You are on page 1of 12

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………………………………………..

1
Kata Pengantar ………………………………………………………………………………………………………………2

Tarikh Tafsir di Masa Shahabat ………………………………………………………………………………………3

1. Pengertian Tafsir.........................................................................................................3
2. Shahabat Nabi............................................................................................................4
3. Urgensi Tafsir Al-Qur'an dalam Islam.........................................................................5
4. Sejarah Tafsir..............................................................................................................5
4.1 Sejarah Tafsir di masa Shahabat 5
5. Sumber Tafsir pada Masa Shahabat...........................................................................6
5.1. Al-Quran Al-Karim 6

5.1.1 Mujmal ditafsirkan oleh mubayyin (‫والمبيين‬ ‫ )المجمال‬6


5.1.2 Muthlaq ditafsirkan oleh muqayyad ( ‫والمقييد‬ ‫)المطالق‬ 7
5.1.3 Al-Am di tafsirkan oleh Al-Khas ( ‫والخصوص‬ ‫ )العموم‬7
5.1.4 Sebagian qira-at ditafsirkan oleh qiara-at yang lain ( ‫قد‬ ِ ‫وما أ‬
‫ُوج َز فى مكان‬
‫ُج ِم َل فى موضع قد يُبيَّن فى موضع آخر‬
ْ ‫ط فى مكان آخر وما أ‬
َ ‫) ُي ْبس‬ 8
5.2. Nabi s.a.w. 8
5.3. Pemahaman dan Ijtihad 9
5.3.1 Dasar-dasar Berijtihad 9
5.4. Ahlul Kitab 10
6. Kedudukan Tafsir Sahabat........................................................................................10
7. Keistimewaan Tafsir pada Masa Sahabat.................................................................11
Daftar Pustaka....................................................................................................................12

1
Prakata
Sungguh, penulis merasa seperti balita yang baru berjalan yang ‘dipaksa’ meloncat
untuk mendapatkan ‘sesuatu’ di atas sana. Jatuh bangun berusaha menggapai –
alhamdulillah penulis tidak menangis kesakitan- dan akhirnya tertawa gembira ketika
berhasil mendapatkan ‘sesuatu’ tadi. Betapa tidak, penulis merasa seperti itu. Penulis
belum tahu arah tentang mata kuliah Tafsir dan tertatih-tatih memahami bahasa Arab
diharuskan menyelesaikan tugas dalam waktu cukup singkat dengan literatur berbahasa
Arab. Rasanya seperti menggapai buah jauh tinggi di pucuk pohon.

Alhamdulillah, dengan pertolongan Allah dan berpegang pada ‘tumpuan’ yang


dapat diandalkan selesai sudah tugas penulisan ini. Memang hasilnya jauh dari
memuaskan, tetapi berusaha sendiri memang mempunyai nilai lebih dibandingkan
hanya diberi atau disuapi. Penulis berusaha berpikir positip bahwa tujuan ‘pemaksaan’
ini supaya penulis lebih mandiri, tidak mudah untuk meminta, berusaha ‘as best as I
can’, dan tidak mudah menyerah.

Sidoarjo, Rabiul Awwal 1431

Penulis,

Arthika Pusparini

2
TARIKH TAFSIR di MASA SHAHABAT
Pada masa Al-Quran diturunkan, Rasulullah s.a.w. merupakan mubayyin. Beliau
menjelaskan ayat-ayat di dalam Al-Quran kepada sahabat-sahabatnya. Tugas Rasulullah
s.a.w. sebagai mubayyin dijelaskan dalam Al-Quran surat An-Nahl 44.

)٤٤:١٦( ‫بالبينات و الزبر قلى و أ نزلنا إليك الذكر لتبين للناس ما نزل إليهم و لعلهم يتفكرون‬
Beliau menjelaskan ayat-ayat yang tidak dipahami atau samar artinya kepada para
sahabat. Keadaan ini berlangsung sampai dengan wafatnya Rasulullah s.a.w..

Setelah Rasulullah s.a.w. wafat, para sahabat menafsirkan Al-Quran dengan


merujuk pada Al-Quran, hadits nabi, ijtihad mereka sendiri, atau bertanya kepada ahli
kitab –yahudi dan nashara. Penafsiran pada masa sahabat tidak mengalami banyak
kesulitan –meski ada perbedaan- sebab mereka telah menerima penjelasan langsung
dari Rasulullah s.a.w., mereka memahami bahasa Arab –tata bahasa dan sastra-, kuat
hapalannya, dan cerdas. Namun, tidak semua sahabat mempunyai kemampuan yang
sama dalam menafsirkan Al-Quran. Sahabat yang banyak menafsirkan Al-Quran adalah
Ali bin Abi Thalib, Ibnu Abbas, Ubay bin Ka’ab, dan Ibnu Mas’ud.

1 Pengertian Tafsir
Kata tafsir mempunyai banyak pengertian, baik menurut bahasa atau istilah.
Menurut bahasa, tafsir berasal dari kata al-fasru ‫ الفسر‬bermakna

1. ‫اإلبانة والكشف‬ al-ibanah wa al-kasyf yaitu menjelaskan dan menyingkap


sesuatu
2. Seperti yang bisa dipahami dari Quran S. Al-Furqan: 33. Ucapan yang telah
ditafsirkan berarti ucapan yang tegas dan jelas.

