Professional Documents
Culture Documents
LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN PROSES PIKIR: WAHAM
Waham diyakini terjadi karena adanya atrofi otak, pembesaran vertikel di otak, atau perubahan
pada sel kortikal dan limbic.
e. Faktor genetic
3. Faktor Presipitasi
Menurut Direja (2011) faktor presipitasi dari gangguan isi pikir: waham, yaitu :
a. Faktor sosial budaya
Waham dapat dipicu karena adanya perpisahan dengan orang yang berarti atau diasingkan dari
kelompok.
b. Faktor biokimia
Dopamine, norepineprin, dan zat halusinogen lainnya diduga dapat menjadi penyebab waham
pada seseorang.
c. Faktor psikologis
Kecemasan yang memandang dan terbatasnya kemampuan untuk mengatasi masalah sehingga
klien mengembangkan koping untuk menghindari kenyataan yang menyenangkan.
4. Mekanisme Koping
1. Klien : identifikasi koping kekuatan dan kemampuan yang masih dimiliki klien.
2. Sumber daya dan duungan sosial : pengetahuan keluarga, finansial keluarga, waktu dan tenaga
keluarga yang tersedia, kemampuan keluarga memberikan asuhan.
5. Proses terjadinya
Menurut Yosep (2009), adapun proses terjadinya waham, yaitu:
Fase lack of human need
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik secara fisik maupun psikis.
Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang-orang dengan status sosial dan
ekonomi sangat terbatas. Biasanya klien sangat miskin dan menderita. Keinginan ia untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya untuk melakuakn kompensasi yang salah. Ada
juga klien yang secara sosial dan ekonomi terpenuhi tetapi kesenjangan antara reality dengan self
ideal sangat tinggi. Misalnya ia seorang sarjana tetapi menginginkan dipandang sebagai seorang
yang dianggap sangat cerdas, sangat berpengalaman dan diperhitungkan dalam kelompoknya.
Waham terjadi karena sangat pentingnya pengakuan bahwa ia eksis di dunia ini. Dapat
dipengaruhi juga oleh rendahnya penghargaan saat tumbuh kembang (life span history).
Fase comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta menganggap bahwa semua
orang sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya. Keyakinan sering diserati halusinasi
pada saat klien menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya klien lebih sering menyendiri dan
menghindari interkasi sosial (isolasi sosial).
f.
Fase improving
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu keyakinan yang salah
pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul sering berkaitan dengan traumatik masa
lalu atau kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat
menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain.
Penting sekali untuk menggung kayakinan klien dengan cara konfrontatif serta memperkaya
kayakinan religiusnya bahwa apa-apa yang dilakukan menimbulkan dosa besar serta konsekuensi
sosial.
6. Klasifikasi, Jenis dan Sifat Masalah
Proses berpikir meliputi 3 aspek yaitu bentuk pikiran, isi pikiran dan arus pikiran. Menurut
Kaplan, berfikir merupakan aliran gagasan, symbol dan asosiasi yang diarahkan oleh tujuan,
dimulai oleh suatu masalah atau tugas dan mengarah pada kesimpulan yang berorientasi pada
a.
kenyataan.
Gangguan Bentuk Pikir
Dalam kategori ini termasuk semua penyimpangan dari pemikiran rasional, logic dan terarah
pada tujuan.
1) Dereisme/ pikiran dereistik
Titik berat pada tidak adanya sangkut paut terjadi antara proses mental individu dan
pengalamannya yang sedang berjalan. Proses mentalnya tidak sesuai dengan atau tidak
mengikuti kenyataan, logika atau pengalaman.
2) Pikiran otistik
Menandakan bahwa penyebab distorsi arus asosiasi adalah dari dalam pasien itu sendiri dalam
bentuk lamunan, fantasi, waham, atau halusinasi. Cara berfikir seperti ini hanya akan
memuaskan keinginannya yang tidak terpenuhi tanpa memperdulikan keadaan seitarnya yang
tidak terpenuhi tanpa memperdulikan keadaan sekitarnya. Hidup dalam alam pikirannya sendiri.
3) Bentuk pikiran non realistic
Bentu pikiran yang sama sekali tidak berdasaran pada kenyataan, mengambil sesuatu kesimpulan
yang aneh dan tidak masuk akal.
b. Gangguan Arus Pikir
Yaitu tentang cara dan lajunya proses asosiasi dalam pemikiran yang timbul dalam berbagai jenis
:
1) Perseverasi : berulang-ulang menceritakan suatu ide, pikiran atau tema secara berlebihan.
2) Asosiasi longgar : mengatakan hal-hal yang tidak ada hubungannya satu sama lain, misalnya
saya mau makan semua orang dapat berjalan-jalan. Bila ekstrim, maka akan terjadi
inkoherensi.
3) Inkoherensi : gangguan dalam bentuk bicara, sehingga satu kalimat pun sudah sulit ditangap
atau diikuti maksudnya.
4) Kecepatan bicara : untuk mengutarakan pikiran mungkin lambat sekali atau sangat cepat.
5) Benturan : piiran tiba-tiba berhenti atau berhenti di tengah sebuah kalimat. Pasien tidak dapat
menerangkan mengapa ia berhenti.
6) Logorea : banyak bicara, kata-kata dikeluaran bertubi-tubi tanpa kontrol, mungkin koherent atau
incoherent.
