You are on page 1of 18

1

PEMBAHASAN

PROSES DAN TEKNIK SUPERVISI PENDIDIKAN

1. Proses Supervisi Pendidikan


Supervisi menurut Rifai (1982) merupakan suatu proses, yaitu serangkaian
kegiatan yang teratur dan beraturan serta berhubungan satu sama lain dan diarahkan
kepada suatu tujuan. Secara garis besar kegiatan dalam proses supervisi dapat dibagi
yaitu perencanaan, pelaksanaan, evaluasi,dan tindak lanjut.1
A. Perencanaan
Perencanaan supervisi perlu disusun oleh supervisor agar pelaksaan
supervisi dapat terarah. Pelaksaan supervisi diawali dengan perencaan diduga
dapat mengecewakan banyak pihak, seperti guru, supervisor dan bahkan siswa
yang secara tidak langsung memerlukan peningkatan kemampuan mengajar
gurunya.
Mengingat perencanaan merupakan pedoman dan arah dalam pelaksanaan,
maka ada bebrapa hal yang harus dicantumkan dalam perencanaan supervisi,
yaitu :
Tujuan supervisi
Alasan mengapa kegiatan terrrsebut perlu dilaksanakan,
Bagaimana (metode/teknik) mencapai tujuan yang telah dirumuskan

Siapa yang akan dilibatkan/diikutsertakan dalam kegiatan-kegaitan yang


akan dilakukan

Waktu pelaksanaan

Rifai, M. Moh. (1987). Supervisi Pendidikan. Bandung: Jemmars

Hal-hal yangdiperlukan dalam pelaksaannya serta cara memperoleh halhal tersebut.

B. Pelaksanaan
Rifai (1982) mengemukakan pelaksanaan supervisi pendidikan mengikuti
beberapa kegiatan,sebagai beriku2t :
1. Pengumpulan data
Proses supervisi diawali dengan pengumpulan data untuk menemukan
berbagai kekurangan dan kelemahan guru. Data yang dikumpulkan adalah
mengenai keseluruhan situasi belajar mengajar.
2. Penilaian
Data yang sudah dikumpulkan diolah, kemudian dinilai. Penilaian ini
dilakukan terhadap keberhasilan murid, keberhasilan guru, serta faktor-faktor
penunjang dan penghambat dalam proses belajar mengajar.3
3. Deteksi kelemahan
Pada tahap ini supervisor mendeteksi kelemahan atau kekurangan
guru dalam mengajar. Dalam rangka mendeteksi kelemahan, supervisor
memperhatikan beberapa hal yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas guru
yaitu : penampilan guru di depan kelas, penguasan materi, penggunaan
metode, hubungan antar personil dan administrasi kelas.
4. Memperbaiki kelemahan
Jika melalui deteksi ditemukan kelemahan dan kekurangan, maka pada
tahap ini dilakukan perbaikan atau peningkatan kemampuan.
5. Bimbingan dan pengembangan
2

Glickman, Carl D. and Gordon, Stephen P. (1995). Supervise of Instruction; A Development


Approach. Boston: Allyn and Bacon.
3

Rifai, M. Moh. (1987). Supervisi Pendidikan. Bandung: Jemmars

Supervisor perlu memberikan bimbingan kepada guru agar apa yang


diperolehnya diterapkan/ diaplikasikan dalam proses belajar mengajar yang
dilakukannya.
C. Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui tujuan yang sudah diccapai, hal-hal
yang sudah dilakukan dan hal yang belum dilaksanakan.evaluasi supervisi
dilakukan untuk semua aspek, meliputi evaluasi hasil, proses dan pelaksanaan.
Teknik evaluasi yang dilakukan : wawancara, angket, observasi penampilan dan
tingkah laku guru, kunjungan kelas, dan memperhatikan reaksi dan pendapat
pihak ketiga seperti sesama guru, pegawai, dan orang tua.4
D. Tindak lanjut
Dalam melaksanakan supervisi kegiatan belajar mengajar diperlukan
instrumen berupa lembar pengamatan dan suplemen observasi (keterampilan
mengajar, karakteristik mata pelajaran, pendekatan klinis, dan sebagainya). Dalam
pelaksanaannya kegiatan tindak lanjut supervisi akademik sasaran utamanya
adalah kegiatan belajar mengajar. Hasil analisis, catatan supervisor, dapat
dimanfaatkan

