You are on page 1of 30

LAPORAN PRAKTIKUM

ERGONOMIKA

Oleh :
Dinar Ardhi Wicaksono
NIM A1H012072

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2014

LAPORAN PRAKTIKUM
ERGONOMIKA

STUDI KALIBRASI DATA PENGUKURAN BEBAN KERJA DENGAN


MENGGUNAKAN METODE STEP TEST

Oleh :
Dinar Ardhi Wicaksono
NIM A1H012072

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2014

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengukuran beban kerja pada manusia merupakan salah satu hal penting
dalam kaitannya dengan upaya peningkatan kualitas kerja dan lingkungan kerja
manusia itu sendiri.
Penelitian yang berkaitan dengan pengukuran beban kerja dan pengukuranpengukuran beban kerja dan pangukuran daya manusia telah banyak dilakukan,
beberapa diantaranya dengan menggunakan metode yang didasarkan atas
konsumsi oksigen selama bekerja, pengukuran denyut jantung, pengukuran energi
metabolisme dan metode lainnya.
Ada dua hal pokok yang dapat mempengaruhi kemampuan kerja fisik
manusia dalam setiap aktivitasnya, yaitu : Faktor Personal dan Faktor Lingkungan
(Bridger, 1995). Yang termasuk dalam faktor personal antara lain : umur, berat
badan, jenis kelamin, konsumsi alkohol, konsumsi tembakau atau rokok, gaya
hidup, olahraga dan latihan, status nutrisi dan motivasi. Sedangkan yang termasuk
kedalam faktor lingkungan antara lain : polusi udara, kualitas udara ruangan,
ventilasi, ketinggian tempat, kebisingan dan fak tor temperatur udara yang ekstrim
(panas atau dingin).
Salah satu metode pengukuran beban kerja uang banyak digunakan di
Indonesia adalah melalui pengukuran denyut jantung dengan step test. Metode ini
relative lebih mudah dan lebih murah untuk dilaksanakan bila dibandingkan
dengan metode yang lainnya, mengingat peralatan untuk emngukur beban kerja

ini masih mahal. Walaupun dalam pelaksanaan pengukurannya mudah dan murah,
namun metode ini memerlukan sistem kalibrasi data yang akurat. Hal ini
disebabkan oleh karena beberapa faktor, anatara lain :
1. Denyut jantung berbeda-beda menurut waktu dan individunya.
2. Denyut jantung tidak saja dipengaruhi oleh kerja fisik akan tetapi juga beban
mental (Sam Herodian, 1997).
Pengukuran denyut jantung dalam studi ini dimaksudkan untuk mengukur
kemampuan operator (sub-yek pengamatan) dalam melakukan suatu pekerjaan
tertentu. Metode Step test dimaksudkan untuk mengukur karakteristik denyut
jantung individual dari operator tersebut. Dengan melihat karakteristik denyut
jantung individual yang diukur dengan metode Step test. Berdasarkan hal tersebut
perlu kiranya diketahui suatu pola hubungan antara denyut jantung manusia dalam
setiap aktivitas kerjanya dengan daya yang dikeluarkannya melalui penyesuaianpenyesuaian dalam cara pengukuran maupun kalibrasi data hasil pengukurannya.
Studi ini mengamati pola hubungan antara denyut jantung dengan daya yang
diperlukan atas beban kerja yang dilakukan oleh setiap operator, untuk jenis
pekerjaan yang berbeda-beda dan waktu yang berbeda pula. Kemudian pola
hubungan yang ada tersebut digunakan untuk memprediksi besarnya daya yang
diperlukan untuk setiap jenis kegiatan.
B. Tujuan
1. Melakukan kalibrasi pada data pengukran beban kerja dengan menggunakan
uji step test.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Nurmianto (2008), ergonomi berasal dari bahasa Yunani, yaitu


