You are on page 1of 15

APRIL 2016

BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
REFERAT
HIDRADENITIS SUPURATIF

Disusun Oleh:
Jihan Asma Putri
111 2016 0058
Pembimbing:
Dr. dr. Nurelly N. Waspodo, Sp.KK
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2016
HIDRADENITIS SUPURATIF
PENDAHULUAN
Hidradenitis supuratif atau disebut juga acne inversa merupakan penyakit
kulit kronis oleh karena adanya suatu proses inflamasi dari kelenjar keringat yang
diduga muncul dari dalam folikel rambut pada kelenjar apokrin.Penyakit ini biasa
menyerang daerah seperti axilla, pangkal paha, genital,anal, inframammae, dan
tengkuk. Effloresensi penyakit ini biasa disertasi dengan banyak papul, pustule,

komedo, kista, sinus dan bekas luka. Kondisi ini dapat disertai juga dengan
penyakit Akne Koblongata.1,2
Total 268 kasus insiden diidentifikasi dengan dengan kejadian usia tahunan dan
jenis kelamin keseluruhan 6,0 per 100.0000 kejadian sesuai usia secara signifikan
lebih tinggi perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Insiden tertinggi ialah
wanita usia 20-29 tahun. 3
Diantara semua penyakit inflamasi kronis jaringan kutaneus, hidradenitis supuratif
yang berat merupakan penyakit teratas yang dapat mempengaruhi kualitas hidup
pasien. Pasien dengan bentuk hidradenitis supuratif yang berat ditandai dengan
beberapa nodul yang tercium busuk, jika timbul lesi baru yang mungkin dapat
pecah setiap saat, maka diperlukan insisi dan drainase, injeksi kortikosteroid atau
intervensi bedah. Pasien juga mungkin dapat merasa malu karena drainase dapat
menimbulkan keterbatasan fisik yang nyata terkait dengan rasa sakit atau
perubahan anggota tubuh oleh karena adanya beberapa scar dan fibrosis. Untuk
beberapa alasan, yang berurusan dengan beban fisik dan psikologis penyakit ini
menjadi luar biasa sulit.1
Daftar kebutuhan klinis mencakup beberapa kategori : identifikasi dengan mudah
dan diagnosis, pilihan terapi, edukasi pasien dan dukungan keluarga. Hal ini
diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan pasien dan masyarakat tentang
penyakit ini sehingga dapat ditindaki lebih awal dengan intervensi medis.
Komunikasi yang lebih baik dan pengetahuan spesialis dermatologi juga
dibutuhkan termasuk upaya untuk pencapaian 1) keluarga dan dokter spesialis
penyakit

dalam

dan

dokter

layanan

primer

2)

spesialis

dokter

kegawatdaruratan,,praktisi yang paling mungkin diluar ahli dermatologi untuk


melihat seberapa berat dampaknya bagi pasien.1
Pada suatu waktu penyakit Hidradenitis supratif merupakan penyakit yang tidak
dipahami sebab tipe lesinya ditemukan di area yang banyak terdapat kelenjar
keringat apokrin. Hidradenitis Supuratif seperti namanya dianggap sebagai
penyakit yang ditandai dengan disfungsi dari kelenjar apokrin.lebih dari satu
setengah abad kemudian Hidradenitis supuratif dianggap bukan menjadi penyakit
penyumbatan folikular kronis dengan inflamasi sekunder dari kelenjar apokrin.

