Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
Diajukan dalam Rangka Penyelesaian Studi Strata 1
Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Nama : Agustina dwi Saputri
NIM : 4114990016
Program Studi : Pendidikan Matematika
Jurusan : Matematika
ii
HALAMAN PENGESAHAN
pada:
Hari : Senin
Panitia Ujian
Ketua Sekretaris
iii
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil
karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau
keseluruhannya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini
iv
MOTTO DAN PERUNTUKKAN
Motto:
1. “Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa diantara
kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”
2. Mimpi kemarin adalah kenyataan hari ini dan sesungguhnya kewajiban yang
harus kita lakukan lebih banyak dari waktu yang tersedia (Hasan Al Bana).
3. Amal adalah jendela hati, kebersihan hati adalh kunci kualitas amal (Ulama).
Peruntukkan:
celupan Allah.
v
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Swt, Rabb semesta alam. Allah yang paling agung
untuk membuka jalan bagi setiap maksud kita, Allah yang paling suci untuk
menjadi energi bagi petunjuk hidupdan kesuksesan kita. Tiada daya dan kekuatan
skipsi ini.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu prasyarat untuk mencapai gelar
dan Aktivitas Siswa MTs Al Asror Semarang 2004/2005”, ini dapat terwujud.
Pada kesempatan ini secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada
2. Drs. Kasmadi Imam S., M.S, Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu
vi
3. Drs. Supriyono, M. Si, Ketua Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan
5. Bapak Khumaedi, Kepala MTs Al Asror, yang telah membantu penulis dalam
6. Bapak Saniman, guru mata pelajaran Matematika MTs Al Asror, yang telah
7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah
Meskipun demikian penulis berharap semga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL…………………………………………………. i
SARI…………………………………………………………………... ii
PENGESAHAN KELULUSAN……………………………………… iv
PERNYATAAN………………………………………………………. v
PRAKATA……………………………………………………………. vii
DAFTAR ISI………………………………………………………….. ix
DAFTAR TABEL…………………………………………………….. x
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………. xi
BAB I PENDAHULUAN
B. Perumusan Masalah…………………………………….. 5
C. Tujuan Penelitian……………………………………….. 5
D. Penegasan Istilah………………………………………... 6
E. Manfaat Penelitian……………………………………… 7
F. Sistematika Skripsi……………………………………… 8
A. Landasan Teori………………………………………….. 10
1. Matematika Sekolah………………………………… 10
viii
2. Pembelajaran Matematika Kontekstual…………….. 10
Phytagoras…………………………………………... 17
B. Kerangka Berpikir………………………………………. 24
C. Hipotesis Tindakan……………………………………... 25
A. Subyek Penelitian……………………………………….. 27
B. Rancangan Penelitian…………………………………… 27
D. Jenis Instrumen…………………………………………. 35
E. Indikator Kinerja………………………………………... 37
A. Hasil Penelitian…………………………………………. 38
B. Pembahasan……………………………………………... 52
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ……………………………………………….. 59
B. Saran…………………………………………………….. 60
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………… 61
LAMPIRAN………………………………………………………….. 62
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
10
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
11
BAB I
PENDAHULUAN
diberikannya pelajaran matematika antara lain agar siswa mampu menghadapai perubahan
keadaan dunia yang senantiasa berkembang., melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran
yang logis, rasional, cermat dan jujur serta efektif. Hal ini tidak mungkin bisa dicapai hanya
dengan hafalan, latihan soal,yang rutin tanpa mengakaitkannya dengan kenyataan hidup
pada guru sehingga siswa lebih mengenal pengetahuan dari “apa kata guru”, bukan datang
pencapaian tujuan. Salah satu faktornya adalah penggunaan pendekatan pembelajaran yang
kurang tepat. Alasannya antara lain: guru tidak mempunyai cukup referensi mengenai
beberapa pendekatan matematika yang dapat digunakan, waktu yang terbatas, dan alat
Pelaksanaan pembelajara di MTs Al Asror Semarang antara lain dirinci sebagai berikut.
Guru mentransfer pengetahuan kepada siswa dengan bantuan buku paket yang sudah ada
12
Permasalahan yang saat ini dihadapi oleh guru mata pelajaran matematika di MTs Al
Asror Gunungpati adalah penguasaan siswa terhadap beberapa materi pokok bahsan
matematika, terutama dalam mengingat konsep dalam waktu yang terbatas yang telah
diajarkan. Walaupun pada akhir pemberian materi telah menunjukkan ketuntasan belajar
namun bila ditinjau dari pencapaian tujuan pembelajaran, hal tersebut jauh dari yang
sebenarnya diharapkan. Hal ini ditunjukkan dengan siswa hanya sekadar menguasai
prosedur penyelesaian atau pemecahan masalah tanpa mengerti secara pasti mengenai
hakikat dari penyelesaian atau pemecahan masalah tersebut. Siswa selama ini hanya
terjebak pada sebuah label bahwa matematika adalah pemecahan masalah, jadi ketika
masalah yang ada sudah terpecahkan berarti penguasaan matematika mereka sudah baik.
Pengaruh sangat tidak baik bagi pembangunan kemampuan berpikir dan analisis siswa.
Berbagai cara telah ditempuh karena memang sudah menjadi cap dari masyarakat
khususnya siswa bahwa metematika pelajaran yang sulit, kegiatannya menghitung, berisi
rumus-rumus yang harus dihafalkan, statis sehingga tidak menarik untuk ditekuni. Siswa
menjadi pasif dan tidak kreatif, belajar apa adanya berdasarkan apa yang diperoleh dari
guru.
Beberapa hal tersebut di atas mengarahkan pada kesimpulan bahwa diperlukan sebuah
bagi pembangunan kemampuan berpikir dan analisis siswa tidak berlanjut dengan tanpa
Ada beberapa pendekatan yang saat ini mulai dikembangkan dan diterapkan, salah
satunya adalah pendekatan kontekstual atau yang lebih dikenal dengan CTL (Contextual
Teaching and Learning). CTL dapat menjadi alternatif pendekatan yang digunakan sebagai
solusi permasalahan yang dihadapi guru MTS Al Asror, karena hakikat pendekatan
pembelajaran. Selain itu, pengembangan startegi dalam pendekatan ini dapat menjadikan
13
pembelajaran berjalan lebih produktif dan bermakana tanpa harus mengubah kurikulum dan
Paparan di atas menjadi latar belakang penulisan skripsi yang berjudul “Penerapan
Meningkatkan Hasil Belajar dan Aktivitas Siswa MTs Al Asror Semarang Tahun
Pelajaran 2004/2005”.
Perumusan Masalah
Uraian latar belakang masalah tersebut menjadi dasar perumusan masalah yang dapat
Bagaimana aktivitas belajar siswa MTs Al Asror Semrang ketika diterapkan pendekatan
kontekstual?
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui hasil belajar siswa akibat penerapan pendekatan kontekstual dalam
pembelajaran materi Teorema Phytagoras pada siswa kelas 2 MTs Al Asror Semarang
Untuk mengetahui peningkatan aktivitas siswa pada saat pembelajaran materi Teorema
Penegasan Istilah
Pada Materi Teorema Phytagoras untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Aktivitas
Siswa MTs Al Asror Semarang Tahun Pelajaran 2004/2005”. Beberapa istilah yang perlu
Hasil belajar adalah suatu proses kegiatan yang mengakibatkan perubahan tingkah laku
(Hudoyo,1990).
14
Aktivitas siswa adalah seluruh kegiatan siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
Dalam penelitian ini yang diukur adalah banyaknya siswa yang melakukan aktivitas
kontekstual atau suatu konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan materi
dengansituasi dunia nyata, guru mendorong siswa untuk membuat hubungan antara
Materi Teorema Phytagoras adalah salah satu materi pembelajaran matematika SMP
kelas 2 semester 1 yang tercantum dalam GBPP, kurikulum pelajaran matematika tahun
1997.
Manfaat Penelitian
Beberapa manfaat yang dapat diambil dari pelaksanaan penelitian ini anatar lain sebagai
berikut.
15
Manfaat bagi lembaga
Sistematika Skripsi
memberikan gambaran dan meudahkan jalan pemikiran dalam memahami isi skripsi. Adapun
Bagian Pendahuluan
Pada bagian pendahulaun ini berisi halam judul skripsi, sari, lembar pengesahan, halamn
motto dan peruntukkan, prakata, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar dan daftar
lampiran.
