Professional Documents
Culture Documents
Nama Mahasiswa
: Yanna Rizkia
NIM
: 03011313
Bagian
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya saya
dapat menyelesaikan referat dengan judul Fraktur Tibia Fibula ini. Laporan kasus ini
disusun dalam rangka memenuhi tugas kepaniteraan klinik bagian Ilmu Penyakit Bedah
Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Trisakti di Rumah Sakit Umum Daerah
Budhi Asih.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian referat ini, terutama :
1. dr.David Idrial, Sp. OT, selaku pembimbing dalam penyusunan laporan kasus.
2. Teman-teman yang turut membantu penyelesaian laporan kasus ini.
3. Serta pihak-pihak lain yang bersedia meluangkan waktunya untuk membantu
penulis.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan kasus ini.
Oleh karena itu penulis meminta maaf dan mengharapkan kritik dan saran. Akhir kata
penulis berharap semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas kebaikan semua pihak yang
telah membantu dan berharap penelitian ini dapat berguna bagi pembaca.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Fraktur atau patang tulang adalah gangguan kontinuitas jaringan tulang dan atau
tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Trauma yang menyebabkan
fraktur dapat berupa trauma langsung maupun trauma tidak langsung. Fraktur cruris
adalah rusaknya struktur atau adanya gangguan pada kontinuitas tulang, epifisis, atau
kartilago sendi pada tibia dan fibula.
Klasifikasi fraktur ada dua jenis yaitu fraktur tertutup dan fraktur terbuka.
Fraktur tertutup yaitu bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia
luar. Sedangkan fraktur terbuka yaitu bila terdapat hubungan antara fragmen tulang
dengan dunia luar karena adanya perlukaan di kulit. Bentuk-bentuk perpatahan antara
lain transfersal, oblique, spiral, kompresi atau crush, comminuted dan greenstick.
Trauma merupakan penyebab kematian tersering pada usia 1 sampai 44 tahun.
Penyebab kematian terbesar pada trauma adalah kecelakaan lalu lintas yaitu sekitar 1.2
juta setiap tahunnya di seluruh dunia. Menurut WHO, pada tahun 2020 kecelekaan lalu
lintas dapat dapat menempati urutan ketiga dalam penyebab kematian premature dan
disabilitas. Menurut WHO pada tahun 2004, angka kematian karena kecelekaan lalu
lintas pada negara dengan pendapatan tinggi sebesar 35 persen, pada negara dengan
pendapatan sedang sebesar 55 persen, sedangkan pada negara dengan pendapatan
rendah sebesar 63 persen.
BAB II
STATUS PASIEN
2.1 IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. J
Usia
: 49 tahun
: Sudah menikah
Alamat
Agama
: Islam
Bangsa
: Indonesia
Pekerjaan
: Wirausaha
Pendidikan
: Strata 1
Masuk RS
: 10 Februari 2016
No. RM
: 0102255
Menjamin
: BPJS
Ruang
2.2 ANAMNESIS
Dilakukan autoanamnesis dan alloanamnesis pada tanggal 15 Februari 2014
pukul 12.00
A. Keluhan Utama
Luka pada paha kanan bawah 1 jam SMRS
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan luka pada paha kanan 1 jam sebelum masuk
rumah sakit. Sebelum datang ke rumah sakit, pasien ditabrak saat mengendarai motor
dari arah samping. Pasien tidak dapat mengingat kejadian kecelekaan tersebut, sehingga
mechanism of injury tidak diketahui. Menurut keluarga pasien, pasien tidak mengalami
penurunan kesadaran/pingsan. Menurut keluarga pasien, pasien mengatakan tidak ada
pusing, mual, muntah.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
4
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami hal yang sama sebelumnya. Pasien
mengatakan tidak memiliki riwayat trauma, hipertensi, diabetes mellitus, penyakit
jantung.
D. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan tidak ada yang memiliki penyakit hipertensi, diabetes
mellitus, dan penyakit jantung di keluarganya.
E. Riwayat Kebiasaan
Pasien mengatakan tidak mengonsumsi rokok dan alkohol.
2.3 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 15 Februari 2016.
