Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kreatinin merupakan produk penguraian keratin. Keratin disintesis
dihati dan terdapat dihampir semua otot rangka yang berikatan dengan
dalam bentuk keratin fosfat (creatin phosphate) suatu senyawa penyimpan
energi. Dalam sintetis ATP (adenosine triphosphate) dari ADP (adenosine
diphosphate), keratin fosfat diubah menjadi keratin dengan katalisasi
enzim keratin kinase (creatin kinase) seiring dengan pemakaian energy,
sejumlah kecil diubah menjadi irreversible menjadi keatinin, yang
selanjutnya difiltrasi oleh glomerulus dan diekskresikan dalam urin.
Jumlah kreatinin yang dikeluarkan oleh seseorang setiap hari lebih
bergantung pada massa otot total daripada aktivitas otot atau tingkat
metabolism protein, walaupun keduanya juga menimbulkan efek.
Pembentukan kreatinin harian umumnya tetap, kecuali jika terjadi cedera
fisik yang berat atau atau penyakit degeneratif yang menyebabkan
kerusakan masif pada otot.
Pemeriksaan ureum dan kreatinindigunakan sebagai parameter tes
fungsi faal ginjal. Ureum merupakan senyawa kimia yang menandakan
fungsi ginjal masih normal. Oleh karena itu, tes ureum selalu digunakan
untuk melihat fungsi ginjal kepada pasien yang diduga mengalami
gangguan organ ginjal.
Kreatinin darah meningkat jika fungsi ginjal menurun. Oleh akrena
itu kreatinin dianggap lebih sensitive dan merupakan indikator khusus
pada penyakit dibandingkan uji kadar nitrogen urea, sedikit peningkatan
kadar
nitrogen
urea
dapat
menandakan
terjadinya
hipovolemia
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, ada beberapa rumusan masalah,
diantaranya :
1. Apa yang dimaksud dengan kreatinin ?
2. Bagaimana metabolisme kreatinin dalam tubuh ?
3. Faktor apa yang mempengaruhi kadar kreatinin ?
4. Bagaimana metode pemeriksaan kreatinin ?
5. Apa hubungannya ginjal dengan kreatinin ?
6. Bagaimana pemeriksaan kreatinin cara deproteinasi ?
7. Apa manfaat pemeriksaan kreatinin ?
8. Apa golongan obat-obat Kreatinin ?
1.3
Tujuan Makalah
Adapun tujuan makalah ini berdasarkanrumusan masalah diatas,
diantaranya :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
1.4
Manfaat Makalah
Ada beberapa manfaat dalam penyusunan makalah ini adalah :
Sebagai informasi kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga
kesehatan organ tubuh dan memberikan informasi tentang hubungan kadar
kreatinin terhadap ginjal.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Kreatinin
Kreatinin adalah produk protein otot yang merupakan hasil akhir
metabolisme otot yang dilepaskan dari otot dengan kecepatan yang hampir
konstan dan diekresika dalam urin dengan kecepatan yang sama. Kreatinin
diekresikan
oleh
ginjal
melalui
kombinasi
filtrasi
dan
sekresi,
konsentrasinya relatif konstan dalam plasma dari hari ke hari, kadar yang
lebih besar dari nilai normal mengisyaratkan adanya gangguan fungsi
ginjal (Corwin J.E, 2001).
Peningkatan dua kali lipat kadar kreatinin serum mengindikasikan
adanya penurunan fungsi ginjal sebesar 50%, demikian juga peningkatan
kadar kreatinin tiga kali lipat mengisyaratkan penurunan fungsi ginjal
sebesar 75% (Soeparman dkk, 2001).
2.2
Metabolisme Kreatinin
Kreatinin adalah anhidrida dari kreatin, ia dibentuk sebagian besar
dalam otot dengan pembuangan air dari kreatinfosfat secara tak reversibel
dan non enzimatik. Kreatinin bebas terdapat dalam darah dan urin.
Pembentukan kreatinin rupanya adalah langkah permulaan yang
diperlukan untuk eksresi sebagian besar kreatinin (Harper H.A, 1999).