Hasil dari penelitian yang dipublikasikan dalam decade terakhir telah memberikan
pemahaman yang lebih baik. Studi epidemiologi telah memberikan gambaran
yang lebih jelas dari dampak penyakit Hidradenitis Supuratif.1
DEFINISI
Hidradenitis

suppuratif

adalah

penyakit

yang

disebabkan

oleh

penyumbatan kronik folikel dan merupakan inflamasi sekunder dari kelenjar


apokrin. Penyakit ini jarang tetapi juga langka. Studi Epidemiologi diperlukan
untuk lebih menentukan prevalansi populasi. Wanita 3 kali lebih berpengaruh
dibandingkan dengan pria. Penyakit ini biasanya timbul pada usia 20 dan 30 an.
Hidradenitis supuratif jarang ditemukan pada usia sebelum pubertas dan
prevalansinya lebih rendah pada orang tua. Sejumlah faktor seperti kebiasaan
merokok dan komorbid (terutama obesitas) terkait dengan penyakit Hidradenitis
supuratif, tetapi hubungannya belum dapat ditemukan.1
EPIDEMIOLOGI
Prevalansi HS telah diperkirakan paling rendah 0,00033% dan paling tinggi
sekitar 4 %. Penelitian yang terbaru memperkirakan kenaikan resiko menjadi 1 %
atau kurang. Variasi ini dapat dijelaskan oleh fakta bahwa perbedaan prevalansi
terdapat pada berbagai populasi. Dalam sebuah studi di Denmark diperkirakan
prevalansi penyakit hidradenitis Supuratif dari total 507 sampel pasien yang
menjalani skrining untuk penyakit menular seksual sekitar 4,1 % . bersumber dari
data epidemiologi yang tersedia bahwa Hidradenitis Supuratif paling sering terjadi
pada individu usia 20-30 an dan terlihat lebih sering pada wanita dibandingkan
pria.1
Usia
Penyakit ini jarang menyerang usia sebelum pubertas, prevalansinya lebih rendah
pada orang tua. Dalam sebuah studi 302 pasien di perancis dengan penyakit
Hidradenitis Supuratif usia rata-rata penyakit adalah 20 tahun ( 19 tahun pada
pria, 21 tahun pada wanita), dan evaluasi usia rata-rata 30,4 tahun (30,2 tahun
pada pria dan 33,5 yahun pada wanita).1
Jenis Kelamin

Rasio perempuan dan laki laki pada penyakit Hidradenitis supuratif diperkirakan
sekitar 3: 1. Dan insiden tertinggi dilaporkan pada wanita usisa 20 sampai 29
tahun. Menariknya, presentasi hidradenitis supuratif juga terlihat berbeda
berdasarkan jenis kelamin dan tingkat keparahan.Daerah perianal lebih sering
terlihat pada pria.1
Suku
Beberapa telah menyarankan bahwa penyakit ini lebih umum dan atau lebih parah
pada pasien keturunan Afrika dibandingkan dengan orang-orang keturunan
Eropa.Namun data yang tersedia tidak mendukung gagasan ini.1
ETIOLOGI DAN PATOGENESIS
Penyebab penyakit HS tidak diketahui tetapi nampaknya kelainan dari suatu
folikel yang mendasari penyakit HS. Peningkatan hormone androgen dapat
ditemukan pada wanita dengan penyakit HS. Penyakit ini mungkin bukan karena
suatu imunodefisiensi atau infeksi kelenjar apokrin, meskipun Staphylococcus
Aureus, Streptococcus Anaerobik dan Bactoreides spp adalah frekuensi terbanyak.
Salah satu kelompok pekerja telah terlibat Streptococcus Milleri sebagai pathogen
utama.2
Urutan berikut merupakan mekanisme perkembangan lesi : plugging keratin dari
folikel rambut dilatasi folikel rambut dari kelenjar apokrin pertumbuhan
bakteri kerusakan jaringan nanah, ulserasi, fibrosis, pembentukan saluran
sinus.4
Pernyataan yang mendukung mekanisme pathogenesis hidradenitis supuratif telah
diusulkan seperti : kebiasaan, genetik infeksi, hormonal, dan atau dari faktor
imunitas.1
Kebiasaan faktor resiko HS
Sejumlah faktor telah dikaitkan dengan Hidradenitis Supuratif, termasuk yang
paling sering dikutip- merokok, obesitas, faktor mekanik dan lingkungan. Namun,
hubungan penyebab belum dapat dipastikan hingga saat ini. meskipun faktor
resiko umumnya digunakan namunm penelitian lebih lanjut diperlukan untuk
melihat hubungan penyebab penyakit.
Merokok

