You are on page 1of 87

PENERAPAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA KONTEKSTUAL

PADA MATERI TEOREMA PHYTAGORAS UNTUK


MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS SISWA
MTs AL ASROR SEMARANG TAHUN PELAJRAN 2004/2005

SKRIPSI
Diajukan dalam Rangka Penyelesaian Studi Strata 1
Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh
Nama : Agustina dwi Saputri
NIM : 4114990016
Program Studi : Pendidikan Matematika
Jurusan : Matematika

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


2005
ABSTRAK

Aktivitas belajar dan hasil belajar merupakan tolok ukur keberhasilan


pembelajaran. Aktivitas menunjukkan sejauh mana siswa aktif dalam
memperkaya pengetahuannya. Sedangkan hasil belajar menunjukkan sejauh mana
pengetahuan siswa dari proses pembelajaran yang dialaminya. Kedua hal ii belum
optimal terlaksana di MTs Al Asror.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian dilakukan pada siswa MTs
Al Asror berjudul “Penerapan Pembelajaran Matematika Kontekstual Pada Materi
Teorema Phytagoras untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Aktivitas Siswa MTs
Al Asror Semarang Tahun Pelajaran 2004/2005” dengan rumusan masalah yang
dikaji adalah (1) hasil belajar yang diperoleh setelah penerapan pembelajaran
matematika kontekstual, (2) peningkatan aktivitas siswa pada saat pelaksanaan
pembelajaran matematika kontekstual pada materi teorema Phytagoras. Adapun
tujuan penelitian ini adalah untuk (1) mengetahui peningkatan hasil belajar siswa
setelah penerapan pembelajaran matematika kontekstual, (2) mengetahui
peningkatan aktivitas siswa selama pelaksanaan pembelajaran matematika
kontekstual pada materi Teorema Phytagoras.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Teori yang diguunakan
dalam penelitian ini adalah tentang matematika sekolah, pendekatan kontekstual,
aktivitas dan hasil belajar. Penelitian ini dilakukan dalam tiga siklus. Penelitian
dilakukan pada bulan September 2004. Subyek penelitian adalah siswa kelas 2
Mts Al Asror.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) pada siklus 1 hasil belajar siswa
rata-rata 7,02 dengan tingkat ketuntasan 61,90% dan tingkat aktivitas siswa adalah
77,50% siswa aktif. (2) pada siklus 2 hasil belajar siswa mempunyai rata-rata 7,02
dengan tingkat ketuntasan 61,90% dan tingkat aktivitas siswa adalah 82,50%
siswa aktif. (3) pada siklus 3 hasil belajar siswa memiliki rata-rata 7,48 dengan
tingkat ketuntasan 83,33% dan tingkat aktivitas siswa adalah 77,50% siswa aktif.
Hasil penelitian menunjukkan peningkatan dalam hasil belajar dan aktivitas
siswa. Aktivitas menjadi beragam, yaitu aktivitas visual, lisan, menulis,
mendengar, mental dan emosional, karena siswa diajak untuk melakukan
penemuan, pemecahan masalah, diskusi, mengemukakan pendapat dan melakukan
refleksi. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan teori belajar, yaitu adanya
perubahan tingkah laku pada diri siswa, baik dari segi pemahaman maupun
aktivitas siswa.
Pembelajaran kontekstual hendaknya terus bisa dilaksanakan. Keberhasilan
pelaksanaan dengan pembelajaran ini tergantung pada kesiapan guru terutama
penggunaan metode yang tepat dan kreativitas dalam menyiapkan perangkat
belajar yang relevan, serta memberikan keleluasaan siswa mengungkapkan ide-
ide.

Kata kunci: pembelajaran matematika kontekstual, materi teorema Phytagoras,


hasil belajar, aktivitas

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Sidang Panitia Ujian Skripsi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang

pada:

Hari : Senin

Tanggal : 29 Agustus 2005

Panitia Ujian
Ketua Sekretaris

Drs. Kasmadi Imam S, MS Drs Supriyono, M.Si


NIP 130781011 NIP 130815345

Pembimbing Utama Anggota Penguji

Drs Suhito, M. Pd 1. Drs Amin Suyitno, M. Pd


NIP 130604210 NIP 130604211

Pembimbing Pendamping 2. Drs Suhito, M. Pd


NIP 130604210

Dra. Emi Pujiastuti, M. Pd 3. Dra. Emi Pujiastuti, M. Pd


NIP 130862201 NIP 130862201

iii
PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil

karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau

keseluruhannya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini

dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, 29 Agustus 2005

Agustina Dwi Saputri


NIM.4114990016

iv
MOTTO DAN PERUNTUKKAN

Motto:

1. “Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa diantara

kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”

(Al Mulk: 2).

2. Mimpi kemarin adalah kenyataan hari ini dan sesungguhnya kewajiban yang

harus kita lakukan lebih banyak dari waktu yang tersedia (Hasan Al Bana).

3. Amal adalah jendela hati, kebersihan hati adalh kunci kualitas amal (Ulama).

Peruntukkan:

Skripsi ini kuperuntukkan pada Bapak, Ibu

(alm) beserta keluarga besar dan lingkungan

tarbiyah uyang telah meronaiku dengan

celupan Allah.

v
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Swt, Rabb semesta alam. Allah yang paling agung

untuk membuka jalan bagi setiap maksud kita, Allah yang paling suci untuk

menjadi energi bagi petunjuk hidupdan kesuksesan kita. Tiada daya dan kekuatan

kecuali dengan bimbingan dari-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan

skipsi ini.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu prasyarat untuk mencapai gelar

Sarjana Pendidikan di Universitas Negeri Semarang. Berkat kebaikan hati semua

pihak maka skripsi yang berjudul “Penerapan Pembelajaran Matematika

Kontekstual Pada Materi Teorema Phytagoras untuk Meningkatkan Hasil Belajar

dan Aktivitas Siswa MTs Al Asror Semarang 2004/2005”, ini dapat terwujud.

Pada kesempatan ini secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada

Drs. Suhito, M. Pd sebagai pembimbing utama dan Dra. Emi Pujiastuti, M. Pd

sebagai pembimbing pendamping, yang tealh membimbing penulis dengan penuh

keikhlasan, kesabaran serta ketelitian dalam penyelesaian skripsi ini.

Penghargaan serta ucapan terima kasih juga penulis sampaikan pada:

1. Dr. AT Sugito, SH MM, Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah

memberikan kesempatan untuk menyelesaikan studi.

2. Drs. Kasmadi Imam S., M.S, Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan

kemudahan dalam memfasilitasi pembuatan skripsi ini.

vi
3. Drs. Supriyono, M. Si, Ketua Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang yang selalu memberikan

dukungan dan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Dosen Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Semarang yang telah

memberikan ilmu kepada penulis.

5. Bapak Khumaedi, Kepala MTs Al Asror, yang telah membantu penulis dalam

hal memberikan izin menggunakan sekolah tersebut sebagai tempat penelitian.

6. Bapak Saniman, guru mata pelajaran Matematika MTs Al Asror, yang telah

membantu prose penelitian dan penulisan skripsi ini.

7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah

membantu baik moral maupun material kepada penulis.

Semoga amal kebaikan pihak-pihak yang telah membantu penulis mendapat

balasan yang tebaik dari Allah Swt.

Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penyususnan skripsi ini.

Meskipun demikian penulis berharap semga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

kemajuan dan perkembangan pendidikan. Wallohu a’lam bishowab.

Semarang, 29 Agustus 2005

Penulis

vii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL…………………………………………………. i

SARI…………………………………………………………………... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………………………….. iii

PENGESAHAN KELULUSAN……………………………………… iv

PERNYATAAN………………………………………………………. v

MOTTO DAN PERUNTUKKAN……………………………………. vi

PRAKATA……………………………………………………………. vii

DAFTAR ISI………………………………………………………….. ix

DAFTAR TABEL…………………………………………………….. x

DAFTAR GAMBAR…………………………………………………. xi

DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………….. xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah………………………………… 1

B. Perumusan Masalah…………………………………….. 5

C. Tujuan Penelitian……………………………………….. 5

D. Penegasan Istilah………………………………………... 6

E. Manfaat Penelitian……………………………………… 7

F. Sistematika Skripsi……………………………………… 8

BAB II LANDASAN TEORI

A. Landasan Teori………………………………………….. 10

1. Matematika Sekolah………………………………… 10

viii
2. Pembelajaran Matematika Kontekstual…………….. 10

3. Pendekatan Kontekstual dan Materi Teorema

Phytagoras…………………………………………... 17

4. Pendekatan Kontekstual dan Keaktifan Siswa……… 21

5. Pendekatan Kontekstual dan Hasil Belajar…………. 23

B. Kerangka Berpikir………………………………………. 24

C. Hipotesis Tindakan……………………………………... 25

BAB III METODE PENELITIAN

A. Subyek Penelitian……………………………………….. 27

B. Rancangan Penelitian…………………………………… 27

C. Sumber, Jenis dan Cara Pengambilan Data…………….. 34

D. Jenis Instrumen…………………………………………. 35

E. Indikator Kinerja………………………………………... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian…………………………………………. 38

B. Pembahasan……………………………………………... 52

BAB V PENUTUP

A. Simpulan ……………………………………………….. 59

B. Saran…………………………………………………….. 60

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………… 61

LAMPIRAN………………………………………………………….. 62

ix
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Δ ABC sisku-siku di A……………………………………….. 18

Gambar 2. Δ ABC sisku-siku yang dibatsi oleh tiga persegi…………….. 19

Gambar 3. Kegiatan matematis…………………………………………… 103

Gambar 4. Bimbingan guru tetap berlangsung……………………………. 103

Gambar 5. Tanya jawab antara guru dengan siswa……………………….. 104

Gambar 6. Presentasi siswa……………………………………………….. 104

10
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Satuan Pembelajaran………………………………………. 62

Lampiran 2. Evaluasi Pembelajaran ………………………………….… 67

Lampiran 3. Rencana Pembelajaran…………………………………….. 72

Lampiran 4. Lembar Kerja Siswa……………..………………………… 82

Lampiran 5. Kartu Masalah……………………………………………. 84

Lampiran 6. Hasil Pengamatan Kegiatan Guru…………………………. 85

Lampiran 7. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa..………………………. 89

Lampiran 8. Minat dan Respon Siswa………………………………….. 91

Lampiran 9. Hasil Belajar Siswa……………..…………………………. 92

Lampiran 10. Nilai Kelompok…………………………………………... 93

Lampiran 11. Daftar Nilai Siswa………………………………………... 95

Lampiran 12. Kriteria Penilaian Lembar Observasi Guru..……………... 96

Lampiran 13. Kriteria Penilaian Lembar Observasi Aktivitas Siswa…… 98

Lampiran 14. Angket Refleksi Siswa terhadap Pembelajaran...………... 99

Lampiran 15. Daftar Kelompok………………………….……………... 100

Lampiran 16. Contoh Hasil Pekerjaan Siswa..…………….……………. 101

Lampiran 17. Gambar……………………………………………….…... 103

11
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah


Pendidikan di Indonesia masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan merupakan perangkat fakta-
fakta yang harus dihapal. Selain itu praktek pembelajaran di sekolah cenderung menekankan pada kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal-soal ujian. Kemampuan penalaran yang mengkonstruksikan pengetahuan lebih sering
dikesampingkan. Padahal kemampuan tersebut akan dapat membantu siswa apabila kelak menghadapi berbagai
masalah kehidupan. Mathematic is the language of science. Engineers, physicist, and other scientists all use
mathematics. Other expert, who are interested in number, quantities, shapes and space for their own sake, use pure
mathematics. In modern world, mathematics is a key element in electronic and computing (Science Encyclopedia:
1997).
Belakangan ini dalam dunia pendidikan ada kecenderungan untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan
belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan secara alami. Telah terbukti bahwa pembelajaran yang hanya
berorientasi target penguasaan materi hanya mampu dalam kompetisi mengingat jangka pendek, tetapi tidak berhasil
untuk membekali anak memecahkan persoalan kehidupan jangka panjang. Padahal belajar menjadi lebih bermakna
jika anak mengalami apa yang dipelajari, bukan hanya “mengetahui”. Siswa perlu mengerti tentang makna belajar,
apa manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya. Pada hakikatnya anak-anak perlu menyadari
bahwa apa yang mereka pelajari berguna bagi kehidupan nanti. Maka mereka dapat memposisikan diri sendiri yang
memerlukan pengetahuan sebagai bekal hidupnya.

Sebagaimana tercantum dalam kurikulum matematika sekolah, bahwa tujuan

diberikannya pelajaran matematika antara lain agar siswa mampu menghadapai perubahan

keadaan dunia yang senantiasa berkembang., melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran

yang logis, rasional, cermat dan jujur serta efektif. Hal ini tidak mungkin bisa dicapai hanya

dengan hafalan, latihan soal,yang rutin tanpa mengakaitkannya dengan kenyataan hidup

sehari-hari. Kelas juga masih mengandalkan model-model pembelajaran yang berpusat

pada guru sehingga siswa lebih mengenal pengetahuan dari “apa kata guru”, bukan datang

dari “menemukan sendiri”.

Pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah pada umumnya belum optimal dalam

pencapaian tujuan. Salah satu faktornya adalah penggunaan pendekatan pembelajaran yang

kurang tepat. Alasannya antara lain: guru tidak mempunyai cukup referensi mengenai

beberapa pendekatan matematika yang dapat digunakan, waktu yang terbatas, dan alat

pembelajaran yang terbatas jumlahnya.

MTs Al Asror merupakan salah satu sekolah di wilayah Kecamatan Gunungpati.

Pelaksanaan pembelajara di MTs Al Asror Semarang antara lain dirinci sebagai berikut.

Guru mentransfer pengetahuan kepada siswa dengan bantuan buku paket yang sudah ada

dan memberikan latihan soal kepada siswa.

Guru menggunakan metode ekspositori dalam pembelajaran.

12
Permasalahan yang saat ini dihadapi oleh guru mata pelajaran matematika di MTs Al

Asror Gunungpati adalah penguasaan siswa terhadap beberapa materi pokok bahsan

matematika, terutama dalam mengingat konsep dalam waktu yang terbatas yang telah

diajarkan. Walaupun pada akhir pemberian materi telah menunjukkan ketuntasan belajar

namun bila ditinjau dari pencapaian tujuan pembelajaran, hal tersebut jauh dari yang

sebenarnya diharapkan. Hal ini ditunjukkan dengan siswa hanya sekadar menguasai

prosedur penyelesaian atau pemecahan masalah tanpa mengerti secara pasti mengenai

hakikat dari penyelesaian atau pemecahan masalah tersebut. Siswa selama ini hanya

terjebak pada sebuah label bahwa matematika adalah pemecahan masalah, jadi ketika

masalah yang ada sudah terpecahkan berarti penguasaan matematika mereka sudah baik.

Pengaruh sangat tidak baik bagi pembangunan kemampuan berpikir dan analisis siswa.

Berbagai cara telah ditempuh karena memang sudah menjadi cap dari masyarakat

khususnya siswa bahwa metematika pelajaran yang sulit, kegiatannya menghitung, berisi

rumus-rumus yang harus dihafalkan, statis sehingga tidak menarik untuk ditekuni. Siswa

menjadi pasif dan tidak kreatif, belajar apa adanya berdasarkan apa yang diperoleh dari

guru.

Beberapa hal tersebut di atas mengarahkan pada kesimpulan bahwa diperlukan sebuah

pendekatan pemeblajaran yang lebih memberdayakan siswa, yang tidak mengharuskan

siswa menghafal fakta-fakta, tetapi pendekatan yang mendorong siswa

mengkonstruksikanpengetahuan di benak mereka sendiri agar pengaruhnya yang tidak baik

bagi pembangunan kemampuan berpikir dan analisis siswa tidak berlanjut dengan tanpa

mengubah kurikulum yang sudah ada.

