You are on page 1of 9

ROLE OF EPIDEMIOLOGY IN PUBLIC HEALTH

TUGAS KELOMPOK
KESEHATAN MASYARAKAT INTERMEDIET

KELOMPOK 3
( BROMO )
Dewi Erma Latifah

1506704951

Desi Febriana Helmi

1506785886

Diah Ekawati

1506704970

Irfan Ardani

1506786415

Muhammah Febriansyah Akbar Ali

1506786604

Midiawati

1506786573

Nasrudin

1506786674

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS INDONESIA
2015

1. PERANAN

EPIDEMIOLOGI

DALAM

ASSESSMENT

STATUS

KESEHATAN

PENDUDUK
Assessment, pengembangan kebijakan dan jaminan kualitas pelaksanaan merupakan tiga
fungsi pokok kesehatan masyarakat. Ketiga fungsi ini melandasi misi utama kesehatan
masyarakat: (1) promosi kesehatan fisik dan mental, dan (2) pencegahan penyakit, kecelakaan
dan disabilitas. Lingkup assessment termasuk monitoring status kesehatan, identifikasi prioritas
masalah kesehatan, penyelidikan ancaman/bahaya kesehatan dalam masyarakat, dan evaluasi
efektivitas, aksesibilitas, dan kualitas pelayanan kesehatan.
Asesmen (penilaian) meliputi proses memperoleh data yang mendefinisikan kesehatan
penduduk secara keseluruhan dan kelompok tertentu dalam populasi, termasuk mendefinisikan
sifat masalah kesehatan baru dan yang sudah ada. Pengembangan kebijakan termasuk
mengembangkan rekomendasi berdasarkan bukti dan analisis pilihan lainnya, seperti analisis
kebijakan kesehatan, untuk memandu pelaksanaan termasuk upaya untuk mendidik dan
mengarahkan kepada kemitraan masyarakat. Jaminan meliputi tanggung jawab pengawasan
kesehatan masyarakat oleh pemerintah untuk memastikan bahwa komponen kunci dari sistem
kesehatan yang efektif, termasuk perawatan kesehatan dan kesehatan masyarakat, berada di
tempat meskipun pelaksanaannya akan sering dilakukan oleh orang lain (Riegelman, 2010).
Fungsi utama asesmen menurut Riegelman (2010) ada dua yaitu (1) memonitor status
kesehatan untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah kesehatan masyarakat, (2)
mendiagnosa serta menyelidiki masalah kesehatan dan bahaya kesehatan di masyarakat.
Kegiatan memonitor status kesehatan ini termasuk diagnosis yang akurat dari status kesehatan
masyarakat; identifikasi ancaman terhadap kesehatan dan penilaian kebutuhan pelayanan
kesehatan; pengumpulan data, analisis, dan akses terhadap publikasi informasi, pemanfaatan,
biaya, dan hasil pelayanan kesehatan secara tepat waktu. Diagnosa serta menyelidiki masalah
kesehatan dan bahaya kesehatan di masyarakat meliputi identifikasi epidemiologi dari ancaman
kesehatan yang muncul; kemampuan laboratorium kesehatan masyarakat menggunakan
teknologi modern untuk melakukan skrining cepat dan pengujian dalam jumlah yang banyak;
program epidemiologi penyakit menular aktif; dan kapasitas teknis untuk penyelidikan
epidemiologi dari wabah penyakit dan pola penyakit kronis dan cedera.
Epidemiologi merupakan salah satu alat utama dalam asesmen kesehatan masyarakat.
Epidemiologi merupakan ilmu yang mempelajari distribusi dan determinan keadaan atau
kejadian yang berhubungan dengan kesehatan pada populasi manusia dan penerapannya terhadap

pengendalian masalah kesehatan. Inti epidemiologi adalah penggunaan metode kuantitatif untuk
mempelajari penyakit dan faktor risiko dalam populasi manusia (Carr, Susan et.al. 2014).
Pada mulanya epidemiologi diartikan sebagai studi tentang epidemi. Hal ini berarti
epidemiologi

