal ini dapat meningkatkan stress dan ansietas yang berakhir
dengan

gangguan

persepsi,

klien

menekan

perasaannya

sehingga

pematangan fungsi intelektual dan emosi tidak efektif.


b. Faktor Sosial Budaya
Seseorang yang merasa diasingkan dan kesepian dapat menyebabkan
timbulnya waham.
c.

Faktor Psikologis

Hubungan

yang

menimbulkan

tidak

ansietas

harmonis,
dan

peran

berakhir

ganda/bertentangan,

dengan

pengingkaran

dapat

terhadap

kenyataan.
d. Faktor Biologis
Waham diyakini terjadi karena adanya atrofi otak, pembesaran ventrikel di
otak, atau perubahan pada sel kortikal dan limbic.
e. Faktor Genetik

2.4 Faktor Presipitasi


a. Biologis
Stressor biologis yang berhubungan dengan respon neurobiologis yang
maladaptive termasuk gangguan dalam putaran umpan balik otak yang
mengatur

proses

imformasi

dan

abnormalisasi

yang

mengakibatkan

ketidakmampuan untuk menanggapi rangsangan.


b. Stres Lingkungan
Secara biologis menetapakan ambang toleransi terhadap stres yang
berinteraksi

denga

stressor

lingkungan

untuk

menentukan

terjadinya

gangguan prilaku.
c. Pemicu Gejala
Terdapat

pada

respon

neurobiologis

yang

maladaptif

yang

berhubungan dengan kesehatan, lingkungan, sikap dan prilaku individu


seperti gizi buruk, kurang tidur, infeksi, kelebihan rasa bermusuhan atau
lingkungan yang penuh kritik, gangguan dalan berhubungan interpersonal,
kesepian, kemiskinan, tekanan pekerjaan dan sebagainya.
d. Stressor Sosial-Budaya
Stres dan kecemasan akan meningkat bila terjadi penurunan stabilitas
keluarga, perpisahan dengan orang yang paling penting, atau diasingkan
dari kelompok.
e. Faktor Biokimia

Penelitian tentang pengaruh dopamine, inorefinefrin, lindolomin, zat


halusinogen diduga berkaitan dengan orientasi realita
f. Faktor Psikologi
Intensitas

kecemasan

yang

ekstrim

dan

menunjang

disertai

terbatasnya kemampuan mengatasi masalah memungkinkan berkurangnya


orientasi realiata. Perasaan bersalah dan berdosa, penghukuman diri, rasa
tidak mampu, fantasi yang tak terkendali, serta dambaan-dambaan atau
harapan yang tidak kunjung sampai, merupakan sumber dari waham
2.5 Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala dari perubahan isi pikir waham yaitu : klien
menyatakandirinya sebagai seorang besar mempunyai kekuatan, pendidikan
atau kekayaan luar biasa, klien menyatakan perasaan dikejar-kejar oleh
orang lain atau sekelompok orang, klien menyatakan perasaan mengenai
penyakit yang ada dalam tubuhnya, menarik diri dan isolasi, sulit menjalin
hubungan interpersonal dengan orang lain, rasa curiga yang berlebihan,
kecemasan yang meningkat, sulit tidur, tampak apatis, suara memelan,
ekspresi wajah datar, kadang tertawa atau menangis sendiri, rasa tidak
percaya kepada orang lain, gelisah.
Menurut Kaplan dan shadok( 1997):
1. Status Mental
a.

Pada

pemeriksaan

status

mental,

menunjukkan

hasil

yang

sangat

normal,kecuali bila ada sistem waham abnormal yang jelas.


b. Mood klien konsisten dengan isi wahamnya.
c.
d.

Pada waham curiga didapatkannya perilaku pencuriga


Pada waham kebesaran, ditemukan pembicaraan tentang peningkatan
identitas diri, mempunyai hubungan khusus dengan orang yang terkenal

e.

Adapun sistem wahamnya, pemeriksa kemungkinan merasakan adanya


kualitas depresi ringan

f. Klien dengan waham, tidak memiliki halusinasi yang menonjol/menetap.,


kecuali pada klien dengan waham raba atau cium. Pada beberapa klien
kemungkinan ditemukan halusinasi dengar.
2. Sensorium dan kognisi
a.

Pada waham,tidak ditemukan kelainan dalam orientasi, kecuali yang


memiliki wham spesifik tentang waktu, tempat, dan situasi.

b. Daya ingat dan proses kognitif klien dengan intak (utuh)


c.

Klien waham hampir seluruh memiliki insight (daya tilik diri) yang jelek.

d.

Klien dapat dipercaya informasinya, kecuali jika membahayakan dirinya,


keputusan yang terbaik bagi pemeriksa dalam menentukan kondisi klien
adalah dengan menilai perilaku masa lalu, masa sekarang dan yang
direncanakan.
Tanda dan gejala waham berdasarkan jenis waham menurut Keliat (2009):
Waham kebesaran: individu meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau
kekuasaan khusus

dan diucapkan

berulang kali,

tetapi tidak

sesuai

kenyataan. Misalnya, saya ini pejabat departemen kesehatan lho! atau,


saya punya tambang emas.Contoh : Saya ini titisan Bung Karno, punya
banyak

perusahaan,

punya

rumah

di

berbagai

negara

dan

bisa

menyembuhkan berbagai macam penyakit.


