You are on page 1of 17

Kukuh Febriyanto Putra

NPM. 1253010077

Beton Prategang (Pratekan)

Beton Prategang
( Prestressed Concrete )
A. Sejarah Perkembangan Beton Prategang
Beton adalah suatu bahan yang mempunyai kekuatan yang
tinggi terhadap tekan, tetapi sebaliknya mempunyai kekuatan
relatif sangat rendah terhadap tarik. Beton tidak selamanya
bekerja secara efektif didalam penampang-penampang struktur
beton bertulang, hanya bagian
tertekan saja yang efektif bekerja,
sedangkan

bagian

beton

yang

retak dibagian yang tertarik tidak


bekerja

efektif

merupakan

beban

dan
mati

hanya
yang

tidak bermanfaat. Hal inilah yang menyebabkan tidak dapatnya


diciptakan srtuktur-struktur beton bertulang dengan bentang
yang panjang secara ekonomis, karena terlalu banyak beban
mati yang tidak efektif. Disampimg itu, retak-retak disekitar baja
tulangan bisa berbahaya bagi struktur karena merupakan tempat
meresapnya air dan udara luar kedalam baja tulangan sehingga
terjadi karatan. Putusnya baja tulangan akibat karatan fatal
akibatnya bagi struktur.
Untuk mengatasi hal tersebut pada tahun 1886 PH. Jackson
dari California, Amerika Serikat mencoba menerapkan sistem
beton prategang saat membuat konstruksi pelat atap. Kemudian
pada tahun 1888, CEW Doehring mendapatkan hak paten untuk
penegangan pelat beton dengan kawat baja. Tetapi gaya
prategang yang diterapkan dalam waktu yang singkat menjadi
hilang, karena rendahnya mutu dan kekuatan baja.

Kukuh Febriyanto Putra


NPM. 1253010077

Beton Prategang (Pratekan)

Untuk mengatasi hilangnya gaya prategang dalam waktu


singkat, G.R. Steiner pada tahun 1908 mengusulkan untuk
melakukan penegangan kembali (USA). Sedangkan J. Mandl dan
M.

Koenen

dari

Jerman,

menyelidiki

identitas

dan

besar

kehilangan gaya prategang. Pada tahun 1928, Eugene Freyssinet


seorang Insinyur dari Perancis berhasil menemukan pentingnya
kehilangan gaya prategang dan usaha untuk mengatasinya. Dan
ia

berhasil

sehingga

memberikan pratekan
dimungkinkan

untuk

terhadap

membuat

struktur
desain

beton
dengan

penampang yang lebih kecil untuk bentang yang relatif panjang.


Kesulitan kemudian timbul dalam perhitungan struktur statis
tak tentu, karena pemberian pratekan menimbulkan gaya
tambahan yang sulit diperhitungkan. Pada 1951 Yves Guyon
berhasil

memberikan

Perkembangan

beton

solusi

atas

pratekan

masalah

tersebut.

berlanjut

dengan

dikemukakannya Load Balancing Theory oleh Tung Yen Lin pada


1963.

Teori

tersebut

telah

mendorong

perkembangan

penggunaan beton pratekan yang sangat pesat. P.W. Abeles dari


Inggris

kemudian

memperkenalkan

penggunaan

partial

prestressing yang mengijinkan tegangan tarik terbatas pada


beton.
Bangunan pertama yang dibangun dengan sistem beton
prategang adalah jembatan Walnut Lane Bridge di Philadelphia
dengan bentang 47 m, pada tahun 1940/1950. Sekarang telah
banyak dikembangkan sistem dan teknik prategang. Dan beton

Kukuh Febriyanto Putra


NPM. 1253010077

Beton Prategang (Pratekan)

prategang sekarang telah diterima dan banyak dipakai, setelah


melalui banyak penyempurnaan hampir pada setiap elemen
struktur ataupun sistem bangunan. Dengan beton prategang
dapat dibuat bentang yang besar tetapi langsing.
B. Definisi Beton Prategang
Definisi beton prategang menurut beberapa peraturan
adalah sebagai berikut:
a.

Menurut PBI 1971


Beton prategang adalah beton bertulang dimana telah
ditimbulkan tegangan-tegangan intern dengan nilai dan
pembagian yang sedemikian rupa hingga tegangan-tegangan
akibat beton-beton dapat dinetralkan sampai suatu taraf
yang diinginkan.

b.