Ergon berarti kerja dan Nomos berarti aturan dan hukum alam sehingga ergonomi
dapat didefinisikan suatu ilmu yang mempelajari tentang aspek-aspek manusia
dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi,
engineering, manajemen, dan desain/perancangan.
International Ergonomics Association (IEA) mendefinisikan Ergonomika
sebagai suatu disiplin ilmu yang mempelajari interaksi antara manusia dan elemen
lain dari suatu sistem dan kontribusinya terhadap desain kegiatan, kerja, produk,
dan lingkungannya dengan tujuan untuk menyelaraskannya dengan kebutuhan,
kemampuan, dan keterbatasan manusia (Santoso diacu dalam Irawan 2008).
Di dalam ilmu ergonomika, kerja diartikan sebagai suatu aktivitas untuk
menghasilkan sesuatu. Manusia menggunakan otot hampir untuk seluruh jenis
pekerjaan, otot manusia sendiri memerlukan energi untuk melakukan kerja fisik.
Menurut Astrand dan Rodahl (1977), konsumsi oksigen akan meningkat secara
linier sesuai dengan beban kerja yang dialami. Hal ini menunjukkan bahwa
semakin berat beban kerja yang dialami maka akan semakin meningkat
penyerapan oksigen. Energi yang diperlukan otot untuk melakukan kerja berasal
dari proses oksidasi glukosa yang terjadi di dalam tubuh.
Oksigen digunakan untuk metabolisme bahan makanan dan melepaskan
energi. Jumlah energi yang dilepaskan tergantung pada bahan makanan yang
terbakar. Sehingga jumlah energi yang dihasilkan dapat didekati melalui

perhitungan laju konsumsi O2 (VO2). Secara umum, 1 liter oksigen menghasilkan


5 kkal energi. Pengukuran VO2 pada subjek yang sedang melakukan aktivitas
relatif tidak nyaman, sehingga pada level tertentu dapat mengganggu subjek.
Terdapat hubungan linier antar VO2 dengan laju denyut jantung. Oleh karena itu
pengukuran laju denyut jantung dapat digunakan untuk memperkirakan konsumsi
oksigen yang kemudian dapat dikonversi ke dalam pengeluran energi (Sanders
dan McCormick 1993).
Beban ini akan diketahui saat operator menanggapi kerja dengan
memberikan respon seperti denyut jantung yang tinggi atau keluar keringat.
Semakin besar beban kerja dalam melakukan suatu pekerjaan ditandai dengan
kebutuhan energi yang semakin besar pula, dengan demikian sistem pernafasan
bergerak lebih cepat, kebutuhan oksigen meningkat, denyut jantung semakin
cepat, dan terjadi peningkatan panas pada seluruh tubuh (Lovita 2009).
Konsumsi oksigen secara langsung berkaitan dengan pengeluaran energi
tetapi pengukurannya cukup rumit dalam situasi kerja nyata. Sehingga,
pengukuran konsumsi energi lebih sering dihitung melalui pengukuran denyut
jantung karena pengukurannya lebih mudah. Menurut Bridger diacu dalam Irawan
(2008), denyut jantung meningkat sesuai fungsi dari beban kerja dan konsumsi
oksigen.
Banyak peneliti ergonomika percaya bahwa meningkatnya tingkat denyut
jantung menunjukkan beban kerja fisik maupun mental, karena adanya korelasi
yang linier terhadap konsumsi energi fisik (physical energy cost). Oleh karena itu,
sampel data kontinyu laju denyut jantung pada suatu aktivitas berguna sebagai

indikator dari beban kerja psiko-fisiologis. Selain itu, terdapat dua faktor yang
mempengaruhi kemampuan kerja fisik manusia, yaitu faktor personal dan
lingkungan. Beberapa faktor personal adalah umur, berat badan, jenis kelamin,
konsumsi rokok, gaya hidup, olah raga, status nutrisi, dan motivasi dalam
melakukan kegiatan. Sedangkan beberapa faktor lingkungan yaitu polusi udara,
kebisingan, faktor suhu udara, dan ketinggian tempat. Terdapat dua macam
terminologi beban kerja, yaitu beban kerja kuantitatif dan beban kerja kualitatif
(Lovita 2009).
Pengukuran beban kerja dengan menggunakan metode denyut jantung ini
mudah dilakukan namun memiliki kelemahan, yaitu denyut jantung berbeda-beda
menurut waktu dan individunya, serta denyut jantung tidak saja dipengaruhi oleh
kerja fisik akan tetapi juga beban mental sehingga diperlukan metode sistem
kalibrasi data yang akurat (Kastaman dan Herodian 1998). Salah satu metode
yang dapat digunakan untuk kalibrasi data pengukuran denyut jantung adalah
dengan menggunakan metode step test. Metode step test dimaksudkan untuk
mengukur karakteristik denyut jantung individual dari operator tersebut.
Penggunaan metode step test ini berfungsi untuk mengetahui suatu pola hubungan
antara denyut jantung manusia dalam setiap aktivitas kerjanya dengan daya yang
dikeluarkannya melalui penyesuaian-penyesuaian dalam cara pengukuran maupun
kalibrasi data hasil pengukurannya (Kastaman dan Herodian 1998). Faktor-faktor
individual untuk menentukan karakteristik individu pada metode ini adalah umur,
jenis kelamin, berat dan tinggi badan.

