You are on page 1of 13

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
William F. Ogburn dalam Moore (2002), berusaha memberikan suatu pengertian
tentang perubahan sosial. Ruang lingkup perubahan sosial meliputi unsur-unsur
kebudayaan baik yang material maupun immaterial. Penekannya adalah pada pengaruh
besar unsur-unsur kebudayaan material terhadap unsur-unsur immaterial. Perubahan
sosial diartikan sebagai perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi
masyarakat.
Definisi lain dari perubahan sosial adalah segala perubahan yang terjadi dalam
lembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem
sosialnya. Tekanan pada definisi tersebut adalah pada lembaga masyarakat sebagai
himpunan kelompok manusia dimana perubahan mempengaruhi struktur masyarakat
lainnya (Soekanto, 1990). Perubahan sosial terjadi karena adanya perubahan dalam
unsur-unsur yang mempertahankan keseimbangan masyarakat seperti misalnya
perubahan dalam unsur geografis, biologis, ekonomis dan kebudayaan. Sorokin (1957),
berpendapat bahwa segenap usaha untuk mengemukakan suatu kecenderungan yang
tertentu dan tetap dalam perubahan sosial tidak akan berhasil baik.
Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan budaya. Perubahan dalam
kebudayaan mencakup semua bagian, yang meliputi kesenian, ilmu pengetahuan,
teknologi, filsafat dan lainnya. Akan tetapi perubahan tersebut tidak mempengaruhi
organisasi sosial masyarakatnya. Ruang lingkup perubahan kebudayaan lebih luas
dibandingkan perubahan sosial. Namun demikian dalam prakteknya di lapangan kedua
jenis perubahan perubahan tersebut sangat sulit untuk dipisahkan (Soekanto, 1990).
Perubahan kebudayaan bertitik tolak dan timbul dari organisasi sosial. Pendapat
tersebut dikembalikan pada pengertian masyarakat dan kebudayaan. Masyarakat adalah
sistem hubungan dalam arti hubungan antar organisasi dan bukan hubungan antar sel.
Kebudayaan mencakup segenap cara berfikir dan bertingkah laku, yang timbul karena
interaksi yang bersifat komunikatif seperti menyampaikan buah pikiran secara simbolik

dan bukan warisan karena keturunan (Davis, 1960). Apabila diambil definisi
kebudayaan menurut Taylor dalam Soekanto (1990), kebudayaan merupakan kompleks
yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum adat istiadat dan
setiap kemampuan serta kebiasaan manusia sebagai warga masyarakat, maka perubahan
kebudayaan dalah segala perubahan yang mencakup unsur-unsur tersebut. Soemardjan
(1982), mengemukakan bahwa perubahan sosial dan perubahan kebudayaan mempunyai
aspek yang sama yaitu keduanya bersangkut paut dengan suatu cara penerimaan caracara baru atau suatu perbaikan dalam cara suatu masyarakat memenuhi kebutuhannya.
Untuk mempelajari perubahan pada masyarakat, perlu diketahui sebab-sebab yang
melatari terjadinya perubahan itu. Apabila diteliti lebih mendalam sebab terjadinya
suatu perubahan masyarakat, mungkin karena adanya sesuatu yang dianggap sudah
tidak lagi memuaskan. Menurut Soekanto (1990), penyebab perubahan sosial dalam
suatu masyarakat dibedakan menjadi dua macam yaitu faktor dari dalam dan luar.
Faktor penyebab yang berasal dari dalam masyarakat sendiri antara lain bertambah atau
berkurangnya jumlah penduduk, penemuan baru, pertentangan dalam masyarakat,
terjadinya pemberontakan atau revolusi. Sedangkan faktor penyebab dari luar
masyarakat adalah lingkungan fisik sekitar, peperangan, pengaruh kebudayaan
masyarakat lain.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka permasalahan yang akan
dibahas dalam makalah ini adalah bagaimana perubahan sosial terjadi dan dampak apa
yang ditimbulkan dalam dalam masyarakat akibat perubahan social tersebut.
C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana perubahan
sosial terjadi dan dampak apa yang ditimbulkan dalam dalam masyarakat akibat
perubahan sosial tersebut.