Waham curiga: Individu meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok
yang berusaha merugikan/menceerai dirinya dan diucapkan berulang kali,
tetapitidak sesuai kenyataan. Contoh, saya tahu seluruh saudara saya ingin
menghancurka hidup saya karena mereka iri dengan kesuksesan saya.
Contoh

lain,

Banyak

Polisi

mengintai

saya,

tetangga

saya

ingin

menghancurkan hidup saya, suster akan meracuni makanan saya .


Waham agama: Individu memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara
berlebihan dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan. Contoh, kalau saya mau masuk surga, saya harus menggunakan
pakaian putih setip hari.

Waham somatic: Individu meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya


terganggu atau terserang penyakit dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak
sesuai dengan kenyataan. Contoh, saya sakit kanker. (Kenyataannya pada
pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan tanda-tanda kanker, tetapi
pasien terus mengatakan bahwa ia sakit kanker.). Contoh : Sumsum Tulang
saya kosong, saya pasti terserang kanker, dalam tubuh saya banyak
kotoran,tubuh saya telah membusuk, tubuh saya menghilang.
Waham nihilistik: Individu meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada
didunia/meniggal dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai dengan
keadaan nyata. Misalnya, Ini kanalam kubur ya, semua yang ada disini
adalah roh-roh.. Contoh: Saya sudah menghilang dari dunia ini ,semua
yang ada di sini adalah roh-roh, sebenarnya saya sudah tidak ada di dunia
Tanda dan gejala lain (Azis R dkk, 2003) :
a.

Klien

mengungkapkan

sesuatu

yang

diyakininya

(tentang

agama,

kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya berulang kali secara berlebihan


tetapi tidak sesuai kenyataan.
b. Klien tampak tidak mempunyai orang lain.
c.

Curiga.

d. Bermusuhan.
e. Merusak (diri, orang lain, lingkungan).
f.

Takut, sangat waspada.

g. Tidak tepat menilai lingkungan/ realitas.


h. Ekspresi wajah tegang.
i.

Mudah tersinggung.
Adapun tanda dan gejala yang lainnya meliputi :

a. Gangguan fungsi kognitif (perubahan daya ingat)


Cara

berpikir

magis

dan

primitif,

perhatian,

isi

pikir,

pengorganisasian bicara (tangensial, neologisme, sirkumtansial)


b. Fungsi persepsi
Depersonalisasi dan halusinasi

bentuk

dan

c.

Fungsi emosi
Afek tumpul kurang respon emosional, afek datar, afek tidak sesuai, reaksi
berlebihan, ambivalen

d. Fungsi motorik
Imfulsif, gerakan tiba-tiba dan spontan, manerisme, stereotopik gerakan
yang diulang-ulang, tidak bertujuan, tidak dipengaruhi stimulus yang jelas,
katatonia.
e. Fungsi sosial : kesepian
Isolasi sosial, menarik diri dan harga diri rendah.
Dalam tatanan keperawatan jiwa respon neurobiologis yang sering muncul
adalah gangguan isi pikir : waham dan gangguan persepsi sensori :
halusinasi.
2.6 Proses Terjadinya Masalah
Menurut Yosep (2009), proses terjadinya waham meliputi 6 fase, yaitu :
1. Fase Lack of Human Need
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik
secara fisik maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi
pada orang-orang dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas.
Biasanya klien sangat miskin dan menderita. Keinginan ia untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya mendorongnya untuk melakukan kompensasi yang
salah. Ada juga klien yang secara sosial dan ekonomi terpenuhi tetapi
kesenjangan antara realiti dengan self ideal sangat tinggi.
2. Fase Lack of Self Esteem
Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan
antara self ideal dengan self reality (keyataan dengan harapan) serta
dorongan kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan
sudah melampaui kemampuannya.
3. Fase Control Internal External

Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa
yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai
dengan keyataan, tetapi menghadapi keyataan bagi klien adalah suatu yang
sangat berat, karena kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap
penting dan diterima lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, karena
kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan
sekitar klien mencoba memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan
klien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara adekuat karena
besarnya toleransi dan keinginan menjaga perasaan. Lingkungan hanya
menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau konfrontatif berkepanjangan
dengan alasan pengakuan klien tidak merugikan orang lain.
4. Fase Environment Support
Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya
menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap
sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya
diulang-ulang. Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak
berfungsinya norma (super ego) yang ditandai dengan tidak ada lagi
perasaan dosa saat berbohong.
5. Fase Comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta
menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan
mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien
menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya klien sering menyendiri dan
menghindari interaksi sosial (isolasi sosial).
6. Fase Improving
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap
waktu keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang
muncul sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhankebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat

menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan ancaman
diri dan orang lain.
2.7 Penatalaksanaan
Menurut Harnawati (2008) penanganan pasien dengan gangguan jiwa
waham antara lain :
1.

Psikofarmalogi
a.