Sejumlah studi telah mengungkapkan bahwa persentase perokok setinggi 70 %


sampai 88,9 % diantara pasien dengan penyakit Hidradenitis Supuratif. Temuan
yang konsisten di berbagai populasi.Gangguan pada HS diduga disebabkan oleh
efek nikotin. Nikotin awalnya merangsang sekresi kelenjar tetapi akhirnya
menghambat fungsi normal dari kelenjar sehingga menyebabkan penyumbatan
saluran kelenjar dan mengarah ke reaksi inflamasi. 1,5
Obesitas
Berat badan memiliki korelasi yang kuat dengan penyakit Hidradenitis Supuratif.
Sebanyak 50 % pasien dengan Hidradenitis Supuratif adalah pasien obesitas.
Rasio perbandingan untuk HS adalah 1 : 12 untuk setiap peningkatan BMI,
mekanisme yang mendasari adalah sumbatan folikel dan trauma.1
Faktor mekanik dan lingkungan
Pengalaman klinis dan berbagai penelitian mengenai faktor mekanik dan
lingkungan tampaknya memiliki efek terhadap penyakit Hidradenitis Supuratif.
Diantaranya adalah faktor gesekan antara kulit (terutama pasien obesitas), iritasi
dari penggunaan antiperspirant, dan mencukur rambut ketiak,,aktivitas yang
memungkinkan terjadinya trauma folikel rambut. Apakah efek ini memainkan
peran dalam penyebab atau hanya memperburuk penyakit tersebut belum dapat
dipastikan. Dan tidak ada data yang mendukung. Namun pasien melaporkan dari
obsevasi klinis menunjukkan bahwa semua faktor diatas dapat memperburuk
gejala pasien.1
Faktor genetik
Pada Beberapa pasien HS ada bukti bahwa ada hubungan autosomal
dominan.dalam sebuah studi 34 % pasien memiliki riwayat keluarga atau orang
terdekat yang menderita penyakit HS.menunjukkan dominasi autosomal dengan
penetrasi. Selanjutnya kemajuan dalam penelitian genetik telah menunjukkan
bahwa enzim y-secretase penting pada biologi kulit dan memiliki peranan pada
sejumlah

kecil

pasien

HS.

Diantara

mutasi

pada

gen

sekretase

(NCSTN,PSENEN,PSENI) dapat diidentifikasi. Penelitian lebih lanjut diperlukan


untuk meningkatkan pemahaman tentang faktor gentetika Hidradenitis Supuratif.1
Faktor infeksi

Dari sampel yang diambil dari rupture atau lesi HS terbuka menunjukkan berbagai
spesies

bakteri,termasuk

staphylococcus

streptococcus

epidermidis,

viridians,

peptostreptococcus

staphylococcus

dan

species

aureus,

Bacteriodes,

coryneform bacteria, dan bakteri gram negative termasuk Eschericia coli dan
Klebsiella

dan

Proteus

Spesies

meskipun

beberapa

berteori

bahwa

staphylococcus atau bakteri lain memberikan peran pada Hidradenitis supuratif.1


Faktor hormonal
Kemungkinan peran hormon dalam pathogenesis HS diusulkan tetapi tidak
didirakan. Meskipun banyak penelitian. Distribusi usia penyakit pada wanita
(postpubertas dan premenopause) memberikan faktor hormonal setidaknya pada
wanita. Meskipun sejumlah penulis menyarankan bahwa hiperandrogenisme
mungkin menjadi faktor peningkatan insiden HS.1
Faktor imunitas
Dvorak dan rekan menyimpulkan bahwa mekanisme pertahanan tubuh tidak
terganggu pada pasien dengan HS. Peneliti ini menemukan bahwa fungsi
granulosit dan mekanisme

kekebalan sel dan immunoglobulin yang normal.