BAB II
PEMBAHASAN
Perubahan sosial dapat diartikan sebagai segala perubahan pada lembaga-lembaga
sosial dalam suatu masyarakat. Perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga sosial itu
selanjutnya mempunyai pengaruhnya pada sistem-sistem sosialnya, termasuk di dalamnya
nilai-nilai, pola-pola perilaku ataupun sikap-sikap dalam masyarakat itu yang terdiri dari
kelompok-kelompok sosial.
Masih banyak faktor-faktor penyebab perubahan sosial yang dapat disebutkan,
ataupun mempengaruhi proses suatu perubahan sosial. Kontak-kontak dengan kebudayaan
lain yang kemudian memberikan pengaruhnya, perubahan pendidikan, ketidakpuasan
masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu, penduduk yang heterogen, tolerasi
terhadap perbuatan-perbuatan yang semula dianggap menyimpang dan melanggar tetapi
yang lambat laun menjadi norma-norma, bahkan peraturan-peraturan atau hukum-hukum
yang bersifat formal.
Perubahan itu dapat mengenai lingkungan hidup dalam arti lebih luas lagi, mengenai
nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola-pola keperilakuan, strukturstruktur, organisasi,
lembaga-lembaga,

lapisan-lapisan

masyarakat,

relasi-relasi

sosial,

sistem-sistem

komunikasi itu sendiri. Juga perihal kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial, kemajuan
teknologi dan seterusnya.
Ada pandangan yang menyatakan bahwa perubahan sosial itu merupakan suatu
respons ataupun jawaban dialami terhadap perubahan-perubahan tiga unsur utama :
1. Faktor alam
2. Faktor teknologi
3. Faktor kebudayaan
Kalau ada perubahan daripada salah satu faktor tadi, ataupun kombinasi dua
diantaranya, atau bersama-sama, maka terjadilah perubahan sosial. Faktor alam apabila
yang dimaksudkan adalah perubahan jasmaniah, kurang sekali menentukan perubahan
sosial. Hubungan korelatif antara perubahan slam dan perubahan sosial atau masyarakat
tidak begitu kelihatan, karena jarang sekali alam mengalami perubahan yang menentukan,

kalaupun ada maka prosesnya itu adalah lambat. Dengan demikian masyarakat jauh lebih
cepat berubahnya daripada perubahan alam. Praktis tak ada hubungan langsung antara
kedua perubahan tersebut. Tetapi kalau faktor alam ini diartikan juga faktor biologis,
hubungan itu bisa di lihat nyata. Misalnya saja pertambahan penduduk yang demikian
pesat, yang mengubah dan memerlukan pola relasi ataupun sistem komunikasi lain yang
baru. Dalam masyarakat modern, faktor teknologi dapat mengubah sistem komunikasi
ataupun relasi sosial. Apalagi teknologi komunikasi yang demikian pesat majunya sudah
pasti sangat menentukan dalam perubahan sosial itu.
A. Proses Perubahan Sosial
Proses perubahan sosial terdiri dari tiga tahap barurutan : (1) invensi yaitu proses
di mana ide-ide baru diciptakan dan dikembangkan, (2) difusi, ialah proses di mans ideide baru itu dikomunikasikan ke dalam Sistem sosial, dan (3) konsekwensi yakni
perubahan-perubahan yang terjadi dalam sistem social sebagai akibat pengadopsian atau
penolakan inovasi. Perubahan terjadi jika penggunaan atau penolakan ide baru itu
mempunysi akibat. Karena itu perubahan sosial adalah akibat komunikasi sosial.
Beberapa pengamat terutama ahli anthropologi memerinci dua tahap tambahan
dalam urutan proses di atas. Salah satunya ialah pengembangan inovasi yang terjadi
telah invensi sebelum terjadi difusi. Yang dimaksud ialah proses terbentuknya ide baru
dari suatu bentuk hingga menjadi suatu bentuk yang memenuhi kebutuhan audiens
penerima yang menghendaki. Kami tidak memaaukkan tahap ini karena ia tidak selalu
ada. Misalnya, jika inovasi itu dalam bentuk yang siap pakai. Tahap terakhir yang
terjadi setelah konsekwensi, adalah menyusutnya inovasi, ini menjadi bagian dari
konsekwensi.
Yang memicu terjadinya perubahan dan sebaliknya perubahan sosial dapat juga
terhambat kejadiannya selagi ada faktor yang menghambat perkembangannya. Faktor
pendorong perubahan sosial meliputi kontak dengan kebudayaan lain, sistem
masyarakat yang terbuka, penduduk yang heterogen serta masyarakat yang berorientasi
ke masa depan. Faktor penghambat antara lain sistem masyarakat yang tertutup, vested
interest, prasangka terhadap hal yang baru serta adat yang berlaku.