) ٣٣:٢٥( ‫وال يأتونك بمثل إال جئناك بلحق و أحسن تفسيرا‬

Ibnu Abbas mengatakan ‫تفسيرا‬ ‫ أحسن‬itu ‫تفصيال‬yaitu perincian.

3. sedangkan yang lainnya mengatakan bahwa tafsir berasal dari kata ‫س فر‬
yang maknanya ‫ الكشف‬yaitu menyingkap. Seperti pada ayat
،Al-Baqarah 49 }‫ {يُ َذبِّ ُحو َن أ َْبنَاءَ ُك ْم‬:‫ كقوله تعالى‬،‫على التفعيل؛ ألنه للتكثير‬
ِ
Yusuf 23 }‫اب‬ َ ‫{وغَلَّ َقت اأْل َْب َو‬
َ :‫وقوله‬

3
Sedangkan menurut istilah, kata tafsir mempunyai banyak pengertian. Dua
diantaranya adalah:

1. Menurut Al-Imam Az-Zarkasyi:

Ilmu yang mempelajari kandungan kitab Allah yang diturunkan


kepada Nabi SAW., berikut penjelasan maknanya, menyimpulkan hikmah-
hikmahnya, dan hukum-hukumnya.

2. Abu Hayyan, adalah ilmu yang membahas cara melafadlkan ayat-ayat Al-
Quran, penjelasannya, hukum-hukumnya berdasarkan lafadl dan
susunannya

2 Shahabat Nabi
Siapakah para shahabat nabi itu? Kata shahabat berasal dari bahasa Arab
shahabah (ash-shahaabah, ‫)الص حابه‬, adalah mereka yang mengenal dan melihat
langsung Nabi Muhammad s.a.w, membantu perjuangannya dan meninggal dalam
keadaan muslim. Ibnu Hajar al-Asqalani asy-Syafi’i berkata:"Ash-Shabi (sahabat) ialah
orang yang bertemu dengan Rasulullah SAW, beriman kepada beliau dan meninggal
dalam keadaan Islam. Kebanyakan muslim mendefinisikan para sahabat sebagai mereka
yang mengenal Nabi Muhammad s.a.w., mempercayai ajarannya, dan meninggal dalam
keadaan Islam. Para sahabat utama yang biasanya disebutkan hingga 50 sampai 60
nama, yakni mereka yang sangat dekat dengan Nabi Muhammad SAW. Sahabat disebut
pula murid Nabi Muhammad.

Kedudukan para shahabat tersebut tidaklah sama. Berdasarkan urutan kronologis


dan kejadian-kejadian penting dalam siroh nabawiy, Al-Hakim dalam Mustadrak dan
Ibnu Hajar dalam Al-Ishabah membuat tingkatan kedudukan para shahabat, yaitu:

1. Para sahabat yang masuk Islam di Mekkah, sebelum hijrah, yaitu: khulafa’ur
rasyidin, Khadijah bt Khuwailid, Zaid bin Haritsah, Abbas bin Abdul Mutholib,
Hamzah bin Abdul Mutholib, Ja’far bin Abi Thalib.
2. Para shahabat yang masuk Islam sebelum orang-orang Mekkah bermusyawarah
di Darunnadwah
3. Para shahabat yang hijrah ke negeri Habasyah
4. Para shahabat anggota bai’at Aqabah yang pertama
5. Para shahabat anggota bai’at Aqabah kedua
6. Para shahabat yang bertemu nabi di Quba sebelum beliau masuk ke Madinah
7. Para shahabat yang ikut perang Badar
8. Para shahabat yang hijrah antara perang Badar dan perjanjian Hudaibiyyah
9. Para shahabat yang ikut bai’atur Ridwan
10. Para shahabat yang hijrah antara perjanjian Hudaibiyyah dan Fathu Makkah,
yaitu Khalid bin Walid, Amru bin Ash.

4
11. Para shahabat yang masuk Islam pada Fathu Makkah, yaitu Abu Sufyan,
Mu’awiyah bn Abu Sufyan, Ikrimah bn Abu Jahal.
12. Balita dan anak-anak yang pernah melihat Rasulullah s.a.w. pada Fathu Makkah.

3 Urgensi Tafsir Al-Qur'an dalam Islam


Al-Qur’an diturunkan dengan bahasa Arab sehingga mayoritas orang Arab
mengerti makna dari ayat-ayat al-Qur’an. Sehingga banyak diantara mereka yang masuk
Islam setelah mendengar bacaan al-Qur’an dan mengetahui kebenarannya. Akan tetapi
tidak semua sahabat mengetahui makna yang terkandung dalam al-Qur’an, antara satu
dengan yang lainnya sangat variatif dalam memahami isi dan kandungan al-Qur’an.
Sebagai orang yang paling mengetahui makna al-Qur’an, Rasulullah selalu memberikan
penjelasan kepada sahabatnya, sebagaimana kalam Allah

)٤٤:١٦( ‫بالبينات و الزبر قلى و أ نزلنا إليك الذكر لتبين للناس ما نزل إليهم و لعلهم يتفكرون‬
Suatu kali Rasulullah s.a.w. berkhutbah di atas mimbar membaca ayat berikut –
diriwayatkan oleh Uqbah bin Amir-
‫و أعدوا لهم ما استطعتم قوة‬

Kemudian Rasulullah s.a.w. bersabda menjelaskan makna ‫ قوة‬sebagai berikut:

‫أال إن القوة الرمي‬


“Ketahuilah bahwa kekuatan itu pada memanah”.

