You are on page 1of 11

Hukum Mewarnai Rambut

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Dewasa ini kita semua telah menyaksikan sendiri atau bahkan kita pun
pernah melakukan hal tersebut. Hal yang memang terlihat sepele,
namun sebenarnya punya dasar-dasar hukumnya.
Yakni, masalah menyemir rambut.
Tak asing lagi bagi kita, mendengar atau melihat orang-orang yang
tadinya beruban namun “tiba-tiba kembali” seperti muda lagi, atau para
remaja sampai dewasa yang mempunyai warna rambut yang
“ngejreng”, mulai dari warna gelap sampai warna yang begitu
mencolok. Baik pria ataupun wanita.

Banyak motif mungkin yang membuat rambut itu menjadi tidak seperti
adanya. Mulai dari motif ingin mempercantik diri, motif
ketidaknyamanan dengan keadaan yang sebenarnya, bahkan motif
taqlid yang sekedar ingin dianggap “gaul”. Sayangnya, alasan yang
terakhir ini adalah alasan yang banyak dilontarkan oleh kaum muda
yang tidak mafhum asal-usul dan dasarnya.

Jika muncul pertanyaan: “Bukankah memang dibolehkan oleh Rosul,


asalkan jangan menyemir rambut dengan yang berwarna hitam?”.
Hemat saya, memang sebenarnya, mewarnai rambut telah ada
semenjak zaman Rosul. Tapi kita tak boleh membayangkan
bahwasannya pada zaman rosul diperbolehkannya mewarnai rambut
adalah untuk sekedar “gaul” atau pun misalnya, ada yang
membayangkan mungkin saja pada saat itu sahabat yang dibolehkan
menyemir rambut untuk tujuan “modis”?

Tidak. Tidak seperti itu.

Maka yang ingin saya coba uraikan disini adalah tidak hanya hukum
mewarnai rambut. Tapi juga, pandangan saya terhadap tujuan-tujuan
menyemir rambut itu sendiri. Yang tentu saja. Dimulai dari sebuah
tujuan atau niat itu sendirilah yang membuat adanya suatu hukum. Bisa
makruh, mubah, haram, sunnah, bahkan wajib.

1
Hukum Mewarnai Rambut

Oleh karena itu, perlunya mendefinisikan pemahaman-pemahaman


kita tentang masalah ini. Karena membiarkan suatu pemahaman tanpa
pendefinisian yang jelas akan membuat suatu masalah menjadi seperti
karet yang dapat ditarik ulur dan kembali pada keadaan semula, serta
membuat setiap orang awam dapat menafsirkannya sekehendak
hatinya. Ini tentunya amat berbahaya.

Dan jika terdapat perbedaan para ulama tersebut, saya fikir itu wajar.
Karena ijtihad seseorang tidak mungkin sama persis. Dengan catatan,
hasil ijtihad tersebut mempunyai dalil naqli yang jelas, kuat, dan
shohih. Karena segala sesuatu sudah selayaknya dapat
dipertanggungjawabkan. Apalagi ini menyangkut hajat hidup orang
banyak.
Dan kita sebagai muslim, patutlah untuk selalu merujuk pada Al-Quran
dan hadits juga ijtihad ‘alim Ulama.

B. RUMUSAN MASALAH

• Bagaimana hukum mewarnai rambut dengan berbagai warna,


baik itu warna hitam ataupun warna selain hitam?

2
Hukum Mewarnai Rambut

C. PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN

Sebelum kita membahas lebih jauh mengenai hukum mewarnai rambut


yang dilandasi as-Sunnah, kita harus mengerti juga apa itu AsSunnah.

Menurut para ahli ushul fiqih, sunnah adalah apa yang diriwayatkan
dari Nabi saw., berupa ucapan, perbuatan, atau persetujuan. Ia dalam
pandangan ulama ushul ini, adalah salah satu sumber dari berbagai
sumber syariat. Oleh karena itu, ia bergandengan dengan Al-Qur'an.
Misalnya, ada redaksi ulama yang mengatakan tentang hukum sesuatu:
masalah ini telah ditetapkan hukumnya oleh Al-Qur'an dan sunnah.

Sementara, para ahli hadits menambah definisi lain tentang sunnah.


Mereka mengatakan bahwa sunnah adalah apa yang dinisbatkan
kepada Nabi saw, berupa ucapan, perbuatan, persetujuan, atau
deskripsi--baik fisik maupun akhlak--atau juga sirah (biografi Rasul
saw.).