Ada beberapa pendekatan yang saat ini mulai dikembangkan dan diterapkan, salah

satunya adalah pendekatan kontekstual atau yang lebih dikenal dengan CTL (Contextual

Teaching and Learning). CTL dapat menjadi alternatif pendekatan yang digunakan sebagai

solusi permasalahan yang dihadapi guru MTS Al Asror, karena hakikat pendekatan

kontekstual dapat dipelajari sehingga dapat langsung diterapkan dalam proses

pembelajaran. Selain itu, pengembangan startegi dalam pendekatan ini dapat menjadikan

13
pembelajaran berjalan lebih produktif dan bermakana tanpa harus mengubah kurikulum dan

tatanan yang ada.

Paparan di atas menjadi latar belakang penulisan skripsi yang berjudul “Penerapan

Pembelajaran Matematika Kontekstual Pada Materi Teorema Phytagoras untuk

Meningkatkan Hasil Belajar dan Aktivitas Siswa MTs Al Asror Semarang Tahun

Pelajaran 2004/2005”.

Perumusan Masalah

Uraian latar belakang masalah tersebut menjadi dasar perumusan masalah yang dapat

diuraikan sebagai berikut.

Apakah penerapan pendekatan kontekstual pada pembelajaran Teorema Phytagoras dapat

meningkatkan hasil belajar siswa MTs Al Asror Semarang?

Bagaimana aktivitas belajar siswa MTs Al Asror Semrang ketika diterapkan pendekatan

kontekstual?

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari pelaksanaan penelitian ini sebagai berikut.

Untuk mengetahui hasil belajar siswa akibat penerapan pendekatan kontekstual dalam

pembelajaran materi Teorema Phytagoras pada siswa kelas 2 MTs Al Asror Semarang

Tahun Pelaran 2004/2005.

Untuk mengetahui peningkatan aktivitas siswa pada saat pembelajaran materi Teorema

Phytagoras dengan pendekatan kontekstual.

Penegasan Istilah

Judul dalam penelitian ini adalah “Penerapan Pembelajaran Matematika Kontekstual

Pada Materi Teorema Phytagoras untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Aktivitas

Siswa MTs Al Asror Semarang Tahun Pelajaran 2004/2005”. Beberapa istilah yang perlu

dijelasakan untuk menghindari salah penafsiran antar lain sebagai berikut.

Hasil belajar adalah suatu proses kegiatan yang mengakibatkan perubahan tingkah laku

(Hudoyo,1990).

14
Aktivitas siswa adalah seluruh kegiatan siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

Dalam penelitian ini yang diukur adalah banyaknya siswa yang melakukan aktivitas

belajar. Aktivitas siswa yang dimaksud sebagai berikut.

a. Aktivitas visual: membaca, melihat gambar, eksperimen dan demonstrasi.

Aktivitas lisan: diskusi, bertanya.

Aktivitas mendengar: mendengar pendapat, mendengar penjelasan.

Aktivitas menulis: mencatat ide, gagasan, menuliskan hasil eksperimen.

Aktivitas metrik: mengukur, melakukan percobaan.

Aktivitas emosional: keberanian, minat siswa.

Pembelajaran Matematika Kontekstual

Pembelajaran matematika kontekstual artinya pembelajaran dengan pendekatan

kontekstual atau suatu konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan materi

dengansituasi dunia nyata, guru mendorong siswa untuk membuat hubungan antara

pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan (Nurhadi, 2001:1)

Materi Teorema Phytagoras

Materi Teorema Phytagoras adalah salah satu materi pembelajaran matematika SMP

kelas 2 semester 1 yang tercantum dalam GBPP, kurikulum pelajaran matematika tahun

1997.

Manfaat Penelitian

Beberapa manfaat yang dapat diambil dari pelaksanaan penelitian ini anatar lain sebagai

berikut.

Manfaat bagi siswa

Siswa dapat menumbuhkan kemampuan untuk bekerja sama, berkomunikasi,

memecahkan masalah, menemukan ide-ide dan menerapkannya serta merangsang

kreativitas siswa dalam pembelajaran.

Manfaat bagi guru

Mendapatkan pengalaman langsung melaksanakan penelitian tindakan kelas (PTK) untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran dan mengembangkan profesi guru.

15
Manfaat bagi lembaga

Mendapatkan masukan pelaksanaan pendekatan pembelajaran yang tepat untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran.

Sistematika Skripsi

Sistematika skripsi merupakan garis besar penyusunan skripsi yang bertujuan

memberikan gambaran dan meudahkan jalan pemikiran dalam memahami isi skripsi. Adapun

sistematika penulisan pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

Bagian Pendahuluan

Pada bagian pendahulaun ini berisi halam judul skripsi, sari, lembar pengesahan, halamn

motto dan peruntukkan, prakata, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar dan daftar

lampiran.

Bagian Isi

Bagian isi yang merupakan inti penulisan skripsi terdiri dari lima bab yaitu Bab I (satu)

yang berisi: latar belakang permasalahan, penegasan istilah, permasalahan, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika skripsi. Sedangkan Bab II (dua) yaitu

landasan teori berisi kajian teori mengenai masalah yang dibahas dalam penelitian,

meliputi: matematika sekolah, pembelajaran matematika kontekstual, CTL dan Teorema

Phytagoras, CTL dan hasil belajar, CTL dan keaktifan siswa. Bab III (tiga) yaitu metode

penelitian yang meliputi subyek penelitian, rancangan penelitian, jenis sumber dan cara

pengambilan data, serta indikator kinerja. Bab IV (empat) yaitu tentang hasil penelitian

dan pembahasan yang meliputi: hasil penelitian yang terdiri dari: hasil belajar siswa, hasil

belajar kelompok, hasil angket yang merupakan refleksi siswa terhadap pelaksanaan

pembelajaran, hasil observasi peneliti tentang pelaksanaan pembelajaran oleh guru, dan

pembahsan. Bab V (lima) adalah Penutup yang berisi: simpulan dan saran

Bagian Akhir

Bagian akhir skripsi ini meliputi daftar pustaka yaitu sumber-sumber pustaka yang

digunakan serta lampiran-lampiran yang berkaitan dengan penulisan skripsi.

16
BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

Landasan Teori

1. Matematika Sekolah

Matematika sekolah adalah matematika yang diajarkan pada Pendidikan

Dasar dan Pendidikan Menengah. Matematika sekolah mempunyai ciri-ciri

penting, antara lain: memiliki obyek yang abstrak, dan memiliki pola pikir

deduktif dan konsisten (Depdikbud,1997:1). Menurut Pandoyo (dalam Amin

Suyitno), tujuan pendidikan matematika di sekolah adalah sebagai berikut.

a. Berguna untuk mengembangkan dan menemukan matematika yang

baru dengan modal yang telah dimiliki.

b. Bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan berpikir logis-kritis,

dapat membuat analisis dan sintesis.

c. Memperoleh kegunaan matematika baik dalam perhitungan maupun

keperluan lain.

Berdasarkan uraian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan matematika

di sekolah adalah memberikan bekal pada penataan nalar, pembentukan siswa dan

menekankan pada dimilikinya keterampilan penerapan matematika.

2. Pembelajaran Matematika Kontekstual

Matematika adalah salah satu ilmu dasar yang dewasa ini mulai berkembang pesat,

baik materi maupun kegunaan. Hal ini dikarenakan perlunya mengakomodasi

keberagaman keperluan dan kemajuan teknologi. Perkembangan ini diiringi dengan

adanya pembaruan dalam kurikulum dalam pembelajaran di sekolah dalam rangka

meningkatkan kualitas pendidikan.

17
Dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran, saat ini mulai bermunculan

penemuan atau pengembangan strategi pembelajaran. Penelitian telah banyak dilakukan

untuk menemukan strategi pembelajaran yang tepat. Masing-masing strategi memiliki ciri

khas dan keunggulan. Strategi pembelajaran yang saat ini sedang berkembang adalah

strategi pembelajaran dengan pendekatan kontekstual. Di Belanda pembelajaran ini

dikenal dengan nama Realistic Mathematics Education (RME), sedangkan di Amerika

lebih dikenal dengan sebutan Contextual Teaching and Learning (CTL).

Pendekatan kontekstual adalah pendekatan dengan konsep belajar yang membantu

guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong

siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dan penerapannya dalam

kehidupan (Nurhadi,2002:1). Pendekatan ini mengakui bahwa belajar hanya terjadi jika

siswa memproses informasi atau pengetahuan baru sehingga dirasakan masuk akal sesuai

dengan kerangka berpikir yang dimilikinya. Maka pembelajaran matematika kontekstual

adalah pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual. Proses pembelajaran

berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer

pengetahuan dari guru ke siswa.

Proses pengembangan konsep dan gagasan pembelajaran matematika kontekstual

bermula dari dunia nyata. Menurut Hauvel-Panhuizen (dalam Astuti:2003:12) dunia nyata

tak ahnya berarti konkret secara fisik dan kasat mata, tapi juga dapat dibayangkan oleh

alam pikiran. Hal ini berarti masalah yang digunakan dapat berupa masalah-masalah

aktual (sungguh-sungguh ada dalam kehidupan siswa) atau masalah yang dapat

dibayangkan oleh siswa.

Beberapa ciri khas dalam pembelajaran matematika kontekstual, antara lain,

sebagai berikut.

1) Titik awal proses pembelajarannya adalah penggunaan masalah berkonteks

kehidupan nyata (kontekstual) yang konkret atau yang ada dalam alam pikiran siswa.

Masalah-masalah yang ada dapat disajikan dengan cerita, lambang, model, atau

18
gambar. Dalam hal ini siswa diharapkan dapat menemukan alat matematis atau

model matematis sekaligus memahami konsep atau prinsipnya.

2) Pembelajaran ini menghindari cara mekanik yaitu berfokus pada prosedur

penyelesaian soal. Meskipun begitu belum sepenuhnya dapat diterapkan karena

belum dapat dihilangkan, sehingga dalam pelaksanaannya masih dijumpai meskipun

tidak dominan. Siswa diharapkan dapat menemukan alat atau model matematis untuk

dapat menyelesaikan masalah.

3) Siswa diperlakuakn sebagai peserta aktif dengan diberi keleluasaan menemukan

sendiri atau mengembangkan alat, model dan pemahaman matematis melalui

penemuan dengan bantun guru atau diskusi bersama teman. Menurut Slavin (dalam

Astuti: 2003:19) kegiatan pembelajaran ini dapat dilakukan dengan diskusi kelompok

antara siswa dengan orang dewasa atau dengan teman sebaya. Interaksi tersebut

dapat diakomodasikan melalui belajar dalam kelompok heterogen (kelompok

kooperatif yang beranggotakan 2-6 orang).menurut Slavin hal ini dapat

mengakibatkan siswa yang berkemampuan “lemah” dapat belajar dari pemikiran

teman sebayanya yang berkemampuan “lebih”, sehingga belajar akan teras mudah.

Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual memiliki tujuh komponen, yaitu

sebagai berikut.

a. Contructivism (Kontruktivisme)

Proses pembelajaran mengarahkan siswa untuk membangun sendiri pengetahuan

mereka melalui keterlibatan aktif. Siswa dibiasakan untuk memecahkan masalah,

menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide.

Sedangkan guru bertugas untuk memfasilitasi sehingga pengetahuan menjadi

bermakna dan relevan bagi siswa

b. Inquiry (Menemukan)

Inquiry merupakan suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara

maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara

sistematis, kritis, logis dan analisis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri

19
penemuannya dengan penuh percaya diri. Sasaran utama pembelajaran dengan

inquiry adalah sebagai berikut.

1) Keterlibatan siswa secara maksimal, yang melibatkan mental

intelektual sosial emosional siswa.

2) Keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan

pembelajaran.

3) Mengembangkan sikap percaya diri siswa tentang apa yang

ditemukannya dalam proses inquiry.

c. Questioning (Bertanya)

Bertanya merupakan salah satu kegiatan pembelajaran yang berlangsung secara

informatif untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa.

Kegiatan bertanya akan mendorong siswa sebagai partisipan aktif dalam proses

pembelajaran. Kegiatan ini menurut Nurhadi (2002) berguna untuk:

1) menggali informasi, baik administratif maupun akademis,

2) mengecek pemahaman siswa,

3) membangkitkan respon kepada siswa,

4) mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa,

5) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa,

6) memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru,

7) membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa,

8) menyegarkan kembali pengetahuan siswa.

d. Learning Community (Masyarakat belajar)

Konsep ini menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan

teman atau orang lain (Nurhadi,2002:15). Masyarakat belajar terjadi bila ada

komunikasi dua arah yang terlibat dalam kegiatan belajar mengajar.

e. Modelling (Pemodelan)

20
Pemodelan dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu

maksudnya adanya model yang ditiru. Model bisa berupa cara mengoperasikan

sesuatu, contoh: cara melakukan pengukuran yang benar. Model tak hanya dari guru

tapi juga dari siswa atau ahli.

f. Reflection (Refleksi)

Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke

belakang tentang apa-apa yang dilakukan di masa yang lalu. Refleksi merupakan

respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima

(Nurhadi,2002:18). Realisasinya dalam pembelajaran antara lain sebagai berikut.

1) Pernyataan langsung, tentang apa-apa yang diperoleh hari itu.

2) Catatan atau jurnal di buku siswa.

3) Kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu.

4) Diskusi.

5) Hasil karya.

g. Authentic Assessment (Penilaian yang sebenarnya)

Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan

gambaran mengenai perkembangan belajar siswa (Nurhadi,2002:19). Penilaian yang

dilakukan bukan hanya karena bisa menjawab serangkaian pertanyaan di atas kertas,

tapi juga kemampuannya dalam mengaplikasikannya, inilah yang disebut authenthic.

Hal-hal yang bisa digunakan sebagai dasar menilai prestasi siswa antara lain: proyek

kegiatan dan laporannya, presentasi atau penampilan siswa, demonstrasi, dan tes tulis.

The Northwest Regional Education Laboratory USA (dalam Asikin, 2003)

mengidentifikasi adanya 6 kunci dasar yang menentukan kualitas dari pembelajaran

konteksatual, yakni:

1) Pembelajaran bermakna

Dalam pembelajaran bermakna, pemahaman, relevansi dan penilaian pribadi sangat

terkait dengan kepentingan siswa dalam mempelajari isi materi pelajaran.

Pembelajaran dirasakan sangat terkait dengan kehidupan nyata atau siswa mengerti

21
manfaat isi pembelajaran, jika mereka merasakan berkepentingan untuk belajar demi

kehidupan di masa mendatang.

2) Penerapan pengetahuan

Jika siswa memahami apa yang dipelajari maka siswa mendapat menerapkannya

dalam tatanan kehidupan.

3) Berpikir tingkat tinggi

Siswa diminta untuk berpikir kritis dalam pengumpulan data, pemahaman suatu isu

dan pemecahan suatu masalah.

4) Kurikulum yang dikembangkan berdasarkan kepada standar

Isi pembelajaran harus dikaitkan dengan standar lokal, nasional dan perkembangan

IPTEK dan dunia kerja.

5) Responsif terhadap budaya

Guru harus memahami dan menghormati nilai, kepercayaan, dan kebiasaan siswa,

sesama rekan guru dan masyarakat tempat ia mendidik. Setidaknya ada empat

perspektif yang harus diperhatikan yaitu individu siswa, kelompok siswa, tatanan

sekolah dan tatanan masyarakat.

6) Penilaian autentik

Berbagai macam strategi penilaian digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa

yang sesungguhnya meliputi: penilaian proyek dan kegiatan siswa, dan panduan

pengamatan disamping memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif menilai

pembelajaran mereka sendiri.