Denyut jantung sebanding dengan konsumsi oksigen. Beban kerja yang


pasti dapat diketahui dengan mengkalibrasi antara kurva denyut jantung saat
bekerja dengan beban kerja (denyut jantung) yang ditetapkan sebelum bekerja
(metode step test) (Hayashi et al dalam Anindita 2003). Dengan metode ini,
beberapa faktor individual seperti umur, jenis kelamin, berat, dan tinggi badan
harus diperhatikan sebagai faktor penting untuk menentukan karakteristik individu
yang diukur.
Metode ini memiliki keunggulan di antaranya dapat dengan mudah
mengatur selang beban kerja dengan hanya mengubah tinggi bangku dan
intensitas langkah (Lovita 2009). Selain itu, metode ini mempunyai komponen
pengukuran yang mudah, bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja, sehingga
dengan metode ini ketidakstabilan denyut jantung seseorang dapat dengan mudah
dianalisa (Amelia dalam Irawan 2008).
Persentil yang biasa dilambangkan P, adalah titik atau nilai yang membagi
suatu distribusi data menjadi seratus bagian yang sama besar. Karena itu persentil
sering disebut ukuran perseratusan.
Titik yang membagi distribusi data ke dalam seratus bagian yang sama besar
itu ialah titik-titik: P1, P2, P3, P4, P5, P6, dan seterusnya, sampai dengan P99.
jadi disini kita dapati sebanyak 99 titik persentil yang membagi seluruh distribusi
data ke dalam seratus bagian yang sama besar, masing-masing sebesar 1/ 100N
atau 1%.
Persamaan matematis yang digunakan untuk melakukan perhitungan
persentil dengan data yang sedikit adalah :

Pi=100

i0,5
n

Keterangan : Pi = persentil ke i
i = data persentil
n = jumlah data

III. METODOLOGI

A. Alat dan Bahan


1. Tangga
2. Stopwatch
3. Sapu lidi
4. Batang besi
5. Silinder aluminium
6. Ampelas
7. Gergaji besi
8. Alat tulis
B. Cara Kerja
1. Subyek melakukan serangkaian pengujian (test) awal yang sama, yaitu :
Step Test dengan skedul kegiatan seperti pada Tabel1.
2. Waktu pengamatan setiap pengujian (test) adalah 3 menit dengan diselingi
waktu istrirahat selama 3 menit.
3. Data hasil pengamatan denyut jantung pada step test tersebut selanjutnya
digunakan sebagai dasar untuk memprediksi daya yang dikeluarkan oleh
setiap subyek pengamatan dalam aktivitas yang dilakukan pada hari
pengamatan selanjutnya.
4. Kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing subyek adalahseperti yang
disajikan pada Tabel 2.

Tabel 1. Skedul kegiatan step test

Keterangan : Kegiatan pengukuran denyut nadi.


Tabel 2. Aktivitas yang dilakukan masing-masing subyek.
Subye
Aktivitas
k
1
Nyapu
2
Amplas
3
Gergaji
4
Nyapu
5
Amplas
6
Gergaji