Peranan penting bagi proses inflamasi ditunjukkan oleh kadar komplemen yang
meningkat pada semua pasien dengan HS dalam penelitian mereka. Penelitian
terbaru menunjukkan bahwa peningkatan produksi oksigen radikal bebas dari
neutrofil memiliki peran pada penyakit HS. Peningkatan reseptor sitokin pro
inflamasi oleh makrofag dan sel dendrite juga terlihat pada penyakit HS. Dalam
dekade terakhir peningkatan faktor tumor (TNF-a) dapat dilihat pada pasien HS.1

DIAGNOSIS1
Diagnosis Hidradenitis Supuratif didasarkan pada anamnesis dan
pemeriksaan fisis. Bagian anggota tubuh yang terlibat adalah daerah axilla (paling
umum), bokong, perianal, sekitar payudara. Gejala klinis HS ialah berupa komedo
terbuka (biasanya dengan dua atau lebih kepala) dan dan papul ringan. Anamnesis
pada HS kronik dan progresif ditemukan nodul yang lebih nyeri, secret
mukopurulen dan cairan yang berbau. Secara klinis tingkat keparahan penyakit

Hidradenitis supuratif diklasifikasin menggunakan kriteria Hurley sehingga dapat


memberikan panduan pengobatan pilihan sesuai dengan tingkat keparahan HS.
Dalam mendiagnosis HS dibutuhkan anamnesis dan pemeriksaan fisis.
Pemeriksaan laboratorium tidak dibutuhkan dan meskipun pemeriksaan histologi
dapat mendukung diagnosis dan menyingkirkan diagnosis lain tetapi temuan
histologi bukan suatu diagnostic HS. Oleh karena itu biopsy kulit umumya tidak
direkomendasikan.1
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis1
Hs paling sering terlihat pada pasien usia 20-30 an. penyakit ini jarang pada anak
sebelum pubertas. Daerah yang paling sering terkena adalah ketiak,pangkal
paha,bokong dan perianal, perineal, inframamma, dan yang paling umum terdapat
pada ketiak. Penyebaran lesinya dipengaruhi oleh jenis kelamin. Wanita paling
sering terkena pada are payudara dan ketiak sedangkan HS pada pria di perianal
dan daerah retroaurikular lebih serig terjadi. Meskipun HS tiga kali lebih banyak
menyerang wanita disbanding pria. Pria cenderung memiliki penyakit HS yang
lebih parah
HS diawali dengan penyumbatan folikel, diikuti dengan inflamasi dan akhirnya
menyebabkan pecahnya jaringan pilosebasea. Manifestasti klinis dari HS ringan
berupa inflamasi bentuk nodul yang menyerupai furunkel ; lesi ini umumnya awal
dari penyakit HS . papul mirip akne dan komedo yang terbuka dengan jumlah dua
atau lebih (double comedones) juga merupakan tipe dari penyakit HS. Ketika
pertama kali muncul, peradangan papul atau nodul HS dengan gatal, panas, dan
meningkat jika produksi keringat berlebihan. Pada pasien obesitas dengan HS,
komedo terbuka yang multiple atau double komedo terlihat pada daerah
intertriginosa yang disebabkan karena adanya gesekan antar kulit, penyumbatan.
Pasien HS sering melaporkan bahwa gejala yang memicu seperti berkeringat
,cuaca hangat, atau memakai pakaian ketat.
Tanpa intervensi terapeutik, penyakit HS Biasanya bertambah parah dan menjadi
sangat nyeri, dan nodul menyerupai furunkel yang lebih besar. Tidak seperti
furunkel lesi ini dapat menjadi abses dan memecah dengan secret mukopurulent
dengan cairan yang berbau.abses kulit yang lebih dalam pada penyakit HS dapat

