You are on page 1of 16

RESONANSI GELOMBANG BUNYI

Oleh:
XXXXXXX

ABSTRAK

Dalam percobaan kali ini,kita telah melakukan percobaan mengenai


resonansi gelombang bunyi dengan mengggunakan tabung resonansi. Tujuan
dilaksanakan percobaan ini adalah agar kita dapat memahami peristiwa resonansi
gelombang bunyi,menentukan kecepatan merambat gelombang suara di udara,dan
menentukan frekuensi garputala.
Gelombang bunyi termasuk gelombang longitudinal, karena arah rambat
bunyi sejajar dengan arah getarnya. Peristiwa resonansi gelombang suara mirip
dengan yang terjadi pada gelombang tali. Gelombang suara yang merambat di
dalam tabung berisi udara ketika sampai di ujung tabung maka gelombang tersebut
akan dipantulkan. Pada frekuensi gelombang suara tertentu, akan terjadi peristiwa
resonansi yang ditandai dengan terdengarnya dengung bunyi yang lebih keras
daripada ketika tidak terjadi resonansi. Jika terjadi resonansi, maka ujung tabung
yang tertutup merupakan titik simpul sedangkan ujung tabung terbuka sebagai
perut
Peristiwa resonansi adalah peristiwa ikut bergetarnya suatu benda sehingga
dapat memperkuat suara aslinya. Dengan adanya resonansi suara kita bisa
terdengar, sebab udara diselaput suara ikut bergetar pada saat selaput suara itu
ii

bergetar, dan juga berbagai alat musik terdengar nyaring karena adanya udara di
dalam ruang yang ikut beresonansi.
Percobaan ini menggunakan pipa organa untuk menentukan kecepatan suara di
udara, dengan menggunakan pipa kecil yang dapat diubah-ubah untuk mendapatkan
nada terkeras. Apabila diketahui panjang gelombang, frekuensi alat standart
(garputala), dan bilangan resonansinya maka kecepatan suara di udara dapat
ditentukan, dimana kolom udara sebelumnya mengalami koreksi sebesar “e”.
iii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................... ii

ABSTRAK.............................................................................................................. iii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1

1.2 Tujuan Percobaan............................................................................. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 3

BAB III PROSEDUR PERCOBAAN .......................................................................... 7

3.1 Alat dan Bahan.................................................................................. 7

3.2 Prosedur Percobaan.......................................................................... 8

BAB IV HASIL EKSPERIMEN dan PEMBAHASAN ................................................... 9

4.1 Tabbel Hasil Pengamatan.................................................................. 9

4.2 Data dan Poin Analisis....................................................................... 9

4.3 Pembahasan...................................................................................... 10

BAB V KESIMPULAN............................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA
iv

I.PENDAHULUAN

Dalam kehidupan sehari-hari kita mengetahui bahwa bunyi/suara dapat kita


dengar karena adanya gelombang dan kecepatan suara di udara yang
menghantarkan suara/bunyi tersebut sampai ke telinga kita. Itu disebabkan dengan
adanya benda yang bergetar yang menggetarkan benda lain sehingga dapat
memperkuat suara aslinya.
Percobaan ini menggunakan pipa organa untuk menentukan kecepatan suara
di udara, dengan menggunakan pipa kecil yang dapat diubah-ubah untuk
mendapatkan nada terkeras.
v

II. TINJAUAN PUSTAKA

Dua buah gelombang yang merambat dalam medium dapat dipandang sebagai
resultan dari penjumlahan kedua gelombang tersebut (superposisi gelombang). Hasil
dari superposisi ini menimbulkan berbagai fenomena yang menarik, seperti adanya
gelombang diam, pelayangan, interferensi, difraksi dan resonansi. Superposisi dari
suatu gelombang datang dengan gelombang pantulnya dapat menghasilkan suatu
gelombang yang dikenal dengan gelombang diam/stasioner. Jika gelombang
tersebut datang secara terus menerus maka superposisi antara gelombang datang
dan pantulan akan terus menerus terjadi dan akhirnya terjadi resonansi. Resonansi
umumnya terjadi jika gelombang mempunyai frekuensi yang sama atau mendekati
frekuensi alamiah sehingga terjadi amplitudo maksimum.
Bila garpu penala digetarkan diatas tabung resonansi, maka getaran garpu
penala ini akan menggetarkan kolom udara di dalam tabung resonansi. Dengan
mengatur panjang kolom udara di dalam tabung resonansi, maka akan terdengar
dengung garpu penala lebih keras, ini berarti terjadi resonansi.
Didalam tabung resonansi terjadi gelombang longitudinal diam (stasioner), dengan
sasarannya yaitu permukaan air sebagai simpul gelombang dan untuk mulut tabung
sebagai peut gelombang. Sebenarnya letak perut berada di sedikit di atas tabung.
Jaraknya kira-kira 0,3 kali diameter tabung. Resonansi terjadi jika frekuensi nada
dasar atau nada atas dari kolom udara sama dengan frekuensi garpu penala.
Bila resonansi terjadi pada nada dasar, maka terdapat satu simpul dan satu
perut pada saat itu berarti berlaku :
vi