Bagian Isi
Bagian isi yang merupakan inti penulisan skripsi terdiri dari lima bab yaitu Bab I (satu)
penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika skripsi. Sedangkan Bab II (dua) yaitu
landasan teori berisi kajian teori mengenai masalah yang dibahas dalam penelitian,
Phytagoras, CTL dan hasil belajar, CTL dan keaktifan siswa. Bab III (tiga) yaitu metode
penelitian yang meliputi subyek penelitian, rancangan penelitian, jenis sumber dan cara
pengambilan data, serta indikator kinerja. Bab IV (empat) yaitu tentang hasil penelitian
dan pembahasan yang meliputi: hasil penelitian yang terdiri dari: hasil belajar siswa, hasil
belajar kelompok, hasil angket yang merupakan refleksi siswa terhadap pelaksanaan
pembelajaran, hasil observasi peneliti tentang pelaksanaan pembelajaran oleh guru, dan
pembahsan. Bab V (lima) adalah Penutup yang berisi: simpulan dan saran
Bagian Akhir
Bagian akhir skripsi ini meliputi daftar pustaka yaitu sumber-sumber pustaka yang
16
BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
Landasan Teori
1. Matematika Sekolah
penting, antara lain: memiliki obyek yang abstrak, dan memiliki pola pikir
keperluan lain.
di sekolah adalah memberikan bekal pada penataan nalar, pembentukan siswa dan
Matematika adalah salah satu ilmu dasar yang dewasa ini mulai berkembang pesat,
17
Dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran, saat ini mulai bermunculan
untuk menemukan strategi pembelajaran yang tepat. Masing-masing strategi memiliki ciri
khas dan keunggulan. Strategi pembelajaran yang saat ini sedang berkembang adalah
guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dan penerapannya dalam
kehidupan (Nurhadi,2002:1). Pendekatan ini mengakui bahwa belajar hanya terjadi jika
siswa memproses informasi atau pengetahuan baru sehingga dirasakan masuk akal sesuai
berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer
bermula dari dunia nyata. Menurut Hauvel-Panhuizen (dalam Astuti:2003:12) dunia nyata
tak ahnya berarti konkret secara fisik dan kasat mata, tapi juga dapat dibayangkan oleh
alam pikiran. Hal ini berarti masalah yang digunakan dapat berupa masalah-masalah
aktual (sungguh-sungguh ada dalam kehidupan siswa) atau masalah yang dapat
sebagai berikut.
kehidupan nyata (kontekstual) yang konkret atau yang ada dalam alam pikiran siswa.
Masalah-masalah yang ada dapat disajikan dengan cerita, lambang, model, atau
18
gambar. Dalam hal ini siswa diharapkan dapat menemukan alat matematis atau
tidak dominan. Siswa diharapkan dapat menemukan alat atau model matematis untuk
penemuan dengan bantun guru atau diskusi bersama teman. Menurut Slavin (dalam
Astuti: 2003:19) kegiatan pembelajaran ini dapat dilakukan dengan diskusi kelompok
antara siswa dengan orang dewasa atau dengan teman sebaya. Interaksi tersebut
teman sebayanya yang berkemampuan “lebih”, sehingga belajar akan teras mudah.
sebagai berikut.
a. Contructivism (Kontruktivisme)
menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide.
b. Inquiry (Menemukan)
sistematis, kritis, logis dan analisis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri
19
penemuannya dengan penuh percaya diri. Sasaran utama pembelajaran dengan
pembelajaran.
c. Questioning (Bertanya)
Kegiatan bertanya akan mendorong siswa sebagai partisipan aktif dalam proses
Konsep ini menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan
teman atau orang lain (Nurhadi,2002:15). Masyarakat belajar terjadi bila ada
e. Modelling (Pemodelan)
20
Pemodelan dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu
maksudnya adanya model yang ditiru. Model bisa berupa cara mengoperasikan
sesuatu, contoh: cara melakukan pengukuran yang benar. Model tak hanya dari guru
f. Reflection (Refleksi)
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke
belakang tentang apa-apa yang dilakukan di masa yang lalu. Refleksi merupakan
4) Diskusi.
5) Hasil karya.
dilakukan bukan hanya karena bisa menjawab serangkaian pertanyaan di atas kertas,
Hal-hal yang bisa digunakan sebagai dasar menilai prestasi siswa antara lain: proyek
kegiatan dan laporannya, presentasi atau penampilan siswa, demonstrasi, dan tes tulis.
konteksatual, yakni:
1) Pembelajaran bermakna
Pembelajaran dirasakan sangat terkait dengan kehidupan nyata atau siswa mengerti
21
manfaat isi pembelajaran, jika mereka merasakan berkepentingan untuk belajar demi
2) Penerapan pengetahuan
Jika siswa memahami apa yang dipelajari maka siswa mendapat menerapkannya
Siswa diminta untuk berpikir kritis dalam pengumpulan data, pemahaman suatu isu
Isi pembelajaran harus dikaitkan dengan standar lokal, nasional dan perkembangan
Guru harus memahami dan menghormati nilai, kepercayaan, dan kebiasaan siswa,
sesama rekan guru dan masyarakat tempat ia mendidik. Setidaknya ada empat
perspektif yang harus diperhatikan yaitu individu siswa, kelompok siswa, tatanan
6) Penilaian autentik
Berbagai macam strategi penilaian digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa
yang sesungguhnya meliputi: penilaian proyek dan kegiatan siswa, dan panduan
Kegiatan mengajar merupakan salah satu kegiatan mengatur agar tercipta suatu
sistem lingkungan belajar. Caranya dengan memanfaatkan media lingkungan yang ada di
sekitar sekolah sehingga proses belajar menjadi menyenangkan bagi siswa dan guru, agar
tercipta suatu system lingkungan belajar. Perlu diupayakan proses belajar mengajar yang
22
mengacu pada peserta didik yang dinamis, kreatif, suasana senang dan interaktif antara
siswa dan guru. Dengan kata lain, proses belajar mengajar merupakan proses komulatif
antara guru sebagai pemberi pesan, pengetahuan, keterampilan dan sikap serta budi
pekerti yang bermoral tinggi dengan siswa sebagai peserta didik. Pada umumnya guru
metode ini siswa sukar menangkap materi atau kehilangan kebermakanaannya meskipun
materi yang diberikan sedikit dan tidak banyak memerlukan hafalan. Maka diperlukan
selain itu yang lebih penting adalah penggunanan teknik dan metodologi pengajaran guru.
1) pembelajaran dimulai dari hal konkret ke hal yang abstrak, dari hal yang mudah ke
Phytagoras dalam kehidupan sehari-hari melalui kegiatan dan media yang tepat,
pada pelibatan siswa secara aktif baik fisik, mental maupun sosial.
lain: Lembar Kerja Siswa (LKS) yang berkarakteristik CTL, kartu masalah dan
dilaksanakan secara kelompok. Media ini dibuat sebagaimana LKS yang sudah ada
Contoh :
23
LEMBAR KERJA SISWA 1
Phytagoras.
40
b. Kartu masalah
24
Media ini berupa kartu yang mencantumkan masalah untuk diselesaikan oleh siswa.
esensinya.
Contoh:
c. Lingkungan belajar
prasarana belajar. Pada pelaksanannya digunakan beberapa benda yang ada di kelas
sebagai media dan alat peraga. Penggunaannya dikaitkan dengan penggunaan LKS.
Beberapa benda yang digunakan antara lain: meja, buku tulis, pigura dan lain-lain
Contoh :
25
Kebanyakan merupakan bangun segiempat. Tentu mereka
Phytagoras.
