Professional Documents
Culture Documents
Amerika
Beberapa waktu lalu dalam perjalanan ke Bali, di pesawat saya duduk bersebelahan
dengan seorang expat dari Amerika. Setelah saling menyapa, kami kemudian terlibat
dalam pembicaraan yang hangat. Kesan saya orang Amerika amat terbuka. Cepat
akrab. Namun ketika ketika saya ke Tokyo, situasinya sangat berbeda. Saya duduk
dengan orang Jepang. Rasanya memerlukan lebih banyak waktu untuk membuat
mereka merasa nyaman atau akrab dengan kita. Ya, saya mengerti. Ini ada kaitannya
dengan budaya. Budayanya beda. Dalam istilah ilmu sosial lebih dikenal dengan istilah
'high context' dan 'low context'. Istilah "high context" dan "low context" dipopulerkan oleh
Edward Hall untuk menggambarkan perbedaan budaya antar masyarakat. High Context
adalah suatu komunikasi dimana masyarakatnya memiliki hubungan yang dekat dalam
waktu yang cukup lama. Perilaku kulturalnya tidak eksplisit karena kebanyakan sudah
tahu apa yang harus dilakukan. Teman yang sudah lama saling kenal sering
menggunakan High Context atau pesan-pesan implisit yang tidak mungkin dimengerti
orang luar. Low Context adalah kebalikan dari High Context. Orang mempunyai
hubungan tetapi dalam waktu yang pendek dan karena alasan-alasan tertentu.
Komunikasi diatur dan disampaikan dengan jelas dan sangat spesifik. Jepang, Korea
dan China merupakan budaya-budaya High Context atau berkonteks sangat tinggi.
Sementara Amerika termasuk budaya Low Context atau berkonteks rendah. Orangorang Amerika sering mengeluh bahwa orang Jepang tidak pernah bicara langsung ke
pokok permasalahan. Komunikasi dalam budaya High Context dan Low Context jelas
berbeda. Bentuk komunikasi eksplisit atau verbal lebih tampak dalam budaya Low
Context seperti orang Amerika atau Eropa Utara. Orang-orang dari budaya Low context
sering dianggap terlalu cerewet, suka mengulang-ulang hal yang sudah jelas, dan
berlebih-lebihan. Orang-orang dalam budaya High Context mungkin dianggap tidak
terus terang, tidak terbuka dan misterius. Budaya High Context tidak menghargai
komunikasi verbal seperti budaya Low Context. Orang-orang yang lebih banyak bicara
dianggap lebih menarik oleh orang Amerika, tetapi orang yang kurang banyak bicara
dianggap lebih menarik di Jepang atau Korea. Budaya High Context lebih banyak
menggunakan komunikasi non verbal. Mereka amat dipengaruhi oleh isyarat-isyarat
kontekstual. Ekspresi wajah, ketegangan, tindakan, dan kecepatan interaksi lebih dapat
dirasakan oleh orang-orang dari budaya High Context. Orang-orang dari budaya High
Context mengharapkan agar orang memahami perasaan yang tidak diungkapkan, dan
isyarat-isyarat halus yang tidak dihiraukan oleh orang-orang dari budaya Low Context.
Cukup sulit untuk bergabung ke kelompok High Context jika anda adalah orang luar.
Anda tidak bisa langsung menjalin hubungan akrab. Sebaliknya orang luar amat mudah
untuk masuk ke dalam kelompok Low Context. Anda bisa langsung membina hubungan
akrab karena yang penting adalah anda menyelesaikan tugas, dan bukan perasaan
anda. Mengetahui perbedaan keduanya membuat anda lebih memahami situasi yang
anda hadapi dan lebih bijak dalam menempatkan diri anda. Terutama ketika anda
berhubungan dengan orang Jepang atau Amerika. Dasar budaya perusahaan Jepang
atau Amerika cukup dipengaruhi oleh akar budaya asal mereka, yaitu apakah mereka
termasuk high context atau low context ***
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/errysunarli/budaya-perusahaan-jepang-vsamerika_551bd0fa81331176019de0b4
2.
Proteksi secaa eksplisit maupun tak kentara terhadap persaingan asing di dalamnegri
untuk membelanjai pengembangan ekspor
3.
Tenaga kerja yang intlegent, disiplin dan keterampilan tinggi yang bersedia bekerja
dengan upah yang lebih rendah dibandngkan perusahaan di Negara-negara barat.
4.
5.
Tersedianya amodal dengan mudah aatas dasar tingkat bunga yang rendah.
6.
Sumber modal yang menerima tingkat perputaran yang rendah dari suatu masa
pelunasan yang cukup lama, yang memungkinkan perusahaan membuat rencana jangka
oanjang.
7.