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Terlampir.
B. Pembahasan
Prakrikum yang dilakukan pada awalnya adalah dengan melakukan uji step
test pada setiap praktikan. Praktikum tersebut dilakukan sebanyak tiga kali
pengulangan dengan perlakuan yang berbeda seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya. Lalu kita lakukan kalibrasi, kalibrasi yang dilakukan adalah dengan
membandingkan antara uji step test dengan proses kerja yang akan dilakukan
sehari-hari. Kalibrasi tersebut didasarkan pada cepatnya detak jantung yang
dihasilkan oleh uji step test dengan kerja sehari-hari yang dilakukan.
Melakukan kalibrasi ini dilakuan untuk menggolongkan apakah kerja
tersebut termasuk kerja keras, sedang maupun kerja ringan. Selain itu nilai
persentil 5 dan 95 juga harus diperhatikan sebagai upaya dalam pemetaan
kemampuan kerja seseorang yang perlu dipertimbangkan. Pada step test pertama
didapat nilai persentil 95 adalah lebih dari 127 kali detak jantung dan persentil 5
adalah kurang dari 59 detak jantung. Pada step test kedua didapat nilai persentil
95 adalah lebih dari 124 kali detak jantung dan persentil 5 adalah kurang dari 92

detak jantung. Pada step test ketiga didapat nilai persentil 95 adalah lebih dari 134
kali detak jantung dan persentil 5 adalah kurang dari 106 detak jantung.
Data yang didapatkan diatas digunakan sebagai acuan dalam pemberian
beeban kerja kepada setiap orang. Orang dengan persentil 5 dan 95 tidak perlu
diperhitungkan kemampuannya sehingga yang perlu kita perhitungkan adalah
orang dengan nilai diantara persentil

5 hingga 95. Data step test tersebut

diharapkan dapat dikalibrasikan terhadap setiap data hasil aktivitas masingmasing subyek. Tetapi data dari setiap subyek ada yang bisa digunakan sebagai
kalibrasi dan juga ada yang tidak dapat.
Subyek 1, 2, 5, merupakan subyek dengan nilai step test dan nilai aktivitas
yang tidak dapat dikalibrasikan. Penyebab tidak bisa dikalibrasikannya nilai
tersebut karena nilai aktivitas yang dilakukan tidak berada dalam range pada step
test 1-3. Peristiwa itu bisa terjadi karena pada saat dilakukannya praktikum ada
subyek yang melakukan uji step test dan aktivitas yang tidak sesuai dengan
panduan yang diberikan oleh asisten, selain itu ada pula praktikan yang
mengulang pengukuran denyut nadi padahal setiap perubahan waktu dan aktivitas
denyut nadi juga mengalami perubahan sehingga data yang didapatkan tidak
sesuai dengan keinginan dan tidak dapat dipertanggung jawabkan. Masalah lain
yang muncul sehingga menghasilkan nilai yang tidak dapat dikalibrasikan adalah
karena kondisi kesehatan pada setiap subyek. Pada saat dilakukannya praktikum
ada subyek yang berada pada kondisi yang kurang sehat sehingga didapatkan
denyut nadi yang tidak teratur.

Berbeda dengan data yang didapatan oleh subyek 3,4 dan 6, data aktivitas
pada ketiga subyek tersebut dapat dikalibrasikan terhadap uji step test yang
dilakukan. Pada subyek 3 aktivitasnya memiliki beban fisik sama dengan uji step
test pertama. Subyek 4 beban kerja aktivitasnya berada pada rentang beban kerja
uji step test 1 dan 2, sedangkan untuk subyek 6 beban kerja yang dilaukan pada
saat beraktivitas dapat dikalibrasikan dengan uji step test antara 2 dan 3. Cara
yang tepat dalam pengambilan data dan melakukan pengujian pada saat praktikum
akan berpengaruh terhadap hasil yang didapatkan serta membantu dalam proses
kalibrasinya, dimana setiap peningkatan aktivitas akan berpengaruh terhadap
cepat dan tidaknya denyut nadi yang didapat, selain itu juga kondisi fisik serta
kebiasaan aktivitas yang dilakukan tubuh juga sangat mempengaruhi denyut
jantung yang dihasilkan pada saat dilakukan pengukuran