Keadaan umum
Kesadaran
: Compos Mentis
Tanda vital
: 88 x/menit
Penapasan
: 20 x/menit
Suhu
: 36,4C
Status Generalis
Kulit
Kepala
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
Leher
Pemeriksaan Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Pemeriksaan Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
: Supel, hati dan limpa tidak teraba membesar, nyeri tekan (-)
Perkusi
Pemeriksaan Ekstremitas
Ekstremitas atas
Ekstremitas bawah
Status lokalis
Regio cruris dekstra
1. Look : warna seperti kulit sekitar, terdapat pembengkakan pada kaki
kanan, terlihat kaki kanan lebih pendek dari kaki kiri.
2. Feel : nyeri tekan setempat pada kaki kanan, fungsi sensorik baik,
akral teraba hangat, pulsasi teraba pada dorsalis pedis.
3. Move : gerakan dorsofleksi, plantarfleksi, eversi, inversi dan rotasi sulit
dinilai.
1.4 Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
6
Hematologi
Jenis pemeriksaan
Leukosit
Eritrosit
Hemoglobin
Hematokrit
Trombosit
MCV
MCH
MCHC
RDW
Waktu perdarahan
Waktu pembekuan
PT
APTT
SGOT
SGPT
GDS
Ureum
Kreatinin
Hasil
12,7
5,0
15,0
45
227
88,7
29,9
33,7
11,6
3,30
10,00
14,0
30,9
34
25
112
23
0,99
Nilai normal
3,8 10,6
4,4 5,9
13,2 17,3
40 52
150 440
80 100
26 34
32 36
<14
16
5 15
12 17
20 40
<33
<50
<110
17 49
<1,2
1.5 Resume
Pasien datang dengan keluhan luka pada paha kanan 1 jam sebelum masuk
rumah sakit. Sebelumnya pasien ditabrak saat mengendarai motor dari arah samping.
Pasien tidak dapat mengingat kejadian kecelekaan tersebut, sehingga mechanism of
injury tidak diketahui. Menurut keluarga pasien, pasien tidak mengalami penurunan
kesadaran/pingsan. Menurut keluarga pasien, pasien mengatakan tidak ada pusing,
mual, muntah.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 120/70 mmHg, nadi 88
x/menit, penapasan 20 x/menit, suhu 36,4C. Pada status lokalis didapatkan, look
terdapat pembengkakan pada kaki kanan dan terlihat kaki kanan lebih pendek dari kaki
kiri. Feel didapatkan nyeri tekan setempat pada kaki kanan. Move didapatkan gerakan
dorsofleksi, plantarfleksi, eversi, inversi dan rotasi sulit dinilai.
1.6 Diagnosis
Fraktur tertutup distal tibia dan fibula dekstra
1.7 Diagnosis banding
Dislokasi os tibia dekstra
1.8 Tatalaksana
1. Nonmedikamentosa
a. Obervasi tanda-tanda vital dan perdarahan
b. Rontgen control
c. Mobilisasi
2. Medikamentosa
a. Ketorolac 3x30 mg
b. Ceftriaxon 2 x 1 gram
c. Tindakan operatif : ORIF
2.9 Prognosis
Ad vitam
Ad fungsionam
Ad sanationam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
LAPORAN PEMBEDAHAN
Tanggal
: 15 Februari 2016
Diagnosa pra-bedah
Jenis operasi
: Clear
Klasifikasi
: Elektif
Tindakan pembedahan
: ORIF
Uraian pembedahan
1.
2.
3.
4.
5.
