Professional Documents
Culture Documents
Telah catat pada awal chapter ini bagaimana kelompok penelitian akuntansi yang lain seperti pasar
modal dan teori agensi tidak memperlengkapi dengan jawaban pertanyaan tentang bagaimana
orang-orang menggunakan dan memproses informasi akuntansi. Untuk mengisi kekosongan
membutuhkan penelitian yang secara spesifik menguji aktivitas pengambilan keputusan yang
menyiapkan (penyaji), pengguna, dan auditor informasi akuntansi.
BAR dapat memberikan arti berharga dalam jenis cara yang berbeda pada hasil, proses, dan reaksi
pengambil keputusan pada fakta-fakta (keterangan) informasi akuntansi dan metode komunikasi.
Kita dapat menggunakannya untuk memperbaiki pengambilan keputusan dalam berbagai macam
cara.
BAR berpotensi menyediakan informasi yang bermanfaat untuk regulator akuntansi seperti
Australian Accounting Standart Board (AASB). Sebagai tujuan pokok akuntansi adalah untuk
menyediakan informasi bermanfaat untuk keputusan, anggota AASB terus berhadapan dengan
masalah dimana metode akuntansi dan apa tipe pengungkapan yang akan terbukti bermanfaat
untuk pengguna laporan keuangan (financial statement).
BAR juga dapat mengarahkan pada efisiensi dalampraktek kerja akuntan dan profesi yang yang lain.
Seperti, keahlian senior dan pengalaman anggota sebuah perusahaan akuntansi dapat dicatat dan
dimanfaatkan oleh metode BAR untuk mengembangkan sistem keahlian yang terkomputerisasi
untuk suatu variasi dalam konteks pengambilan keputusan (decision making).
Istilah BAR pertama kali muncul dalam literatur pa tahun 1967, tetapi penelitian HJT menjadi pondasinya
dalam literature psikologi dengan karya seminal Ward Edward pada tahun 1954. Aplikasi penelitian pada
akuntansi dan auditing dapat terima tahun 1974 ketika Ashton mempublikasikan sebuah studi
percobaan (experimental) pertimbangan internal control oleh auditor.
Perkembangan penelitian HJT dalam akuntansi memberikan banyak pada adaptasi metode
penelitian telah digunakan dengan baik dalam literatur psikologi, model Brunswik lens. Teknik ini
mewakili pendekatan penelitian baru yang sangat kuat yang dapat diaplikasikan pada pertanyaan lama
yang memperhatikan pengguna data.
Dasar tujuan penelitian HJT adalah untuk menjelaskan cara yang orang-orang gunakan dan
bagian proses informasi akuntansi (dan yang lain) dalam suatu fakta konteks pengambilan keputusan.
Kita gambarkan proses pengambilan keputusan seseorang adalah sebuah model. Sehingga, contohnya,
kita mungkin menggunakan penelitian teknik HJT terhadap model (atau menggambarkan) cara yang
petugas pinjaman bank proses dengan berbagai cara pokok informasi akuntansi (atau isyarat seperti
yang mereka sebutkan) seperti laba dan angka arus kas untuk suatu keputusan tentang apakah untuk
menyetujui suatu pinjaman dari suatu perusahaan.
Walaupun model brunswik lens metode yang mendominasi untuk pongembangan model
pembuatan keputusan, juga terdapat dua pendekatan penelitian. Satu di sebut process tracing, yang
lain diketahui sebagai paradingma probabilistic judgement, dimana dalam memprosess keputusan
mewakili kemungkinan pernyataan berdasarkan pada dalil Baye. 3 Pendekatan yang lain untuk
menjelaskan (modelling) pembuatan keputusan adalah: availability, anchoring dan adjusment, dan
expert judgment
Dengan Brunswik lens model peneliti dapat mendapatkan seberapa penting sebuah informasi dalam
model tersebut, apakah signifikan bagi model atau tidak. Selain itu model juga dapat menentukan
hubungan dari pengambil keputusan dengan informasi bagi mereka. Selain itu kita juga dapat tahu
pentingnya informasi dari sudut pandang yang berbeda, misalkan seorang manajer melihat bahwa profit
merupakan informasi yang sangat penting padahal stakeholder tidak melihat profit sebagai informasi
yang sangat penting. Dengan demikian kita dapat merubah pola pandang manajamen untuk
menghasilkan hasil yang lebih baik. Penggunaan model ini telah membuka jalan bagi penemuan penting
sebagai berikut :
Akurasi dari pengambil keputusan dari berbagai bidang dalam memprediksi dan mengevaluasi
Tingkat sudut pandang yang dimiliki pengambil keputusan mengenai pola data
Decision tree yang diturunkan dari metode process tracing secara intuitif adalah deksriptor yang
baik mengenai proses pengambilan keputusan manusia . namun, relative terhadap model lens Brunswik,
metode process tracing tidak selalu merupakan prediktor yang baik. Hal ini karena pembuat keputusan
seringkali mengalami kesulitan dalam menjelaskan semua langkah yang mereka lalui.
