Professional Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH :
1. AGUS STYAWAN
(I4041152020)
2. NELLI KARINA
(I4041152037)
3. SALLY HERVIANTI
(I4041152040)
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ...................................................................................................... i
DAFTAR TABEL .............................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... v
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang ............................................................................. 1
I.2. Tujuan ......................................................................................... 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Regristrasi Obat .......................................................................... 3
II.1.1 Kategori Registrasi Obat ..................................................... 4
II.1.1.1. Registrasi Baru ............................................................ 5
II.1.1.2. Registrasi Variasi ........................................................ 5
II.1.1.3. Registrasi Ulang .......................................................... 6
II.1.2 Pengajuan Registrasi Obat ................................................... 6
II.1.2.1. Registrasi Obat Produksi Dalam Negeri...................... 6
II.1.2.1.1.Registrasi Obat Produksi Dalam Negeri Berdasarkan
Lisensi .................................................................................. 7
II.1.2.1.2.Registrasi Obat Produksi Dalam Negeri Berdasarkan
Kontrak ................................................................................. 7
II.1.2.2. Registrasi Obat Impor.................................................. 9
II.1.3 Dokumen Registrasi Obat ................................................... 10
II.1.4 Tata Laksana Registrasi Obat .............................................. 11
ii
iii
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1.
2.
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1.
2.
3.
4.
5.
11
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan membuat
permintaan akan produk farmasi seperti obat, suplemen makanan dan kosmetik
semakin meningkat. Hal ini mendorong industri farmasi untuk meningkatkan
kualitas dari produk farmasi guna memenuhi kebutuhan dan kepuasan masyarakat.
Produk farmasi yang berkualitas mencakup 3 aspek yaitu khasiat (efficacy),
keamanan (safety), dan kenyamanan (acceptability) dalam dosis yang digunakan
sesuai tujuan penggunaannya. Produk farmasi tersebut harus memenuhi nilai-nilai
parameter kualitas secara konstan, seperti identitas (identity), kekuatan (strength),
kemurnian (purity), dan karakteristik lainnya (Sampurno, 2011).
Dalam upaya menjamin keamanan
Registrasi merupakan salah satu hal penting yang harus dipenuhi sebelum
produk farmasi dipasarkan. Proses registrasi meliputi prosedur pendaftaran dan
evaluasi produk farmasi untuk mendapatkan izin edar. Proses registrasi ini
dilakukan oleh industri farmasi yang ditujukan ke BPOM, dengan tembusan
kepada Menteri Kesehatan. BPOM kemudian akan melakukan penilaian dan
evaluasi apakah obat tersebut memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Jika
obat tersebut dianggap telah memenuhi syarat registrasi yang dinyatakan dengan
diberikannya nomor registrasi, maka Menteri Kesehatan akan mengeluarkan ijin
edar, yang pada pelaksanannya dilimpahkan kepada BPOM (Menkes RI, 2008).
Hal inilah yang mendorong suatu obat memiliki nomor regristrasi guna menjamin
kualitas dan keamanannya.
1.2 Tujuan
1.2.1 Mengetahui pentingnya registrasi suatu produk farmasi.
1.2.2 Mengetahui tata cara registrasi suatu produk farmasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Regristrasi Obat
Obat merupakan sediaan atau paduan bahan bahan termasuk produk
biologi dan kontrasepsi yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau
menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan
diagnosa, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, dan peningkatan kesehatan
(Menkes RI, 2008). Ketika obat sampai ke tangan pasien, obat harus tetap
terjamin keamanan, kualitas, dan efektifitasnya. Oleh sebab itu pemerintah telah
mengatur registrasi obat, yaitu dalam :
a. Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
2. Mutu obat yang memenuhi syarat, hal ini dinilai dari proses produksi sesuai
Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB), spesifikasi dan metode analisis
terhadap semua bahan yang digunakan serta produk jadi dengan bukti yang
sah.
3. Penandaan dan informasi produk berisi informasi lengkap, objektif, dan tidak
menyesatkan yang dapat menjamin penggunaan obat secara tepat, rasional dan
aman.
4. Sesuai dengan kebutuhan nyata masyarakat.
5. Khusus untuk psikotropika baru, harus memiliki keunggulan dibandingkan
dengan obat yang telah disetujui beredar di Indonesia.
6. Obat kontrasepsi atau obat lain yang digunakan dalam program nasional harus
dilakukan uji klinik di Indonesia.