menjadi HS kronis dengan disertai bakteri.dan setelah beberapa lama dapat timbul
fistel.dan meluas ke jaringan yang lebih dalam termasuk otot, fasia, kelenjar getah
bening, dan struktur lainnya tergantung pada lokasi anatomi.
Kriteria diagnosis HS berdasarkan morfolgi terdiri atas 3 kriteria dasar klinis
antara lain adalah
1. Lesi yang khas
2. Terjadi pada daerah yang khas
3. Gejala Kronis atau berulang
Timbulnya lesi biasa bebahaya, dan pasien biasanya muda dan sehat.
Diagnosis banding dari HS adalah berdasarkan lamanya timbul lesi . pada
tabel dibawah kemungkinan diagnosis pada pasien dengan lesi HS awal
dan yang paling umum adalah seperti furunkel, folikulitis, dan komedo
pada acne vulgaris. Distribusi dan lokasi anatomi dapat menyingkirkan
diagnosis yang berbeda. Predilepsi melibatkan axilla,perineum atau lipatan
inguinal,jika lesinya unilateral dapat disebabkan karena staphylococcus
mirip furunkel. Tetapi pada akhirnya lesi yang muncul berulang , dengan
disertai rupture yang semubuh dan muncul kembali dapat dicurigai HS.
Gejala mirip HS yang tidak biasa atau atipikal termasuk dengan abses
bartholini pada pasien wanita,kista pilonidal, granuloma inguinal dan
limpogranuloma, crohns disease, scrofuluderma, dan infeksi lain atau
penyebab neoplastik karna perforasi nodus limfoid.
Alikhan et al mengusulkan algoritma diagnosis kerja melalui 4 pertanyaan
dasar (1) apakah ada lebih daripada satu peradangan lesi ? (2) apakah
peyakit ini kronis dan muncul kembali dengan lesi yang baru dan
berulang? (3) apakah lesinya bilateral? (4) apakah lokasi lesi utama
terletak pada garis sejajar putting susu? Jawaban yang positif dari keempat
pertanyaan dapat mengindikasikan sebuah diagnosis HS. Jika pertanyaan
banyak yang negative, penulis menyarankan sebuah strategi yang
sistematis untuk mengetahui diagnosis yang atipikal.
Pemeriksaan Histologi
Biopsy adalah indikasi untuk memastikan penyakit HS dengan gejala yang
atipikal. Histologi yang ditemukan pada HS tergantung pada usia lesi
termasuk hyperkeratosis

folikular, dilatasi

folikular dan rupture,

perifollicular lymphocytic atau inflamasi campuran, abses, dan saluran


sinus dengan epitel skuamous, giant sel,dan fibrosis
Tahapan Penyakit
Pada tahun 1989 Hurley mengusulkan stadium klinis penyakit HS sesuai
dengan karakteristik lesinya. Sistem ini telah digunakan dalam uji klinis
dan sebagai dasar untuk memlilih terapi berdasarkan stadium klinis HS.
Sebagai contoh, untuk pasien dengan stadium 1 ( abses tanpa meliabatkan
saluran sinus dan terdapat skar), terapi yang dapat diberikan ialah
doksisiklin oral, dan sabun pembersih yang mengandung chlorhexidine,
dan dapat diberikan larutan klindamisin untuk lesi yang aktif. Berbeda
dengan stadium 2 dan stadium 3 yang kemungkinan membutuhkan
langkah-langkah yang lebih agresif untuk memperlambat proses penyakit
HS.
Kriteria Hurley 6
Tingkat
1

Karakteristik
Abses

soliter

atau

multiple

tanpa

sikatriks atau sinus.


2

Abses rekuren, lesi soliter atau multiple


yang

terpisah

jauh

dengan

sinus

(inflamasi)
3

Keterlibatan area sekitar yang difus atau


luas dengan sinus dan abses yang saling
berhubungan.