hanya

mempelajari

penyakit-penyakit

menular

saja,

tetapi

dalam

perkembangannya, epidemiologi juga mempelajari penyakit-penyakit non infeksi, sehingga


epidemiologi dapat diartikan sebagai studi tentang penyebaran penyakit pada manusia di dalam
konteks lingkungannya. Mencakup juga studi tentang pola-pola penyakit serta pencarian
determinan-determinan penyakit tersebut. Dalam batasan epidemiologi ini, sekurang-kurangnya
mencakup tiga elemen, yakni:
a. Mencakup semua penyakit
Epidemiologi mempelajari semua penyakit, baik penyakit infeksi maupun non-infeksi,
seperti kanker, penyakit malnutrisi, kecelakaan lalu lintas maupun kecelakaan kerja, sakit
jiwa dan sebagainya. Bahkan di Negara-negara maju epidemiologi ini mencakup juga
kegiatan pelayanan kesehatan.
b. Populasi
Apabila kedokteran klinik berorientasi pada gambaran gambaran penyakit individu, maka
epidemiologi ini memusatkan perhatiannya pada distribusi penyakit pada populasi
(masyarakat).
c. Pendekatan ekologi
Frekuensi dan distribusi penyakit dikaji dari latar belakang pada kesehatan lingkungan
manusia baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Hal inilah yang dimaksud
pendekatan ekologis. Terjadinya penyakit pada seseorang dikaji dari manusia dan total
lingkungannya (Notoatmodjo, 2007).
Model ekologi yang berbeda telah dipakai untuk menggambarkan hubungan timbal balik
dari faktor-faktor ini yang berkaitan dengan pejamu, agen dan lingkungan. Perubahan salah satu
dari tiga komponen ini, yang disebut sebagai segitiga epidemiologi, akan mempengaruhi
keseimbangan diantara komponen tersebut dan dengan demikian akan meningkatkan atau
menurunkan frekuensi penyakit (Mausner dan Bahn (1974) dalam Ridwan Amiruddin (2011) ).
Sehingga, penelitian tentang faktor penyebab (etiologi) perkembangan dari penyakit merupakan
salah satu orientasi utama epidemiologi. Secara kompleks, segitiga epidemiologi dan tiga
komponen yaitu waktu, tempat dan orang sering dipakai oleh para epidemiolog untuk
menggambarkan distribusi penyakit dan determinannya. Determinan yang mempengaruhi bisa
terdiri atas perilaku, kebudayaan, sosial, psikologi, biologi atau faktor fisik. Determinan
berdasarkan waktu berkaitan dengan peningkatan/penurunan selama bertahun-tahun, variasi