II.1.1 Kategori Registrasi Obat
Registrasi obat dibedakan menjadi berbagai kategori, yaitu sesuai dengan
jenis obat yang diregistrasikan. Obat yang diregistrasikan dapat berupa obat
produksi dalam negeri maupun obat produksi luar negeri. Obat-obatan yang
diproduksi di dalam negeri dapat berupa produk obat buatan sendiri, produk obat
berdasarkan lisensi maupun produk obat berdasarkan kontrak. Registrasi obat
terdiri dari registrasi baru, registrasi variasi dan registrasi ulang.
Menurut Peraturan Kepala BPOM No. HK.03.1.23.10.11.08481 tahun
2011 tentang Kriteria dan Tata Laksana Registrasi Obat, tedapat 7 kategori yang
digolongkan dalam registrasi baru, registrasi variasi, dan registrasi ulang.
Pendaftar registrasi obat produksi dalam negeri yang berdasarkan lisensi harus
dilakukan oleh industri farmasi yang menerima lisensi.
b.
Izin industri farmasi atau dokumen penunjang dengan bukti yang cukup untuk
badan/institusi riset sebagai pemberi lisensi.
c.
d.
e.
f.
Pemberi lisensi dapat berupa industri farmasi di luar negeri atau badan riset
pemilik formula dan teknologi di dalam atau di luar negeri.
yang masih
berlaku.
d. Pendaftar memiliki paling sedikit 1 fasilitas produksi sediaan lain yang telah
memenuhi persyaratan CPOB.
e. Sertifikat CPOB industri farmasi penerima kontrak yang masih berlaku sesuai
bentuk sediaan obat jadi yg dikontrakkan.
f. Memiliki dokumen perjanjian kontrak.
g. Pembuatan obat dapat berupa seluruh tahapan pembuatan atau sebagian
tahapan pembuatan.
h. Formula obat dapat berupa formula dari pemberi kontrak atau formula dari
penerima kontrak.
i. Penanggung jawab utama adalah industri farmasi pemberi kontrak sebagai
pemilik izin edar.
j. Penerima kontrak tidak dapat mengalihkan pembuatan obat yang dikontrakkan
kepada industri farmasi pihak ketiga.
10
h. Sertifikat CPOB yang masih berlaku dari produsen untuk bentuk sediaan
yang didaftarkan atau dokumen lain yang setara (termasuk sertifikat.
CPOB produsen zat aktif untuk Produk Biologi).
i. Data inspeksi CPOB terakhir dan perubahan terkait paling lama 2 (dua)
tahun yang dikeluarkan oleh otoritas pengawas obat setempat dan/atau
otoritas pengawas obat negara lain.
j. Bukti perimbangan kegiatan ekspor dan impor (jika perlu).
II.1.3 Dokumen Registrasi Obat
Registrasi obat dilakukan oleh pendaftar dengan menyerahkan
dokumen registrasi. Dokumen harus menggunakan bahasa Indonesia atau
bahasa Inggris, dan bersifat rahasia karena hanya dipergunakan untuk
keperluan evaluasi oleh pihak yang berwenang. Secara umum, dokumen
registrasi obat harus dipenuhi atau diserahkan kepada BPOM .
Tabel 1. Dokumen Registrasi Obat
11
Permohonan pra-
registrasi maupun registrasi diajukan oleh pendaftar secara tertulis kepada Kepala
BPOM dilampiri dengan dokumen yang dibutuhkan. Dokumen registrasi disusun
sesuai dengan format ASEAN Common Technical Dossier (ACTD). Selain
dilakukan dengan cara manual (mendatangi kantor BPOM), kini tahapan registrasi
dapat dilakukan secara elektronik yaitu dengan AeRO (Aplikasi e-Registrasi
Obat) (BPOM RI, 2011).
12
13
14
15
d. Registrasi baru obat baru dan produk biologi yang dikembangkan oleh
industri farmasi atau inststitusi riset di Indonesia dan seluruh tahapan uji
kliniknya dilakukan di Indonesia.
e. Registrasi baru obat copy esensial generik.
f. Registrasi baru obat copy dengan standar informasi elektronik (stinel).
g. Registrasi variasi major indikasi baru.
h. Registrasi variasi major yang tidak termasuk pada poin g.