Menurut Vernon Magnesen (dalam De Porter 2000:57), “Kita belajar 10% dari apa
yang kita baca, 20% dari apa yang kita dengar, 30% dari apa yang kita lihat, 50% dari apa
yang kita lihat dan dengar, 70% dari apa yang kita katakan dan 90% dari dari apa yang
kita katakan dan lakukan”. Ini berarti belajar akan berlangsung semakin efektif jika
Menurut John Dewey (dalam Nurhadi 2004:8), “Siswa akan belajar dengan baik
jika apa yang mereka pelajari berhubungan dengan apa yang mereka ketahui, serta belajar
akan menjadi produktif jika siswa terlibat aktif dalam proses belajar di sekolah”. Dalam
kegiatan di kelas dan aktif menemukan sendiri. Sedangkan hasil belajarnya adalah apa
yang mereka ketahui dan apa yang mereka lakukan. Pemikiran inilah yang mendasari
penerapan pendekatan kontekstual di Amerika Serikat, yang saat ini juga sedang
guru. Guru diberikan keleluasaan untuk merancang pembelajaran kreatif yang dapat
merangsang siswa untuk aktif. Guru dapat menggunakan media, alat peraga atau bahkan
menentukan hubungan antara beberapa pengalaman belajar yang diperoleh sebagai hasil
26
belajar. Kegiatan ini dapat dilaksanakan secara kelompok. Belajar secara kelompok ini
juga dapat meningkatkan keaktifan siswa karena masing-masing siswa diberi keleluasaan
mengungkapkan pendapat. Apalagi kegiatan ini dilakukan antar teman sebaya sehingga
siswa lebih mengetahui alur berpikir teman, mempelajarinya menjadi mudah dan
menyenangkan.
Hal lain yang dilakukan guru dalam rangka meningkatkan aktifitas siswa adalah
dengan mengoptimalkan tanya jawab. Jenis tanya jawab yang dilakukan antara lain: tanya
jawab lisan dan tulisan. Tanya jawab lisan dapat berupa diskusi antar siswa melalui
kelompok belajar, tanya jawab anta guru dan siswa dalam refleksi pembelajran maupun
selama bimbingan guru ketika proses belajar. Sedangkan tanya jawab tertulis dapat
berbentuk lembar kerja siswa, lembar pemecahan masalah, tes formastif dan lain-lain.
a. guru dapat menjadikan tanya jawab sebagai pemberi informasi sejauh mana pemahaman siswa (evaluasi),
e. siswa dapat menjadikannya sebagai strategi untuk melakukan analisis dan eksplorasi
gagasan.
Keberhasilan pembelajaran tidak hanya dilihat dari hasil yang dicapai, tetapi juga
dari proses. Hasil belajar pada dasarnya merupakan akibat dari suatu proses belajar.
Dalam pendekatan kontekstual, hasil belajar merupakan wujud dari apa yang siswa
ketahui dan lakukan. Dengan kata lain, hasil belajar adalah kemampuan yang dimilki
siswa setelah menerima pengalaman belajar. Hal ini berarti pencapaian hasil belajar
tergantung dari proses balajar siswa dan skenario guru dalam pembelajaran.
27
a. Daya serap terhadap materi yang cukup tinggi, baik secara individu maupun
kelompok.
b. Perilaku yang digariskan tujuan pembelajaran tercapai dengan baik oleh siswa atau
kelompok.
Namun demikian indikator yang banyak dipakai adalah daya serap. Pengukuran dan
evaluasi terhadap tingkat keberhasilan belajar dilakukan melalui tes prestasi belajar.
Penilaian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya serap siswa terhadap
suatu materi.
Kerangka Berpikir
hanya sekadar transformasi ilmu pengetahuan tetapi juga penanaman ilmu pengetahuan
secara demokratis dan integral sehingga dapat dirasakan hakikat penerapannya dalam
kehidupan.
MTs Al Asror merupakan salah satu contoh sekolah diantara beberap sekolah yang
mengalami kendala dalam pembelajaran. Hal ini ditandai dengan kurang memuaskannya
hasil belajar siswa dengan minimnya rata-rata hasil belajar siswa yaitu 6,06. Selain itu
keaktifan siswa juga rendah. Menurut analisa peneliti hal ini disebabkan penggunaan
pendekatan yang kurang tepat, sehingga siswa kurang “menikmati” proses belajarnya.
kontekstual atau yang lebih dikenal dengan Contextual Teaching and Learning (CTL).
Pendekatan ini dicetuskan karena kesadaran perlunya melibatkan semua aspek yang
dirumuskan dalam prinsip belajar dan pembelajaran. Pendekatan ini dapat dipelajari dan
dapat langsung diterapkan dalam kurikulum apapun. Hal ini diharapkan dapat mempengaruhi
peningkatan pemahaman yang berimbas pada peningkatan hasil belajar. Selain itu karena
siswa benar-benar diposisikan sebagai komponen utama pendidikan, maka pengalaman siswa
28
Pendekatan ini dicoba untuk diterapkan pada siswa kelas 2 MTs Al Asror dalam
pembelajaran dan untuk mengetahui peningkatan perolehan hasil belajar dan keaktifan siswa.
Hipotesis Tindakan
Hipotesis yang dapat dirumuskan dari penelitian ini antara lain sebagai berikut.
meningkatkan hasil belajar siswa kelas 2 MTs Al Asror Semarang, sesuai dengan
indikator keberhasilan yaitu 75% siswa memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan 6,5
29
BAB III
METODE PENELITIAN
Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini meliputi siswa dan guru mata pelajaran matematika
MTs Al Asror Semarang kelas 2A. Siswa kelas tersebut berjumlah 42 orang
terdiri dari 21 siswa putri dan 21 siswa putra. Beberapa faktor yang menjadi
berikut.
1. Prestasi anak kelas tersebut cukup merata dan ada pada range rata-rata
Rancangan Penelitian
30
observator. Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan
Siklus 1
1. Perencanaan
a. Guru dan peneliti secara kolaboratif merencanakan pembelajaran (RP) untuk satu
RP.1)
b. Peneliti dengan masukan guru menyusun media atau alat bantu ajar dan soal
evaluasi. Media yang digunakan adalah LKS (lihat lampiran LKS.1) dan lingkungan
c. Menyusun angket untuk siswa dan lembar observasi. Angket yang diberikan kepada
siswa berupa angket refleksi siswa (lihat lampiran halaman 98) terhadap
kelompok.
2. Pelaksanaan tindakan
a. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan apersepsi tentang “Kuadrat dan Akar
31
c. Guru membagikan perangkat pembelajaran yang telah disiapkan untuk siswa.
f. Guru membantu siswa dalam menyiapkan hasil diskusi penyelesaian LKS pada
lembar presentasi.
diskusi.
h. Siswa dengan bantuan guru membuat kesimpulan tentang pembelajaran hari itu.
3. Pengamatan
4. Refleksi
Refleksi merupakan analisis hasil pengamatan, hasil angket dan evaluasi dari tahap-
pengamatan selesai.
32
Siklus 2
Perencanaan
b. Menyusun media atau alat bantu ajar dan soal evaluasi. Media yang
pembelajaran.
Pelaksanaan tindakan
pendekatan kontekstual.
f. Guru membantu siswa dalam menyiapkan hasil diskusi penyelesaian LKS pada
lembar presentasi.
diskusi.
33
h. Siswa membuat kesimpulan bersama tentang pokok materi hari itu dengan bantuan
Pengamatan
Refleksi
Refleksi merupakan analisis hasil pengamatan, hasil angket dan evaluasi dari tahap-
pengamatan selesai.
Siklus 3
1. Perencanaan
34
e. Mempersiapkan sarana pembelajaran yang dibutuhkan, yaitu papan
nama kelompok, papan nama siswa, kertas, dan spidol.
2. Pelaksanaan tindakan
pendekatan kontekstual.
diskusi.
3. Pengamatan
4. Refleksi
35
Refleksi merupakan analisis hasil pengamatan, hasil angket dan evaluasi dari tahap-
pengamatan selesai.
1. Sumber data
Sumber data penelitian ini diperoleh dari siswa, guru dan peneliti.
2. Jenis data
Jenis data yang diperoleh adalah data kuantitatif dan data kualitatif dengan rincian
sebagai berikut.
Tes tertulis dilakukan pada setiap akhir siklus. Dalam penelitian ini berarti ada 3 kali
tes tertulis. Tes ini digunakan untuk mengukur sejauh mana penguasaan siswa
terhadap materi.
b. Kuisioner/angket
Angket digunakan untuk mengungkap respon dan minat siswa pada pelaksanaan
c. Hasil observasi
Lembar observasi terdiri dari lembar observasi guru dan lembar observasi siswa.
Lembar observasi guru digunakan untk mengetahui aktivitas guru selama proses
akivitas siswa.
a. Data hasil belajar diambil dari tes yang diberikan kepada siswa.
b. Data tentang situasi dan kondisi belajar mengajar pada saat dilaksanakan tindakan diperoleh dari lembar
observasi dan foto-foto.
c. Data mengenai respon dan keaktifan siswa diperoleh dari angket refleksi dan lembar observasi kegiatan
siswa.