Menurut Abdul Wahab Khallaf Assunnah itu bertujuan untuk


pemberlakuan syariat. Yang mempunyai tujuan untuk mewujudkan
kemaslahatan manusia dalam kehidupan ini dengan menarik segala
sesuatu yang manfaat dan menolak sesuatu yang mudharat.

3
Hukum Mewarnai Rambut

HUKUM MENYEMIR RAMBUT

Hukum mewarnakan rambut perlu dilihat dari berbagai aspek, seperti


tujuan mewarnainya, jenis-jenis warna dan pihak-pihak yang terlibat
dengan kegiatan mewarna serta kesannya kepada diri, keluarga dan
masyarakat.

Hadist - Hadist yang menunjukan tentang semir rambut adalah sunah


fitrah, yang berarti sunah fitrah adalah masalah-masalah yang sudah
ada sejak zaman dahulu.

Seperti kutipan sebuah hadits yang menjadi dasar hukum:

Dari Jabir r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. didatangi oleh para sahabat
dengan disertai oleh Abu Quhafah yaitu ayahnya Abu Bakar as-
Shiddiq radhiallahu 'anhuma pada hari pembebasan kota Makkah,
sedang kepala dan janggut Abu Quhafah itu sudah putih bagaikan
bunga tsaghamah, kemudian Rasulullah s.a.w. bersabda: "Ubahlah
olehmu semua warna putih ini, tetapi jauhilah -yakni janganlah
menggunakan -warna hitam." (Riwayat Muslim)

Berdasarkan hadist di atas, dalam hal ini, saya mencoba


mengklasifikasikan hukum menyemir rambut tersebut kedalam 3 hal.
Yakni kita jangan hanya memahaminya secara tekstual saja, namun
secara kondisional dan fungsional.

Sebelum saya mengklasifikasinya, kita perlu mengetahui juga


pendapat-pendapat para ulama berdasarkan ilmu dan mazhab masing-
masing.

4
Hukum Mewarnai Rambut

2. PERBEDAAN PENDAPAT TENTANG MENYEMIR RAMBUT

Dari buku fikih sunah ada perbedaan pendapat beberapa ulama karena
para sahabat ada yang menyemir rambutnya dan ada yang tidak, karena
ada hadist yang menyatakan :

Dari 'Amr bin Syu'aib dari ayahnya dari neneknya lelaki r.a. dari Nabi
s.a.w., sabdanya: "Janganlah engkau semua mencabuti uban, sebab
uban itu adalah merupakan cahaya seorang Muslim pada hari kiamat."
Hadis hasan yang diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan
Tirmidzi serta Nasa'i dengan sanad-sanad yang bagus.

Imam Termidzi mengatakan bahwa


Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Rasulullah s a w bersabda:
"Barangsiapa yang mengerjakan sesuatu amalan yang tidak ada
perintah dari kita, maka amalan itu wajib ditolak."

Pandangan Hukum menyemir rambut dengan warna hitam, menurut


para ulama.

1) Makruh

Menurut Mazhab Maliki, Abu Hanifah, sebagian ulama Syafi’I


seperti Imam Ghazali, AL baghawi.
Tapi jika Alasan menghitamkan rambut adalah bertujuan untuk
menakutkan musuh di dalam peperangan, maka hukumnya
adalah harus.

Dalil yang dijadikan landasannya adalah


a) Sabda Nabi SAW : "Tukarlah ia (warna rambut, janggut
misai) dan jauhilah dari warna hitam" (Shohih Muslim)
b) Berkata Ibn Umar ra : "Kekuningan pewarna para mukmin,
kemerahan pewarna para Muslimin, Hitam pewarna puak

5
Hukum Mewarnai Rambut

Kuffar" (Riwayat At-Tobrani, Al-Haithami)

c) Nabi SAW bersabda : "Barangsiapa yang mewarnakan


rambutnya dengan warna hitam, nescaya Allah akan
menghitamkan wajahnya di akhirat kelak" (Al-Haithami,
bagaimanapun Ibn Hajar berkata seorang perawinya agak
lemah, bagaimanapun rawi tersebut diterima oleh Imam Yahya
Mai'en dan Imam Ahmad)

2) Haram

Ini adalah pandangan Mahzab Syafi’i. Dikecualikan jika untuk


jihad. Mereka berdalil dengan dalil kumpulan pertama tadi.