3. Jalur 150 hari
a. Registrasi baru obat baru, produk biologi, dan registrasi variasi major
indikasi baru, yang telah disetujui di negara yang telah menerapkan sistem
evaluasi terharmonisasi atau sistem evaluasi yang telah dikenal baik.
b. Registrasi baru obat baru, produk biologi, dan registrasi variasi major
indikasi baru, yang telah disetujui paling sedikit di 3 negara dengan sistem
evaluasi yang telah dikenal baik.
c. Registrasi baru obat copy tanpa stinel.
4. Jalur 300 hari
Registrasi yang tidak termasuk dalam jalur evaluasi baik pada poin 2 dan 3.
II.1.5 Evaluasi dan Pemberian Keputusan
Dokumen registrasi yang telah dinyatakan lengkap akan dilakukan
evaluasi sesuai dengan kriteria obat. Evaluasi dilakukan sesuai dengan jalur
evaluasi, dan perhitungan waktu evaluasi pun sesuai dengan jalurnya. Untuk
melakukan evaluasi, maka dibentuk (BPOM RI, 2011) :
16
17
Digit 1 :
8
3
8
4
7
6
6
7
10
11
3
12
0
13
14 15
Digit 2 :
Digit 3 :
Digit 4, 5 :
Digit 6, 7, 8: Menunjukkan nomor urut pabrik (jumlah pabrik yang ada lebih
dari 100 dan kurang dari 1000)
18
Digit 9, 10,11: Menunjukkan nomor urut obat jadi yang disetujui untuk masing
masing pabrik (jumlah obat jadi untuk masing- masing pabrik
ada yang lebih dari 100 dan diperkirakan tidak lebih dari 1000
Digit 12, 13
Digit 14
Digit 15
19
20
6. Wadah tertutup baik, disimpan pada suhu kamar, ditempat kering dan
terlindung dari sinar matahari.
Sedangkan untuk obat tradisional berbentuk kapsul (obat tradisional yang
terbungkus cangkang keras atau lunak), harus memenuhi beberapa persyaratan,
yaitu (Menkes RI, 2012) :
1. Waktu lunak tidak lebih dari 15 menit.
2. Isi kapsul harus memenuhi persyaratan sebagai berikut.
3. Kadar air isi kapsul tidak lebih dari 10%.
4. Angka kapang dan khamir tidak lebih dari 10.
5. Aflatoksis tidak lebih dari 30 bpj.
6. Dalam wadah tertutup baik, disimpan pada suhu kamar, ditempat kering dan
terlindung dari sinar matahari.
Kemasan obat tradisional memiliki aturan-aturan yang jelas dari BPOM.
Desain kemasan obat yang tidak memenuhi ketentuan-ketentuan ini akan ditolak
oleh BPOM, menjadikan produk tersebut tidak memiliki nomor registrasi dan
menjadi ilegal bila diedarkan. Beberapa aturan desain kemasan Obat Tradisional
BPOM, antara lain (BPOM RI, 2005) :
1. Merek
2. Ilustrasi
3. Khasiat
4. Nomor regristrasi
5. Logo Obat Tradisional/Jamu dibagian kiri atas. Penggunaan warna logo juga
tidak bisa diubah, standar warna yang digunakan adalah warna hijau tua.
21
6. Nama produsen
7. Komposisi produk
8. Peringatan/Perhatian (optional dari BPOM)
9. Netto/Isi
10. Khasiat produk pada kemasan obat tradisional harus sama dengan sertifikat
yang diberikan oleh BPOM. Khasiat tidak boleh dilebih-lebihkan.
11. Cantumkan cara penyimpanan agar kandungan produk tidak mudah
kadaluarsa.
12. Dosis
13. Nomor produksi dan tanggal kadaluarsa, sehingga mudah mengecek tanggal
produksi, ataupun hal lain seperti pengajuan komplain dari konsumen atas
ketidakpuasan isi produk.
14. Logo halal.
Obat tradisional, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka yang akan
didaftarkan harus memenuhi kriteria sebagai berikut (Menkes RI, 2012) :
1.
2.
3.
Penandaan berisi informasi yang lengkap dan objektif yang dapat menjamin
penggunaan obat tradisional, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka secara
tepat, rasional, dan aman sesuai dengan hasil evaluasi dalam rangka
pendaftaran.
22
23
24
25
e. Khasiat/Kegunaan.
f. Cara pemakaian.
g. Peringatan dan kontraindikasi (bila ada).
h. Nomor kode produksi.
i. Kadaluwarsa.
Untuk Produk Lokal, tambahkan kata jamu dalam lingkaran (logo jamu).