Litium Karbonat

1) Farmakologi
Litium Karbonat adalah jenis litium yang paling sering digunakan untuk
mengatasi gangguan bipolar, menyusul kemudian litium sitial. Sejak
disahkan oleh Food and Drug Administration (FDA). Pada 1970 untuk
mengatasi mania akut litium masih efektif dalam menstabilkan mood pasien
dengan gangguan bipolar. Meski demikian, efek samping yang dilaporkan
pada gangguan litium cukup serius. Efek yang ditimbulkan hampir serupa
dengan efek mengkonsumsi banyak garam, yakni tekanan darah tinggi,
retensi air, dan konstipasi. Oleh karena itu, selama penggunaan obat ini
harus dilakukan tes darah secara teratur untuk menentukan kadar litium.
2)

Indikasi

Mengatasi episode waham dari gangguan bipolar. Gejala hilang dalam


jangka waktu 1-3 minggu setelah minum obat litium juga digunakan untuk
mencegah atau mengurangi intensitas serangan ulang pasien bipolar dengan
riwayat mania.
3)

Dosis

Untuk tablet atau kapsul immendiate rease biasanya diberikan 3 dan 4


kali sehari, sedangkan tablet controlled release diberikan 2 kali sehari
interval 12 jam. Pemberian dosis litium harus dilakukan hati-hati dan
individual, yakni berdasarkan kadar dalam serum dan respon klinis. Untuk

menukar bentuk tablet dari immediate release maka diusahakan agar dosis
total harian keduanya tetap sama.
Control jangka panjang : kadar serum litium yang diinginkan adalah
0,6-1,2 mEq/L. dosis bervariasi per individu,tapi biasanya berkisar 900mg1200mg per hari dalam dosis berbagi. Monitor dilakukan setiap bulan, pasien
yang supersensitive biasanya memperlihatkan tanda toksik pada kadar
serum dibawah 10mEq/L
4)

Efek Samping

Insiden dan keparahan efek samping tergantung pada kadar litium


dalam serum. Adapun efek yang mungkin dijumpai pada awal terapi.
Misalnya tremor ringan pada tangan, poliuria nausea, dan rasa haus. Efek ini
mungkin saja menetap selama pengobatan.
5)

Contoh obat

Berbentuk tablet ataupun kapsul immediate release dan tablet


controlled release.
6)

Mekanisme kerja

Menghambat pelepasan serotonin dan mengurangi sensitivitas dari


reseptor dopamine.

b.

Haloperidol
1)

Farmakologi

Haloperidol merupakan obat antipsikotik (mayor tranquiliner) pertama


dari turunan butirofenon. Mekanisme kerjanya yang pasti tidak diketahui.
2) Indikasi
Haloperidol efektif untuk pengobatan kelainan tingkah laku berat pada
anak-anak yang sering membangkang an eksplosif. Haloperidol juga efektif
untuk

pengobatan

jangka

pendek,

pada

anak

yang

hiperaktif

juga

melibatkan aktivitas motorik berlebih disertai kelainan tingkah laku seperti :


impulsive, sulit memusatkan perhatian, agresif, suasana hati yang labil dan
tidak tahan frustasi.

3)

Dosis
Untuk dewasa dosis yang digunakan adalah sebagai berikut:
Gejala sedang : 0,5-2mg, 2 atau 3 kali sehari
Gejala berat : 3-5mg, 2 atau 3 kali sehari
Untuk mencapai diperlukan dosis control yang cepat, kadang-kadang

diperlukan dosis yang lebih tinggi. Pasien usia lanjut atau labil :1/2-2 mg, 2
atau 3 kali sehari. Pasien yang tetap menunjukkan gejala yang berat atau
adekuat perlu disesuaikan dosisnya. Dosis harian sampai 100mg mungkin
diperlukan pada kasus-kasus tertentu untuk mencapai respon optimal. Jarang
sekali haloperidol diberikan dengan dosis diatas 100mg untuk pasien berat
yang resisten.
Sedangkan pada pasien anak-anak dosis yang digunakan adalah
sebagai

berikut:

Haloperidol tidak boleh diberikan pada anak-anak usia kurang dari 3tahun.
Pada anak-anak dengan usia 3-12 tahun (berat badan 15-40kg). obat mulai
diberikan dengan dosis terkecil (0,5mg sehari). Jika perlu dosis dapat
ditingkatkan sebesar 5-7 hari sampai tercapai efek terapi yang diinginkan.
Dosis total dapat dibagi yaitu 2 atau 3 kali sehari. Kelainan psikotik : 0,050,15mg/kg/hari.
4) Efek samping
Pada sistem saraf pusat akan menimbulkan gejala ekstrapiramidal,
diskinesia Tardif, distonia tardif, gelisah, cemas, perubahan pengaturan
temperature tubuh, agitasi, pusing. Depresi, lelah, sakit kepala, mengantuk,
bingung, vertigo, kejang.
Pada

kardiovaskular

hipertensi/hipotensi,

akan

kelainan

EKG

menyebabkan
(gelombang

timbulnya
T

abnormal

takikardi,
dengan

perpanjangan repolarisasi ventrikel), aritmia. Sedangkan pada hematologik :


Timbul leucopenia dan leukositosis ringan. Pada hati dapat menimbulkan
gangguan fungsi hati

Pada

kulit

memungkinkan

timbulnya

makulopapular

dan

akneiform, dermatitis kontak, hiperpigmentasi alopesia. Pada endokrin dan


metabolic antara lain laktasi, pembesaran payudara, martalgia, gangguan
haid, amenore, gangguan seksual, nyeri payudara, hiponatremia. Pada
saluran cerna : Anoreksia, konstipasi, diare dan mual muntah. Mata
Penglihatan kabur. Pernapasan

: Spasme laring dan bronkus. Saluran

genitourinaria : Retensi urin.


