You are on page 1of 5

1.

1 Hasil Dan Pembahasan


Pada literature sebelumnya kandungan air kelapa memiliki kandungan
unsure-unsur karbon. Pada unsure karbon juga memiliki kandungan dalam bentuk
karbohidrat seperti glukosa, sukrosa, fruktosa, sorbitol, inosibitol, dan lainya.
Sehingga pada air kelapa yang memiliki kandungan glukosa yang mana
difermentasikan

dengan

dibantuan

menggunakan

ragi

dimana

saat

difermentasikan akan menghasikan gas yaitu CO2 atau Kabon dioksida dan juga
etanol. Pengaruh fermentasi yang terdapat pada air kelapa berjalan lancar, hal ini
disebabkan karena adanya pengaruh konsentrasi gula atau glukosa yang terdapat
dalam air kelapa tidak terlalu tinggi. Karena adanya pengaruh konsentrasi larutan
gula terhadap ragi ini sangat mempengaruhi. Dimana konsentrasi gula yang
diperlukan adalah sekitar 10-18 %. Apabila konsentrasi gula tinggi maka
pertumbuhan ragi terhambat sehingga digunakan dalam penelitian ini hanya
digunakan 2 liter per 10 butir ragi. Biasanya dipakai konsentrasi gula sebesar
12%. Selain itu penambahan garam
Dalam proses fermentasi yang dilakukan oleh ragi dalam larutan
menghasilkan alcohol dimana jika suatu mikroba dari ragi tape tersebut
ditumbuhkan dalam media korbohidrat merupakan golongan disakarida (yang
terkandung dalam air kelapa) maka karbohidrat tersebut akan diubah oleh enzim
yang dikeluarkan oleh makroba tersebut sehingga menjadi dekstrosa. Dekstrosa
oleh enzim zimase akan dirombak menjadi alcohol, dan alcohol ini oleh enzim
alkoholase akan dirombak menjadi asam cuka. Dimana asam cuka ini akan
dirombak oleh enzim oksidase menjadi CO2 dan H2O.
Pada larutan herbisida yang terbuat dari bahan local ini mengandung etanol
dan bersifat panas, sehingga jika terkena larutan herbisida ini akan menyebabkan
tanaman akan menjadi layu hingga mati. Tanaman yang terkena larutan herbisida
akan masuk kedalam herbisida kontak dimana herbisida jenis ini mengakibatkan
efek bakar yang dapat langsung dilihat reaksinya sehingga langsung ke akar
tanaman jika digunakan dengan dosis tinggi maka daya brantasnya akan lebih
cepat juga. Sehingga dapat mematikan gulma yang terkena atau kontak langsung
yang mana sifatnya bila herbisida kontak ini ditranslokasikan atau dialirkan

kedalam tubuh tumbuhan . semakin banyak organ gulma yang terkena maka dan
terkena tanah daerah akar gulma tersebut maka akan terserap sehingga akan
semakin baik daya kerja herbisida tersebut karena herbisida ini berkerja sampai ke
akar tumbuhan.
Tabel 5. Hasil pengamatan gulma yang sudah disemprotkan
A. Menggunakan Larutan herbisida yang terbuat dari bahan lokal
Takaran/ Dosis
(penggunaan)
100 ml : 5 Liter

Hari ke-1

Hari ke-2

Hari ke-3

Layu

Layu, mulai

Layu, mulai

sedikit

menguning dan
yang sudah mati.
Menguni, dan
mati

300 ml : 5 Liter

Layu, mulai sedikit

menguning
Layu, mulai

450 ml : 5 Liter

menguning
Layu, mulai sedikit

menguning
Menguni, dan

600 ml : 5 Liter

menguning
Layu, dan

mati
Menguni, dan

menguning

mati

Dari keempat perbandingan takaran/dosis penggunaan yaitu 150 ml, 300 ml,
450 ml, dan 600 ml disini pada masing-masing larutan yang digunakan untuk
menyemprot dapat membuat glma mati dan yang paling efektif dari penggunaan
larutannya menggunakan larutan dalam takaran/dosis 450 dan 600 ml, karena
disini terjadi perbedaan cepatnya menguning daun (daun banyak yang menguning
dan mati) dibandingkan dengan takaran/dosis 150 dan 300 ml. Hal ini pun terlihat
saat daun mulai layu dan berubah warna menjadi kuning dengan batang mulai
roboh dan mati.
B. Menggunakan Larutan herbisida sintetik
Takaran/ Dosis

Setelah penyemprotan

(penggunaan)
100 ml : 5 Liter

Setelah
penyemprotan (jam

Layu, dan mulai menguning

5 sore)
Menguning , mati

300 ml : 5 Liter

Layu, dan mulai menguning

Menguning , mati

(lebih menguning dari dosis


450 ml : 5 Liter

100 ml)
Layu, dan menguning atau

Menguning , mati

600 ml : 5 Liter

ada sudah sebagian mati.