2.3
Faktor
yang
mempengaruhi
kadar
kreatinin
dalam
darah,
diantaranya adalah :
a. Perubahan massa otot.
b. Diet kaya daging meningkatkan kadar kreatinin sampai beberapa jam
setelah makan.
c. Aktifitas fisik yang berlebihan dapat meningkatkan kadar kreatinin darah.
d. Obat obatan seperti sefalosporin, aldacton, aspirin, da co-trimexazole
dapat mengganggu sekresi kreatinin sehingga meninggikan kadar kreatinin
darah.
4
2.5
2.5.1
Fungsi Ginjal
Ginjal mempunyai berbagai fungsi antara lain:
1. Pengeluaran zat sisa organil, seperti urea, asam urat, kreatinin dan produk
penguraian hemoglobin dan hormon.
darah.
7. Pengeluaran zat beracun dari zat tambahan makanan, obat-obatan atau zat
kimia asing lain dari tubuh (Hudok CM, 1999; Sloane E, 2003; Gibson J,
2002)
2.5.2
Pemeriksaan Kreatinin
2.6.1
Cara Deproteinasi
B,
sefalosporin
(sefazolin,
sefalotin),
aminoglikosid
rusak,
hilangnya
unsur-unsur
penting
sel,
menggangu
metabolisme dan matinya sel jamur. Efek lain pada membran sel jamur
yaitu amfoterisin B dapat menimbulkan kerusakan oksidatif terhadap sel
jamur.
Interaksi obat :
Amfoterisin B dapat menambah efek nefrotoksik obat lain seperti
antibiotik aminoglikosida, siklosporin, antineoplastik tertentu sehingga
kombinasi obat diatas harus hati-hati. Kombinasi obat amfoterisin B
dengan kortikosteroid atau digitalis glikosid dapat menimbulkan
hipokalemi.
Efek Samping:
Bila diberikan secara parenteral: Anoreksia, nausea, muntah, diare,
sakit perut; demam, sakit kepala, sakit otot dan sendi; anemia; gangguan
fungsi ginjal (termasuk hipokalemia dan hipomagnesemia) dan toksisitas
ginjal; toksisitas kardiovaskuler (termasuk aritmia); gangguan darah dan
neurologis (kehilangan pendengaran, diplopia, kejang, neuropati perifer);
gangguan fungsi hati (hentikan obat); ruam; reaksi anafilaksis.
Dosis:
Oral: untuk kandidiasis intestinal, 100-200 mg tiap 6 jam. Bayi dan
Anak-anak, 100 mg 4 kali sehari. Injeksi intravena: infeksi jamur sistemik,
10
pendarahan,
trombositopenia,
anemia
11
hemolitik
REVIEW JURNAL
PENGARUH EKSTRAK METANOL DAUN KESUM (Polygonum minus
Huds.) TERHADAP PENINGKATAN KADAR KREATININ
DAN UREUM SERUM TIKUS PUTIH GALUR WISTAR
TERINDUKSI SISPLATIN
Michael1, Indri Kusharyanti2*, Isnindar3*
1. Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura
2. Bagian Farmasi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura
3. Bagian Biologi Farmasi Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura
* Pembimbing
ABSTRAK
13
14
2.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan adalah simplisia daun kesum, methanol teknis,
akuades, larutan basa ammonia 1%, Kloroform, HCl, pereaksi Mayer dan
Dragendorf, larutan FeCl3, serbuk magnesium, asam asetat glasial, larutan
H2SO4 pekat, CMC 1%, Sisplatin (Ebewe), Reagen Ureum (Analyticon),
Reagen Kreatinin (Analyticon).
3. Prosedur
3.1 Skrining Fitokimia
Skrining fitokimia menggunakan uji tabung. Adapun uji skrining fitokimia yang
dilakukan meliputi pemeriksaan alkaloid, polifenol, tanin, flavonoid, steroidtriterpenoid dan saponin.
