Professional Documents
Culture Documents
Schwartz. Principles
companies.2005
of
Surgery.
Edisi
Ketujuh.USA:The
Mcgraw-Hill
R. Schrock MD, Theodore. Ilmu Bedah. Edisi Ketujuh. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.1995
Hasil Pembelajaran :
1. Diagnosis appendisitis
2. Penanganan appendisitis
3. Edukasi pasien mengenai penanganan appendisitis
; S= 38,2oC
Pemeriksaan generalis :
Kepala : rambut berwarna hitam merata
Mata : Si -/-, Anemis -/-, RCL +/+, RCTL +/+
Cor : S1-S2 reguler, Murmur (-), Gallop (-)
Pulmo : SN vesikular +/+, Rhonki -/-, Wheezing -/Abdomen : lihat status lokalis.
Ekstremitas : akral hangat +/+, CRT < 2
Status lokalis (Abdomen)
Inspeksi
: Bentuk simetris, sedikit membuncit.
Palpasi : Dinding perut simetris, buncit, supel , Massa (-),
Nyeri tekan (+) di seluruh lapang abdomen terutama kuadran kanan bawah (Mc.Burney sign).
Nyeri lepas (+) Psoas sign (+). Obturator sign (+), Rovsing sign (+), defans muskular (+) di
kuadran kanan bawah.
Perkusi : Bunyi timpani
Auskultasi
: Bising usus (+) menurun
Rectal toucher :
Tonus sphinter ani baik, ampula tidak prolaps, mukosa licin, nyeri tekan(+) jam 9-12,
massa(-). Pada handscoon feses(+), darah(-).
Assessment :
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik diagnosis pasien ini adalah Akut Abdomen
e.c. susp. Apendisitis akut perforasi.
- Ilustrasi Appendiks Hampir tujuh puluh lima persen penderita disertai dengan vomitus akibat aktivasi
N.vagus, namun jarang berlanjut menjadi berat dan kebanyakan vomitus hanya sekali atau
dua kali.
Penderita apendisitis akut juga mengeluh obstipasi sebelum datangnya rasa nyeri dan
beberapa penderita mengalami diare, hal tersebut timbul biasanya pada letak apendiks
pelvikal yang merangsang daerah rektum.
Gejala lain adalah demam yang tidak terlalu tinggi, yaitu suhu antara 37,50 38,50C tetapi
bila suhu lebih tinggi, diduga telah terjadi perforasi.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan Nyeri tekan (+) di seluruh lapang abdomen terutama
kuadran kanan bawah (Mc.Burney sign), Nyeri lepas (+) Psoas sign (+). Obturator sign (+),
Rovsing sign (+), defans muskular (+) di kuadran kanan bawah.
Pada auskultasi didapatkan bising usus (+) menurun. Pada pemeriksaan rectal toucher
didapatkan nyeri tekan(+) jam 9-12.
Hal ini sesuai pada tanda klinis apendisitis akut. Biasanya penderita berjalan membungkuk
sambil memegangi perutnya yang sakit, kembung (+) bila terjadi perforasi, penonjolan perut
kanan bawah terlihat pada appendikuler abses.
Pada palpasi didapatkan titik nyeri tekan kuadran kanan bawah atau titik Mc Burney.
Nyeri lepas (+) karena rangsangan peritoneum, Rebound tenderness (nyeri lepas tekan )
adalah rasa nyeri yang hebat (dapat dengan melihat mimik wajah) di abdomen kanan bawah
saat tekanan secara tiba-tiba dilepaskan setelah sebelumnya dilakukan penekanan yang
Pemeriksaan radiologi yang dapat membantu diagnosis adalah USG, pada kondisi
perforasi gambarannya dapat berupa lesi tubuler dengan air-fluid level di regio iliaca dextra.
Pada pemeriksaan laboratorium dapat ditemukan leukositosis moderat (10.000-20.000/
L). Jika leukosit lebih tinggi biasanya dicurigai telah terjadi perforasi. Pada pemeriksaan
urinalisa dapat ditemukan hematuria dan piuria pada 25 % pasien.
Beberapa diagnosis banding appendicitis akut yang perlu dipikirkan, antara lain:
Kelainan bidang gastroinestinal seperti divertikulitis menunjukkan gejala yang hampir sama
dengan apendisitis tetapi lokasi nyeri lebih ke medial. Karena kedua kelainan ini
membutuhkan tindakan operasi, maka perbedaannya bukanlah hal penting.