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Pada subyek 1, 2 dan 5 tidak dapat dilakukan kalibrasi antara uji step test
dengan aktivitas fisik yang dilakukannya karena adanya kesalahan proses
praktikum dan pengukuran.
2. Subyek 3 aktivitasnya memiliki beban fisik sama dengan uji step test pertama
(85 kali denyut nadi).
3. Subyek 4 beban kerja aktivitasnya berada pada rentang beban kerja uji step
test 2 dan 3 (97-106 kali denyut nadi).
4. Subyek 6 beban kerja yang dilaukan pada saat beraktivitas dapat
dikalibrasikan dengan uji step test antara 2 dan 3 (98-108 kali denyut nadi).
B. Saran
Pengawasan serta bimbingan dari asisten praktikum sangat diperlukan
dalam proses dilakukannya praktikum dan proses pengambilan data agar data
hasil praktikum merupakan nilai perhitungan yang memiliki prosentase kebenaran
yang tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Anindita IA. 2003. Tingkat Beban Kerja Operator dan Antropometri Traktor Roda
Empat Yanmar Tipe YM 330T. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Astrand PO, Rodahl K. 1977. Texbook of Work Physiology. McGraw-Hill, Inc.
Bridger , R.S., 1995. Introduction to Ergonomics. Mc Graw Hill. International
Editions. Singapore.
Irawan LC. 2008. Analisis Beban Kerja Pada Kegiatan Tebang dan Muat Tebu
Secara Manual di PG. Bungamayang Milik PTPN VII (PERSERO),
Lampung . Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Kastaman R, Herodian S. 1998. Studi Kalibrasi Data Pengukuran Beban Kerja
dengan Menggunakan Metode Step Test dan Ergometer. Bul Keteknikan
Pertanian 12(1) : 35-45.
Lovita. 2009. Analisis Beban Kerja Pada Pembuatan Guludan di Lahan Kering
(Studi Kasus : Analisis Komparatif Kerja Manual dengan Cangkul dan
Mekanis dengan Walking-type Cultivator) . Skripsi. Bogor: Institut
Pertanian Bogor
Nurmianto E. 2008. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Ed ke-2. Surabaya:
Guna Widya.
Sam Herodian, 1997. Workload Calibration by Using Step Test Method. Paper of
Proceeding on the XXVII International Congress 011 Work Sciences.
Hungary.
Sanders SM and McCornick EJ. 1993. Human Factor Engineering and Design
Seventh Edition. McGraw Hill. New Delhi.

LAPORAN PRAKTIKUM
ERGONOMIKA

KEKUATAN MANUSIA DAN KAPASITAS PENANGANAN BEBAN

Oleh :
Dinar Ardhi Wicaksono
NIM A1H012072

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2014
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengukuran beban kerja pada manusia merupakan salah satu hal penting
dalam kaitannya dengan upaya peningkatan kualitas kerja dan lingkungan kerja
manusia itu sendiri.
Ada dua hal pokok yang dapat mempengaruhi kemampuan kerja fisik
manusia dalam setiap aktivitasnya, yaitu : Faktor Personal dan Faktor Lingkungan
(Bridger, 1995). Yang termasuk dalam faktor personal antara lain : umur, berat
badan, jenis kelamin, konsumsi alkohol, konsumsi tembakau atau rokok, gaya
hidup, olahraga dan latihan, status nutrisi dan motivasi. Sedangkan yang termasuk
kedalam faktor lingkungan antara lain : polusi udara, kualitas udara ruangan,
ventilasi, ketinggian tempat, kebisingan dan fak tor temperatur udara yang ekstrim
(panas atau dingin).
Penelitian yang berkaitan dengan pengukuran beban kerja dan pengukuranpengukuran beban kerja dan pangukuran daya manusia telah banyak dilakukan.
Pengukuran yang dilakukan adalah dengan memberikan beban kerja kepada
beberapa bagian tubuh manusia. Dengan diketahuinya beban kerja maksimum
yang dapat diterima bagian tubuhnya maka akan dapat diketahu pekerjaan yang

sesuai dilakukan orang tersebut, karena sesuai dengan emampuan tubuh maka
akan memperkecil terjadinya cidera pada saat melakukan kerja.

B. Tujuan
1. Mengetahui beban kerja maksimum dari praktikan.
2. Menentukan persentil 5 dan 95 dari hasil pengukuran beban kerja praktikan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Nurmianto (2008), ergonomi berasal dari bahasa Yunani, yaitu