Banyak lafal Al-Qur’an yang membutuhkan tafsir, apalagi sering digunakan susunan
kalimat yang singkat namun luas pengertiannya. Dalam lafazh yang sedikit saja dapat
terhimpun sekian banyak makna. Untuk itulah diperlukan penjelasan yang berupa tafsir
Al-Qur'an.

4 Sejarah Tafsir
Sejarah tafsir telah dimulai sejak masa Rasulullah s.a.w., kemudian pada masa
shahabat dan tabiin. Sesuai dengan judul, penulis akan membahas –secara singkat-
sejarah tafsir di masa shahabat saja.

4.1 Sejarah Tafsir di masa Shahabat


Para shahabat tidak menemui kesulitan memahami ayat-ayat Al-Quran. Mengapa?
Al-Quran diturunkan dalam bahasa Arab, bahasa mereka sendiri. Mereka mengenal
betul bentuk kata, susunan kata, tata bahasa, dan sastra Arab. Secara global mereka
memahami ayat-ayat tersebut seperti yang ditulis Ibnu Khaldun dalam mukadimah
kitabnya. Meskipun pemahaman mereka tidak sama, karena tidak samanya kekuatan

5
‫‪hapalan atau kecerdasan mereka. Hadits-hadits berikut menunjukkan bagaimana‬‬
‫‪mereka memahami Al-Quran.‬‬

‫{وفَاكِ َه ةً َوأَبّاً} ‪,1‬‬


‫أخرج أبو عبيد في الفضائل عن أنس‪ :‬أن عمر بن الخطاب قرأ على المنبر‪َ :‬‬ ‫‪.1‬‬

‫فقال‪ :‬هذه الفاكهة قد عرفناها‪ ،‬فما األب؟ ثم رجع إلى نفسه فقال‪ :‬إن هذا لهو التكلف‬
‫‪2‬‬
‫يا عمر"‬
‫الس ماو ِ‬
‫ات‬ ‫ِ‬
‫وأخرج أبو عبيد من طريق مجاهد عن ابن عباس قال‪ :‬كنت ال أدري ما‪{ :‬فَ اط َر َّ َ َ‬ ‫‪.2‬‬

‫َوالا َْر ِ‬
‫ض} ح تى أت اني أعرابي ان يتخاص مان في ب ئر‪ ،‬فق ال أح دهما‪ :‬أن ا فطرته ا‪ ،‬يق ول‪ :‬أن ا‬
‫‪3‬‬
‫ابتدأتها"‪.‬‬
‫ول ذا ق ال ابن قتيب ة‪" :‬إن الع رب ال تس توي في المعرف ة بجمي ع م ا في الق رآن من الغ ريب‬
‫‪4‬‬
‫والمتشابه‪ ،‬بل إن بعضها يفضل في ذلك عن بعض"‬

‫‪5 Sumber Tafsir pada Masa Shahabat‬‬


‫‪Para shahabat menafsirkan Al-Quran pada masa sesudah kenabian dengan‬‬
‫‪berpegang teguh (merujuk pada) pada Al-Quran Al-Karim, hadits-hadits nabi,‬‬
‫‪pemahaman dan ijtihad mereka sendiri, serta ahli kitab.‬‬

‫‪5.1 Al-Quran Al-Karim‬‬


‫‪Para shahabat menafsirkan Al-Quran dengan cara: mujmal ditafsirkan oleh‬‬
‫والمبيين( ‪mubaiyin‬‬ ‫‪), Al-Am‬المطالق والمقييد( ‪), muthlaq ditafsirkan oleh muqaiyad‬المجمال‬
‫والخصوص ( ‪di tafsirkan oleh Al-Khas‬‬ ‫‪), dan sebagian qira-at ditafsirkan oleh qiara-‬العموم‬
‫ل فى موضع قد يُبيَّن فى موضع ( ‪at yang lain‬‬ ‫ط فى مكان آخر وما أ ْ ِ‬ ‫وما أ ِ‬
‫ُجم َ‬ ‫ُوج َز فى مكان قد ُي ْبس َ‬
‫‪). Inilah yang disebut tafsir Al-Quran dengan Al-Quran.‬آخر‬

‫والمبيين ( ‪5.1.1 Mujmal ditafsirkan oleh mubayyin‬‬ ‫)المجمال‬


‫فس رتها آية‪{ :‬إِلَى َر ِّب َه ا‬
‫ار} َّ‬
‫صُ‬ ‫ومنه قوله تعالى فى سورة األنعام آية [‪{ :]103‬الَّ تُ ْد ِر ُك هُ األَبْ َ‬ ‫‪.1‬‬
‫نَ ِ‬
‫اظ َرةٌ} اآلية [‪ ]23‬من سورة القيامة من سورة القيامة‬