Perubahan sosial dalam masyarakat dapat dibedakan dalam perubahan cepat dan
lambat, perubahan kecil dan besar serta perubahan direncanakan dan tidak
direncanakan. Tidak ada satu perubahan yang tidak meninggalkan dampak pada
masyarakat yang sedang mengalami perubahan tersebut. Bahkan suatu penemuan
teknologi baru dapat mempengaruhi unsur-unsur budaya lainnya. Dampak dari
perubahan sosial antara lain meliputi disorganisasi dan reorganisasi sosial, teknologi
serta cultural.
B. Konsep Perubahan Sosial
Perubahan sosial dapat dibayangkan sebagai perubahan yang terjadi di dalam atau
mencakup sistem sosial. Lebih tepatnya, terdapat perbedaan antara keadaan sistem
tertentu

dalam

jangka

waktu

berlainan.

Berbicara

tentang

perubahan,

kita

membayangkan sesuatu yang terjadi setelah jangka waktu tertentu; kita berurusan
dengan perbedaan keadaan yang diamati antara sebelum dan sesudah jangka waktu
tertentu.
Untuk dapat menyatakan perbedaannya, ciri-ciri awal unit analisis harus diketahui
dengan cermat-meski terus berubah (Strasser dan Randall dalam Sztompka, 2004; 5).
Jadi konsep dasar perubahan sosial mencakup tiga gagasan: (1) Perbedaan; (2) pada
waktu berbeda; dan (3) di antara keadaan sistem sosial yang sama.
Perubahan sosial adalah setiap perubahan yang tak terulang dari sistem sosial
sebagai satu kesatuan (Hawley dalam Sztompka, 2004). Perubahan sosial dapat
dibedakan menjadi beberapa jenis, tergantung pada sudu pengamatan: apakah dari sudut
aspek, fragmen atau dimensi sistem sosialnya. Ini disebabkan keadaan sistem sosial itu
tidak sederhana, tidak hanya berdimensi tunggal, tetapi muncul sebagai kombinasi atau
gabungan hasil keadaan berbagai komponen seperti berikut:
Unsur-unsur pokok (misalnya: jumlah dan jenis individu, serta tindakan mereka).
1. Hubungan antarunsur (misalnya: ikatan sosial, loyalitas, ketergantungan, hubungan
antarindividu, integrasi).Berfungsinya unsur-unsur di dalam sistem (misalnya: peran
pekerjaan yang dimainkan oleh individu atau diperlukannya tindakan tertentu untuk
melestarikan ketertiban sosial).