7) Pikiran melayang (flight of ideas) :perubahan yang mendadak lagi cepat dalam pembicaraan,
sehingga satu ide yang belum selesai diceritakan sudah disusul oleh ide yang lain.
8) Asosiasi bunyi : mengucapkan perkataan yang mempunyai persamaan bunyi, misalnya pernah
disengar saya mau makan diutarakan seakan berontak.
9) Neologisme : membentuk kata-kata baru yang tida dipahami oleh umum, misalnya : saya radiitu,
semua partinum.
10) Irelevansi : isi pikiran atau ucapan yang tidak ada hubungannya dengan pertanyaan atau dengan
hal yang sedang dibicarakan.
11) Pikiran berputar-putar (circumstantiality) : menuju secara tidak langsung kepada ide pkok
dengan menambahan banyak hal yang remeh-remeh yang majemuk dan tidak relevan.
12) Main-main dengan kata-kata : membuat sejak secara tidak wajar.
13) Afasi : mungkin sensori (tidak atau sukar mengerti biacara orang lain) atau motorik (tidak dapat
atau sukar bicara), sering kedua-duanya sekaligus dan terjadi kerusakan otak.
c. Gangguan Isi Pikir
Dapat terjadi baik pada isi pikiran nonverbal maupun pada isi pikiran yang diceritakan misalnya :
1) Kegembiraan yang luar biasa (ecstasy) : dapat timbul secara mengambang pada orang yang
normal selama fase permulaan narkosa (anastesi umum)
2) Fantasi : isi pikiran tentang suatu keadaan atau kejadian yang diharapkan/ diinginkan, tetapi
dikenal sebagai tidak nyata.
3) Fobia : rasa takut yang irasional terhadap sesuatu benda atau keadaan yang tidak dapat
dihilangkan atau ditekan oleh pasien, biarpun diketahui bahwa hal itu irasional adanya.
4) Obsesi : Isi pikiran yang kukuh (persisten) timbul, biarpun tidak dikendalikannya dan diketahui
bahwa hal itu tidak wajar atau tidak mungkin.
5) Preokupasi : Pikiran terpaku hanya pada sebuah ide saja yang biasanya berhubungan dengan
keadaan yang bernada emosional yang kuat.
6) Pikiran yang tak memadai (Inadequate) : pikiran yang ekstrinsik, tidak cocok dengan banyak
hal, terutama dalam pergaulan dan pekerjaan seseorang.
7) Pikiran bunuh diri (Suicide thoughts / ideation) : mulai dari kadang-kadang memikirkan hal
bunuh dari sampai terus menerus memikirkan cara bagaimana ia dapat membunuh dirinya
8) Pikiran hubungan : pembicaraan orang lain, benda-benda, atau sesuatu kejadian dihubungkan
dengan dirinya.
9) Rasa terasing (aleanasi) : perasaan bahwa dirinya sudah menjadi lain, berbeda asing,
umpamanya heran, siapakah dia itu sebenarnya, rasanya ia berbeda sekali dengan orang lain.
10) Pikiran isolasi sosial (social isolation) : rasa terisolasi, tersekat, terkunci, terpencil dari
masyarakat, rasa ditolak, tidak disukai orang lain, rasa tidak enak bila berkumpul dengan orang
lain, lebih suka menyendiri.
11) Pikiran rendah diri : Merendahkan, menghinakan dirinya sendiri, menyalahkan dirinya tentang
suatu hal yang pernah atau tidak pernah dilakukannya.
12) Merasa dirugikan oleh orang lain : menghina atau menyangka ada orang lain yang telah
merugikannya, sedang mengambil keuntungan dari dirinya, atau sedang mencelakakannya.
13) Merasa dirinya dalam bidang seksual : acuh tak acuh tentang hal seksual, kegairahan seksual
berkurang secara umum (hiposeksualitas).
14) Rasa salah : sering mengatakan ia telah bersalah; ini bukanlah waham dosa.
15) Pesimisme : mempunyai pandangan yang suram mengenai banyak hal pada bidangnya.
16) Sering curiga : mengutarakan ketidakpercayaannya kepada orang lain; buan waham curiga.
17) Waham : keyakinan tentang sesuatu isi pikiran yang tidak sesuai dengan kenyataannya atau tidak
cocok dengan intelegensi dan latar belakang kebudayaannya, biarpun dibutikan kemustahilan hal
itu.
Menurut Direja (2011) dan Azizah (2011), adapun jenis-jenis waham, yaitu :
a) Waham Kebesaran
Keyakinan secara berlebihan bahwa dirinya memiliki kekuatan khusus atau berlebihan yang
berbeda dengan orang lain, diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
b) Waham Agama
Keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai
dengan kenyataan.
c) Waham Curiga
Keyakinan seseorang atau sekelompok orang berusaha merugikan atau mencederai dirinya,
diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
d) Waham Somatik
Keyakinan seseorang bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu atau terserang penyakit,
diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
e) Waham Nihilistik
Keyakinan seseorang bahwa dirinya sudah meninggal dunia, diucapkan berulang-ulang tetapi
tidak sesuai dengan kenyataan.
f) Waham Dosa
Keyakinan klien terhadap dirinya telah atau selalu salah atau berbuat dosa atau perbuatannya
tidak dapat diampuni lagi.
g) Waham yang bizar terdiri dari:
1)
Sisp pikir yaitu keyakinan klien terhadap suatu pikiran orang lain disisipkan ke dalam pikiran
2)
dirinya.