5) Kontraindikasi
Hipersensitifitas terhadap haloperidol atau komponen lain formulasi,
penyakit Parkinson, depresi berat SSP, supresi sumsum tulang, penyakit
jantung atau penyakit hati berat, koma.
6)

Mekanisme kerja

Memblok reseptor dopaminergik D1 dan D2 di postsinaptik mesolimbik


otak. Menekan pelepasan hormon hipotalamus dan hipofisa, menekan
Reticular Activating System (RAS) sehingga mempengaruhi metabolism
basal. Temperature tubuh, tonus vasomotor dan emesis.
c. Karbamazepin
1)

Farmakologi
Karbamazepin terbukti efektif, dalam pengobatan kejang psikomotor,

serta neuralgia trigeminal. Karbamazepin secara kimiawi tidak berhubungan


dengan obat antikonvulsan lain maupun obat-obat lain yang digunakan
untuk mengobati nyeri pada neuralgia trigeminal.
2) Indikasi
Karbamazepin diindikasikan sebagai obat antikonvulsan yaitu jenis :
a)

Kejang parsial dengan symptom atologi komplek (psikomotor, lobus


temporalis) pasien dengan jenis kejang ini menunjukkan perbaikan yang
lebih besar dibandingkan jenis yang lain.

b)

Pola kejang campuran termasuk jenis diatas dan kejang parsial maupun
kejang umum yang lain. Kejang jenis petitmal tampaknya tidak efektif diobati
dengan karbamazepin.

c)

Neuralgia trigeminal

Karbamazepin

diindikasikan

untuk

pengobatan

nyeri

akibat

neuralgia

trigeminal murni. Obat ini bukan merupakan analgesic dan tidak boleh
diberikan untuk mengobati sakit/nyeri.
3) Dosis
a) Dewasa dan anak-anak : diatas 12tahun
Dosis awal : 200mg 2x sehari untuk tablet/ 1 sendok teh 4x1 hari suspense
(400mg sehari). Umumnya dosisnya tidak melebihi 1000mg sehari pada
anak usia 12-15 tahun dan 1200mg sehari pada diatas 15tahun.
b) Anak usia 6-12tahun
Dosis awal : 100mg 2 kali sehari, untuk tablet atau sendok teh 4x1 hari.
Untuk suspense (200mg sehari), umumnya dosis tidak melebihi 1000mg
sehari.
c) Neuorologi trigeminal
Dosis awal pada hari pertama diberikan 100mg 2x1 hari untuk tablet atau
sendok teh 4x1 hari untuk suspense dengan dosis total 200mg x 1 hari.
Dosis ini dapat ditingkatkan sampai 200mg sehari dengan peningkatan
sebesar 100mg tiap 12jam untuk tablet /50mg (setengah sendok teh) 4x 1
hari untuk suspense, hanya jika diperlukan untuk obat nyeri. Jangan melebihi
dosis 1200mgx 1 hari.
4)

Efek samping
Efek samping paling berat terjadi pada system liemopoetik, kulit dan

kardivaskular. Efek samping yang paling sering timbul yang terutama terjadi
pada awal terapi adalah pusing, ngantuk, mual, dan muntah.
Contoh

obat:

Tegritol

(ciba),

Temporal

(orion),

Karbamazepin

(generic).
5) Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap karbamazepin, antidepresan trisiklik, atau
komponen sediaan, depresi sumsum tulang belakang.
6)

Mekanisme kerja
Selain

sebagai

antikonvulsan,

karbamazepin

mempunyai

efek

sebagai antikolinergik, antineuralgik, antideuritik, pelemas otot, antimanik,

antidepresif dan antiariunia. Menekan aktifitas senralis nucleus pada


thalamus/menurunkan jumlah stimulasi temporal yang menyebabkan neural
discharge dengan cara membatasi influks ion natrium yang menembus
membran sel atau mekanisme lain yang belum diketahui, menstimulasi
pelepasan ADH untuk mereabsorbsi air, secara kimiawi terkait dengan
antidepresan

trisiklik

.
2.

Pasien Hiperaktif atau Agitasi Anti Psikotik Low Potensial


Penatalaksanaan ini berarti mengurangi dan menghentikan agitasi

untuk pengamanan pasien. Hal ini berkaitan dengan penggunaan obat anti
psikotik untuk pasien waham. Dimana pedoman penggunaan antipsikotik
adalah:

c.

a.

Tentukan target symptom

b.

Antipsikosis yang telah berhasil masa lalu sebaiknya tetap digunakan

Penggantian antipsikosis baru dilakukan setelah penggunaan antipsikosis


yang lama 4-6 minggu
d.

Hindari polifarmasi

e.

Dosis maintenans adalah dosis efektif terendah.

Contoh obat antipsikotik adalah:


a.

Antipsikosis atipikal (olanzapin, risperidone).