36
Jenis Instrumen
Instrumen adalah alat yang digunakan oleh guru untuk memperoleh data. Jenis instrumen
a. Satuan Pembelajaran
b. Rencana Pembelajaran
d. Tes tertulis
e. Lembar observasi
Penggunaan intrumen penelitian memerlukan perhatian cermat untuk mendapat data yang
baik. Instrumen yang baik adalah instrumen yang valid dan reliabel. Instrumen valid adalah
instrumen yang mengukur apa yang seharusnya diukur dan instrumen reliabel adalah
instumen yang konsisten dan akurat. Menurut Priyono (2004), untuk mengetahui validitas
dan reliabilitas semua intrumen dalam penelitian tindakan kelas dapat digunakan “practical
tersebut layak atau tidak dengan kriteria “easy for use”, yang jika memenuhi berarti
dinyatakan valid dan reliabel. Bentuk practical validity (validitas praktis) yang digunakan
peneliti adalah face validity (validitas muka) yaitu kolaborator dengan peneliti saling menilai,
(trustworthiness) suatu hasil instrumen yang dibangun dari proses kolaborasi. Untuk
teknik source triangulation, artinya penyusunan instrumen diperoleh dari berbagai sumber.
a. Tes tertulis pada penelitian ini menggunakan sistem validitas dan reliabilitas seperti di
atas.
b. Lembar observasi kegiatan guru dan siswa. Kriteria penilaian pada kegiatan guru diubah
kedalam bentuk angka yaitu: sangat baik = 4, baik = 3, cukup = 2 dan kurang = 1. Untuk
skor maksimal adalah 80, diperoleh dari 4 x 20 dan skor minimal adalah 20 diperoleh dari
1 x 20. Jumlah skor dikategorikan menjadi: 1-20 (kurang), 21-40 (cukup), 41-60 (baik)
37
dan 61-80 (sangat baik). Lembar observasi aktivitas siswa memuat 10 item. Penialian
dikonversikan dalam bentuk angka, yaitu: banyaknya siswa yang beraktivitas < 25% = 1,
25%-50% = 2, > 50% dan <75% = 3, ≥ 75% = 4. Skor maksimal yang dicapai adalah 40,
diperoleh dari 4 x 10. Skor minimal adalah 10, diperoleh dari 1 x 10. Jumlah skor
dikategorikan menjadi: 1-10 (banyaknya siswa yang beraktivitas < 25%), 11-20 (
banyaknya siswa yang beraktivitas 25%-50%), 21-30 (banyaknya siswa yang beraktivitas
> 50% dan <75%) dan 31-40 (banyaknya siswa yang beraktivitas ≥ 75%).
c. Angket respon siswa menggunakan tipe obyektif (pilihan ganda) dengan cara memberi
tanda silang pada huruf yang sesuai. Hasilnya diprosentase untuk mengetahui tingkat
respon siswa.
Indikator Kinerja
≥ 6,5 ,
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
dalam kelas berupa penemuan rumus phytagoras. Namun sebelum itu guru memberi
lurus. Meja misalnya, mengapa potongan tukang kayu dapat lurus terbuat. Kegiatan
penemuan ini dilakukan secara kelompok dengan diskusi, dengan pendamping LKS yang
terdiri dari 3 poin penemuan dan buku paket. Tiap kelompok melakukan pengamatan,
pendataan dan pengukuran beberapa benda yang ada di kelas sebagai sumber data
penemuan. Kemudian dicari hubungan antar data untuk memperoleh kesimpulan tentang
teorema phytagoras. Berikutnya siswa diminta menyajikan data dalam bentuk tabel dan
ringkasan serta kesimpulan dari hasil penemuannya. Pada seluruh kegiatan ini guru
melakukan bimbingan pada siswa. Hasil diskusi di presentasikan di depan kelas, diwakili
oleh dua kelompok, yaitu kelompok Ellips dan Trapesium. Setelah presentasi kelompok,
melakukan refleksi berupa simpulan hasil belajar hari ini. Kemudian guru menegaskan
dan menambahkan kesimpulan siswa. Untuk mengetahui minat dan respon siswa, guru
membagikan angket pada siswa. Hasil belajar juga diukur sebagai bagian dari refleksi
siswa pada akhir siklus. Evaluasinya berupa soal essay sejumlah 3 soal yang diselesaikan
Pada siklus 1, berdasarkan observasi yang telah terhimpun datanya pada tabel 1
(lihat lampiran), kegiatan guru menunjukkan skor 29, termasuk kategori baik
39
dengan kriteria seperti pada keterangan penilaian. Pada siklus 1 guru belum
pada masalah yang dimunculkan. Selain itu guru kurang memberi motivasi siswa.
Motivasi yang diberikan guru hanya berupa pesan pada akhir pelajaran dan persiapan
untuk lebih baik pada pertemuan berikutnya. Sedangkan item yang lain dinilai baik,
dengan kata lain guru dapat menjalankan 7 komponen CTL yang dijabarkan dalam
Pada tabel 4 (lihat lampiran), keaktifan siswa menunjukkan skor 31 atau 77,5%
siswa aktif dan terlibat dalam KBM. Siswa aktif berdiskusi ditunjukkan item 4,6,dan
8 dengan skor rata-rata 3 atau sebanyak > 50% dan kurang dari 75% yang melakukan
penemuan, kegiatan siswa dalam melakukan pembagian tugas dan aktif berdiskusi
tentang penemuannya, serta refleksi. Kegiatan siswa yang paling sedikit dilakukan
adalah memformulasikan gagasan baik secara tertulis maupun lisan dengan skor
tertulis <25% dan siswa yang menyampaikan gagasan secara lisan hanya sebanyak
25%-50%.
Berdasarkan data yang diperoleh pada siklus 1 didapat bahwa 9,52% (4 siswa)
guru hari itu. Siswa yang menyatakan penyampaian guru tidak jelas sekitar 21,43%
(9 siswa), guru jelas dalam penyampaian dinyatakan oleh 71,43% (30 siswa) dan
sangat jelas diungkapkan oleh 7,14% atau 3 siswa. Siswa yang menyatakan berani
9,52% (4 siswa) dan tidak mengalami perubahan dalam berapresiasi dinyatakan oleh
40
sejumlah 66,67 % dari seluruh siswa (28 siswa). Sekitar 11,9% (5 siswa) menyatakan
menyatakan sangat senang. Adapun pernyataan bahwa pembelajaran kali ini justru
membuat bingung direspon oleh 7 siswa (16,67%), dan yang menyatakan mudah
mengikuti adalah 35 siswa (82 %), dan menyatakan jelas atau sangat mudah untuk
dipahami adalah 2 siswa (4,76%). Hasil tersebut menunjukkan sebagian besar siswa
c. Hasil Belajar
1) Individu
Hasil dari evaluasi pada siklus 1 dengan sub pokok bahasan tentang teorema
terdiri dari tiga soal. Berdasarkan data yang diperoleh bahwa dari 42 siswa yang
mengikuti tes, 26 siswa telah tuntas belajar atau 61,9 % dan 16 siswa yang
belum tuntas belajar atau 38,1%. Rata-rata nilai kelas adalah 7,02. Meskipun
sebelum dilakukan tindakan ada peningkatan dari 6,06 menjadi 7,02, namun dari
keberhasilan. Hal ini disebabkan karena nilai yang diperoleh seluruh siswa yang
lebih besar atau sama dengan 6,5 belum mencapai hingga 75 %. Berikut
2) Kelompok
digunakan sebagai bagian dari nilai tugas siswa yang akan digunakan pada
perhitungan nilai akhir siswa. Penilaian ini meliputi (a) penilaian kerjasama
41
kelompok yang meliputi: kerjasama tim dan keaktifan personil kelompok serta
kelompok. Pada siklus ini kelompok yang mendapat nilai tertinggi, yaitu 9
cukup baik, serta hasil evaluasinya juga baik. Sedangkan kelompok dengan nilai
hasil evaluasi yang kurang. Evaluasi kelompok adalah evaluasi hasil pengerjaan
Trapesium dan Segi delapan. Sedangkan kelompok lain belum sampai pada
Layang-layang, Belah ketupat dan Ellips yang masih pada kesimpulan teorema
contohnya: “ Setiap persegi panjang punya dua sisi sama panjang dan lebar”.
d. Refleksi
Siklus 1 yang terdiri dari 2 pertemuan yang telah dilaksanakan cukup mengalami
kendala atau hambatan. Salah satunya adalah pengelolaan kelas yang belum baik.