3. Pendekatan Kontekstual dan Materi Teorema Phytagoras

Kegiatan mengajar merupakan salah satu kegiatan mengatur agar tercipta suatu

sistem lingkungan belajar. Caranya dengan memanfaatkan media lingkungan yang ada di

sekitar sekolah sehingga proses belajar menjadi menyenangkan bagi siswa dan guru, agar

tercipta suatu system lingkungan belajar. Perlu diupayakan proses belajar mengajar yang

22
mengacu pada peserta didik yang dinamis, kreatif, suasana senang dan interaktif antara

siswa dan guru. Dengan kata lain, proses belajar mengajar merupakan proses komulatif

antara guru sebagai pemberi pesan, pengetahuan, keterampilan dan sikap serta budi

pekerti yang bermoral tinggi dengan siswa sebagai peserta didik. Pada umumnya guru

menyampaikan pesan dengan metode konvensional yaitu dengan ceramah. Dengan

metode ini siswa sukar menangkap materi atau kehilangan kebermakanaannya meskipun

materi yang diberikan sedikit dan tidak banyak memerlukan hafalan. Maka diperlukan

suatu pendekatan yang sesuai, salah satunya adalah pendekatan kontekstual.

Lingkungan dan alat peraga dapat membantu tercapainya tujuan pembelajaran,

selain itu yang lebih penting adalah penggunanan teknik dan metodologi pengajaran guru.

Pendekatan kontekstual dapat menghilangkan kesan “seram” pada matematika, suasana

mencekam, siswa pasif dan tidak interaktif. Dalam pelaksanaannya rancangan

pembelajaran mengacu pada :

1) pembelajaran dimulai dari hal konkret ke hal yang abstrak, dari hal yang mudah ke

yang sulit dan dari yang sederhana ke yang kompleks,

2) siswa diarahkan memiliki kemampuan untuk menggunakan prinsip teorema

Phytagoras dalam kehidupan sehari-hari melalui kegiatan dan media yang tepat,

3) pelaksanaan pembelajaran memperhatikan pengoptimalan media yang mengarah

pada pelibatan siswa secara aktif baik fisik, mental maupun sosial.

Pembelajaran matematika kontekstual dapat menggunakan beberapa media antara

lain: Lembar Kerja Siswa (LKS) yang berkarakteristik CTL, kartu masalah dan

pemanfaatan lingkungan belajar.

a. LKS berkarakteristik CTL

LKS ini merupakan pendukung pelaksanaan pembelajaran. Pengerjaan LKS ini

dilaksanakan secara kelompok. Media ini dibuat sebagaimana LKS yang sudah ada

tapi berkarakteristik CTL, dimana siswa diarahkan untuk melakukan penemuan

(inquiry) dan pemecahan masalah (problem solving)

Contoh :

23
LEMBAR KERJA SISWA 1

Pernahkah kalian memperhatikan benda-

benda disekitarmu? Seperti kuda-kuda rumah,

televisi, meja kursikayu, buku tulis, papan

tulis dan lain-lain. Perhatikan bentuknya?

Kebanyakan merupakan bangun segiempat. Tentu mereka

mempunyai sudut siku-siku. Pernahkah terpikir oleh kalian

mengapa pembuatnya dapat membuat bentuknya lurus alias

tidak miring? Itulah salah satu akibat penggunaan teorema

Phytagoras.

1. Coba perhatikan benda-benda di sekitarmu. Adakah benda yang mempunyai

sudut siku-siku? Coba sebutkan!

2. Coba ukurlah panjang sisinya!Tuliskan hasilnya pada tabel di bawah ini

Panjang sisi Siku-siku Panjang diago-


I II nal/sisi miring (c a2 b2 c2
(a cm) (b cm) cm)
Benda I
Benda
II
Benda III
Dari hasil pengukuran tersebut, setelah dianalisa, kesimpulan mu:
……………………………………………………………………
3. Lengkapilah tabel berikut berdasarkan kesimpulan yang ada!
Panjang sisi kuadrat sisi
9 ……..
40 ……..

40
b. Kartu masalah

24
Media ini berupa kartu yang mencantumkan masalah untuk diselesaikan oleh siswa.

Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan sehari-hari yang berhubungan

dengan penggunaan teorema phytagoras. Penggunaan kartu ini dimaksudkan untuk

mengatasi keterbatasan ruang, dan lingkungan belajar siswa tanpa menghilangkan

esensinya.

Contoh:

Sebuah kapal layar bergerak


sejauh 120 km ke utara, lalu
membelok ke barat sejauh 150
km dan bergerak lagi ke selatan
sejauh 200 km. Berapakah jarak
yang ditempuh kapal layar bila
bergerak langsung dari titik awal
ke titik akhir tanpa berbelok-
belok?

c. Lingkungan belajar

Penggunaan lingkungan belajar merupakan salah satu solusi dari keterbatasan

prasarana belajar. Pada pelaksanannya digunakan beberapa benda yang ada di kelas

sebagai media dan alat peraga. Penggunaannya dikaitkan dengan penggunaan LKS.

Beberapa benda yang digunakan antara lain: meja, buku tulis, pigura dan lain-lain

yang dimanfaatkan siswa untuk menemukan prinsip Phytagoras.

Contoh :

LEMBAR KERJA SISWA 1

Pernahkah kalian memperhatikan benda-

benda disekitarmu? Seperti kuda-kuda rumah,

televisi, meja kursi kayu, buku tulis, papan

tulis dan lain-lain. Perhatikan bentuknya?

25
Kebanyakan merupakan bangun segiempat. Tentu mereka

mempunyai sudut siku-siku. Pernahkah terpikir oleh kalian

mengapa pembuatnya dapat membuat bentuknya lurus alias

tidak miring? Itulah salah satu akibat penggunaan teorema

Phytagoras.

1. Coba perhatikan benda-benda di sekitarmu. Adakah benda yang mempunyai

sudut siku-siku? Coba sebutkan!

4. Pendekatan Kontekstual dan Keaktifan Siswa

Menurut Vernon Magnesen (dalam De Porter 2000:57), “Kita belajar 10% dari apa

yang kita baca, 20% dari apa yang kita dengar, 30% dari apa yang kita lihat, 50% dari apa

yang kita lihat dan dengar, 70% dari apa yang kita katakan dan 90% dari dari apa yang

kita katakan dan lakukan”. Ini berarti belajar akan berlangsung semakin efektif jika

semakin banyak mengoptimalkan pemanfaatan indera.

Menurut John Dewey (dalam Nurhadi 2004:8), “Siswa akan belajar dengan baik

jika apa yang mereka pelajari berhubungan dengan apa yang mereka ketahui, serta belajar

akan menjadi produktif jika siswa terlibat aktif dalam proses belajar di sekolah”. Dalam

teorinya, progresivisme, Dewey menyatakan keaktifan siswa meliputi aktif dalam

kegiatan di kelas dan aktif menemukan sendiri. Sedangkan hasil belajarnya adalah apa

yang mereka ketahui dan apa yang mereka lakukan. Pemikiran inilah yang mendasari

penerapan pendekatan kontekstual di Amerika Serikat, yang saat ini juga sedang

berkembang di beberapa negara, dimana pendekatan ini berkarakter pembelajaran yang

didominasi oleh aktifitas siswa dengan guru sebagai fasilitator.

Dalam pelaksanaannya, optimalisasi keaktifan siswa tergantung pada skenario

guru. Guru diberikan keleluasaan untuk merancang pembelajaran kreatif yang dapat

merangsang siswa untuk aktif. Guru dapat menggunakan media, alat peraga atau bahkan

lingkungan belajar, siswa diajak untukmelakukan penemuan dan eksperimen serta

menentukan hubungan antara beberapa pengalaman belajar yang diperoleh sebagai hasil

26
belajar. Kegiatan ini dapat dilaksanakan secara kelompok. Belajar secara kelompok ini

juga dapat meningkatkan keaktifan siswa karena masing-masing siswa diberi keleluasaan

mengungkapkan pendapat. Apalagi kegiatan ini dilakukan antar teman sebaya sehingga

siswa lebih mengetahui alur berpikir teman, mempelajarinya menjadi mudah dan

menyenangkan.

Hal lain yang dilakukan guru dalam rangka meningkatkan aktifitas siswa adalah

dengan mengoptimalkan tanya jawab. Jenis tanya jawab yang dilakukan antara lain: tanya

jawab lisan dan tulisan. Tanya jawab lisan dapat berupa diskusi antar siswa melalui

kelompok belajar, tanya jawab anta guru dan siswa dalam refleksi pembelajran maupun

selama bimbingan guru ketika proses belajar. Sedangkan tanya jawab tertulis dapat

berbentuk lembar kerja siswa, lembar pemecahan masalah, tes formastif dan lain-lain.

Tanya jawab dalam belajar mempunyai beberapa manfaat antara lain:

a. guru dapat menjadikan tanya jawab sebagai pemberi informasi sejauh mana pemahaman siswa (evaluasi),

b. guru dapat menjadikan tanya jawab sebagi pemicu kaektifan siswa,

c. siswa dapat menjadikannya sebagai saran untuk mendapatkan informasi,

d. siswa dapat menjadikannya sebagai sarana untuk meyakinkan informasi,

e. siswa dapat menjadikannya sebagai strategi untuk melakukan analisis dan eksplorasi

gagasan.

5. Pendekatan Kontekstual dan Hasil Belajar

Keberhasilan pembelajaran tidak hanya dilihat dari hasil yang dicapai, tetapi juga

dari proses. Hasil belajar pada dasarnya merupakan akibat dari suatu proses belajar.

Dalam pendekatan kontekstual, hasil belajar merupakan wujud dari apa yang siswa

ketahui dan lakukan. Dengan kata lain, hasil belajar adalah kemampuan yang dimilki

siswa setelah menerima pengalaman belajar. Hal ini berarti pencapaian hasil belajar

tergantung dari proses balajar siswa dan skenario guru dalam pembelajaran.

Suatu proses pembelajaran dikatakan berhasil jika tujuan pembelajaran tercapai.

Indikator keberhasilannya meliputi beberapa hal sebagai berikut.

27
a. Daya serap terhadap materi yang cukup tinggi, baik secara individu maupun

kelompok.

b. Perilaku yang digariskan tujuan pembelajaran tercapai dengan baik oleh siswa atau

kelompok.

Namun demikian indikator yang banyak dipakai adalah daya serap. Pengukuran dan

evaluasi terhadap tingkat keberhasilan belajar dilakukan melalui tes prestasi belajar.

Penilaian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya serap siswa terhadap

suatu materi.

Kerangka Berpikir

Pelaksanaan pendidikan di Indonesia mulai kembali pada hakikat pendidikan, tidak

hanya sekadar transformasi ilmu pengetahuan tetapi juga penanaman ilmu pengetahuan

secara demokratis dan integral sehingga dapat dirasakan hakikat penerapannya dalam

kehidupan.

MTs Al Asror merupakan salah satu contoh sekolah diantara beberap sekolah yang

mengalami kendala dalam pembelajaran. Hal ini ditandai dengan kurang memuaskannya

hasil belajar siswa dengan minimnya rata-rata hasil belajar siswa yaitu 6,06. Selain itu

keaktifan siswa juga rendah. Menurut analisa peneliti hal ini disebabkan penggunaan

pendekatan yang kurang tepat, sehingga siswa kurang “menikmati” proses belajarnya.

Saat ini mulai berkembang beberapa eksperimen pendidikan dalam rangka

menemukan pendekatan pembelajaran yang tepat. Salah satunya adalah pendektan

kontekstual atau yang lebih dikenal dengan Contextual Teaching and Learning (CTL).

Pendekatan ini dicetuskan karena kesadaran perlunya melibatkan semua aspek yang

dirumuskan dalam prinsip belajar dan pembelajaran. Pendekatan ini dapat dipelajari dan

dapat langsung diterapkan dalam kurikulum apapun. Hal ini diharapkan dapat mempengaruhi

peningkatan pemahaman yang berimbas pada peningkatan hasil belajar. Selain itu karena

siswa benar-benar diposisikan sebagai komponen utama pendidikan, maka pengalaman siswa

dalam belajar diharapkan dapat meningkatkan keaktifan siswa.

28
Pendekatan ini dicoba untuk diterapkan pada siswa kelas 2 MTs Al Asror dalam

pembelajaran materi Teorema Phytagoras untuk mengatasi masalah-masalah dalam

pembelajaran dan untuk mengetahui peningkatan perolehan hasil belajar dan keaktifan siswa.

Hipotesis Tindakan

Hipotesis yang dapat dirumuskan dari penelitian ini antara lain sebagai berikut.

1. Penerapan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran materi Teorema Phytagoras dapat

meningkatkan hasil belajar siswa kelas 2 MTs Al Asror Semarang, sesuai dengan

indikator keberhasilan yaitu 75% siswa memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan 6,5

2. Penerapan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran materi Teorema Phytagoras dapat

meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas 2 MTs Al Asror Semarang.

29
BAB III
METODE PENELITIAN

Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini meliputi siswa dan guru mata pelajaran matematika

MTs Al Asror Semarang kelas 2A. Siswa kelas tersebut berjumlah 42 orang

terdiri dari 21 siswa putri dan 21 siswa putra. Beberapa faktor yang menjadi

pertimbangan pemilihan kelas 2A sebagai subyek penelitian, antara lain sebagai

berikut.

1. Prestasi anak kelas tersebut cukup merata dan ada pada range rata-rata

atas. Hal tersebut dimaksudkan untuk mengetahui keefektifannya, karena

siswa kelas tersebut mudah beradaptasi dengan hal-hal baru.

2. Faktor guru bidang studi matematika kelas tersebut yang lebih

berpengalaman dan mendukung inovasi dalam pembelajaran matematika,

sehingga diharapkan kolaborasi berlangsung lebih baik.

Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga siklus,dengan maksud untuk

mengetahui perkembangan perubahannya dan dapat melakukan

tahapan perbaikan dengan baik. Masing-masing siklus memiliki

beberapa tahap, yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan,

pengamatan dan refleksi. Kegiatan ini dilaksanakan secara

kolaborasi partisipatif antara guru bidang studi dengan peneliti.

Guru berperan sebagai pembelajar dan peneliti sebagai

30
observator. Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan

observasi di sekolah yang bersangkutan, khususnya tentang

pelaksanaan pembelajaran matematika. Setelah memperoleh data-

data yang diperlukan peneliti menyusun rencana pelaksanaan

penelitian sebagai berikut.

Siklus 1
1. Perencanaan

a. Guru dan peneliti secara kolaboratif merencanakan pembelajaran (RP) untuk satu

pertemuan. Materi yang diajarkan adalah “Teorema Phytagoras”. (Lihat lampiran

RP.1)

b. Peneliti dengan masukan guru menyusun media atau alat bantu ajar dan soal

evaluasi. Media yang digunakan adalah LKS (lihat lampiran LKS.1) dan lingkungan

belajar, seperti: meja, buku tulis, figura dan lain-lain.

c. Menyusun angket untuk siswa dan lembar observasi. Angket yang diberikan kepada

siswa berupa angket refleksi siswa (lihat lampiran halaman 98) terhadap

pembelajaran. Sedangkan lembar observasi ditujukan untuk mengamati aktivitas

komunikasi siswa dan pengamatan aktivitas pembelajaran oleh guru.

d. Membentuk kelompok-kelompok dengan anggota 4-5 orang, sehingga terbentuk 10

kelompok.

e. Mempersiapkan sarana pembelajaran yang dibutuhkan, yaitu papan nama kelompok,

papan nama siswa, kertas, dan spidol.

2. Pelaksanaan tindakan

a. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan apersepsi tentang “Kuadrat dan Akar

Kuadrat” dan “Segitiga”.

b. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok dan masing-masing diberi nama kelompok

dengan istilah matematika.

31
c. Guru membagikan perangkat pembelajaran yang telah disiapkan untuk siswa.

d. Siswa menyelesaikan LKS secara kelompok.

e. Guru berkeliling memberikan bimbingan, mengawasi, dan membantu siswa yang

kesulitan dalam menyelesaikan masalah yang diajukan.

f. Guru membantu siswa dalam menyiapkan hasil diskusi penyelesaian LKS pada

lembar presentasi.

g. Guru menunjuk salah satu perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil

diskusi.

h. Siswa dengan bantuan guru membuat kesimpulan tentang pembelajaran hari itu.

Guru memberikan penekanan pada informasi penting dan menambah beberap

informasi lain yang perlu diketahui siswa.

i. Pada akhir siklus diadakan evaluasi dan dibagikan angket.