untuk

perkembangan

keterampilan

mengajar

guru

atau

meningkatkan profesionalisme guru dan karyawan, setidak-tidaknya dapat


mengurangi kendala-kendala yang muncul atau yang mungkin akan muncul.
Umpan balik akan memberi pertolongan bagi supervisor dalam
melaksanakan tindak lanjut supervisi. Dari umpan balik dapat tercipta suasana
komunikasi yang tidak menimbulkan ketegangan, serta mendorong guru
memperbaiki penampilan dan kinerjanya.
Cara-cara melaksanakan tindak lanjut hasil supervisi akademik sebagai
berikut.
Me-review rangkuman hasil penilaian.

Rifai, M. Moh. (1987). Supervisi Pendidikan. Bandung: Jemmars

Apabila ternyata tujuan supervisi akademik dan standar-standar


pembelajaran belum tercapai, maka sebaiknya dilakukan penilaian
ulang terhadap pengetahuan, keterampilan dan sikap guru yang menjadi
tujuan pembinaan.
Membuat rencana aksi supervisi akademik berikutnya.
Mengimplementasikan rencana aksi tersebut pada masa berikutnya.
Ada lima langkah pembinaan kemampuan guru melalui supervisi aitu:
menciptakan hubungan-hubungan yang harmonis,
analisis kebutuhan,
mengembangkan strategi dan media,

menilai, dan

revisi

2. Teknik Suvervisi Pendidikan


Supervisi pendidikan yang telah dibahas sebelumnya adalah merupakan
konsep dan barulah dapat dikonkritkan apabila dilaksanakan lewat teknik-teknik
supervisi berikut ini.5
Dalam rangka penggunaan beberapa teknik supervisi, dapat menpedomani
beberapa pendekatan. Sutjipto (1993) mengemukakan empat pendekatan supervisi
yaitu :
1. Pendekatan humanistik, didasarkan pada asumsi bahwa guru mengalami
pertumbuhan secara terus menerus, tugas supervisor adalah membimbing
guru agar guru dapat berdiri sendiri.pendekatan humanistic timbul dari
5

Rifai, M. Moh. (1987). Supervisi Pendidikan. Bandung: Jemmars


Soetjipto dan Kosasi, Raflis. (1999). Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta.

keyakinan bahwa guru tidak dapat diperlakukan sebagai alat semata-mata


untuk meningkatan kualitas belajar- mengajar.
Teknik supervisi yang digunakan oleh para supervisor yang
menggunakan pendekatan humanistic tidak mempunyai format yang
standar ,tetapi tergantung kepada kebutuhan guru.
2. Pendekatan kompetensi, didasarkan atas asumsi bahwa supervisi bertujuan
membentuk kompetensi minimal yang harus dikuasai guru. Tugas
supervisor adalah menciptakan lingkungan sedemikian rupa sehingga guru
dapat menguasai kompetensi tersebut secara bertahap guru dapat menguasi
kompetensi yang dituntut dalam mengajar.
Teknik supervisi yang mengunakan pendekatan kompetensi adalah
sebagai berikut:
Menetapkan kriteria unjuk kerja yang dikehendaki
Menetepkan target unjuk kerja.
Menentukan aktivitas unjuk kerja.
Memonitor kegiatan untuk mengetahui unjuk kerja
Melakukan penilaian terhadap hasil monitoring.
Pembicaraan akhir.pembicaraan tentang hasil hasil evaluasi
merupakan langkah yang penting.
3.

Pendekatan klinis, didasarkan pada asumsi bahwa guru akan tumbuh dan
berkembang dalam jabatannya tidak dapat dipisahkan dari proses belajar
yang dilakukan guru itu. Belajar bersifat individual.
Supervisi klinis adalah suatu proses tatap muka antara supervisor
dengan guru yang membicarakan hal mengajar dan yang ada hubungannya
dengan

itu.

Pembicaraan

tersebut

bertujuan

untuk

membantu

pengembangan professional guru dan sekaligus untuk perbaikan proses


pengajaran itu sendiri.
4. Pendekatan profesional
Asumsi dasar pendekatan ini adalah bahwa karena tugas utama
profesi guru adalah mengajar maka sasaran supervisi juga harus
mengarahkan pada hal-hal yang menyangkut yugas mengajar ,dan bukan
tugas guru yang sifatnya administrative.