Untuk Produk Lisensi, tambahkan lambang daun (logo produk OT Lisensi) dan
nama pemberi lisensi. Sedangkan untuk Produk Impor, tambahkan nama
importir/distributor di Indonesia, dan informasi harus ditulis dengan huruf latin
dalam bahasa Indonesia disamping bahasa aslinya.
II.2.4 Tata Laksana Registrasi Obat Tradisional
26
27
BT
0
2
0
3
1
4
7
5
0
6
0
7
0
8
3
9
2
10
11
Digit ke-1
Digit ke-2
TR
TL
TI
BTR
BTL
BTI
SD
SL :
SI
Digit ke-3,4
Digit ke 5
: menunjukkan perusahaan.
1 : pabrik farmasi.
2 : pabrik jamu.
28
3 : perusahaan jamu.
-
Digit ke- 6
Digit ke- 11
29
30
NOTIFIKASI
Dilakukan
dengan
template elektronik
template
notifikasi
melalui
website
cara
mengisi
elektronik
BPOM
yang
terhadap
Dilakukan
penilaian
keamanan,
kemanfaatan,
dan
penilaian
terhadap
audit
setelah
kosmetika
beredar
31
NPWP.
2. Kosmetika Impor
32
3. Kosmetika Kontrak
NPWP.
4. Kosmetika Lisensi
33
34
2. Apabila dalam jangka waktu 14 hari kerja tidak ada surat penolakan sejak
pengajuan permohonan notifikasi diterima Kepala BPOM, maka
kosmetika dianggap sudah dinotifikasi dan dapat diedarkan.
3. Permohonan yang dianggap disetujui, dalam jangka waktu 6 bulan,
kosmetika yang telah dinotifikasi wajib diproduksi atau diimpor dan
diedarkan.
4. Notifikasi berlaku dalam jangka waktu 3 tahun, dan setelah masa berlaku
berakhir pemohon harus memperbahatui notifikasi (Menkes RI, 2010).
35
0
8
0
9
0
10
1
11
Digit ke-1 dan 2 : menunjukkan kode kosmetika dalam atau luar negeri
CD : kode kosmetika dalam negeri
CL : kode kosmetika luar negeri
Digit ke- 3 dan 4 : menunjukkan jenis sediaan
2
12
36
01 = Sediaan bayi
02 = Sediaan mandi
03 = Sediaan kebersihan badan
04 = Sediaan cukur
05 = Sedian wangi-wangian
06 = Sediaan rambut
07 = Sediaan pewarna rambut
08 = Sediaan rias mata
09 = Sediaan rias wajah
10 = Sediaan perawatan kulit
11 = Sediaan mandi surya dan tabir surya.
12 = Sediaan kuku
13 = Sediaan higiene mulut
Digit ke- 5 dan 6 : menunjukkan sub bagian dari 2 angka sebelumnya
contoh : 0905 (09 merupakan sediaan rias wajah, dan 05 merupakan lip-gloss).
Digit ke-7 dan 8 : merupakan tahun dibuat namun dengan terbalik
contoh : tahun 2009, menjadi 90
Digit ke-9 sampai 12 : menunjukkan nonmor urut produk yang diproduksi oleh
perusahaan
II.4. Suplemen Makanan
Suplemen makanan adalam produk yang digunakan untuk melengkapi
makanan, mengandung satu atau lebih bahan sebagai berikut, yaitu vitamin, mineral,
37
tumbuhan atau baha yang berasal dari tumbuhan asam amino, bahan yang digunakan
untuk meningkatkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) atau konsentrat, metabolit,
konstituen, ekstak atau kombinasi dari beberapa bahan di atas. Suplemen makanan
dapat berupa produk padat meliputi tablet, tablet hisap, tablet efervesen, tablet
kunyah, serbuk, kapsul, kapsul luna, granula, pastilles, atau produk cair berupa tetes,
sirup, atau larutan.
Suplemen makanan dalam negeri adalah suplemen makanan yang dibuat dan
dikemas oleh industri di dalam negeri meliputi suplemen makanan tanpa lisensi,
suplemen makanan lisensi dan sulemen makanan kontrak. Suplemen makanan lisensi
adalah suplemen makanan yang dibuat di Indonesia atas dasar lisensi. Suplemen
makanan kontrak adalah suplemen makanan yang pembuatannya dilimpahkan kepada
industri farmasi, industri di bidang obat tradisonal atau industri pangan berdasarkan
kontrak. Suplemen makanan impor adalah suplemen makan yang dibuat oleh industri
di luar negeri, yang dimasukkan dan diedarkan di wilayah Indonesia. Izin edar adalah
bentuk persetujuan pendaftaran suplemen makanan yang diberikan oleh Kepala
Badan untuk dapat diedarkan di wilayah Indonesia (BPOM RI, 2005).