3. Pengamatan

Pengamatan dilakukan oleh peneliti sebagai kolaborator.

a. Pengamatan atau observasi terhadap siswa

Hal-hal yang diobservasi antara lain sebagai berikut.

1) Keaktifan siswa dalam kelompok dan klasikal

2) Kerjasama siswa dalam kelompok

3) Kemampuan siswa menyelesaikan masalah yang diajukan.

b. Pengamatan atau observasi terhadap guru

Hal-hal yang diobservasi antra lain sebagai berikut.

1) Pengelolaan pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran kontekstual.

2) Peran guru dalam memberikan bimbingan kepada siswa.

4. Refleksi

Refleksi merupakan analisis hasil pengamatan, hasil angket dan evaluasi dari tahap-

tahapan dalam siklus 1. Refleksi dilaksanakan segera setelah implementasi dan

pengamatan selesai.

32
Siklus 2
Perencanaan

a. Guru dan peneliti merencanakan pembelajaran (lihat lampiran kode

RP.2) dengan strategi pembelajaran kontekstual pada meteri yang

diajarkan, yaitu ”Teorema Phytagoras dan tripel Phytagoras” dengan

membuat rencana pembelajaran berdasarkan refleksi siklus 1.

b. Menyusun media atau alat bantu ajar dan soal evaluasi. Media yang

digunakan adalah LKS (lihat lampiran kode LKS.2) serta model

pembelajaran.

c. Membentuk kelompok-kelompok dengan jumlah dan anggota yang

sama pada siklus 1.

d. Mempersiapkan sarana pembelajaran yang dibutuhkan, yaitu papan

nama kelompok, papan nama siswa, kertas, dan spidol.

Pelaksanaan tindakan

a. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

b. Guru menjelaskan materi yang sesuai dengan rencana pembelajaran dengan

pendekatan kontekstual.

c. Guru membagikan perangkat pembelajaran yang telah disiapkan.

d. Siswa menyelesaikan LKS secara kelompok.

e. Guru berkeliling memberikan bimbingan, mengawasi, dan membantu siswa yang

kesulitan dalam menyelesaikan masalah yang diajukan.

f. Guru membantu siswa dalam menyiapkan hasil diskusi penyelesaian LKS pada

lembar presentasi.

g. Guru menunjuk salah satu perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil

diskusi.

33
h. Siswa membuat kesimpulan bersama tentang pokok materi hari itu dengan bantuan

guru. Guru memberikan informasi baru dan penekanan informasi-informasi penting.

i. Pada akhir siklus diadakan evaluasi dan dibagikan angket.

Pengamatan

Pengamatan dilakukan oleh peneliti sebagai kolaborator.

a. Pengamatan atau observasi terhadap siswa

Hal-hal yang diobservasi antara lain sebagai berikut.

1) Keaktifan siswa dalam kelompok dan klasikal

2) Kerjasama siswa dalam kelompok

3) Kemampuan siswa menyelesaikan masalah yang diajukan.

b. Pengamatan atau observasi terhadap guru

Hal-hal yang diobservasi antra lain sebagai berikut.

1) Pengelolaan pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran kontekstual.

2) Peran guru dalam memberikan bimbingan kepada siswa.

Refleksi

Refleksi merupakan analisis hasil pengamatan, hasil angket dan evaluasi dari tahap-

tahapan dalam siklus 2. Refleksi dilaksanakan segera setelah implementasi dan

pengamatan selesai.

Siklus 3
1. Perencanaan

a. Guru dan peneliti merencanakan pembelajaran (lihat lampiran RP.3)


dengan strategi pembelajaran kontekstual pada materi yang diajarkan,
yaitu ”Penggunaan Teorema Phytagoras” dengan membuat rencana
pembelajaran berdasarkan refleksi siklus 2.
b. Menyusun media atau alat bantu ajar dan soal evaluasi. Media yang
digunakan adalah kartu masalah.
c. Menyusun angket untuk siswa dan lembar observasi. Angket yang
diberikan kepada siswa berupa angket refleksi siswa terhadap
pembelajaran. Sedangkan lembar observasi ditujukan untuk mengamati
aktivitas komunikasi siswa dan pengamatan aktivitas pembelajaran oleh
guru.
d. Membentuk kelompok-kelompok dengan jumlah dan anggota yang
sama pada siklus 1.

34
e. Mempersiapkan sarana pembelajaran yang dibutuhkan, yaitu papan
nama kelompok, papan nama siswa, kertas, dan spidol.
2. Pelaksanaan tindakan

a. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

b. Guru menjelaskan materi yang sesuai dengan rencana pembelajaran dengan

pendekatan kontekstual.

c. Guru membagikan perangkat pembelajaran yang telah disiapkan.

d. Siswa menyelesaikan permasalahan secara kelompok.

e. Guru berkeliling memberikan bimbingan, mengawasi, dan membantu siswa yang

kesulitan dalam menyelesaikan masalah yang diajukan.

f. Guru membantu siswa dalam menyiapkan hasil diskusi penyelesaian permasalahan

pada lembar presentasi.

g. Guru menunjuk salah satu perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil

diskusi.

h. Pada akhir siklus diadakan evaluasi dan dibagikan angket.

3. Pengamatan

Pengamatan dilakukan oleh peneliti sebagai kolaborator.

a. Pengamatan atau observasi terhadap siswa

Hal-hal yang diobservasi antara lain sebagai berikut.

1) Keaktifan siswa dalam kelompok dan klasikal

2) Kerjasama siswa dalam kelompok

3) Kemampuan siswa menyelesaikan masalah yang diajukan.

b. Pengamatan atau observasi terhadap guru

Hal-hal yang diobservasi antra lain sebagai berikut.

1) Pengelolaan pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran kontekstual.

2) Peran guru dalam memberikan bimbingan kepada siswa.

4. Refleksi

35
Refleksi merupakan analisis hasil pengamatan, hasil angket dan evaluasi dari tahap-

tahapan dalam siklus 3. Refleksi dilaksanakan segera setelah implementasi dan

pengamatan selesai.

Sumber , Jenis dan Cara Pengambilan Data

1. Sumber data

Sumber data penelitian ini diperoleh dari siswa, guru dan peneliti.

2. Jenis data

Jenis data yang diperoleh adalah data kuantitatif dan data kualitatif dengan rincian

sebagai berikut.

a. Hasil belajar dari tes tertulis

Tes tertulis dilakukan pada setiap akhir siklus. Dalam penelitian ini berarti ada 3 kali

tes tertulis. Tes ini digunakan untuk mengukur sejauh mana penguasaan siswa

terhadap materi.

b. Kuisioner/angket

Angket digunakan untuk mengungkap respon dan minat siswa pada pelaksanaan

pembelajaran matematika kontekstual.

c. Hasil observasi

Lembar observasi terdiri dari lembar observasi guru dan lembar observasi siswa.

Lembar observasi guru digunakan untk mengetahui aktivitas guru selama proses

belajar mengajar. Sedangkan lembar observasi siswa digunakan untuk mengetahui

akivitas siswa.

3. Cara pengambilan data

a. Data hasil belajar diambil dari tes yang diberikan kepada siswa.

b. Data tentang situasi dan kondisi belajar mengajar pada saat dilaksanakan tindakan diperoleh dari lembar
observasi dan foto-foto.
c. Data mengenai respon dan keaktifan siswa diperoleh dari angket refleksi dan lembar observasi kegiatan
siswa.

36
Jenis Instrumen

Instrumen adalah alat yang digunakan oleh guru untuk memperoleh data. Jenis instrumen

yang digunakan antara lain sebagai berikut.

a. Satuan Pembelajaran

b. Rencana Pembelajaran

c. Lembar Kerja Siswa (LKS)

d. Tes tertulis

e. Lembar observasi

f. Angket refleksi siswa

Penggunaan intrumen penelitian memerlukan perhatian cermat untuk mendapat data yang

baik. Instrumen yang baik adalah instrumen yang valid dan reliabel. Instrumen valid adalah

instrumen yang mengukur apa yang seharusnya diukur dan instrumen reliabel adalah

instumen yang konsisten dan akurat. Menurut Priyono (2004), untuk mengetahui validitas

dan reliabilitas semua intrumen dalam penelitian tindakan kelas dapat digunakan “practical

validity”(reliability), artinya sepanjang kolaborator dengan peneliti memutuskan instrumen

tersebut layak atau tidak dengan kriteria “easy for use”, yang jika memenuhi berarti

dinyatakan valid dan reliabel. Bentuk practical validity (validitas praktis) yang digunakan

peneliti adalah face validity (validitas muka) yaitu kolaborator dengan peneliti saling menilai,

mengecek, dan memutuskan validitas sustu instrumen, sehingga diperoleh kepercayaan

(trustworthiness) suatu hasil instrumen yang dibangun dari proses kolaborasi. Untuk

mempertajam dan memfokuskan pengamaan, dalam menyusun instrumen dilakukan dengan

teknik source triangulation, artinya penyusunan instrumen diperoleh dari berbagai sumber.

a. Tes tertulis pada penelitian ini menggunakan sistem validitas dan reliabilitas seperti di

atas.

b. Lembar observasi kegiatan guru dan siswa. Kriteria penilaian pada kegiatan guru diubah

kedalam bentuk angka yaitu: sangat baik = 4, baik = 3, cukup = 2 dan kurang = 1. Untuk

skor maksimal adalah 80, diperoleh dari 4 x 20 dan skor minimal adalah 20 diperoleh dari

1 x 20. Jumlah skor dikategorikan menjadi: 1-20 (kurang), 21-40 (cukup), 41-60 (baik)

37
dan 61-80 (sangat baik). Lembar observasi aktivitas siswa memuat 10 item. Penialian

dilakukan berdasarkan banyaknya siswa yang melakukan kegiatan. Kriteria penilaian

dikonversikan dalam bentuk angka, yaitu: banyaknya siswa yang beraktivitas < 25% = 1,

25%-50% = 2, > 50% dan <75% = 3, ≥ 75% = 4. Skor maksimal yang dicapai adalah 40,

diperoleh dari 4 x 10. Skor minimal adalah 10, diperoleh dari 1 x 10. Jumlah skor

dikategorikan menjadi: 1-10 (banyaknya siswa yang beraktivitas < 25%), 11-20 (

banyaknya siswa yang beraktivitas 25%-50%), 21-30 (banyaknya siswa yang beraktivitas

> 50% dan <75%) dan 31-40 (banyaknya siswa yang beraktivitas ≥ 75%).

c. Angket respon siswa menggunakan tipe obyektif (pilihan ganda) dengan cara memberi

tanda silang pada huruf yang sesuai. Hasilnya diprosentase untuk mengetahui tingkat

respon siswa.

Indikator Kinerja

Penelitian ini dikatakan berhasil jika:

a. sekurang-kurangnya 75% siswa kelas 2 memperoleh nilai formatif

≥ 6,5 ,

b. sekurang-kurangnya 75% siswa melakukan aktivitas dalam proses belajar mengajar

matematika dengan berbagai aktivitas belajar.

38
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

1. Hasil Penelitian Siklus 1

Kegiatan yang dilakukan pada siklus 1 dengan melaksanakan pembelajaran di

dalam kelas berupa penemuan rumus phytagoras. Namun sebelum itu guru memberi

apersepsi mengenai penggunaan teorema phytagoras dalam kenyataan di lapangan. Guru

mencontohkan mengapa benda-benda di sekitar siswa dapat memiliki potongan yang

lurus. Meja misalnya, mengapa potongan tukang kayu dapat lurus terbuat. Kegiatan

penemuan ini dilakukan secara kelompok dengan diskusi, dengan pendamping LKS yang

terdiri dari 3 poin penemuan dan buku paket. Tiap kelompok melakukan pengamatan,

pendataan dan pengukuran beberapa benda yang ada di kelas sebagai sumber data

penemuan. Kemudian dicari hubungan antar data untuk memperoleh kesimpulan tentang

teorema phytagoras. Berikutnya siswa diminta menyajikan data dalam bentuk tabel dan

ringkasan serta kesimpulan dari hasil penemuannya. Pada seluruh kegiatan ini guru

melakukan bimbingan pada siswa. Hasil diskusi di presentasikan di depan kelas, diwakili

oleh dua kelompok, yaitu kelompok Ellips dan Trapesium. Setelah presentasi kelompok,

siswa yang lain di luar kelompok diberi kesempatan memberikan tanggapan.

Pada akhir pembelajaran guru kembali memberi kesempatan siswa untuk

melakukan refleksi berupa simpulan hasil belajar hari ini. Kemudian guru menegaskan

dan menambahkan kesimpulan siswa. Untuk mengetahui minat dan respon siswa, guru

membagikan angket pada siswa. Hasil belajar juga diukur sebagai bagian dari refleksi

siswa pada akhir siklus. Evaluasinya berupa soal essay sejumlah 3 soal yang diselesaikan

dengan alokasi waktu 15 menit.

a. Kegiatan guru dan keaktifan siswa

Pada siklus 1, berdasarkan observasi yang telah terhimpun datanya pada tabel 1

(lihat lampiran), kegiatan guru menunjukkan skor 29, termasuk kategori baik

39
dengan kriteria seperti pada keterangan penilaian. Pada siklus 1 guru belum

melaksanakan pembelajaran sesuai prosedur atau Rencana Pembelajaran (RP). Guru

tidak menyampaikan tujuan pembelajaran, melainkan langsung pada pokok

pembelajaran dengan memberikan sedikit apersepsi, dan kurang adanya penekanan

pada masalah yang dimunculkan. Selain itu guru kurang memberi motivasi siswa.

Motivasi yang diberikan guru hanya berupa pesan pada akhir pelajaran dan persiapan

untuk lebih baik pada pertemuan berikutnya. Sedangkan item yang lain dinilai baik,

dengan kata lain guru dapat menjalankan 7 komponen CTL yang dijabarkan dalam

lembar observasi guru.

Pada tabel 4 (lihat lampiran), keaktifan siswa menunjukkan skor 31 atau 77,5%

siswa aktif dan terlibat dalam KBM. Siswa aktif berdiskusi ditunjukkan item 4,6,dan

8 dengan skor rata-rata 3 atau sebanyak > 50% dan kurang dari 75% yang melakukan

aktivitas berdiskusi. Aktivitas siswa yang tertinggi adalah pada pelaksanaan

penemuan, kegiatan siswa dalam melakukan pembagian tugas dan aktif berdiskusi

tentang penemuannya, serta refleksi. Kegiatan siswa yang paling sedikit dilakukan

adalah memformulasikan gagasan baik secara tertulis maupun lisan dengan skor

masing-masing 1 dan 2. Dimana siswa yang memformulasikan gagasan secara

tertulis <25% dan siswa yang menyampaikan gagasan secara lisan hanya sebanyak

25%-50%.

b. Minat dan respon siswa

Berdasarkan data yang diperoleh pada siklus 1 didapat bahwa 9,52% (4 siswa)

menyatakan penampilan guru tidak menyenangkan, 83,33% (35 siswa) menyatakan

menyenangkan, dan 7,14% (3 siswa) menyatakan sangat senang dengan penampilan

guru hari itu. Siswa yang menyatakan penyampaian guru tidak jelas sekitar 21,43%

(9 siswa), guru jelas dalam penyampaian dinyatakan oleh 71,43% (30 siswa) dan

sangat jelas diungkapkan oleh 7,14% atau 3 siswa. Siswa yang menyatakan berani

bertanya sebanyak 23,81% (10 siswa), berani mengungkapkan pendapat sebanyak

9,52% (4 siswa) dan tidak mengalami perubahan dalam berapresiasi dinyatakan oleh

40
sejumlah 66,67 % dari seluruh siswa (28 siswa). Sekitar 11,9% (5 siswa) menyatakan

suasana pembelajaran tidak menyenangkan, 83,33% (35 siswa) menyatakan suasana

pembelajaran menyenangkan, dan 4,76% (2 siswa) menyatakan sangat senang.