FOLLOW UP
12 februari 2016
S : nyeri dan bengkak pada tungkai kanan setelah kecelakaan lalu lintas 1 hari yang
lalu
O : status lokalis : edema, deformitas, ROM nyeri
A : fraktur tertutup distal shaft tibia fibula dekstra
Commotio cerebri
P : rencana ORIF senin 15 Februari 2016
IVFD Asering 15 tetes/menit
Inj. Ketorolac 3x30 mg
Inj. Pantoprazole 2x40 mg
Pertahankan splint
13 februari 2016
S : nyeri dan bengkak pada tungkai kanan
O : status lokalis : edema, deformitas, nyeri tekan, ROM nyeri
A : fraktur tertutup distal shaft tibia fibula dekstra
Commotio cerebri
P : rencana ORIF senin 15 Februari 2016
IVFD Asering 15 tetes/menit
Inj. Ketorolac 3x30 mg
Inj. Pantoprazole 2x40 mg
Ceftriaxone 1x2 gr
15 februari 2016
Instruksi post operasi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Awasi KU/VS
IVFD Asering 15 tetes/menit
Inj. Ceftriaxone 2x1 gr
Inj. Ketorolac 3x30 mg
Inj. Tramadol 2x100 mg dalam 500 cc cairan/12 jam
Inj. Pantoprazole 2x40 mg
Rongen control cruris dekstra AP dan lateral
Tirah baring 24 jam sampai dengan konsul pagi dan elevasi tungkai kanan 30
derajat
10
9. Lain-lain lapor
16 februari 2016
S : nyeri dan bengkak pada tungkai kanan berkurang
O : status lokalis
Look
: edema
Feel
Move
: sulit dinilai
Diet TKTP
Terapi injeksi lanjut
Aff Dauer Catheter
Fisioterapi dan mobilisasi dengan NWD axillary crutches bilateral
17 februari 2016
S : nyeri dan bengkak pada tungkai kanan berkurang
O : status lokalis
Look
Feel
Move
: sulit dinilai
ANAMNESIS
Riwayat Penyakit Sekarang
Tertabrak dari sisi kanan dan terjatuh dari motor kaki mengalami fraktur
11
PEMERIKSAAN FISIK
Status generalis
Cara berjalan : tidak dapat berjalan dan berdiri sendiri
Gerakan dan penumpuan berat badan tidak dapat dilakukan pada kaki kanan karena
adanya fraktur pada tibia dan fibula dekstra.
Status lokalis
Regio cruris dextra
DIAGNOSIS
Fraktur distal shaft tibia dan fibula dekstra
Diagnosa dapat ditegakkan dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang dengan bantuan foto rontgen yang menunjukkan gambaran diskontinutas
pada bagian distal tibia dan fibula.
DIAGNOSIS BANDING
Dislokasi os tibia :
Dislokasi juga dapat menimbulkan gejala yang sama pada pasien tetapi dapat
disingkirkan dengan data dari hasil foto rontgen yang menunjukkan gambaran fraktur.
Tindakan operatif
ORIF
PROGNOSIS
Ad vitam
: Dubia ad bonam
Fraktur distal tibia dan fibula tidak mengancam nyawa terutama jika ditangani dengan
tepat
Ad fungtionam
: Dubia ad bonam
12
Dengan rehabilitasi, kaki kanan masih dapat digunakan untuk melakukan aktivitas
meskipun tidak bisa sebaik sebelum tauma.
Ad sanationam
: Dubia ad bonam
Kekambuhan sangat jarang terjadi karena pada kasus ini fraktur ini terjadi disebabkan
oleh kecelakaan.
13
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
4.1 Anatomi
4.1.1 Definsi
Tulang adalah jaringan yang tersusun oleh sel dan didominasi oleh matrix
kolagen ekstraselular (type I collagen) yang disebut sebagai osteoid. Tulang befungsi
sebagai alat gerak pasif, tempat melekatnya otot, melindungi organ bagian dalam, dan
tempat pembentukan sel darah merah. 1
4.1.2
Jenis tulang
Berdasarkan struktur anatomis, jaringan tulang dibagi menjadi dua, yaitu.
dinding rongga, sehingga tulang pipih ini sering berfungsi sebagai pelindung
atau memperkuat. Contohnya adalah costae, scapula, sternum, dan cranium.
3. Tulang pendek/Os plana
Tulang ini memiliki ukuran yang pendek dan berbentuk kubus umumnya dapat
ditemukan di pangkal kaki, pangkal lengan, dan ruas tulang belakang. Tulang
tersebut biasanya ditemukan berkelompok untuk memberikan kekuatan pada
area yang gerakannya terbatas.
4. Tulang tak berbentuk/Os regular
Tulang tak berbentuk memiliki bentuk yang tidak termasuk ke dalam tulang
pipa, tulangpipih, dan tulang pendek. Tulang ini terdapat di wajah dan vertebra.
