You are on page 1of 14

NASIONALISME DAN KEBANGSAAN DALAM KEMAJEMUKAN

KARYA TULIS

Oleh :
ROBIN PRATAMA
NIM (A1A108030)

UNIVERSITAS JAMBI
JAMBI
2010
LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis Mahasiswa Tahun 2010 dengan judul :

NASIONALISME DAN KEBANGSAAN DALAM KEMAJEMUKAN

Oleh :
ROBIN PRATAMA
NIM (A1A108030)

Jambi, Mei 2010


Disahkan Oleh :

Mengetahui
Ketua Jurusan PIPS
FKIP Universitas Jambi, Dosen Pendamping,

Dr. Farida Kohar, M.P. Drs. Fachruddin Saudagar. M.Pd


NIP. 19550717 198403 2 003 NIP. 19560206 198503 1 003

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1
1.1 Latar Belakang Penulisan........................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan...................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN......................................................................... 3
2.1 Sejarah cita-cita Nasionalisme Indonesia................................ 3
2.1.1 Sumpah Palapa............................................................ 3
2.1.2 Sumpah Pemuda.......................................................... 4
2.2 Nasionalisme dan Kebangsaan Dalam Keberagaman............. 5

BAB III PENUTUP................................................................................. 8


4.1 Kesimpulan.............................................................................. 8
4.2 Saran........................................................................................ 8

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 9
BIODATA................................................................................................. 10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penulisan


Bangsa indonesia terbentuk dari berbagai suku bangsa dan sub etnis,
agama yang beragam sehingga dikatakan sebagai Negara dengan masyarakat
majemuk (kaelan,2007:188). Masyarakat Indonesia juga terdiri dari berbagai
kebudayaan daerah yang bersifat kewilayahan yang merupakan pertemuan dari
berbagai kebudayaan daerah bersifat kewilayahan yang merupakan pertemuan
dari berbagai kebudayaan kelompok suku bangsa tersebut.
Dengan jumlah penduduk 200 juta orang dimana tersebar di pulau-pulau
Indonesia, mereka mendiami dan tinggal di 17.508 pulau dengan kondisi
geografis yang berbeda-beda. Mulai dari pegunungan, tepian hutan, pesisir,
dataran rendah, pedesaan, hingga perkotaan. Setiap pulau memiliki budaya-
budaya yang berbeda sehingga Indonesia dikatakan sebagai bangsa yang
majemuk. Selain itu pertemuan-pertemuan dengan kebudayaan luar juga
mempengaruhi proses asimilasi kebudayaan yang ada di Indonesia sehingga
menambah ragamnya jenis kebudayaan yang ada di Indonesia.
Menurut Kaelan dan Achmad Zubaidi: 2007:166, keragaman dan
kemajemukan bangsa Indonesia dapat menimbulkan potensi perpecahan, jikalau
di antara unsur-unsur bangsa tidak memiliki wawasan kebersamaan sebagaimana
terkandung dalam ideologi pancasila. Oleh karena itu jikalau unsur bangsa
memiliki wawasan yang sempit maka bukannya tidak mungkin, akan terjadi
perpecahan bangsa atau disintegrasi bangsa.
Sementara itu catatan sejarah yang memperjuangkan cita-cita persatuan
dan kesatuan seperti Sumpah palapa dan sumpah pemuda sudah memberi
pelajaran kepada bangsa Indonesia, karena dengan kemauan dan kesungguhan
hatilah kesatuan wilayah Nusantara dapat terwujud. Sumpah Pemuda telah
mengantarkan kita ke alam kemerdekaan yang pada intinya didorong oleh
kekuatan persatuan Indonesia yang bulat dan bersatu (Tjahjopurnomo S.J:2004).
Namun kondisi krisis yang melanda bangsa Indonesia dewasa ini dengan
contoh yang telah mencuat kepermukaan antara lain Konflik Ambon, Sampit
antara suku Madura dengan Dayak, Sambas, Kalimantan Barat, Poso, Konflik
daerah di berbagai wilayah, Konflik antar pemeluk agama, misalnya kasus
achmadiyah, kasus salafiyah serta kasus konflik antar pemeluk agama lainnya.
Selain itu juga konflik politik baik dalam tubuh partai politik, proses pilkada
bahkan ironisnya juga terjadi di dunia kehidupan kampus (Prof. kaelan,2007:48).
Hal ini dikarenakan rasa nasionalisme dan kebangsaan telah lemah dan
kabur. Oleh karena itu untuk membangun kembali rasa nasionalisme bangsa yang
besar harus disertai dengan “Bhinneka Tunggal Ika” yang kuat dan memadai
sebagai persatuan dan kesatuan bangsa.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengangkat
karya tulis yang berjudul : “ Nasionalisme dan Kebangsaan Dalam
Kemajemukan”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang dikaji
dalam karya tulis ini adalah :
1. Bagaimana sejarah cita-cita nasionalisme bangsa Indonesia ?
2. Bagaimana pentingnya Nasionalisme dan rasa kebangsaan dalam
keberagaman/majemuk?