(inflamasi

berukuran

sebesar bola golf atau terkadang sebesar


bola baseball: timbul sikatriks, termasuk
infeksi subkutan. Pasien pada tingkat ini
mungkin tidak berfungsi.

HS pada axilla
HS pada inguinal
Dikutip dari kepustakaan 7
Penyakit-penyakit yang terkait dengan hidradenitis supuratif adalah8:
1.Folikular oklusif disease
2. Acne vulgaris/ koblongata
3.Bedah selulit
4.Atritis
5.Penyakit Chron
6.Pyoderma
7. Penyakit infeksi : karbunkel, lymphogranuloma
8.Tumor : kista barthollini
DIAGNOSIS BANDING9
1.Abses
2.Furunkel/karbunkel
3.Actinomycosis
4.Donovanosis,
5.Limfogranuloma venererum
6.Limfadenitis
7.Infeksi Kelenjar Barthollini
8.Chrons Disease
9.Kolitis Ulseratif
10. Tuberkulosis
11. Tularemia
12. Ruptur Saluran Epidermis
PENATALAKSANAAN1
Kedua Pilihan pengobatan untuk pasien dengan Hidradenitis Supurativa (HS)
termasuk pembedahan dan intervensi medis. Tingkat keparahan, penyakit HS
yang kronik dan lokasi anatomis menentukan terapi

yang diberikan kepada

pasien. Bahkan pada salah satu literature medis menyarankan bahwa operasi satusatunya metode kuratif pilihan.tentu pada pasien dengan HS yang berkelanjutan
lebih baik jika dilakukan operasi. Tetapi prosedur ini dapat luas dan terkait dengan
tingkat kecatatan.selain tergantung pada daerah operasi dan tingkat diseksi,
pembedahan dapat menghasilkan kerusakan dan hilangnya fungsi. Selain itu,
tindak lanjut jangka panjang tidak menunjukkan penyembuhan,kualitas hidup
pasien dan kepuasan pasien.demikian, pembedahan tidak harus pilihan utama
terapi pada setiap kasus tetapi harus dipertimbangkan dengan terapi medis dalam
perkembangan perencanaan terapi pasien.
Ditambahkan pula untuk

modalitas pembedahan konvensional (termasuk

deroofing dan prosedur eksisi) dan terapi fotodinamik. Penggunaan terapi lasersecara khusus tekanan panjang neodymium laser-dapat menjanjikan bagi pasien,
hasilnya dapat lebih jelas pada nodul dan sinus, termasuk lesi yang lebih dalam.
Berbagai terapi farmakologis dapat digunakan. Dengan berbagai tingkat
keberhasilan. Untuk saat ini tidak ada terapi medis yang telah disetujui dari
makanan dari Food and Drug Administration (FDA) secara khusus pada
pengobatan HS. Artikel ini didukung pada sudut pandang terapi medis yang
sedang digunakan, termasuk penambahan baru ke daftar pilihan , agen anti
inflamasi biologi
Tujuan keseluruhn terapi farmakologis yang jelas atau mengurangi jumlah dan
tingkat pelajaran untuk mencegah perkembangan penyakit HS. Secara teori,
keberhasilan dalam mencapai tujuan ini juga harus mengurangi jaringan parut dan
komplikasi lain dan gejala sisa. Beberapa terapi medis secara umum dapat
digunakan untuk menolong banyak pasien, tetapi terapi secara keseluruhan tidak
efektif untuk semua pasien. Penatalaksanaan efektif yang sering digunakan dari
beberapa percobaan agen dan kombinasi kategori yang sangat umum digunakan
(biasanya dengan chlorhexidine topical atau membersihkan kulit yang terkena
lesi), retinoid,hormone, kortikosteroid, immunosupresant, metformin, antin
inflamasi biologi.
Antibiotik

