Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
umum
penanganan
diare
akut
ditujukan
untuk
BAB II
LAPORAN KASUS
A.
IDENTIFIKASI
Nama
: An. MAA
Jenis kelamin
: Laki-laki
Berat Badan
: 28 kg
Tinggi Badan
: 108 cm
Agama
: Islam
Alamat
Suku Bangsa
: Sumatera
MRS
: 26 Januari 2016
B. ANAMNESA
(alloanamnesis dengan ayah penderita, 27 Januari 2016, pukul 11.30 WIB)
Keluhan Utama
: BAB cair
Keluhan Tambahan
Keterangan:
Ayah sehat
Ibu sehat
Partus
: Spontan
Ditolong oleh
: Bidan
Tanggal
: 11 September 2010
: 3100 gram
: 50 cm
: Langsung menangis
Riwayat Makan
3
ASI
: 0 3 bulan
: 6 8 bulan
Nasi tim
: 8 12 bulan
Nasi
Daging
Tempe
Tahu
Sayuran
Buah
Kesan
: Cukup
Kualitas
: Baik
Riwayat Perkembangan
Tengkurap
: 3 bulan
Duduk
: 6 bulan
Merangkak
: 10 bulan
Berdiri
: 11 bulan
Berjalan
: 12 bulan
Berbicara
: 18 bulan
Riwayat Imunisasi
IMUNISASI DASAR
1 Bln
BCG
DPT 1
HEPATITIS B 1
Hib 1
POLIO 1
CAMPAK
Kesan
3 bln
DPT 2
HEPATITIS B2
Hib 2
POLIO 2
9 bln
DPT 3
HEPATITIS B3
Hib 3
POLIO 3
C. PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal pemeriksaan: 26 Januari 2016
Keadaan Umum
Kesadaran
: Kompos mentis
Nadi
Pernapasan
: 28 x/menit
Suhu
: 38,0 c
Berat Badan
: 21 kg
Tinggi Badan
: 108 cm
: 110 %
TB/U
: 98 %
BB/TB
: 116 %
Kesan
: Gizi lebih
Keadaan Spesifik
Kepala
Bentuk
Rambut
Mata
Hidung
Telinga
: Sekret (-).
Mulut
Thorak
Paru-paru
Inspeksi
Jantung
Inspeksi
Auskultasi : HR: 120 x/menit, irama reguler, BJ I-II normal, bising (-)
Palpasi
Perkusi
Abdomen
Inspeksi
: Datar
Perkusi
Ekstremitas
Pemeriksaan Neurologis
Fungsi motorik
Pemeriksaan
Tungkai
Gerakan
Kekuatan
Tonus
Klonus
Reflek fisiologis
Reflek patologis
Fungsi sensorik
Tungkai
Kanan
Kiri
Luas
Luas
+5
+5
Eutoni
Eutoni
+ normal
+ normal
: Dalam batas normal
Lengan
Lengan
Kanan
Luas
+5
Eutoni
Kiri
Luas
+5
Eutoni
+ normal
-
+ normal
-
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Hematologi (26-01-2016 Pukul 00:48)
Hb
Ht
Eritrosit
Leukosit
Trombosit
Hitung jenis
BSS
Elektrolit
Kalsium (Ca)
Natrium (Na)
Kalium (K)
Klorida (Cl)
E. DIAGNOSIS BANDING
D. DIAGNOSIS KERJA
Diare akut ec susp. Rotavirus dengan dehidrasi ringan-sedang + muntah
profuse + tonsilofaringitis akut
D. PENATALAKSANAAN
Zink 1 x 20 mg po
E. RENCANA PEMERIKSAAN
Pemeriksaan darah rutin, elektrolit, urinalisa, feses rutin, kultur feses
F. PROGNOSIS
Quo ad vitam
: dubia ad bonam
Quo ad functionam
: dubia ad bonam
G.