3.2 Perlakuan Pada Hewan Uji
Hewan uji dipisahkan menjadi 5 kelompok dengan masing-masing kelompok
terdiri dari 3 ekor tikus. Kelompok kontrol normal diberikan suspensi CMC 1%
selama 10 hari, kelompok perlakuan dosis diberikan suspensi ekstrak metanol
dalam CMC 1% dengan dosis 1 (8,664 mg/ 200 grBB), dosis 2 (17,328 mg/ 200
grBB dan dosis 3 (34,656 mg/ 200 grBB) selama 10 hari berturut-turut, kelompok
kontrol sisplatin diberikan siplatin 5 mg/ kgBB (Ebewe) pada hari kelima secara
intra-peritoneal. Semua kelompok perlakuan dosis pada hari kelima diberikan
sisplatin secara intraperitoneal dengan dosis 5mg/kgBB. Setelah perlakuan semua
hewan diterminasi pada hari ke-10 dan diambil darahnya. Darah disentrifugasi
pada kecepatan 1300 rpm selama 20 menit dan diambil bagian serum.
3.3 Pengukuran Ureum dan Kreatinin
Pengukuran ureum dan kreatinin dilakukan di Unit Lab Kesehatan Kalimantan
Barat. Reagen ureum dan kreatinin yang digunakan adalah kit reagen produksi
Analyticon@..
3.4 Analisis Data
Hasil data yang diperoleh diolah dengan menggunakan SPSS 17.0 for windows.
Data diuji komparatif menggunakan uji statistik One Way ANOVA menggunakan
Post Hoc Test Multiple Comparisons-Tukey HSD.
16
4. Hasil
1 Skrining Fitokimia
Hasil skrining fitokimia terhadap ekstrak metanol daun kesumditunjukkan bahwa
Alkaloid, Polifenol, Flavonoid, Steroid- Triterpenoid, Saponin. Hasilnya
semuanya positif.
2. Kreatinin
Berdasarkan hasil analisis kadar kreatinin dengan metode Tukey HSD
menunjukkan bahwa kelompok control sisplatin memiliki p < 0.05 dengan
kelompok perlakuan lainnya. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kadar kreatinin
serum tikus mempunyai perbedaan bermakna antara control sisplatin dengan
kelompok CMC 1%, dosis1, dosis 2 dan dosis 3. Hal ini menunjukkan bahwa
ketiga variasi dosis ekstrak methanol daun kesum memiliki kemampuan dalam
menurunkan kadar kreatinin pada tikus yang menandakan terjadi perlindungan sel
ginjal akibat pemberian ekstrak daun kesum.
Hasil uji statistik terhadap ketiga variasi dosis tidak menunjukkan adanya
perbedaan kemampuan ekstrak methanol daun kesum dalam menurunkan kadar
kreatinin dan ureum yang ditunjukkan bahwa tidak adanya perbedaan bermakna
antara dosis1, dosis 2 dan dosis 3. Hal ini mungkin dikarenakan oleh terjadinya
reseptor yang telah jenuh pada dosis 2 dan dosis 3 atau terjadi kompetitif reseptor
antara ekstrak dan TNF-. Maka dari itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
menggunakan rentang dosis yang lebih lebar untuk melihat farmakokinetik
ekstrak.
5. Pembahasan
Penelitian dilakukan untuk melihat efek pemberian ekstrak metanol daun kesum
terhadap penurunan kadar kreatinin dan ureum serum tikus putih jantan yang
meningkat
akibat
induksi sisplatin.Pengkondisian
nefroktoksik dilakukan
17
Analisis biokimia yang dilakukan yaitu kadar kreatinin dan ureum. Bila ginjal
rusak atau kurang baik fungsinya maka kadar ureum darah dapat meningkat dan
meracuni sel-sel tubuh karena terjadi penurunan proses filtrasi glomerulus.
Kreatinin serum secara khusus berguna dalam mengevaluasi fungsi glomerulus.
Kreatinin serum dinilai lebih sensitif dan merupakan indikator penyakit ginjal
yang lebih spesifik. Kreatinin serum ini kemudian meningkat dan tidak di
pengaruhi oleh diet atau masukan cairan8. Data hasil pemeriksaan biokimia
pengujian efek ekstrak metanol daun kesum terlihat bahwa Pengukuran kadar
kreatinin memberikan hasil yang sama dengan kadar ureum, dimana pada
kelompok perlakuan dengan pemberian dosis ekstrak daun kesum, kadar kreatinin
serum mengalami penurunan atau lebih rendah dibanding pada kontrol sisplatin.
