You are on page 1of 28

PRESENTASI GEOGRAFI

x 2  6x  k  1  0
Umum : lahan yang telah mengalami kerusakan sehingga kehilangan atau berkurang
fungsinya sampai pada batas toleransi.

Khusus : lahan yang secara fisik, kimia maupun biologi mengalami kerusakan sehingga
menurun fungsinya sebagai unsur produksi dan atau pengatur tata air dan tata
udara tanah dan atau pengatur daur karbon dan dapat menimbulkan bencana
Rusak

Dieksploitasi Tidak berfungsi sebagai


unsur produksi

Lahan Lahan kritis


Lahan Kritis Parah
Bali :
 Kabupaten Buleleng
 Kabupaten Karangasem
Luas lahan kritis seluruh Indonesia s.d. akhir tahun 2001 adalah:
Dalam Kawasan Hutan : 8.136.646 ha.
Luar Kawasan Hutan : 15.106.234 ha

Jawa Barat : 580.397 hektare

5 kabupaten dengan Lahan Kritis terluas di Indonesia:


1. Kabupaten Garut : 82.696 ha
2. Kab. Sukabumi : 67.525 ha
3. Kab. Bandung : 47.365 ha
4. Kab. Majalengka : 47.115 ha
5. Kab. Cianjur : 46.773 ha
Tingkat Kerusakan
• Lahan untuk penanaman hutan yang optimal adalah 45% tetapi di Jawa
Barat hanya terdapat 23%.

• Banyak bangunan yang dibangun untuk kepentingan pribadi masing-


masing
Kondisi ini dapat menyebabkan timbulnya bencana alam.

• Semakin maraknya penebangan liar.


Penilaian kekritisan lahan tergantung pada fungsi lahan yaitu sebagai
berikut:

1. Fungsi Kawasan Hutan Lindung


Kekritisan lahan dinilai berdasarkan keadaan penutupan lahan/
penutupan tajuk pohon (bobot 50%), kelerengan lahan (bobot 20%),
tingkat erosi (bobot 20%) dan manajemen/usaha pengamanan lahan
(bobot 10%).
2. Fungsi Kawasan Budidaya Untuk Usaha Pertanian
Kekritisan lahan dinilai berdasakan produktifitas Lahan yaitu pengelolaan
tradisional (bobot 30%), kelerengan lahan (bobot 20%), Tingkat Erosi yang diukur
berdasarkan tingkat hilangnya lapisan tanah, baik untuk tanah dalam maupun untuk
tanah dangkal (bobot 15%), batu-batuan (bobot 5%) dan manajemen yaitu usaha
penerapan teknologi konservasi tanah pada setiap unit lahan (bobot 30%).
3. Fungsi Kawasan Hutan Lindung Di luar Kawasan Hutan
Kekritisan lahan dinilai berdasarkan vegetasi permanen yaitu
prosentase penutupan tajuk pohon (bobot 50%), kelerengan Lahan
(bobot 10%), tingkat Erosi (bobot 10%) dan manajemen (bobot 30%).
*Penjarahan hutan dan penebangan liar
*Pemanfaatan hutan yang semena-mena
*Pengolahan lahan yang tidak sesuai kaidah
*Inkonsistensi penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan RTRW
*Lemahnya pengawasan dan penegakan
aturan
*Seringnya banjir di musim hujan, kekurangan air
di musim kemarau serta longsor
*Rendahnya perhatian masyarakat dan pemerintah
menjaga hutan dan lahan
*Masyarakat tidak menyediakan lahan rumah
*Hanya 7% curah hujan yang diserap sehingga
permukaan tanah menipis
*Pembakaran hutan
1. Larangan Menebang pohon di hutan produksi kecuali dengan seizin pejabat yang
berwenang;
2. Larangan mempergunakan bahan kimia yang membahayakan pengolahan tanah
yang mengubah bentang alam.
3. Melakukan penyuluhan terhadap masyarakat akan pentingnya hutan
4. Memberikan batasan yang jelas terhadap pembangunan berbagai
bangunan supaya dapat memberikan lahan yang cukup bagi
penanaman hutan
5. Melakukan reboisasi bersama
6. Peningkatan hukum bagi para pelaku penebangan liar

7. Penyuaran oleh media-media baik cetak maupun elektronik tentang


pentingnya hutan

8. Mengadakan jeda waktu penebangan

9. Menambah kebijakan-kebijakan penebangan liar

10. Larangan melakukan kegiatan budi daya tanaman yang bertentangan


dengan kaidah konservasi tanah dan air

11. larangan menebang pohon di kawasan lindung


1. Reboisasi hutan Lindung
Menghutankan kembali kawasan hutan lindung yang kritis, di bawah
DAS (daerah aliran sungai). Penanaman ini bertujuan untuk meningkatkan
tingkat penutupan lahan yang optimal sekaligus memberikan manfaat bagi
masyarakat setempat, sehingga tercipta keharmonisan antara fungsi hutan dan
pemenuhan kebutuhan masyarakat.