2. Pemeliharaan batas (misalnya: kriteria untuk menentukan sipa saja yang termasuk
anggota sistem, syarat penerimaan individu dalam kelompok, prinsip rekrutmen
dalam organisasi, dan sebagainya).
3. Subsistem (misalnya: jumlah dan jenis seksi, segmen, atau divisi khusus yang dapat
dibedakan).
4. Lingkungan (misalnya: keadaan alam atau lokasi geopolitik).
C. Penyebab Perubahan Sosial
1. Dari Dalam Masyarakat
Mobilitas Penduduk
Mobilitas penduduk ini meliputi bukan hanya perpindahan penduduk dari desa
ke kota atau sebaiiknya, tetapi juga bertambah dan berkurangnya penduduk
Penemuan-penemuan baru (inovasi)
Adanya penemuan teknologi baru, misalnya teknologi plastik. Jika dulu daun
jati, daun pisang dan biting (lidi) dapat diperdagangkan secara besar-besaran
maka sekarang tidak lagi.
Suatu proses sosial perubahan yang terjadi secara besar-besaran dan dalam
jangka waktu yang tidak terlalu lama sering disebut dengan inovasi atau
innovation. Penemuan-penemuan baru sebagai sebab terjadinya perubahanperubahan dapat dibedakan dalam pengertian-pengertian Discovery dan
Invention
Discovery adalah penemuan unsur kebudayaan baru baik berupa alat ataupun
gagasan yang diciptakan oleh seorang individu atau serangkaian ciptaan para
individu.
Discovery baru menjadi invention kalau masyarakat sudah mengakui dan
menerapkan penemuan baru itu.
Pertentangan masyarakat
Pertentangan dapat terjadi antara individu dengan kelompok atau antara
kelompok dengan kelompok.
Terjadinya Pemberontakan atau Revolusi

Pemberontakan dari para mahasiswa, menurunkan rezim Suharto pada jaman


orde baru. Munculah perubahan yang sangat besar pada Negara dimana sistem
pemerintahan yang militerisme berubah menjadi demokrasi pada jaman
refiormasi. Sistem komunikasi antara birokrat dan rakyat menjadi berubah
(menunggu apa yang dikatakan pemimpin berubah sebagai abdi masyarakat).
2. Dari Luar Masyarakat
Peperangan
Negara yang menang dalam peperangan pasti akan menanamkan nilai-nilai sosial
dan kebudayaannya.
Lingkungan
Terjadinya banjir, gunung meletus, gempa bumi, dll yang mengakibatkan
penduduk di wilayah tersebut harus pindah ke wilayah lain. Jika wilayah baru
keadaan alamnya tidak sama dengan wilayah asal mereka, maka mereka harus
menyesuaikan diri dengan keadaan di wilayah yang baru guna kelangsungan
kehidupannya.
Kebudayaan Lain
Masuknya kebudayaan Barat dalam kehidupan masyarakat di Indonesia
menyebabkan terjadinya perubahan.
D. Faktor-faktor Pendorong dan Penghambat Perubahan Sosial
1. Faktor-faktor Pendorong
Intensitas hubungan/kontak dengan kebudayaan lain
Tingkat Pendidikan yang maju
Sikap terbuka dari masyarakat
Sikap ingin berkembang dan maju dari masyarakat
2. Faktor-faktor Penghambat
Kurangnya hubungan dengan masyarakat luar
Perkembangan pendidikan yang lambat
Sikap yang kuat dari masyarakat terhadap tradisi yang dimiliki

Rasa takut dari masyarakat jika terjadi kegoyahan (pro kemapanan)


Cenderung menolak terhadap hal-hal baru
E. Dampak Akibat Perubahan Sosial
Arah perubahan meliputi beberapa orientasi, antara lain (1) perubahan dengan
orientasi pada upaya meninggalkan faktor-faktor atau unsur-unsur kehidupan sosial
yang mesti ditinggalkan atau diubah, (2) perubahan dengan orientasi pada suatu bentuk
atau unsur yang memang bentuk atau unsur baru, (3) suatu perubahan yang berorientasi
pada bentuk, unsur, atau nilai yang telah eksis atau ada pada masa lampau. Tidaklah
jarang suatu masyarakat atau bangsa yang selain berupaya mengadakan proses
modernisasi pada berbagai bidang kehidupan, apakah aspek ekonomis, birokrasi,
pertahanan keamanan, dan bidang iptek; namun demikian, tidaklah luput perhatian
masyarakat