Menurut Draft Konsensus Pedoman Beton 1998


Beton prategang adalah beton bertulang dimana telah
diberikan tegangan dalam untuk mengurangi tegangan tarik
potensial dalam beton akibat pemberian beban yang bekerja.

c.

Menurut ACI
Beton prategang adalah beton yang mengalami tegangan
internal
sehingga

dengan
dapat

besar

dan

distribusi

mengimbangi

sampai

sedemikian
batas

rupa

tertentu

tegangan yang terjadi akibat beban eksternal.


Dapat ditambahkan bahwa beton prategang, dalam arti
seluas-luasnya, dapat juga termasuk keadaan (kasus) dimana
tegangan-tegangan yang diakibatkan oleh regangan-regangan
internal diimbangi sampai batas tertentu, seperti pada konstruksi
yang melengkung (busur).
C. Type Beton Prategang

Kukuh Febriyanto Putra


NPM. 1253010077

Beton Prategang (Pratekan)

Dalam C.E.B. (Comite Europeen du Beton) ditentukan tiga


kelas beton prategang, yaitu :

Kelas 1 : seluruh bagian konstruksi dalam tegangan tekan


pada beban kerja.
Kelas 2: konstruksi

monolit

yang

memperkenankan

adanya tegangan tarik yang terbatas, tapi tidak boleh


terlihat retak pada beban kerja.
Kelas 3: boleh terjadi retak rambut pada beban kerja, tapi
besarnya lendutan dibatasi.
Kelas 2A: adalah sub kelas yang merupakan kombinasi
dari dua kelas, yaitu kelas 1 pada beban kerja yang terdiri
dari beban tetap dan beban hidup, tetapi juga

seperti

kelas 3 pada beban ekstrim. Karena sifat dari beton


prategang, retak rambut akan menutup kembali pada
beban kerja yang biasa.
Sistem desain ini sesuai dengan anggapan faktor keamanan
itu adalah terhadap beban yang ekstrim. Maka desain untuk
beban kerja biasa disesuaikan dengan persyaratan beton kelas
1, dan untuk beban ekstrim pada beton kelas 3. Dalam hal ini kelas
1 juga disebut : fully prestressed.
Kondisi beban batas yang diminta untuk ketiga kelas adalah
sama, tapi syarat gaya prategang efektif tergantung pada
pembebanan.
CEB/FIP Recommendations membagi dalam 4 kelas :
Kelas 1 dan 2 : tidak boleh ada retakan, tetapi pada kelas
2 diperbolehkan retak yang halus sekali; kelas 1 dalam
keadaan tertekan pada beban kerja.
Kelas 3 dan 4 terjadi retakan pada beban kerja.
Kelas 3 disebut : Prestressed Reinforced Concrete. Kelas 4
adalah beton bertulang.
Kelas 2A seperti pada skema adalah yang paling ideal,

Kukuh Febriyanto Putra


NPM. 1253010077

Beton Prategang (Pratekan)

sebab merupakan kondisi kelas 1 pada beban kerja


selama berdirinya bangunan, retak sementara terjadi
karena beban kelebihan selama masa yang pendek.
D. Prinsip Kerja Beton Prategang
Untuk memberikan tegangan

pada

terdapat dua prinsip yang berbeda, yaitu :


a. Pre-tensioned Prestressed Concrete
konstruksi

dimana

tendon

beton

prategang

(pratarik),

ditegangkan

ialah

dengan

pertolongan alat pembantu sebelum beton mengeras dan


gaya prategang dipertahankan sampai beton cukup keras.
b. Post-tensioned Prestressed Concrete (pasca tarik),
adalah konstruksi dimana setelah betonnya cukup keras,
barulah bajanya yang tidak melekat pada beton diberi
tegangan.
1. Pre-Tensioning ( Pra Tarik)
Metode ini baja prategang diberi gaya prategang dulu
sebelum beton dicor, oleh karena itu disebut pretension method.
Adapun prinsip dari Pratarik ini secara singkat adalah sebagai
berikut :

Tahap 1 : Kabel ( Tendon ) prategang ditarik atau diberi gaya

Kukuh Febriyanto Putra


NPM. 1253010077

prategang

Beton Prategang (Pratekan)

kemudian diangker pada suatu abutment tetap

( gambar A )
Tahap 2 : Beton dicor pada cetakan ( formwork ) dan landasan
yang sudah disediakan sedemikian sehingga melingkupi tendon
yang sudah diberi

gaya prategang dan dibiarkan mengering

( gambar B ).
Tahap 3 : Setelah beton mengering dan cukup umur kuat untuk
menerima

gaya

prategang,

tendon dipotong

dan

dilepas, sehingga gaya

prategang ditransfer ke beton ( gambar C ).