Pilihan awal Risperidone tablet 1mg, 2mg, 3mg atau Clozapine tablet 25mg,
100mg.
Keuntungan : angka keberhasilan tinggi, ekstra pyramidal symptom minimal.
Kerugian : harganya mahal
b.

Tipikal (chlorpromazine, haloperidol), chlorpromazine 25-100mg

Keuntungan : harganya relatif lebih murah, efektif untuk mmenghilangkan


gejala positif.
Kerugian : angka keberhasilan rendah, efek samping pyramidal (gejala mirip
Parkinson, distonia akut, akathisia, tardive dyskinesia, (pada 24% pasien),

neuroleptic malignant syndrome, dan hyperprolactinaemia) kurang efektif


untuk menghilangkan gejala negatif.
3.

Penarikan Diri High Potensial


Selama seseorang mengalami waham. Dia cenderung menarik diri dari

pergaulan dengan orang lain dan cenderung asyik dengan dunianya sendiri
(khayalan

dan

pikirannya

sendiri).

Oleh

karena

itu,

salah

satu

penatalaksanaan pasien waham adalah penarikan diri high potensial. Hal ini
berarti penatalaksanaannya ditekankan pada gejala dari waham itu sendiri,
yaitu gejala penarikan diri yang berkaitan dengan kecanduan morfin
biasanya dialami sesaat sebelum waktu yang dijadwalkan berikutnya,
penarikan diri dari lingkungan sosial.
4.

ECT Tipe Katatonik


Electro Convulsive Terapi (ECT) adalah sebuah prosedur dimana arus

listrik melewati otak untuk memicu kejang singkat. Hal ini tampaknya
menyebabkan perubahan dalam kimiawi otak yang dapat mengurangi gejala
penyakit mental tertentu, seperti skizofrenia katatonik. ECT bisa menjadi
pilihan jika gejala yang parah atau jika obat-obatan tidak membantu
meredakan katatonik episode.
5.

Psikoterapi
Walaupun obat-obatan penting untuk mengatasi pasien waham, namun

psikoterapi juga penting. Psikoterapi mungkin tidak sesuai untuk semua


orang, terutama jika gejala terlalu berat untuk terlibat dalam proses terapi
yang memerlukan komunikasi dua arah. Yang termasuk dalam psikoterapi
adalah terapi perilaku, terapi kelompok, terapi keluarga, terapi supportif.
2.8 Asuhan Keperawatan
2.8.1

Pengkajian
a. Identifikasi Klien

Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak


dengan klien tentang: Nama klien, panggilan klien, Nama perawat, tujuan,
waktu pertemuan, topik pembicaraan.
b. Keluhan Utama
Tanyakan pada keluarga atau klien hal yang menyebabkan klien dan
keluarga datang ke Rumah Sakit, yang telah dilakukan keluarga untuk
mengatasi masalah dan perkembangan yang dicapai.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Tanyakan pada klien atau keluarga, apakah klien pernah mengalami
gangguan

jiwa

pada

masa

lalu,

pernah

melakukan,

mengalami,

penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam


keluarga dan tindakan kriminal.
d. Aspek Fisik
Mengukur dan mengobservasi tanda-tanda vital: TD, nadi, suhu,
pernafasan. Ukur tinggi badan dan berat badan, kalau perlu kaji fungsi organ
kalau ada keluhan.
e. Aspek Psikososial
1. Konsep Diri.

Citra tubuh : Biasanya pasien dengan waham miliki perasaan negatif terhadap diri
sendiri.

dentitas diri : Pada pasien dengan waham kebesaran misalnya mengaku seorang polisi
padahalkenyataan nya tidak benar.

Peran Klien :

berperan sebagai kepala keluarga dalam keluarganya.

deal diri

Klien berharap agar bisa cepat keluar dari RSJ karena ia bosan sudah

Harga diri

lama di RSJ.
:

Adanya gangguan konsep diri : harga diri rendah karena perasaan

negatif terhadapdiri sendiri,hilangnya rasa percaya diri dan merasa gagal


mencapai tujuan.
2. Hubungan Sosial
Pasien dengan waham biasanya memiliki hubungan sosial yang tidak
haramonis.

3. Spiritual.

n Keyakinan : Biasanya pada pasien dengan waham agama meyakini agamanya secara
berlebihan.
Ibadah

: Biasanya pada pasien dengan waham agama melakukan ibadah secara


berlebihan.
f. Status Mental.
1. Penampilan
Pada pasien waham biasanya penampilan nya sesuai dengan waham
yang ia rasakan.Misalnya pada waham agama berpakaian seperti seorang
ustadz.
2. Pembicaraan
Pada pasien waham biasanya pembicaraan nya selalu mengarah ke
wahamnya,bicara cepat,jelas tapi berpindah-pindah,isi pembicaraan tidak
sesuai dengankenyataan.
3.

Aktivitas Motorik
Pada waham kebesaran bisa saja terjadi perubahan aktivitas yang
berlebihan.

4. Alam Perasaan
Pada waham curiga biasanya takut karena merasa orang-orang akan
melukai dan mengancam membunuhnya.Pada waham nihilistik merasa sedih
karena meyakini kalau dirinya sudah meninggal.
5. Interaksi Selama Wawancara
Pada pasien waham biasanya di temukan :
Defensif : selalu berusaha mempertahankan pendapat dan kebenaran dirinya.
Curiga

: menunjukkan sikap / perasaan tidak percaya pada orang lain.