‫‪1‬‬
‫عبس‪:‬‬
‫‪31‬‬
‫‪2‬‬
‫اإلتقان" جـ‪ 2‬ص‪"113‬‬
‫‪3‬‬
‫اإلتقان" جـ‪ 2‬ص‪"113‬‬
‫‪4‬‬
‫التفسري واملفسرون" جـ‪ 1‬ص‪"36‬‬
‫‪6‬‬
‫يم ةُ األَْن َع ِام إِالَّ َم ا ُي ْتلَى َعلَْي ُك ْم}‪..‬‬ ‫ومنه قوله تعالى فى سورة المائدة آية [‪{ :]1‬أ ِ‬
‫ُحلَّ ْ‬
‫ت لَ ُك ْم بَ ِه َ‬ ‫‪.2‬‬

‫ت َعلَْي ُك ُم ال َْم ْيتَةُ} اآلية [‪ ]3‬من السورة نفسها‬ ‫{ح ِّر َم ْ‬


‫فسرتها آية ُ‬
‫ض الَّ ِذي يَِع ُد ُك ْم } بأنه العذاب األدنى‬ ‫ص ْب ُك ْم َب ْع ُ‬ ‫ص ُ‬
‫ك ِ‬
‫ادقاً ي ِ‬
‫{وإِن يَ ُ َ‬ ‫سورة غافر اآلية [‪َ :]28‬‬ ‫‪.3‬‬

‫ض الَّ ِذي‬ ‫عجل فى ال دنيا‪ ،‬لقول ه تع الى فى آخ ر ه ذه الس ورة آي ة [‪{ :]77‬فَِإ َّما نُ ِر َين َ‬
‫َّك َب ْع َ‬ ‫الم َّ‬ ‫ُ‬
‫نَِع ُد ُه ْم أ َْو َنَت َو َّفَين َ‬
‫َّك فَِإل َْينَا ُي ْر َجعُو َن}‬
‫ات أَن تَ ِميلُ واْ‬‫الش َهو ِ‬ ‫منه تفسير قوله تعالى فى سورة النساء آية [‪{ :]27‬ويُ ِري ُد الَّ ِذ ِ‬
‫ين َيتَّبعُ و َن َّ َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫‪.4‬‬
‫ِ‬ ‫َّ‬ ‫ِ‬
‫ين أُوتُواْ‬‫َم َت َر إِلَى الذ َ‬‫َم ْيالً َعظيماً} بأهل الكتاب لقوله تعالى فى السورة نفسها آية [‪{ :]44‬أَل ْ‬
‫ضلُّواْ َّ ِ‬ ‫الضالَلَةَ وي ِري ُدو َن أَن تَ ِ‬ ‫ْكتَ ِ‬ ‫صيباً ِّمن ال ِ‬ ‫نَ ِ‬
‫يل}‬
‫السب َ‬ ‫اب يَ ْشَت ُرو َن َّ َ ُ‬ ‫َ‬
‫والمقييد ( ‪5.1.2 Muthlaq ditafsirkan oleh muqayyad‬‬ ‫)المطالق‬
‫‪Penafsiran muthlaq dengan muqaiyad terdapat pada surat (ayat) yang‬‬
‫‪menggabungkan dua hukum berbeda karena mempunyai ‘sesuatu’ yang sama. Misalnya‬‬
‫‪) . wudhu dan tayamum‬القتل( ‪) dengan qital‬الظهار( ‪wudhu dengan tayamum, ayat dhihar‬‬
‫‪adalah dua hal yang berbeda hukumnya, tetapi sebab asalnya sama –yaitu thaharah.‬‬
‫‪Begitu pula dhihar dan qital.‬‬

‫وه ُك ْم َوأَيْ ِديَ ُك ْم إِلَى ال َْم َرافِ ِق}‪ ..‬ومطلقة‬


‫قوله تعالى فى سورة المائدة آية [‪{ :]6‬فا ْغ ِس لُواْ ُو ُج َ‬ ‫‪.1‬‬

‫وه ُك ْم َوأَيْ ِدي ُك ْم ِّم ْن هُ}‪ ..‬فقيدت فى‬ ‫فى التيمم فى قوله تعالى فى اآلية نفسها‪{ :‬فَامس حواْ بِوج ِ‬
‫َْ ُ ُُ‬
‫التيمم بالمرافق أيضاً‬
‫كفارة الظَ َهار يقول اهلل تعالى فى سورة المجادلة آية [ ‪َ { :]3‬فتَ ْح ِر ُير َر َقبَ ٍة}‪ ..‬وفى َّ‬
‫كفارة‬ ‫ففى َّ‬ ‫‪.2‬‬
‫ٍ ِ ٍ‬
‫فيحم ل المطل ق فى اآلي ة‬ ‫القت ل‪ ،‬يق ول فى س ورة النس اء آي ة [‪َ { :]92‬فتَ ْح ِري ُر َر َقبَ ة ُّم ْؤمنَ ة} ُ‬
‫المقيَّد فى اآلية الثانية‬
‫على ُ‬
‫والخصوص( ‪5.1.3 Al-Am di tafsirkan oleh Al-Khas‬‬ ‫)العموم‬
‫‪Contoh-contoh penafsiran ayat-ayat yang umum dengan yang khusus seperti‬‬
‫‪berikut ini:‬‬