Menurut (Piet A. Sahertian dan Frans Mataheru, 1982 45 dst.)


menjelaskan teknik-teknik supervisi pendidikan tersebut sbb :
1. Individual (Individual technique)
Teknik

supervisi

yang,

bersifat

individual

dipergunakan

apabila

orang yang disupervisi dihadapi secara perorangan biasanya dilakukan terhadap


individu-individu yang yang mempunyai masalah khusus dan bersifat pribadi.
Teknik supervisi yang bersifat individu dapat dijelaskan atas beberapa macam,
yakni sebagai berikut:
A.

Kunjungan kelas (Glassroom visitation)


Untuk mengetahui lebih dekat/nyata tentang belajar mengajar
guru di kelas, seorang kepala sekolah, penilik pengawas biasanya mengadakan
kunjungan pada setiap kelas dimana guru-guru sedang mengajar. Tujuannya
untuk menolong guru-guru memecahkan kesulitan-kesulitan yang mereka
hadapi dan mempelajari sifat dan kualitas cara belajar anak dan bagaimana
guru membimbing murid-muridnya.
Teknik supervisi dalam bentuk kunjungan kelas ini dapat dibagi atas :
Kunjungan tanpa pemberitahuan sebelumnya

Seorang supervisor secara tiba-tiba mengunjungi kelas sementara


guru sedang mengajar. Kunjungan semacam ini biasanya tidak dirancang
(didisain) sebelumnya (secara kebetulan) dan mungkin direncanakan oleh
supervisor dengan maksud dan tujuan tertentu.

Jenis kunjungan ini

mempunyai kebaikan dan keburukan tertentu.


Kelebihan:
Supervisor dapat mengetahui keadaan yang sesungguhnya,
sehingga

dapat

menyediakan

bantuan/pertolongan

yang

diperlu-

kan/dibutuhkan oleh guru-guru yang disupervisi. Guru-guru selalu siap


melaksanakan tugasnya dengan baik.Suasana demikian berpengaruh
terhadap suasana belajar murid-murid yang secara wajar.
Kelemahannya:
Supervisor dianggap tidak demokratis dan tidak kooperatif. Guruguru merasa bingung dan berprasangka bahwa kunjungan tersebut akan
menilai tugas-tugas guru dan mencari-cari kesalahan saja. Menimbulkan
hubungan yang kurang baik, karena itu guru-guru tidak merasa senang
dikunjungi.
Kunjungan dengan pemberitahuan sebelumnya
Sebelum suatu kunjungan dimulai, supervisor telah menyampaikan langsung maupun tidak langsung, atau berdasarkan jadwal
kunjungan yang telah direncanakan tentang waktu kunjungannya berbagai
kelas atau sekolah disampaikan kepada guru-guru atau sekolah yang, akan
dikunjunginya.
Kelebihan:
Guru-guru telah siap menunggu waktu pelaksanaan supervisi.
Adanya pembagian waktu yang merata bagi semua guru-guru yang

memerlukan bantuan supervisor. Tercapainya efisiensi kerja dan


meningkatkan PBM.
Kelemahannya:
Guru-guru merasa tertekan menunggu gilirannya disupervisi.
Kemungkinan adanya guru yang disupervisi terlalu lama sehingga guru
lainnya kurang mendapat kesempatan yang cukup. Kemungkinan lainnya
kurang mendapat kesempatan yang cukup. Sebagian guru-guru akan
membuat persiapan yang memungkinkan supervisor sulit menemukan
kelemahan mereka. Hal ini tentunya akan merugikan guru-guru itu sendiri.
Kunjungan atas dasar undangan guru
Kebanyakan guru-guru merasa enggan mengundang supervisor
untuk mengamatinya pada saat ia melakukan tugas mengajar. Guru-guru
masih belum terbuka menerima kunjungan semacam ini, apalagi yang
namanya supervisor umumnya guru merasa tidak senang untuk
disupervisinya jika hanya menilai kemampuannya.
Kelebihan:
Supervisor akan dapat memperoleh pengalaman belajar mengajar
yang ia sendiri belum memilikinya. Guru yang kurang mampu akan
memperoleh tambahan pengalaman jabatan yang lebih banyak, dengan
demikian ia dapat menilai cara mengajarnya sendiri. Memungkinkan
terciptanya hubungan yang harmonis antara guru-guru dengan supervisor.
Kelemahannya:
Ada kemungkinan terjadi manipulasi tingkssah laku dari pihak
guru-