Siar pikir/broadcasting yaitu keyakinan klien bahwa ide dirinya dipakai oleh/disampaikan
kepada orang lain mengetahui apa yang ia pikirkan meskipun ia tidak pernah secara nyata
3)
7. Penatalaksanaan Medis
Terapi pada gangguan jiwa, khususnya skizofrenia dewasa ini sudah dikembangkan
sehingga klien tidak mengalami diskriminasi bahkan metodenya lebih manusiawi daripada masa
sebelumnya. Penatalaksanaan medis pada gangguan proses pikir yang mengarah pada diagnosa
medis skizofrenia, khususnya dengan gangguan proses pikir: waham, yaitu:
a. Psikofarmakologi
Menurut Hawari (2003), jenis obat psikofarmaka, dibagi dalam 2 golongan yaitu:
1) Golongan generasi pertama (typical)
Obat yang termasuk golongan generasi pertama, misalnya: Chorpromazine HCL (Largactil,
Promactil, Meprosetil), Trifluoperazine HCL (Stelazine), Thioridazine HCL (Melleril), dan
Haloperidol (Haldol, Govotil, Serenace).
2) Golongan kedua (atypical)
Obat yang termasuk generasi kedua, misalnya: Risperidone (Risperdal, Rizodal, Noprenia),
Olonzapine (Zyprexa), Quentiapine (Seroquel), dan Clozapine (Clozaril).
b. Psikotherapi
Terapi kejiwaan atau psikoterapi pada klien, baru dapat diberikan apabila klien dengan
terapi psikofarmaka sudah mencapai tahapan dimana kemampuan menilai realitas sudah kembali
pulih dan pemahaman diri sudah baik. Psikotherapi pada klien dengan gangguan jiwa adalah
c.
bentuk perlakuan fisik (Riyadi dan Purwanto, 2009). Beberapa jenis terapi somatik, yaitu:
1) Restrain
Restrain adalah terapi dengan menggunakan alat-alat mekanik atau manual untuk membatasi
mobilitas fisik klien (Riyadi dan Purwanto, 2009).
2) Seklusi
Seklusi adalah bentuk terapi dengan mengurung klien dalam ruangan khusus (Riyadi dan
Purwanto, 2009).
3) Foto therapy atau therapi cahaya
Foto terapi atau sinar adalah terapi somatik pilihan. Terapi ini diberikan dengan memaparkan
klien sinar terang (5-20 kali lebih terang dari sinar ruangan) (Riyadi dan Purwanto, 2009).
4) ECT (Electro Convulsif Therapie)
ECT adalah suatu tindakan terapi dengan menggunakan aliran listrik dan menimbulkan kejang
pada penderita baik tonik maupun klonik (Riyadi dan Purwanto, 2009).
d. Rehabilitasi
Rehabilitasi merupakan suatu kelompok atau komunitas dimana terjadi interaksi antara
sesama penderita dan dengan para pelatih (sosialisasi).
8. Rentang Respon Sosial
Menurut Stuart and Sundeen (1998) waham merupakan salah satu respon persepsi
paling maladaptif dalam rentang respon neurobiologi. Rentang respon tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut:
Respon Adaptif
Respon
maladaptif
Pikiran logis Distorsi
pikiran
Gangguan
proses
pikir / delusi / waham
Persepsi akurat
Ilusi
Halusinasi
Perilaku disorganisasi
tidak biasa
Berhubungan sosial
Menarik diri
Isolasi sosial
maladaptif. Bila individu berespon adaptif, cenderung dapat berpikir logis, persepsi akurat,
emosi konsisten dengan pengalaman, perilaku sesuai dan dapat berhubungan sosial. Bila individu
berespon antara respon adaptif dan maladaptif maka akan menimbulkan pemikiran kadang
kadang menyimpang, ilusi, reaksi emosional berlebihan atau berkurang, perilaku ganjil dan
menarik diri. Namun bila individu berespon maladaptif maka cenderung mengalami kelainan
pemikiran/delusi/waham, halusinasi, ketidakmampuan untuk mengalami emosi, ketidakteraturan
dan isolasi sosial.
C. Pohon Masalah
Effec
t
Menurut Fitria (2009) dan Yosep (2009), pohon masalah pada pasien dengan waham adalah
sebagai berikut:
Risiko Perilaku Kekerasan
Core
Problem
Gangguan proses Pikir: Waham
Caus
a
Isolasi Sosial
Data subyektif
Klien mengatakan bahwa dirinya adalah orang yang paling hebat
Klien mengatakan bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus.
Data obyektif
Klien terus berbicara tentang kemampuan yang dimilikinya.
Pembicaraan klien cenderung berulang-ulang
Isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan.
E. Diagnosa Keperawatan
a.
b.
c.
d.