Ergon berarti kerja dan Nomos berarti aturan dan hukum alam sehingga ergonomi
dapat didefinisikan suatu ilmu yang mempelajari tentang aspek-aspek manusia
dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi,
engineering, manajemen, dan desain/perancangan.
International Ergonomics Association (IEA) mendefinisikan Ergonomika
sebagai suatu disiplin ilmu yang mempelajari interaksi antara manusia dan elemen
lain dari suatu sistem dan kontribusinya terhadap desain kegiatan, kerja, produk,
dan lingkungannya dengan tujuan untuk menyelaraskannya dengan kebutuhan,
kemampuan, dan keterbatasan manusia (Santoso diacu dalam Irawan 2008).
Di dalam ilmu ergonomika, kerja diartikan sebagai suatu aktivitas untuk
menghasilkan sesuatu. Manusia menggunakan otot hampir untuk seluruh jenis
pekerjaan, otot manusia sendiri memerlukan energi untuk melakukan kerja fisik.
Beban kerja fisik yang dapat diterima oleh setiap orang berbeda, perbedaan
tersebut diakibatkan bedanya kegiatan yang sebelumnya biasa dilakukan oleh
manusia tersebut serta lingkungan tempat tinggalnya. Menurut Bridger (1995) ada
dua hal pokok yang dapat mempengaruhi kemampuan kerja fisik manusia dalam

setiap aktivitasnya, yaitu : Faktor Personal dan Faktor Lingkungan. Perbedaan


tersebut mengharuskan setiap manusia melakukan pekerjanya yang beban kerja
fisiknya dapat diterima oleh setiap organ tubuh orang tersebut agar tidak terjadi
cedera parah yang akan diterima orang tersebut, oleh karena itu perlu dilakukan
studi biomekanik.
Biomekanika didefinisikan secara umum oleh Hatze (1974) yang diacu
dalam Knudson (2007) sebagai ilmu yang mempelajari pergerakan benda hidup
dengan menggunakan ilmu mekanika. Mekanika merupakan cabang dari ilmu
fisika yang fokus pada diskripsi gerakan dan bagaimana gaya dapat menghasilkan
gerakan. Erat dengan ilmu mekanika, menurut Bridger (2002), tubuh manusia
adalah sebuah sistem mekanis yang mengikuti aturan hukum-hukum fisika.
Prinsip-prinsip fisika digunakan untuk menentukan tekanan mekanik pada tubuh
dan gaya otot yang dibutuhkan untuk menetralkan tekanan. Knudson (2007)
menyatakan bahwa biomekanik menyediakan konsep dan perhitungan matematis
yang penting untuk memahami bagaimana benda hidup bergerak dan bagaimana
kita dapat membuat gerakan menjadi lebih aman. Sedangkan menurut Sanders dan
Cormick (1993), pendekatan biomekanik dalam ergonomika yaitu melihat tubuh
sebagai sebuah sistem penghubung (links). Sistem tersebut menghubungkan sendi
(joint) yang memiliki hubungan dengan bagian-bagian tubuh seperti lengan atas
(link), siku (joint) dan lengan bawah (link).
Contini dan Drillis (1966) menjelaskan bahwa banyak ilmu yang mendasari
ilmu biomekanika yaitu kinesiology, anatomy, teoritical mechanic, antropometry
dan bioinstrumentasi. Biomekanik yang dimaksud dalam kasus ini adalah

occupational biomechanic yang didefinisikan sebagai bagian dari ilmubiomekanik


terapan yang mempelajari interaksi fisik antara pekerja dengan mesin, peralatan
dan material dengan tujuan untuk meminimumkan keluhan pada sistem kerangka
otot.
Tozeren (2000) menjelaskan bahwa berdasarkan fungsi otot, otot
dikelompokkan menjadi 3 kategori. Penggerak utama (agonist) yaitu otot yang
kontraksinya menyebabkan gerakan-gerakan tertentu seperti otot biceps yang
menyebabkan gerakan fleksi pada lengan atas terhadap bahu. Yang kedua adalah
otot sinergis merupakan otot yang kontraksinya membantu otot penggerak utama
dalam menggerakkan tulang. Otot yang ketiga adalah otot antagonis yaitu otot
yang kontraksinya berlawanan dengan otot penggerak utama (agonist). Misalnya
jika otot penggerak utama menyebabkan gerakan fleksi, maka otot antagonis
menyebabkan gerakan ekstensi. Jika otot agonist berkontraksi maka otot
antagonis akan berelaksasi. Contoh otot antagonis adalah otot triceps pada lengan
atas yang berfungsi sebagai otot antagonis terhadap biceps. Pada bagian tubuh
atas terdapat kelompok otot axial musculature yang terdiri dari otot pada kepala
dan leher yang menggerakkan wajah, lidah dan laring. Otot pada tulang belakang
(punggung) yaitu otot flexor dan otot ekstensor pada kepala, leher dan spinal
column. Otot yang menggerakkan leher untuk melakukan gerakan ekstensi adalah
otot splenius kepala dan leher. Otot ini terdiri dari dua bagian otot yang lebar
terletak di belakang leher antara dasar tengkorak dan toraks bagian atas (Sloane
1994).