Pembelajaran kelompok menurut 4,76% (2 siswa) tidak menyenangkan, 83,33% (35

siswa) menyatakan senang dengan pembelajaran kelompok dan 11,9% (5 siswa)

menyatakan sangat senang. Adapun pernyataan bahwa pembelajaran kali ini justru

membuat bingung direspon oleh 7 siswa (16,67%), dan yang menyatakan mudah

mengikuti adalah 35 siswa (82 %), dan menyatakan jelas atau sangat mudah untuk

dipahami adalah 2 siswa (4,76%). Hasil tersebut menunjukkan sebagian besar siswa

dapat mengikuti pembelajaran dengan mudah dan menyenangkan, namun siswa

masih enggan untuk mengungkapkan pendapat dalam pertemuan ini.

c. Hasil Belajar

1) Individu

Hasil dari evaluasi pada siklus 1 dengan sub pokok bahasan tentang teorema

Phytagoras diperlukan untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi

yang diberikan melalui pendekatan kontekstual. Soal essay yang diberikan

terdiri dari tiga soal. Berdasarkan data yang diperoleh bahwa dari 42 siswa yang

mengikuti tes, 26 siswa telah tuntas belajar atau 61,9 % dan 16 siswa yang

belum tuntas belajar atau 38,1%. Rata-rata nilai kelas adalah 7,02. Meskipun

sebelum dilakukan tindakan ada peningkatan dari 6,06 menjadi 7,02, namun dari

indikator keberhasilan yang ditentukan, pada siklus I belum mencapai

keberhasilan. Hal ini disebabkan karena nilai yang diperoleh seluruh siswa yang

lebih besar atau sama dengan 6,5 belum mencapai hingga 75 %. Berikut

ringkasan hasil belajar siswa pada siklus 1.

2) Kelompok

Selain penilaian individu, juga dilakukan penilaian kelompok. Penilaian ini

digunakan sebagai bagian dari nilai tugas siswa yang akan digunakan pada

perhitungan nilai akhir siswa. Penilaian ini meliputi (a) penilaian kerjasama

41
kelompok yang meliputi: kerjasama tim dan keaktifan personil kelompok serta

keaktifan kelompok seperti presentasi, (b) penilaian evaluasi hasil diskusi

kelompok. Pada siklus ini kelompok yang mendapat nilai tertinggi, yaitu 9

adalah kelompok Ellips, karena kekompakan dan keaktifan kelompok yang

cukup baik, serta hasil evaluasinya juga baik. Sedangkan kelompok dengan nilai

paling rendah, yaitu 7 adalah kelompok Lingkaran dan Layang-layang akibat

hasil evaluasi yang kurang. Evaluasi kelompok adalah evaluasi hasil pengerjaan

LKS. Pada evaluasi ini, beberapa kelompok sudah mampu menyimpulkan

tentang konsep teorema phytagoras, yaitu kelompok Persegi, Jajar genjang,

Trapesium dan Segi delapan. Sedangkan kelompok lain belum sampai pada

kesimpulan konsep teorema phytagoras yang dimaksud, seperti kelompok

Layang-layang, Belah ketupat dan Ellips yang masih pada kesimpulan teorema

phytagoras berbunyi “a2 + b2 = c2 “. Dua kelompok yang lain, yaitu kelompok

Persegi panjang dan Segitiga, justru membuat kesimpulan yang salah,

contohnya: “ Setiap persegi panjang punya dua sisi sama panjang dan lebar”.

Pada LKS nomor 3 banyak kelompok yang salah menerapkan teorema

phytagoras yaitu kelompok Lingkaran, Layang-layang, dan Trapesium. Hasil

penilaian kelompok dapat dilihat pada tabel 13 (lihat lampiran).

d. Refleksi

Siklus 1 yang terdiri dari 2 pertemuan yang telah dilaksanakan cukup mengalami

kendala atau hambatan. Salah satunya adalah pengelolaan kelas yang belum baik.

Hal ini tampak pada saat melakukan KBM, guru belum melaksanakan pembelajaran

sesuai RP, sehingga pendalaman materi melalui penjelasan guru kurang optimal.

Siswa belum termotivasi untuk mengungkapkan gagasannya secara lisan, terutama di

kelas. Hasil belajar secara individu belum mencapai target, tetapi nilai kelompok

cukup baik dimana nilai terendah adalah 7. Pengamatan terhadap kegiatan guru dan

siswa kurang luas. Dapat ditafsirkan bahwa metode penemuan merupakan hal yang

baru bagi siswa, sehingga tampak perhatian siswa terhadap kegiatan penemuan

42
cukup tinggi. Maka, untuk mengatasi hal-hal tersebut di atas ada upaya perbaikan

pada pertemuan berikutnya seperti hal di bawah ini :

guru perlu memberikan perangkat berupa LKS yang tepat yang mampu

mengeksplorasi pemahaman siswa pada materi,

guru memotivasi siswa untuk mengungkapkan gagasan secara lisan dengan

memberikan pertanyaan-pertanyaan pada saat berlangsungnya pembelajaran.

tetap menggunakan metode penemuan dalam pelaksanaan KBM.

2. Hasil Penelitian siklus 2

Pelaksanaan KBM pada siklus 2 yang meliputi sub pokok bahsan tentang kebalikan teorema phytagoras
dan tripel phytagoras masih dengan metode penemuan dan diskusi mengingat pertemuan yang lalu responnya
cukup baik. Perangkat berupa LKS masih digunakan. Siklus 2 terdiri dari 2 pertemuan. Siswa melakukan
kegiatan di dalam kelas. Siswa melakukan pembelajaran secara kelompok, setelah terlebih dahulu guru
memberikan apersepsi tentang pembelajaran yang lalu.
a. Kegiatan guru dan keaktifan siswa

Pada siklus 2 kegiatan guru menunjukkan penurunan yaitu 26 tapi masih dalam

kategori baik. Guru sudah melaksanakan pembelajaran sesuai Rencana Pembelajaran

(RP) namun masalah yang dimunculkan belum begitu kontekstual. Guru sudah mulai

memberikan motivasi pada siswa namun masih sebatas memberikan dorongan pada

siswa yang belum aktif. Pertanyaan yang diberikan guru kurang kontekstual,

mengingat masalah yang disampaikan mengenai penemuan konsep, sedangkan LKS

yang digunakan kurang mendukung dengan contoh yang kontekstual, hal ini

berimbas pada pelaksanaan komponen pemodelan. Guru mengatasinya dengan aktif

membimbing siswa namun karena kesulitan siswa sehingga guru perlu mendikte ide-

ide bagi siswa. Namun perlu diakui pada tiap siklus, siklus 1 dan 2 guru sangat

membimbing siswa dalam pelaksanaan pembelajaran. Kegiatan yang lain sudah

berlangsung baik. Kegiatan siswa yang menunjukkan partisipasi dan keaktifan dapat

dilihat pada tabel 6 (lihat lampiran).

Dari tabel 6 menunjukkan bahwa semua siswa terlibat aktif dengan skor

33 atau 82,5 %. Keaktifan siswa yang menonjol masih tampak pada

keaktifan siswa dalam diskusi. Namun kegiatan siswa dalam

43
memformulasikan gagasan masih rendah, meskipun mengalami

peningkatan .

Minat dan respon siswa

Berdasarkan data yang diperoleh pada siklus 2 didapat bahwa 11,9% (5 siswa)

menyatakan penampilan guru tidak menyenangkan, 80,95% (34 siswa) menyatakan

menyenangkan, dan 9,52% (4 siswa) menyatakan sangat senang dengan penampilan

guru hari itu. Siswa yang menyatakan penyampaian guru tidak jelas sekitar 11,9% (5

siswa), guru jelas dalam penyampaian dinyatakan oleh 78,57% (33 siswa) dan

sangat jelas diungkapkan oleh 11,9% (5 siswa). Siswa yang menyatakan berani

bertanya sebanyak 33,3% (14 siswa), berani mengungkapkan pendapat sebanyak

23,81% (10 siswa) dan tidak mengalami perubahan dalam berapresiasi dinyatakan

oleh sejumlah 45,23 % dari seluruh siswa (19 siswa). Sekitar 9,52% (4 siswa)

menyatakan suasana pembelajaran tidak menyenangkan, 79,19% (32 siswa)

menyatakan suasana pembelajaran menyenangkan, dan 16,67% (7 siswa)

menyatakan sangat senang. Pembelajaran kelompok menurut 4,76% (2 siswa) tidak

menyenangkan, 66,67% (28 siswa) menyatakan senang dengan pembelajaran

kelompok dan 30,95% (13 siswa) menyatakan sangat senang. Adapun pernyataan

bahwa pembelajaran kali ini justru membuat bingung direspon oleh 6 siswa (11,9%),

dan yang menyatakan mudah mengikuti adalah 32 siswa (85 %), dan menyatakan

jelas atau sangat mudah untuk dipahami adalah 2 siswa (4,76%). Hasil tersebut

menunjukkan sebagian besar siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan mudah dan

menyenangkan. Siswa juga termotivasi untuk mengungkapkan pendapat dan berani

bertanya.Hal ini karena materi diskusi kelompok yang agak sulit, sehingga sebagian

besar siswa termotivasi berusaha untuk memberikan solusi.

Hasil belajar

1) Individu

Hasil dari evaluasi pada siklus 2 dengan sub pokok bahasan tentang kebalikan

teorema Phytagoras dan tripel phytagoras diperlukan untuk mengetahui

44
pemahaman siswa terhadap materi yang diberikan melalui pendekatan

kontekstual. Soal essay yang diberikan terdiri dari dua soal. Berdasarkan data

yang diperoleh bahwa dari 42 siswa yang mengikuti tes, 26 siswa telah tuntas

belajar atau 61,90 % dan 16 siswa yang belum tuntas belajar atau 39,10%. Rata-

rata nilai kelas adalah 7,02. Hal ini berarti tidak terjadi peningkatan pada

perolehan hasil belajar siswa. Pada siklus 2 belum mencapai indikator

keberhasilan. Ringkasan hasil belajar siswa pada siklus 2 dapat dilihat di

halaman lampiran pada tabel 11.

2) Kelompok

Pada siklus ini kelompok yang mendapat nilai tertinggi, yaitu 9,25 adalah

kelompok Persegi panjang dan 9 yaitu kelompok Lingkaran, karena kekompakan

dan keaktifan kelompok yang cukup baik, serta hasil evaluasinya juga baik.

Sedangkan kelompok dengan nilai paling rendah, yaitu 6,5 adalah kelompok

Belah ketupat karena hasil evaluasi dan kekompakan yang kurang. Mengenai

evaluasi kelompok adalah yang berhubungan dengan pengerjaan LKS.

Evaluasinya beberapa kelompok sudah mampu menyimpulkan tentang kebalikan

teorema phytagoras dan tripel phytagoras, selain kelompok Belah ketupat yang

tidak tepat pada kedua konsep. Sedangkan kelompok Segitiga dan Layang-

layang mengalami kekeliruan pada menemukan prinsip kebalikan teorema

phytagoras. Hasil diskusi tiap kelompok dapat diketahui lebih jelas pada

lampiran.

d. Refleksi

Pelaksanaan siklus 2 dengan 2 kali pertemuan yang telah dilaksanakan belum menunjukkan keberhasilan dalam
ketuntasan belajar sesuai indikator yaitu 75%, meskipun dari indikator keaktifan lebih dari 75 % dari jumlah
seluruh siswa sudah meningkat dari siklus 1 dan berhasil. Selain itu juga LKS yang diberikan kepada siswa
kurang diberikan contoh yang relevan sehingga siswa mengalami beberapa kesulitan dalam penemuan. Guru
menjadi berlebihan dalam membimbing dengan memberikan dikte ide. Perbaikan yang perlu dilakukan untuk
siklus berikutnya, antara lain:
- perangkat pembelajaran yang diberikan agar lebih relevan dengan kehidupan sehari-hari atau lebih

kontekstual,

- guru memberikan motivasi yang lebih baik,

45
- guru menghindari dikte ide yang berlebihan pada siswa,

- metode pembelajaran lebih divariasikan.

3. Hasil Penelitian siklus 3

Pelaksanaan pada siklus 3 menggunakan metode pemecahan masalah yang sesuai

hasil refleksi siklus 2 dan disesuaikan dengan sub pokok bahasan yang terkait, yaitu

penggunaan teorema phytagoras. Siswa diajak untuk menyelesaikan masalah-masalah

yang diberikan. Perangkat yang digunakan adalah kartu masalah. Seperti pada siklus

sebelumnya, siswa sudah memiliki kelompok masing-masing dan mendapatkan lembar

kerja tugas kelompok sebagai laporan kegiatan.

a. Kegiatan guru dan keaktifan siswa pada siklus 3

Data hasil pengamatan kegiatan guru dan keaktifan siswa dapat dilihat pada

tabel 9. Pada siklus 3 kegiatan guru yang telah dilakukan termasuk kategori sangat

baik dengan skor 34. Pada siklus 3, metode yang digunakan adalah penyelesaian

masalah dan diskusi. Modelling yang dilakukan tidak begitu dominan karena

fokusnya pada penyelesaian masalah dengan konsep yang sudah dimiliki siswa.

Kegiatan lain sudah berlangsung baik. Semua komponen CTL terlaksana.

Hasil kegiatan yang menunjukkan keaktifan siswa dalam mengikuti KBM

pada siklus 3 terangkum dalam tabel 10 (lihat lampiran).

Berdasarkan tabel 10 keaktifan siswa dalam KBM adalah 77,5% siswa terlibat aktif

atau skor sebesar 31. Karena metode pemecahan masalah yang digunakan maka

kegiatan siswa dalam penemuan tidak ada. Kegiatan siswa yang lain sudah

berlangsung baik. Seperti peningkatan kegiatan siswa untuk memformulasikan

gagasan secara lisan dan tulisan.

b. Minat dan respon siswa

Berdasarkan data yang diperoleh pada siklus 3 didapat bahwa 16,67% (7 siswa)

menyatakan penampilan guru tidak menyenangkan, 78,57% (33 siswa) menyatakan

menyenangkan, dan 4,76% (2 siswa) menyatakan sangat senang dengan penampilan

guru hari itu. Siswa yang menyatakan penyampaian guru tidak jelas sekitar 7,14% (3

46
siswa), guru jelas dalam penyampaian dinyatakan oleh 90,47% (38 siswa) dan

sangat jelas diungkapkan oleh 2,38% (1 siswa). Siswa yang menyatakan berani

bertanya sebanyak 21,43% (9 siswa), berani mengungkapkan pendapat sebanyak

2,38% (1 siswa) dan tidak mengalami perubahan dalam berapresiasi dinyatakan oleh

sejumlah 76,19 % dari seluruh siswa (32 siswa). Sekitar 11,9% (5 siswa) menyatakan

suasana pembelajaran tidak menyenangkan, 85,71% (36 siswa) menyatakan suasana

pembelajaran menyenangkan, dan 2,38% (1 siswa) menyatakan sangat senang.

Pembelajaran kelompok menurut 2,38% (1 siswa) tidak menyenangkan, 76,19% (32

siswa) menyatakan senang dengan pembelajaran kelompok dan 21,43% (9 siswa)

menyatakan sangat senang. Adapun pernyataan bahwa pembelajaran kali ini justru

membuat bingung direspon oleh 7 siswa (16,67%), dan yang menyatakan mudah

mengikuti adalah 33 siswa (78,57 %), dan menyatakan jelas atau sangat mudah untuk

dipahami adalah 2 siswa (4,76%). Hasil tersebut menunjukkan sebagian besar siswa

dapat mengikuti pembelajaran dengan mudah dan menyenangkan. Namun respon

siswa pada penampilan guru agak menurun. Respon siswa untuk bertanya dan

mengungkapkan pendapat menurun. Lebih dari 75% siswa menganggap tidak

mengalami perubahan pada keinginan berapresiasi mereka. Hal ini karena siswa telah

menguasai konsep yang ada sehingga tinggal menerapkan apa pengetahuan yang

dimiliki.