guru dengan membuat suasana yang tidak wajar, dibuat-buat,

misalnya pada saat itu segala sesuatu dipersiapkan secara mantap, padahal
di lain waktu keadaanya tidak demikian.
B. Observasi Kelas (Class-room Observation )

Observasi kelas biasanya dilakukan melalui dua cara yaitu dengan cara
observasi langsung (directed observation) yakni supervisor mengobservasi
langsung guru yang mengajar di kelas. Ini berarti supervisor harus, berada
sama-sama dengan guru dalam kelas: Observasi dapat pula dilakukan dengan
cara tak langsung (indirect observation) yakni supervisor dibatasi oleh ruang
kaca dimana guru dan murid-muridnya tidak mengetahuinya, atau dengan alat
seperti kamera yang dapat dipantau dari dari jarak jauh. Tujuan observasi
adalah untuk mungkin sehingga dengan data tersebut dapatlah digunakan
dalam menganalisis kesulitan-kesulitan yang dalam usaha memperbaiki hal
belajar mengajarnya.
C. Percakapan pribadi (Individual Conference)
Menurut Adam dan Dickey bahwa salah satu alat yang penting dalam
supervisi adalah individual conference, yaitu supervisor dan guru dapat
bekerja secara individual memecahkan problem-problem pribadi yang
berhubungan dengan jabatan mengajar (personal and professional problems),
misalnya: Pemilihan dan perbaikan alat-alat pelajaran, penentuan dan
penggunaan metode mengajar, dan sebagainya.
Menurut Mildred E. Swearingen, ada beberapa jenis percakapan
pribadi melalui kunjungan kelas adalah sebagai berikut:
Classroom-conference, yaitu percakapan pada saat murid-murid tidak ada
lagi di kelas, misalnya pada waktu murid-murid beristirahat atau mereka
sudah pulang.
Office-conference, yaitu percakapan yang dilaksanakan di ruang kantor
atau ruang kepala sekolah, atau ruang guru, dimana lingkungan fisiknya
penuh dengan alat-alat pelajaran yang cukup..
Gausal-conference, yaitu percakapan yang dilaksanakan secara kebetulan
(tanpa direncanakan), misalnya sementara dalam pertemuan, atau dalam
perjalanan pulang, dsb.

10

Observational-visitation, yaitu supervisor mengunjungi kelas dimana guru


sedang mengajar, untuk mengobservasi kegiatan-kegiatan kelas selama
pelajaran berlangsung.
Tujuan diadakan percakapan pribadi itu antara lain sebagai berikut:
Memberi kemungkinan pertumbuhan jabatan guru melalui

pemecahan

kesulitan-kesulitan

Memupuk dan mengembangkan

yang

dihadapi

guru-guru.

hal mengajar yang lebih baik.

Memperbaiki kelemahan-kelemahan dan kekurangan-kekurangan


yang sering dialami oleh oleh guru dalam melaksanakan tugasnya
di sekolah (d) Menghilangkan dan menghindari segala prasangka
(keragu-raguan) guru dalam berbagai masalah mengajar belajar,
dsb.6
D. Saling mengunjungi (Intervisitation)
Intervisitation ialah saling mengunjungi antara rekan guru yang satu
dengan rekan guru yang lain yang sedang mengajar untuk saling memberi dan
menimba pengalaman di antara sesama rekan guru di sekolah (sekolah yang
sama maupun pada sekolah yang berbeda.
Keuntungan yang dapat dipetik dari praktek intervisitation antara lain :
Memberi kesempatan kepada guru mengamati rekan guru lain yang
sedang memberi pelajaran, terutama dalam penggunaan metode mengajar
baru (modern) dan lain sebagainya.
Memberi motivasi yang terarah terhadap aktivitas mengajar guru di kelas.