F. Rencana Keperawatan
NO
KLIEN
SP1P
KELUARGA
SPIK
SP2P
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
pasien
SP2K
Melatih keluarga mempraktikkan cara
merawat pasien dengan waham
SP3P
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
pasien
2
3
SP3K
Membantu keluarga membuat jadwal
aktivitas di rumah termasuk minum obat (
discharge planing )
Menjelaskan follow- uf pasien setelah pulang
G. Pelaksanaan
Pelaksanaan atau implementasi perawatan merupakan tindakan dari rencana keperawatan yang
disusun sebelumnya berdasarkan prioritas yang telah dibuat dimana tindakan yang diberikan
mencakup tindakan mandiri dan kolaboratif. Pada situasi nyata sering impelmentasi jauh berbeda
dengan rencana, hal ini terjadi karena perawat belum terbiasa menggunakan rencana tertulis
dalam melaksanakan tindakan tindakan keperawatan yang biasa adalah rencana tidak tertulis
yaitu apa yang dipikirkan, dirasakan, itu yang dilaksanakan. Hal ini sangat membahayakan klien
dan perawat jika berakibat fatal dan juga tidak memenuhi aspek legal. Sebelum melaksanakan
tindakan yang sudah direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan singkat apakah rencana
perawatan masih sesuai dan dibutuhkan klien sesuai kondisi saat ini. Setelah semua tidak ada
hambatan maka tindakan keperawatan boleh dilaksanakan. Pada saat akan dilaksanakan tindakan
keperawatan maka kontrak dengan klien dilaksanakan. Dokumentasikan semua tidakan yang
telah dilaksanakan beserta respon klien ( Keliat, 2002, hal 15).
H. Evaluasi
Adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada klien
(Keliat, dkk 1998)
Evaluasi dibagi 2 :
1. Evaluasi proses (Formatif) dilakukan setiap selesai melakukan tindakan
2. Evaluasi hasil (Sumatif) dilakukan dengan membandingkan respon klien pada tujuan khusus dan
umum yang telah ditentukan dengan perawatan SOAP
Hasil yang ingin dicapai pada klien dengan kerusakan interaksi sosial (menarik diri ) yaitu :
1. Klien dapat berpikir sesuai dengan realitas
Untuk laporan pendahuluan lainnya klik disini
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, L. M. 2011. Keperawatan Jiwa: Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Direja, A.H.S. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Medikal Book.
Fitria, N. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan Dan Strategi Pelaksanaan
Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba Medika.
Keliat, B.A. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Riyadi, S. dan Purwanto, T. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Stuart & Sundden. 1995. Principle & Praktice of Psychiatric Nursing, ed. Ke-5. St Louis: Mosby Year
Book.
Townsed, M. C. 1998. Diagnosa Keperawatan Psikiatri, Edisi 3. Jakarta: EGC.
Yosep, I. 2009. Keperawatan Jiwa. Jakarta: Refika Aditama.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Waham adalah suatu keyakinan yang dipertahankan secara kuat terusmenerus, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. (Budi Anna Keliat, 2006:
147)
dipertahankan
walaupun
tidak
diyakini
oleh
orang
lain
dan
sangat tidak mungkin, misal, FBI mengikuti saya) dan tetap dipertahankan
meskipun telah diperlihatkan bukti-bukti yang jelas untuk mengoreksinya.
Waham sering ditemui pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk
waham yang spesifik sering ditemukan pada skizofrenia. Semakin akut
psikosis semakin sering ditemui waham disorganisasi dan waham tidak
sistematis.
2.2 Klasifikasi
Waham dapat di klasifikasikan menjadi beberapa macam, menurut
Direja (2011) yaitu:
Jenis Waham
Pengertian
Keyakinan secara
Perilaku Klien
Saya ini pejabat di
berlebihan bahwa
kementrian
dirinya memiliki
Semarang!
kelebihan yang
perusahaan paling
berbeda dengan
besar lho.
Waham Agama
kenyataan.
Keyakinan terhadap
Waham Curiga
kenyataan.
Keyakinan seseorang Saya tahu mereka
atau sekelompok
mau menghancurkan
merugikan atau
dengan kesuksesan
mencederai dirinya,
saya.
Waham Somatik
kanker. Padahal
sebagian tubuhnya
terserang penyakit,
Waham Nihlistik
rohnya.
sesuai dengan
kenyataan.
2.3 Faktor Predisposisi
a. Faktor Perkembangan
Hambatan
perkembangan
akan
mengganggu
hubungan
interpersonal
seseorang. Hal ini dapat meningkatkan stress dan ansietas yang berakhir
dengan
gangguan
persepsi,
klien
menekan
perasaannya
sehingga
Faktor Psikologis
Hubungan
yang
menimbulkan
tidak
ansietas
harmonis,
dan
peran
berakhir
ganda/bertentangan,
dengan
pengingkaran
dapat
terhadap
kenyataan.
d. Faktor Biologis
Waham diyakini terjadi karena adanya atrofi otak, pembesaran ventrikel di
otak, atau perubahan pada sel kortikal dan limbic.
e. Faktor Genetik
proses
imformasi
dan
abnormalisasi
yang
mengakibatkan
denga
stressor
lingkungan
untuk
menentukan
terjadinya
gangguan prilaku.
c. Pemicu Gejala
Terdapat
pada
respon
neurobiologis
yang
maladaptif
yang
kecemasan
yang
ekstrim
dan
menunjang
disertai
Pada
pemeriksaan
status
mental,
menunjukkan
hasil
yang
sangat
e.
Klien waham hampir seluruh memiliki insight (daya tilik diri) yang jelek.
d.
dan diucapkan
berulang kali,
tetapi tidak
sesuai
perusahaan,
punya
rumah
di
berbagai
negara
dan
bisa
lain,
Banyak
Polisi
mengintai
saya,
tetangga
saya
ingin
Klien
mengungkapkan
sesuatu
yang
diyakininya
(tentang
agama,
Curiga.
d. Bermusuhan.
e. Merusak (diri, orang lain, lingkungan).
f.