Kolitis ditandai dengan feses bercampur darah, nyeri tajam pada perut bagian bawah,
demam dan tenesmus.
Obstruksi usus biasanya nyeri timbul perlahan-lahan di daerah epigastrium. Pada
pemeriksaan fisis akan menunjukkan distensi abdomen dan timpani, terdengar metalic sound
pada auskultasi.
Kelainan bidang urologi seperti batu ureter atau batu ginjal kanan. Adanya riwayat kolik
dari pinggang ke perut menjalar ke inguinal kanan merupakan gambaran yang khas.
Eritrosituria sering ditemukan. Foto polos abdomen atau urografi intravena dapat memastikan
penyakit tersebut.
Penatalaksanaan : Pada apendisitis akut, abses, dan perforasi diperlukan tindakan operasi
apendiktomi cito. Tindakan ini dapat dilakukan melalui laparotomi atau laparoskopi. Sebelum
dilakukan tindakan pembedahan, pasien dianjurkan untuk tirah baring dan diberikan
antibiotik sistemik spektrum luas untuk mengurangi insidens infeksi pada luka post operasi.
Tindakan yang diberikan pada pasien ini berupa antibiotika ceftriaxone 1gr IV, Ranitidin
50mg IV, Ondansetron 4mg IV, Scopamin (Hyoscine-N-butylbromide 20mg) IV. Hal tersebut
dilakukan untuk stabilisasi kondisi pasien dalam persiapan rujukan ke RSU untuk terapi lebih
lanjut.
Komplikasi apendisitis yang dapat terjadi adalah Perforasi. Keterlambatan penanganan
merupakan alasan penting terjadinya perforasi. Perforasi appendix akan mengakibatkan
peritonitis purulenta yang ditandai dengan demam tinggi, nyeri makin hebat meliputi seluruh
perut dan perut menjadi tegang dan kembung. Nyeri tekan dan defans muskuler di seluruh
perut, peristaltik usus menurun sampai menghilang karena ileus paralitik.
Pada pasien ini kemungkinan sudah terjadi perforasi dan peritonitis lokal. Hal ini ditandai
dengan adanya nyeri perut yang sangat hebat di seluruh lapang abdomen serta peningkatan
suhu tubuh terus-menerus. Pada tanda klinis didapatkan defans muscular lokal di kuadran
kanan bawah serta bising usus menurun.
Komplikasi yang lain yaitu peritonitis generalisata dan terbentuknya massa
periapendikular. Peradangan peritoneum merupakan penyulit berbahaya yang dapat terjadi
dalam bentuk akut maupun kronis.
Keadaan ini biasanya terjadi akibat penyebaran infeksi dari apendisitis. Bila bahan yang
menginfeksi tersebar luas pada permukaan peritoneum menyebabkan timbulnya peritonitis
generalisata. Dengan begitu, aktivitas peristaltik berkurang sampai timbul ileus paralitik, usus
kemudian menjadi atoni dan meregang. Cairan dan elektrolit hilang ke dalam lumen usus
menyebabkan dehidrasi, gangguan sirkulasi, oligouria, dan mungkin syok. Gejala : demam,
lekositosis, nyeri abdomen, muntah, Abdomen tegang, kaku, nyeri tekan, dan bunyi usus
menghilang.
Plan :
Diagnosis : didiagnosis apabila seseorang mengeluh nyeri perut kanan bawah dan
berdasarkan pemeriksaan fisik dan laboratorium memenuhi skor kalasaran untuk appendistis
Pengobatan : Penanganan berupa pemberian antibiotik, anti nyeri, anti muntah, dan
kosultasikan ke dokter ahli bedah
Pendidikan : dilakukan kepada pasien agar melakukan pola makan yang benar, menjaga
higienisnya.
Konsultasi : Dijelaskan perlunya segera dikonsultasikan ke dokter ahli bedah untuk segera
dilakukan penanganan operasi cito. Dengan tujuan mengangkat appendiks secara keseluruhan
agar progresivitas penyakit tidak berlanjut atau terjadi rekurensi penyakit
Rujukan : jika terjadi komplikasi serius yang harusnya ditangani di rumah sakit yang mempunyai
sarana dan prasarana yang memadai
Kontrol : (-)
Jeneponto, 16 Maret 2016
PESERTA
PENDAMPING
(dr.Hj.Sri Mulya)