Membantu guru-guru yang ingin memperoleh pengalaman/ ketram-pilan


mengajar tertentu (penggunaan metode, alat/media, pengelolaan kelas,

Soetjipto dan Kosasi, Raflis. (1999). Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta.hal.239-250

11

ketrampilan bertanya) kegiatan instruksional lainnya yang penting untuk


diketahui oleh guru-guru.
Terbinanya hubungan yang akrab diantara sesama guru maupun dengan
supervisor, sehingga diskusi dapat berlangsung secara wajar dan mudah
mencari penyelesaiannya.
E. Menilai diri sendiri (Self Evaluation Check-list)
Self evaluation adalah suatu teknik supervisi individual yang paling,
obyektif tetapi yang paling sukar untuk dilakukan, apalagi jika dilakukan
dengan kesadaran yang penuh untuk melihat kemampuan diri sendiri dalam
menyajikan bahan pelajaran. Menilai orang lain rasanya mudah dilakukan,
tetapi untuk menilai diri sendiri kadang-kadang tak mampu melaksanakannya,
padahal yang paling, tahu tentang segala sesuatu pada diri kita adalah kita
sendiri bukan orang lain. 7
2. Teknik Kelompok (Group Techniques)
Teknik supervisi dalam bentuk kelompok adalah teknik

supervisi yang

digunakan bersama-sama antara supervisor dan guru-guru dalam jumlah yang banyak
tetapi mempunyai masalah supervisi ini terdiri dari beberapa jenis antara lain :
A. Pertemuan Orientasi bagi guru baru (Orintation Meeting for new Teacher)
Pertemuan orientasi adalah salah satu bentuk pertemuan yang bertujuan
mengantar guru-guru terutama guru-guru untuk memasuki suasana kerja yang
baru. Demikian pula terhadap guru-guru yang

baru memangku jabatan baru

dalam struktur organisasi sekolah.


Hal-hal yang disajikan dalam pertemuan orientasi ini antara lain:
Memberikan informasi perkenalan terhadap sistem kerja dari sekolah
dengan melalui percakapan bersama diselingi dengan diskusi bersama.
7

Glickman, Carl D. and Gordon, Stephen P. (1995). Supervise of Instruction; A Development


Approach. Boston: Allyn and Bacon.

12

Proses dan mekanisme administrasi dan organisasi sekolah, penyajian


seluruh kegiatan dan situasi sekolah.

Tindak lanjut pertemuan ini biasanya diadakan diskusi, lokakarya, dan


makan bersama dsb, agar guru-guru baru itu tidak merasa asing tetapi
merasa diterima dalam kelompok guru lain.

Memperkenalkan semua staf sekolah, tempat/ruang kerja, tata-tertib


sekolah dan lain-lain sebagainya.
B. Rapat Guru
Rapat guru adalah merupakan salah satu teknik supervisi untuk
memperbaiki situasi belajar mengajar di sekolah. Tujuan umum daripada rapat
guru ini antara lain sebagai berikut :
Menyatukan pandangan-pandangan guru tentang konsep-konsep umum,
makna pendidikan dan fungsi sekolah dalam usaha mencapai tujuan-tujuan
tersebut.
Mendorong guru-guru untuk menerima dan melaksanakan tugas-tugasnya
dengan baik, dan mendorong agar mereka tumbuh dan berkembang dalam
jabatannya.

Menyatukan pendapat-pendapat tentang metod-metode kerja yang baik


yang akan membawa mereka ke arah pencapaian tujuan-tujuan pengajaran
di sekolah semaksimal mungkin.

Mengintegrasikan anggota-anggota staf sekolah dan mengkoordinir


pekerjaan mereka, mempersatukan pandangan mereka dalam usaha
kerjasama mencapai tujuan sekolah.
C. Diskusi sebagai proses kelompok
Diskusi adalah merupakan salah satu teknik supervisi yang dilakukan
melalui pertukaran pendapat tentang sesuatu masalah untuk mengembangkan

13

ketrampilan para guru dalam mengatasi kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi


bersama. Melalui diskusi kelompok, guru-guru merasa turut bertanggung jawab
dan berpartisipasi dalam kelompok, adanya interaksi antar guru, serta kontrol
yang teliti dan mantap dalam mengemukakan pendapat mereka masing-masing.
Dengan diskusi ini pula guru-guru dapat memperoleh informasi dan banyak
pengalaman dari peserta diskusi yang besar manfaatnya untuk pengembangan
profesinya.