5. Tulang sesamoid
Tulang kecil bulat yang masuk ke formasi persendian atau persambungan
dengan kartilago, ligament atau tulang lainnya. Salah satu contohnya adalah
patella. 2
4.1.3
dengan femur. Tibia terletak di sebelah medial fibula. Tibia dimulai dari sendi lutut
sampai diatas maleolus medial. Tibia bersama dengan kaki membentuk sendi pada
pergelangan kaki. Tibia dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
1. Proksimal tibia : memiliki permukaan yang datar dan merupakan weight
bearing. Tuberositas merupakan puncak dari segitiga pada anterior tibia yang
dibagi menjadi proksimal, bagian halus, dan distal, bagian yang kasar. Garis
pada tubeositas tibia merupakan batas pertumbuhan proksimal tibia. Proksimal
tuberositas tibia merupakan tempat melekatnya tendon patella. Tendon patella
dan tibia dipisahkan oleh bursa infrapatella dan jaringan fibroadiposa.
Kondylus merupakan bagian proksimal dari permukaan posterior tibia.
Kondylus pada tibia dibagi menjadi kondylus medial dan lateral yang
dibisahkan oleh intercondylus. Intercondylus merupakan tempat melekatnya
ligament anterior cruciatum, ligament posterior cruciatum, dan menikus.
3. Shaft : pada potongan melintang berbentuk segitiga. Shaft memiliki tiga batas
yaitu anterior dan medial (subkutaneus), batas intraosseus yang dibatasi oleh
membrane intraosseus. Permukaan posterior ditandai dengan garis oblique
(garis soleal).
15
16
1. Kompartemen posterior
Muskulus
Superficial
Gastrocnemius
Plantaris
Soleus
Profundus
Popliteus
Fleksor
longus
hallucis
Fleksor digitorum
longus
Tibialis posterior
Origo
Insersi
Persarafan
Permukaan
posterior femur dan
posterolateral dari
kondilus lateral
Inferior
sumprakondilus
femur dan ligament
poplitea
Posterior
collum
dan shaft fibula
Tendon kalkaneus
Nervus
(S1-S2)
tibialis
Plantarleksi
Tendon kalkaneus
Nervus
(S1-S2)
tibialis
Plantarleksi
Tendon kalkaneus
Nervus
(S1-S2)
tibialis
Plantarleksi
Kondilus
lateralis
Permukaan
posterior
tibia
proksimal
Plantar
distal
falang digiti I
Nervus
(L4-S1)
tibialis
Stabilisasi sendi
lutut
Nervus
(S2-S3)
tibialis
Fleksi
Nervus
(S2-S3)
Nervus
(L4-L5)
tibialis
Fleksi
lateral
digiti IV
Inversi,
plantarfleksi
femoral
Posterior
fibula,
membrane
inraosseus
Medial tibia
Posterior
intraosseus
membrane
Fungsi
tibialis
17
2. Kompartemen lateral
Muskulus
Fibularis longus
Fibularis brevis
Origo
Kapur fibula, kondilus
Insersi
Basal metatarsal
Persarafan
Nervus
fibula
tibia lateral
superficial
Metatarsal V
S1, S2)
Nervus
(L5,
fibula
superficial
Fungsi
Eversi
Eversi
(L5,
S1, S2)
3. Kompartemen anterior
Muskulus
Tibialis anterior
Origo
Permukaan
Insersi
Permukaan
medial
membrane
inferior
intraosseus
kuneiform
dan
Persarafan
Nervus fibular
Fungsi
Dorsofleksi,
profundus
inversi
(L4-
L5)
dan
basal metatarsal
I
Basal
Nervus
permukaan
profundus
dan permukaan
dorsal
S1)
membrane
distal digiti I
Ekstensor
intraosseoous
Permukaan
Distal
dan
digitorum longus
medial
medial
basis
Ekstensor
Permukaan
hallucis longus
medial
dan
Fibularis tertius
fibula
fibula
kondilus
phalang
Nervus
profundus
falang digiti IV
S1)
tibialis lateral
Distal
Permukaan
Nervus
permukaan
dorsomedial
profundus
medial fibula
basal metatarsal
S1)
fibular
(L5Ekstensi digit I,
dorsofleksi
fibular
(L5-
Ekstensi
II-IV
digiti
dan
dorsofleksi
fibular
(L5-
Dorsofleksi dan
eversi
4.2 Histologi
4.2.1 Sel-sel tulang
Jaringan tulang merupakan penyokong solid dari tubuh dan melindungi organ
vital seperti rongga cranium dan thoraks. Tulang merupakan jaringan ikat yang terdiri
18
dari material ekstraseluler yang terkalsifikasi, matriks tulang. Tulang memiliki tiga sel
utama, yaitu:
1. Osteoblas yang berasal dari osteon (tulang) dan blastos (benih). Merupakan sel
yang menyintesis dan menyekresi komponen organic dan anorganik tulang.