1.3 Tujun Penulisan


Tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui sejarah-sejarah yang mencatat cita-cita untuk
mempersatukan bangsa dalam kemajemukan dan keberagaman.
2. Untuk mengetahui pentingnya nasionalisme dan rasa kebangsaan dalam
sebuah bangsa yang majemuk.
3. Untuk mengetahui bagaimana menghargai keberagaman bangsa
Indonesia?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Cita-cita Nasionalisme Indonesia


Dewasa ini bangsa Indonesia dihadapkan pada masalah yang sangat
penting demi kelangsungan Negara Kesatuan Republik Indonesia, yakni masalah
persatuan (Tjahjopurnom0:2004:1). Secara arif dan jujur, jawaban yang paling
sederhana untuk mengatasi masalah ini adalah “belajarlah dari sejarah”. Beberapa
peristiwa sejarah tentang persatuan yang amat penting bagi bangsa Indonesia,
yakni Sumpah Palapa dan Sumpah Pemuda yang intinya adalah memperjuangkan
persatuan Indonesia.

2.1.1 Sumpah Palapa


Sumpah palapa diucapkan oleh Patih Gajah Mada di istana Majapahit pada
1331 M. serat pararaton memuat Sumpah Palapa sebagai berikut :

“Lamun huwus kalah nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring
gurun, ring seram, tanjungpura, ringharu, Pahang, dompo, ring bali,
sunda, Palembang, tumasik, samana isun amukti palapa”.

Terjemahannya lebih kurang sebagai berikut :

“apabila sudah kalah Nusantara, saya akan beristirahat, apabila Gurun


telah dikalahkan, begitupula Seram, Tanjungpura, Haru, Pahang, Dompo,
bali, Sunda, Palembang, Tumasik, pada waktu itu saya akan menikmati
istirahat” (Munandar, 2004: 24).

Sumpah Palapa secara esensial, isinya mengandung makna tentang upaya


untuk mempersatukan Nusantara. Sumpah Palapa Gajah Mada hingga kini tetap
menjadi acuan, sebab Sumpah Palapa itu bukan hanya berkenaan dengan diri
seseorang, namun berkenaan dengan kejayaan eksistensi suatu kerajaan
(Munandar: 2004: 24). Kajian baru yang cemerlang dilakukan oleh Pradipta,
yakni kajian dari sisi nilai, ideology dan energy yang terkandung dalam Sumpah
Palapa Gajah Mada.
Sisi ideologi, sumpah palapa yang juga dikenal seabgai sumpah gajah
mada atau sumpah nusantara, sumpah palapa memiliki ideology kebhinekaan
tunggal ikaan, artinya menuju pada ketunggalan keyakinan, ketunggalan ide,
ketunggalan senasib dan sepenanggungan, dan ketunggalan ideology akan tetapi
tetap ruang gerak budaya bagi wilayah-wilayah negeri se-Nusantara dalam
mengembangkan kebahagiaan dan kesejahteraan masing-masing
(Pradipta,2004:6).
Keberhasilan Gajah Mada dalam mempersatuakan wilayah Nusantara pada
waktu itu, melalui Sumpah Palapanya, membuktikan bahwa Gajah Mada dengan
penuh kesungguhan hati dapat mewujudkan sumpahnya (Munandar, 2004:32).