Hasil belajar

1) Individu

Hasil dari evaluasi pada siklus 3 untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap

materi yang diberikan. Soal yang diberikan terdiri dari 5 soal obyektif dan 3 soal

essay. Berdasarkan data yang diperoleh bahwa dari 42 siswa yang mengikuti tes,

35 siswa telah tuntas belajar atau 83,33% dan 7 siswa yang belum tuntas belajar

atau 16,66%. Rata-rata nilai kelas adalah 7,48. Pada siklus 3, menunjukkan

peningkatan ketuntasan hasil belajar keseluruhan siswa (83,88 %), sehingga

47
indikator keberhasilan tercapai. Ringkasan hasil belajar siswa pada siklus 3

dapat dilihat pada lampiran tabel 12.

2) Kelompok

Pada siklus ini kelompok yang mendapat nilai tertinggi, yaitu Segitiga, Ellips

dan Lingkaran dengan masing-masing nilai 9,5; 9,25 dan 9 karena kekompakan

dan keaktifan kelompok yang cukup baik, serta hasil evaluasinya juga baik.

Rata-rata semua kelompok memiliki nilai yang merata, menunjukkan meratanya

kemampuan. Evaluasi pengerjaan kartu masalah, dari kebanyakan kelompok

sudah mampu memberikan solusi yang baik, ditunjukkan dengan nilai terendah

adalah 7. Penyebab berkurangnya nilai adalah kurang lengkap dalam

penyelesaian, seperti kurang mencantumkan satuan. Hasil diskusi tiap kelompok

dapat diketahui lebih jelas pada lampiran.

Tabel 16. Ringkasan Hasil Penelitian Siklus I, II, dan III


Siklus Prosentase Ketuntasan Nilai Kegiatan Minat dan respon
Jumlah Belajar rata-rata guru siswa
Siswa aktif kelas (pembelajaran
menyenangkan)
77,5% 61,9% atau 29 34 siswa
I 7,02
siswa 26 siswa (baik) (80,95%) setuju
82,5% 61,9% atau 26 35 siswa
II 7,02
siswa 26 siswa (baik) (83,33%) setuju
83,33% 34(sangat 33 siswa
III 77,5% 7,48
atau
siswa baik) (78,57%) setuju
35 siswa

Pembahasan

Belajar dan Hasil Belajar

Belajar menurut Whittaker adalah aktivitas mental atau psikis yang berlangsung

aktif di lingkungan yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, keterampilan,

pemahaman, dan nilai sikap. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa mengalami

proses belajar yang dimulai dari siklus 1 sampai siklus 3. Proses belajar yang berlangsung

terjadi interaksi antara guru dan siswa. Guru melakukan kegiatan belajar mengajar dan

siswa sebagai pusat dalam proses pembelajaran.

48
Kegiatan guru merupakan faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar,

karena di dalamnya guru menggunakan metode dalam mengajar. Kegiatan guru yang

dilakukan pada siklus 1 dalam penelitian menunjukkan apa yang sudah dilakukan guru

dalam mengajar sudah baik, hal ini dilihat dari skor yang diperoleh yaitu sebesar 29.

Aspek kegiatan guru yang berupa menggunakan alat bantu ajar, membimbing siswa

dalam mengumpulkan data, dan menyimpulkan sudah sangat baik. Dalam siklus 1 aspek

kegiatan guru yang diamati sudah termasuk baik, namun di beberapa hal perlu perbaikan,

diantaranya guru belum secara optimal memberikan motivasi bagi siswa yang masih

cenderung belum berani untuk menyampaikan pendapat. Padahal pendapat siswa bisa

digunakan guru sebagai alat untuk mengetahui kemampuan siswa dalam mencerna

materi. Selain itu guru perlu memperhatikan prosedur pembelajaran yang telah dibuat

agar tujuan tercapai serta adanya pemberian penguatan secara positif pada siswa.

Sebenarnya pada siklus ini guru bisa mengeksplorasi pengetahuan siswa, sehubungan

dengan metode yang digunakan, baik secara lisan maupun tulisan. Namun karena guru

belum membiasakan diri dengan metode yang ada selain juga perangkat yang belum

begitu lengkap, misalkan pertanyaan yang akan diajukan kepada siswa, sehingga

komunikasi antara guru dan siswa masih terbatas, pada persoalan teks.

Kegiatan guru pada siklus 2 masih tergolong baik, ditunjukkan dengan skor 26.

Kegiatan guru mengalami penurunan karena berhubungan dengan perangkat

pembelajaran yang diberikan yang kurang relevan. Meskipun begitu aktivitas siswa dalam

mengungkapkan pendapat meningkat, dikarenakan pertanyaan-pertanyaan siswa, karena

LKS yang digunakan cukup merangsang siswa untuk bertanya dan meminta penjelasan.

Suasana yang diciptakan guru sangat menyenangkan bagi siswa, terlihat guru lebih

terbuka berinteraksi dengan siswa.

Pada siklus 3 kegiatan guru menunjukkan skor 34 yang termasuk kategori sangat

baik. Hal ini ditunjukkan peningkatan yang lebih baik dari aspek kegiatan guru yang

berupa memberi perhatian pada siswa, melaksanakan sesuai prosedur pembelajaran (RP),

memotivasi siswa menggunakan contoh yang relevan dan menghubungkan dengan

49
kehidupan sehari-hari. Guru juga mengubah metode pembelajarannya menjadi metode

pemecahan masalah. Aktivitas siswa berupa penyampaian gagasanlisan dantulis juga

meningkat. Hal ini karena siswa disodori masalah yang harus dipecahkan menyangkut

kehidupan sehari-hari, sehingga tanpak lebih nyata. Masalahnya pun beragam sehingga

siswa diajak untuk berpikir luas yang merangsang siswa mengungkapkan ide-ide

penyelesaian masalah.

Kegiatan siswa selama KBM yang dilaksanakan melibatkan emosional, seperti

perasaan, minat/respon, dan perhatian. Interaksi aktif siswa dalam lingkungannya

ditunjukkan dengan sikap antusias siswa terhadap pelajaran yang sedang berlangsung,

seperti perhatian terhadap demontrasi guru, melakukan penemuan dan mencatatnya

sebagai data. Penyertaan psikis siswa akan mendorong siswa untuk melakukan tindakan

yang didasari pada pengetahuan atau aspek kognitif. Proses belajar yang juga

menyertakan gerak seperti kemampuan menulis dari apa yang didengar, melakukan

percobaan, mengamati hasil pengamatan merupakan kolaborasi keterampilan intelektual.

Keterampilan dalam menerima informasi verbal dan pengaturan dalam kegiatan

intelektual dipengaruhi oleh suasana hati atau perasaan, teori ini adalah pendapat Gagne

merupakan teori belajar pada aspek kognitif.

Perubahan siswa dalam pengetahuan dan pemahaman tentang materi pelajaran

konsep Teorema Phytagoras ditunjukkan dari hasil evaluasi belajar siswa. Pada

hakikatnya hasil belajar siswa dari siklus 1 sampai siklus 2 mengalami peningkatan,

ditunjukkan dengan prosentase ketuntasan belajar siswa yaitu dari 61,90 % pada siklus I,

61,9 % pada siklus 2, dan meningkat lagi pada siklus 3 menjadi 83,33%. Peningkatan

ketuntasan belajar siswa ditunjukkan oleh adanya faktor-faktor yang mempengaruhi,

diantaranya adalah berupa:

- tingkat kecerdasan siswa dalam kelas yang ditunjukkan rata-rata kelas di atas 7 dari

siklus 1, 2 dan 3 yaitu 7,02; 7,02; 7,48. Pada siklus 1 nilai tertingginya 9 dan terendah

3; siklus 2 nilai tertinggi 9 dan terendah 4; sedangkan pada siklus 3 nilai tertingginya

9,5 dan terendahnya adalah 5,25.

50
- interaksi guru dan siswa sebagai pendukung proses belajar siswa dalam meningkatkan hasil belajarnya,
ditunjukkan adanya kegiatan guru membimbing siswa yang memang sudah baik, peningkatan aktivitas guru
dalam memotivasi siswa, serta keterbukaan guru dalam memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menggali idenya, sehingga mereka merasa dihargai pendapatnya yang menyebabkan siswa merasa nyaman
belajar. Dari penelitian dapat dilihat siswa justru tidak merasa senang ketika guru banyak mendiktekan ide-
ide, seperti yang terjadi pada siklus 2 dimana respon siswa terhadap penampilan guru menurun. Meskipun di
sisi lain siswa memerlukan bimbingan guru jika mengalami kesulitan. Hal lain yang berhubungan dengan
interaki guru dan murid adalah kegiatan Tanya jawab antara guru dan siswa, ketika kegiatan kelompok
maupun pada saat forum kelas. Didukung dengan pertanyaan-pertanyaan yang relevan bagi siswa.
- kerjasama kelompok yang makin baik sehingga kemampuan siswa menjadi merata.
- metode pembelajaran yang lebih variatif. Meskipun menggunakan pende-katan kontekstual guru dapat
menggunakan beberapa startegi atau metode pembelajaran, seperti pada penelitian ini pada siklus 1 dan 2
digunakan metode penemuan dan pada siklus 3 menggunakan metode pemecahan masalah. Metode-metode
tersebut dimaksudkan untuk melibatkan siswa secara dalam pembelajaran, sehingga siswa mendapat
pengalaman belajar langsung. Melibatkan siswa secara langsung dalan PBM dan mengembangkan
kemampuan siswa untuk menemukan konsep-konsep dan pengertian telah membuat PBM menjadi bermakna
dan optimal sehingga keaktifan dan hasil belajar siswa lebih meningkat (Mursell & Nasution, 2002).

Aktivitas Siswa

Dari hasil pengamatan kegiatan siswa, sebagian besar siswa antusias. Tingkat

aktivitas siswa pada PBM siklus 1 menunjukkan skor sebesar 31 (kategori aktivitas

tinggi). Namun kuantitas siswa, pada khususnya siswa yang memformulasikan gagasan

secara tertulis prosentasenya hanya <25% dan siswa yang menyampaikan gagasan secara

lisan hanya sebanyak 25%-50%. Hal ini menunjukkan kebiasaan siswa yang jarang

mencatat gagasan karena terbiasa dengan dikte guru dan mencatat apa yang diperintahkan

guru. Selain itu pembelajaran selama ini yang menggunakan metode ekspositori

menyebabkan siswa kurang terbiasa menyampaikan pendapat secara lisan, baik pada

rekan sekelompok dan di forum kelas.

Berdasarkan refleksi siklus 1 dilakukan beberapa perubahan pada pelaksanaan

pembelajaran siklus 2. Tingkat aktivitas siswa pada PBM siklus 2 adalah 33. Masih

termasuk kategori aktivitas siswa yang tinggi. Keaktifan siswa yang menonjol masih

tampak pada keaktifan siswa dalam diskusi. Selain disebabkan siswa masih menyenangi

pembelajaran dengan penemuan, juga fokus penemuan agak sulit sehingga kerjasama

siswa untuk menyelesaikannya semakin meningkat. Namun kegiatan siswa dalam

memformulasikan gagasan masih rendah, meskipun mengalami peningkatan.

Berdasarkan refleksi siklus 2 dilakukan beberapa perubahan pada pelaksanaan

pembelajaran siklus 3. Tingkat aktivitas siswa pada PBM siklus 3 sebesar 31. Masih

termasuk kategori aktivitas siswa yang tinggi, meskipun mengalami penurunan.

51
Perubahan yang berarti adalah peningkatan kegiatan siswa untuk memformulasikan

gagasan secara lisan dan tulisan. Hal ini karena metode yang digunakan adalah

pemecahan masalah. Siswa banyak memunculkan ide-ide dan pertanyaan tentang

penggunaan teorema phytagoras maupun prosedur pemecahan masalahnya.

Aktivitas siswa yang tinggi disebabkan karena penerapan metode pembelajaran

oleh guru merangsang siswa untuk mengikuti PBM dan melakukan kegiatan-kegiatan

yang sudah diarahkan oleh guru melalui LKS. Metode penemuan dipadu dengan metode

diskusi kelompok pada siklus 1 dan 2 serta paduan metode pemecahan masalah dengan

metode pembelajaran kelompok, sangat mendukung fenomena ini. Diskusi dilakukan

untuk membahas hasil pengamatan selama melakukan observasi maupun penemuan.

Hasil diskusi dituliskan dalam bentuk laporan sederhana sesuai dengan tuntunan LKS dan

guru. Interaksi antara guru dengan siswa secara dua arah telah terjalin. Hal tersebut dapat

dilihat dengan adanya dialog tanya jawab, bantuan guru terhadap siswa yang mengalami

kesulitan, keberadaan guru sebagai fasilitator dan sumber belajar (Sudjana, 2001).

Aktivitas siswa juga dipengaruhi oleh minat dan respon siswa dalam pembelajaran.

Dimana pada penelitian ini minat dan respon siswa cukup tinggi yaitu 83,33% pada siklus

1, 78,57% pada siklus 2 dan 80,95% pada siklus 3. Naik turunnya minat dan respon siswa

tergantung pada metode pembelajaran yang digunakan guru dan perangkat-perangkat

pendukungnya.

Pembelajaran Matematika Kontekstual dan Materi Teorema Phytagoras

Pada penelitian ini guru dan kolaborator bersama-sama berusaha menampilkan

pembelajaran yang relevan bagi siswa. Namun pada pelaksanaannya beberapa perangkat

kurang kontekstual, terutama pada siklus 2. Pada siklus ini dimaksudkan siswa dapat

mengerti mengenai prinsip kebalikan teorema Phytagoras dan tripel phytagoras. LKS

sebagai perangkat pembelajaran siklus ini hanya mengandung unsur penemuan, namun

tidak memberikan contoh-contoh yang riil atau sesuai konteks di lapangan. Dengan kata

52
lain LKS ini tidak membawa siswa mengaitkan antara konsep yang dipelajari dengan

keseharian siswa. Sedangkan pada siklus yang lain LKS maupun kartu masalah dapat

mengakomodasi siswa belajar dengan pendekatan kontekstual. Namun begitu ada sisi

positif pada siklus 2 yaitu siswa menjadi lebih aktif, baik aktif bertanya, mengemukakan

pendapat dan berdiskusi.

Tujuan pembelajaran yaitu agar siswa mampu memahami dan menggunakan atau

menerapkan teorema Phytagoras dalam kehidupan sehari-hari dapat tercapai. Ditunjukkan

dengan hasil belajar siswa maupun hasil kerja kelompok dalam pemecahan masalah yang

diberikan dengan nilai terendah yaitu 7.

Penerapan pendekatan kontekstual dapat terlaksana terlihat dari pelaksanaan

masing-masing komponen dari pendekatan kontekstual.

53
BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Sebelum dilaksanakannya penelitian hasil belajar siswa masih tergolong

rendah, yaitu 6,06, dengan aktivitas yang sedikit pula, yaitu hanya mendengarkan

penjelasan guru, mencatat materi dan mengerjakan latihan soal. Kesimpulannya

skenario pembelajaran harus diubah sehingga dapat meningkatkan kualitas

belajar, yang nantinya akan berimbas pada pencapaian tujuan pembelajaran.

Beberapa hasil penelitian antara lain diuraikan sebagai berikut.

1. Pada siklus 1 hasil belajar siswa menunjukkan rata-rata kelas 7,02, dengan nilai tertinggi

9 dan nilai terendah 3. Ketuntasan belajar, yaitu nilai ≥ 6,5 dicapai oleh 26 siswa

(61,90% dari jumlah siswa). Sedangkan keaktifan siswa dalam pembelajaran sudah cukup

tinggi yaitu 77,5 % siswa aktif.

2. Pada siklus 2 hasil belajar siswa menunjukkan rata-rata kelas yang sama dengan siklus 1,

yaitu 7,02, dengan nilai tertinggi 9 dan nilai terendah 4. Ketuntasan belajar, yaitu nilai ≥

6,5 juga sama dengan siklus 1, dicapai oleh 26 siswa (61,90% dari jumlah siswa).

Sedangkan keaktifan siswa dalam pembelajaran meningkat menjadi 82,5% siswa aktif.