II.4.1. Kategori Registrasi Suplemen Makanan
Registrasi suplemen makanan ke BPOM dikelompokkan menjadi 2 kelompok
besar, yaitu pendaftaran baru dan pendaftaran variasi. Sedangkan untuk kategorinya,
dapat dibedakan menjadi 6 kategori (BPOM RI, 2005).
38
a. Pendaftaran Baru
Kategori 1
Pendaftaran suplemen makanan yang mengandung satu atau lebih
ahan berua vitamin, mineral, asam aminu, karbohidrat, protein, lemak atau
bahan lain berupa isolat.
Kategori 2
Pendaftaran sulemen makanan yang mengandung satu atau lebih
bahan berupa vitamin, mineral, asam amino, kabohidrat, protein, lemak,
isolate lain dan baha berupa bahan alam.
Kategori 3
Pendaftaran suplemen makanan dari kategori 1 dan 2 dengan klaim
penggunaan baru, bentuk sediaan baru, posology dan dosis baru.
b. Pendaftaran Variasi
Kategori 5
Pendaftaran suplemen makanan yang telah mendapat izin edar dengan:
1) Perubahan sesifiksi dan atau metode analisis bahan baku.
2) Perubahan spesifikasi dan atau metode analisis produk jadi.
3) Perubahan stabilitas.
4) Perubahan teknologi produksi.
5) Perubahan tempat produksierubahan atau penambahan jenis kemasan.
39
Kategori 6
Pendaftaran suplemen makanan yang telah mendapat izin edar dengan:
1) Perubahan formua atau komposisi yang baha utamanya tergolong dalam
satu kelompok.
2) Perubahan baha tambahan yang tidak mengubah manfaat.
40
Produk Lisensi
1) Izin industri di bidang obat tradisional, industri farmasi atau industri
pangan dan dilengkapi dengan bukti yang cukup berupa dokumen mutu
dan teknologi sebagai pemberi lisensi.
2) Izin industri farmasi atau industri di bidang obat tradisional atau industri
pangan sebagai penerima lisensi.
3) Sertifikat yang ditandatangani oleh Pejabat Pemerintah yang berwenang
di negara pengekspor yang menyatakan bahwa produk tersebut telah
dibuat dan diedarkan di negara pengekspor.
4) Sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik (GMP) penerima lisensi
untuk bentuk sediaan yang didaftarkan.
5) Perjanjian lisensi.
6) Rancangan kemasan yang meliputi etiket, dus, pembungkus, strip,
blister, catch cover, dan kemasan lain sesuai ketentuan tentang
pembungkus dan penandaan yang berlaku, yang merupakan rancangan
kemasan suplemen makanan yang akan diedarkan dan harus dilengkapi
dengan rancangan warna, brosur yang mencantumkan informasi
mengenai obat tradisional, obat herbal terstandar dan fitofarmaka.
Produk Kontrak
1) Mempunyai Izin industri farmasi atau industri dibidang obat tradisional
atau industri pangan atau badan usaha dibidang pemasaran suplemen
41
makanan dan dilengkapi bukti yang cukup berupa dokumen mutu dan
teknologi sebagai pemberi kontrak.
2) Izin industri farmasi dibidang Obat tradisional atau industry pangan
sebagai penerima kontrak.
3) Sertifikat cara Pembuatan yang baik (GMP) penerima kontrak sesuai
bentuk sediaan yang dikontrakan.
4) Memberikan contoh produk SM.
5) Rancangan kemasan yang meliputi etiket, dus, pembungkus, strip,
blister, catch cover, dan kemasan lain sesuai ketentuan tentang
pembungkus dan penandaan yang berlaku, yang merupakan rancangan
kemasan suplemen.
b. Suplemen Makanan Impor
1.
2.
3.
4.
5.
42
6.
7.
