Professional Documents
Culture Documents
perempuan sebagai anggota MPR, DPR atau DPRD; bupati, gubernur, menteri
atau presiden. Selain itu, ada juga gambaran aktivitas perempuan sebagai anggota
atau pengurus partai politik sebagai bentuk persiapan atau sekedar batu loncatan
untuk mendapatkan kedudukan di badan legislatif maupun eksekutif. Ini tentu saja
merupakan gambaran yang keliru.
Surat 33 ayat 36
Oleh karena itu, segala produk hukum dalam sistem politik Islam harus
merujuk pada al-Quran, as-Sunnah, serta yang ditunjuk oleh keduanya; yaitu
Ijma’ shahabat dan qiyas syar’i. karena kehendak yang dijalankan adalah
kehendak sang Pencipta; Zat Yang Mneciptakan laki-laki dan peremmpuan, tidak
seharusnya muncul kekhawatiran bahwa kehendak itu hanya akan menguntungkan
sekelompok orang tertentu saja. Dijalankannya pengaturan perekonomian bebas
riba, misalnya, bukanlah karena kehendak laki-laki dan perempuan, namun itu
adalah kehendak Allah (Lihat QS al-Baqarah [2]: 275). Demikian juga diterapkan
hukum qishash terhadap pembunuh; bukan pula karena mayoritas masyarakat
menghendakinya; melainkan Allah yang menghendakinya (Lihat QS al-Baqarah
[2]: 178)
Sistem politik Islam dicirikan dengan adanya penguasa yang menerapkan
hukum-hukum yang bersumber dari wahyu Allah untuk mengatur rakyatnya
(Lihat QS al-Maidah [5]: 48-49) dan adanya rakyat yang memilih dan mengontrol
penguasanya. Akan tetapi, dalam hal ini, Rasulullah Saw mengharamkan wanita
menjadi penguasa. Dalam hadist yang dituturkan dari Abu Bakrah disebutkan
bahwa Rasulullah Saw bersabda:
“Tidak akan beruntung suatu kaum yang urusannya diserahkan kepada seorang
perempuan” (HR Bukhari)
Saat ini, yakni ketika kaum Muslimin tidak berada dalam sistem politik
Islam, bukan berarti perempuan tidak terikat dengan larangan untuk menduduki
jabatan-jabatan kekuasaan. Ini karena hadist yang melarang perempuan menjadi
penguasa berlaku umum untuk semua jabatan kekuasaan, tidak khusus untuk
jabatan khalifah saja. Ini>>>?
Sebaliknya, walaupun saat ini tidak ada sistem politik Islam, bukan berarti
perempuan tidak bisa melakukan aktivitas politik apapun. Walalupun memang
aktivitas memilih dan membai’at khalifah serta aktivitas sebagai anggota majelis
ummat belum bisa dilakukan saat ini, aktivitas dalam partai politik Islam tetap
bisa dilakukan. Hal ini karena seruan dalam quran surat Ali ‘Imran ayat 104
berlaku sepanjang masa, tidak terikat apakah kaum Muslim sedang berada dalam
sistem politik Islam atau tidak. Para Muslimah harus segera mempersiapkan diri
agar dapat bergabung dengan partai politik Islam yang berjuang untuk
mengembalikan pemerintahan Islam. Bersama-sama dalam sebuah partai politik
Islam, Muslimah mengokohkan akidah umat, terutama kaum Muslimah, sehingga
mereka hanya mau tunduk pada hukum Allah saja, tidak pada yang lain.
Muslimah mengajarkan bagaimana sebenarnya hak dan kewajiban penguasa serta
hak dan kewajiban rakyat sesuai dengan ketetapan Allah, memperjuangkan
tegaknya sistem politik Islam bersama-sama dengan partai politik Islam,
mempelajari hukum politik Islam dan kemudian secara terkoordinasi
mengajarkannya kepada umat. Demikianlah seharusnya aksi politik perempuan
saat ini.
Kaum Muslim sudah seharusnya tidak ikut terpengaruh atau bahkan ikut
aktif dalam propaganda tersebut, karena:
3. Yang lebih mendasar: laki-laki dan perempuan tidak hidup di dunia untuk
memuaskan keinginan diri mereka masing-masing. Laki-laki dan
perempuan hidup di dunia untuk beribadah kepada Allah, artinya hidup
untuk menjalankan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-
larangan Allah.
Wallahua’lam