3) Harus tanpa makruh

Yang berpendapat seperti ini adalah Imam Abu Yusuf dan Ibn
Sirin

Dalil mereka :

a) Sabda Nabi SAW : "Sebaik-baik pewarna yang kamu


gunakan adalah warna hitam ini, ia lebih digemari oleh isteri2
kamu, dan lebih dpt menakutkan musuh" (Riwayat Ibn Majah,
bagaimanapun ia adalah hadith Dhoif)
b) Diriwayatakan bhw sahabat dan tabi'ein ramai juga yang
mewarnakan rambut mrk dengan warna hitam. Antara Sa'ad,
‘Uqbah bin ‘Amir, Az-Zuhri dan diakui oleh Hasan Al-Basri.
(Lihat Fath al-Bari, Majma' az-Zawaid dan Tahzib al-Atharoleh
At-Tabari)

6
Hukum Mewarnai Rambut

Dari sekian pandangna para ulama tersebut, Ust. Zaharudin Abd


Rahman menyimpulkan :
Hadist yang melarang maksudnya adalah melarang karena dengan
yang tadinya terlihat tua dan beruban tapi jika disemir oleh warna
muda menjadi terlihat muda. Baik itu dikalangan wanita ataupun pria.

Adapun hadist yang membolehkan, maksudnya adalah dalam keadaan


yang tidak melanggar syara’. Seperti perang untuk menakuti musuh
ataupun tidak mengandung unsur penipuan, seperti merawat penyakit.

FENOMENA DALAM MASYARAKAT

• Wanita dalam Menyemir Rambut

Jika dalam pemaparan diatas yang lebih dominan menitik beratkan


pada pria, namun kenyataannya kini wanita pun tak jarang
melakukan penyemiran rambut.
Wanita kini sanggup melakukan berbagai cara untuk terlihat cantik.
Termasuk menyemir rambut dengan warna yang tidak hanya hitam
melainkan juga warna-warna pirang.

Pensyarah Jabatan Fiqh dan Usul, Akademi Pengajian Islam,


Universiti Malaya, Prof. Madya Dr. Anisah Ab. Ghani berkata,
menjaga kecantikan memang digalakkan oleh Islam tetapi
pelaksanaannya mestilah berlandaskan hukum syara’.

Dr. Anisah menegaskan, penggunaan pewarna rambut untuk tujuan


mewarna mestilah menepati tiga syarat yaitu boleh menyerap air
supaya air sembahyang dan mandi wajib sah, tidak mengandungi
bahan yang kemudaratan pada kulit dan bahan tidak bercampur
dengan najis.

Jika niatnya untuk mempercantik diri di depan suami, itu boleh dan
dianjurkan.

7
Hukum Mewarnai Rambut

Tapi yang terjadi belakangan ini adalah, justeru ‘modis’ para


wanita tersebut dalam hal mewarnai rambut, malah diperlihatkan
pada yang bukan muhrimnya. Tentu itu haram hukumnya.
Jangankan mewarnai rambut, memperlihatkan rambutnya pada
yang bukan muhrim saja tidak boleh.

”Seorang wanita dilarang berhias untuk selain suaminya” ( H.R.


Ahmad, Abu Daud, dan An Nasa’i)

• Tasabuh dalam menyemir rambut.

Jika pada zaman Rosul, perintah menyemir rambut adalah karena


agar tidak menyerupai kaum kafir yang pada waktu itu tidak
menyemir rambutnya. Maka kini, tidak sedikit orang muslim yang
menyemir rambutnya justeru mengikuti gaya orang kafir.
Mulai dari dark blonde, dark nlonde copper, chocolate brown,
brown, mocha, dan hazel, juga warna-warna gelap dan terang
lainnya.

Padahal Rosul memerintahkan kita agar tidak taqlid atau tasabuh


pada suatu kaum dan mengikuti mereka( yahudi, nasrsani), agar
selamanya kepribadian umat muslim berbeda dengannya.

Dalam hadist yang diriwayatkan Abu Huhrairah , Rosulullah


mengatakan:

“ Sesungguhnya orang yahudi dan nasrani tidak mau menyemir


rambut mereka karena itu berbedalah dengan mereka” ( riwayat
Bukhari)

8
Hukum Mewarnai Rambut

Namun sekarang, merekapun menyemir rambutnya, maka lebih baik,


jika memang bukan karena alasan yang syar’i, kita tak perlu mewarnai
rambut kita. Karena dengan mewarnai rambut kita, secara langsung
ataupun tidak akan menyerupai yahudi dan nasrani.

Seperti yang telah saya sebutkan tadi, bahwasannya saya akan


membagi atau mengklasifikasi mengenai hukum mewarnai rambut,
khususnya yang berkaitan dengan pewarna yang berwarna hitam.