Untuk beberapa dokter, andalan terai saat ini untuk HS kategori ringan sampai
sedang terdiri dari antibiotic sistemik dan topikal. Strategi inisial berdasarkan
kesamaan klinis antara lesi HS dan akne koblongata. Antibiotik tidak jelas untuk
lesi HS, tetapi antibiotik dapat diberikan untuk mengobati dan mencegah infeksi
sekunder dan perandangan yang terkait pada lesi yang sudah ada dan untuk
mencegah lesi baru.
Klindamisin adalah yang paling umum digunakan. Keuntungan klindamisin
topikal dapat ditunjukkan di awal studi plasebi terkontrol pada HS dimana obat
tersebut unggul.
Antibiotik golongan lain termasuk dapson, juga dapat diberikan pada pasien HS,
meskipun penelitiannya masih terbatas
Retinoid
Karena kemiripan klinik antara HS dan acne nodul kistik serta mekanisme
patofisiologis yang sama yakni penyumbatan folikel-isotretinoin telah dipelajari
pada studi klinik HS tetapi tidak memiliki hasil yang baik. Pada studi retrospektif
Soria and Colleagues menunjukkan dari 358 pasien hanya 16,1 % pasien yang
mengalami perbaikan 77 % tidak ada perbaikan dan 6,9 % mengalami HS yang
lebih buruk
Hormon
Pada beberapa wanita dengan HS, gejala tampaknya berkolerasi dengan
meningkatnya hormone selama siklus menstruasi. Memang hubungan hormonal
dengan HS didasarkan pada pola gender dan distribusi usia. HS tiga kali lebih
banyak pada wanita dibandingkan dengan pria. Dan penyakitnya sangat jarang
terlihat saat menopause. Beberapa pasien dengan HS telah melaporkan perbaikan
gejala selama penggunaan kombinasi kontrasepsi oral estrogen/progesterone. .
Juga, beberapa dokter menggunakan sprinolakton, meskipun tidak ada studi
dilaporkan mengenai agen ini.
Pada pria dengan HS, finasteride telah digunakan dengan beberapa keberhasilan
dan baru-baru Randhawa and Colleagues melaporkan hasil yang baik pada tiga
pasien anak dan remaja dengan HS.
Kortikosteroid

Injeksi intralesi pada kortikosteroid topikal dalam hal ini triamcinolone acetonide
secara umum dapat mengurangi nyeri dan pembengkakan lesi individu dan untuk
mencapai drainase abses. Kortikosteroid sistemik seperti predison dapat
mengurangi peradangan dan dapat mencegah timbulnya lesi baru. Karena
peningkatan resiko untuk efek samping maka kortikosteroid tidak untuk
digunakan dalam jangka panjang.
Immunosupresan
Untuk mengurangi peradangan telah dilaporkan bahwa penggunaan methotrexate
atau siklosporin pada pasien digunakan untuk medikasi pada beberapa alasan
( seperti pencegahan untuk penolakan transplantasi organ) .agen ini belum
dipelajari secara luas pada HS.
Metformin
Metformin, penurun glukosa agen biguanide disetujui untuk pengobatan diabetes
mellitus tipe 2, dan menunjukkan keuntungan pada pasien wanita dengan HS.
Studi non formal telah mengevaluasi keamanan dan efisiensi metformin pada HS

Agen Biologi
Pada sebuah studi, penghambat tumor necrosis factor ( TNF) untuk HS
dipromosikan oleh temuan bahwa beberapa pasien dengan HS yang dirawat
dengan anti TNF agen infliximab untuk perbaikan pada penyakit Chrons
Pembedahan
Pembedahan adalah alternative untuk pengobatan HS yang parah tetapi pasien
harus siap dalam menjalani tuntutan operasi dan perawatan luka selanjutnya
setelah operasi. Insisi dan drainase dapat digunakan untuk mengelola gejala akut
HS tetapi berhubungan dengan angka kejadian yang tinggi .10
Terapi berdasarkan kriteria Hurley8
Tahap 1
1. Klindamisin salep 1 %

