Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
1|Page
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bagi masyarakat di pulau Jawa, nama temulawak pasti tidak asing lagi. Di
daerah Jawa Tengah, tanaman bernama Latin Curcuma xanthorhiza Roxb ini
dikenal sebagai minuman eksotik dengan cita rasa khas. Dengan mencampurkan
tanaman bersama gula dan kunyit, lalu diseduh dengan air panas akan
menghasilkan sebuah rasa tersendiri.
Tetapi sejak diketemukan banyak sekali obat-obat palsu dari badan POM,
banyak masyarakat yang takut untuk mengkonsumsi obat herbal, sehingga
masyarakat beralih kembali menggunakan obat-obat tradisional yang boleh
dikatakan bebas dari komponen impor. Salah satunya adalah rimpang temulawak
yang telah dikenal oleh nenek moyang kita sejak zaman dahulu. Selama ini, telah
banyak penelitian-penelitian yang dilakukan baik oleh ilmuwan Indonesia
maupun ilmuawan asing untuk membuktikan khasiat temulawak, tetapi karena
2|Page
belum adanya sistem pendokumentasiaan yang terpadu, maka belum semua hasil-
hasil penelitian tersebut dapat diakses oleh masyarakat umum.
Karena itu di dalam makalah ini akan dijelaskan tentang apa itu rimpang
temulawak, bagaimana proses hidupnya, klasifikasi, kegunaan dan kandungan
dari rimpang temulawak.
B. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
Mengetahui apa itu rimpang temulawak, bagaimana tumbuhannya dan
bagaimana bentuk dari rimpang temulak.
Mengetahui klasifikasi dari rimpang temulawak.
3|Page
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Ekologi
Secara alami temulawak tumbuh dengan baik di lahan-lahan yang teduh dan
terlindung dari teriknya sinar matahari. Di habitat alami rumpun tanaman ini
tumbuh subur di bawah naungan pohon bambu atau jati. Namun demikian
temulawak juga dapat dengan mudah ditemukan di tempat yang terik seperti tanah
tegalan. Secara umum tanaman ini memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap
berbagai cuaca di daerah beriklim tropis. Suhu udara yang baik untuk budidaya
tanaman ini antara 19-30 oC. Tanaman ini memerlukan curah hujan tahunan antara
1.000-4.000 mm/tahun. Perakaran temulawak dapat beradaptasi dengan baik pada
berbagai jenis tanah baik tanah berkapur, berpasir, agak berpasir maupun tanah-
tanah berat yang berliat. Temulawak dapat tumbuh pada ketinggian tempat 5-
1.000 m/dpl dengan ketinggian tempat optimum adalah 750 m/dpl.Kandungan
pati tertinggi didalam rimpang diperoleh pada tanaman yang ditanam pada
ketinggian 240 m/dpl. Temulawak yang ditanam di dataran tinggi menghasilkan
4|Page
rimpang yang hanya mengandung sedikit minyak atsiri. Tanaman ini lebih cocok
dikembangkan di dataran sedang.
Perbanyakan tanaman temulawak dilakukan menggunakan rimpang-
rimpangnya baik berupa rimpang induk (rimpang utama) maupun rimpang anakan
(rimpang cabang). Rimpang untuk bibit diambil dari tanaman tua yang sehat
berumur 10 -12 bulan.
Rimpang temulawak sejak lama dikenal sebagai bahan ramuan obat. Aroma
dan warna khas dari rimpang temulawak adalah berbau tajam dan daging buahnya
berwarna kekuning-kuningan.
B. Klasifikasi
Klasifikasi dari temulawak (Curcuma Xanthorrhiza, Roxb.) :
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Class : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Familia : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Spesies : Curcuma Xanthorrhiza Roxb.
Kingdom : Plantae
5|Page
Menambah nafsu makan.
Untuk mengatasi gangguan keputihan.
Untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan memelihara kesehatan.
Untuk mengobati sakit pinggang, asma, sakit kepala, masuk angin, maag,
sakit perut, sembelit, sakit cangkrang, cacar air, sariawan, jerawat dan sebagai
obat malaria.
Pengunaan bahan alam tumbuhan sebagai obat kini terpilah menjadi tiga
bagian, yaitu sebagai jamu, sediaan obat yang bahan dasarnya berupa simplisia,
cara pembuatannya masih sangat sederhana yaitu dengan cara digodog atau
diseduh dengan air panas, penggunaannya didasarkan pada pengalaman turun
temurun, serta tidak memiliki aspek jaminan pengendalian kualitas. Penggunaan
yang paling diinginkan adalah penggunaannya sebagai sediaan fitofarmaka, yaitu
sediaan seperti sediaan herbal terstandarkan, tetapi telah menjalani dan lulus
pengujian klinik. Sediaan fitofarmaka merupakan sediaan obat herbal yang
jaminan kualitasnya setara dengan obat sintetis.
Sediaan fitofarmaka temulawak adalah :
Fitofarmaka hepatoprotektor berdasarkan penggunaan tradisionalnya sebagai
obat sakit kuning.
Fitofarmaka anti ulser, berdasarkan penggunaan tradisionalnya sebagai obat
untuk mengatasi perut kembung dan gangguan pencernaan.
Fitofarmaka anti inflamasi.
Fitofarmaka anti diare.
Fitofarmaka anti malaria.
Fitofarmaka imunomodulator.