Gerak dapat terjadi bukan hanya karena adanya kerja dari otot tetapi juga kerja
dari persendian. Persendian merupakan titik kritis dalam setiap pergerakan. Pada
bagian ini, beban atau tekanan ditransmisikan. Tubuh manusia terdiri dari banyak
penghubung (link) yang dibatasi oleh sensi-sendi. Hal ini diungkapkan oleh
Chaffin dan Anderson (1984) yang diacu oleh (Nurmianto 2004) yang
menyebutkan bahwa tubuh manusia terdiri dari 6 penghubung (link) yaitu:
1. Link lengan bawah, dibatasi sendi pergelangan tangan dan siku.
2. Link lengan atas, dibatasi sendi siku dan bahu.
3. Link punggung, dibatasi sendi bahu dan pinggul.
4. Link tungkai atas (paha), dibatasi sendi pinggul dan lutut.
5. Link tungkai bawah (betis), dibatasi sendi lutut dan mata kaki.
6. Link kaki, dibatasi sendi pergelangan kaki dan telapak kaki.
kedua organ tersebut melakukan kerja secara bersamaan sehingga tubuh dapat
melakukan kerja dengan baik.
Persentil yang biasa dilambangkan P, adalah titik atau nilai yang membagi
suatu distribusi data menjadi seratus bagian yang sama besar. Karena itu persentil
sering disebut ukuran perseratusan.
Titik yang membagi distribusi data ke dalam seratus bagian yang sama besar
itu ialah titik-titik: P1, P2, P3, P4, P5, P6, dan seterusnya, sampai dengan P99.
jadi disini kita dapati sebanyak 99 titik persentil yang membagi seluruh distribusi
data ke dalam seratus bagian yang sama besar, masing-masing sebesar 1/ 100N
atau 1%.

Persamaan matematis yang digunakan untuk melakukan perhitungan


persentil dengan data yang sedikit adalah :
Pi=100

i0,5
n

Keterangan : Pi = persentil ke i
i = data persentil
n = jumlah data

III. METODOLOGI

A. Alat dan Bahan

1. Neraca pegas 50kg.


2. Batang besi.
3. Tali.
4. Pagar.
5. Alat tulis.
B. Prosedur Kerja
1. Mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan
2. Praktikan melakukan kerja dengan 8 perlakuan :
a. Mendorong dengan tangan kanan secara horisontal
b. Mendorong dengan tangan kiri secara horisontal
c. Menarik dengan tangan kanan secara horisontal
d. Menarik dengan tangan kiri secara horisontal
e. Menarik dengan kedua tangan posisi berdiri secara vertical
f. Menarik dengan satu tangan posisi berdiri secara vertical
g. Menarik dengan kedua tangan posisi duduk
h. Menarik dengan satu tangan posisi duduk

3. Mencatat hasil yang didapatkan pada proses pembebanan kerja pada tubuh.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Terlampir.
B. Pembahasan
Setelah data pada saat praktikum didapat maka setiap data yang ada tersebut
diubah menjadi besaran gaya. Pada mulanya data tersebut memiliki satuan kg,
tetapi dilakukan perhitungan lanjutan dengan menggunakan persamaan F = m.g,
dimana F= gaya (N), m= massa (kg), g= percepatan gravitasi, 9.81m/s 2. Setelah
didapatkan setiap besaran tersebut pada setiap perhitungan dan setiap subyek
maka hasil praktikum tadi diurutkan berdasarkan besaran nilai yang
dihasilkannya. Tetapi sebelum itu hasil praktikum tadi diubah menjadi persentil

dengan persamaan
persentil, n

Pi=100

i0,5
n

dimana Pi = persentil ke i, i

= data

= jumlah data. Dan tentukan nilai persentil 5 dan 95 dari data

tersebut.
Menarik dengan tangan kanan dihasilkan nilai persentil 5 < 10N dan 95 >
19N. Menarik dengan tangan kiri dihasilkan nilai persentil 5 < 12N dan 95 >18N.
Mendorong dengan tangan kiri dihasilkan nilai persentil 5 < 9N dan 95 > 21N.
Mendorong dengan tangan kanan dihasilkan nilai persentil 5 < 8N dan 95 > 21N.