Setelah gaya prategang ditransfer kebeton,
tersebut

balok beton

akan melengkung keatas sebelum menerima beban

kerja. Setelah beban kerja bekerja, maka balok beton tersebut


akan rata.

2. Post-Tensioning ( Pascatarik )
Pada metode Pascatarik, beton dicor lebih dahulu,
dimana sebelumnya telah disiapkan saluran kabel atau tendon
yang disebut duct. Secara singkat metode ini dapat dijelaskan
sebagai berikut :

Kukuh Febriyanto Putra


NPM. 1253010077

Beton Prategang (Pratekan)

Tahap 1 : Dengan cetakan ( formwork )


disediakan

lengkap

dengan

yang

telah

saluran/selongsong

kabel

prategang ( tendon duct ) yang dipasang melengkung sesuai


bidang momen balok, beton dicor ( gambar A ).
Tahap 2 : Setelah beton cukup umur dan kuat memikul gaya
prategang, tendon atau kabel prategang dimasukkan dalam
selongsong

tendon

duct

mendapatkan gaya prategang.

),

kemudian

ditarik

untuk

Methode pemberian gaya

prategang ini, salah satu ujung kabel diangker, kemudian ujung


lainnya ditarik ( ditarik dari satu sisi ). Ada pula yang ditarik
dikedua sisinya
diangkur,

dan

diangker secara bersamaan.

Setelah

kemudian saluran di grouting melalui lubang yang

telah disediakan. ( Gambar B ).


Tahap 3 : Setelah diangkur, balok beton menjadi tertekan,
jadi gaya prategang telah ditransfer kebeton. Karena tendon
dipasang melengkung,

maka akibat gaya prategang tendon

memberikan beban merata kebalok yang arahnya keatas,


akibatnya balok melengkung keatas ( gambar C ).
Karena alasan transportasi dari pabrik beton,
7

maka

Kukuh Febriyanto Putra


NPM. 1253010077

biasanya

beton

Beton Prategang (Pratekan)

prategang dengan sistem post-tension ini

dilaksanakan secara segmental ( balok dibagi-bagi,


dengan panjang 1 ~ 1,5 m ),

misalnya

kemudian pemberian gaya

prategang dilaksanakan disite, setelah balok segmental tersebut


dirangkai.
E. Tahap Pembebanan
Tidak

seperti

beton

bertulang,

beton

prategang

mengalami beberapa tahap pembebanan. Pada setiap tahap


pembebanan harus dilakukan pengecekan atas kondisi serat
tertekan dan serat tertarik dari setiap penampang. Pada tahap
tersebut berlaku tegangan ijin yang berbeda-beda sesuai kondisi
beton dan tendon. Ada dua tahap pembebanan pada beton
prategang, yaitu transfer dan service.
1. Transfer
Tahap transfer adalah tahap pada saat beton sudah
mulai

mengering

dan

dilakukan

penarikan

kabel

prategang. Pada saat ini biasanya yang bekerja hanya


beban mati struktur, yaitu berat sendiri struktur ditambah
beban pekerja dan alat. Pada saat ini beban hidup belum
bekerja sehingga momen yang bekerja adalah minimum,
sementara

gaya

yang

bekerja

adalah

maksimum

karena belum ada kehilangan gaya prategang.


2. Servis
Kondisi service (servis) adalah kondisi pada saat beton
prategang

digunakan

sebagai

komponen

struktur.

Kondisi ini dicapai setelah semua kehilangan gaya


prategang dipertimbangkan. Pada saat ini beban luar pada
kondisi

yang

maksimum

mendekati harga minimum.