Hal ini tampak pada saat melakukan KBM, guru belum melaksanakan pembelajaran
sesuai RP, sehingga pendalaman materi melalui penjelasan guru kurang optimal.
kelas. Hasil belajar secara individu belum mencapai target, tetapi nilai kelompok
cukup baik dimana nilai terendah adalah 7. Pengamatan terhadap kegiatan guru dan
siswa kurang luas. Dapat ditafsirkan bahwa metode penemuan merupakan hal yang
baru bagi siswa, sehingga tampak perhatian siswa terhadap kegiatan penemuan
42
cukup tinggi. Maka, untuk mengatasi hal-hal tersebut di atas ada upaya perbaikan
guru perlu memberikan perangkat berupa LKS yang tepat yang mampu
Pelaksanaan KBM pada siklus 2 yang meliputi sub pokok bahsan tentang kebalikan teorema phytagoras
dan tripel phytagoras masih dengan metode penemuan dan diskusi mengingat pertemuan yang lalu responnya
cukup baik. Perangkat berupa LKS masih digunakan. Siklus 2 terdiri dari 2 pertemuan. Siswa melakukan
kegiatan di dalam kelas. Siswa melakukan pembelajaran secara kelompok, setelah terlebih dahulu guru
memberikan apersepsi tentang pembelajaran yang lalu.
a. Kegiatan guru dan keaktifan siswa
Pada siklus 2 kegiatan guru menunjukkan penurunan yaitu 26 tapi masih dalam
(RP) namun masalah yang dimunculkan belum begitu kontekstual. Guru sudah mulai
memberikan motivasi pada siswa namun masih sebatas memberikan dorongan pada
siswa yang belum aktif. Pertanyaan yang diberikan guru kurang kontekstual,
yang digunakan kurang mendukung dengan contoh yang kontekstual, hal ini
membimbing siswa namun karena kesulitan siswa sehingga guru perlu mendikte ide-
ide bagi siswa. Namun perlu diakui pada tiap siklus, siklus 1 dan 2 guru sangat
berlangsung baik. Kegiatan siswa yang menunjukkan partisipasi dan keaktifan dapat
Dari tabel 6 menunjukkan bahwa semua siswa terlibat aktif dengan skor
43
memformulasikan gagasan masih rendah, meskipun mengalami
peningkatan .
Berdasarkan data yang diperoleh pada siklus 2 didapat bahwa 11,9% (5 siswa)
guru hari itu. Siswa yang menyatakan penyampaian guru tidak jelas sekitar 11,9% (5
siswa), guru jelas dalam penyampaian dinyatakan oleh 78,57% (33 siswa) dan
sangat jelas diungkapkan oleh 11,9% (5 siswa). Siswa yang menyatakan berani
23,81% (10 siswa) dan tidak mengalami perubahan dalam berapresiasi dinyatakan
oleh sejumlah 45,23 % dari seluruh siswa (19 siswa). Sekitar 9,52% (4 siswa)
kelompok dan 30,95% (13 siswa) menyatakan sangat senang. Adapun pernyataan
bahwa pembelajaran kali ini justru membuat bingung direspon oleh 6 siswa (11,9%),
dan yang menyatakan mudah mengikuti adalah 32 siswa (85 %), dan menyatakan
jelas atau sangat mudah untuk dipahami adalah 2 siswa (4,76%). Hasil tersebut
menunjukkan sebagian besar siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan mudah dan
bertanya.Hal ini karena materi diskusi kelompok yang agak sulit, sehingga sebagian
Hasil belajar
1) Individu
Hasil dari evaluasi pada siklus 2 dengan sub pokok bahasan tentang kebalikan
44
pemahaman siswa terhadap materi yang diberikan melalui pendekatan
kontekstual. Soal essay yang diberikan terdiri dari dua soal. Berdasarkan data
yang diperoleh bahwa dari 42 siswa yang mengikuti tes, 26 siswa telah tuntas
belajar atau 61,90 % dan 16 siswa yang belum tuntas belajar atau 39,10%. Rata-
rata nilai kelas adalah 7,02. Hal ini berarti tidak terjadi peningkatan pada
2) Kelompok
Pada siklus ini kelompok yang mendapat nilai tertinggi, yaitu 9,25 adalah
dan keaktifan kelompok yang cukup baik, serta hasil evaluasinya juga baik.
Sedangkan kelompok dengan nilai paling rendah, yaitu 6,5 adalah kelompok
Belah ketupat karena hasil evaluasi dan kekompakan yang kurang. Mengenai
teorema phytagoras dan tripel phytagoras, selain kelompok Belah ketupat yang
tidak tepat pada kedua konsep. Sedangkan kelompok Segitiga dan Layang-
phytagoras. Hasil diskusi tiap kelompok dapat diketahui lebih jelas pada
lampiran.
d. Refleksi
Pelaksanaan siklus 2 dengan 2 kali pertemuan yang telah dilaksanakan belum menunjukkan keberhasilan dalam
ketuntasan belajar sesuai indikator yaitu 75%, meskipun dari indikator keaktifan lebih dari 75 % dari jumlah
seluruh siswa sudah meningkat dari siklus 1 dan berhasil. Selain itu juga LKS yang diberikan kepada siswa
kurang diberikan contoh yang relevan sehingga siswa mengalami beberapa kesulitan dalam penemuan. Guru
menjadi berlebihan dalam membimbing dengan memberikan dikte ide. Perbaikan yang perlu dilakukan untuk
siklus berikutnya, antara lain:
- perangkat pembelajaran yang diberikan agar lebih relevan dengan kehidupan sehari-hari atau lebih
kontekstual,
45
- guru menghindari dikte ide yang berlebihan pada siswa,
hasil refleksi siklus 2 dan disesuaikan dengan sub pokok bahasan yang terkait, yaitu
yang diberikan. Perangkat yang digunakan adalah kartu masalah. Seperti pada siklus
Data hasil pengamatan kegiatan guru dan keaktifan siswa dapat dilihat pada
tabel 9. Pada siklus 3 kegiatan guru yang telah dilakukan termasuk kategori sangat
baik dengan skor 34. Pada siklus 3, metode yang digunakan adalah penyelesaian
masalah dan diskusi. Modelling yang dilakukan tidak begitu dominan karena
fokusnya pada penyelesaian masalah dengan konsep yang sudah dimiliki siswa.
Berdasarkan tabel 10 keaktifan siswa dalam KBM adalah 77,5% siswa terlibat aktif
atau skor sebesar 31. Karena metode pemecahan masalah yang digunakan maka
kegiatan siswa dalam penemuan tidak ada. Kegiatan siswa yang lain sudah
Berdasarkan data yang diperoleh pada siklus 3 didapat bahwa 16,67% (7 siswa)
guru hari itu. Siswa yang menyatakan penyampaian guru tidak jelas sekitar 7,14% (3
46
siswa), guru jelas dalam penyampaian dinyatakan oleh 90,47% (38 siswa) dan
sangat jelas diungkapkan oleh 2,38% (1 siswa). Siswa yang menyatakan berani
2,38% (1 siswa) dan tidak mengalami perubahan dalam berapresiasi dinyatakan oleh
sejumlah 76,19 % dari seluruh siswa (32 siswa). Sekitar 11,9% (5 siswa) menyatakan
menyatakan sangat senang. Adapun pernyataan bahwa pembelajaran kali ini justru
membuat bingung direspon oleh 7 siswa (16,67%), dan yang menyatakan mudah
mengikuti adalah 33 siswa (78,57 %), dan menyatakan jelas atau sangat mudah untuk
dipahami adalah 2 siswa (4,76%). Hasil tersebut menunjukkan sebagian besar siswa
siswa pada penampilan guru agak menurun. Respon siswa untuk bertanya dan
mengalami perubahan pada keinginan berapresiasi mereka. Hal ini karena siswa telah
menguasai konsep yang ada sehingga tinggal menerapkan apa pengetahuan yang
dimiliki.