Peneliti mencoba mengatasi keterbatasan kedua model tersebut dengan menkombinasikan
kekuatan deskriptif dan prediktif dua pendekatan tersebut, misalnya dengan sebuah teknik statistic yang
dikenal sebagai classification and regression trees (CART). CART menggunakan metode statistik untuk
membagi (memisahkan) ouput prasangka pembuat keputusan ke dalam noda-noda yang
memaksimalkan kekuatan model untuk memprediksi secara tepat klasifikasi kasus-kasus yang berbeda
kedalam tipe keputusan yang tepat. CART mengkombinasikan kekuatan dominan untuk secara tepat
mengklafikasikan rekomendasi analisis dengan dekskriptor intuitif tentang proses pengambilan
keputusan mereka.
Probabilistic Judgement
Model ini berguna untuk melihat situasi akuntansi dimana kepercayaan awal mengenai prediksi atau
evaluasi harus direvisi ketika ada bukti baru. Model ini berpendapat bahwa cara yang paling tepat secara
normative untuk merevisi kepercayaan awal ini, dinyatakan sebagai probabilitas subjektif, adalah
dengan mengaplikasikan teorama Bayes (sebuah tenet dasar mengenai teori kondisional probabilitas).
Teorema Bayes menyatakan bahwa probabilitas revisi karena adanya bukti tambahan sama dengan
kepercayaan awal dikalikan dengan seberapa banyak ekspektasi awal harus direvisi. Revisi yang
melibatkan auditor dan akuntan memberikan bukti bahwa akuntan dan auditor memilki serangkaian
rules of thumb karena kompleksitas tipe judgement yang harus mereka buat dengan keterbatasan
informasi yang mereka miliki.
Lens Model Studies --- The Evidence
Dengan menggunakan model lens sebagai alat riset memungkinkan adanya analisis konsistensi
judgement, apakah model perilaku manusia dapat memprediksi lebih akurat daripada manusia itu
sendiri. Model ini juga memungkinkan analisis kemampuan petunjuk untuk memprediksi event dalam
pertanyaan. Selain itu, model ini juga memberikan insight mengenai derajat konsensus antara pembuat
keputusa.
Bukti secara konsistensi menunjukkan bahwa manusia mampu untuk mengembangkan prinsipprinsip atau model-model untuk memecahkan kesuksesan/kegagalan tugas menggunakan rasio
keuangan, tetapi mereka tidak mampu melakukan hal tersebut ketika model mereka sendiri digunakan
secara matematis. Hal ini karena mereka menjadi tidak memperhatikan petunjuk dan merek menjadi
tidak konsistensi dalam mengaplikasikan aturan keputusan mereka akibat faktor kelelahan dan
kebosanan.
Abdel-Khalik dan El-Sheshai menyimpulkan bahwa pilihan informasi manusialah, bukan proses
pemilihan ptunjuk, yang membatasi akurasi. Simnett dan Trotman menemukan bahwa meskipun subjek
telah dapat menggunakan performa ketika diminta untuk mengaplikasikan pembobotan petunjuk idela.
Penulis-penulis ini menyimpulkan bahwa ketika manusia tidak bisa memilih rasio mereka sendiri, kinerja
pemrosesan informasi merek menurun.
