You are on page 1of 23

Evaluasi kebutuhan taksi di

jawa barat

Bidang Transportasi Darat


Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Barat
Juli 2010
Prinsip Dasar
Taksi dapat dipandang sebagai barang substitusi dan
komplementer (bagi angkutan umum);
Di negara maju, segmen pasar taksi juga bersifat
captive karena taksi tidak banyak memiliki alternatif
namun untuk kondisi Indonesia pilihan lain tersedia
seperti ojek dan becak;
Efektivitas kepengusahaan taksi terletak pada
manajemen perusahaan yang didukung sistem
informasi yang memadai.
Karakteristik Taksi
Door to door Service
Service 24 hours
Produsen & konsumen
terpisah dimensi ruang dan waktu
Supply > Demand
Tarif Mahal
Pengendalian angkutan taksi
Pengendalian angkutan umum terdiri dari tiga
kategori yaitu kualitas, kuantitas dan tarif ;
Kualitas pelayanan taksi ditentukan dengan standar
pelayanan dan kepemilikan pool, kuantitas dalam
bentuk kuota (jumlah kebutuhan maksimum) dan
tarif berdasarkan tarif batas atas –batas bawah (ceiling
and floor tariff ) ;
Batasan atas ketiga hal ini dalam prakteknya dapat
“menghambat” pengembangan kepengusahaan taksi.
Masalah Umum
 Supply & Demand tidak bisa bertemu sempurna
 Over Supply
 Occupancy Rendah
 No Marketing strategy
 Pasar tidak sempurna
 Kemacetan lalulintas dan ketersediaan jaringan jalan
Fenomena pengoperasian
taksi jawa barat
Hasil wawancara operator taksi
Perhitungan kebutuhan angkutan taksi yang
dilakukan operator berdasarkan tarikan perjalanan
seperti rumah sakit, hotel, mall, bandara dan terminal;
Sistem informasi dan pool sudah cukup baik (ada
yang sudah dilengkapi GPS);
Sistem penggajian karyawan berdasarkan setoran
(partnership) dan komisi ;
Perusahaan taksi bekerja sama dengan hotel ;
Banyak panggilan yang tidak terpenuhi karena
kemacetan lalulintas.
Karakteristik Pengguna Taksi Kota Bekasi
Kota Bekasi
darurat
Dilihat dari pengeluaran per bulan : rutin
sangat
jarang
2 – 3,9 juta/bulan = 50%
4 – 5,9 juta/bulan =32,7%
6 – 7,9 juta/bulan = 15,4 %
Pengguna adalah mayoritas commuter dengan jumlah
perjalanan dari rumah ke tempat tujuan hanya 2 kali (62,8%)
dan sisanya 3 kali (37,2%)
Menggunakan taksi untuk darurat 34,6%, rutin 40,4% dan
sangat jarang 25%
Penggunaan taksi dalam sepekan 1 kali (29,3%), 2 kali
(24,4%), 3 kali (29,3%), 4 kali (12,2%) dan >5 kali (4,9%)
Karakteristik Pengguna Taksi Kabupaten
Bekasi
Kab. Bekasi
Dilihat dari pengeluaran per bulan :
2 – 3,9 juta/bulan = 66,7% darurat
rutin

4 – 5,9 juta/bulan =22,9% sangat jarang

6 – 7,9 juta/bulan = 8,3 %


8 – 10 juta/bulan = 2,1 %
jumlah perjalanan dari rumah ke tempat tujuan hanya 2 kali
(51,5%) dan sisanya 3 kali (48,5%)
Menggunakan taksi untuk darurat 41,2%, rutin 27,5% dan
sangat jarang 31,4%
Penggunaan taksi dalam sepekan 1 kali (21,1%), 2 kali (21,9%),
3 kali (15,6%), 4 kali (18,8%) dan >5 kali (15,6%)
Karakteristik Pengguna Taksi Kota Bogor
Dilihat dari pengeluaran per bulan : Kota Bogor

2 – 3,9 juta/bulan = 86,7% darurat


rutin
sangat jarang
4 – 5,9 juta/bulan =8,9%
6 – 7,9 juta/bulan = 4,4 %
jumlah perjalanan dari rumah ke tempat tujuan hanya
2 kali (88,4%) dan sisanya 3 kali (11,6%)
Menggunakan taksi untuk darurat 40%, rutin 6,7% dan
sangat jarang 53,3%
Penggunaan taksi dalam sepekan 1 kali (65,2%), 2 kali
(17,4%), 3 kali (13%), 4 kali (0%) dan >5 kali (4,3%)
Karakteristik Pengguna Taksi Kabupaten
Kab. Bogor
Bogor
darurat
Dilihat dari pengeluaran per bulan : rutin
sangat jarang