3. Pada siklus 3 hasil belajar siswa meningkat, ditunjukkan dengan rata-rata kelas 7,48

dengan nilai tertinggi 9,5 dan nilai terendah 5,25. Ketuntasan belajar, yaitu nilai ≥ 6,5

meningkat jika dibandingkan dengan siklus sebelumnya yaitu dicapai oleh 35 siswa

(83,33% dari jumlah siswa). Aktivitas siswa mengalami penurunan menjadi 77,5% siswa

aktif, meskipun mengalami penurunan dibandingkan siklus sebelumnya, namun

merupakan peningkatan dibandingkan dengan sebelum penelitian.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran

matematika kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa

54
dalam KBM. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya ketuntasan belajar sampai

pada akhir siklus dan jumlah siswa yang aktif dengan berbagai kegiatan belajar

selama PBM.

B. Saran

1. Metode dan kreativitas guru perlu ditingkatkan dalam menyajikan materi pelajaran yang

dihubungkan dengan kenyataan dan penerapannya sehari-hari.

2. Mempersiapkan saran pembelajaran yang memadai sesuai dengan tujuan pembelajaran

dengan tetap memperhatikan relevansinya dengan kenyataan di lapangan.

3. Guru perlu memberikan motivasi pada siswa sebagai bentuk penguatan, baik berupa kata-

kata maupun sikap.

4. Guru memberikan keleluasaan kepada siswa untuk mengungkapkan ide-idenya.

55
DAFTAR PUSTAKA

___________. 1997. Science Encyclopedia. London: Kingfisher

___________. 1997. Garis-Garis Besar Program Pengajaran Mata Pelajaran Matematika SLTP.
Jakarta: Depdikbud

Asikin. 2003. Pembelajaran Matematika Berdasar Pendekatan Kontruktivisme dan CTL, Makalah
dalam Rangka Seminar TOT Guru se Jawa Tengah. Semarang

Astuti. 2003. Skripsi: Implementasi Pendekatan Kontekstual pada Pembelajaran Matematika


SLTP. Semarang

Asy’ari, Imam. 1997. Petunjuk Penulisan Naskah Ilmiah. Surabaya: Usaha


Nasional Surabaya Indonesia

Darsono, M. 2000. Belajar Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press

Depdikbud. 1993. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

De Porter, B. 2000. Quantum Teaching. Terjemahan: Ary Nilandari. Jakarta: Kaifa

Hudojo. 1990. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Grafindo Persada

Junaidi, D. 1999. Matematika untuk SLTP Kelas 2. Jakarta: Mizan

Junaidi, S. 2002. Matematika untuk SLTP Kelas 2. Jakarta: Esis

Nurhadi. 2002. Contextual Teaching and Learning (CTL). Jakarta: Depdiknas

Nurhadi. 2004. Pendekatan Kontekstual dan Pendekatannya dalam KBK. Malang: UNM
Priyono, B. 2001. Makalah: Action Research sebagai Strategi Peningkatan Profesionalisme Guru.
Semarang: tidak diterbitkan

Rustana. 2002. Pembelajaran dan Pengajaran Kontekstual, Jakarta: Depdiknas

Sudjana. 1996. Metode Statistika.Bandung: Tarsito

Suyitno, Amin. 1997. Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran Matematika 1. Semarang: handout

56
PROGRAM SATUAN PELAJARAN

Mata Pelajaran :

Matematika

Pokok Bahasan : 3.1 Teorema Phytagoras

Sub Pokok Bahasan: 3.1.1 Pendahuluan

3.1.2 Teorema Phytagoras

3.1.3 Tripel Phytagoras

3.1.4 Penggunaan Teorema Phytagoras

Kelas/ Semester : II (dua)

Tahun Pelajaran : 2004/2005

Waktu : 12 JP (6 pertemuan)

I. TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM

Siswa dapat menggunakan Teorema Phytagoras dalam soal-soal bangun datar,

bangun ruang dan dalam kehidupan sehari-hari.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS

A. Siklus 1 ( Pertemuan 1 dan 2)

Setelah melakuan observasi dan analisa sederhana siswa dapat:

1. menemukan Teorema Phytagoras

2. menyatakan rumus Phytagoras pada segitiga siku-siku

3. menggunakan teorema Phytagoras untuk menghitung panjang salah satu

sisi segitiga siku-siku jika dua sisi lainnya diketahui

57
B. Siklus 2 (Pertemuan 3 dan 4)

Setelah melakuan observasi dan analisa sederhana siswa dapat:

4. menyebutkan tiga bilangan yang merupakan tripel Phytagoras

5. menyatakan kebalikan dari teorema Phytagoras

C. Siklus 3 (Pertemuan 5 dan 6)

6. menggunakan Teorema Phytagoras untuk menyelesaikan soal-soal pada

bangun datar atau bangun ruang

7. menyelesaikan soal cerita (permasalahan dalam kehidupan sehari-hari)

dengan Teorema Phytagoras

III. MATERI PELAJARAN

A. Siklus 1 (Pertemuan 1 dan 2)

3.1.1 Pendahuluan

3.1.2 Teorema Phytagoras

B. Siklus 2 (Pertemuan 3 dan 4)

3.1.2 Teorema Phytagoras

3.1.3 Tripel Phytagoras

C. Siklus 3 (Pertemuan 5 dan 6)

3.1.4 Penggunaan Teorema Phytagoras

IV. KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR

No Pertemuan Materi Pelajaran Kegiatan

3.1.1 Pendahuluan Observasi, Analisa,


1 1 dan 2
3.1.2 Teorema Phytagoras dan Penemuan

58
3.1.2 Teorema Phytagoras Analisa, Penemuan
2 3 dan 4
3.1.3 Tripel Phytagoras dan Diskusi

3.1.4 Penggunaan Teorema


3 5 dan 6 Pemecahan masalah
Phytagoras

V. ALAT/SARANA DAN SUMBER BELAJAR

A. Alat dan Sarana

A.1. Siklus 1 (Pertemuan 1 dan 2)

1. Lembar Kerja Siswa

2. Benda-benda di kelas (meja, kursi, dll)

3. Mistar

A.2. Siklus 2 (Pertemuan 3 dan 4)

1. Lembar Kerja Siswa

A.3. Siklus 3 (Pertemuan 5 dan 6)

1. Kartu Masalah

B. Sumber Belajar

1. Buku Paket Kelas 2, Mizan, Dedi Junaidi, 1999

2. Buku Matematika SLTP Kelas 2, Esis, Syamsul Junaidi, 2002

VI. PENILAIAN

A. Prosedur

Penilaian hasil belajar dan hasil kerja kelompok

B. Alat Penilaian (terlampir)

59
RENCANA PEMBELAJARAN II

(RP 2)

Pokok Bahasan : Teorema Phytagoras

Sub Pokok Bahasan : Teorema Phytagoras, Kebalikan teorema

Phytagoras,tripel Phytagoras

Kelas/Semester : 2/1

Waktu : 90’

A. TUJUAN

Tujuan Pembelajaran Umum: Siswa dapat menggnakan teorema

Phytagoras dalam soal-soal bangun datar, bangun ruang atau dalam kehidupan

sehari-hari.

Tujuan Pembelajaran Khusus: diharapkan siswa dapat

(1) menentukan kebalikan dari teorema phytagoras

(2) menentukan tripel phytagoras

(3) menentukan jenis suatu segitiga, siku-siku atau bukan

B. MEDIA

1. LKS 2

2. lembar presentasi

60
C. SKENARIO PEMBELAJARAN

Kegiatan guru Kegiatan siswa Waktu Keterangan

Pendahuluan - menyampaikan - memperhatikan keterangan

tuj. pembelajaran guru

- mengingatkan - menjawab pertanyaan guru questioning

siswa mengenai

pengertian

teorema

phytagoras

dengan bertanya

pada siswa

Inti - meminta siswa untuk - menempatkan diri sesuai Masy.

mengelompok sebagaimana kelompoknya belajar

pert. Sebelumnya

- membagikan perangkat

belajar, menjelaskan - mendengar penjelasan

penggunaan perangkat guru

belajar modelling

- memberi kesempatan pada

siswa untuk berdiskusi,

memotivasi siswa untuk - mengerjakan LKS,

mengungkapkan ide-ide berdiskusi, menemukan

konsep tentang tripel masy belajar,

61
phytagoras, kebalikan t. questioning,

phytagoras konstruktivis,

- memberikan kesempatan inquiry

pada siswa untuk

mempresentasikan hasil

karya

- memberikan kesempatan - perwakilan kelompok

untuk berdiskusi secara melakukan presentasi

klasikal dan memberikan

umpan pertanyaan yang - melakukan Tanya jawab

merangsang siswa untuk authentic

bertanya dan berpendapat assessment

- memberi kesempatan untuk - menyimpulkan hasil

menyimpulkan hasil karya diskusi

- menegaskan kesimpulan

dan menambah informasi - mendengarkan penjelasan questioning

baru guru

- membimbing siswa - mengerjakan evaluasi

melakukan evaluasi

authentic

ass., refleksi

Penutup - memberikan tugas - mencatat tugas yang

diberikan

62
D. PENILAIAN

1. Partisipasi siswa dalam kelompok

2. Presentasi kelompok

3. evaluasi siswa

63
RENCANA PEMBELAJARAN III

(RP 3)

Pokok Bahasan : Teorema Phytagoras

Sub Pokok Bahasan : Penggunaan Teorema Phytagoras

Kelas/Semester : 2/1

Waktu : 90’

A. TUJUAN

Tujuan Pembelajaran Umum: Siswa dapat menggnakan teorema

Phytagoras dalam soal-soal bangun datar, bangun ruang atau dalam kehidupan

sehari-hari.

Tujuan Pembelajaran Khusus: diharapkan siswa dapat

(1) menggunakan teorema phytagoras untuk menyelesaikan soal-soal

mengenai bangun datar

(2) menyelesaikan persoalan sehari-hari dengan teorema phytagoras

B. MEDIA

1. Kartu masalah

2. lembar presentasi

C. SKENARIO PEMBELAJARAN
Kegiatan guru Kegiatan siswa Waktu Keterangan

64
Pendahuluan - menyampaikan tuj. - memperhatikan keterangan

pembelajaran guru

- mengingatkan siswa - menjawab pertanyaan guru questioning

mengenai pengertian

teorema phytagoras, tripel

phytagoras, dan kebalikan t.

phytagoras dengan bertanya

pada siswa

Inti - meminta siswa untuk - menempatkan diri sesuai Masy.

mengelompok sebagaimana kelompoknya belajar

pert. sebelumnya

- membagikan perangkat - mendengar penjelasan guru

belajar, menjelaskan

penggunaan perangkat

belajar modelling

- memberi kesempatan pada - berdiskusi, menemukan

siswa untuk berdiskusi dan solusi dari kartu masalah

motivasi untuk yang diajukan tentang

mengungkapkan ide-ide. penggunaan teorema masy belajar,

phytagoras questioning,

konstruktivis,

- memberikan kesempatan - perwakilan kelompok inquiry

pada siswa untuk melakukan presentasi

65
mempresentasikan hasil

karya

- memberikan kesempatan - melakukan Tanya jawab

untuk berdiskusi secara authentic


assessment
klasikal, memberikan

pancingan pertanyaan yang

merangsang siswa untuk

ikut bertanya dan questioning

berpendapat

- memberi kesempatan untuk - menyimpulkan hasil diskusi

menyimpulkan hasil karya

- menegaskan kesimpulan dan - mendengarkan penjelasan authentic

menambah informasi baru guru ass., refleksi

membimbing siswa - mengerjakan evaluasi

melakukan evaluasi

Penutup - memberikan tugas - mencatat tugas yang

diberikan

D. PENILAIAN

1. Partisipasi siswa dalam kelompok


2. Presentasi kelompok
3. Evaluasi siswa

EVALUASI III

66
Pokok Bahasan: Teorema Pythagoras
Waktu : 30 menit

I. Pilihlah jawaban yang benar.

1. Segitiga-segitiga berikut ini adalah segitiga siku-siku, kecuali….


a. 5 cm, 12 cm dan 13 cm c. 9 cm, 12 cm dan 15 cm
b. 7 cm, 24 cm dan 25 cm d. 8 cm, 17 cm dan 20 cm
2. Berikut ini pernyataan yang benar adalah…..
a. pada ΔABC siku-siku di A berlaku a 2 + b 2 = c 2
b. pada ΔABC siku-siku di A berlaku b 2 + c 2 = a 2
c. pada ΔABC siku-siku di B berlaku a 2 + b 2 = c 2
d. pada ΔABC siku-siku di B berlaku b 2 + c 2 = a 2
3. Diketahui dua segitiga siku-siku. Luas segitiga yang pertama 6 cm2 dan
panjang sisi segitiga yang kedua adalah 6 cm, 8 cm, dan 10 cm. Perbandingan
luas daerah segitiga pertama dan kedua adalah….
a. 4:5 b. 3:5 c. 3:4 d. 1:4
4. Taman bunga milik Sari berbentuk segitiga EFGH yang dua sisinya saling
tegak lurus seperti tampak dalam gambar. Jika EF= 3 m, FG = 13 m, GH = 12
m, dan EH = 4 m. Pernyataan yang benar adalah….
a. ΔGEH siku-siku
G
b. ΔGEH tumpul
c. ΔEFH siku-siku
d. ΔEFH tumpul
H

E F

5. Seorang anak menaikkan layang-layang dengan benang yang panjangnya 300


m Jika tinggi layang-layang itu dari tanah 180 m, maka jarak anak tersebut
dari titik di tanah tepat di bawah layang-layang adalah….

67
a. 200 m b. 240 m c. 260 m d. 300 m

II. Jawablah dengan tepat!

1. a. Sebutkan bunyi dari teorema Pythagoras!


b. Sebutkan sepasang bilangan yang merupakan tripel Pythagoras
2. Diberikan kubus ABCD.EFGH dengan panjang
sisi 15 cm. Tentukan panjang diagonal sisi AC dan
diagonal ruang EC.
H G

E F

D
C

A B

3. Sebuah tangga yang panjangnya 3 m disandarkan pada tembok. Jarak antara

ujung bawah tangga dengan tembok adalah 1,4 m. Tentukan tinggi tembok

yang dicapai oleh tangga!

TEKUN, TELITI DAN DOA ADALAH KUNCI


KESUKSESAN

Lampiran 8 LEMBAR KERJA SISWA 1

Pokok Bahasan : Teorema Phytagoras


Kelas/Semester : 2/2
Waktu : 2 JP (2 x 45’)

68
TEOREMA PHYTAGORAS 

Pernahkah kalian memperhatikan benda-benda disekitarmu? Seperti kuda-kuda rumah,

televisi, meja kursikayu, buku tulis, papan tulis dan lain-lain.

Perhatikan bentuknya? Kebanyakan merupakan bangun segiempat. Tentu mereka

mempunyai sudut siku-siku. Pernahkah terpikir oleh kalian mengapa pembuatnya dapat

membuat bentuknya lurus alias tidak miring? Itulah salah satu akibat penggunaan teorema

Phytagoras.

4. Coba perhatikan benda-benda di sekitarmu. Adakah benda yang mempunyai sudut siku-

siku? Coba sebutkan!