43
44
ke
pekatan mucilago yang digunakan, serta cara mencampur atau melarutkan pengawet
dalam masa suplemen makanan, ayakan (no mesh) untuk granulat basah dan kering,
suhu dan kelembaban udara dalam ruang mesin tablet serta ruang pengemasan pada
pembuatan tablet tertentu dan apakah pada waktu mengemas ditambah zat
penyerapan air. Untuk bahan utama berupa ekstrak yang dibuat sendiri perlu
dijelaskan cara penyarian yang dilakukan, cairan penyari yang digunakan, lama
penyarian, alasan pemilihan larutan penyari. Untuk bahan utama berupa ekstrak
impor harus disertakan nomor pendaftarannya. Selain hal tersebut diatas, khusus pada
pembuatan tablet bersalut gula atau selaput perlu ditambahkan keterangan mengenai
45
suhu dan banyak larutan penyalut serta interval waktu tiap penambahan suhu dan
waktu tiap tingkatan yakin tingkatan lapisan dasar, lapisan subcoating pewarna,
lapisan terakhir, suhu dan waktu mengalir udara panas/kering setiap dilakkan, khusus
spray coating, harus diterangkan tekanan udara/compressor untuk spray tersebut,
penyimpanan dan pengemasan dalam wadah akhir apakah ditambah zat penyerap uap
air. Dilakukan Kontrol selama proses produksi, meliputi:
1. Sebelum dicetak menjadi tablet perlu diterangkan berat granulat kering yang
diperoleh kadar air dalam granulat kering.
2. Selama dicetak menjadi tablet perlu diterangkan persyaratan mengenai bobot
rata-rata tiap tablet, waktu hancur tiap tablet, pengontrolan dilakukan secara
berkala.
3. Setelah dicetak atau disalut perlu diterangkan persyaratan mengenai
keseragamam bobot, waktu hancur, kualitatif dan kuantitatif bahan utama, isi
tiap wadah akhir, kebocoran wadah serta jumlah hasil yang diperoleh setiap
kali pembuatan.
f. Kapsul
Pada cara pembuatan diterangkan mengenai suhu dan kelembaan udara dalam
ruangan pengisi kapsul, bobot rata-rata tiap kapsul. Bahan utama berupa ekstrak yang
dibuat sendiri perlu dijelaskan cara penyarian yang dilakukan, cairan penyari yang
digunakan, lama penyarian, alasan pemilihan larutan penyari. Untuk bahan utama
berupa ekstrak impor harus disertakan nomor pendaftarannya. Dilakukan pegontrolan
selama proses produksi, meliputi:
46
mengenai
cara-cara
melarutkan bahan,
cara
47
48
49
50
kontak
dan
negoisasi
yang
diperlukan
untuk
51
52
Dokumen - dokumen
yang perlu disiapkan
formula
proses pembuatan
data uji disolusi terbanding
Yang mengerti
adalah
APOTEKER
dll
53
BAB III
PENUTUP
III.1. Kesimpulan
1. Regristrasi dilakukan oleh industri farmasi untuk menjamin efektivitas,
keamanan dan mutu produk farmasi yang dihasilkan telah memenuhi persyaratan
yang telah ditetapkan.
2. Regristrasi produk farmasi, meliputi obat, obat tradisional, kosmetik, dan
suplemen makanan yang dilakukan melalui BPOM dengan melengkapi
persyratan yang telah ditetapkan.
54
DAFTAR PUSTAKA
BPOM RI. 2005. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia Nomor HK..00.05.41.1381 Tahun 2005 tentang Tata Laksana
Pendaftaran Suplemen Makanan. Badan Pengawas Obat Dan Makanan
RI, Jakarta.
BPOM RI. 2005. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia Nomor HK..00.05.41.1384 Tahun 2005 tentang Kriteria dan
Tata Laksana Pendaftaran Obat Tradisonal, Obat Herbal Terstandar
dan Fitofarmaka. Badan Pengawas Obat Dan Makanan RI, Jakarta.
BPOM RI. 2010. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
HK. 03.1.23.12.10.11983 tentang Kriteria dan Tata Cara Pengajuan
Notifikasi Kosmetik. Badan POM RI, Jakarta.
BPOM RI. 2011. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia Nomor HK. 03.123.10.11.08481 Tahun 2011 tentang Kriteria
Tata Laksana Registrasi Obat. Badan Pengawas Obat dan Makanan RI,
Jakarta.
BPOM RI. 2012. Konsep Dasar Penilaian. Badan Pengawas Obat Dan Makanan
Republik Indonesia, Jakarta.
Menkes RI. 2008. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1010/Menkes/Per/XI/2008
temtang
Registrasi
Obat.
Departemen