FOLLOW UP
Tanggal
27-1-2015
Keterangan
S : Keluhan : BAB cair (+) 3x, cair > ampas, darah (-), lendir
(-), muntah (+) tiap habis makan, isi apa yang
dimakan banyaknya gelas belimbing
O : Sense : CM
TD: 100/70 mmHg, N : 110x/menit RR : 26x/menit T : 37,1oC
Kulit
: turgor normal
: UUB cekung (-), mata cekung (-), air mata +/+, mukosa bibir
kering (-)
Thoraks
Pulmo
A : Diare akut e.c susp. Rotavirus dengan dehidrasi ringansedang telah terehidrasi (perbaikan) + muntah profuse
P:
O : Sense : CM
N : 118x/menit RR : 20x/menit T : 36,8oC
Kulit
: turgor normal
: UUB cekung (-), mata cekung (-), air mata +/+, mukosa bibir
kering (-)
Thoraks
Pulmo
10
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau
setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya,
lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Menurut WHO, diare adalah buang air
besar encer lebih dari 3x sehari baik disertai lendir dan darah maupun tidak.1 Diare
akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali per hari, disertai
dengan perubahan konsitensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah
yang berlangsung kurang dari satu minggu.1
2.2. Epidemiologi
Sebagian besar episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan.
Insiden tetinggi terjadi pada kelompok umur 6 11 bulan pada saat diberikan
makanan pendamping ASI. Pola ini menggambarakan kombinasi efek penurunan
kadar antibodi ibu, kurangnya kekebalan aktif bayi, pengenalan makanan yang
mungkin terkontaminasi bakteri tinja dan kontak langsung dengan tinja manusia
atau binatang pada saat bayi mulai merangkak. Kebanyakan enteropatogen
merangsang paling tidak sebagian kekebalan melawan infeksi atau penyakit yang
berulang, yang membantu menjelaskan menurunnya insiden penyakit pada anak
yang lebih besar dan pada orang dewasa.
2.2.1. Infeksi Asimtomatik
Sebagian besar infeksi usus bersifat asimtomatik dan proporsi asimtomatik
ini meningkat setelah umur 2 tahun dikarenakan pembentukan imunisasi aktif.
Pada infeksi asimtomatik yang mungkin berlangsung pada beberapa hari atau
minggu, tinja penderita mengandung virus, bakteri atau kista protozoa yang
infeksius. Orang dengan infeksi asimtomatik berparan penting dalam peyebaran
banyak enteropatogen terutama bila mereka tidak menyadari adanya infeksi, tidak
menjaga kebersihan, dan berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain.
11
Faktor Risiko
Faktor risiko yang dapat meningkatkan penularan enteropatogen antara
lain tidak memberikan ASI secara penuh untuk 4 6 bulan pertama kehidupan
bayi, tidak memadainya penyediaan air bersih, pencemaran air oleh tinja,
kurangnya sarana keberihan ( MCK ), kebersihan lingkungan dan pribadi yang
buruk, penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak higienis dan cara
penyapihan yang tidak baik. Selain hal- hal tersebut, beberapa faktor pada
penderita dapat meningkatkan kecenderungan untuk terjangkit diare antara lain:
gizi buruk, imunodefisiensi, berkurangnya keasaman lambung, menurunnya
motilitas usus, menderita campak dalam 4 minggu terakhir dan faktor genetik.
2.4.
Etiologi
Penyebab infeksi utama timbulnya diare umumnya adalah golongan virus,
bakteri dan parasit. Dua tipe dasar dari diare akut karena infeksi adalah noninflammatory dan inflammatory. Enteropatogen menimbulkan diare noninflammatory melalui produksi enterotoksin oleh bakteri, destruksi sel permukaan
vili oleh virus, perlekatan oleh parasit, perlekatan dan/atau translokasi dari bakteri.
Sebaliknya diare inflammatory biasanya disebabkan oleh bakteri yang menginvasi
usus secara langsung atau memproduksi sitotoksin.1,6
12
GOLONGAN BAKTERI
Aeromonas
Bacillus cereus
Canpilobacter jejuni
Clostridium perfringens
Clostridium defficile
Escherichia coli
Plesiomonas shigeloides
Salmonella
Shigella
Staphylococcus aureus
Vibrio cholera
Vibrio parahaemolyticus
Yersinia enterocolitica
GOLONGAN VIRUS
Astrovirus
Calcivirus (Norovirus, Sapovirus)
Enteric adenovirus
Coronavirus
Rotavirus
Norwalk virus
Herpes simpleks virus
Cytomegalovirus
GOLONGAN PARASIT
Balantidium coli
Blastocystis homonis
Crytosporidium parvum
Entamoeba histolytica
Giardia lamblia
Isospora belli
Strongyloides stercoralis
Trichuris trichiura
Cara Penularan
Cara penularan diare umumnya melalui cara fekal oral yaitu melalui
makanan atau minuman yang tercemar oleh enteropatogen, atau kontak langsung
tangan dengan penderita atau barang barang yang telah tercemar tinja penderita
atau tidak langsung melalui lalat (melalui 4 F = finger, flies, fluid, field).