Mudah tersinggung.
Adapun tanda dan gejala yang lainnya meliputi :
berpikir
magis
dan
primitif,
perhatian,
isi
pikir,
bentuk
dan
c.
Fungsi emosi
Afek tumpul kurang respon emosional, afek datar, afek tidak sesuai, reaksi
berlebihan, ambivalen
d. Fungsi motorik
Imfulsif, gerakan tiba-tiba dan spontan, manerisme, stereotopik gerakan
yang diulang-ulang, tidak bertujuan, tidak dipengaruhi stimulus yang jelas,
katatonia.
e. Fungsi sosial : kesepian
Isolasi sosial, menarik diri dan harga diri rendah.
Dalam tatanan keperawatan jiwa respon neurobiologis yang sering muncul
adalah gangguan isi pikir : waham dan gangguan persepsi sensori :
halusinasi.
2.6 Proses Terjadinya Masalah
Menurut Yosep (2009), proses terjadinya waham meliputi 6 fase, yaitu :
1. Fase Lack of Human Need
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik
secara fisik maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi
pada orang-orang dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas.
Biasanya klien sangat miskin dan menderita. Keinginan ia untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya mendorongnya untuk melakukan kompensasi yang
salah. Ada juga klien yang secara sosial dan ekonomi terpenuhi tetapi
kesenjangan antara realiti dengan self ideal sangat tinggi.
2. Fase Lack of Self Esteem
Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan
antara self ideal dengan self reality (keyataan dengan harapan) serta
dorongan kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan
sudah melampaui kemampuannya.
3. Fase Control Internal External
Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa
yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai
dengan keyataan, tetapi menghadapi keyataan bagi klien adalah suatu yang
sangat berat, karena kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap
penting dan diterima lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, karena
kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan
sekitar klien mencoba memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan
klien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara adekuat karena
besarnya toleransi dan keinginan menjaga perasaan. Lingkungan hanya
menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau konfrontatif berkepanjangan
dengan alasan pengakuan klien tidak merugikan orang lain.
4. Fase Environment Support
Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya
menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap
sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya
diulang-ulang. Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak
berfungsinya norma (super ego) yang ditandai dengan tidak ada lagi
perasaan dosa saat berbohong.
5. Fase Comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta
menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan
mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien
menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya klien sering menyendiri dan
menghindari interaksi sosial (isolasi sosial).
6. Fase Improving
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap
waktu keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang
muncul sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhankebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat
menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan ancaman
diri dan orang lain.
2.7 Penatalaksanaan
Menurut Harnawati (2008) penanganan pasien dengan gangguan jiwa
waham antara lain :
1.
Psikofarmalogi
a.
Litium Karbonat
1) Farmakologi
Litium Karbonat adalah jenis litium yang paling sering digunakan untuk
mengatasi gangguan bipolar, menyusul kemudian litium sitial. Sejak
disahkan oleh Food and Drug Administration (FDA). Pada 1970 untuk
mengatasi mania akut litium masih efektif dalam menstabilkan mood pasien
dengan gangguan bipolar. Meski demikian, efek samping yang dilaporkan
pada gangguan litium cukup serius. Efek yang ditimbulkan hampir serupa
dengan efek mengkonsumsi banyak garam, yakni tekanan darah tinggi,
retensi air, dan konstipasi. Oleh karena itu, selama penggunaan obat ini
harus dilakukan tes darah secara teratur untuk menentukan kadar litium.
2)
Indikasi
Dosis
menukar bentuk tablet dari immediate release maka diusahakan agar dosis
total harian keduanya tetap sama.
Control jangka panjang : kadar serum litium yang diinginkan adalah
0,6-1,2 mEq/L. dosis bervariasi per individu,tapi biasanya berkisar 900mg1200mg per hari dalam dosis berbagi. Monitor dilakukan setiap bulan, pasien
yang supersensitive biasanya memperlihatkan tanda toksik pada kadar
serum dibawah 10mEq/L
4)
Efek Samping
Contoh obat
Mekanisme kerja
b.
Haloperidol
1)
Farmakologi
pengobatan
jangka
pendek,
pada
anak
yang
hiperaktif
juga
3)
Dosis
Untuk dewasa dosis yang digunakan adalah sebagai berikut:
Gejala sedang : 0,5-2mg, 2 atau 3 kali sehari
Gejala berat : 3-5mg, 2 atau 3 kali sehari
Untuk mencapai diperlukan dosis control yang cepat, kadang-kadang
diperlukan dosis yang lebih tinggi. Pasien usia lanjut atau labil :1/2-2 mg, 2
atau 3 kali sehari. Pasien yang tetap menunjukkan gejala yang berat atau
adekuat perlu disesuaikan dosisnya. Dosis harian sampai 100mg mungkin
diperlukan pada kasus-kasus tertentu untuk mencapai respon optimal. Jarang
sekali haloperidol diberikan dengan dosis diatas 100mg untuk pasien berat
yang resisten.
Sedangkan pada pasien anak-anak dosis yang digunakan adalah
sebagai
berikut:
Haloperidol tidak boleh diberikan pada anak-anak usia kurang dari 3tahun.