Osteoblas berbentuk kolumnar atau kuboid yang berubah menjadi gepeng jika
fungsinya sudah menurun. Sel gepeng membentuk lapisan sel tulang di
endosteum dan periosteum. Osteoid menyintesis matriks yang terbentuk karena
deposisi garam kalsium
2. Osteosit yang berasal dari kata osteon (tulang) dan kytos (sel). Osteoblas yang
dikelilingi oleh material berdiferensiasi menjadi osteosit. Osteosit menghasilkan
produk seperti protein sklerostin dan sitokin tertentu yang membantu
remodeling tulang. Sel ini ditemukan di kavitas (lakuna) antara lapisan matriks
tulang (lamela), dengan prosesus sitoplasma membentuk kanalikuli kecil.
Kanalikuli yang saling berdekatan akan membentuk gap junction yang
memungkinkan terjadinya pertukaran ion pada daerah tersebut. Kanalikuli
berperan sebgai sensor terhadap stress mekanik tulang, peningkatan atau
penurunan beban, dan menjaga matriks tulang.
3. Osteoklas merupakan sel yang berperan pada proses resorpsi matriks saat
pertumbuhan dan remodeling tulang. Osteoklas terletak di dalam lekukan
jaringan tulang yang dinamakan Lakuna Howship (LH). Perkembangan
osteoklas membutuhkan dua polipeptida yang dibentuk oleh osteoblas yaitu
macrophage colony stimulating factor (M-CSF) dan receptor activator of
nuclear factor- ligand (RANKL). Osteoklas terletak di dalam kavitas matriks
yang disebut kavitas resorpsi (lakuna Howship). Osteoklas menyekresi
kolagenase, cethepsin K, dan enzim lain dan memompa proton untuk
menghasilkan lingkungan asam, sehingga hidroksiapatit dapat larut dan
mengakibatkan pencernaan protein matriks. Kerja osteoklas dikontrol oleh
faktor sinyal dan hormon. Osteoklas memiliki reseptor untuk kalsitonin.
Osteolas diaktifkan oleh hormon parathyroid.
4. Sel-sel osteoprogenitor
Sel tulang jenis ini bersifat ostogenik, sehingga dinamakan sel osteogenik. Sel
tersebut berada di permukaan jaringan tulang pada periosteum bagian dalam dan
juga ensoteum sel ini akan membelah diri dan berdiferensiasi menjadi
osteoblast. Sebaliknya pada permukaan dalam dari jaringan tulang, sel ini
19
berubah menjadi osteoklas. Selain itu, sel ini bediferensiasi menjadi kondroblas
yang selanjutnya menjadi sel kartilago. 4
4.2.2
Matriks tulang
Tulang terdiri dari 30% material organik dan 70% anorganik. Komponen
20
Kadar normal kalsium dan fosfat anorganik dalam plasma dipengaruhi oleh tiga
hormone yaitu metabolism aktif vitamin D, hormone parathyroid, dan kalsitonin. Organ
yang mempengaruhi metabolismenya adalah tulang, ginjal, dan usus. Tulang
mengandung 99% kalsium total dalam tubuh dan 90% total fosfat dalam tubuh, kalsium
dan fosfat diikat satu sama lain oleh hidroksiapatit (Ca 10(PO4)6(OH)2). Kalsium yang
berada di cairan ekstraselular sebesar 1% dan 50mg terdapat di dalam mitokondria.
Kalsium masuk kedalam pembuluh darah melalui peneyerapan di usus, proses
ini dipengaruhi oleh integritas normal mukosa usus, asam lambung, dan metaolisme
aktif vitamin D, seta adanya garam empedu dan enzim pakreas. Fosfat diserap kedalam
usus melalui difusi dan mekanisme transport aktif yang dipengaruhi metabolism
vitamin D terutama hormone 1,25(OH)2D.