1
l 1 +k = λ ………………………………………………………… (1.1)
4

Kolom udara

Dengan l1 : panjang kolom udara di dalam tabung minimum ketika terjadi


resonansi untuk yang pertama kali, dan panjang gelombang bunyi di udara.
Bila yang beresonansi adalah nada atas pertama maka akan terdapat dua
simpul dan dua perut, maka aka berlaku :

1
l 1 +k = λ ……………………………………………………………………. (1.2)
4
vii

L 2 : panjang kolom udara yang kedua setelah panjang minimum saat terjadi
resonansi, atau panjang kolom udara ketika terjadi resonansi untuk kedua kalinya.
Selanjutnya untuk untuk nada dasar yang ke-n, terdapat n simpul dan juga n
perut, akan memberikan panjang kolom udara ln dengan (n = 1,2,3,…) akan
memenuhi persamaan :

2n−1 2n−1
l n +k =( 4 )
λ atau l n= ( )
4
λ−k …………………… (1.3)

dengan demikian ё rata-rata dapat dihitung jika setiap terjadi resonansi


panjang kolom udara diukur.
Jika cepat rambat bunyi di udara adalah v sedangkan frekuensi garpu tala f dan
panjang ё akan berlaku hubungan :

V = λ f ……………………………………………………………………………… (1.4)

kombinasi persamaan (1.1) dan (1.4) akan memberikan hubungan :

V 1
l 1= −k …………………………………………………………………….... (1.5)
4 f

sedangkan kombinasi antara persamaan (1.3) dan (1.4) akan memberikan


hubungan :

v 1
:l + 4= λ
l1 1 4
1
l 1= λ−k
4
1v
l 1= −k
4f
viii

11
l 1= −k
4f

v ( 2 n−1 )
; l n+ k= λ
ln 4
( 2 n−1 )
l n= λ−k
4
( 2 n−1 ) v
l n= −k
4 f
( 2 nv−v )
l n= −k
4f
2 nv v
l n= − −k
4 f 4f
2v v
l n=
4f
n− (
4f
+k )
2v
l n= n−c
4f

Diperoleh persamaan :
2v v 2v
l n=
4f
n− (
4f
+k ) atau l n=
4f
n−c ........................................ (1.6)

dimana n = 1,2,3,… adalah orde resonansi, dan c= ( 4vf + k ) adalah tetapan.


Cepat rambat bunyi pada percoban ini adalah cepat rambat bunyi ketika
suhunya t°C atau T Kelvin yaitu suhu pada sat percobaan. Karena cepat rambat bunyi
di udra berbading lurus dengan akar suhu mutlaknya, maka cepat rambat bunyi
pada suhu 0°C atau 273 K yakni Vo dapat dicari dari hubungan : Vt

V0 T T ..................................................................................... (1.7)
Vt
=
T0√ √
=¿
273
¿
ix

Cepat rambat bunyi pada suhu kamar atau 27° C mestinya dapat dihitung
dengan mengacu ke Vo.
x

III. PROSEDUR PERCOBAAN

3.1. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah:

1. Tabung resonansi berskala berserta reservoirnya

2. Garputala

3. Pemukul garputala
xi

4. Janga sorong

3.2. Prosedur Percobaan

1. Ukurlah diameter bagian dalam dari tabung, usahakan mula-mula agar


permukaan air dalam tabung cukup tinggi dekat dengan ujung atas dan tabung
(dengan reservoir).
2. Ambil garputala yang frekuensinya diketahui.
3. Getarkan garputala yang telah diketahui frekuensinya dengan garputala
pemukulan garputala.
4. Catatlah kedudukan permukaan air, ketika terdengar suara yang sangat keras.
5. Turunkan lagi permukaan air, sampai resonansi lagi, catat lagi kedudukan
permukaan air.
6. Ulangi percobaan tersebut untuk memastikan tepatnya tempat-tempat
resonansi.
xii

IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Tabel hasil pengamatan

percobaan ke urut skala


resonansi resonansi
1 1 85 cm
  2 60 cm
  3 60 cm
2 1 90 cm
  2 80 cm
  3 70 cm

4.2. Data dan poin analisis

1. Frekuensi galputala = 426,6 Hz


2. Diameter tabung = 2,7 cm
3. Bilamana dapat terjadi resonansi?
Resonansi terjadi apabila gelombang datang secara terus-menerus dan
gelombang tesebut memiliki gelombang yang sama dengan atau mendekati
frekuensi alamiah, sehingga terjadi amplitudo yang maksimal
xiii

4. Lukislah Bentuk gelombang L=1/4λ,L=1/2 λ, L=3/4 λ.

1/4λ 1/2λ 3/4λ

4.3. Pembahasan

Resonansi merupakan peristiwa ikut bergetarnya benda lain karena sumber bunyi
dan benda yang digetarkan memiliki frekuensi yang sama atau kelipatannya. Gelombang
bunyi yang merambat dan mengalami resonansi itu merupakan gelombang longitudinal,
karena gelombang bunyi di udara arah getarnya sejajar dengan arah perambatannya.
Gelombang bunyi merupakan gelombang yang memerlukan medium parambatan berupa
udara. Sehingga bunyi tidak dapat merambat di ruang hampa udara.
Percobaan resonansi bunyi ini dilakukan untuk menghitung cepat rambat bunyi
di udara. Sebuah garpu tala dipukul kemudian didekatkan dengan tabung resonansi.
Resonansi pertama dilakukan dengan menurunkan selang aka air dalam tabung
resonansi akan bergerak turun, kemudian akan terdengar bunyi dengungan keras
yang pertama kalinya sebagai resonansi bunyi yang pertama dengan panjang kolom
udara l1. Dan bunyi dengungan keras yang kedua merupakan resonansi kedua
dengan panjang kolom udara l2. Panjang l1 dan l2 diukur dari mulut tabung, dimana
permukaan air sebagai simpul gelombang dan mulut tabung sebagai perut
gelombang. Letak perut gelombang berada kira-kira 0,3 kali diameter tabung di atas
skala angka nol pada tabung resonansi.
xiv

Resonansi terjadi jika frekuensi nada dasar atau nada atas dari kolom udara
sama dengan frekuensi garpu penala. Jika resonansi terjadi pada nada dasar maka
terdapat satu simpul dan satu perut, berarti pada keadaan ini berlaku:

1
l 1 +k = λ
4

Bila yang beresonansi adalah nada atas pertama maka terdapat dua simpul dan
dua perut, akan berlaku:

3
l 2 +k = λ
4

Untuk menentukan besarnya cepat rambat bunyi,maka dapat ditentukan


dengan persamaan v=λ f dengan λ di dapatkan dari

1 1
l 1 +k = λ dan l 1 +k = λ sehingga k dapat dieliminasi sehingga
4 4

1
l 1 +l 2= λ dan
2

λ=2 ( l 1+l 2 )

berdasarkan tabel yang terdapat pada buku giancoli c, douglas, maka cepat rambat
gelombang suara di udara adalah 331 m/s.
xv

V. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. Resonansi terjadi apabila frekuensi udara di dalam tabung resonansi sama


dengan frekuensi garpu penala.
b. Gelombang bunyi di udara adalah v = λ f
c. Asas kerja tabung resonansi dan garpu penala yaitu garpu penala yang sudah
digetarkan dan diletakkan di atas mulut tabung resonansi akan
menggetarkan udara yang ada di kolom udara.
d. Cepat rambat bunyi di udara bergantung pada suhu dan tekanan bunyi
diudara, tekanan udara tidak bergantung langsung,tetapi akan memberikan
pengaruh terhadap masa jenis udara(sifat inersia).sedangkan suhu akan
berpengaruh terhadap kekuatan interaksi partikel (sifat elastis). Pada
tekanan 1 atmosfer, pengaruh suhu terhadap cepat rambat bunyi dalam
udara dapat dideteksi dengan persamaan v= 331m/s+(0,6m/s 0) . T
xvi

DAFTAR PUSTAKA

Giancolli, Douglas. 2001. Fisika jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Tippler, Paul A. 1998. Fisika Untuk Sains dan Teknik. Jakarta: Erlangga.

Halliday dan Resnick; Fisika; Edisi ketiga; Penerbit Erlangga;Jakarta; 1978.

You might also like