6. Isi Pikir
Pada pasien dengan waham Kebesaran biasanya : klien mempunyai
keyakinan yang berlebihan terhadap kemampuannya yang disampaikan
secara berulang yang tidak sesuai dengan kenyataan.
7. Proses Pikir

Pada pasien waham biasanya pikiran yang tidak realistis,flight of


ideas,pengulangankata-kata.
8. Tingkat Kesadaran
Biasanya masih cukup baik.

2.8.2

Analisa Data
N
Data
Masalah
O
1. S:
Risiko gangguan
Klien mengungkapkan sesuatu
komunikasi verbal
yang tidak realistis bahwa dia
adalah anggota DPR yang baru
terpilih pada pemilu kemarin.
O:
Kehilangan asosiasi, pengulangan
kata-kata yang didengar dan
kontak mata kurang
2. S :
Perubahan proses
Klien mengungkapkan sesuatu
pikir : waham
yang diyakininya mengenai
kebesaran (menjadi anggota
DPR) berulang kali secara
berlebihan tetapi tidak sesuai
dengan kenyataan.
O:
Setiap pagi klien selalu
berpakaian rapi, bersepatu
kinclong seperti layaknya
anggota DPR.
3. S:
Gangguan harga
Klien mengatakan bahwa dirinya diri rendah
tidak tahu apa-apa, bodoh dan
mengkritik diri sendiri.
O:
Klien tampak lebih suka sendiri,
ingim mencederai diri dan ingin
mengakhiri hidup.

2.8.3

Pohon Masalah
Proses terjadinya waham menurut Stuart dan Sundeen dapat dirangum
dalam pohon masalah sebagai berikut:
Resiko tinggi gangguan komunikasi verbal
Effect:
Gangguan isi pikir: Waham
Core problem:
Harga diri rendah kronis
Causa:
Koping individu tidak efektif

2.8.4

Intervensi

SP 1 Pasien : Membina hubungan saling percaya


TUK :
1. Membantu orientasi realita.
2.
Mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi dan cara memenuhi
kebutuhan.
3. Mempraktekkan pemenuhan kebutuhan yang tidak terpenuhi.
ORIENTASI :
Assalamualaikum, perkenalkan nama saya Indah, saya perawat yang
dinas pagi ini di Ruang Angkasa. Saya dinas dari jam 07.0014.00, saya yang
akan membantu perawatan bapak hari ini. Nama bapak siapa? senangnya
dipanggil apa?
Bisa kita berbincang-bincang tentang apa yang bapak R rasakan
sekarang?
Berapa lama bapak R mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau
15 menit?
Dimana enaknya kita berbincang-bincang pak?
KERJA :
Saya mengerti pak R merasa bahwa pak R adalah seorang anggota DPR,
saya sulit mem percayainya karena setahu saya bapak adalah pegawai
kelurahan?
Bisakah pak R ceritakan kepada saya apa yang pak R rasakan saat ini?
Oooo, jadi pak R merasa kecewa karena keluarga bapak tidak
menyetujui keputusan bapak untuk menjadi anggota DPR?
Menurut bapak kenapa keluarga pak R membawa anda kemari?

Oh begitu ya pak, lalu bagaimana sikap bapak terhadap keputusan dari


keluarga bapak?
dalam waktu dekat ini apa kegiatan yang ingin bapak lakukan?
TERMINASI :
Bagimana perasaan pak R setelah berbincang-bincang dengan saya?
Apa saja tadi yang telah kita bicarakan? Bagus.
Bagaimana kalau pak R coba membuat jadwal kegiatan, setuju pak?
Bagaimana kalau bincang-bincang kita saat ini kita akan lanjutkan lagi.
Saya akan datang kembali dua jam lagi.
Kita akan berbincang-bincang tentang hal-hal yang senang pak R
lakukan?
Bapak mau kita berbincang-bincang dimana? Bagaimana kalau disini
saja pak R?
2

Pasien : Mengidentifikasi kemampuan positif


mempraktekannya.
TUK:
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Berdiskusi tentang kemampuan yang dimiliki
3. Melatih kemampuan yang dimiliki

pasien

dan

membantu

ORIENTASI :
Assalamualaikum pak R, bagaimana perasaannya saat ini? Bagus
Apakah pak R sudah mengingat-ingat apa saja kegiatan yang sering pak
R lakukan?
Bagaimana kalau kita bicarakan kegemaran pak R tersebut sekarang?
Dimana enaknya kita berbincang-bincang tentang hobi pak R tersebut?
Berapa lama pak R mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20
menit?
KERJA :
Apa saja kegiatan yang pak R senangi? Saya catat ya pak, terus apa
lagi?
Wah, rupanya pak R suka menjadi pemimpin dalam berbagai kegiatan di
masyarakat.
Bisa pak R ceritakan kepada saya kapan pertama kali bapak memimpin
sebuah kegiatan?
Bisa pak R peragakan kepada saya bagaiman bapak memimpin acara
tersebut?
Wah, bagus sekali pak. Bagaimana kalau kita ikut kegiatan senam rutin
di tempat ini?
Apa pak R mau unutk memimpin kegiatan senam ini?
TERMINASI :
Bagaimana perasaan pak R setelah kita berbincang-bincang tentang
kegemaran pak R?