2.1.2 Sumpah Pemuda


Sumpah Pemuda yang diikrarkan pada tanggal 28 Oktober 1928 secara
historis merupakan rangkaian kesinambungan dari Sumpah Palapa yang terkenal
sebelumnya. Inti dari sumpah palapa dan sumpah pemuda adalah persatuan
bangsa. Hal ini disadari oleh para pemuda yang mengucapkan ikrar tersebut, yakni
terdapatnya kata sejarah dalam isi putusan kongres pemuda yang kedua (Museum
sumpah pemuda, 2003:88-89).
Sumpah pemuda merupakan peristiwa yang maha penting bagi bangsa
Indonesia, setelah Sumpah Palapa. Para pemuda pada waktu itu dengan tidak
memperhatikan latar kesukuannya dan budaya sukunya berkemauan dan
berkesungguhan hati merasa memiliki bangsa yang satu, bangsa Indonesia. Patut
kita syukuri, bahwa isi sumpah pemuda :
1. Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu,
tanah Indonesia.
2. Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa
Indonesia.
3. Kami Putra dan Putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa
Indonesia.
Isi sumpah pemuda di atas menandakan bukti tentang kearifan para
pemuda pada waktu itu, yakni memilih bahasa yang sebenarnya menjadi milik
suku bangsa yang “Minoritas” ditinjau dari jumlah penduduk. Mereka tidak
memilih bahasa Jawa yang dipergunakan oleh mayoritas penduduk Hindia-
Belanda pada masa itu (Darmono, 2004:2).
Dengan dikumandangkannya Sumpah pemuda, maka sudah tidak ada lagi
ide kesukuan, ide kepulauan, ide propinsianisme atau ide federalism. Daerah-
daerah-daerah adalah bagian yang tidak bisa dipisah-pisahkan dari satu tubuh,
yaitu tanah air Indonesia, bangsa Indonesia, dan bahasa Indonesia. Sumpah
Pemuda adalah ide kebangsaan Indonesia yang bulat dan bersatu
(Soekarno,2004:65-66).
Dalam konteks sejarah pergerakan nasional, Sumpah Pemuda yang
merupakan sumbangan pemuda yang sangat besar terhadap bangsanya, yang
sekaligus juga adalah hasil perjuangan nasional. Karena sejarah sumpah pemuda
pada hakekatnya adalah sejarah nasionalisme. Nasionalisme melahirkan sumpah
pemuda, dan sumpah pemuda member isi dan tujuan kepada nasionalisme yang
mendorong dan sekaligus mengarahkan perjalanan perjuangan bangsa Indonesia
dalam mencapai Indonesia merdeka. Dalam dimensi waktu, sejarah pemuda
merupakan mata rantai yang menghubungkan masa lampau dan harapan-harapan
masa depan (Suryomiharjo, 1974:300-301).
Sumpah Palapa Gajah Mada sudah member pelajaran kepada bangsa
Indonesia karena dengan kemauan dan kesungguhan hatilah kesatuan wilayah
Nusantara dapat terwujud. Selanjutnya Sumpah Pemuda telah mengantarkan kita
kea lam kemerdekaan yang pada intinya disorong oleh kekuatan persatuan
Indonesia yang bulat dan bersatu.