Ketika jumlah informasi meningkat, awalnya penggunaan dan intgrasi informasi menigkat. Namun,
pada titik tertentu, tambahan informasi menyebabkan penurunan jumlah informasi terintegrasi kedalam
tugas pengambilan keputusan. Chewning dan Harrell menemukan bukti teori tersebut ketika seseorang
diberikan lebih dari 8 petunjuk (rasio keuangna). Libby berpendapat bahwa tambahan petunjuk yang
tidak valid ke dalam serangkaian petunjuk yang lebih valid akan menurunkan performa, namun riset lain
tidak mendeteksi adanya hubungan tersebut.
Process Tracing Studies ----The Evidence
Model lens Brunswik secara implisit memperlakukan proses pengambilan keputusan sebagai
kombinasi linier dari informasi petunjuk sedangkan decision tree yang diturunkan dari process tracing
menerangkan langkah-langkah pengambilan keputusan dimana isi informasi sebuah data berinteraksi
dengan informasi lainnya dari data tersebut. Larcker dan lessig menemukan bahwa process tracing
model lebih baik daripada model statistic liner, tetapi selling and shank menemukan hasil sebaliknya
ketika kedua pendekatan ini dibandingkan dalam sebuah tugas yang melibatkan prediksi kebangkrutan.
Kompleksitas pengambilan keputusan yang dilakukan manusia berarti dibutuhkan riset yang lebih
dalam untuk memahami tipe karakteristik keputusan untuk menentukan gaya pemrosesan informasi
yang [aling seusai.
Format and Presentation Of Financial Statements
Pada tahun 1976 Libby mengobservasi bahwa ada tiga pilihan dasar yang ada untuk meningkatkan
pengambilan keputusan :
1. Mengubah presentasi dan jumlah informasi
2. Memberikan pendidikan ke pembuat keputusan
3. Mengganti pembuat keputusan dengan model of themselves atau dengan ideal or with on ideal
cueweighting model
Dengan pentingnya saran yang pertama terhadap akuntan, auditor, regulator dan pembuat standar,
terdapat penelitian kecil yang dialkukan untuk menemukan format presentasi akuntansi yang ideal.
Studi yang dialakukan cenderung untuk memeriksa perubahan yang radikal terhadap penyajian laporan
keuangan dalam bentuk grafik multidimensional. The lens model berguna dalam memeriksa isu
penyajian laporan keuangan yang sama baiknya dengan analisa predictive judgement. The lens model
mengijinkan untuk analisa kekakuratan human judgement dalam menentukan sejauh mana dimana
individu mendeteksi tugas judgement yang penting dan secara konsistensi menggunakan kebijakan
judgement. Jika perubahan format informasi menghasilkan peningkatan kedua karakteristik tersebut
maka human judgement seharusnya meningkat.
Chernoff fces menggambarkan perubahan dalam kondisi keuangan. Mukanya dibangun dengan
mapping transformed variabel keuangan menjadi bentuk muka. Mathematical precision diwujudkan
dengan panjangnya hidung, angle alis dan bentuk mulut digunakan untuk merepresentasikan perubahan
kondisi keuangan dari suatu periode ke periode berikutnya. Pendekatan grafik multidimensional akan
menjadi berguna ketika ketersidiaan biaya atau data membuat model statistik yang tidak mungkin
dibangun, terutama jika hasilnya menggunakan grafik multidimensional yang sama sedikit bagusnya
dengan hasil dari model. Saat ini preparers laporan keuangan tidak lagi menyiapkan grafik seperti muka
chernoof tetapi dengan penggunaan warna dan grafik yang lebih konvesioanl. Penggunaan grafik yang
bervariasi dan bentuk tabular akan mempengaruhi pengambilan keputusan. Laporan dalam bentuk
grafik berguna untuk tingkat kompleksitas yang rendah sedangkan laporan dalam bentuk tabular untuk
tingkat kompleksitas yang tinggi. Tidak ada bentuk penyajian yang terbaik di semua situasi. Dalam
konteks pengauditan, ricchiute menemukan bahwa judgement mengenai penyesuaian terhadap akun
dipengaruhi oleh cara penyajian informasi ke auditor visual dan atau auditory.