Orientasi pada industry dengan teknologi menengah dan tinggi dengan merupakan
landasan indurtri abrat, dan suatu program yang aktif untuk menghapus (pashing out)
untuk industry yang di anggap using 9sunset atau sundown industries)
Bob widyahartono (20:1985) menyatakan bahwa keberhasilan jepang harus
dipahami sebagai hasil dari interaksi yang kompleks dari berbagai factor yang penting dan
dapat diklasifikasikan kedalam empat lingkup yakni : lingkungan sosiokultural,
lingkungan pemerintah-bisnis, lingkungan persaingan dan lingkungan organisasi.[3]
2.2. Perbedaan perusahaan jepang dan amerika
Jepang
Jepang dikenal dengan budaya on time alias tepat waktu dan sangat
menghargai waktu. Orang Jepang sangat setia pada perusahaan dan
menghargai pendapat orang lain. Budaya organisasi orang Jepang disebut
dengan Kaizen, yang artinya penyempurnaan berkesinambungan, yang
melibatkansemua anggota dalam hirarki perusahaan, baik manajemen maupun
karyawan. Metode Kaizen ini dilakukan dengan mengubah cara kerja karyawan sehingga
karyawan bekerja lebih produktif, tidak terlalu melelahkan, lebih efisien, dan
aman, serta memperbaiki peralatan dan memperbaiki prosedur kerja perusahaan.
Inti Budaya organisasi perusahaan
Pada intinya budaya organisasi perusahaan ibaratkan sengan isi yang sama
dengan bentuk yang berbeda-beda, Seperti yang diketahui bahwa budaya
organisasi merupakan kondisi, situasi, iklimserta lingkungan kerja dalam sebuah
organisasi yang lahir dan muncul dari nilai-nilai yang dibawa oleh founder khusus bagi
family bisnis (atau perusahaan yang di bangun oleh individu) dan munculdari kumpulan
pendiri organisasi tersbeut, yang tentu saja karena masing-masing individu
memilikikarakter yang berbeda sehingga budaya yang di hasilkan oleh masing-masing
organisasi tersebut juga akan berbeda-beda satu dengan lainnya. Budaya
organisasi muncul secara spontan danmembutuhkan waktu yang cukup untuk
dapat meresap di seluruh elemen dalam organisasitersebut, budaya organisasi ini
tentu saja akan memberikan karakter yang identik dari organiasitersebut yang
akan membedakan organisasi yang satu dengan organisasi yang lain. Budaya organisasi
membuat tiap agian di dalam organiasi tersebut mau tidak mau harus mengikuti
arus yang mengalir, karena jika tidak demikian maka bagian yang
berlawanan dengan cara kerja daribudaya organisasi tersebut akan hanyut
terbawa oleh arus utama yang ada yang artinya bahawa bagian tersebut tidak
cocok dengan situasi yang ada dalam organisasi tersebut.Budaya organisasi
merupakan suatu hal yang sangat penting bagi tiap perusahana
dalammenghadapi persaingan yang semakin ketat pada saat sekarang ini. Hal ini
dikarenakan, budaya organisasi akan memberikan karakter yang kuat bagi perusahaan,
dapat memberikan sebuahsistem kerja, pola pikir dan bertindak dan juga cara
mengahadapi sesuatu yang tentu saja akan unik dibandingan dengan perusahaan yang
lain. Perusahaan yang memiliki budaya kerja yang kuat,identik, original dan
berkarakter agan cenderung akan mudah bersaing dalam pasar
karena memiliki jiwa yang kuat. Budaya Organisasi seperti karakter sebiah
tim sepak bola diabaratkandimana tim dari negara Eropa seperti Jerman dan
Italia memiliki karakter yang sangat kuat ketika tergabung dalam sebuah tim,
dimana meskipun dalam tersebut individu yang memiliki kualitas
sangat bagus hanya sekitar 1-2 orang tetapi ketika tergabung dalam tim tersebut maka
akan dengansendirinya merasakan aura yang berbeda karena kuatnya
karakter yang ada dalam tim tersebut.Sperti kostukm dari tim sepak bola tersebut,
budaya organisasi memberikan sebuah karakter yang sadar atau tidak di sadari
oleh tiap elemen dalam perusahaan tersebut sebuah peran yang
identik yang menghasilan sebah kesatuan karakter yang kuat. Budaya organisasi
dapat berhasil menjadiroh dari perusahaan atau tidak tergantung mau atau tidaknya
elemen di dalam organisasi tersebut untuk berprilaku sesuai dengan budaya
organisasi tersebut, jika jumalh elemen yang kontra denganorganisasi tersebut
lebih banyak daripada yang pro terhadap arus budaya organisasi maka
tentuperusahaan tersebur akan mengalami sebuah masalah yang cukup
serius. Budaya organsiasi juga tidak perlu untuk di sesuaikan dengan kondisi
lingkungan bisnis perushaana tersebut, karena jika disesuaikan dengan sengaja
tetapi tidak sesuai dengan core asli budaya organisasi dari perusahaan yang telah ada
dan tumbuh akan memberikan dampak yang negatif bagi
keberlangsunganperusahaan itu sendiri.Sama seperti pakaian yang digunakan oleh
tiap orang, dimana meskipun pakain tresebut sama dalam ukuran maupun model
jika di gunakan oleh otrang-orang yang berbeda maka akan di lihat dan di
rasakan berbeda oleh baik yang di gunakan maupun yang melihat. Hal ini
dikarenakankarena baju tersbeut di buat dari bahan khusus untuk ukuran tubuh tertentu
sehingga meskipunada dua orang memakai baji yang sama hasilnya akan
berbeda, baik berbeda tetapi sama-sama baik atau malah berbeda terbalik
(bagus dan tidak bagus), sama seperti baju budaya organisasi yang sama dan telah
berhasil berjalan dalam tiap-tiap perusahaan akan sangat sulit diterapkan
olehperusahaan yang lain. Sama juga seperti pakaian tadi maka tiap orang
perlu untuk sedikit menyesuaikan ukuran serta aksesoris dari baju tersebut sehingga
model dan ukurannya akan cocok dengan tubuh dari orang tersebut, perusahana
yang ingin mengadapsi budaya kerja dari organisasilain perlu untuk
menyesuaikan budaya tersebut agar sesuai dengan ukuran serta
kondisiperusahaan baik secara internal maupun eksternal lingkungan perusahaan.