‫آمنُواْ أَنِْف ُق واْ ِم َّما َر َزقْنَ ا ُكم‬


‫ين َ‬
‫َّ ِ‬
‫نفى ال ُخلَّة والشفاعة على جهة العموم فى قوله تعالى‪{ :‬ياأ َُّي َها الذ َ‬ ‫‪.1‬‬

‫اعةٌ َوالْ َك افِ ُرو َن ُه ُم الظَّالِ ُمو َن}‪ ..‬وقد استثنى‬ ‫ِّمن َقب ِل أَن يأْتِي ي وم الَّ بي ع فِ ِ‬
‫يه َوالَ ُخلَّةٌ َوالَ َش َف َ‬ ‫َ َ َ ْ ٌ َْ ٌ‬ ‫ْ‬
‫ِ‬ ‫ض ُه ْم لَِب ْع ٍ‬ ‫اهلل المتقين من نفى الخل ة فى قول ه‪{ :‬األ ِ‬
‫َخالَّءُ َي ْو َمئِ ٍذ َب ْع ُ‬
‫ين}‪..‬‬ ‫ض َع ُد ٌّو إِالَّ ال ُْمتَّق َ‬
‫ات الَ ُت ْغنِي َش َف َ‬
‫اعُت ُه ْم َش ْيئاً‬ ‫الس ماو ِ‬ ‫ٍ ِ‬
‫{و َك ْم ِّمن َّملَك في َّ َ َ‬ ‫واستثنى ما أذن فيه من الشفاعة بقوله‪َ :‬‬
‫‪7‬‬
‫و?ءا يُ ْج َز‬
‫{من َي ْع َم ْل ُس ً‬ ‫إِالَّ ِمن َب ْع ِد أَن يَ أْذَ َن اللَّهُ لِ َمن يَ َش آءُ َو َي ْر َ‬
‫ض ى}‪ ..‬ومث ل قول ه تع الى‪َ :‬‬
‫ِ‬
‫ص‪.‬‬ ‫بِه}‪ ..‬فإن ما فيها من عموم ُ‬
‫خص ِّ‬
‫كخلق آدم من ت راب فى بعض اآلي ات‪ ،‬ومن طين فى غيره ا‪ ،‬ومن حمأ مس نون‪ ،‬ومن‬ ‫‪.2‬‬

‫صلصال‪ ،‬فإن هذا ذكر لألطوار التى َم َّر بها آدم من مبدأ خلقه إلى نفخ الروح فيه‪.‬‬

‫قد ( ‪5.1.4 Sebagian qira-at ditafsirkan oleh qiara-at yang lain‬‬ ‫وما أ ِ‬
‫ُوج َز فى مك ان‬
‫ُج ِم َل فى موضع قد يُبيَّن فى موضع آخر‬
‫ط فى مكان آخر وما أ ْ‬
‫) ُي ْبس َ‬
‫تفس ر لف ظ الزخ رف فى‬ ‫فق راءة ابن مس عود رض ى اهلل عن ه‪" :‬أو يك ون ل ك بيبت من ذهب" ِّ‬ ‫‪.1‬‬

‫ف} فق راءة ابن مس عود رض ى اهلل عن ه‪" :‬أو‬ ‫ت ِّمن ُز ْخ ر ٍ‬‫َك َب ْي ٌ‬


‫الق راءة المش هورة‪{ :‬أ َْو يَ ُك و َن ل َ‬
‫ُ‬
‫ت‬
‫َك َب ْي ٌ‬
‫تفس ر لف ظ الزخ رف فى الق راءة المش هورة‪{ :‬أ َْو يَ ُك و َن ل َ‬ ‫يك ون ل ك بيبت من ذهب" ِّ‬
‫ِّمن ُز ْخر ٍ‬
‫ف}‬ ‫ُ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬
‫اس َع ْواْ إِلَى ذ ْك ِر اللَّه}‪..‬‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫َّ‬
‫ْج ُم َع ة فَ ْ‬
‫لص الَة من َي ْوم ال ُ‬
‫ي ل َّ‬‫آمنُ و?اْ إِ َذا نُود َ‬
‫ين َ‬‫قوله تعالى‪{ :‬ياأ َُّي َه ا الذ َ‬ ‫‪.2‬‬

‫وفسرتها القراءة األخرى‪" :‬فامضوا إلى ذكر اهلل"‬


‫َّ‬
‫‪5.2 Nabi s.a.w.‬‬
‫‪Nabi Muhammad s.a.w. menjadi rujukan para shahabat jika mereka tidak‬‬
‫‪memahami suatu ayat. Nabi merupakan mubayyin.‬‬