atau

bangsa

yang

bersangkutan

untuk

berupaya

menyelusuri,

mengeksplorasi, dan menggali serta menemukan unsur-unsur atau nilai-nilai


kepribadian atau jatidiri sebagai bangsa yang bermartabat.
Dalam memantapkan orientasi suatu proses perubahan, ada beberapa faktor yang
memberikan kekuatan pada gerak perubahan tersebut, yang antara lain adalah sebagai
berikut, (1) suatu sikap, baik skala individu maupun skala kelompok, yang mampu
menghargai karya pihak lain, tanpa dilihat dari skala besar atau kecilnya produktivitas
kerja itu sendiri, (2) adanya kemampuan untuk mentolerir adanya sejumlah
penyimpangan dari bentuk-bentuk atau unsur-unsur rutinitas, sebab pada hakekatnya
salah satu pendorong perubahan adanya individu-individu yang menyimpang dari halhal yang rutin. Memang salah satu ciri yang hakiki dari makhluk yang disebut manusia
itu adalah sebagai makhluk yang disebut homo deviant, makhluk yang suka
menyimpang dari unsur-unsur rutinitas, (3) mengokohkan suatu kebiasaan atau sikap
mental yang mampu memberikan penghargaan (reward) kepada pihak lain (individual,
kelompok) yang berprestasi dalam berinovasi, baik dalam bidang sosial, ekonomi, dan
iptek, (4) adanya atau tersedianya fasilitas dan pelayanan pendidikan dan pelatihan yang
memiliki spesifikasi dan kualifikasi progresif, demokratis, dan terbuka bagi semua fihak
yang membutuhkannya.

Modernisasi, menunjukkan suatu proses dari serangkaian upaya untuk menuju


atau menciptakan nilai-nilai (fisik, material dan sosial) yang bersifat atau berkualifikasi
universal, rasional, dan fungsional. Lazimnya suka dipertentangkan dengan nilai-nilai
tradisi. Modernisasi berasal dari kata modern (maju), modernity (modernitas), yang
diartikan sebagai nilai-nilai yang keberlakuan dalam aspek ruang, waktu, dan kelompok
sosialnya lebih luas atau universal, itulah spesifikasi nilai atau values. Sedangkan yang
lazim dipertentangkan dengan konsep modern adalah tradisi, yang berarti barang
sesuatu yang diperoleh seseorang atau kelompok melalui proses pewarisan secara turun
temurun dari generasi ke generasi. Umumnya tradisi meliputi sejumlah norma (norms)
yang keberlakuannya tergantung pada (depend on) ruang (tempat), waktu, dan
kelompok (masyarakat) tertentu. Artinya keberlakuannya terbatas, tidak bersifat
universal seperti yang berlaku bagi nilai-nilai atau values. Sebagai contoh atau kasus,
seyogianya manusia mengenakkan pakaian, ini merupakan atau termasuk kualifikasi
nilai (value). Semua fihak cenderung mengakui dan menganut nilai atau value ini.
Namun, pakaian model apa yang harus dikenakan itu? Perkara model pakaian yang
disukai, yang disenangi, yang biasa dikenakan, itulah yang menjadi urusan normanorma yang dari tempat ke tempat, dari waktu ke waktu, dan dari kelompok ke
kelompok akan lebih cenderung beraneka ragam.
Spesifikasi norma-norma dan tradisi bila dilihat atas dasar proses modernisasi
adalah sebagai berikut, (1) ada norma-norma yang bersumber dari tradisi itu, boleh
dikatakan sebagai penghambat kemajuan atau proses modernisasi, (2) ada pula sejumlah
norma atau tradisi yang memiliki potensi untuk dikembangkan, disempurnakan,
dilakukan pencerahan, atau dimodifikasi sehingga kondusif dalam menghadapi proses
modernisasi, (3) ada pula yang betul-betul memiliki konsistensi dan relevansi dengan
nilai-nilai baru. Dalam kaitannya dengan modernisasi masyarakat dengan nilai-nilai
tradisi ini, maka ditampilkan spesifikasi atau kualifikasi masyarakat modern, yaitu
bahwa masyarakat atau orang yang tergolong modern (maju) adalah mereka yang
terbebas dari kepercayaan terhadap tahyul. Konsep modernisasi digunakan untuk
menamakan serangkaian perubahan yang terjadi pada seluruh aspek kehidupan
masyarakat tradisional sebagai suatu upaya mewujudkan masyarakat yang bersangkutan