Bagaimana kalau bincang-bincang kita saat ini kita akan lanjutkan lagi.
Bagaimana kalau besok sebelum makan siang? Nanti kita ketemuan di
taman saja, setuju pak?
Nanti kita akan membicarakan tentang obat yang harus pak R minum,
setuju?
SP 3 P : Mengajarkan dan melatih cara minum obat yang benar.
TUK
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara teratur
3.
Menganjurkan pasien memasukkan waktu minum obat ke dalam jadwal
kegiatan harian
ORIENTASI :
Assalamualaikum pak R.
Bagaimana pak setelah memimpin senam tadi pagi? Bagus sekali.
Sesuai dengan janji kita tadi, kita akan membicarakan tentang obat
yang harus pak R minum, Bagaimana kalau kita mulai sekarang pak?
Berapa lama pak R mau kita membicarakannya? Bagaimana kalau 20
atau 30 menit saja?
KERJA:
Pak R berapa macam obat yang diminum, jam berapa saja obat yang
diminum?
Pak R perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya juga
tenang.
Obatnya ada tiga macam pak, yang warnanya oranye namanya CPZ
gunanya agar tenang, yang putih ini namanya THP gunanya agar rileks, dan
yang merah jambu ini namanya HLP gunanya agar pikiran jadi teratur.
Semuanya ini diminum 3 kali sehari, jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7
malam.
Bila nanti setelah minum obat mulut pak R terasa kering, untuk
membantu mengatasinya pak R bisa banyak minum dan mengisap-isap es
batu.
Sebelum minum obat ini pak R mengecek dulu label dikotak obat
apakah benar nama pak R tertulis disitu, berapa dosis atau butir yang harus
diminum, jam berapa saja harus diminum. Baca juga apakah nama obatnya
sudah benar!
Obat-obat ini harus diminum secara teratur dan kemungkinan besar
harus diminum dalam waktu yang lama. Agar tidak kambuh lagi, sebaiknya
pak R tidak menghentikan sendiri obat yang harus diminum sebelum
berkonsultasi dengan dokter.
TERMINASI :
Bagaiman perasaan pak R setelah kita becakap-cakap tentang obat
yang pak R minum? Apa saja nama obatnya? Jam berapa minum obat?
Mari kita masukkan pada jadwal kegiatan! Jangan lupa minum obatnya
dan nanti saat makan minta sendiri obatnya pada perawat!

Jadwal yang telah kita buat kemarin dilanjutkan ya pak!


Pak besok kita ketemu lagi untuk melihat jadwal kegiatan yang telah
dilaksanakan.
Bagaimana kalau seperti biasa, jam 10 dan ditempat sama?
Sampai besok ya pak.
STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI PADA
KELUARGA PASIEN DENGAN WAHAM
SP 1 KP : Membina hubungan saling percaya dengan keluarga
TUK
1. Mengidentifikasi masalah
2. Menjelaskan proses terjadinya masalah
3. Menjelaskan obat pasien.
ORIENTASI :
Assalamualaikum pak, pekenalkan nama saya Indah, saya perawat yang
dinas di ruang Angkasa ini. Saya yang merawat Pak R selama ini. Kalau bisa
saya tahu nama ibu siapa? Senangnya dipanggil apa?
Bagaimana kalau sekarang kita membicarakan tentang masalah pak R
cara merawat pak R dirumah.
Dimana ibu mau berbicara dengan saya? Bagaimana diruang
wawancara?
Berapa lama ibu mau berbincang-bincang dengan saya? Bagaimana
kalau 20 menit saja?
KERJA :
Bu J, apa masalah yang bapak rasakan dalam merawat pak R? apa yang
sudah pak R lakukan dirumah? Dalam menghadapi sikap pak R yang selalu
mengaku-ngaku sebagi seorang anggota DPR tetapi nyatanya bukan, hanya
merupakan salah satu gangguan proses berpikir. Untuk itu akan saya
jelaskan sikap dan cara menghadapinya. Setiap kali pak R berkata bahwa ia
seorang anggota DPR, pak R dan ibu bersikap dengan mengatakan;
Pertama: Ibu J mengerti bahwa pak R merasa seorang anggota DPR, tapi
sulit bagi ibu untuk mempercayainya karena setahu kita Pak R tidak terpilih
dalam pemilu.
Kedua: Ibu J harus lebih sering memuji Pak R jika ia melakukan hal-hal
yang baik
Ketiga: hal-hal ini sebaiknya dilakukan oleh seluruh keluarga yan
berinteraksi dengan pak R. Ibu dan anak dapat bercakap-cakap dengan Pak R
tentang kebutuhan yang diinginkan oleh pak R, misalnya; ibu percaya kalau
pak R punya kemampuan dan keinginan. Coba ceritakan kepada kami, R kan
punya kemampuan
Keempat: Ibu mengatakan kepada pak R, Bagaimana kalau kemampuan
untuk memimpin dengan baik bisa dipraktekan dengan memimpin shalat
dan kemudian setelah dia melakukannya ibu harus memberikan pujian.
Ibu jangan lupa, pak R ini perlu minum obat agar pikirannya jadi tenang.