‫يم ا َن ُه ْم بِظُل ٍْم}‪ ,5‬شق ذلك على الناس فقالوا‪ :‬يا رسول اهلل‪ ،‬وأينا‬ ‫آمنُ وا ول ِ‬ ‫َّ ِ‬
‫س وا إِ َ‬
‫َم َي ْلب ُ‬
‫ين َ َ ْ‬ ‫{الذ َ‬ ‫‪.1‬‬

‫ال يظلم نفس ه؟ ق ال‪" :‬إن ه ليس ال ذي تعن ون‪ ،‬ألم تس معوا م ا ق ال العب د الص الح‪{ :‬إِ َّن‬
‫الشر َك لَظُل ِ‬
‫يم} إنما هو الشرك" ‪.6‬‬ ‫ْم َعظ ٌ‬
‫ٌ‬ ‫ِّ ْ‬
‫كما كان الرسول ‪-‬صلى اهلل عليه وسلم‪ -‬يبيِّن لهم ما يشاء عند الحاجة‪ ،‬عن عقبة بن عامر‬ ‫‪.2‬‬
‫قال‪" :‬سمعت رس ول اهلل ‪-‬صلى اهلل عليه وسلم‪ -‬يقول وه و على المن بر‪{ :‬وأ ِ‬
‫َع دُّوا ل َُه ْم َم ا‬ ‫َ‬
‫استَطَ ْعتُ ْم ِم ْن ُق َّو ٍة} "أال وإن القوة الرمي" ‪.7‬‬‫ْ‬
‫‪8‬‬
‫وعن أنس قال‪ :‬قال رسول اهلل‪ ,‬صلى اهلل عليه وسلم‪" :‬الكوثر نهر أعطانيه ربي في الجنة"‬ ‫‪.3‬‬

‫‪5‬‬
‫األنعام‪82 :‬‬
‫‪6‬‬
‫لقمان‪]13 :‬‬ ‫رواه أحمد والشيخان وغيرهم ‪[ -‬واآلية من سورة‬
‫‪7‬‬
‫األنفال‪]60 :‬‬ ‫أخرجه مسلم وغيره ‪[ -‬واآلية من سورة‬
‫‪8‬‬
‫أخرجه أحمد ومسلم‬
‫‪8‬‬
Penafsiran seperti ini dinamakan At-tafsir bil Ma-tsur. Hal ini seperti kalam Allah
‫دى َو َر ْح َم ةً لَِق ْوٍم‬ ِ ِ ِ َّ ِ
ً ‫اب إِاَّل لتَُبيِّ َن ل َُه ُم الذي ا ْخَتلَ ُف وا في ه َو ُه‬
ِ َ ‫ {وم ا أَْنزلْنَ ا َعلَي‬:‫وق ال اهلل تع الى‬
َ َ‫ك الْكت‬ ْ َ ََ
}‫ُي ْؤ ِمنُو َن‬
9

5.3 Pemahaman dan Ijtihad


Ayat-ayat yang ditafsirkan oleh Rasulullah s.a.w. tidaklah banyak. Bagaimana para
shahabat menafsirkan ayat jika tidak ada keterangan dari Al-Quran dan nabi? Mereka
menafsirkan ayat-ayat Al-Quran dengan pemahaman dan ijtihad mereka sendiri. Mereka
berijtihad dengan pemahaman mereka karena bahasa Arabnya murni, menguasai
bahasa Arab, bagus pemahamannya, dan menguasai sastra Arab.

5.3.1 Dasar-dasar Berijtihad


Ijtihad yang dilakukan para shahabat dapat diterima. Mengapa? Ijtihad para
shahabat dapat diterima karena mereka adalah orang-orang yang:

3. Paham tentang tata bahasa, diksi (pilihan kata), dan filosofi bahasa Arab
4. Paham kebudayaan Arab
5. Paham kebudayaan orang-orang Yahudi yang tinggal di Jazirah Arab pada
masa turunnya wahyu.
َ ُ‫س الْبِ ُّر بِ أَن تَ أْتُواْ الُْبي‬ ِ َ ‫َّس ي?ء ِزي‬
ِ ‫ {إِنَّما الن‬:‫قوله تع الى‬
‫وت‬ َ ‫ { َول َْي‬:‫ وقوله‬..}‫ادةٌ في الْ ُك ْف ِر‬ َ ُ َ
}‫ِمن ظُ ُهو ِر َها‬
Tidaklah mudah memahami ayat di atas jika tidak mengetahui pola hidup
orang-orang ahli kitab di masa tersebut.
6. Pehaman dan wawasan berpikirnya luas dan dalam.
Dalamnya pemahaman dan luasnya wawasan sangat diperlukan dalam
berijtihad. Sebagaimana doa nabi untuk Ibnu Abbas r.a.
‫ وه ذا ببركة‬،‫ولقد ك ان ابن عب اس ص احب النص يب األك بر والحظ األوفر من ذل ك‬
َ ‫ "اللَّهم فََِّقه فى الدين‬:‫دعاء رسول اهلل صلى اهلل عليه وسلم له بذلك حيث قال‬
‫وعلِّمه‬
"‫التأويل‬
Berdasarkan dasar-dasar berijtihad tersebut, tidaklah sama tingkatan para
shahabat dalam pemahaman dan berijtihad. Dari sekian banyak shahabat yang banyak
menafsirkan Al-Quran seperti Khulafaur Rosyidin, Ibnu Mas’ud, Ibnu Abbas, Ubai bin
Ka’ab, Zaid bin Tsabit, Abu Musa al-Asy’ari, Abdullah bin Jubair, Ummul mukminin
Aisyah- hanya empat diantaranya yang memenuhi dasar-dasar ijtihad di atas. Mereka
adalah Ali bin Thalib, Abdullah bin Mas’ud, Abdullah bin Abbas, dan Ubai bin Ka’ab.