menjadi suatu masyarakat industrial. Modernisasi menunjukkan suatu perkembangan


dari struktur sistem sosial, suatu bentuk perubahan yang berkelanjutan pada aspek-aspek
kehidupan ekonomi, politik, pendidikan, tradisi dan kepercayaan dari suatu masyarakat,
atau satuan sosial tertentu.
Modernisasi suatu kelompok satuan sosial atau masyarakat, menampilkan suatu
pengertian yang berkenaan dengan bentuk upaya untuk menciptakan kehidupan
masyarakat yang sadar dan kondusif terhadap tuntutan dari tatanan kehidupan yang
semakin meng-global pada saat kini dan mendatang. Diharapkan dari proses
menduniakan seseorang atau masyarakat yang bersangkutan, manakala dihadapkan pada
arus globalisasi tatanan kehidupan manusia, suatu masyarakat tertentu (misalnya
masyarakat Indonesia) tidaklah sekedar memperlihatkan suatu fenomena kebengongan
semata, tetapi diharapkan mampu merespons, melibatkan diri dan memanfaatkannya
secara signifikan bagi eksistensi bagi dirinya, sesamanya, dan lingkungan sekitarnya.
Adapun spesifikasi sikap mental seseorang atau kelompok yang kondusif untuk
mengadopsi dan mengadaptasi proses modernisasi adalah, (1) nilai budaya atau sikap
mental yang senantiasa berorientasi ke masa depan dan dengan cermat mencoba
merencanakan masa depannya, (2) nilai budaya atau sikap mental yang senantiasa
berhasrat mengeksplorasi dan mengeksploitasi potensi-potensi sumber daya alam, dan
terbuka bagi pengembangan inovasi bidang iptek. Dalam hal ini, memang iptek bisa
dibeli, dipinjam dan diambil alih dari iptek produk asing, namun dalam penerapannya
memerlukan proses adaptasi yang sering lebih rumit daripada mengembangkan iptek
baru, (3) nilai budaya atau sikap mental yang siap menilai tinggi suatu prestasi dan
tidak menilai tinggi status sosial, karena status ini seringkali dijadikan suatu predikat
yang bernuansa gengsi pribadi yang sifat normatif, sedangkan penilai obyektif hanya
bisa didasarkan pada konsep seperti apa yang dikemukakan oleh D.C. Mc Clelland
(Koentjaraningrat, 1985), yaitu achievement-oriented, (4) nilai budaya atau sikap
mental yang bersedia menilai tinggi usaha fihak lain yang mampu meraih prestasi atas
kerja kerasnya sendiri.
Tanpa harus suatu masyarakat berubah seperti orang Barat, dan tanpa harus
bergaya hidup seperti orang Barat, namun unsur-unsur iptek Barat tidak ada salahnya