Obatnya ada tiga macam bu, yang warnanya oranye namanya CPZ
gunanya agar tenang, yang putih ini namanya THP gunanya agar rileks, dan
yang merah jambu ini namanya HLP gunanya agar pikiran jadi teratur.
Semuanya ini diminum 3 kali sehari, jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7
malam, jangn dihentikan sebelum berkonsultasi dengan dokter karena dapat
menyebabkan Pak R bisa kambuh kembali. Pak R sudah punya jadwal minum
obat. Jika dia minta obat sesuai jamnya, segera berikan pujian!
TERMINASI :
Bagaimana perasaan ibu setelah berbincang-bincang dengan saya
tentang cara merawat pak R dirumah nanti?
Setelah ini coba ibu lakukan apa yang sudah saya jelaskan tadi setiap
kali berkunjung kerumah sakit.
Baiklah, bagaimana kalau dua hari lagi ibu datang kembali kesini dan
kita akan mencoba melakukan langsung cara merawat pak R sesuai dengan
pembicaraan kita tadi.
Baik kalau begitu pertemuan kita kali ini kita akhiri dulu, saya tunggu
kedatangan ibu lagi kita ketemu ditempat ini ya,bu.
SP 2 KP : Melatih kelurga cara merawat pasien.
TUK:
1. Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat pasien waham
2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien waham
ORIENTASI:
Assalamualaikum bu, sesuai dengan janji kita dua hari yang lalu kita
sekarang ketemu lagi. Bagaimana bu, ada pertanyaan tentang cara merawat
pasien seperti yang telah kita bicarakan dua hari yang lalu?, sekarang kita
akan latihan cara-cara merawat pasien tersebut ya bu.
Kita akan coba disini dulu, setelah itu baru kita coba langsung pada Pak
R ya?
KERJA:
Sekarang anggap saja saya pak R yang sedang mengaku anggota DPR,
coba ibu praktikkan cara bicara yang benar bila pak R sedang dalam
keadaan seperti ini!
Bagus,betul begitu caranya, sekarang coba praktikkan cara memberikan
pujian atas kemampuan yang dimiliki oleh pak R. bagus !
Sekarang coba cara memotivasi pak R minum obat dan melakukan
kegitan positifnya sesuai jadwalnya! Bagus sekali ternyata ibu sudah
mengerti cara merawata Pak R.
Bagaimana kalau sekarang kita coba langsung kepada pak R.
TERMINASI:
Bagaimana perasaan ibu setelah kita berlatih cara merawat pak R?
Setelah ini coba ibu lakukan apa yang sudah dilatih tadi setiap kali ibu
membesuk pak R!

Baiklah, bagaimana kalau dua hari lagi ibu datang kembali ke sini dan
kita akan mencoba lagi cara merawat pak R sampai ibu lancar
melakukannya?
Jam berapa ibu bisa kemari? Baik, kita akan ketemu lagi di tempat ini
ya,bu.
SP 3 KP : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga.
TUK
1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas termasuk minum obat
2. Menjelaskan follow up pasien
ORIENTASI:
Assalamualaikum bu, karena pada hari ini pak R sudah boleh pulang,
maka kita bicarakan jadwal pak R selama dirmah.
Bagaimana bu, selama ibu besuk apakah sudah terus dilatih cara
merawat pak R?
Nah, sekarang bagaimana kalau kita bicarakan jadwal di rumah? Mari
ibu ikut saya
Berapa lama ibu mau berbincang-bincang dengan saya? Bagaimana
kalau 30 menit saja? Sebelum ibu menyelesaikan administrasinya
KERJA:
Bu, ini jadwal pak R selama di rumah sakit. Coba perhatikan! Apakah
kira-kira dapat dilaksanakan semuanya di rumah? Jangan lupa perhatikanpak
R agar ia tetap melaksanakannya dirumah dan jangan lupa member tanda M
(mandiri), B (bantuan), atau T (tidak mau melaksanakannya).
Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilku yang
ditampilkan oleh pak R selama dirumah. Misalnya pak R mengaku sebagai
seorang anggota DPR terus menerus dan tidak memeperlihatkan perbaikan,
menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang
lain. Jika hal ini terjadi segera hubungi petugas rumah sakit, agar petugas
rumah sakit dapat memantaunya.
TERMINASI:
Apa yang ingin ibu tanyakan? Bagaimana perasaan ibu? Sudah siap
untuk melanjutkan dirumah?
Ini jadwal kegiatan hariannya. Ini rujukan untuk bisa control lagi. Kalau
ada apa-apa bapa dan ibu segera menghubungi kami. Mungkin hanya ini
yang bisa saya sampaikan mohon maaf bila ada kata-kata saya yang
menyinggung perasaan ibu mohon dimaafkan. Terimakasih atas
kerjasamanya bu.
Silahkan ibu untuk dapat menyelesaikan administrasinya ke kantor
depan!
- See more at: http://sakinahkreatif.blogspot.co.id/2014/06/vbehaviorurldefaultvmlo.html#sthash.ke8jbimU.dpuf

You might also like