2.6.
Patofisiologi
13
angka 2. Jika diasumsikan osmolalitas tinja konstan 290 mOsm/L pada tinja diare,
maka perbedaan osmotic 290-2 (Na++K+). Pada diare osmotik, tinja mempunyai
kadar Na+ rendah (<50 mEq/L)dan beda osmotiknya bertambah besar (>160
mOsm/L). Pada diare sekretorik tinja diare mempunyai kadar Na tinggi (>90
mEq/L), dan perbedaan osmotiknya kurang dari 20 mOsm/L.6
Karakteristik
Osmotik
Sekretorik
Volume tinja
<200 ml/hari
>200 ml/hari
Puasa
Diare berhenti
Diare berlanjut
Na+ tinja
<70 mEq/L
>70 mEq/L
Reduksi
(+)
(-)
pH tinja
<5
>6
Tabel 3. Perbedaan Diare Osmotik dan Sekretorik
Dikenal bahan-bahan yang menstimulasi sekresi lumen yaitu enterotoksin
bakteri dan bahan kimia yang dapat menstimulasi seperti laksansia, garam empedu
bentuk dihidroxy, serta asam lemak rantai panjang. Toksin penyebab diare ini
terutama bekerja dengan cara meningkatkan konsentrasi intrasel cAMP, cGMP,
atau Ca++ yang selanjutnya akan mengaktifasi protein kinasi. Pengaktifan protein
kinase akan menyebabkan fosforilase membrane protein sehingga mengakibatkan
perubahan saluran ion, akan menyebabkan Cl- di kripta keluar. Di sisi lain terjadi
peningkatan aktivitas pompa natrium, dan natrium masuk ke dalam lumen usus
bersama Cl-.1
15
dekonjugasi
garam
empedu
dan
malabsorbsi.
Diare
akibat
hiperperistaltik pada anak jarang terjadi. Watery diare dapat disebabkan karena
hipermotilitas pada kasus kolon irritable pada bayi. Gangguan motilitas mungkin
merupakan penyebab diare pada tirotoksikosis, malabsorbsi asam empedu, dan
berbagai peyakit lain.1
2.6.4. Proses Inflamasi di Usus Halus dan Kolon
Akibat kehilangan sel epitel dan kerusakan tight junction, tekanan
hidrostatik dalam pembuluh darah dan limfatik menyebabkan air, elektrolit,
mucus, protein dan seringkali sel darah merah dan sel darah putih menumpuk
dalam lumen. Biasanya diare akibat inflamasi ini berhubungan dengan tipe diare
laina seprti diare osmotik dan sekretorik.1,9
2.7.
Manifestasi Klinis
Infeksi usus menimbulkan tanda dan gejala gastrointestinal serta gejala
lainya bila terjadi komplikasi ekstraintestinal termasuk manifestasi neurologik.
Gejala gastrointestinal bias berupa diare, kram perut, dan muntah. Sedangkan
manifestasi sistemik bervariasi tergantung pada penyebabnya.1
Penderita dengan diare cair mengeluarkan tinja yang mengandung
sejumlah ion natrium, klorida dan bikarbonat. Kehilangan air dan elektrolit ini
bertambah bila ada muntah dan kehilangan air juga akan meningkat bila ada
panas. Hal ini dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolic, dan hipokalemia.
Dehidrasi merupakan keadaan yang paling berbahaya karena dapat menyebabkan
hipovolemia, kolaps kardiovaskular dan kematian bila tidak diobati dengan tepat.