10

untuk ditiru, diambil alih, diadopsi, diadaptasi, dipinjam, bahkan dibeli. Manakala
persyaratan ini telah dipenuhi dan keempat nilai budaya atau sikap mental yang telah
ditampilkan telah dimiliki oleh suatu masyarakat tersebut. Khusus untuk masyarakat di
Indonesia, sejarah masa lampau mengajarkan bahwa sistem ekonomi, politik, dan
kebudayaan dari kerajaan-kerajaan besar di Asia seperti India dan Cina, yang diadopsi
dan diadaptasi oleh kerajaan-kerajaan di Nusantara ini, seperti Sriwijaya dan Majapahit,
namun fakta sejarah tidak membuktikan bahwa orang-orang Sriwijaya dan Majapahit,
dalam pengadopsian dan pengadaptasian nilai-nilai kebudayaan tadi sekaligus menjadi
orang India atau Cina.
Proses modernisasi sampai saat ini masih tampak dimonopoli oleh masyarakat
perkotaan (urban community), terutama di kota-kota Negara Sedang Berkembang,
seperti halnya di Indonesia. Kota-kota di negara-negara sedang berkembang menjadi
pusat-pusat modernisasi yang diaktualisasikan oleh berbagai bentuk kegiatan
pembangunan, baik aspek fisik-material, sosio-kultural, maupun aspek mental-spiritual.
Kecenderungan-kecenderungan seperti ini, menjadikan daerah perkotaan sebagai daerah
yang banyak menjanjikan kehidupan yang lebih baik bagi penduduk pedesaan, terutama
bagi generasi mudanya. Obsesi semacam ini menjadi pendorong kuat bagi penduduk
pedesaan untuk beramai-ramai membanjiri dan memadati setiap sudut daerah perkotaan,
dalam suatu proses sosial yang disebut urbanisasi. Fenomena demografis seperti ini,
selanjutnya menjadi salah satu sumber permasalahan bagi kebijakan-kebijakan dalam
upaya penataan ruang dan kehidupan masyarakat perkotaan. Sampai dengan saat
sekarang ini masalah perkotaan ini masih menunjukkan gelagat yang semakin ruwet dan
kompleks.

11

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada pembahasan maka kesimpulan yang dapat dipaparkan
dalam makalah ini adalah :
1. Perubahan sosial dapat diartikan sebagai segala perubahan pada lembaga-lembaga
sosial dalam suatu masyarakat. Perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga sosial
itu selanjutnya mempunyai pengaruhnya pada sistem-sistem sosialnya, termasuk di
dalamnya nilai-nilai, pola-pola perilaku ataupun sikap-sikap dalam masyarakat itu
yang terdiri dari kelompok-kelompok sosial.
2. Proses perubahan sosial terdiri dari tiga tahap barurutan : (1) invensi yaitu proses di
mana ide-ide baru diciptakan dan dikembangkan, (2) difusi, ialah proses dimana ideide baru itu dikomunikasikan ke dalam Sistem sosial, dan (3) konsekwensi yakni
perubahan-perubahan yang terjadi dalam sistem social sebagai akibat pengadopsian
atau penolakan inovasi.
3. Untuk dapat menyatakan perbedaannya, ciri-ciri awal unit analisis harus diketahui
dengan cermat-meski terus berubah (Strasser dan Randall dalam Sztompka, 2004;
5). Jadi konsep dasar perubahan sosial mencakup tiga gagasan: (1) Perbedaan; (2)
pada waktu berbeda; dan (3) di antara keadaan sistem sosial yang sama.
4. Perubahan sosial selalu menimbulkan perubahan dalam masyarakat, salah satunya
adalah globalisasi yang menimbulkan berbagai dampak baik positif maupun
negative dari sisi positif misalnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang dapat dinikmati seluruh kelompok sosial masyarakat.
B. Saran
Perubahan sosial dalam masyarakat tidak dapat dibatasi oleh ruang dan waktu,
olehnya itu kita sebagai bagian dari kelompok sosial harus berusaha mengendalikan
perubahan itu ke arah yang positif agar budaya yang terbentuk dari perubahan sosial
dapat memberikan manfaat bagi kelangsungan hidup manusia yang makmur dan damai.

12

DAFTAR PUSTAKA

Aris Tanudirjo, Daud. 1993. Sejarah Perkembangan Budaya di Dunia dan di Indonesia.
Yogyakarta:Widya Utama
Gumgum Gumilar, 2001. Teori Perubahan Sosial. Unikom. Yogyakarta.
Soekmono, R.tt. 1988. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia. Jakarta:Kanisius
Suyanto, 2002. Merefleksikan Perubahan Sosial Masyarakat Indonesia. Kompas, 17
Desember 2002, hal. 5.
http://jibis.pnri.go.id/informasi-rujukan/indeks-makalah/thn/2007/bln/03/tgl/29/id/1002
http://id.wikipedia.org/wiki/Perubahan_sosial_budaya

13

You might also like