Pada anak-anak dengan usia 3-12 tahun (berat badan 15-40kg). obat mulai
diberikan dengan dosis terkecil (0,5mg sehari). Jika perlu dosis dapat
ditingkatkan sebesar 5-7 hari sampai tercapai efek terapi yang diinginkan.
Dosis total dapat dibagi yaitu 2 atau 3 kali sehari. Kelainan psikotik : 0,050,15mg/kg/hari.
4) Efek samping
Pada sistem saraf pusat akan menimbulkan gejala ekstrapiramidal,
diskinesia Tardif, distonia tardif, gelisah, cemas, perubahan pengaturan
temperature tubuh, agitasi, pusing. Depresi, lelah, sakit kepala, mengantuk,
bingung, vertigo, kejang.
Pada
kardiovaskular
hipertensi/hipotensi,
akan
kelainan
EKG
menyebabkan
(gelombang
timbulnya
T
abnormal
takikardi,
dengan
Pada
kulit
memungkinkan
timbulnya
makulopapular
dan
Mekanisme kerja
Farmakologi
Karbamazepin terbukti efektif, dalam pengobatan kejang psikomotor,
b)
Pola kejang campuran termasuk jenis diatas dan kejang parsial maupun
kejang umum yang lain. Kejang jenis petitmal tampaknya tidak efektif diobati
dengan karbamazepin.
c)
Neuralgia trigeminal
Karbamazepin
diindikasikan
untuk
pengobatan
nyeri
akibat
neuralgia
trigeminal murni. Obat ini bukan merupakan analgesic dan tidak boleh
diberikan untuk mengobati sakit/nyeri.
3) Dosis
a) Dewasa dan anak-anak : diatas 12tahun
Dosis awal : 200mg 2x sehari untuk tablet/ 1 sendok teh 4x1 hari suspense
(400mg sehari). Umumnya dosisnya tidak melebihi 1000mg sehari pada
anak usia 12-15 tahun dan 1200mg sehari pada diatas 15tahun.
b) Anak usia 6-12tahun
Dosis awal : 100mg 2 kali sehari, untuk tablet atau sendok teh 4x1 hari.
Untuk suspense (200mg sehari), umumnya dosis tidak melebihi 1000mg
sehari.
c) Neuorologi trigeminal
Dosis awal pada hari pertama diberikan 100mg 2x1 hari untuk tablet atau
sendok teh 4x1 hari untuk suspense dengan dosis total 200mg x 1 hari.
Dosis ini dapat ditingkatkan sampai 200mg sehari dengan peningkatan
sebesar 100mg tiap 12jam untuk tablet /50mg (setengah sendok teh) 4x 1
hari untuk suspense, hanya jika diperlukan untuk obat nyeri. Jangan melebihi
dosis 1200mgx 1 hari.
4)
Efek samping
Efek samping paling berat terjadi pada system liemopoetik, kulit dan
kardivaskular. Efek samping yang paling sering timbul yang terutama terjadi
pada awal terapi adalah pusing, ngantuk, mual, dan muntah.
Contoh
obat:
Tegritol
(ciba),
Temporal
(orion),
Karbamazepin
(generic).
5) Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap karbamazepin, antidepresan trisiklik, atau
komponen sediaan, depresi sumsum tulang belakang.
6)
Mekanisme kerja
Selain
sebagai
antikonvulsan,
karbamazepin
mempunyai
efek
trisiklik
.
2.
untuk pengamanan pasien. Hal ini berkaitan dengan penggunaan obat anti
psikotik untuk pasien waham. Dimana pedoman penggunaan antipsikotik
adalah:
c.
a.
b.
Hindari polifarmasi
e.
Pilihan awal Risperidone tablet 1mg, 2mg, 3mg atau Clozapine tablet 25mg,
100mg.
Keuntungan : angka keberhasilan tinggi, ekstra pyramidal symptom minimal.
Kerugian : harganya mahal
b.
pergaulan dengan orang lain dan cenderung asyik dengan dunianya sendiri
(khayalan
dan
pikirannya
sendiri).
Oleh
karena
itu,
salah
satu
penatalaksanaan pasien waham adalah penarikan diri high potensial. Hal ini
berarti penatalaksanaannya ditekankan pada gejala dari waham itu sendiri,
yaitu gejala penarikan diri yang berkaitan dengan kecanduan morfin
biasanya dialami sesaat sebelum waktu yang dijadwalkan berikutnya,
penarikan diri dari lingkungan sosial.
4.
listrik melewati otak untuk memicu kejang singkat. Hal ini tampaknya
menyebabkan perubahan dalam kimiawi otak yang dapat mengurangi gejala
penyakit mental tertentu, seperti skizofrenia katatonik. ECT bisa menjadi
pilihan jika gejala yang parah atau jika obat-obatan tidak membantu
meredakan katatonik episode.
5.
Psikoterapi
Walaupun obat-obatan penting untuk mengatasi pasien waham, namun
Pengkajian
a. Identifikasi Klien
jiwa
pada
masa
lalu,
pernah
melakukan,
mengalami,
Citra tubuh : Biasanya pasien dengan waham miliki perasaan negatif terhadap diri
sendiri.
dentitas diri : Pada pasien dengan waham kebesaran misalnya mengaku seorang polisi
padahalkenyataan nya tidak benar.
Peran Klien :
deal diri
Klien berharap agar bisa cepat keluar dari RSJ karena ia bosan sudah
Harga diri
lama di RSJ.
