Professional Documents
Culture Documents
KOMUNIKASI KEPERAWATAN
FAKTOR PSIKOLOGI YANG MEMPENGARUHI KOMUNIKASI
Disusun oleh:
Eka Kurnianingtias
010215A019
Fithri Mabruroh S.
010215A024
Jani Sarwestri
010215A031
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb.
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Kami panjatkan atas
terselesaikannya makalah ini dengan judul Faktor Psikologi yang mempengaruhi
Komunikasi sebagai hasil penugasan mata ajar Komunikasi Keperawatan oleh
dosen kepada Kami pada 4 September 2015 di Ungaran.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia mempunyai suatu dorongan dari dalam dirinya untuk saling
berhubungan dengan sesamanya. Daya tahan hidup seseorang bayi tergantung
dari usahanya untuk mendapatka perhatian dari orang yang merawatnya untuk
memenuhi kebutuhannya. Kefektifan dan kebahagiaan orang dewasa
berhubungan langsung dengan kemampuannya untuk membentuk hubunganhubungan yang memuaskan. Jika hubungan terputus atau menjadi sumber stres,
pada umumnya yang ditunjuk sebagai penyebabnya adalah komunikasi yang
buruk. Komunikasi manusia adalah suatu aktivitas interaksi yang sangat
kompleks yang melibatkan orang lain dan diri sendiri (Elliss dkk, 2000).
Manusia, baik sebagai komunikator maupu komunikan dapat
mempengaruhi proses komunikasi. Berikut ini faktor manusia yang dapat
mempengaruhi
komunikasi
yaitu
tingkat
pengetahuan,
Pengetahuan
B. Tujuan Masalah
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami faktor psikologi yang mempengaruhi
komunikasi.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu menjelaskan faktor psikologi yang mempengaruhi
komunikasi.
b. Mahasiswa mampu memahami konsep mekanisme pertahanan diri.
c. Mahasiswa mampu memahami konsep sikap, kepercayaan, dan nilainilai.
d. Mahasiswa mampu memahami konsep atribut dan asumsi.
e. Mahasiswa mampu memahami konsep prasangka.
f. Mahasiswa mampu memahami konsep distorsi persepsi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Mekanisme Pertahanan Diri
Ketika seseorang berperilaku dengan cara yang tidak diduga, biasanya
menunjukkan emosi yang ekstrim seperti marah atau sedih, maka dikatakan
bahwa pertahanan dirinya sedang runtuh atau ia menunjukkan warna aslinya.
Pertahanan diri mengacu pada motivasi yang tidak disadari yang dikemukakan
oleh Anna Freud (1946). Menurut Freud, kepribadian seseorang terdiri atas tiga
bagian yaitu Id, Ego, dan Superego. Id mewakili keinginan-keinginan yang
tidak disadari dan naluriah yang tidak dikekang. Tujuannya adalah kepuasan
diri. Tetapi ketika berinteraksi dengan orang lain, memuaskan keinginan
seseorang tidaklah selalu bisa diterima secara sosial. Harus ada suatu kekuatan
pengekangan, dan ini adalah peran dari ego. Ego memodifikasi dorongan
Orang-orang sering membuat asumsi tentang satu sama lain atas bukti
yang bukan-bukan, misalnya dari jenis pakaian yang dikenakan, gaya bicara,
dan peran yang dipegangnya dalam masyarakat.
Asumsi ini sering menimbulkan pemberian berbagai label. Misalnya,
seorang laki-laki yang mengenakan leher baju tinggi seperti baju pendeta akan
diberi label religius, suci, contoh dari kebaikan, konselor dan pemberi
kenyamanan. Jika label ini cukup didukung oleh orang lain, maka orang ini
bisa mulai mengambil dan melakukan karakteristik tersebut secara berlebihan.
Keadaan ini dikenal sebagai selffulfilling prophecy (ramalan yang dipenuhi
sendiri).
Pemberian label dalam menjurus ke stereotip di mana orang yang
dimasukkan ke dalam suatu pengelompokkan yang sempit. Mekanisme ini
membantu mempertahankan konsistensi dan ketika terjadi sesuatu yang
mengubah label atau stereotip, timbullah dissonansi kognitif.
D. Prasangka
Prasangka adalah membuat asumsi tentang orang lain dan melekatkan label
serta stereotip kepada mereka. Prasangka dapat dilihat dalam banyak aspek
kehidupan dan seringkali berhubungan dengan:
1. Ras
2. Warna kulit
3. Agama
4. Politik
5. Orientasi seksual
6. Status pernikahan
7. Warna rambut
8. Jenis atau gaya pakaian
9. Tinggi badan
10. Berat badan
11. Usia
Prasangka sering berkaitan dengan stereotip dan melibatkan pikiran
serta tindakan yang tampak tidak logis dan emosional bagi orang lain, tetapi
sangat logis bagi orang yang melakukannya. Sasaran prasangka tampak
berbeda dari norma bagi orang yang memberi label pada objek tersebut.
Misalnya, orang Inggris yang berkulit putih bisa tidak berprasangka kepada
orang Belanda yang berkulit putih, tetapi berprasangka pada orang Inggris
yang berkulit hitam.
E. Distorsi Persepsi
Untuk memberi perhatian, perlu ada persepsi terhadap stimulus atau
rangsangan, tetapi distorsi bisa terjadi. Persepsi bersifat amat selektif.
Kalaupun tidak selektif, terdapat sejumlah besar suara, bebauan, penglihatan
dan sensasi, yang semuanya bersaing untuk mendapatkan perhatian dan
menyebabkan terlalu banyaknya beban sensori.
Otak harus mengandalkan informasi yang msuk melalui indera untuk
mengenali apakah stimulus tersebut. Ia selalu membandingkan suara, bau,
penglihatan, sentuhan dengan bank ingatan dari sensasi yang serupa.
Jika suatu suara keras terdengar di luar ruangan, responsnya bisa suara
itu seperti letupan knalpot mobil. Orang lain yang mendengar suara yang sama
dapat berkata bahwa itu suara tembakan. Setiap orang mendengar suara yang
sama, namun menerimanya secara berbeda. Tanpa hadir dan melihat sendiri
apa penyebab suara tersebut, setiap orang dalam membuat asumsi berdasarkan
pengalaman masa lampaunya dengan suara yang sama atau sejenis dan setiap
orang merumuskan suara itu tepat sebelum ia terdengar.
Semua faktor ini menunjukkan bagaimana seseorang menyaring stimulus
yang masuk dari dunia luar dan menciptakan suatu pandangan yang unik dari
dunia tersebut.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
1. Pertahanan diri mengacu pada motivasi yang tidak disadari. Mekanisme
pertahanan
diri
mempunyai
efek
manfaat
jangka
pendek
dalam
DAFTAR PUSTAKA
Roger B. Ellis dkk. 2000. Komunikasi Interpersonal dalam Keperawatan. Alih
bahasa: Susi Purwoko. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Anas Tamsuri dkk. 2004. Komunikasi dalam Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.