D. Studi kelompok antar guru


Kelompok guru (guru bidang studi) yang mengajarkan mata pelajaran yang
sejenis dapat mengadakan studi bersama untuk mempelajari dan membahas atau
mendalami bahan pelajaran yang mereka ajarkan.
E. Tukar-menukar Pengalaman (Sharing of experience)
Asumsi yang melatar belakangi teknik ini ialah bahwa guru-guru, pada
umumnya adalah orang yang berpengalaman dalam bidangnya masing-masing,
sehingga memungkinkan diadakan tukar menukar pengalaman diantara mereka,
saling memberi dan menerima dan saling, belajar diantara mereka untuk
memperoleh pengalaman-pengalaman, baru yang bermanfaat dalam tugas mereka.
Tukar-menukar pengalaman semacam ini lebih bermanfaat jika dibanding dengan
penataran yang sering merupakan sesuatu pemborosan,
F.

Lokakarya (Workshop)
Workshop ditafsirkan orang sebagai suatu tempat kerja dimana orang
menggunakan macam-macam cara alat untuk suatu; suatu kegiatan belajar
kelompok

untuk

memecahkan

suatu

problem

tertentu;

suatu

usaha

mengembangkan kesanggupan berpikir dan bekerja bersama-sama untuk


menyelesaikan sesuatu masalah; suatu situasi yang didalamnya orang bekerja dan

14

belajar secara bersama atas tanggung jawab bersama; suatu inservice training
education untuk saling mendengarkan pendapat, member dan menerima pendapat
bekerjasama mencari jalan untuk menyelesaikan suatu problem tertentu yang
berhubungan dengan tugas jabatannya.
G. Diskusi panel
Panel diskusi (panel discussion) biasa juga disebut dengan istilah "forum
discussion" adalah suatu bentuk diskusi yang dipentaskan dihadapan sejumlah
partisipan untuk memecahkan suatu problem8. Tujuarnya adalah:
Untuk menjajaki suatu masalah secara terbuka agar supaya dapat
memperoleh lebih banyak pengetahuan dan pengertian tentang masalah
tersebut dari berbagai sudut pandangan.
Untuk menstimulir para pendengar (partisipan) agar mengarahkan

perhatiannya terhadap masalah yang dibahas, melalui dinamika kelompok


sebagai hasil interaksi daripada pena-list.
H. Seminar
Seminar adalah suatu bentuk pertemuan kelompok dimana sejumlah kecil
(10 - 15) orang mengadakan pendalaman/penyelidikan, terhadap berbagai
masalah dengan bimbingan secara cermat oleh seorang/beberapa orang pengajar
(fasilitator) pada waktu tertentu. Hasil penyelidikan selanjutnya dilaporkan untuk
didengar dan didiskusikan untuk ditetapkan suatu kesimpulan bersama sebagai
pegangan.
Tujuan daripada seminar ini adalah intensifikasi, integrasi serta aplikasi
pengetahuan dan ketrampilan para anggota kelompok dalam suatu latihan yang
intensif dengan bimbingan yang cermat dan intensif pula. Maksudnya untuk
memanfaatkan sebaik mungkin produktivitas (potensi) berpikir secara kelompok
berupa saling tukar-menukar pengalaman dan saling koreksi (menilai) diantara
para anggota kelompok lainnya.
8

Rifai, M. Moh. (1987). Supervisi Pendidikan. Bandung: Jemmars

15

I.

Simposium
Simposium (Yunani Purba) syn (dengan) dan posis (minum), yaitu
kebiasaan zaman itu setelah suatu pertemuan berakhir semua peserta tidak segera
pulang, akan tetapi dipersilahkan duduk santai sambil minum, mendengarkan
lagu-lagu dan bertukar pikiran sebagai hiburan intelektual. Simposium dalam arti
yang lebih mutakhir dapat dilihat dari dua pengertian:

Kumpulan karangan pendek yang menyangkut sesuatu masalah yang ditulis oleh
beberapa ahli, dikumpulkan dan diterbitkan menjadi sebuah buku surnber rujukan.
Suatu pertemuan untuk neninjau aspek-aspek dari suatu pokok masalah dari

berbagai sudut pandangan tentang masalah.