Hasil belajar
1) Individu
Hasil dari evaluasi pada siklus 3 untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap
materi yang diberikan. Soal yang diberikan terdiri dari 5 soal obyektif dan 3 soal
essay. Berdasarkan data yang diperoleh bahwa dari 42 siswa yang mengikuti tes,
35 siswa telah tuntas belajar atau 83,33% dan 7 siswa yang belum tuntas belajar
atau 16,66%. Rata-rata nilai kelas adalah 7,48. Pada siklus 3, menunjukkan
47
indikator keberhasilan tercapai. Ringkasan hasil belajar siswa pada siklus 3
2) Kelompok
Pada siklus ini kelompok yang mendapat nilai tertinggi, yaitu Segitiga, Ellips
dan Lingkaran dengan masing-masing nilai 9,5; 9,25 dan 9 karena kekompakan
dan keaktifan kelompok yang cukup baik, serta hasil evaluasinya juga baik.
sudah mampu memberikan solusi yang baik, ditunjukkan dengan nilai terendah
Pembahasan
Belajar menurut Whittaker adalah aktivitas mental atau psikis yang berlangsung
pemahaman, dan nilai sikap. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa mengalami
proses belajar yang dimulai dari siklus 1 sampai siklus 3. Proses belajar yang berlangsung
terjadi interaksi antara guru dan siswa. Guru melakukan kegiatan belajar mengajar dan
48
Kegiatan guru merupakan faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar,
karena di dalamnya guru menggunakan metode dalam mengajar. Kegiatan guru yang
dilakukan pada siklus 1 dalam penelitian menunjukkan apa yang sudah dilakukan guru
dalam mengajar sudah baik, hal ini dilihat dari skor yang diperoleh yaitu sebesar 29.
Aspek kegiatan guru yang berupa menggunakan alat bantu ajar, membimbing siswa
dalam mengumpulkan data, dan menyimpulkan sudah sangat baik. Dalam siklus 1 aspek
kegiatan guru yang diamati sudah termasuk baik, namun di beberapa hal perlu perbaikan,
diantaranya guru belum secara optimal memberikan motivasi bagi siswa yang masih
cenderung belum berani untuk menyampaikan pendapat. Padahal pendapat siswa bisa
digunakan guru sebagai alat untuk mengetahui kemampuan siswa dalam mencerna
materi. Selain itu guru perlu memperhatikan prosedur pembelajaran yang telah dibuat
agar tujuan tercapai serta adanya pemberian penguatan secara positif pada siswa.
Sebenarnya pada siklus ini guru bisa mengeksplorasi pengetahuan siswa, sehubungan
dengan metode yang digunakan, baik secara lisan maupun tulisan. Namun karena guru
belum membiasakan diri dengan metode yang ada selain juga perangkat yang belum
begitu lengkap, misalkan pertanyaan yang akan diajukan kepada siswa, sehingga
komunikasi antara guru dan siswa masih terbatas, pada persoalan teks.
Kegiatan guru pada siklus 2 masih tergolong baik, ditunjukkan dengan skor 26.
pembelajaran yang diberikan yang kurang relevan. Meskipun begitu aktivitas siswa dalam
LKS yang digunakan cukup merangsang siswa untuk bertanya dan meminta penjelasan.
Suasana yang diciptakan guru sangat menyenangkan bagi siswa, terlihat guru lebih
Pada siklus 3 kegiatan guru menunjukkan skor 34 yang termasuk kategori sangat
baik. Hal ini ditunjukkan peningkatan yang lebih baik dari aspek kegiatan guru yang
berupa memberi perhatian pada siswa, melaksanakan sesuai prosedur pembelajaran (RP),
49
kehidupan sehari-hari. Guru juga mengubah metode pembelajarannya menjadi metode
meningkat. Hal ini karena siswa disodori masalah yang harus dipecahkan menyangkut
kehidupan sehari-hari, sehingga tanpak lebih nyata. Masalahnya pun beragam sehingga
siswa diajak untuk berpikir luas yang merangsang siswa mengungkapkan ide-ide
penyelesaian masalah.
ditunjukkan dengan sikap antusias siswa terhadap pelajaran yang sedang berlangsung,
sebagai data. Penyertaan psikis siswa akan mendorong siswa untuk melakukan tindakan
yang didasari pada pengetahuan atau aspek kognitif. Proses belajar yang juga
menyertakan gerak seperti kemampuan menulis dari apa yang didengar, melakukan
intelektual dipengaruhi oleh suasana hati atau perasaan, teori ini adalah pendapat Gagne
konsep Teorema Phytagoras ditunjukkan dari hasil evaluasi belajar siswa. Pada
hakikatnya hasil belajar siswa dari siklus 1 sampai siklus 2 mengalami peningkatan,
ditunjukkan dengan prosentase ketuntasan belajar siswa yaitu dari 61,90 % pada siklus I,
61,9 % pada siklus 2, dan meningkat lagi pada siklus 3 menjadi 83,33%. Peningkatan
- tingkat kecerdasan siswa dalam kelas yang ditunjukkan rata-rata kelas di atas 7 dari
siklus 1, 2 dan 3 yaitu 7,02; 7,02; 7,48. Pada siklus 1 nilai tertingginya 9 dan terendah
3; siklus 2 nilai tertinggi 9 dan terendah 4; sedangkan pada siklus 3 nilai tertingginya
50
- interaksi guru dan siswa sebagai pendukung proses belajar siswa dalam meningkatkan hasil belajarnya,
ditunjukkan adanya kegiatan guru membimbing siswa yang memang sudah baik, peningkatan aktivitas guru
dalam memotivasi siswa, serta keterbukaan guru dalam memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menggali idenya, sehingga mereka merasa dihargai pendapatnya yang menyebabkan siswa merasa nyaman
belajar. Dari penelitian dapat dilihat siswa justru tidak merasa senang ketika guru banyak mendiktekan ide-
ide, seperti yang terjadi pada siklus 2 dimana respon siswa terhadap penampilan guru menurun. Meskipun di
sisi lain siswa memerlukan bimbingan guru jika mengalami kesulitan. Hal lain yang berhubungan dengan
interaki guru dan murid adalah kegiatan Tanya jawab antara guru dan siswa, ketika kegiatan kelompok
maupun pada saat forum kelas. Didukung dengan pertanyaan-pertanyaan yang relevan bagi siswa.
- kerjasama kelompok yang makin baik sehingga kemampuan siswa menjadi merata.
- metode pembelajaran yang lebih variatif. Meskipun menggunakan pende-katan kontekstual guru dapat
menggunakan beberapa startegi atau metode pembelajaran, seperti pada penelitian ini pada siklus 1 dan 2
digunakan metode penemuan dan pada siklus 3 menggunakan metode pemecahan masalah. Metode-metode
tersebut dimaksudkan untuk melibatkan siswa secara dalam pembelajaran, sehingga siswa mendapat
pengalaman belajar langsung. Melibatkan siswa secara langsung dalan PBM dan mengembangkan
kemampuan siswa untuk menemukan konsep-konsep dan pengertian telah membuat PBM menjadi bermakna
dan optimal sehingga keaktifan dan hasil belajar siswa lebih meningkat (Mursell & Nasution, 2002).
Aktivitas Siswa
Dari hasil pengamatan kegiatan siswa, sebagian besar siswa antusias. Tingkat
aktivitas siswa pada PBM siklus 1 menunjukkan skor sebesar 31 (kategori aktivitas
tinggi). Namun kuantitas siswa, pada khususnya siswa yang memformulasikan gagasan
secara tertulis prosentasenya hanya <25% dan siswa yang menyampaikan gagasan secara
lisan hanya sebanyak 25%-50%. Hal ini menunjukkan kebiasaan siswa yang jarang
mencatat gagasan karena terbiasa dengan dikte guru dan mencatat apa yang diperintahkan
guru. Selain itu pembelajaran selama ini yang menggunakan metode ekspositori
menyebabkan siswa kurang terbiasa menyampaikan pendapat secara lisan, baik pada
pembelajaran siklus 2. Tingkat aktivitas siswa pada PBM siklus 2 adalah 33. Masih
termasuk kategori aktivitas siswa yang tinggi. Keaktifan siswa yang menonjol masih
tampak pada keaktifan siswa dalam diskusi. Selain disebabkan siswa masih menyenangi
pembelajaran dengan penemuan, juga fokus penemuan agak sulit sehingga kerjasama
pembelajaran siklus 3. Tingkat aktivitas siswa pada PBM siklus 3 sebesar 31. Masih
51
Perubahan yang berarti adalah peningkatan kegiatan siswa untuk memformulasikan
gagasan secara lisan dan tulisan. Hal ini karena metode yang digunakan adalah
oleh guru merangsang siswa untuk mengikuti PBM dan melakukan kegiatan-kegiatan
yang sudah diarahkan oleh guru melalui LKS. Metode penemuan dipadu dengan metode
diskusi kelompok pada siklus 1 dan 2 serta paduan metode pemecahan masalah dengan
Hasil diskusi dituliskan dalam bentuk laporan sederhana sesuai dengan tuntunan LKS dan
guru. Interaksi antara guru dengan siswa secara dua arah telah terjalin. Hal tersebut dapat
dilihat dengan adanya dialog tanya jawab, bantuan guru terhadap siswa yang mengalami
kesulitan, keberadaan guru sebagai fasilitator dan sumber belajar (Sudjana, 2001).