F. Material Beton Prategang
8

sedangkan

gaya

pratekan

Kukuh Febriyanto Putra


NPM. 1253010077

Beton Prategang (Pratekan)

1. Beton
Beton adalah campuran dari semen, air dan agregat
serta

suatu

bahan tambahan. Setelah beberapa jam

dicampur, bahan-bahan tersebut akan langsung mengeras


sesuai bentuk pada waktu basahnya. Campuran tipikal
untuk beton dengan perbandingan berat adalah agregat
kasar 44%, agregat halus 31%, semen 18%, dan air 7%.
Kekuatan beton ditentukan oleh kuat tekan karakteristik
pada usia 28 hari (fc). Kuat tekan karakteristik adalah
tegangan yang melampaui 95% dari pengukuran kuat tekan
uniaksial yang diambil dari tes penekanan standar, yaitu
dengan kubus ukuran 150x150 mm, atau siliner dengan
diameter 150 mm dan tinggi 300 mm. Pengukuran kekuatan
dengan kubus adalah lebih tinggi daripada dengan silinder.
Rasio antara kekuatan silinder dan kubus adalah 0,8.
Beton yang digunakan untuk beton prategang adalah
yang mempunyai kekuatan tekan yang cukup tinggi dengan
nilai fc antara 30 - 45 Mpa. Kuat tekan yang

tinggi

diperlukan untuk menahan tegangan tekan pada serat


tertekan, pengangkuran
keretakan,

tendon,

mempunyai

mencegah

terjadinya

modulus elastisitas yang tinggi dan

mengalami rangkak lebih kecil.


Kuat tarik beton mempunyai harga yang jauh lebih rendah
dari

kuat

tekannya.

Untuk

tujuan

desain,

SNI

2002

menetapkan kuat tarik beton sebesar ts = 0,5 fc,


sedangkan ACI 318 sebesar ts = 0,6 fc.
2. Baja
Baja yang dipakai untuk beton prategang dalam praktiknya
ada empat macam, yaitu :
a. Kawat tunggal (wires), biasanya digunakan untuk baja
9

Kukuh Febriyanto Putra


NPM. 1253010077

Beton Prategang (Pratekan)

prategang pada beton prategang dengan sistem pratarik.


b. Untaian kawat (strand), biasanya digunakan untuk baja
prategang

untuk

beton

prategang

dengan

sistem

pascatarik.
c. Kawat batangan (bars), biasanya digunakan untuk baja
prategang pada beton prategang dengan sistem pratarik.
d. Tulangan biasa, sering digunakan untuk tulangan nonprategang (tidak ditarik), seperti tulangan memanjang,
sengkang, tulangan untuk pengangkuran dan lain-lain.
G. Kelebihan Beton Prategang
Konstruksi

beton

prategang

Prestressed

concrete

mempunyai beberapa keuntungan bila dibandingkan dengan


konstruksi beton bertulang biasa, antara lain:
a. Terhindarnya retak terbuka didaerah tarik, sehingga
beton prategang akan lebih tahan terhadap korosi.
b. Lebih kedap terhadap air, cocok untuk pipa dan tangki air.
c. Karena terbentuknya lawan lendut akibat gaya prategang
sebelum beban rencana bekerja, maka lendutan akhir
setelah beban rencana bekerja, akan lebih kecil dari pada
beton bertulang biasa.
d. Penampang struktur akan lebih kecil/langsing, sebab
seluruh luas penampang dipergunakan secara efektif.
e. Jumlah berat baja prategang jauh lebih kecil dari pada
jumlah berat besi penulangan pada konstruksi beton
bertulang biasa.
f. Ketahanan geser

balok

dan

ketahanan

puntirnya

bertambah.
Dengan ini, maka suatu struktur dengan bentangan besar
penampangnya

akan

Natural Frequency

lebih langsing, hal ini mengakibatkan

dari struktur berkurang,

sehingga menjadi

dinamis instabil akibat beban getaran gempa atau angin, kecuali


bila struktur itu memiliki redaman yang cukup atau kekakuannya

10

Kukuh Febriyanto Putra


NPM. 1253010077

Beton Prategang (Pratekan)

ditambah.
Bila ditinjau dari segi ekonomis, maka ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan :
a. Jumlah voluma beton yang diperlukan lebih kecil.
b. Jumlah baja/besi yang dipergunakan hanya 1/5 ~ 1/3 nya.
c. Tetapi
biaya
awalnya
tidak
sebanding
dengan
pengurangan beratnya. Harga baja dan beton mutu
tinggi lebih mahal, selain itu formwork dan penegangan
baja prategang perlu tambahan biaya. Perbedaan biaya
awal ini akan menjadi lebih kecil, jika beton prategang
yang dibuat adalah beton pracetak dalam jumlah yang
besar.
d. Sebaliknya