2. Peran hormone parathyroid
Sekresi PTH distimulasi oleh hipokalsemia. Fungsi hormone ini adalah
menstimulasi
reabsorpsi
tulang,serta
meningkatkan
resorpsi
kalsium
dari
21
1. Primary healing
mechanical continuity
2. Secondary healing: periosteum dan jaringan sof tissue membentuk callus
Berdasarkan pembagian diatas, porses penyembuhan tulang dibagi menjadi 5
proses, yaitu:
1. Hematoma formation dan tissue destruction
Terjadinya perdarahan dan pembentukan hematoma di tempat tulang
yang patah. Ujung fragmen tulang mengalami devitalisasi akibat terputusnya
aliran darah yang menyebabkan hipoksia pada jaringan tersebut. proses ini
menyebabkan aktivasi proses inflamasi yang menimbulkan tanda-tanda
inflamasi yang terjadi 2 x 24 jam setelah trauma
1. Inflammation dan cell proliferation
Kerusakan pembuluh darah dan jaringan sekitar mengaktifkan kaskade
komplemen, agregasi platelet, dan pengeluaran isi granula. Platelet mengalami
degranulasi growth factor dan sinyal trigger chemotactic. PMN, limfosit,
monosit dan makrofag masuk ke luka dan mengeluarkan sitokin yang
menstimulasi angiogenesis. Hematoma berakumulasi di dalam kanalis
medularis diantara fraktur dan periosteum untuk mencegah pendarahan lebih
lanjut. Pembekuan darah menjadi fibrin yang membentuk granuloma. Proses ini
terjadi setelah trauma dengan puncak 48 jam dan menurun setelah 1 minggu
pasca trauma.
2. Soft callus
Terputusnya pembuluh darah di luka menyebabkan osteoklas meresorpsi
sel-sel tulang yang mati. Saat proses ini terjadi, sel mesenkim membentuk
fibroblast, kondroblas, dan osteoblas. Sel-sel ini bermigrasi dari pembuluh
darah menuju jaringan yang
berfungsi
sebagak
inhibisi
mineralisasi.
Selanjutnya,
osteoblas
22
Fraktur fragmen yang memiliki aliran darah yang baik dan hidup akan sembuh
tanpa komplikasi. Pada fragmen fraktur yang kehilangan supply darah akan mati.
Pada fraktur yang kedua fragmen kehilangan supply darah tidak akan terjadi
penyatuan tulaang samapai terjadi revaskularisasi, meskipun sudah dilakukan
imobilisasi pada fraktur. 4
Table penyembuhan tulang
4.5 Fraktur
4.5.1
Definisi
Fraktur adalah rusaknya struktur atau adanya gangguan pada kontinuitas
tulang, epifisis, ataupun kartilago sendi. Fraktur dapat menyebabkan tulang terbagi
menjadi dua atau lebih. Adanya tulang yang patah dapat menyebabkan kerusakan
24
pada jaringan sekitarnya, edema pada soft tissue sekitar, rupturnya pembuluh darah
yang dapat masuk ke otot dan sendi, rupture otot dan tendon, atau adanya dislokasi
sendi. Fraktur terjadi sebagai akibat tulang menerima energi potensial yang tinggi.
Fraktur cruris adalah rusaknya struktur atau adanya gangguan pada
kontinuitas tulang, epifisis, atau kartilago sendi pada tibia dan fibula. Karena posisi
tibia subkutaneus, tibia lebih sering mengalami fraktur terbuka dibandingkan denga
tulang panjang lain. 6
4.5.2
Epidemiologi
Trauma merupakan penyebab kematian tersering pada usia 1 sampai 44
tahun. Penyebab kematian terbesar pada trauma adalah kecelakaan lalu lintas yaitu
sekitar 1.2 juta setiap tahunnya di seluruh dunia. Menurut WHO, pada tahun 2020
kecelekaan lalu lintas dapat dapat menempati urutan ketiga dalam penyebab
kematian premature dan disabilitas.
kematian karena kecelekaan lalu lintas pada negara dengan pendapatan tinggi
sebesar 35 persen, pada negara dengan pendapatan sedang sebesar 55 persen,
sedangkan pada negara dengan pendapatan rendah sebesar 63 persen. Sekitar 50
persen meninggal di tempat kecelakaan atau dalam perjalanan ke rumah sakit, 30
persen meninggal 1-3 jam dari kecelekaan karena hipoksia dan hiperkabnea, dan
sisanya meninggal setelah 6 minggu perawatan karena kegagalan multiorgan dan
sepsis. 6
4.5.3
Etiologi
1. Fraktur karena trauma
Terjadi karena adanya gaya yang berlebihan dan tiba-tiba baik langsung
maupun tidak langsung. Pada gaya langsung, fraktur terjadi pada titik benturan.