Dehidrasi yang terjadi menurut tonisistas plasma dapat berupa dehidrasi isotonic,
16
17
Gejala klinis
Masa Tunas
Rotavirus
17-72 jam
Shigella
24-48 jam
Salmonella
6-72 jam
ETEC
6-72 jam
EIEC
6-72 jam
Kolera
48-72 jam
Panas
++
++
++
Mual, muntah
Sering
Jarang
Sering
Sering
Nyeri perut
Tenesmus
Tenesmus,
Tenesmus,kolik
Tenesmus,
Kramp
kramp
kramp
Nyeri kepala
lamanya sakit
5-7 hari
>7hari
3-7 hari
2-3 hari
variasi
3 hari
Volume
Sedang
Sedikit
Sedikit
Banyak
Sedikit
Banyak
Frekuensi
5-10x/hari
>10x/hari
Sering
Sering
Sering
Terus
Sifat tinja:
menerus
Konsistensi
Cair
Lembek
Lembek
Cair
Lembek
Cair
Darah
Kadang
Bau
Langu
Busuk
Amis khas
Warna
Kuning
Merah-
Kehijauan
Tak
Merah-
Seperti
hijau
hijau
berwarna
hijau
cucian beras
Leukosit
Lain-lain
anorexia
Kejang+
Sepsis +
Meteorismus
Infeksi
sistemik+
18
air
19
Symptom
ringan- Dehidrasi
berat,
dehidrasi,
sedang,
Kesadaran
kehilangan BB<3%
Baik
BB 3%-9%
Normal, lelah, gelisah,
Apatis,
Denyut jantung
Normal
irritable
Normal meningkat
sadar
Takikardi,
Kualitas nadi
Normal
Normal melemah
(kasus berat)
Lemah,
kecil
Pernapasan
Mata
Air mata
Mulut
dan
Normal
Normal
Ada
Basah
Normal-cepat
Sedikit cekung
Berkurang
Kering
teraba
Dalam
Sangat cekung
Tidak ada
Sangat kering
lidah
Cubitan kulit
Cappilary refill
Ekstremitas
Kencing
Segera kembali
Normal
Hangat
Normal
Kembali<2 detik
Memanjang
Dingin
Berkurang
Kembali>2detik
Memanjang, minimal
Dingin, mottled, sianotik
Minimal
letargi,
idak
bradikardi
20
tidak
Penilaian
Lihat:
Keadaan umum
Baik,sadar
*Gelisah,rewel
*lesu,lunglai/tidak
Mata
Normal
Cekung
sadar
Air mata
Ada
Tidak ada
Sangat cekung
Basah
Kering
Kering
Rasa haus
Periksa:
kulit
Hasil pemeriksaan
Tanpa dehidrasi
banyak
*kembali lambat
Dehidrasi
lambat
Dehidrasi berat
ringan/sedang
Rencana terapi A
Rencana terapi C
Tinja:
21
a. Pemeriksaan makroskopik
Pemeriksaan makroskopik tinja perlu dilakukan pada semua penderita
dengan diare meskipun pemeriksaan labotarium tidak dilakukan. Tinja yang
watery dan tanpa mucus atau darah biasanya disebabkan oleh enteroksin virus,
prontozoa, atau disebabkan oleh infeksi diluar saluran gastrointestinal. Tinja
yanga mengandung darah atau mucus bias disebabkan infeksi bakteri yang
menghasilkan sitotoksin bakteri enteronvasif yang menyebabkan peradangan
mukosa atau parasit usus seperti : E. hystolitica, B.coli , T.trichiura. Apabila
terdapat darah biasanya bercampur dalam tinja kecuali pada infeksi dengan
E.hystolitica darah sering terdapat pada permukaan tinja dan pada infeksi dengan
Salmonella, Giardia, Cryptosporidium dan Strongyloides.
Pemeriksaan makroskopik mencakup warna tinja, konsistesi tinja, bau tinja,
adanya lendir, adanya darah, adanya busa. Warna tinja tidak terlalu banyak
berkolerasi dengan penyebab diare. Warna hijau tua berhubungan dengan adnya
warna empedu akibat garam empedu yang dikonjugasi oleh bakteri anaerob pada
keadaan bacterial overgrowth. Warna merah akibat adanya darah dalam tinja atau
obat yang dapat menyebabkan warna merah dalam tinja seperti rifampisin.
Konsistensi tinja dapat cair, lembek, padat. Tinja yag berbusa menunjukan adanya
gas dalam tinja kaibat fermentasi bakteri. Tinja yang berminyak, lengket, dan
berkilat
menunjukan
adanya
lemak
dalam
tinja.