J.

Demonstration Teaching
Demonstrasi mengajar yang berhasil jika hal itu direncanakan dengan
teliti, mempunyai tujuan yang nyata, diikuti oleh jumlah guru-guru yang cukup
banyak

mendapat

kesempatan

untuk

mengikuti

demonstrasi

tersebut.

Perpustakaan Jabatan Guru


K.

Buletin Supervisi
Buletin supervisi adalah salah satu alat komunikasi tertulis yang
supervisor untuk membantu guru-guru dalam memperbaiki

situasi belajar

mengajarnya.
L. Dll
3. Langsung
Teknik

supervisi

langsung

adalah

teknik

yang

digunakan

untuk

menyampaikan harapan supervisor kepada guru dengan jelas. Supervisor dapat


menggunakan bahasa langsung dan penguatan. Dalam hal ini pengawas sangat
mengharapakan kepercayaan dan kredibilitas dari para guru. Teknik supervisi
langsung terdiri dari penampilan prilaku, menjelaskan, mendengarkan, memecahkan

16

masalah, mengarahkan dan standardisasi. Arah penampilan prilaku, pemecahan


masalah, dan pengarahan kebayakan dari pengawas. Teknik pengawasan langsung
berguna untuk mengatasi keadaan dalam waktu yang singkat ketika guru sedikit
sekali menguasai keahlian, keterlibatan, atau menarik diri dari permasalahan
pembelajaran (Glickman and Gordon, 1995).9
Rifai (1987) mengemukakan bahwa teknik langsung dalam supervisi yaitu
cara berkomunikasi dengan berhubungan lansung antara supervisor dengan guru
melalui kunjungan kelas, pertemuan pribadi, rapat staf dan lokakarya. Lebih lanjut
Rifai (1987) mengemukakan bahwa teknik merupakan cara tertentu yang khusus
untuk mencapai tujuan tertentu. Suatu teknik terdiri dari berbagai kegiatan yang
teratur dan alat untuk mencapai tujuan
4. Tidak langsung
Teknik supervisi tidak langsung adalah pendekatan masalah pengajaran
yang sifatnya tidak langsung menunjukan permasalahan, melainkan seorang guru
bercerita mengemukakan permasalahan yang mereka alami. Supervisor atau
kepala sekolah menyimpulkan permasalahan guru tersebut kemudian member
bimbingan dan mengarahkan.10
yang dimaksud dengan pendekatan tidak langsung (non-direktif) adalah
cara pendekatan terhadap permasalahan yang sifatnya tidak langsung. Perilaku
supervisor tidak secara langsung menunjukkan permasalahan, tapi ia terlebih dulu
mendengarkan secara aktif apa yang dikemukakan oleh guru. Ia memberi
kesempatan sebanyak mungkin kepada guru
untuk mengemukakan permasalahan yang mereka alami. Pendekatan nondirektif ini berdasarkan pada pemahaman psikologis humanistik. Psikologi
humanistik sangat menghargai orang yang akan dibantu. Oleh karena pribadi guru
yang dibina begitu dihormati, maka ia lebih banyak mendengarkan permasalahan
9

Soetjipto dan Kosasi, Raflis. (1999). Profesi Keguruan. Jakarta: Rinekahal 253-256

10

Soetjipto dan Kosasi, Raflis. (1999). Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta.hal 253

17

yang dihadapi guru-guru. Guru mengemukakan masalahnya. Supervisor mencoba


mendengarkan, dan memahami apa yang dialami. Perilaku supervisor dalam
pendekatan non-direktif adalah sebagai berikut.
1) Mendengarkan,
2) Memberi penguatan,
3) Menjelaskan,
4) Menyajikan, dan
5) Memecahkan masalah.

Sumber

Soetjipto dan Kosasi, Raflis. (1999). Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta.

Drs. Subari.(1994).supervisi pendidikan

dalam rangka perbaikan situasi

belajar.jakarta:Bumi Aksara

Rifai, M. Moh. (1987). Supervisi Pendidikan. Bandung: Jemmars

Glickman, Carl D. and Gordon, Stephen P. (1995). Supervise of Instruction; A


Development Approach. Boston: Allyn and Bacon.

18

You might also like