Proses penyesuaian inimerupakan hal yang sangat krusial bagi tiap perusahan yang
ingin mengadopsi bidaya organisasiperusahaan lain, aakah akan berhasil atau bahkan
hanya akan memberikan dampak buruk bagiperjalanan perusahaan
tersebut.Budaya Organsasi akan sangat membantu perusahaan ketika
perusahaan tersebut sedang mengalami tekanan keras dari luar atau dalam hal ini
adalah persaiangan dengan para kompetitor yang ada, hal ini dikarenakan budaya
organisasi yang kuat tersbeut akan memberikan kekuatanserta seperti invisible hand
yang membantu memberikan arah pagi perusahaan untuk bertarung menghadapi
persaingan. Pentingnya sebuah budaya organisasi yang kuat dari tiap-tiap
perusahaanmerupakan hal yang harus dimiliki dan dipunyai dengan demikian maka
setidaknya perusahaanakan memiliki karakter yang kuat di dalam industri tersebut.
Jadi budaya organisasi perusahaan sangangat beraneka ragam dan juga terbentuk
secara sepontankarna setiap karakter manusia atau indvidu memiliki karakter yang
berbeda dan vaktor lokasi dimana perusahaan itu berdiri dan dari Negara mana pendiri
perusahaan itu sangatlah berpengaruhterhadap karakter tersebut terbentukalah sebuah
budaya orgaisasi perusahaan, budaya organisasimemberikan sebuah karakter yang
sadar atau tidak di sadari oleh tiap elemen dalam perusahaantersebut sebuah peran
yang identik yang menghasilan sebah kesatuan karakter yang kuat. Dan juga hal ini di
pengaruhi dari factor cara pandang visi dan misi yang akan mereka buat
atau imech yang mereka buat untuk perusahaan tersebut.
Lain halnya dengan budaya Barat (Amerika Serikat). Inovasi adalah sebuah karya individu.
Sikap kapitalisme sangat berkembang. Sebagai misal, ketika seorang pekerja dapat memperoleh
keuntungan yang lebih besar di perusahaan lain, walaupun lebih mapan dan lebih lama bekerja di
perusahaan asal, maka tentu saja yang diutamakan adalah materi, mencari keuntungan yang
sebanyak-banyaknya. Dengan cara apapun. Ibaratnya seekor tikus. Maka akan mencari
bongkahan keju yang lebih besar. Berlomba-lomba untuk memperkenyang diri sendiri dahulu.
Prinsip kepemimpinan ditekankan di paradigma barat atau Amerika. Budaya feodal (perbedaan
harkat dan martabat antara petinggi dan bawahan) sudah menjadi barang yang wajar.
Dalam bukunya The Starbucks Experience, Joseph A. Michelli (seorang konsultan dan peneliti
di bidang manajemen) mencoba mengungkapkan rahasia suksesnya kedai kopi Starbucks. Ada
lima hal yang menjadikan perusahaan Amerika itu meraup sukses, bahkan sampai di Indonesia.
Prinsip pertama yakni Lakukan dengan cara anda. Prinsip kedua yakni Semuanya penting.
Prinsip ketiga Kejutan dan kenikmatan. Prinsip yang keempat adalah terbuka terhadap
kritik. Sedangkan yang terakhir adalah Leave your mark. Terlihat bahwa paradigma bisnis
Amerika sangat menghargai pelanggan dan mencoba memanjakan serta memenuhi semua
keinginan pelanggan. Howard Schultz adalah orang di belangan suksesnya Starbucks.
Contoh lain adalah di pabrik lampu GE (General Electric). Pabrik yang bercikal bakal dari
Thomas Alpha Edison. Diungkapkan Rothschild (2008), bahwa kunci sukses GE menerapkan
LATIN (Leadership, Adaptability, Talent, Influence and Network). Ada empat tahap kemajuan
suksesnya GE sampai saat ini.
Referensi :
Liker, Jeffrey K. Toyota Way. Jakarta : Erlangga. 2006.
Michelli, Joseph A. The Starbucks Experience. Jakarta : Erlangga. 2007.
Rotschild, William E. Rahasia Sukses GE. Jakarta : Salemba Empat. 2008.
Seng, Ann Wan. Rahasia Bisnis Orang Jepang. Jakarta : Hikmah. 2007.