musim, perubahan tiba-tiba dari kejadian penyakit. determinan berdasarkan tempat dapat
dikarakteristikan berdasarkan Negara, zona iklim, tempat tinggal dan lebih umum berdasarkan
wilayah geografi. Determinan personal (orang) termasuk umur, jenis kelamin, kelompok suku,
genetik, dan perilaku individu. Studi tentang keterkaitan antara waktu, tempat dan orang
membantu untuk mengidentifikasi agen penyebab dan faktor-faktor lingkungan dan juga
menggambarkan riwayat alamiah penyakit yang kemudian memungkinkan epidemiolog untuk
menentukan target untuk intervensi dengan tujuan pencegahan penyakit (Detels, 2002).
Perspektif yang lebih luas direfleksikan dalam suatu definisi epidemiologi yang lebih
komprehensif yang dikemukakan oleh Last (2001); Studi tentang distribusi dan determinan
kesehatan yang berkaitan dengan keadaan atau kejadian pada populasi tertentu dan aplikasi dari
studi ini untuk mengontrol masalah-masalah kesehatan. Dalam arti yang lebih luas kesehatan
berhubungan dengan keadaan atau kejadian termasuk penyakit, penyebab penyakit, perilaku
seperti merokok, dan ketersediaan serta pemanfaatan pelayanan kesehatan. Berdasarkan definisi
ini maka tujuan akhir dari epidemiologi adalah untuk meningkatkan, menjaga, dan memulihkan
kesehatan.
Peranan epidemiologi dalam konteks program kesehatan adalah sebagai tool (alat) dan
sebagai metode atau pendekatan. Epidemiologi sebagai alat diartikan bahwa dalam melihat suatu
masalah kesehatan, selalu mempertanyakan siapa yang terkena masalah, dimana, dan bagaimana
penyebaran masalah serta kapan penyebaran masalah tersebut terjadi. Demikian pula pendekatan
pemecahan masalah tersebut selalu dikaitkan dengan masalah, dimana atau dalam lingkungan
bagaimana penyebaran masalah serta bilamana masalah tersebut terjadi. Kegunaan lain dari
epidemiologi khususnya dalam program kesehatan adalah ukuran-ukuran epidemiologi seperti,
prevalensi, point of prevalence, dan sebagainya dapat digunakan dalam perhitungan-perhitungan
prevalensi, kasus baru, case fatality rate, dan sebagainya. (Notoatmodjo, 2007).
2. LANGKAH SELANJUTNYA SETELAH HASIL ASSESSMENT DIKETAHUI
Asesmen menghasilkan informasi berupa kumpulan fakta atau komponen data yang
berhubungan dengan perlindungan dan peningkatan kesehatan populasi dan komunitas. Dalam
kesehatan masyarakat, informasi ini digunakan untuk (Carr, Susan et.al. 2014):
a. Memahami masalah kesehatan masyarakat. Menilai sifat, keparahan, dan distribusi status kesehatan
dan determinan yang buruk dalam populasi. Selanjutnya mengidentifikasi masalah kesehatan mana
yang memiliki cukup bukti.
b. Mengembangkan intervensi dan menetapkan prioritas. Mengidentifikasi dan mengembangkan
intervensi untuk menangani status kesehatan yang buruk dan, berdasarkan pada sumber daya yang

tersedia, memilih gabungan intervensi yang tepat untuk mencapai peningkatan status kesehatan yang
maksimal.
c. Menangani masalah kesehatan masyarakat dengan mengimplementasikan berbagai intervensi.
Implementasi intervensi ini mencakup juga pemantauan keberhasilan pengimplementasian intervensi
dan dampaknya terhadap kesehatan populasi.
Rapid Health Assessment (penilaian kesehatan secara cepat) dilakukan untuk mengatur
besarnya suatu masalah yang berkaitan dengan kesehatan akibat bencana, yaitu dampak yang
terjadi maupun yang kemungkinan dapat terjadi terhadap kesehatan, sebarapa besar kerusakan
terhadap sarana permukiman yang berpotensi menimbulkan masalah kesehatan dan merupakan
dasar bagi upaya kesehatan yang tepat dalam penanggulangan selanjutnya. Assessment terhadap
kondisi darurat merupakan suatu proses yang berkelanjutan. Artinya seiring dengan
perkembangan kondisi darurat diperlukan suatu penilaian yang lebih rinci. Tujuan dari
dilakukannya assessment awal secara cepat adalah:
1. Mendapatkan informasi yang memadai tentang perubahan keadaan darurat
2. Menjadi dasar bagi perencanaan program
3. Mengidentifikasi dan membangun dukungan berbasis self-help serta aktivitas-aktivitas berbasis
masyarakat
4. Mengidentifikasi kesenjangan, guna :
a.

Menggambarkan secara tepat dan jelas jenis

bencana, keadaan, dampak, dan kemungkinan terjadinya perubahan keadaan darurat


b.
Mengukur dampak kesehatan yang telah terjadi dan
akan terjadi
c.

Menilai

kapasitas sumber daya yang ada dalam

pengelolaan tanggap darurat dan kebutuhan yang perlu direspon secepatnya


d.
Merekomendasikan tindakan yang menjadi prioritas
bagi aksi tanggap darurat.
Berdasarkan dari RHA untuk menentukan langkah selanjutnya;
1.
2.
3.
4.