Aktivitas siswa juga dipengaruhi oleh minat dan respon siswa dalam pembelajaran.
Dimana pada penelitian ini minat dan respon siswa cukup tinggi yaitu 83,33% pada siklus
1, 78,57% pada siklus 2 dan 80,95% pada siklus 3. Naik turunnya minat dan respon siswa
pendukungnya.
pembelajaran yang relevan bagi siswa. Namun pada pelaksanaannya beberapa perangkat
kurang kontekstual, terutama pada siklus 2. Pada siklus ini dimaksudkan siswa dapat
mengerti mengenai prinsip kebalikan teorema Phytagoras dan tripel phytagoras. LKS
sebagai perangkat pembelajaran siklus ini hanya mengandung unsur penemuan, namun
tidak memberikan contoh-contoh yang riil atau sesuai konteks di lapangan. Dengan kata
52
lain LKS ini tidak membawa siswa mengaitkan antara konsep yang dipelajari dengan
keseharian siswa. Sedangkan pada siklus yang lain LKS maupun kartu masalah dapat
mengakomodasi siswa belajar dengan pendekatan kontekstual. Namun begitu ada sisi
positif pada siklus 2 yaitu siswa menjadi lebih aktif, baik aktif bertanya, mengemukakan
Tujuan pembelajaran yaitu agar siswa mampu memahami dan menggunakan atau
dengan hasil belajar siswa maupun hasil kerja kelompok dalam pemecahan masalah yang
53
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
rendah, yaitu 6,06, dengan aktivitas yang sedikit pula, yaitu hanya mendengarkan
1. Pada siklus 1 hasil belajar siswa menunjukkan rata-rata kelas 7,02, dengan nilai tertinggi
9 dan nilai terendah 3. Ketuntasan belajar, yaitu nilai ≥ 6,5 dicapai oleh 26 siswa
(61,90% dari jumlah siswa). Sedangkan keaktifan siswa dalam pembelajaran sudah cukup
2. Pada siklus 2 hasil belajar siswa menunjukkan rata-rata kelas yang sama dengan siklus 1,
yaitu 7,02, dengan nilai tertinggi 9 dan nilai terendah 4. Ketuntasan belajar, yaitu nilai ≥
6,5 juga sama dengan siklus 1, dicapai oleh 26 siswa (61,90% dari jumlah siswa).
Sedangkan keaktifan siswa dalam pembelajaran meningkat menjadi 82,5% siswa aktif.
3. Pada siklus 3 hasil belajar siswa meningkat, ditunjukkan dengan rata-rata kelas 7,48
dengan nilai tertinggi 9,5 dan nilai terendah 5,25. Ketuntasan belajar, yaitu nilai ≥ 6,5
meningkat jika dibandingkan dengan siklus sebelumnya yaitu dicapai oleh 35 siswa
(83,33% dari jumlah siswa). Aktivitas siswa mengalami penurunan menjadi 77,5% siswa
54
dalam KBM. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya ketuntasan belajar sampai
pada akhir siklus dan jumlah siswa yang aktif dengan berbagai kegiatan belajar
selama PBM.
B. Saran
1. Metode dan kreativitas guru perlu ditingkatkan dalam menyajikan materi pelajaran yang
3. Guru perlu memberikan motivasi pada siswa sebagai bentuk penguatan, baik berupa kata-
55
DAFTAR PUSTAKA
___________. 1997. Garis-Garis Besar Program Pengajaran Mata Pelajaran Matematika SLTP.
Jakarta: Depdikbud
Asikin. 2003. Pembelajaran Matematika Berdasar Pendekatan Kontruktivisme dan CTL, Makalah
dalam Rangka Seminar TOT Guru se Jawa Tengah. Semarang
Nurhadi. 2004. Pendekatan Kontekstual dan Pendekatannya dalam KBK. Malang: UNM
Priyono, B. 2001. Makalah: Action Research sebagai Strategi Peningkatan Profesionalisme Guru.
Semarang: tidak diterbitkan
Suyitno, Amin. 1997. Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran Matematika 1. Semarang: handout
56
PROGRAM SATUAN PELAJARAN
Mata Pelajaran :
Matematika
Waktu : 12 JP (6 pertemuan)
57
B. Siklus 2 (Pertemuan 3 dan 4)
3.1.1 Pendahuluan
58
3.1.2 Teorema Phytagoras Analisa, Penemuan
2 3 dan 4
3.1.3 Tripel Phytagoras dan Diskusi
3. Mistar
1. Kartu Masalah
B. Sumber Belajar
VI. PENILAIAN
A. Prosedur
59
RENCANA PEMBELAJARAN II
(RP 2)
Phytagoras,tripel Phytagoras
Kelas/Semester : 2/1
Waktu : 90’
A. TUJUAN
Phytagoras dalam soal-soal bangun datar, bangun ruang atau dalam kehidupan
sehari-hari.
B. MEDIA
1. LKS 2
2. lembar presentasi
60
C. SKENARIO PEMBELAJARAN
siswa mengenai
pengertian
teorema
phytagoras
dengan bertanya
pada siswa
pert. Sebelumnya
- membagikan perangkat
belajar modelling
61
phytagoras, kebalikan t. questioning,
phytagoras konstruktivis,
mempresentasikan hasil
karya
- menegaskan kesimpulan
baru guru
melakukan evaluasi
authentic
ass., refleksi
diberikan
62
D. PENILAIAN
2. Presentasi kelompok
3. evaluasi siswa
63
RENCANA PEMBELAJARAN III
(RP 3)
Kelas/Semester : 2/1
Waktu : 90’
A. TUJUAN
Phytagoras dalam soal-soal bangun datar, bangun ruang atau dalam kehidupan
sehari-hari.
B. MEDIA
1. Kartu masalah
2. lembar presentasi
C. SKENARIO PEMBELAJARAN
Kegiatan guru Kegiatan siswa Waktu Keterangan
64
Pendahuluan - menyampaikan tuj. - memperhatikan keterangan
pembelajaran guru
mengenai pengertian
pada siswa
pert. sebelumnya
belajar, menjelaskan
penggunaan perangkat
belajar modelling
phytagoras questioning,
konstruktivis,
65
mempresentasikan hasil
karya
berpendapat
melakukan evaluasi
diberikan
D. PENILAIAN
EVALUASI III
66
Pokok Bahasan: Teorema Pythagoras
Waktu : 30 menit
E F
67
a. 200 m b. 240 m c. 260 m d. 300 m
E F
D
C
A B
ujung bawah tangga dengan tembok adalah 1,4 m. Tentukan tinggi tembok
68
TEOREMA PHYTAGORAS
mempunyai sudut siku-siku. Pernahkah terpikir oleh kalian mengapa pembuatnya dapat
membuat bentuknya lurus alias tidak miring? Itulah salah satu akibat penggunaan teorema
Phytagoras.
4. Coba perhatikan benda-benda di sekitarmu. Adakah benda yang mempunyai sudut siku-
40 ?
Lampiran 9 LEMBAR KERJA SISWA II
BELAJARLAH DENGAN TEKUN DAN TELITI
Pokok Bahasan : Teorema Phytagoras
Kelas/Semester : 2/2
Waktu : 2 JP (2 x 45’)
69
TEOREMA PHYTAGORAS
Telah kita ketahui bahwa untuk segitiga ABC yang siku-sikunya di A berlaku: a2 =
b2 + c2. Maka dapat kita analogikan bahwa:
Untuk Δ ABC yang siku-sikunya di B berlaku:……………..