beton

prategang

hampir-hampir

tidak

memerlukan biaya pemeliharan, lebih tahan lama karena


tidak adanya retak-retak, berkurangnya beban mati yang
diterima pondasi, dapat mempunyai bentang yang lebih
besar, dan tinggi penampang konstruksinya berkurang.
Ada beberapa keuntungan dari

beton prategang

bila

dibandingkan dengan beton bertulang biasa :


a. Karena pada beton prategang dipergunakan material
yang bermutu tinggi, baik beton dan baja prategang,
maka voluma material yang dipergunakan lebih kecil bila
dibandingkan dengan beton bertulang biasa untuk beban
yang sama. Menurut pengalaman dengan meningkatkan
mutu beton 2x lipat akan menghemat biaya sekitar 30 %.
b. Pada beton prategang seluruh penampang beton aktif
menerima beban, sedangkan pada beton bertulang biasa
hanya penampang yang tidak retak saja yang menerima
beban.
c. Beton pratekan akan lebih ringan atau langsing ( karena
volumanya lebih kecil ) sehingga secara estetika akan

11

Kukuh Febriyanto Putra


NPM. 1253010077

Beton Prategang (Pratekan)

lebih baik. Untuk bentangan bentangan yang besar


seperti jembatan dimana pengaruh berat sendiri sangat
besar, maka penggunaan beton prategang akan sangat
menguntungkan, karena lebih ringan dapat menghemat
pondasinya.
d. Karena tidak terjadi retak pada beton prategang, maka
baik baja penulangan dan baja prategang akan lebih
terlindungi terhadap bahaya korosi, sehingga akan lebih
cocok untuk struktur yang bertempat didaerah korosif.
e. Lendutan efektif untuk beban jangka panjang dapat
terkontrol lebih baik pada beton prategang penuh maupun
prategang sebagian.

PROSES PEMBUATAN BETON PRATEKAN

12

Kukuh Febriyanto Putra


NPM. 1253010077

Beton Prategang (Pratekan)

1. Proses persiapan, persiapan bekisting untuk pembuatan

beton pratekan.
2. Peletakkan besi pemanas untuk memanaskan beton agar
cepat kering.

3. Peletakan alas untuk bekisting bagian bawah.

13

Kukuh Febriyanto Putra


NPM. 1253010077

Beton Prategang (Pratekan)

4. Peletakan bekisting bagian samping, untuk samping kiri dan


kanan dengan bekisting cembung dan cekung, agar pada
saat pengaplikasiannya beton tidak bergeser.
5. Peletakan bekisting segmen dan sebagai tempat tulangan
masuk dan ditarik, untuk dimensi dan ukurannya ditentukan
sesuai kebutuhan.
6. Setelah itu pemberian besi tulangan sebagai rangka beton,
agar beton dapat menahan beban tarik.

7. Proses penarikan besi tulangan, besi tulangan ditarik sesuai


dengan kuat tarik besi tulangan itu sendiri.

14

Kukuh Febriyanto Putra


NPM. 1253010077

Beton Prategang (Pratekan)

8. Pemberian adonan beton segar dengan mutu sesuai dengan


kebutuhan dan spesifikasi.
9. Perataan adonan beton bagian atas, supaya permukaannya
halus dan bebas dari rongga-rongga yang dapat menurunkan
kualitas beton.

10.

Pemberian penutup atas, agar beton terhindar dari

kotoran.

11.

Proses pemanasan beton, agar beton cepat kering.


15

Kukuh Febriyanto Putra


NPM. 1253010077

12.

Beton Prategang (Pratekan)

Setelah beton mengering, penutup bagian atas dibuka

dan alat penarik besi tulangan dilepas.

13.

Proses pemotongan tulangan per segmen, dilakukan

setelah adonan beton memiliki kuat tekan min. 80%.

14.

Pengangkatan beton pratekan yang siap untuk di

distribusikan sesuai dengan pesanan.

16

Kukuh Febriyanto Putra


NPM. 1253010077

Beton Prategang (Pratekan)

Gambar : Pengaplikasian beton pratekan untuk plat lantai pada


bangunan.

17

You might also like