Pengendalian penyakit menular (ISPA, diare, DBD, chikungunya, tifoid, dll)


Pelayanan kesehatan dasar
Surveilans penyakit
Memperbaiki kesehatan lingkungan (air bersih, MCK, pengelolaan sampah, sanitasi makanan, dll)

Surveilans bencana sangat penting, secara garis besar manfaatnya adalah:


1. Mencari faktor resiko ditempat pengungsian seperti air, sanitasi, kepadatan, kualitas tempat
penampungan.

2. Mengidentifikasi Penyebab utama kesakitan dan kematian sehingga dapat diupayakan pencegahan.
3. Mengidentifikasi pengungsi kelompok rentan seperti anak-anak, lansia, wanita hamil,sehingga lebih
memperhatikan kesehatannya.
4. Pendataan pengungsi di wilayah, jumlah, kepadatan, golongan, umur, menurut jenis kelamin.
5. Mengidentifikasi kebutuhan seperti gizi
6. Survei Epidemiologi.
Para ahli epidemiologi telah mengembangkan survei baru dan metode untuk secara cepat
menilai status nutrisi penduduk yang mengungsi, dan usaha pertolongannya sebagai prioritas
utama. Selanjutnya memonitor status nutrisi populasi sebagai respon atas kualitas dan tipe
makanan yang dibagikan. Perkiraaan epidemiologi secara cepat membuktikan ketidak tersediaan
secara optimal dari distribusi makanan sementara kondisi kesehatan terus-menerus berubah.
3. THE ROLE OF APPLIED EPIDEMIOLOGY

METHODS IN THE DISASTER

MANAGEMENT CYCLE
Contoh penerapan epidemiologi dalam asesmen kesehatan masyarakat adalah penggunaan
epidemilogi dalam penanggulangan bencana, seperti yang ditulis oleh Josephine Malilay et. all.
dalam jurnal berjudul The Role of Applied Epidemiology Methods in The Disaster Management
Cycle. American Journal of Public Health ; November 2014, Vol 104, No. 11.
Disaster epidemiology is the practice of applied epidemiology during a disaster to generate
scientifically sound information about the health effects of the disaster and to inform decisions
about resource allocation and other mitigating actions
Specifically, disaster epidemiology encompasses rapid needs assessment, surveillance,
tracking, research, and evaluation, executed in response to a large-scale emergency or disaster.
These activities assist decision makers by providing situational awareness for characterizing an
incidents immediate effects on human health, short- and long-term consequences, and impacts of
targeted actions and interventions. For example, information generated by public health
surveillance is useful for describing the types and severity of postdisaster injuries and illnesses
and causes of mortality. Surveillance systems may rapidly detect outbreaks or clusters of illness in
shelters for displaced populations or in base camps housing response workers. Epidemiological
methods are used for measuring disaster-related impacts on affected populations and demands on
health care delivery systems, as well as evaluating the effectiveness of health interventions and
disease control efforts after an event. Evaluation of a response can also improve future public
health preparedness planning.
Epidemiological methods have been developed to assess the scope of public health problems
in communities. These methods provide information about the effects on peoples physical and