Lendir
dalam
tinja
22
Tatalaksana
23
Terdapat empat pilar penting dalam tatalaksana diare yaitu rehidrasi, dukungan
nutrisi, pemberian obat sesuai indikasi dan edukasi pada orang tua. Tujuan
pengobatan meliputi mencegah dehidrasi dan mengatasi dehidrasi yang telah ada,
antibiotika selektif, Mencegah kekurangan nutrisi dengan memberikan makanan
selama dan setelah diare, mengurangi lama dan beratnya diare serta berulangnya
episode diare, dengan memberikan suplemen zinc, dan edukasi.8 Tujuan
pengobatan dapat dicapai dengan cara mengikuti rencana terapi yang sesuai.10
2.9.1. Pengobatan Diare Tanpa Dehidrasi
Penderita diare tanpa dehidrasi harus segera diberi cairan rumah tangga
untuk mencegah dehidrasi seperti larutan gula garam, kuah sayur-sayuran dan
sebagainya. Pengobatan dapat dilakukan di rumah oleh keluarga penderita. Jumlah
cairan yang diberikan adalah 10 ml/kgBB atau untuk anak usia <1 tahun 50-100
ml, 1-5 tahun dalah 100-200 ml, 5-12 tahun adalah 200-300 ml dan dewasa adalah
300-400 ml setiap BAB.
Untuk anak di bawah umur 2 tahun cairan harus diberikan dengan sendok
setiap 1-2 menit. Anak yang lebih besar dapat minum langsung dengan gelas
dengan tegukan yang sering. Bila terjadi muntah hentikan dulu selama 10 menit
kemudian mulai lagi perlahan-lahan misalnya 1 sendok setia 2-3 menit.
Pemberian cairan dilanjutkan sampai diare berhenti. Selain cairan rumah tangga
ASI dan makanan yang biasa tetap harus diberikan. Makanan diberikan sedikitsedikit tapi sering ( lebih kurang 6 kali sehari ) serta rendah serat.
2.9.2. Pengobatan Diare Dehidrasi Ringan-Sedang
Penderita diare degan dehidrasi ringan-sedang harus dirawat di sarana
kesehatan dan segera diberikan terapi rehidrasi oral dengan oralit. Jumlah oralit
yang diberikan 3 jam pertama 75 cc/kgBB.
Apabila oleh karena satu hal pemberian oralit tidak dapat diberikan per
oral, oralit dapat diberikan melalui nasogastrik dengan volume yang sama dengan
kecepatan 20ml/kgBB/jam. Setelah 3 jam keadaan penderita dievaluasi, apakah
membaik, tetap atau memburuk. Bila keadaan membaik dan dehidrasi teratasi,
24
25
biasa diminum paling tidak setiap 3 jam. Bila anak umur 4 bulan atau lebih dan
sudah mendapatkan makanan lunak atau padat, makanan ini harus diteruskan.
Diberikan dalam porsi kecil atau sering (6 kali atau lebih).
2.9.6. Terapi Medikamentosa
A. Antibiotika
Antibiotika pada umumnya tidak diperlukan pada semua diare akut oleh
karena sebagian besar diare infeksi disebabkan oleh Rotavirus yang sifatnya self
limited dan tidak dapat dibunuh dengan antibiotika. Namun, apabila diare
disebabkan oleh infeksi bakteri, diberikan antibiotika sesuai dengan bakteri
penyebab.
Penyebab
Kolera
Antibiotik pilihan
Tetracycline
Alternatif
12,5 Erythromycin
mg/kgBB
Shigella Disentri
12,5
mg/kgBB
BB
50-100
mg/kgBB
1x sehari IM selama 2-5
hari
Amoebiasis
Metronidazole
10
mg/kgBB
3xs ehari selama 5 hari
Giadiasis
26
B. Obat Antidiare
Obat-obat ini meskipun sering digunakan tidak mempunyai keuntungan
praktis dan tidak diindikasikan untuk mengobati diare akut pada anak, beberapa di
antaranya:
27
2.10. Komplikasi
2.10.1. Gangguan Elektrolit
A. Hipernatremia
Penderita diare dengan natrium plasma>150 mmol/L memerlukan
pemantauan berkala yang ketat. Tujuannya adalah menurunkan kadar natrium
secara perlahan-lahan. Penurunan kadar natrium plasma yang cepat sangat
berbahaya oleh karena dapat menimbulkan edema otak. Rehidrasi oral atau
nasogastrik menggunakan oralit adalah cara terbaik dan paling aman. Koreksi
dengan rehidrasi intravena dapat dilakukan menggunakan cairan 0,45% saline-5%
dextrose selama 8 jam. Hitung kebutuhan cairan menggunakan berat badan tanpa
koreksi. Periksa kadar natrium plasma setelah 8 jam. Bila normal lanjutkan
dengan rumatan, bila sebaliknya lanjutkan 8 jam lagi dan periksa kembali natrium
plasma setelah 8 jam. Untuk rumatan gunakan 0,18% saline-5% dekstrose,
perhitungkan untuk 24 jam. Tambahkan 10 mmol KCl pada setiap 500 ml cairan
infuse setelah pasien dapat kencing. Selanjutnya pemberian diet normal dapat
mulai diberikan. lanjutkan pemberian oralit 10ml/kgBB/setiap BAB, sampai diare
berhenti.1,3
B. Hiponatremia
Anak dengan diare yang hanya minum air putih atau cairan yang hanya
mengandung sedikit garam, dapat terjadai hiponatremia ( Na<130 mmol/L).