9
64 :‫النحل‬
9
‫‪Perbedaan tingkat pemahaman di antara shahabat memang menimbulkan‬‬
‫‪perbedaan pendapat. Namun, hal itu sangat sedikit dan mereka tidak menjadikan hal itu‬‬
‫‪sebagai pokok perselisihan. Jika ada hujjah yang lebih kuat mereka akan menerimanya.‬‬

‫ما روى من أن عمر استعمل قدامة بن مظعون على البحرين فقدم الجارود على عمر فقال‪ :‬إن‬ ‫‪.1‬‬

‫قدامة شرب فسكر‪ ،‬فقال عمر‪َ :‬من يشهد على ما تقول؟ قال الجارود‪ :‬أبو هريرة يشهد على‬
‫واهلل لو ش ربت كما يق ول ما ك ان لك أن‬ ‫أق ول‪ ،‬فق ال عمر‪ :‬يا قدامة إنى جالِ ُدك‪ ،‬ق ال‪ِ :‬‬
‫َ‬
‫ات‬ ‫ِ‬
‫الص الح ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫َّ‬
‫آمنُ واْ َو َعملُ واْ َّ َ‬ ‫ين َ‬ ‫س َعلَى الذ َ‬ ‫ولم؟ ق ال‪ :‬ألن اهلل يق ول‪{ :‬ل َْي َ‬ ‫تجل دنى‪ ،‬ق ال عمر‪َ :‬‬
‫جنَاح فِيما طَ ِعمو?اْ إِذَا ما َّات َقواْ وآمنُواْ و َع ِملُواْ َّ ِ ِ‬
‫آمنُواْ ثُ َّم َّات َقواْ َّوأ ْ‬
‫َح َسنُواْ}‬ ‫الصال َحات ثُ َّم َّات َقواْ َو َ‬ ‫َ َ َ‬ ‫َ‬ ‫ُ ٌ َ ُ‬
‫شهدت مع رس ول‬ ‫ُ‬ ‫فأنا من الذين آمنوا وعملوا الصالحات‪ ،‬ثم اتقوا وآمنوا‪ ،‬ثم اتقو وأحسنوا‪،‬‬
‫ُح داً‪ ،‬والخن دق‪ ،‬والمش اهد‪ .‬فق ال عمر‪ :‬أألا ت ردون عليه‬
‫اهلل ص لى اهلل عليه وس لم ب دراً‪ ،‬وأ ُ‬
‫وح َّجة على الب اقين‪ ،‬ألن اهلل‬ ‫قول ه؟ فق ال ابن عب اس‪ :‬إن ه ذه اآلي ات أُن زلت ع ذراً للماض ين ُ‬
‫ِ‬ ‫َّ ِ‬
‫اب َواألَ ْزالَ ُم ِر ْج ٌ‬
‫س ِّم ْن َع َم ِل‬ ‫آمنُ واْ إِنَّ َما الْ َخ ْم ُر َوال َْم ْيس ُر َواأل َ‬
‫َنص ُ‬ ‫ين َ‬
‫يق ول‪{ :‬يَاأ َُّي َها الذ َ‬
‫ان}‪ ..‬قال عمر‪ :‬صدقت‬ ‫الش ْيطَ ِ‬
‫َّ‬
‫وما رواه البخارى من طريق سعيد بن جبير عن ابن عباس قال‪" :‬كان عمر يُدخلنى مع أشياخ‬ ‫‪.2‬‬
‫بدر‪ ،‬فكأن بعضهم َو َج َد فى نفسه وقال‪ :‬لِ َم يُدخل هذا معنا َّ‬
‫وإن لنا أبناء مثله؟ فقال عمر‪ :‬إنه‬
‫من أعلمكم‪ ،‬فدعاهم ذات يوم فأدخلنى معهم فما رأيت أنه دعانى فيهم إال ليريهم‪ ،‬فقال‪ :‬ما‬
‫ص ُر اللَّ ِه َوالْ َف ْت ُح}؟ فق ال بعض هم‪ :‬أُمرنا أن نحمد اهلل‬ ‫تقول ون فى قوله تع الى‪{ :‬إِذَا َج َ‬
‫آء نَ ْ‬
‫ونستغفره إذا نصرنا وفتح علينا‪ ،‬وسكت بعضهم ولم يقل شيئاً‪ ،‬فقال لى‪ :‬أكذلك تقول يابن‬
‫عب اس؟ فقلت‪ :‬ال‪ ،‬فق ال‪ :‬ما تق ول؟ قلت‪ :‬هو أجل رس ول اهلل ص لى اهلل عليه وس لم أعلمه اهلل‬
‫اس َت ْغ ِف ْرهُ إِنَّهُ‬ ‫ص ُر اللَّ ِه َوالْ َف ْت ُح} فذلك عالمة أجلك‪{ ،‬فَ َس بِّ ْح بِ َح ْم ِد َربِّ َ‬
‫ك َو ْ‬ ‫له‪ ،‬قال‪{ :‬إِ َذا َج َ‬
‫آء نَ ْ‬
‫َكا َن َت َّواباً}‪ ..‬فقال عمر‪ :‬ال أعلم منها إألا َما تقول‬

