Professional Documents
Culture Documents
NAMA KELOMPOK :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Gusti wandi
Rahadatul Aisy
Choriansyah Nur D
Nabella Chintia V.
Syahrul Nizam
Samsul Bahri
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
Di seluruh dunia, terdapat sekitar 3,5 milyar manusia hidup di sekitar wilayah pesisir,
dengan radius hingga 100 km dari bibir pantai. Sehingga tidak mengherankan apabila limbah
yang berasal dari rumah tangga dan industri menyebabkan dampak merusak di wilayah
pesisir (Moore et al., 2004). Pencemaran laut baik oleh senyawa organik dan logam berat
menjadi sedemikian meluas, sejalan dengan semakin berkembangnya kegiatan-kegiatan
industri dan pertambangan di abad XIX dan semakin berkembang hingga saat ini. Bahanbahan pencemar di lingkungan laut yang diketahui berasal dari berbagai aktifitas manusia
telah lama diketahui memiliki dampak buruk yang tidak diinginkan, yang memiliki
kemampuan dalam merusak integritas ekosistem di lingkungan lautan. Hal ini terutama
disebabkan karena dampak pencemaran anthropogenik di lingkungan lautan telah sedemikian
lama dibiarkan terjadi tanpa ada kepedulian (ignored and neglected) hingga dampak yang
dahsyat terjadi pada lingkungan dan sumberdaya yang terkandung di dalamnya.
Masalah pencemaran laut telah menarik perhatian masyarakat internasional karena
berbagai jenis bahan pencemar seperti: pestisida organoklorin (OCP), polychlorinated
biphenyls (PCBs), polyaromatic hydrocarbons (PAHs), polychlorinated dibenzo-dioxins
(PCDDs), berbagai jenis logam berat, dsbnya, terakumulasi di dalam jaringan tubuh berbagai
organisme laut dan melalui jaring makanan dapat terakumulasi dan menimbulkan bahaya
pada kesehatan manusia.
Pemantauan pencemaran laut menjadi hal penting sejalan dengan semakin banyaknya
bahan pencemar yang masuk ke lingkungan laut setiap tahun (Livingstone et al., 2000).
Sedang kenyataan menunjukkan bahwa kondisi lingkungan laut tidak selamanya dapat
didiagnosa hanya dengan melakukan analisis kimia air, karena tidak mampu untuk
memberikan informasi tentang kesehatan organisme dan lingkungan tempat hidupnya. Selain
itu, analisis kimia air juga dapat mengalami kegagalan dalam mendeteksi kehadiran bahan
pencemar karena rendahnya konsentrasi yang disebabkan oleh peningkatan konsentrasi yang
sangat lambat, namun bisa jadi memiliki dampak biologis yang signifikan.
Oleh Walker et al. (1996), bahan pencemar (pollutant) didefinisikan sebagai suatu bahan
kimia yang telah melampaui konsentrasi awalnya dan memiliki potensi menyebabkan bahaya
(harm). Bahaya yang dimaksud disini termasuk perubahan-perubahan biokimiawi dan
fisiologis yang dapat menghasilkan dampak buruk pada kemampuan organisme untuk
beranak atau bertelur, tumbuh dan bertahan hidup. Sedangkan Rand and Petrocelli (1985)
menggunakan istilah toxicant (bahan toksik) untuk menggambarkan suatu bahan kimia yang
mampu menghasilkan suatu dampak buruk (adverse effect ) dalam suatu sistem biologis
melalui pengrusakan struktur dan fungsi atau menyebabkan kematian. Toxicant disini adalah
bahan kimia asing (xenobiotics) yang dapat memasuki lingkungan perairan baik oleh unsur
kesengajaan atau karena suatu kecelakaan yang menyebabkan terganggunya kualitas air dan
membuatnya tidak layak untuk kehidupan perairan (Heath, 1995). Suatu senyawa kimia asing
tidak mendapat tempat dalam suatu proses biokimia normal dari suatu organisme (Walker et
al., 1996).