Hiponatremia sering terjadi pada anak dengan Shigellosis dan pada anak
malnutrisi berat dengan odema. Oralit aman dan efekstif untuk terapi dari hamper
semua anak dengan hiponatremi. Bila tidak berhasil, koreksi Na dilakukan
bersamaan dengan koreksi cairan rehidrasi yaitu memakai ringer laktat atau
normal saline. Kadar Na koreksi (mEq/L) = 125 - kadar Na serum yang diperiksa
dikalikan 0,6 dan dikalikan berat badan. Separuh diberikan dalam 8 jam, sisanya
diberikan dalam 16 jam. Peningkatan serum Na tidak boleh melebihi 2
mEq/L/jam.1
28
C.
Hiperkalemia
Disebut hiperkalemia jika K>5 mEq/L, koreksi dilakukan dengan
pemberian kalsium glukonas 10% 0,5-1 ml/kgBB i.v pelan-pelan dalam 5-10
menit dengan monitor detak jantung.1
D.
Hipokalemia
Dikatakan hipokalemia bila K<3,5 mEq/L, koreksi dilakukan menurut
kadar K: jika kalium 2,5-3,5 mEq/L diberikan peroral 75 mcg/kgBB/hr dibagi 3
dosis. Bila <2,5 mEq/L maka diberikan secara intravena drip (tidak boleh bolus)
diberikan dalam 4 jam. Dosisnya: (3,5 - kadar K terukur x BB x 0,4 + 2
mEq/kgBB/24 jam) diberikan dalam 4 jam lemudian 20 jam berikutnya adalah
(3,5-kadar K terukur x BB x 0,4 + 1/6 x 2 mEq x BB). Hipokalemia dapat
menyebakan kelemahan otot, paralitik usus, gangguan fungsi ginjal dan aritmia
jantung. Hipokalemia dapat dicegah dan kekurangan kalium dapat dikoreksi
dengan menggunakan makanan yang kaya kalium selama diare dan sesudah diare
berhenti.1
2.10.2. Demam
Demam sering terjadi pada infeksi Shigella dysentriae dan rotavirus. Pada
umumnya demam akan timbul jika penyebab diare mengadakan invasi ke dalam
sel epitel usus. Demam juga dapat terjadi karena dehidrasi. Demam yang timbul
akibat dehidrasi pada umunya tidak tinggi dan akan menurun setelah mendapat
hidrasi yang cukup. Demam yang tinggi mungkin diikuti kejang demam.
Pengobatan yang diberikan berupa kompres dan/atau antipiretika dan antibiotika
jika ada infeksi.3
2.10.3. Edema/Overhidrasi
Terjadi bila penderita mendapat cairan terlalu banyak. Tanda dan gejala
yang tampak biasnya edema kelopak mata, kejang-kejang dapat terjadi bila ada
edema otak. Edema paru-paru dapat terjadi pada penderita dehidrasi berat yang
diberi larutan garam faali. Pengobatan dengan pemberian cairan intravena dan
atau oral dihentikan, kortikosteroid jika kejang.3
29
Pencegahan
Patogen
penyebab
diare
umumnya
disebarkan
secara
fekal-oral.
30
pendamping ASI dan memberi makan dalam jumlah yang cukup untuk
memperbaiki status gizi anak, dan imunisasi campak.