mental health as well as social and community needs for life-saving or life-preserving decisions,
controlling the spread of rumors, gauging medical needs, and assessing impacts on health care
systems. Successful applications of epidemiology in disaster settings are largely contingent on
recognizing opportunities to collect actionable information for developing or evaluating
interventions to preserve health and save lives. Examples include identifying risk factors and
prevention measures for minimizing injuries and deaths from CO poisoning, identifying
complications from crush injuries of earthquake victims, and informing strategies for preventing
unintentional drowning during floods and hurricanes. Evaluating the effectiveness of intervention
strategies helps to identify mitigating actions that should be incorporated into disaster planning
and preparedness.
Epidemiology-based activities can enhance situational awareness during an emergency and
contribute to better understanding, resource allocation, and messaging during and after the event.
Disaster epidemiology activitiesrapid needs assessments, surveillance, registries, investigations,
and studiescan be applied routinely throughout the disaster management cycle to provide
actionable information about health status and resource needs among communities and workers to
incident managers and other stakeholders. Epidemiological information supplied in real time
during disaster events ultimately contributes to saving lives and reducing morbidity and mortality.
Rapid needs assessments employ survey sampling techniques in field settings to rapidly determine
the health status and basic needs of an affected community in a statistically valid manner for
actionable response.
Public health surveillance techniques characterize the health burden of the disaster, target
response efforts, identify interdisaster outbreaks or clusters of conditions, and describe the
distribution of adverse health events on specific populations. Health surveillance in disaster
settings is the systematic collection, analysis, interpretation, and dissemination of health data to
characterize the burden of disaster-related morbidity and mortality in an affected community and
among emergency responders. Tallies of specific illnesses, injuries, and deaths measure the scope
and magnitude of a disaster and the evolving conditions that follow. Timely information about
direct and indirect adverse health outcomes may inform decision-making and planning by incident
managers and public health authorities.
Health care facility surveillance. Initial surveillance during disasters often relies on existing
systems where possible. Hospitals, clinics, provider offices, and laboratories are typically the
primary sources of initial surveillance data during a disaster or emergency. When there is a stable,
functioning health care infrastructure (e.g., during the 2009 influenza A H1N1 pandemic), existing
systems will provide the most reliable and timely data. Monitoring utilization at medical facilities

helps public health authorities characterize service demands and available emergency and
inpatient resources. It also enables authorities to direct the transportation of patients to locations
with the best capacity and resources to meet the demand for care. Provider reporting often reveals
early information about unfolding incidents and outbreaks. Poison control centers may document
concerns about chemicals or products from clinicians and the public at large.
When a public health emergency is declared, public health officials may opt to contact health
care facilities treating evacuees to request active reporting on certain conditions or syndromes
related to the disaster.
Epidemiological investigations and studies serve other purposes. (1) They can validate or
refute specific behavioral responses and safety messages. For example, advice to take cover under
highway overpasses when tornadoes approach has been found on printed government materials,
but could increase the risk of injury or death by encouraging individuals to seek shelter, rather
than sheltering in place. (2) They can enhance communication strategies by identifying effective
languages and media for promoting behavioral change during warning, response, and recovery
phases. (3) They can aggregate information from multiple disasters to identify commonalities or
patterns at a broader level. Lessons learned in retrospect may be applied to successfully managing
future incidents.

DAFTAR PUSTAKA
Amiruddin, Ridwan. 2011. Peranan Epidemiologi dalam Perencanaan Kesehatan. Makassar: Bagian
Epidemiologi FKM Universitas Hasanuddin.
Carr, Susan; Unwinn, Nigel; Mulloli, Tenja Pless. 2014. Kesehatan Masyarakat & Epidemiologi:
Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Detels, Rogers. 2002. Oxford Textbook of Public Health 4th Edition. Oxford: Oxford University Press

Malilay, Josephine, et all. The Role of Applied Epidemiology Methods in The Disaster Management
Cycle. American Journal of Public Health ; November 2014, Vol 104, No. 11.
http://www.p2kp.org. Modul Khusus Fasilitator Pengelolaan Penanganan Bencana. Diakses tanggal
12-04-2014.
Mardiah, dkk. 2011. Epidemiologi untuk Kebidanan. Jakarta : EGC
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta.
Nugrahaeni, D.K. 2011. Konsep Dasar Epidemiologi. Jakarta : EGC
Priambodo, S.A. 2009, Panduan Praktis Menghadapi Bencana. Yogyakarta : Kanisius
Pusat Studi Kebijakan Kesehatan dan Sosial. 2007. Pengelolaan Kesehatan Masyarakat dalam
Kondisi Bencana. Yogyakarta : Yudhistira.
Riegelman, Richard. 2010. Public Health 101: Healthy People-Healthy Populations. Canada: Jones
And Bartlett Publishers.
Widyastuti, P (Ed.). 2006. Bencana Alam. Jakarta : EGC.

You might also like