Bahan pencemar berbeda dengan toxicant dalam konteks keluasan artinya, dimana
bahan kimia pencemar dapat menyebabkan terjadinya perubahan faktor-faktor abiotik seperti
pH, salinitas dan suhu dari sistem perairan yang terkena dampak pencemaran. Adapun
terminologi kontaminan adalah mencakup semua senyawa atau bahan yang melampaui
konsentrasi awalnya, baik berupa xenobiotics, bahan kimia yang terdapat secara alamiah
maupun sengaja dimasukkan, yang tidak harus senantiasa menimbulkan bahaya bagi
kemampuan organisme untuk tetap hidup. Kontaminan akan berubah menjadi bahan
pencemar apabila kehadirannya dalam suatu lingkungan mampu merubah kondisi faktorfaktor biotik atau abiotik (atau keduanya) yang selanjutnya akan berdampak pada
kemampuan biota perairan untuk tetap hidup di lingkungan tersebut
1.2. TUJUAN
BAB 2
ISI
kimiawi yang memiliki sifat insektisidal mirip dengan piretrum dan bahan tersebut
mempunyai kemampuan untuk bertahan lebih lama di lingkungan serta dapat diproduksi
di pabrik. Jenis pestisida buatan yang mirip piretrum diberi nama pirethrin yang
kemudian menjadi modal dasar bagi pengembangan insektisida golongan SP lainnya.
Insektisida SP seringkali dikelompokkan menurut generasi perkembangannya di
laboratorium. Biasanya, generasi yang lanjut merupakan perbaikan sifat SP generasi
sebelumnya. Sasaran perkembangan SP kecuali sifat-sifat yang disebutkan diatas juga
mencari dosis aplikasi yang sekecil mungkin dengan kemampuan mematikan serangga
hama setinggi mungkin sehingga diperoleh efisiensi ekonomis yang tinggi. Sampai saat
ini sudah dikenal 4 generasi SP. Salah satu anggota generasi pertama adalah Allethrin.
Generasi kedua adalah Resmethrin. Generasi ketiga adalah Fenvalerate dan Permethrin.
Generasi keempat adalah cypermethrin, fluvalinat dan Deltamethrin dan lain-lain.
Meskipun daya mematikan SP sangat tinggi dan sangat sedikit menghadapi
permasalahan lingkungan, namun pestisida ini menghadapi masalah utama yaitu
percepatan perkembangan strain hama baru yang tahan terhadap insektisida SP.
Insektisida
dapat
mempengaruhi
perumbuhan,perkembangan,tingkah
laku,perkembang biakan,kesehatan,sistem hormon,sistem pencernaan, serta aktivitas
biologis lainnya sehingga berujung pada kematian serangga pengganggu tanaman.
fosgen (COCl2), suatu gas yang sangat beracun. BCF juga dapat merusak ozon pada
stratosfer sehingga penggunakan bahan tersebut dilarang.
ORGANOKLORIN
Sumber minyak nya : Tumpahan minyak tersebut adalah akibat terjadinya tabrakan
antara Kapal MT Alyarmouk yang berbendera Libya dengan Kapal MV Sinar Kapuas
Dampak dari tumpahan minyak tersebut mengakibatkan dapat merusaknya kondisi
perairan tersebut dan dapat membunuh organisme yang ada di perairan tersebut
BAB 3
PENUTUP
1.1. KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas, dapat diambil suatu kesimpulan, bahwa toksikan organik dan
anorganik sama-sama memiliki bahaya yang sama. yaiutu mencemari perairan.
Dan dapat disimpulkan bahwa penyebab tercemarnya perairan itu disebabkan oleh
manusia itu sendiri.
1.2. SARAN
Saran yang dapat diambil dan dilakukan saat ini untuk mencegah pencemaran adalah
dengan cara mengurangi bahan tersebut,
DAFTAR PUSTAKA
http://p3sdlp.litbang.kkp.go.id/index.php/en/home/553-kasus-baru-tumpahan-minyak-diperbatasan-indonesia-singapura-2-januari-2015
ARDINAN.2002.PESTISIDA NABATI RAMUAN DAN
APLIKASI.JAKARTA:PENEBAR SWADAYA