Untuk Δ ABC yang siku-sikunya di C berlaku:……………..
Itulah yang kita sebut sebagai kebalikan dari Teorema Phytagoras
Jadi
Untuk setiap Δ ABC siku-siku dengan sisi a, b dan c berlaku:
Bila a2 = b2 + c2, maka Δ ABC yang siku-sikunya di A
Bila ………….., maka Δ ABC yang siku-sikunya di B
Bila ………….., maka Δ ABC yang siku-sikunya di C
TRIPEL PHYTAGORAS
Lengkapilah
m n …… …… …… Tripel
tabel tersebut !
Phytagoras
2 1 5 3 4 5, 3,4
3 1 10 8 6 10, 8, 6
3 2 13 5 12 13, 5, 12
4 1 17 15 8 17, 15, 8
4 2 20 12 16 20, 12, 16
dst dst m>n, m ≠ n; m,n
∈ A itu syaratnya
Lampiran 11
No Dilakukan Penilaian
70
Ya Tidak 1 2 3 4
Melaksanakan prosedur
1. √
pembelajaran.
2. Memotivasi siswa √ √
Memberi perhatian pada
3. √ √
siswa
Mendorong siswa melakukan
4. √ √
eksperimen atau penemuan
Siswa diberi kesempatan
5. √ √
menggali ide
Mendorong siswa untuk
6. √ √
bertanya
Mendorong siswa untuk
7. berdiskusi dan berinteraksi √ √
dengan teman
Memberi model tentang
8. √ √
bagaimana belajar
Memberi kesempatan pada
9. siswa untuk melakukan √ √
refleksi
71
10. Memberi tugas dan penilaian √ √
Lampiran 12
Dilakukan Penilaian
Aspek yang diamati
No Ya Tidak 1 2 3 4
Melaksanakan prosedur
1. √ √
pembelajaran.
2. Memotivasi siswa √ √
Memberi perhatian pada
3. √ √
siswa
Mendorong siswa melakukan
4. √ √
eksperimen atau penemuan
Siswa diberi kesempatan
5. √ √
menggali ide
Mendorong siswa untuk
6. √ √
bertanya
Mendorong siswa untuk
7. berdiskusi dan berinteraksi √ √
dengan teman
Memberi model tentang
8. √ √
bagaimana belajar
Memberi kesempatan pada
9. siswa untuk melakukan √ √
refleksi
72
10. Memberi tugas dan penilaian √ √
Lampiran 13
Tabel 3. Hasil Pengamatan Kegiatan Guru pada Siklus 3
Dilakukan Penilaian
No Aspek yang diamati
Ya Tidak 1 2 3 4
Melaksanakan prosedur
1. √ √
pembelajaran.
2. Memotivasi siswa √ √
Memberi perhatian pada
3. √ √
siswa
Mendorong siswa melakukan
4. eksperimen, penemuan atau √ √
pemecahan masalah
Siswa diberi kesempatan
5. √ √
menggali ide
Mendorong siswa untuk
6. √ √
bertanya
Mendorong siswa untuk
7. berdiskusi dan berinteraksi √ √
dengan teman
Memberi model tentang
8. √ √
bagaimana belajar
73
Memberi kesempatan pada
9. siswa untuk melakukan √ √
refleksi
10. Memberi tugas dan penilaian √ √
Lampiran 14
Dilakukan Penilaian
No Aspek yang diamati
Ya Tidak 1 2 3 4
1. Antusias mengikuti pelajaran √ √
Melakukan kegiatan
mengukur, menghitung,
2. √ √
mengamati, mencatat,
membuat tabel
Melakukan percobaan dan
3. √ √
penemuan
4. Membuat kesimpulan √ √
5. Saling bertanya √ √
6. Saling bekerjasama √ √
Memformulasikan gagasan
7. √ √
(tertulis)
Menyampaikan gagasan
8. √ √
(lisan)
9. Menyelesaikan masalah √ √
74
10. Melakukan refleksi √ √
Lampiran 15
Dilakukan Penilaian
No Aspek yang diamati
Ya Tidak 1 2 3 4
1. Antusias mengikuti pelajaran √ √
Melakukan kegiatan
mengukur, menghitung,
2. √ √
mengamati, mencatat,
membuat tabel
Melakukan percobaan dan
3. √ √
penemuan
4. Membuat kesimpulan √ √
5. Saling bertanya √ √
6. Saling bekerjasama √ √
Memformulasikan gagasan
7. √ √
(tertulis)
Menyampaikan gagasan
8. √ √
(lisan)
75
9. Menyelesaikan masalah √ √
Lampiran 16
6. Saling bekerjasama √ √
Memformulasikan gagasan
7. √ √
(tertulis)
Menyampaikan gagasan
8. √ √
(lisan)
76
9. Menyelesaikan masalah √ √
Lampiran 17
77
minat dan respon siswa
(pembelajaran menyenangkan)
Tidak Setuju Setuju
9 siswa 33 siswa
(21,43%) (78,57%)
Lampiran 18
78
Lampiran 19
79
Segitiga 8 8 8
Lingkaran 8 10 9
Ellips 8 9 8,5
Persegi 8,5 9 8,75
Jajar Genjang 7 9 8
Layang-layang 7,5 8 7,75
Trapesium 7,5 9 8,25
Belah ketupat 7 6 6,75
Persegi panjang 8,5 10 9,25
Segi delapan 7 9 8
Tabel 15. Nilai Kelompok pada Siklus 3
80
Lampiran 20
mengungkapkan pendapat
81
4 : mengajar dengan sesekali mendatangi siswa, melihat pekerjaannya,
membimbing dan melibatkan siswa
4 Mendorong siswa melakukan eksperimen atau penemuan
1 : menyediakan bahan untuk pengamatan dan minta persiapan siswa
2 : menjelaskan langkah-langkah sebelum dilaksanakan
3 : membimbing siswa jika kesulitan
4 : mendatangi kelompok dan membimbing tanpa diminta
5. Siswa diberi kesempatan menggali ide
1 : guru mendikte ide kepada siswa
2 : siswa diberi kesempatan menggali ide
3 : siswa diberi kesempatan diskusi tentang hipotesisnya
4 : siswa diberi kesempatan memberikan alsan prediksinya
6. Mendorong siswa untuk bertanya
1 : pertanyaan tidak dapat dipahami siswa
2 : menghubungkan pertanyaan dengan contoh di buku
3 : menghubungkan pertanyaan dengan peristiwa di masyarakat
4 : menghubungkan pertanyaan dengan contoh di lingkungan siswa
7. Mendorong siswa untuk berdiskusi dan berinteraksi dengan teman
1 : membagi kelompok
2 : memberikan soal tanya jawab bagi kelompok
3 : memberi pokok materi diskusi kelompok dan tanya jawab
4 : memberi tugas pada siswa secara kelompok
8. Memberi model tentang bagaimana belajar
1 : memberikan contoh yang abstrak
2 : model belajar dari alat peraga
3 : guru mencontohkan prosedur pemakaian alat, dan lainnya
4 : mengundang ahli
9. Memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan refleksi
1 : membimbing membuat hasil karya
2 : membimbing menyajikan hasil karya
3 : siswa diberi kesempatan melakukan evaluasi tertulis
82
4 : memberi kesempatan siswa membuat kesimpulan guna menegaskan
10. Memberi tugas dan penilaian
1 : memberi tugas, tidak dibahas
2 : memberikan tes
3 : memberi tugas kelompok
4 : melakukan evalusi tugas kelompok dan penilaian
Lampiran 21
83
Lampiran 22
84
1. Umniyatul 1. Abdi R
2. Dania 2. Ahmat Nurkhib
3. Uswatun 3. Azhis Purniawan
Persegi 4. Nurul Hidayati Segi delapan 4. Muhammad
panjang 5. Ika Ghofur
1. Choirul F 1. A. Wachid
2. Ahmad Akhsan 2. A. Zaenudin
3. Afifun Naji 3. M. Ghofar
Jajar genjang 4. Rul Aini Layang-layang 4. Mustaslimin
85
Lampiran 23 DAFTAR NILAI SISWA KELAS II