So dan smith menginvestigasi dampak dari warna grafik, jenis kelamin, kerumitan dari tugas, dan
perbedaan format presentasi dalam preditive accuracy dengan sample undergraduate business
students. Hasilnya adalah grafik yang berwarna tidak efektif ketika tugasnya kompleks dan wanita lebih
tertarik terhadap grafik yang berwarna. Penelitian yang lain dilakukan dengan mengajak decision makers
bekerja dengan satu dari seperangkat data; kombinasi tabel dan bar charts, atau table dengan muka
chernoff atau hanya dengan table. Ketika situasi dimana complexity dari informasi tinggi, penggunaan
hanya dengan tabel membawa kepada keakuratan yang lebih tinggi, penggunaan grafik dan pictorial
representatations data membawa kepada penurunan dari keefektifan pengguna dari pembuatan
keputusan. Alasannya adalah decision maker memilih pilihan yang lebih mudah ketika situasi kompleks,
tetapi graphical dan pictorical yang mewakili data terkadang lebih abstrak dan kurang detail
dibandingkan informasi yang disajikan dalam bentuk tabel
Probabilistic Judgement Studies ----The Evidence
Dalam banyak konteks akuntansi dan terutama pengauditan tidak ada solusi yang benar dengan
penilaian yang dapat dibandingkan untuk menilai akurasi dari mereka. Satu cara untuk mengatasi
kurangnya benchmarks dalam penilaian kinerja adalah memeriksa konsensus mengenai keputusan
tertentu di sejumlah pembuat keputusan. Cara yang lain adalah menggunakan model matematik atau
statistika. Penelitian HJT dalam model ini telah secara konsistensi didemonstrasikan bahwa manusia
mempunyai keahlian yang bervariasi dan tugas yang berbeda, merevisi probabilitas mereka ke tingkat
yang lebih rendah daripada teori Bayess. konservatisme ini telah dihubungkan ke penggunaan rules
of thumb dan bias yang diadopsikan sebagai sarana mempermudah judgements yang kompleks agar
manusia bisa mengatasi.
Three rules of thumb
Representativeness
Aturan ini menyatakan bahwa ketika penilaian probabilitas berasal dari populasi. Penilaian orang
akan ditentukan dengan sejauh mana item mewakili populasi. Item atau kejadian yang dilihat oleh
pembuat keputusan more representative akan dinilai mempunyai probabilitas yang lebih besar
kejadiannya daripada yang less representative. Peneliti menunjukkan bahwa penggunaan rule of
thumb dapat membawa kepada keputusan yang miskin karena pembuat keputusan mengabaikan
data lain yang relevan yang bukan bagian dari stereotype.
Availability
Ketersediaan rule of thumb mengacu kepada probabilitas suatu kejadian berdasarkan kemudahan
contoh-contoh seperti yang ada di pikiran. Probabilitas yang berhubungan dengan kejadian yang
sensasional biasnya overestimated.
10
1. Penelitian pada topik yang sama memberikan hasil yang kontradikitif, sehingga membingungkan
saat pengambilan keputusan.
2. Subjek percobaan yang digunakan dalam penelitian tersebut seringkali berbeda dengan real
judgement.
3. Peneliti akuntansi mempertanyakan apakah peraturan harus dipengaruhi oleh hasil penelitian
pembuat keputusan individu atau tidak.
Secara keseluruhan, keterbatasan terbesar dalam BAR adalah tidak adanya satu landasan teori yang
dapat membantu menggabungkan beragamnya pertanyaan pertanyaan dalam penelitian dan penemuan
BAR. Peneliti BAR banyak meminjam pemikiran dari berbagai disiplin ilmu dan tidak memiliki persamaan
framework satu sama lain. Hal ini menyebabkan sulitnya mengeneralisasi bagi policy makers. Walalupun
begitu tidak dipungkiri bahwa metode BAR merupakan alat penelitian yang berharga. Metode Bar telah
banyak digunakan untuk mengembangkan information processing dan training di dunia pekerjaan.
Selain itu BAR juga dapat menunjukkan systematic error.
11