Layu, dan menguning (lebih

Menguning , mati

kuning dari dosis 450 ml)


atau sudah sebagian mati.
Sedangkan untuk larutan herbisida sintetik sudah bisa dilihat beberapa jam dari
jam 10 waktu penyemprotan sampai jam 5 sore tumbuhan sudah mati. (untuk
cacatan cuaca : cuaca dalam keadaan panas tapi pada pukul 7 malam turun hujan
deras sehingga lahan tempat penyemprotan tergenag air).
Proses masuknya larutan herbisida secara absorbs.
Gambar
Masuknya lewat permukaan daun (stomata) dan akar. Herbisida larutan atau yang
mudah menguap dapat masuk melewati stomata atau lewat permukaan daun dan
akar. Pertama melewati kutikula dan dinding sel (non-polar) dimana lapisan lilin
kutikula adalah non-polar dan pectin non-polar lemah.
1. Dari penjelasan-penjelasan sebelumnya dimana ragi berfungsi sebagai
tempat atau medium tumbuhnya bakteri sachharomyces cereviceae dimana
dicampurkan dengan perbandingan yang sama antara air kelapa (yang
mengandung glukosa) 2 liter, garam 1 kg, urea 1 kg, air hujan 1 liter, dan
ragi 10 butir. Yang membedakan dalam larutan ini adalah takaran/dosis
penggunaan larutan herbisida.
2. Dan dalam hal ini gulma yang digunakan untuk menjadi obyek adalah
jenis
3. Dari hasil penelitian dalam penggunaan herbisida yang mana telah dicoba
pada hari sabtu tanggal 23 April 2016 dimana didapatkan hasil
pengamatan.
a. Pada hari ke-1 untuk takaran/dosis 150 terlihat tumbuhan gulma mulai
layu, takaran/dosis 300 terlihat tumbuhan gulma layu dan mulai
menguning ada sebagian sudah menguning, takaran/dosis 450 terlihat
tumbuhan gulma sudah layu dan mulai menguning dan ada sebagian

yang menguning tapi lebih banyak dari takaran/dosis 300, dan


takaran/dosis 600 terlihat tumbuhan gulma sudah layu dan menguning
serta ada sebagian/sedikit yang mati.
b. Pada hari-2 untuk takaran/dosis 150 terlihat tumbuhan gulma layu dan
mulai menguning, takaran/dosis 300 tumbuhan gulma layu dan
menguning ada sedikit yang mulai mati, takaran/dosis 450 tumbuhan
gulma menguning dan mati, dan takaran/dosis 600 `tumbuhan gulma
menguning dan mati.
c. Pada hari ke-3 untuk takaran/dosis 300 terlihat tumbuhan gulma
menguning dan mati sama seperti takaran/dosis 450, dan untuk
takaran/dosis 450 tumbuhan gulma menguning dan mati sama seperti
takaran/dosis 600.
Disini terlihat yang membedakan dari banyaknya daun yang
menguning dan mati dimana dilihat dari efektifnya larutan sehingga
dapat disimpulkan dari penggunaan takaran/dosis dilihat takaran/dosis
600 lebih efektif dari pada penggunaan takaran/dosis yang rendah
sehingga semakin tinggi penggunaan takaran/dosis larutan maka daya
brantas/bunuh terhadap tumbuhan gulma lebih cepat dibandingkan
penggunaan takaran/dosis yang lebih rendah maka daya brantas/bunuh
terhadap tumbuhan gulma lebih lambat sehingga memerlukan waktu
yang lebih lama juga. Ini semua dapat terlihaat saat setelah
penyemprotan larutan herbisida pada gulma dan gulma yang disemprot
menjadi mati (lygodium flexuosum).
4. Sehingga asupan makanan bagi bakteri tersebut cukup terhadap banyaknya
air kelapa yaitu 2 liter dalam waktu 7 hari.
5. Sedangkan untuk penggunaan takaran/dosis herbisida pada takaran/dosis
300 ml kurang efektif karana banyaknya perbangingan dalam pengenceran
dibandingkan dengan penggunaan takaran/dosis 600 ml ini lebih efektif.
Setelah dilakukan penyemprotan dengan penambahan air sebanyak 5 liter
pada tiap takaran/dosis yang berbeda dengan luas petak yang disemprot
seluas 1 meter X 1 meter. Dari hasil pengamatan setelah penyemprotan di
dapat hasil bahwa dalam waktu 1 hari rumput (gulma) sudah layu yakni
ditandai dengan daun sudah mulai menguning lalu pada hari ke-2 hampir

semua daun dan batang mengunung dan pada hari ke-3 tumbuhan gulma
mati (mongering). Namun perubahan dari ke-4 takaran/dosis iniberbeda
dimana pada takaran/dosis 450 dan 600 ml lebih cepat mati (daya
brantas/bunuh lebih efektif/cepat).

You might also like