Lalu untuk menarik dengna dua tangan secara vertikal didapatkan hasil nilai
persentil 5 < 50N dan 95 > 50N, untuk nilai yang didapatkan pada menarik pada
kondisi berdiri dengan satu tangan didapatkan nilai persentil 5 < 37 dan persentil
95 > 50N. Setelah itu pengukuran dilakukan pada kondisi duduk, melakukan
penarikan menggunakan dua tangan dan dihasilkan persentil 5< 32N dan untuk
persentil 95> 50N selain itu juga dilakukan juga dengan menggunakan satu tangan
dan dihasilkan persentil 5 < 22N dan persentil 95 > 48N.
Persentil

tersebut

menunjukkan

rata-rata

nilai

yang

patut

untuk

dipertimbangkan dalam suatu pengukuran. Persentil 5 dan 95 merupakan nilai


yang dapat diabaikan dalam dalam suatu pembebanan kerja yang diberikan
kepada setiap orang. Pembebanan kerja yang tepat untuk diberikan kepada pekerja
dengan hasil pengamatan tersebut adalah antara persentil 5 hingga hingga
persentil 95.
Besarnya nilai persentil yang dihasilkan tadi dipengaruhi oleh umur, berat
badan, jenis kelamin, konsumsi alkohol, konsumsi tembakau atau rokok, gaya
hidup, olahraga dan latihan, status nutrisi dan motivasi polusi udara, kualitas
udara ruangan, ventilasi, ketinggian tempat, kebisingan dan faktor temperatur
udara yang ekstrim (panas atau dingin). Sehingga dalam penentuan beban kerja
yang akan diberikan kepada pekerja faktor-faktor tersebut harus dipertimbangkan,
selain itu juga beban kerja yang diberikan antara persentil 5 dan persentil 95 agar
nantinya para pekerja tidak mudah mengalami cidera saat melakukan kegiatna
kerjanya.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
5. Batas persentil yang digunakan untuk memberikan beban kera pada seseorang
adalah menggunakan persentil 5 dan 95.
6. Menarik dengan tangan kanan dihasilkan nilai persentil 5 < 10N dan 95 >
19N.
7. Menarik dengan tangan kiri dihasilkan nilai persentil 5 < 12N dan 95 >18N.
8. Mendorong dengan tangan kiri dihasilkan nilai persentil 5 < 9N dan 95 >
21N.
9. Mendorong dengan tangan kanan dihasilkan nilai persentil 5 < 8N dan 95 >
21N.
10. Menarik dengna dua tangan secara vertikal didapatkan hasil nilai persentil 5 <
50N dan 95 > 50N.
11. Menarik pada kondisi berdiri dengan satu tangan didapatkan nilai persentil 5<
37 dan persentil 95 > 50N.
12. Menarikan menggunakan dua tangan dalam posisi duduk dihasilkan persentil
5< 32N dan untuk persentil 95> 50N.

13. Menarik dengan menggunakan satu tangan dalam posisi duduk dihasilkan
persentil 5 < 22N dan persentil 95 > 48N.

B. Saran
Praktikum yang akan dilakukan untuk selanjutnya diharapkan peralatan
yang digunakan sudah siap sehingga tidak perlu terjadi pergantian jadwal, selain
itu tempat dilakukannya praktikum juga diharapkan dapat mendukung berjalannya
praktikum dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Bridger RS. 2002. Introduction to Ergonomics. London & Newyork :Taylor &
Francis.
Knudson D.2007. Fundamentals of Biomechanic (2th ed).New York : Springer
Nurmianto E. 2004. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Ed ke-2. Surabaya:
Guna Widya
Sloane E.1994. Anatomy and Physiology: An Easy Learner.Jones and Barlett
Publishers, Inc. Sudbury
Tozeren A. 2000. Human Body Dynamics: Classical Mechanics and Human
Movement.Springer : New York

You might also like