Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
XXXXXXX
ABSTRAK
bergetar, dan juga berbagai alat musik terdengar nyaring karena adanya udara di
dalam ruang yang ikut beresonansi.
Percobaan ini menggunakan pipa organa untuk menentukan kecepatan suara di
udara, dengan menggunakan pipa kecil yang dapat diubah-ubah untuk mendapatkan
nada terkeras. Apabila diketahui panjang gelombang, frekuensi alat standart
(garputala), dan bilangan resonansinya maka kecepatan suara di udara dapat
ditentukan, dimana kolom udara sebelumnya mengalami koreksi sebesar “e”.
iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK.............................................................................................................. iii
4.3 Pembahasan...................................................................................... 10
BAB V KESIMPULAN............................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA
iv
I.PENDAHULUAN
Dua buah gelombang yang merambat dalam medium dapat dipandang sebagai
resultan dari penjumlahan kedua gelombang tersebut (superposisi gelombang). Hasil
dari superposisi ini menimbulkan berbagai fenomena yang menarik, seperti adanya
gelombang diam, pelayangan, interferensi, difraksi dan resonansi. Superposisi dari
suatu gelombang datang dengan gelombang pantulnya dapat menghasilkan suatu
gelombang yang dikenal dengan gelombang diam/stasioner. Jika gelombang
tersebut datang secara terus menerus maka superposisi antara gelombang datang
dan pantulan akan terus menerus terjadi dan akhirnya terjadi resonansi. Resonansi
umumnya terjadi jika gelombang mempunyai frekuensi yang sama atau mendekati
frekuensi alamiah sehingga terjadi amplitudo maksimum.
Bila garpu penala digetarkan diatas tabung resonansi, maka getaran garpu
penala ini akan menggetarkan kolom udara di dalam tabung resonansi. Dengan
mengatur panjang kolom udara di dalam tabung resonansi, maka akan terdengar
dengung garpu penala lebih keras, ini berarti terjadi resonansi.
Didalam tabung resonansi terjadi gelombang longitudinal diam (stasioner), dengan
sasarannya yaitu permukaan air sebagai simpul gelombang dan untuk mulut tabung
sebagai peut gelombang. Sebenarnya letak perut berada di sedikit di atas tabung.
Jaraknya kira-kira 0,3 kali diameter tabung. Resonansi terjadi jika frekuensi nada
dasar atau nada atas dari kolom udara sama dengan frekuensi garpu penala.
Bila resonansi terjadi pada nada dasar, maka terdapat satu simpul dan satu
perut pada saat itu berarti berlaku :
vi
1
l 1 +k = λ ………………………………………………………… (1.1)
4
Kolom udara
1
l 1 +k = λ ……………………………………………………………………. (1.2)
4
vii
L 2 : panjang kolom udara yang kedua setelah panjang minimum saat terjadi
resonansi, atau panjang kolom udara ketika terjadi resonansi untuk kedua kalinya.
Selanjutnya untuk untuk nada dasar yang ke-n, terdapat n simpul dan juga n
perut, akan memberikan panjang kolom udara ln dengan (n = 1,2,3,…) akan
memenuhi persamaan :
2n−1 2n−1
l n +k =( 4 )
λ atau l n= ( )
4
λ−k …………………… (1.3)
V = λ f ……………………………………………………………………………… (1.4)
V 1
l 1= −k …………………………………………………………………….... (1.5)
4 f
v 1
:l + 4= λ
l1 1 4
1
l 1= λ−k
4
1v
l 1= −k
4f
viii
11
l 1= −k
4f
v ( 2 n−1 )
; l n+ k= λ
ln 4
( 2 n−1 )
l n= λ−k
4
( 2 n−1 ) v
l n= −k
4 f
( 2 nv−v )
l n= −k
4f
2 nv v
l n= − −k
4 f 4f
2v v
l n=
4f
n− (
4f
+k )
2v
l n= n−c
4f
Diperoleh persamaan :
2v v 2v
l n=
4f
n− (
4f
+k ) atau l n=
4f
n−c ........................................ (1.6)
V0 T T ..................................................................................... (1.7)
Vt
=
T0√ √
=¿
273
¿
ix
Cepat rambat bunyi pada suhu kamar atau 27° C mestinya dapat dihitung
dengan mengacu ke Vo.
x
2. Garputala
3. Pemukul garputala
xi
4. Janga sorong
4.3. Pembahasan
Resonansi merupakan peristiwa ikut bergetarnya benda lain karena sumber bunyi
dan benda yang digetarkan memiliki frekuensi yang sama atau kelipatannya. Gelombang
bunyi yang merambat dan mengalami resonansi itu merupakan gelombang longitudinal,
karena gelombang bunyi di udara arah getarnya sejajar dengan arah perambatannya.
Gelombang bunyi merupakan gelombang yang memerlukan medium parambatan berupa
udara. Sehingga bunyi tidak dapat merambat di ruang hampa udara.
Percobaan resonansi bunyi ini dilakukan untuk menghitung cepat rambat bunyi
di udara. Sebuah garpu tala dipukul kemudian didekatkan dengan tabung resonansi.
Resonansi pertama dilakukan dengan menurunkan selang aka air dalam tabung
resonansi akan bergerak turun, kemudian akan terdengar bunyi dengungan keras
yang pertama kalinya sebagai resonansi bunyi yang pertama dengan panjang kolom
udara l1. Dan bunyi dengungan keras yang kedua merupakan resonansi kedua
dengan panjang kolom udara l2. Panjang l1 dan l2 diukur dari mulut tabung, dimana
permukaan air sebagai simpul gelombang dan mulut tabung sebagai perut
gelombang. Letak perut gelombang berada kira-kira 0,3 kali diameter tabung di atas
skala angka nol pada tabung resonansi.
xiv
Resonansi terjadi jika frekuensi nada dasar atau nada atas dari kolom udara
sama dengan frekuensi garpu penala. Jika resonansi terjadi pada nada dasar maka
terdapat satu simpul dan satu perut, berarti pada keadaan ini berlaku:
1
l 1 +k = λ
4
Bila yang beresonansi adalah nada atas pertama maka terdapat dua simpul dan
dua perut, akan berlaku:
3
l 2 +k = λ
4
1 1
l 1 +k = λ dan l 1 +k = λ sehingga k dapat dieliminasi sehingga
4 4
1
l 1 +l 2= λ dan
2
λ=2 ( l 1+l 2 )
berdasarkan tabel yang terdapat pada buku giancoli c, douglas, maka cepat rambat
gelombang suara di udara adalah 331 m/s.
xv
V. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Tippler, Paul A. 1998. Fisika Untuk Sains dan Teknik. Jakarta: Erlangga.