:
3. Spiritual.
n Keyakinan : Biasanya pada pasien dengan waham agama meyakini agamanya secara
berlebihan.
Ibadah
Aktivitas Motorik
Pada waham kebesaran bisa saja terjadi perubahan aktivitas yang
berlebihan.
4. Alam Perasaan
Pada waham curiga biasanya takut karena merasa orang-orang akan
melukai dan mengancam membunuhnya.Pada waham nihilistik merasa sedih
karena meyakini kalau dirinya sudah meninggal.
5. Interaksi Selama Wawancara
Pada pasien waham biasanya di temukan :
Defensif : selalu berusaha mempertahankan pendapat dan kebenaran dirinya.
Curiga
2.8.2
Analisa Data
N
Data
Masalah
O
1. S:
Risiko gangguan
Klien mengungkapkan sesuatu
komunikasi verbal
yang tidak realistis bahwa dia
adalah anggota DPR yang baru
terpilih pada pemilu kemarin.
O:
Kehilangan asosiasi, pengulangan
kata-kata yang didengar dan
kontak mata kurang
2. S :
Perubahan proses
Klien mengungkapkan sesuatu
pikir : waham
yang diyakininya mengenai
kebesaran (menjadi anggota
DPR) berulang kali secara
berlebihan tetapi tidak sesuai
dengan kenyataan.
O:
Setiap pagi klien selalu
berpakaian rapi, bersepatu
kinclong seperti layaknya
anggota DPR.
3. S:
Gangguan harga
Klien mengatakan bahwa dirinya diri rendah
tidak tahu apa-apa, bodoh dan
mengkritik diri sendiri.
O:
Klien tampak lebih suka sendiri,
ingim mencederai diri dan ingin
mengakhiri hidup.
2.8.3
Pohon Masalah
Proses terjadinya waham menurut Stuart dan Sundeen dapat dirangum
dalam pohon masalah sebagai berikut:
Resiko tinggi gangguan komunikasi verbal
Effect:
Gangguan isi pikir: Waham
Core problem:
Harga diri rendah kronis
Causa:
Koping individu tidak efektif
2.8.4
Intervensi
pasien
dan
membantu
ORIENTASI :
Assalamualaikum pak R, bagaimana perasaannya saat ini? Bagus
Apakah pak R sudah mengingat-ingat apa saja kegiatan yang sering pak
R lakukan?
Bagaimana kalau kita bicarakan kegemaran pak R tersebut sekarang?
Dimana enaknya kita berbincang-bincang tentang hobi pak R tersebut?
Berapa lama pak R mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20
menit?
KERJA :
Apa saja kegiatan yang pak R senangi? Saya catat ya pak, terus apa
lagi?
Wah, rupanya pak R suka menjadi pemimpin dalam berbagai kegiatan di
masyarakat.
Bisa pak R ceritakan kepada saya kapan pertama kali bapak memimpin
sebuah kegiatan?
Bisa pak R peragakan kepada saya bagaiman bapak memimpin acara
tersebut?
Wah, bagus sekali pak. Bagaimana kalau kita ikut kegiatan senam rutin
di tempat ini?
Apa pak R mau unutk memimpin kegiatan senam ini?
TERMINASI :
Bagaimana perasaan pak R setelah kita berbincang-bincang tentang
kegemaran pak R?
Bagaimana kalau bincang-bincang kita saat ini kita akan lanjutkan lagi.
Bagaimana kalau besok sebelum makan siang? Nanti kita ketemuan di
taman saja, setuju pak?
Nanti kita akan membicarakan tentang obat yang harus pak R minum,
setuju?
SP 3 P : Mengajarkan dan melatih cara minum obat yang benar.
TUK
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara teratur
3.
Menganjurkan pasien memasukkan waktu minum obat ke dalam jadwal
kegiatan harian
ORIENTASI :
Assalamualaikum pak R.
Bagaimana pak setelah memimpin senam tadi pagi? Bagus sekali.
Sesuai dengan janji kita tadi, kita akan membicarakan tentang obat
yang harus pak R minum, Bagaimana kalau kita mulai sekarang pak?
Berapa lama pak R mau kita membicarakannya? Bagaimana kalau 20
atau 30 menit saja?
KERJA:
Pak R berapa macam obat yang diminum, jam berapa saja obat yang
diminum?
Pak R perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya juga
tenang.
Obatnya ada tiga macam pak, yang warnanya oranye namanya CPZ
gunanya agar tenang, yang putih ini namanya THP gunanya agar rileks, dan
yang merah jambu ini namanya HLP gunanya agar pikiran jadi teratur.
Semuanya ini diminum 3 kali sehari, jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7
malam.
Bila nanti setelah minum obat mulut pak R terasa kering, untuk
membantu mengatasinya pak R bisa banyak minum dan mengisap-isap es
batu.
Sebelum minum obat ini pak R mengecek dulu label dikotak obat
apakah benar nama pak R tertulis disitu, berapa dosis atau butir yang harus
diminum, jam berapa saja harus diminum. Baca juga apakah nama obatnya
sudah benar!
Obat-obat ini harus diminum secara teratur dan kemungkinan besar
harus diminum dalam waktu yang lama. Agar tidak kambuh lagi, sebaiknya
pak R tidak menghentikan sendiri obat yang harus diminum sebelum
berkonsultasi dengan dokter.
