Professional Documents
Culture Documents
dengan
dibantuan
menggunakan
ragi
dimana
saat
difermentasikan akan menghasikan gas yaitu CO2 atau Kabon dioksida dan juga
etanol. Pengaruh fermentasi yang terdapat pada air kelapa berjalan lancar, hal ini
disebabkan karena adanya pengaruh konsentrasi gula atau glukosa yang terdapat
dalam air kelapa tidak terlalu tinggi. Karena adanya pengaruh konsentrasi larutan
gula terhadap ragi ini sangat mempengaruhi. Dimana konsentrasi gula yang
diperlukan adalah sekitar 10-18 %. Apabila konsentrasi gula tinggi maka
pertumbuhan ragi terhambat sehingga digunakan dalam penelitian ini hanya
digunakan 2 liter per 10 butir ragi. Biasanya dipakai konsentrasi gula sebesar
12%. Selain itu penambahan garam
Dalam proses fermentasi yang dilakukan oleh ragi dalam larutan
menghasilkan alcohol dimana jika suatu mikroba dari ragi tape tersebut
ditumbuhkan dalam media korbohidrat merupakan golongan disakarida (yang
terkandung dalam air kelapa) maka karbohidrat tersebut akan diubah oleh enzim
yang dikeluarkan oleh makroba tersebut sehingga menjadi dekstrosa. Dekstrosa
oleh enzim zimase akan dirombak menjadi alcohol, dan alcohol ini oleh enzim
alkoholase akan dirombak menjadi asam cuka. Dimana asam cuka ini akan
dirombak oleh enzim oksidase menjadi CO2 dan H2O.
Pada larutan herbisida yang terbuat dari bahan local ini mengandung etanol
dan bersifat panas, sehingga jika terkena larutan herbisida ini akan menyebabkan
tanaman akan menjadi layu hingga mati. Tanaman yang terkena larutan herbisida
akan masuk kedalam herbisida kontak dimana herbisida jenis ini mengakibatkan
efek bakar yang dapat langsung dilihat reaksinya sehingga langsung ke akar
tanaman jika digunakan dengan dosis tinggi maka daya brantasnya akan lebih
cepat juga. Sehingga dapat mematikan gulma yang terkena atau kontak langsung
yang mana sifatnya bila herbisida kontak ini ditranslokasikan atau dialirkan
kedalam tubuh tumbuhan . semakin banyak organ gulma yang terkena maka dan
terkena tanah daerah akar gulma tersebut maka akan terserap sehingga akan
semakin baik daya kerja herbisida tersebut karena herbisida ini berkerja sampai ke
akar tumbuhan.
Tabel 5. Hasil pengamatan gulma yang sudah disemprotkan
A. Menggunakan Larutan herbisida yang terbuat dari bahan lokal
Takaran/ Dosis
(penggunaan)
100 ml : 5 Liter
Hari ke-1
Hari ke-2
Hari ke-3
Layu
Layu, mulai
Layu, mulai
sedikit
menguning dan
yang sudah mati.
Menguni, dan
mati
300 ml : 5 Liter
menguning
Layu, mulai
450 ml : 5 Liter
menguning
Layu, mulai sedikit
menguning
Menguni, dan
600 ml : 5 Liter
menguning
Layu, dan
mati
Menguni, dan
menguning
mati
Dari keempat perbandingan takaran/dosis penggunaan yaitu 150 ml, 300 ml,
450 ml, dan 600 ml disini pada masing-masing larutan yang digunakan untuk
menyemprot dapat membuat glma mati dan yang paling efektif dari penggunaan
larutannya menggunakan larutan dalam takaran/dosis 450 dan 600 ml, karena
disini terjadi perbedaan cepatnya menguning daun (daun banyak yang menguning
dan mati) dibandingkan dengan takaran/dosis 150 dan 300 ml. Hal ini pun terlihat
saat daun mulai layu dan berubah warna menjadi kuning dengan batang mulai
roboh dan mati.
B. Menggunakan Larutan herbisida sintetik
Takaran/ Dosis
Setelah penyemprotan
(penggunaan)
100 ml : 5 Liter
Setelah
penyemprotan (jam
5 sore)
Menguning , mati
300 ml : 5 Liter
Menguning , mati
100 ml)
Layu, dan menguning atau
Menguning , mati
600 ml : 5 Liter
Menguning , mati
semua daun dan batang mengunung dan pada hari ke-3 tumbuhan gulma
mati (mongering). Namun perubahan dari ke-4 takaran/dosis iniberbeda
dimana pada takaran/dosis 450 dan 600 ml lebih cepat mati (daya
brantas/bunuh lebih efektif/cepat).