2. Membangun Hutan Kemasyarakatan


Hutan Kemasyarakatan adalah hutan negara dengan sistem pengelolaan
hutan yang bertujuan untuk memberdayakan masyarakat setempat tanpa mengganggu
fungsi pokoknya. Sehingga masyarakat bisa mendapatkan hasil hutan tanpa merusak
ekosistem hutan dan unsur pokoknya.
3. Penghijauan
Penghijauan adalah penanaman kembali lahan kritis di luar kawasan hutan yang
ditujukan untuk mempertahankan dan memulihkan kondisinya sehingga fungsinya sebagai
media produksi, tata air maupun pendukung kehidupan dalam DAS dapat dipertahankan
dan ditingkatkan sesuai dengan peruntukannya.

4. Membangun Hutan Bakau


Hutan bakau berfungsi menanggulangi terjadinya lahan kritis di daerah pantai,
karena menahan endapan lumpur.
*Defisit kebutuhan air*

*Hutan menjadi gundul*


*Peralihan manfaat hutan*
*Lahan menjadi kritis*
*Timbul bencana alam seperti banjir, tanah longsor, dll.*
*Pemanasan suhu bumi*
*Hancurnya habitat bagi fauna tertentu*
*Polusi Udara*
Sekian….

ARTIKEL
LAHAN KRITIS – ARTIKEL

Rabu, 24 Agustus 2005


Indonesia Tercepat di Dunia
Lahan Kritis Sulsel 700.000 Hektar

Pontianak, Kompas - Penebangan hutan, baik legal maupun ilegal, menyebabkan


degradasi hutan di Indonesia tercepat di dunia. Dalam setahun luas hutan
berkurang sedikitnya dari 2,6 juta hektar. Ini berarti juga, kawasan hutan
seluas lapangan sepak bola musnah hanya dalam beberapa menit.

Untuk meminimalkan kerusakan hutan, pemerintah pusat bekerja sama dengan


pemerintah daerah harus mengawasi penebangan liar, mulai dengan melihat
perizinan hingga memberantas penyelundupan kayu.

Saat ini, akibat pembalakan hutan di hulu sungai, bencana alam banjir kerap kali
terjadi di Daerah Aliran Sungai Kapuas dan di puluhan anak sungai lainnya.
Lahan kritis di Sulsel

Dari Makassar dilaporkan, akibat maraknya penebangan liar untuk membuka lahan pertanian
maupun pencurian kayu, lahan kritis di Sulawesi Selatan kini mencapai 700.000 hektar dari total
luas lahan 2,2 juta hektar.

Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Sulsel Idris Syukur, Selasa, mengungkapkan, 700.000 hektar
lahan kritis itu berada di luar dan di dalam kawasan hutan. Di dalam kawasan hutan luasnya
mencapai 350.000 hektar, sementara di luar kawasan hutan mencapai 350.000 hektar. Seluruhnya
tersebar di DAS Saddang dan DAS Jeneberang. Lahan kritis di Sulsel umumnya disebabkan oleh
penebangan hutan untuk membuka lahan pertanian, dan penebang liar.
KETERANGAN – ARTIKEL
Tempat : Sulawesi Selatan
Tanggal : 24 Agustus 2005
Sebab : Penebangan liar untuk membuka lahan ,
pencurian kayu
Akibat : Bencana alam banjir di daerah aliran
sungai (DAS) Kapuas
Tingkat Kerusakan : 700.000 hektar
Cara pencegahan : Mencegah penebangan liar,
memberantas penyelundupan kayu
Pemulihan : Melakukan reboisasi
Penanggulangan : revitalisasi hutan
• http://www.ghabo.com/lingkungan/article/5475
• http://pili.or.id/incl_indo_read_detail.php?id=352
• http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/jawa-tim
ur/daerah-harus-waspada-bencana-3.html
Lahan kritis adalah lahan yang sudah rusak dan tidak dapat
dipergunakan untuk proses produksi serta dapat menyebabkan bencana
seperti tanah longsor,dll.
Penyebabnya adalah eksploitasi manusia terhadap lahan hutan.
Pemulihannya dapat dilakukan dengan reboisasi dan penghijauan. Selain
itu partisipasi masyarakat dalam pemulihan lahan kritis sangatlah
dibutuhkan.

You might also like