5. Coba ukurlah panjang sisinya!Tuliskan hasilnya pada tabel di bawah ini

Panjang sisi Siku-siku


Panjang diago-
I II a2 b2 c2
nal/sisi miring (c cm)
(a cm) (b cm)
Benda I
Benda II
Benda III
Dari hasil pengukuran tersebut, setelah dianalisa, kesimpulan mu:
……………………………………………………………………
6. Lengkapilah tabel berikut berdasarkan kesimpulan yang ada!
Panjang sisi kuadrat sisi Panjang sisi kuadrat sisi
9 …….. 10 ………
40 …….. + 24 ……… +
…… …….. ……. ………
9 ? 26
10

40 ?
Lampiran 9 LEMBAR KERJA SISWA II
BELAJARLAH DENGAN TEKUN DAN TELITI
Pokok Bahasan : Teorema Phytagoras
Kelas/Semester : 2/2
Waktu : 2 JP (2 x 45’)

69
TEOREMA PHYTAGORAS

Telah kita ketahui bahwa untuk segitiga ABC yang siku-sikunya di A berlaku: a2 =
b2 + c2. Maka dapat kita analogikan bahwa:
Untuk Δ ABC yang siku-sikunya di B berlaku:……………..
Untuk Δ ABC yang siku-sikunya di C berlaku:……………..
Itulah yang kita sebut sebagai kebalikan dari Teorema Phytagoras
Jadi
Untuk setiap Δ ABC siku-siku dengan sisi a, b dan c berlaku:
Bila a2 = b2 + c2, maka Δ ABC yang siku-sikunya di A
Bila ………….., maka Δ ABC yang siku-sikunya di B
Bila ………….., maka Δ ABC yang siku-sikunya di C

TRIPEL PHYTAGORAS

Berikut beberapa pasangan bilangan asli:


a. 3, 4, 5 memenuhi teorema phytagoras karena ……………….
b. 2, 3, 4 tidak memenuhi teorema phytagoras karena ……………..
c. 5, 12, 13 memenuhi teorema phytagoras karena ………………
contoh a dan c merupakan tripel Phytagoras, sedangkan b bukan tripel Phytagoras.
Jadi Tripel Phytagoras adalah ……………………………………………………………

Lengkapilah
m n …… …… …… Tripel
tabel tersebut !
Phytagoras
2 1 5 3 4 5, 3,4
3 1 10 8 6 10, 8, 6
3 2 13 5 12 13, 5, 12
4 1 17 15 8 17, 15, 8
4 2 20 12 16 20, 12, 16
dst dst m>n, m ≠ n; m,n
∈ A itu syaratnya

Lampiran 11

Tabel 1. Hasil Pengamatan Kegiatan Guru pada Siklus 1

No Dilakukan Penilaian

70
Ya Tidak 1 2 3 4

Melaksanakan prosedur
1. √
pembelajaran.
2. Memotivasi siswa √ √
Memberi perhatian pada
3. √ √
siswa
Mendorong siswa melakukan
4. √ √
eksperimen atau penemuan
Siswa diberi kesempatan
5. √ √
menggali ide
Mendorong siswa untuk
6. √ √
bertanya
Mendorong siswa untuk
7. berdiskusi dan berinteraksi √ √
dengan teman
Memberi model tentang
8. √ √
bagaimana belajar
Memberi kesempatan pada
9. siswa untuk melakukan √ √
refleksi

71
10. Memberi tugas dan penilaian √ √

Lampiran 12

Tabel 2. Hasil Pengamatan Kegiatan Guru pada Siklus 2

Dilakukan Penilaian
Aspek yang diamati
No  Ya Tidak 1 2 3 4
Melaksanakan prosedur
1. √ √
pembelajaran.
2. Memotivasi siswa √ √
Memberi perhatian pada
3. √ √
siswa
Mendorong siswa melakukan
4. √ √
eksperimen atau penemuan
Siswa diberi kesempatan
5. √ √
menggali ide
Mendorong siswa untuk
6. √ √
bertanya
Mendorong siswa untuk
7. berdiskusi dan berinteraksi √ √
dengan teman
Memberi model tentang
8. √ √
bagaimana belajar
Memberi kesempatan pada
9. siswa untuk melakukan √ √
refleksi

72
10. Memberi tugas dan penilaian √ √

Lampiran 13

Tabel 3. Hasil Pengamatan Kegiatan Guru pada Siklus 3 
Dilakukan Penilaian
No Aspek yang diamati
Ya Tidak 1 2 3 4
Melaksanakan prosedur
1. √ √
pembelajaran.
2. Memotivasi siswa √ √
Memberi perhatian pada
3. √ √
siswa
Mendorong siswa melakukan
4. eksperimen, penemuan atau √ √
pemecahan masalah
Siswa diberi kesempatan
5. √ √
menggali ide
Mendorong siswa untuk
6. √ √
bertanya
Mendorong siswa untuk
7. berdiskusi dan berinteraksi √ √
dengan teman
Memberi model tentang
8. √ √
bagaimana belajar

73
Memberi kesempatan pada
9. siswa untuk melakukan √ √
refleksi
10. Memberi tugas dan penilaian √ √

Lampiran 14

Tabel 4. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa dalam KBM pada Siklus 1

Dilakukan Penilaian
No Aspek yang diamati
Ya Tidak 1 2 3 4
1. Antusias mengikuti pelajaran √ √
Melakukan kegiatan
mengukur, menghitung,
2. √ √
mengamati, mencatat,
membuat tabel
Melakukan percobaan dan
3. √ √
penemuan
4. Membuat kesimpulan √ √
5. Saling bertanya √ √
6. Saling bekerjasama √ √
Memformulasikan gagasan
7. √ √
(tertulis)
Menyampaikan gagasan
8. √ √
(lisan)
9. Menyelesaikan masalah √ √

74
10. Melakukan refleksi √ √

Lampiran 15

Tabel 5. Hasil Pengamatan Keaktifan Siswa dalam KBM pada Siklus 2

Dilakukan Penilaian
No Aspek yang diamati
Ya Tidak 1 2 3 4
1. Antusias mengikuti pelajaran √ √
Melakukan kegiatan
mengukur, menghitung,
2. √ √
mengamati, mencatat,
membuat tabel
Melakukan percobaan dan
3. √ √
penemuan
4. Membuat kesimpulan √ √
5. Saling bertanya √ √

6. Saling bekerjasama √ √

Memformulasikan gagasan
7. √ √
(tertulis)
Menyampaikan gagasan
8. √ √
(lisan)

75
9. Menyelesaikan masalah √ √

10. Melakukan refleksi √ √

Lampiran 16

Tabel 6.Hasil Pengamatan Keaktifan Siswa dalam KBM pada Siklus 3


Dilakukan Penilaian
No Aspek yang diamati
Ya Tidak 1 2 3 4
1. Antusias mengikuti pelajaran √ √
Melakukan kegiatan
mengukur, menghitung,
2. √ √
mengamati, mencatat,
membuat tabel
Melakukan percobaan dan
3. √
penemuan
4. Membuat kesimpulan √
5. Saling bertanya √ √

6. Saling bekerjasama √ √

Memformulasikan gagasan
7. √ √
(tertulis)
Menyampaikan gagasan
8. √ √
(lisan)

76
9. Menyelesaikan masalah √ √

10. Melakukan refleksi √ √

Lampiran 17

Tabel 7. Minat dan Respon Siswa pada Pembelajaran Siklus 1

minat dan respon siswa


(pembelajaran menyenangkan)
Tidak Setuju Setuju
8 siswa 34 siswa
(19,05%) (80,95%)

Tabel 8. Minat dan Respon Siswa pada Pembelajaran Siklus 2

minat dan respon siswa


(pembelajaran menyenangkan)
Tidak Setuju Setuju
7 siswa 35 siswa
(16,67%) (83,33%)

Tabel 9. Minat dan Respon Siswa pada Pembelajaran Siklus 3

77
minat dan respon siswa
(pembelajaran menyenangkan)
Tidak Setuju Setuju
9 siswa 33 siswa
(21,43%) (78,57%)

Lampiran 18

Tabel 10. Ringkasan Hasil Belajar Siswa pada Siklus 1


Ketuntasan belajar siswa Nilai rata- Nilai Nilai
(% atau jumlah siswa) rata kelas tertinggi terendah
61,90 % atau 26 siswa 7,02 9 3

Tabel 11. Ringkasan Hasil Belajar Siswa pada Siklus 2


Ketuntasan belajar siswa Nilai rata- Nilai Nilai
(% atau jumlah siswa) rata kelas tertinggi terendah
61,9% atau 26 siswa 7,02 9 4

Tabel 12. Ringkasan Hasil Belajar Siswa pada Siklus 3


Ketuntasan belajar siswa Nilai rata- Nilai Nilai
(%) atau jumlah siswa) rata kelas tertinggi terendah
83,33% atau 35 siswa 7,48 9,5 4

78
Lampiran 19

Tabel 13. Nilai Kelompok pada Siklus 1

Kerjasama Hasil evaluasi Nilai


Nama Kelompok
Kelompok kelompok Kelompok
Segitiga 8 8 8
Lingkaran 8 6 7
Ellips 9 9 9
Persegi 7,5 10 8,75
Jajar Genjang 7,5 10 8,75
Layang-layang 8 6 7
Trapesium 8,5 7 7,75
Belah ketupat 6,5 9 7,75
Persegi panjang 7 8 7,5
Segi delapan 7 10 8,5

Tabel 14. Nilai Kelompok pada Siklus 2

Kerjasama Hasil evaluasi Nilai


Nama Kelompok
Kelompok kelompok Kelompok

79
Segitiga 8 8 8
Lingkaran 8 10 9
Ellips 8 9 8,5
Persegi 8,5 9 8,75
Jajar Genjang 7 9 8
Layang-layang 7,5 8 7,75
Trapesium 7,5 9 8,25
Belah ketupat 7 6 6,75
Persegi panjang 8,5 10 9,25
Segi delapan 7 9 8
Tabel 15. Nilai Kelompok pada Siklus 3

Kerjasama Hasil evaluasi Nilai


Nama Kelompok
Kelompok kelompok Kelompok
Segitiga 9 10 9,5
Lingkaran 9 9 9
Ellips 8,5 10 9,25
Persegi 8 7 7,5
Jajar Genjang 8 8 8
Layang-layang 7 7 7
Trapesium 7,5 7 7,25
Belah ketupat 7,5 8 7,75
Persegi panjang 8 9 8,5
Segi delapan 7,5 9 8,25

80
Lampiran 20

Kriteria Penilaian Lembar Observasi untuk Guru

1. Melaksanakan prosedur pembelajaran


1 : melaksanakan prosedur pembelajaran sesuai RP
2 : menyampaikan tujuan
3 : memunculkan masalah
4 : tepat waktu
2. Memotivasi siswa
1 : memberi pesan untuk akhir pelajaran untuk pertemuan berikutnya
2 : memberi kata pancingan pada siswa yang belum percaya diri untuk

mengungkapkan pendapat

3 : memberi kata motivasi pada siswa


4 : memberi reward
3. Memberi perhatian pada siswa
1 : mengajar di depan kelas saja
2 : menegur siswa yang tidak memperhatikan
3 : menjelaskan dengan memandang seluruh siswa

81
4 : mengajar dengan sesekali mendatangi siswa, melihat pekerjaannya,
membimbing dan melibatkan siswa
4   Mendorong siswa melakukan eksperimen atau penemuan 
1 : menyediakan bahan untuk pengamatan dan minta persiapan siswa
2 : menjelaskan langkah-langkah sebelum dilaksanakan
3 : membimbing siswa jika kesulitan
4 : mendatangi kelompok dan membimbing tanpa diminta
5. Siswa diberi kesempatan menggali ide
1 : guru mendikte ide kepada siswa
2 : siswa diberi kesempatan menggali ide
3 : siswa diberi kesempatan diskusi tentang hipotesisnya
4 : siswa diberi kesempatan memberikan alsan prediksinya
6. Mendorong siswa untuk bertanya
1 : pertanyaan tidak dapat dipahami siswa
2 : menghubungkan pertanyaan dengan contoh di buku
3 : menghubungkan pertanyaan dengan peristiwa di masyarakat
4 : menghubungkan pertanyaan dengan contoh di lingkungan siswa
7. Mendorong siswa untuk berdiskusi dan berinteraksi dengan teman
1 : membagi kelompok
2 : memberikan soal tanya jawab bagi kelompok
3 : memberi pokok materi diskusi kelompok dan tanya jawab
4 : memberi tugas pada siswa secara kelompok
8. Memberi model tentang bagaimana belajar
1 : memberikan contoh yang abstrak
2 : model belajar dari alat peraga
3 : guru mencontohkan prosedur pemakaian alat, dan lainnya
4 : mengundang ahli
9. Memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan refleksi
1 : membimbing membuat hasil karya
2 : membimbing menyajikan hasil karya
3 : siswa diberi kesempatan melakukan evaluasi tertulis

82
4 : memberi kesempatan siswa membuat kesimpulan guna menegaskan
10. Memberi tugas dan penilaian
1 : memberi tugas, tidak dibahas
2 : memberikan tes
3 : memberi tugas kelompok
4 : melakukan evalusi tugas kelompok dan penilaian

Lampiran 21

KRITERIA PENILAIAN LEMBAR OBSERVASI KEGIATAN SISWA

1 : Jika banyaknya siswa yang melakukan kegiatan < 25 %

2 : Jika banyaknya siswa yang melakukan kegiatan 25 % - <50 %

3 : Jika banyaknya siswa yang melakukan kegiatan 50 % - < 75%

4 : Jika banyaknya siswa yang melakukan ≥ 75 %

83
Lampiran 22

Daftar Kelompok Belajar

Nama Anggota Nama Anggota


kelompok Kelompok
1. Nurkhayati 1. Hasan Sabila
2. Septiani Evi 2. A. Miftakhul K
3. Alfi 3. Ahmad Abdul L
Segitiga 4. Alkhosiatun Lingkaran 4. Lutfiyatun
1. Mir’atul 1. Fuad M
2. Istiana 2. Mustaslimin
3. Siswati 3. Mukhib
Oval 4. Nurul Persegi 4. Nur Khikmah
5. Anisatul
1. Siti Aliyah 1. M. soleh
2. Tri Susanti 2. Aji Sutomo
3. Irma A 3. Fiki
Belahketupat 4. Wening Trapesium 4. M.Khabib

84
1. Umniyatul 1. Abdi R
2. Dania 2. Ahmat Nurkhib
3. Uswatun 3. Azhis Purniawan
Persegi 4. Nurul Hidayati Segi delapan 4. Muhammad
panjang 5. Ika Ghofur
1. Choirul F 1. A. Wachid
2. Ahmad Akhsan 2. A. Zaenudin
3. Afifun Naji 3. M. Ghofar
Jajar genjang 4. Rul Aini Layang-layang 4. Mustaslimin

85
Lampiran 23 DAFTAR NILAI SISWA KELAS II

Nilai Ulangan Harian


No Nama
Siklus I Siklus II Siklus III
1 A. Abdul Latif 8 8 9
2 A. Miftakhul K 6 9 9.25
3 A. Nurrokhib 9 8 9
4 Achmad Wahid Ismail 3 6 5.25
5 Adi Sutomo 9 9 8
6 AfifunNaji 9 8 8
7 Ahmad Akhsan 4 4 5.25
8 Ahmad Zaenudin 4 5 4.25
9 Alfi Nur Arifah 8 4 9
10 Alkhosiatun 8 4 8
11 Anisatul Khomsah 6 9 7.75
12 Azis Purniawan 8 7 7.25
13 Dania Wahyu D 6 5 6.5
14 Ely Budiarti 5 5 6
15 fiky Aditya 6 6 8
16 Fuad M Aminudin 7 7 6.5
17 Hasan Sabila 6 8 9.5
18 Ika Fahmi wa 8 9 7.25
19 Irma Ariyani 8 9 7.5
20 Istianatu Solikhah 6 5 7.25
21 Khoirul Fahrudy 8 7 7
22 Lutfiatun N 8 9 7.75
23 M, Habib Imron 8 8 8
24 M. Sholeh Maksum 9 9 8
25 Mir'atul Azizah 6 5 9.25
26 Muhammad Ghofar 4 5 5.25
27 Muhammad Ghofur 7 8 7.25
28 Mukhib 8 6 7.75
29 Mustaqim Ariyanto 5 5 5.5
30 Mustaslimin 9 8 7.75
31 Nur Khikmah 7 5 6.75
32 Nurkhayati 8 9 7.75
33 Nurul Hidayati 6 8 7
34 Nurul Maksumah 6 9 9.25
35 Rull Aini 8 8 7.75
36 Setiani Evi Kuniawati 8 7 9
37 Siswati 8 9 9.25
38 Siti aliyah 7 6 8.5
39 Tri Susanti 8 6 7.5
40 Umniatul Fadhilah 6 6 7
41 Uswatu Khasanah 8 8 7.5
42 Wening Dwi Ariyani 8 8 5.25
Jumlah 294 294 314.5
Rata-rata 7.02 7.02 7.48

You might also like