TERMINASI :
Bagaiman perasaan pak R setelah kita becakap-cakap tentang obat
yang pak R minum? Apa saja nama obatnya? Jam berapa minum obat?
Mari kita masukkan pada jadwal kegiatan! Jangan lupa minum obatnya
dan nanti saat makan minta sendiri obatnya pada perawat!
Obatnya ada tiga macam bu, yang warnanya oranye namanya CPZ
gunanya agar tenang, yang putih ini namanya THP gunanya agar rileks, dan
yang merah jambu ini namanya HLP gunanya agar pikiran jadi teratur.
Semuanya ini diminum 3 kali sehari, jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7
malam, jangn dihentikan sebelum berkonsultasi dengan dokter karena dapat
menyebabkan Pak R bisa kambuh kembali. Pak R sudah punya jadwal minum
obat. Jika dia minta obat sesuai jamnya, segera berikan pujian!
TERMINASI :
Bagaimana perasaan ibu setelah berbincang-bincang dengan saya
tentang cara merawat pak R dirumah nanti?
Setelah ini coba ibu lakukan apa yang sudah saya jelaskan tadi setiap
kali berkunjung kerumah sakit.
Baiklah, bagaimana kalau dua hari lagi ibu datang kembali kesini dan
kita akan mencoba melakukan langsung cara merawat pak R sesuai dengan
pembicaraan kita tadi.
Baik kalau begitu pertemuan kita kali ini kita akhiri dulu, saya tunggu
kedatangan ibu lagi kita ketemu ditempat ini ya,bu.
SP 2 KP : Melatih kelurga cara merawat pasien.
TUK:
1. Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat pasien waham
2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien waham
ORIENTASI:
Assalamualaikum bu, sesuai dengan janji kita dua hari yang lalu kita
sekarang ketemu lagi. Bagaimana bu, ada pertanyaan tentang cara merawat
pasien seperti yang telah kita bicarakan dua hari yang lalu?, sekarang kita
akan latihan cara-cara merawat pasien tersebut ya bu.
Kita akan coba disini dulu, setelah itu baru kita coba langsung pada Pak
R ya?
KERJA:
Sekarang anggap saja saya pak R yang sedang mengaku anggota DPR,
coba ibu praktikkan cara bicara yang benar bila pak R sedang dalam
keadaan seperti ini!
Bagus,betul begitu caranya, sekarang coba praktikkan cara memberikan
pujian atas kemampuan yang dimiliki oleh pak R. bagus !
Sekarang coba cara memotivasi pak R minum obat dan melakukan
kegitan positifnya sesuai jadwalnya! Bagus sekali ternyata ibu sudah
mengerti cara merawata Pak R.
Bagaimana kalau sekarang kita coba langsung kepada pak R.
TERMINASI:
Bagaimana perasaan ibu setelah kita berlatih cara merawat pak R?
Setelah ini coba ibu lakukan apa yang sudah dilatih tadi setiap kali ibu
membesuk pak R!
Baiklah, bagaimana kalau dua hari lagi ibu datang kembali ke sini dan
kita akan mencoba lagi cara merawat pak R sampai ibu lancar
melakukannya?
Jam berapa ibu bisa kemari? Baik, kita akan ketemu lagi di tempat ini
ya,bu.
SP 3 KP : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga.
TUK
1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas termasuk minum obat
2. Menjelaskan follow up pasien
ORIENTASI:
Assalamualaikum bu, karena pada hari ini pak R sudah boleh pulang,
maka kita bicarakan jadwal pak R selama dirmah.
Bagaimana bu, selama ibu besuk apakah sudah terus dilatih cara
merawat pak R?
Nah, sekarang bagaimana kalau kita bicarakan jadwal di rumah? Mari
ibu ikut saya
Berapa lama ibu mau berbincang-bincang dengan saya? Bagaimana
kalau 30 menit saja? Sebelum ibu menyelesaikan administrasinya
KERJA:
Bu, ini jadwal pak R selama di rumah sakit. Coba perhatikan! Apakah
kira-kira dapat dilaksanakan semuanya di rumah? Jangan lupa perhatikanpak
R agar ia tetap melaksanakannya dirumah dan jangan lupa member tanda M
(mandiri), B (bantuan), atau T (tidak mau melaksanakannya).
Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilku yang
ditampilkan oleh pak R selama dirumah. Misalnya pak R mengaku sebagai
seorang anggota DPR terus menerus dan tidak memeperlihatkan perbaikan,
menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang
lain. Jika hal ini terjadi segera hubungi petugas rumah sakit, agar petugas
rumah sakit dapat memantaunya.
TERMINASI:
Apa yang ingin ibu tanyakan? Bagaimana perasaan ibu? Sudah siap
untuk melanjutkan dirumah?
Ini jadwal kegiatan hariannya. Ini rujukan untuk bisa control lagi. Kalau
ada apa-apa bapa dan ibu segera menghubungi kami. Mungkin hanya ini
yang bisa saya sampaikan mohon maaf bila ada kata-kata saya yang
menyinggung perasaan ibu mohon dimaafkan. Terimakasih atas
kerjasamanya bu.
Silahkan ibu untuk dapat menyelesaikan administrasinya ke kantor
depan!
- See more at: http://sakinahkreatif.blogspot.co.id/2014/06/vbehaviorurldefaultvmlo.html#sthash.ke8jbimU.dpuf