Fitofarmaka anti kanker.
6|Page
Selain sebagai sediaan untuk obat-obat fitofarmaka, berdasarkan pada
penggunaan tradisional dalam bentuk jamu gendong, temulawak sangat
memungkinkan diproduksi sebagai sediaan minuman kesehatan.
D. Deskripsi Tanaman
Tanaman berbatang semu dengan tinggi hingga lebih dari 1m tetapi kurang
dari 2m, berwarna hijau atau coklat gelap. Akar rimpang terbentuk dengan
sempurna dan bercabang kuat, berwarna kuning gelap. Tiap batang mempunyai
daun 2 – 9 helai dengan bentuk bundar memanjang sampai bangun lanset, warna
daun hijau atau coklat keunguan terang sampai gelap, panjang daun 31 – 84cm
dan lebar 10 – 18cm, panjang tangkai daun termasuk helaian 43 – 80cm.
Perbungaan lateral, tangkai ramping dan sisik berbentuk garis, panjang tangkai 9
– 23cm dan lebar 4 – 6cm, berdaun
pelindung banyak yang panjangnya
melebihi atau sebanding dengan mahkota
bunga.
Kelopak bunga berwarna putih berbulu,
panjang 8 – 13mm, mahkota bunga
berbentuk tabung dengan panjang
keseluruhan 4.5cm, helaian bunga
berbentuk bundar memanjang berwarna
putih dengan ujung yang berwarna merah
dadu atau merah, panjang 1.25 – 2cm dan
lebar 1cm.
7|Page
Daging buah (rimpang) temulawak mempunyai beberapa kandungan senyawa
kimia antara lain berupa fellandrean dan turmerol atau yang sering disebut
minyak menguap. Rimpang ini juga mengandung 48-59,64 % zat tepung, 1,6-2,2
% kurkumin dan 1,48-1,63 % minyak atsiri dan dipercaya dapat meningkatkan
kerja ginjal serta anti inflamasi.
Selain itu mengandung kamfer, glukosida, foluymetik karbinol. Dan kurkumin
yang terdapat pada rimpang tumbuhan ini bermanfaat sebagai acnevulgaris,
disamping sebagai anti inflamasi (anti radang) dan anti hepototoksik (anti
keracunan ).
F. Cara Pemakaian.
Cara pengolahan rimpang temulawak ini banyak pilihannya karena
disesuaikan dengan penyakit yang diobati.
Sakit Limfa
Bahan: 2 rimpang temulawak, 1/2 rimpang lengkuas, 1 genggam daun meniran.
Cara membuat: temulawak dan lengkuas diparut, kemudian semua bahan tersebut
direbus dengan 1 liter air sampai mendidih, dan disaring.
Cara menggunakan: diminum 1 kali sehari 1 cangkir.
Sakit Ginjal
Bahan: 2 rimpang temulawak, 1 genggam daun kumis kucing, 1 genggam daun
kacabeling.
Cara membuat : temulawak diiris tipis-tipis, kemudian direbus bersama dengan
bahan lainnya dengan 1 liter air, dan disaring.
Cara menggunakan: diminum selama 3 hari.
Asma
Bahan: 1 1/2 rimpang temulawak, 1 potong gula aren.
8|Page
Cara membuat: temulawak diiris tipis-tipis dan dikeringkan. Setelah kering
direbus dengan 5 gelas air ditambah 1 potong gula aren sampai mendidih hingga
tinggal 3 gelas, kemudian disaring.
Maag
Bahan: 1 rimpang temulawak.
Cara membuat: temulawak diiris tipis-tipis dan diangin-anginkan sebentar,
kemudian direbus dengan 5-7 gelas air sampai mendidih, dan disaring.
Cara menggunakan: diminum 1 kali sehari 1 gelas.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Temulawak merupakan tanaman obat berupa tumbuhan rumpun berbatang
semu.
Temulawak tumbuh dengan baik di lahan-lahan yang teduh dan terlindung dari
teriknya sinar matahari.
Temulawak sering digunakan untuk berbagai macam penyakit.
Contohnya untuk penyakit magh dan malaria.
Daging buah (rimpang) temulawak mempunyai beberapa kandungan senyawa
kimia antara lain berupa fellandrean dan turmerol atau yang sering disebut
minyak menguap
B. Saran
Semoga dalam pertemuan-pertemuan kuliah selanjutnya dapat lebih bagus dan
lebih efisien waktu serta lebih banyak berinteraksi dengan para audiens. Dan
9|Page
semoga semua sarana dan prasarana kuliah dapat ditingkatkan kelengkapannya.
Sehingga suasana belajar-mengajar dapat berjalan dengan baik dan kondusif serta
proses transfer ilmu pun dapat berlangsung sukses.
DAFTAR PUSTAKA
Html.2005.TEMULAWAK.
(http://www.warintek.ristek.go.id/pertanian/temulawak.pdf, 11 September
2008)
MW, Moelyono. 2007.Temulawak, ikon obat herbal Indonesia?.
(http://blogs.unpad.ac.id/moelyono/?p=14, 11 September 2008)
Purnomowati,Sri.1997.KhasiatTemulawak.
(http://www.indofarma.co.id/index.php?
option=com_content&task=view&id=21&Itemid=125, 11
September 2008)
10 | P a g e
LAMPIRAN
11 | P a g e
12 | P a g e