Ini menandakan terjadi perlindungan sel ginjal akibat pemberian ekstrak daun
kesum. Kadar kreatinin dosis 1 sebesar 1,07 mg/dl, dosis 2 sebesar 1,07 mg/dl,
dosis 3 sebesar 1,03 mg/dl dan CMC 1% sebesar 1,00 mg/dl. Pada control
sisplatin terjadi peningkatan kadar kreatinin yang tinggi sebesar 1,83 mg/dl jika
dibandingkan dengan kelompok perlakuan dosis maupun CMC 1%. Salah satu
penyebab meningkatnya kadar ureum dan kreatinin adalah radikal bebas. Radikal
bebas merupakan mekanisme nefrotoksik dari sisplatin dan antioksidan dapat
melindungi dari nefrotoksik. Radikal bebas dan ROS (Reactive Oxygen Species)
menginduksi stress oksidatif dalam ginjal1. Peningkatan radikal bebas dan ROS
akan menyebabkan terjadinya kematian sel dimana isi-isi sel yang keluar akan
berikatan dengan protein fibronektin didalam lumen tubular. Hal ini akan
menyebabkan penyumbatan berupa silinder sehingga kreatinin dan ureum tidak
dapat dikeluarkan dengan dengan baik. Penurunan kadar ureum dan kreatinin
diduga dikarenakan efek biologis dari kandungan senyawa metabolit sekunder
yang terkandung di dalam daun kesum.
Mekanisme dari metabolit sekunder dalam menurunkan kadar ureum dan kreatinin
diduga berdasarkan aktivitas antioksidan. Seperti yang dipaparkan dalam hasil
skrining fitokimia ekstrak metanol daun kesum, maka terdeteksi kandungan
flavonoid, alkaloid, polifenol, tanin, saponin dan triterpenoid. Senyawa flavonoid,
18
polifenol dan tanin diduga kuat merupakan senyawa yang bertanggung jawab
terhadap aktivitas antioksidan. Aktivitas antioksidan pada senyawa flavonoid,
fenolik dan tanin dikarenakan ketiga senyawa tersebut adalah senyawa-senyawa
fenol, yaitu senyawa dengan gugus OH yang terikat pada karbon cincin
aromatik. Senyawa fenol ini mempunyai kemampuan untuk menyumbangkan
atom hidrogen.
Kreatinin merupakan suatu metabolit kreatin dan dieskresikan seluruhnya
dalam urin melalui filtrasi glomerulus. Oleh karena itu, meningkatnya kadar
kreatinin merupakan indikasi dari rusaknya fungsi ginjal. Kadar kreatinin sendiri
tidak dipengaruhi oleh asupan makanan atau minuman sehingga dianggap lebih
sensitif dan merupakan indikator khusus penyakit ginjal. Selain itu, sintesis
kreatinin relatif konstan yang dapat menggambarkan pengeluaran kreatinin dari
ginjal. Kadar kreatinin dan ureum bukanlah satu-satunya indikator kerusakan
ginjal, tetapi perlu dikonfirmasi lagi dengan histology jaringan ginjal.
6. Kesimpulan
Kesimpulan hasil penelitian yaitu golongan senyawa yang terdapat didalam
ekstrak metanol daun kesum adalah alkaloid, tanin, saponin, flavonoid,
triterpenoid dan polifenol. Dosis 1 (8,664 mg/200 grBB), dosis 2 (17,328 mg/200
grBB) dan dosis 3 (34,656 mg/200 grBB) merupakan dosis ekstrak metanol yang
dapat menurunkan kadar ureum dan kreatinin serum pada tikus putih jantan galur
wistar yang meningkat akibat induksi sisplatin.
19
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Kreatinin merupakan produk protein otot yang merupakan hasil akhir
metabolisme otot yang dilepaskan dari otot dengan kecepatan yang hampir
konstan dan diekresika dalam urin dengan kecepatan yang sama. Kadar kreatinin
yang tinggi dapat mengindikasikan bahwa adanya kerusakan di dalam fungsi
ginjal utamanya didalam glomerulus.
20
DAFTAR PUSTAKA
C. Pearce, Evelyn. 2002. Anatomi Fisiologi untuk Paramedis, Jakarta:
Gramedia.
Guyton, Arthur C. & John E. Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi
9,
Soeparman, dkk. 2001. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI.
Sylvia & Lorraine. 1994. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses Penyakit. Jakarta :
Penerbit Buku
Kedokteran, EGC.
21