 Secara Tekstual

Jika kita memahaminya hanya sekedar menelan bulat-bulat redaksi


hadits yang paling pertama saya sebutkan diatas tersebut, dapat
dipastikan permasalahan akan selesai tidak menyeluruh jika tanpa
harus mendefinisikan lebih dalam lagi.
Dalam makalah ini, saya mungkin tidak bermaksud menafsirkan suatu
hadits. Karena keterbatasan dan kemampuan saya mengenai tafsir itu
sendiri pun masih belum memenuhi syarat.

Namun memaknai hadits diatas, konteksnya sekarang adalah, bukan


hanya soal warna yang boleh dipakai atau yang tidak boleh dipakai
untuk menyemirnya, melainkan ada konteks lain yang sekarang
berbalik dari keadaan pada zaman waktu itu. Yakni konteks keadaan
dan tujuan.

Yang saya sebut sebagai kondisional dan fungsional tadi.

 Secara kondisional dan fungsional

Secara kondisional, pada saat itu dibolehkan disemir rambut adalah


karena keadaan yang sedang dihadapi sahabat yakni untuk menghadapi
musuh. Agar musuh segan.

9
Hukum Mewarnai Rambut

Kemudian, secara fungsional.


Mengapa Rosul melarang mewarnai dengan warna hitam?
Agar yang tadinya beruban, tidak terlihat seperti lebih muda. Karena
jika terlihat seperti lebih muda karena rambutnya yang dihitamkan,
otomatis itu mengandung unsur penipuan.
Dan unsure penipuan ini yang menjadi dasar bagi tidak dibolehkannya
memakai semir rambut warna hitam.

Tetapi ada titik temu dalam perbedaan ini, dalam sarah bukhori muslim
menyebutkan bila wajah – wajah kami masih kencang maka boleh
menyemir rambut, akan tetapi bila wajah telah keriput dan gigi kami
telah tanggal maka menyemir rambut tidak di sunahkan.

Maka saya lebih cenderung kepada pandangan Ibn al-Jawzi yang


menyatakan bahwasannya setiap orang harus mengenali dirinya
sendiri. Jika mewarnai rambut itu, entah warna hitam ataupun warna-
warna lain dengan bertujuan (secara fungsional) memungkinkan
dirinya bersama-sama orang muda dalam gelanggang maksiat dan
memuja nafsu, itu dilarang.

KESIMPULAN

Intinya, kembali lagi pada : “innamal a’malu binniyat” Sesungguhnya


setiap amalan itu tergantung kepada niat.
Karena walaupun menyemir rambut dengan warna (baik non hitam
ataupun hitam) tapi niat dan tujuannya salah, atau kondisional dan
fungsionalnya salah, maka itu hanya menghasilkan perbuatan yang
salah juga.

Dan perlu kita renungkan juga, Uban pada hakikatnya adalah penanda
bahwa usia kita sudah tua, perjalanan hidupnya mungkin lebih separuh
usia telah berlalu. Jadi dengan adanya Uban, kita diperingatkan untuk
lebih mengingat yang Menciptakan Uban tersebut.

10
Hukum Mewarnai Rambut

Jadi, alangkah lebih bijak jika kita tidak mewarnai rambut dengan alas
an yang tidak syar’i.

D. DAFTAR PUSTAKA

Qardhawi, Syekh Muhammad Yusuf. 2003. Halal dan Haram dalam


Islam. Surabaya ; PT. Bina Ilmu Surabaya.

Jamaludin, H. A, Mpd,I. 2009-2010. Resume Pengantar Ilmu fiqih.

Uwaidah, Syekh Kamil Muhammad. 2009. fiqh wanita. Jakarta Timur;


Pusataka Al-Kautsar.

Hasan, M. Ali. 1996. Masail Fiqhiyah Al haditsah. Jakarta ; PT Raja


Grifindo Persada.

http://skypin.tripod.com/agama/agama17.html

http://ohislam.com/hukum-mewarnakan-rambut-dalam-islam/

http://www.tanyasifu.com/forum/wanita-keluarga/877-hukum-
mewarna-rambut-bg-orang-islam.html

http://www.zaharuddin.net/content/view/189/99/

http://www.ittutor.net/forums/index.php?showtopic=15943

http://drmuna.wordpress.com/2009/07/11/mewarna-rambut-bolehkah/

Rujuk Al-Fatawa al-Hindiyyah, jld 5,ms 359 ; Al-Istizkar, Ibn Abd Al-
Barr , jld 27, ms 85 ; Mughni al-Muhtaj, As-Syabini, jld 1, ms 191 ;
Kassyaf al-Qina’, Al-Bahuti, jld 1, ms 77

11

You might also like