Gaya tersebut menyebabkan garis fraktur tranversal dan terjadi kerusakan
jaringan sekitar. Pada gaya tidak langsung, fraktur terjadi bukan pada titik
benturan. Garis fraktur dapat berupa spiral, oblique, avulsi atau bending.
2. Stress fracture
Stress fracture terjadi karena penggunaan tulang sebagai weight bearing
secara berulang seperti pada atlit dan tentara. Beban berat menimbulkan
deformasi dari proses remodeling normal. penggunaan yang berulang dan lama
25
Klasifikasi
1. Berdasarkan ada tidaknya hubungan antara patahan tulang dengan dunia
luar, yaitu
a. Fraktur tertutup (closed fracture)
Dikatakan tertutup bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang
dengan dunia luar, dimana kulit masih intak atau tidak ada luka.
Derajat fraktur tertutup menurut Tscherne
Derajat
Tingkat 0
Tingkat 1
Keterangan
Fraktur sederhana tanpa / disertai sedikit kerusakan jaringan lunak
Fraktur disertai dengan abrasi superficial atau luka memar pada kulit dan
Tingkat 2
jaringan subkutan
Fraktur yang lebih berat disbanding derajat 1 yang disertai dengan
Tingkat 3
Keterangan
Terdapat laserasi <1 cm dengan kerusakan jaringan lunak
minimal tidak ada tanda-tanda tumbukan dan biasanya terjadi
II
III
Derajat III A
Derajat III B
Derajat III C
d. Kominutif
II
III
IV
: fraktur bikondilus
VI
: fraktur kominutif
Fraktur IV, V, dan VI terjadi akibat tekanan yang kuat. Pergeseran pada fraktur
terjadi bila depresi melebihi 4 mm.
29
30
31
32
33
4.5.5
Manifestasi klinis
Gejala yang timbul antara lain nyeri, perubahan deformitas, memar,
dan pembenrgkakan. Pembengkakan merupakan tanda yang paling
menonjol pada fraktur fibula dan tibia. Kulit bisa menjadi sangat tertarik
oleh pembengkakan pada area dengan kondisi epidermis yang tidak baik,
sehingga dapat terbentuk blister pada daerah yang mengalami edema.
Kompartemen fasial pada kaki merupakan ruang tertutup, sehingga dapat
terjadi sindoma kompartemen. Gejala sindroma kompartemen antara lain
nyeri, anemis, denyut nadi lemah, persetesia, paralisis.8
Tanda pasti
a. deformitas akibat fraktur berupa
digerakkan
c. false movement
c. fungsiolesa
Diagnosis
1. Anamnesis
Bila tidak ada riwayat trauma, berarti fraktur patologis. Trauma harus
diperinci kapan terjadinya, di mana terjadinya, jenisnya, berat-ringan trauma,
arah trauma, dan posisi pasien atau ekstremitas yang bersangkutan (mekanisme
trauma). Jangan lupa untuk meneliti kembali trauma di tempat lain secara
sistematik dari kepala, muka, leher, dada, dan perut.
2. Pemeriksaan Umum
Dicari kemungkinan komplikasi umum seperti syok pada fraktur
multipel, fraktur pelvis, fraktur terbuka, tanda-tanda sepsis pada fraktur terbuka
yang mengalami infeksi.
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan untuk fraktur adalah:
- Look (inspeksi): warna, luka/jejas, pembengkakan, deformitas
(angulasi, shortening), kelainan bentuk.
- Feel/palpasi: suhu, nyeri tekan, sensibilitas, pulsasi arteri dan capillary
refill time.
- Movement/gerakan: gerakan aktif, gerakan pasif, range of movement.