2.2 Nasionalisme dan Kebangsaan Dalam Keberagaman


Nasionalisme menurut Kohn (1961:11) adalah suatu paham yang
berpendapat bahwa kesetiaan tertinggi individu harus diserahkan kepada Negara
kebangsaan. Secara etimologis, kata nation berasal dari bahasa Latin nation, yang
berakar pada kata nascor “saya lahir”. Pada masa kekaisaran Romawi, kata nation
dipakai untuk mengolok-olok orang asing. Kemudian pada abad pertengahan, kata
nation digunakan sebagai nama kelompok pelajar asing di universitas-universitas.
Selanjutnya, pada masa Revolusi Perancis, Parlemen Revolusi Perancis menyebut
diri mereka sebagai assemble nationale (dewan nasional) yang menunjuk kepada
semua kelas yang memiliki hak sama dalam berpolitik. Akhirnya, kata nation
menjadi seperti sekarang yang merujuk pada bangsa atau kelompok manusia yang
menjadi penduduk resmi suatu Negara (Amir, 2004).
Keragaman atau kemajemukan bangsa Indonesia merupakan fakta yang
harus diakui dan dihormati keberadaannya, oleh karena itu bukanlah atas
kehendak manusia, melainkan terjadi dan lahir atas kehendak Tuhan. “Bhinneeka
Tunggal Ika” dijadikan semboyan bangsa Indonesia yang bermakna
mengutamakan pengakuan dan penghormatan terhadap keberagaman yang ada
dan menyatu sebagai bangsa Indonesia tanpa perlu kehilangan suku dan budaya.
Kebhinneekaan bukan untuk dipertentangkan, apalagi permusuhan, melainkan
agar bersatu dalam kebhinneekaan sebagaimana terwujud dalam keputusan
kongres Pemuda Indonesia pada tanggal 28 Oktober 1928. Berbeda dalam
persatuan, satu dalam perbedaan. Perbedaan bukan alasan untuk tidak bersatu,
persatuan tidak berarti menghilangkan perbedaan, selama memiliki kesadaran
untuk saling menghargai dan menghormati perbedaan yang ada.
Menurut Prof. Dr. H.M Ahman Sya, sebagai bangsa besar dan beradab kita
harus selalu optimis untuk menjadi bermutu super (superkualitas) yang dihargai
dan disegani bangsa sain di dunia, superefisien, marketable, dan visioner sehingga
dapat berperan serata aktif dalam perdamaian abadi dunia selaras dengan ideology
Negara Pancasila. Optimasi peran pemuda dan mahasiswa dalam memelihara,
menumbuhkan dan meningkatkan tradisi nasionalisme sangatlah penting.
Nasionalisme merupakan suatu ide yang mengisi otak dan hati manusia
dengan pikiran baru, serta mendorongnya untuk menerjemahkan kesadarannya ke
dalam tindakan berupa aksi yang terorganisasi. Namun, nasionalitas bisa berubah-
ubah sesuai dengan perkembangan kehidupan yang ada. Bahkan, faktor-faktor
tertentu seperti asal-usul keturunan, bahasa, wilayah, satuan politik, adat istiadat
dan agama dapat mempengaruhi nasionalitas.
(Prof. kaelan dan Achmad Zubaidi,2007:48) Pada era Reformasi saat ini
hanya mementingkan kebersamaan tanpa memandang berbagai perbedaan.
Akibatnya dalam kehidupan bangsa Indonesia saat ini muncullah berbagai konflik
perbedaan yang bahkan ditandai dengan konflik fisik di antara elemen-elemen
masyarakat sebagai pembentuk bangsa Indonesia. Masih segar dalam ingatan
Konflik Ambon, Sampit antara suku Madura dengan Dayak, Sambas, Kalimantan
Barat, Poso, Konflik daerah di berbagai wilayah, Konflik antar pemeluk agama,
misalnya kasus achmadiyah, kasus salafiyah serta kasus konflik antar pemeluk
agama lainnya. Selain itu juga konflik politik baik dalam tubuh partai politik,
proses pilkada bahkan ironisnya juga terjadi di dunia kehidupan Kampus.
Konflik di atas bila meluas dapat terjadi perpecahan internal bangsa
Indonesia untuk itu diperlukan sikap yang dapat menyatukan berbagai keragaman
untuk kesejahteraan bersama antara lain :
1. Menerima dan menghargai suku, agama, budaya dan adat istiadat orang
lain.
2. Ikut memelihara, melestarikan, dan mengembangkan tradisi dan budaya
yang ada dalam masyarakat.
3. Melakukan dialog antar suku, agama dan golongan. Dialog ini dapat
mengurangi rasa saling curiga dan permusuhan.
4. Tidak menganggap suku sendiri yang paling baik.
5. Tidak meremehkan dan menghina adat istiadat, kebiasaan, dan hasil
kesenian suku bangsa lain.
6. Mengutamakan gotong-royong dan musyawarah mufakat yang merupakan
ciri bangsa indonesia

Selain itu Nasionalisme yang harus dibangkitkan kembali adalah


Nasionalisme yang diarahkan untuk mengatasi semua permasalahan di atas,
bagaimana bisa bersikap jujur, adil, disiplin, berani melawan kesewenang-
wenangan, tidak bermental korup, toleran dan lain-lain. Bila hal tersebut dapat
diwujudkan maka eksistensi bangsa dan Negara menuju kesejahteraan yang lebih
baik (Nina Herlina Lubis).
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Sumpah Palapa dan Sumpah Pemuda Merupakan catatan sejarah penting
bagi bangsa Indonesia karena kajian dari sisi nilai, ideologi dan energi
yang terkandung dalam Sumpah Palapa dan Sumpah Pemuda adalah
persatuan bangsa.
2. Keragaman dan pluralitas masyarakat Indonesia merupakan fakta yang
harus diakui dan dihormati keberadaannya dan mengutamakan pengakuan
dan penghormatan terhadap keragaman yang ada.
3. Nasionalisme harus dibangkitkan untuk mewujudkan eksistensi bangsa
dan Negara Indonesia menuju kesejahteraan yang lebih baik.