Tahap 2
1. Tetracicyline
dapson

atau
dosis

Tahap 3
1.Antibiotik

2. Antibiotik tetrasiklin

pemeliharaan
2. Klindamisin

Rifampisin
3. Triamcinolone intralesi

3. Triamcinolone intralesi

2.Kortikosteroid
jangka pendek
3.Operasi

Edukasi 8
a. Modifikasi Gaya hidup
1. Penurunan berat badan
Berat badan berlebih dapat menyebabkan penyakit Hidradenitis
Supuratif yang lebih parah sebab

permukaan kulit lebih mudah

mengalami gesekan, meningkatkan produksi kelenjar keringat, dan dapat


meningkatkan produksi sitokin sitokin pro inflamasi .
2. Berhenti Merokok
Rokok mengandung zat nikotin yang dapat merangsang pengeluaran
kelenjar keringat dan nikotin juga dapat meningkatkan proses
inflamasi . Nyodium juga dapat merangsang peningkatan neutrofil.
3. Mencegah trauma mekanis
Seperti mencuci tangan jika menyentuh daerah lesi, memakai pakaian
yang longgar.
b. Pembersih Topikal
Penggunaan sabun clorhexidine 4 % dapat mencegah kolonisasi daripada
bakteri.
KESIMPULAN
Hidradenitis suppuratif adalah penyakit yang disebabkan oleh penyumbatan
kronik folikel dan merupakan inflamasi sekunder dari kelenjar apokrin. Penyakit
ini jarang tetapi juga langka. Studi Epidemiologi diperlukan untuk lebih
menentukan prevalansi populasi. Wanita 3 kali lebih berpengaruh dibandingkan
dengan pria.
Penyebab penyakit HS tidak diketahui tetapi nampaknya kelainan dari suatu
folikel yang mendasari penyakit HS. Pernyataan yang mendukung mekanisme
pathogenesis hidradenitis supuratif telah diusulkan seperti : kebiasaan, genetik
infeksi, hormonal, dan atau dari faktor imunitas.
Kriteria diagnosis HS berdasarkan morfolgi terdiri atas 3 kriteria dasar klinis
antara lain adalah

1. Lesi yang khas


2. Terjadi pada daerah yang khas
3. Gejala Kronis atau berulang
Kedua Pilihan pengobatan untuk pasien dengan Hidradenitis Supurativa (HS)
termasuk pembedahan dan intervensi medis. Tingkat keparahan, penyakit HS
yang kronik dan lokasi anatomis menentukan terapi

yang diberikan kepada

pasien.

DAFTAR PUSTAKA
1. A.Kardel Fransisco dkk. Skin and Allergy News : Hidradenitis Supuratif
Update on Diagnosis and treatment. Florida. 2014: 4-16
2. Weller Richard dkk. Clinical Dermatology 4th Edition. Blackwell
Publishing. : 176
3. G. Vasquez Benjamin. Journal of Investigate Dermatology : Incidence of
Hidradenitis Suppurativa and Associated Factors : A Population-Based
Study of Olmsted. 2012
4. Wolff, Claus. dkk. Fitzpatricks Color Atlas and Clinical Dermatology.
New York: McGraw-Hill. 2009
5. Buiner M.G dkk. Hidradenitis Suppurative. Department of Surgery
Radhood University. Netherlands. 2009
6. Revuz J. Hidradenitis Suppurative Invited Article. Paris. 2009
7. Parish Charles Lawrence. Womens Dermatology from Infacy to Maturity.
London: Taylor and Francis. 2006 : 35.
8. A.Arndt Kenneth dkk. Manual of Dermatologic Therapeutic 8th Edition.
USA: Lippincott Williams and Wilkins. 2014
9. Wolff, Claus. dkk. Fitzpatricks Dermatology in General Medicine 7th
Edition. New York: McGraw-Hill. 2010:735
10. Kelly Paul. Dermatology for Skin of Color. USA : McGraw Hill
Companies. 2009: 275

You might also like