‫‪5.4 Ahlul Kitab‬‬


‫‪Dalam usaha menafsirkan Al-Quran para shahabat pun mendatangi ahli kitab.‬‬
‫‪Tujuan mereka untuk mendapatkan keterangan atau cerita yang dapat menjelaskan ayat‬‬
‫‪yang dibutuhkan penafsirannya. Karena ahli kitab mewarisi kitab Taurat dan Injil yang‬‬
‫‪berisi ajaran tauhid.‬‬

‫‪10‬‬
6 Kedudukan Tafsir Sahabat
Kedudukan tafsir shahabat dalam pandangan ulama adalah sebagai berikut:

7. Imam Al-Hakim dalam kitabnya –Al Mustadrak- mengatakan bahwa tafsir


oleh shahabat yang menyaksikan turunnya wahyu hukumnya marfu’. Karena
mereka meriwayatkannya dari nabi.
8. Asy-Syaikhaini menguatkan pendapat Al-Hakim tersebut bahwa tafsir
shahabat yang menyaksikan turunnya wahyu haditnya musnad.
9. Menurut Ibnu Sholah, Nawawii, dan yang lainnya, tafsir shahabat itu Ithlaq.
Karena jika dikembalikan ke asbabun nuzulnya tidak ada celah untuk ra’yi.
10. Tafsir shahabat yang tidak mengambil keterangan dari nabi hukumnya
mauquf. Ulama berbeda pendapat tentang hadits mauquf ini. Sebagian
mengatakan hadits mauquf tidak boleh diambil, sebagian lain mengatakan
boleh dengan alasan bahwa shahabat mengambil hadits tersebut karena
mendengar dari nabi. Terlebih jika yang membawakan hadits tersebut
empat shahabat yang ahli tafsir. Tafsir yang ini menjadi marfu’ hukman.
11. Termasuk tafsir ma’tsur
12. Termasuk tafsir mu’tamad (dapat dijadikan pegangan)

Para ulama sepakat bahwa tafsir shahabat dapat diterima. Karena mereka pernah
berkumpul dan bertemu dengan rasulullah s.a.w, mendapatkan keterangan dari sumber
pertama, menyaksikan turunnya wahyu, dan mengetahui asbabun nuzul, selain
penguasaan mereka terhadap bahasa dan budaya Arab.

7 Keistimewaan Tafsir pada Masa Sahabat


13. Tidak menyeluruh. Karena mereka paham bahasa Arab.
14. Jarangnya perselisihan dalam memahami makna.
15. Sering merasa cukup dengan makna global, jadi tidak perlu diperinci lagi.
16. Menerangkan dengan bahasa yang sepadan.
17. Jarang mengambil kesimpulan dari fiqih.
18. Belum ada kitab tafsir yang dibukukan. Sebaliknya, penafsiran ayat-ayat Al-
Quran terdapat dalam kitab hadits.

11
Daftar Pustaka
1. Adz-Dzahabi, Tafsir wal Mufasirun, penerbit Maktabah Wahbah, 2003/1423, hal. 24-
73.
2. Ahmad Muhammad Alhashri, penerbit Wara Al-Jayiid, Beirut, 1991/1411, hal. 29, 32-
33.
3. Ahmad Musthofa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, Darul Fikr, Beirut, 1973/1394, juz 3,
hal 5-6.
4. Al Hakim, Al-Mustadrak, penerbit Darul Fikr, Beirut, 2002/1422, hal. 24-25.
5. As-Suyuuthii, Al Itqan fii Ulumil Quran, penerbit Darul Kutub Al-Ilmiyah, Beirut,
2004/1425, hal. 587-591.
6. Ibnu Hajar, Al-Ishabah fii tamyiiz Asmai Ash-Shahabi, penerbit Darul Fikr, Beirut,
2001/1421 H, hal. 4.
7. Ibnu Taimiyah, Tafsir Al-Kamil, penerbit Darul Fikr, Beirut, 1423/2003, juz.1, hal 3.
8. Mana Qathan, Mabahits fii Ulumil Quran, penerbit Mansyuratul Asril Hadits, hal.
323-324 dan 334-337.
9. Muhammad Ali Ash-Shabuni, At-Tibyan fii Ulumil Quran, penerbit Dinamika Berkah
Utama, Jakarta, hal. 61-66.
10. Muhammad Jamaludiin Al-Qaasimyi, Tafsir Al-Qaasimyi, Darul Kutub Al-Ilmiyah,
Beirut, 2003/1424, hal. 7-8.

12

You might also like