3.2 Saran
Dari kesimpulan di atas dapat disarankan berupa :
1. Masalah persatuan dan kesatuan Indonesia harus disadari bersama dan
diikhtiarkan bersama untuk menjaga dan melestarikan persatuan Indonesia
dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Menurunnya rasa Nasionalisme memungkinkan runtuhnya NKRI di masa
depan apabila antisipasinya tidak rasional, sistematis, dan empiris. Oleh
karena itu, seluruh elemen yang ada dalam NKRI perlu secara sungguh-
sungguh menangani gejala ini agar eksistensi bangsa dan Negara tetap
terjaga.
3. Gotong royong sangat penting untuk disosialisasikan dan ditingkatkan
kembali.
4. Pelopor tentunya diharapkan kepada pemuda dan mahasiswa yang
senantiasa memiliki jiwa dan pemikiran yang jernih, semata-mata untuk
kepentingan rakyat. Mereka diharapkan terus mengenali perkembangan
zaman melalui perkembangan sejarah perjuangan bangsa. Dengan begitu
pemuda dan mahasiswa dapat melaksanakan Darmanya dengan tepat.
DAFTAR PUSTAKA

Hisnu, Tantya. Menghargai Keragaman Suku bangsa dan Budaya (Online),


(http://www.crayonpedia.org/mw/ diakses 2 Mei 2010).
Irmawati, Kartika, dkk.2009. Revitalisasi Kanal Untuk Menarik Minat
Pengunjung Ke Situs Sejarah Candi Muaro Jambi. Karya Tulis. Program
Studi Pendidikan Bahasa Inggris FKIP Universitas Jambi.
J. Tjahjopurnomo S. 2004. “ Sumpah Palapa dan Sumpah Pemuda: Beberapa
Catatan Tentang Persatuan”. Makalah disampaikan pada seminar buku
langka sebagai sumber kajian kebudayaan Indonesia di auditorium
perpustakaan Nasional RI, Jl. Salemba raya No. 28 A, Jakarta 28 Oktober
2004.
Kaelan, M.S. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan tinggi.
Yogyakarta: Paradigma.
Lubis, Nina Herlina. Potret nasionalisme bangsa Indonesia masa lalu dan masa
kini(Online),(http://www.setneg.go.id/index.php?
Itemid=219&id=2257&option m_content&task=view/diakses 1 Mei
2010.
Maemunah, Siti Annijat. 2007. Buku Pintar bahasa Indonesia. Jakarta: Prestasi
Pustaka Publisher.
Murdiyatmoko, Janu. 2004. Sosiologi Buku Pelajaran untuk SMA kelas I.
Bandung: Grafindo Media Pratama.
Sya, M.Ahman. Kemoderatan dan Kemajemukan(Online),
(http://www.cmm.or.id/cmmind_more.php?id=A4989_0_3_0_M/ diakses
28 April 2010.
Thambun Anyang, YC. Gambaran kenyataan keragaman hukum di Kalimantan
Barat (Online),( http://www.huma.or.id diakses 28 April 2010).
BIODATA

Nama : Robin Pratama


NIM : A1A08030
TTL : Jambi, 29 September 1990
Jurusan : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Program Studi : Pendidikan Ekonomi
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP)
Universitas : Universitas Jambi
Alamat : Jln. Lindung Indah No. 21 RT. 25 Kelurahan Lingkar
Selatan Kecamatan Jambi Selatan Kota Jambi.
Telepon/ Email : 0852 660 75700/ robin.pratama@gmail.com
Riwayat Pendidikan : SD Negeri No. 15/IX Air Hitam Kab. Muaro Jambi
SMP Negeri 4 Kota Jambi
SMA Attaufiq Kota Jambi
Pengalaman Organisasi :
1. Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan 2009/2010.
2. Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan PIPS FKIP Universitas Jambi –
sekarang.
3. Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) – sekarang.

You might also like