4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan
penunjang
yang
penting
untuk
dilakukan
adalah
fraktu
f. Two limbs
pembanding
g. Two injuries : untuk mengetahui fraktur di daerah lain
h. Two occasion : foto fraktur saat traum dan dua minggu setelah trauma 7
6
Tatalaksana
1. Primary survey
a. Airway dan control sevikal
35
d. Rehabilitation
Mengembalikan
aktifitas
fungsional
semaksimal
mungkin
untuk
Komplikasi
Komplikasi fraktur antara lain:
1. Komplikasi awal fraktur: syok, sindrom emboli lemak, sindrom kompartement,
Syok
Syok hipovolemik atau traumatic, akibat perdarahan (banyak kehilangan
darah eksternal maupun yang tidak kelihatan yang bias menyebabkan penurunan
oksigenasi) dan kehilangan cairan ekstra sel ke jaringan yang rusak, dapat terjadi
pada fraktur ekstrimitas, thoraks, pelvis dan vertebra..
Sindroma Kompartement
38
Merupakan masalah yang terjadi saat perfusi jaringan dalam otot kurang
dari yang dibutuhkan untuk kehidupan jaringan. Ini bisa disebabkan karena
penurunan ukuran kompartement otot karena fasia yang membungkus otot terlalu
ketat, penggunaan gibs atau balutan yang menjerat ataupun peningkatan isi
kompatement otot karena edema atau perdarahan sehubungan dengan berbagai
masalah (misalnya : iskemi,dan cidera remuk).
Kerusakan Arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak ada nadi, CRT
menurun, syanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada ekstrimitas
yang disbabkan oleh tindakan emergensi splinting, perubahan posisi pada yang
sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan.
Infeksi
Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma
orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini biasanya
terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bias juga karena penggunaan bahan lain
dalam pembedahan seperti pin dan plat.
Avaskuler nekrosis
Avaskuler nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau
terganggu yang bias menyebabkan nekrosis tulang dan di awali dengan adanya
Volkmans Ischemia.
2. Komplikasi dalam waktu lama atau lanjut fraktur antara lain: mal union, delayed
union, dan non union.
Malunion
Malunion dalam suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh
Delayed Union
Delayed union adalah proses penyembuhan yang terus berjalan dengan
kecepatan
yang
lebih
lambat
dari
keadaan
normal.
Delayed
union
Nonunion
Nonunion merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi dan memproduksi
sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-9 bulan. Nonunion di tandai
dengan adanya pergerakan yang berlebih pada sisi fraktur yang membentuk sendi
palsu atau pseuardoarthrosis. Ini juga disebabkan karena aliran darah yang kurang. 7
40
KESIMPULAN
Fraktur atau patang tulang adalah suatu peristiwa terputusnya kontinuitas
jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa.
Trauma yang menyebabkan fraktur dapat berupa trauma langsung maupun trauma tidak
langsung. Fraktur cruris adalah rusaknya struktur atau adanya gangguan pada
kontinuitas tulang, epifisis, atau kartilago sendi pada tibia dan fibula. Penegakkan
diagnosis dilakukan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang
berupa foto rongen AP dan lateral region cruris.
Trauma merupakan penyebab kematian tersering pada usia 1 sampai 44 tahun.
Penyebab kematian terbesar pada trauma adalah kecelakaan lalu lintas yaitu sekitar 1.2
juta setiap tahunnya di seluruh dunia. Menurut WHO, pada tahun 2020 kecelekaan lalu
lintas dapat dapat menempati urutan ketiga dalam penyebab kematian premature dan
disabilitas. Menurut WHO pada tahun 2004, angka kematian karena kecelekaan lalu
lintas pada negara dengan pendapatan tinggi sebesar 35 persen, pada negara dengan
pendapatan sedang sebesar 55 persen, sedangkan pada negara dengan pendapatan
rendah sebesar 63 persen.
41
DAFTAR PUSTAKA
1. Drake RL, Vogl AW, Mitchell AWM. Grays Anatomy for Student. 3 rd ed.
United States: Elsevier. 2015. Page 615-90.
2. Mescher AL. Junqueiras Basic Histology text and atrlas. United States: Mc
Graw Hill. 2013. Page 138-60.
3. Dutton M. Duttons Orthopedic Examination, Evaluation, and Intervention. 3 rd
ed. United States: Mc Graw Hill. 2012. Page 26-50.
4. Apley, A.G.,L. Solomon. Apleys System of Orthopaedics and fractures. 9th ed.
United States Hodder Arnold. Page 900-20.
5. Brunicardi FC Schwartzs Principle of Surgery. 9 th ed. United States: MC Graw
Hill. 2012 Page 1756-1790.
6. Townsend CM, BBeauchamp RD, Evers BM. Sabiston Textbook of Surgery: the
42