Pada balita 1-7% kejadian diare berhubungan dengan campak, dan diare
yang etrjadi umunya lebih berat dan lebih lama (susah diobati, cenderung menjadi
kronis) karena adanya kelainan pada epitel usus. Diperkirakan imunisasi campak
yang mencakup 45-90% bayi berumur 9-11 bulan dapat mencegah 40-60% kasus
campak, 0,6-3,8% kejadian diare dan 6-25% kematian karena diare pada balita.1,3
Selain imunisasi campak, dapat juga diberikan vaksin rotavirus apabila
tersedia. Di dunia telah beredar 2 vaksin rotavirus oral yang diberikan sebelum
usia 6 bulan dalam 2-3 kali pemberiian dengan interval 4-6 minggu. 1,8,16,17,18
2.12. Prognosis
Bila kita menatalaksana diare sesuai dengan 4 pilar diare, sebagian besar
(90%) kasus diare pada anak akan sembuh dalam waktu kurang dari 7 hari,
sebagian kecil (5%) akan melanjut dan sembuh dalam kurang dari 7 hari, sebagian
kecil (5%) akan menjadi diare persisten.8
31
BAB IV
ANALISIS KASUS
Seorang anak laki-laki berusia 5 tahun 4 bulan datang dengan keluhan utama
BAB cair serta keluhan tambahan muntah. Dari anamnesis, didapatkan Sejak 2
hari SMRS penderita demam (+) tidak terlalu tinggi, suhu tidak diketahui, terusmenerus, nyeri kepala (-), nyeri dibelakang bola mata (-), batuk (+) tidak
berdahak, pilek (+), nyeri menelan (+), mimisan (-), gusi berdarah (-), mual
muntah (-), sesak nafas (-), kejang (-), BAB & BAK normal, namun belum
dibawa berobat. Sejak 1 hari SMRS penderita buang air besar (BAB) cair,
frekuensi >5x/hari banyaknya gelas belimbing, cair >> ampas, lendir (-), darah
(-), muntah (+) frekuensi 8 kali, banyaknya gelas belimbing, isi apa yang
dimakan dan diminum, muntah menyemprot (-), demam (+) tidak terlalu tinggi,
batuk (+), pilek (+), nyeri menelan (+), sesak nafas (-), kejang (-), mimisan (-),
BAK normal seperti biasa, penderita masih mau minum, penderita tampak makin
lemas kemudian penderita dibawa ke IRD RSMH
Pada pemeriksaan fisik umum didapatkan tanda-tanda dehidrasi yaitu
keadaan penderita yang rewel, mata cekung, dan mukosa bibir kering, namun
masih ada air mata, ubun-ubun besar (UUB) datar, turgor kulit kembali dalam > 2
detik dan anak masih mau minum. Namun tanda-tanda gangguan sirkulasi seperti
nadi dan nafas yang cepat, akral ekstremitas yang dingin dan letargi tidak
dijumpai. Berdasarkan gejala-gejala tersebut maka derajat dehidrasi pada pasien
ini dikategorikan derajat ringan-sedang. Pada pemeriksaan fisik abdomen juga
didapatkan tanda bising usus yang meningkat namun tidak terdapat nyeri tekan.
Selain itu pada pemeriksaan fisik didapatkan faring hiperemis dan tonsil T2/T2
hiperemis. Status gizi pasien ini menunjukkan keadaan gizi lebih yakni
berdasarkan kurva CDC BB/TB berada pada persentil 116%. Berdasarkan
alloanamnesis, dan pemeriksaan fisik dapat ditegakkan diagnosis berupa Diare
akut e.c susp. Rotavirus dengan dehidrasi ringan-sedang + tonsilofaringitis akut.
Diagnosis banding pada kasus ini adalah Diare akut e.c E.colii dengan dehidrasi
32
ringan-sedang.
Untuk
dapat
menegakkan
diagnosis
secara
pasti
dan
33
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
Fauci B, et al. Harissons principle of internal medicine. 17th ed. New York:
McGraw-Hill; 2008.
6.
Alfa, Yasmar. 2010. Diare Akut Pada Anak. Bandung : SMF Ilmu Kesehatan
Anak FK UNPAD/RSHS.
7.
8.
Nguyen,
David
G.
2005.
Pediatrics,
Rotavirus.
Available
at
34