2 – 3,9 juta/bulan = 100%


jumlah perjalanan dari rumah ke tempat tujuan hanya
2 kali (93,9%) dan sisanya 3 kali (6,1%)
Menggunakan taksi untuk darurat 65,3%, rutin 0%
dan sangat jarang 34,7%
Penggunaan taksi dalam sepekan 1 kali (17,6%), 2 kali
(82,4%), 3 kali (13%).
Resume hasil wawancara penumpang
darurat
rutin
sangat jarang

pengguna taksi umumnya adalah masyarakat


ekonomi menengah;
taksi tidak menarik bagi masyarakat atas karena
umumnya lebih suka menggunakan kendaraan
pribadi.
Frekwensi penggunaan taksi rendah dan umumnya
untuk kepentingan darurat saja
Perkembangan Angkutan Taksi di Jawa Barat
2001-2009
NO TAHUN JUMLAH TREND JUMLAH ARMADA TAKSI JAWA BARAT
.
1 2001 4263 8000
2 2002 4919 7000
3 2003 4969
4 2004 4909 6000
5 2005 6871 5000
6 2006 6062 JUMLAH
4000
7 2007 6602
8 2008 6982 3000
9 2009 7238 2000
1000
0
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
pembahasan
Perlukah pembatasan kuota taksi ?
Dasar pemikiran pengendalian kualitas dan kuantitas pelayanan
angkutan umum –tidak hanya taksi- adalah untuk melindungi hak-
hak masyarakat (penumpang dan pengusaha angkutan) ;
Permasalahannya dituntut “kemampuan super” dalam hal prediksi
permintaan dan penawaran, jika prediksi salah makan akan tetap
terjadi inefisiensi;
Negara maju seperti Amerika dan Kanada telah menetapkan
kelonggaran dalam pengendalian angkutan taksi;
Jika penetapan tarif dipandang sebagai keberpihakan pemerintah
kepada masyarakat pengguna, maka keberpihakan kepada
kepengusahaan taksi dapat ditunjukan dalam bentuk penetapan
rentang (range) batasan kepemilikan armada untuk setiap
perusahaan taksi.
Skema klasifikasi sistem pengaturan taksi di
AS
Kualifikasi lisensi taksi Kontol Akses (entry control)
yang dapat mengakses
(entry qualifications) Tidak ada pembatasan Pembatasan kuota
kuota

Kualifikasi dipenuhi oleh Tipe A Tipe C


pengemudi secara Ijin akses terbuka (open Khusus untuk medallion/
independen atau oleh entry) plat dan system khusus
perusahaan taksi
Tingkat kualifikasi Tipe B Tipe D
perusahaan Ijin masuk terbuka Sistem sertifikasi dan
dengan kualifikasi waralaba
perusahaan taksi

Sumber : Perencanaan Teknis Penyusunan Kebutuhan armada dan wilayah operasi angkutan taksi di wilayah perkotaan,
Ditjendat - 2009
Estimasi kebutuhan taksi yang dilakukan oleh
Ditjendat untuk Jabodetabek
 y = 0,59 (pddk/1000) + 0,1752 (pnpBdr/365) + 0,07483
(PnpKA/365) + 0,184 jlmRS + 0,087 JmlHtl + 0,052 JmlMall + 5
Misal untuk Kota Bandung dengan jumlah penduduk
2.364.312 jiwa, jumlah penumpang bandara 358.705, jumlah
penumpang kereta api 166.159, jumlah rumah sakit 27, jumlah
hotel 210, jumlah mall/pusat perbelanjaan 28, maka
diestimasikan jumlah kebutuhan taksi adalah 1.631 kendaraan
Jumlah taksi yang beroperasi saat ini di Kota Bandung adalah
1.201, maka masih ada kekurangan sejumlah 430 kendaraan.
Kebutuhan angkutan taksi di Bodebek
Wilayah Armada siap Kebutuhan Kekurangan saat
operasi (estimasi ini
model)
Kota Depok 4.072 4.072 0
Kota Bekasi 2.771 2.771 1.386
Kabupaten Bekasi 1.616 231
Kota Bogor 0 1.833 1.833
Kabupaten Bogor

Sumber : Perencanaan Teknis Penyusunan Kebutuhan armada dan wilayah operasi angkutan taksi di wilayah perkotaan,
Ditjendat - 2009
Hasil analisis jumlah armada taksi jawa
barat
Pemilahan faktor yang mungkin mempengaruhi
kebutuhan taksi (jumlah penduduk, PDRB, jumlah
penumpang bus AKDP, penumpang kereta api, jumlah
unit usaha dan investasi) ditemukan bahwa hanya faktor
jumlah penduduk yang signifikan mempengaruhi ;
Dengan pertumbuhan penduduk jawa barat 1,4% per
tahun, kebutuhan taksi diprediksikan meningkat 6,6 -
7,7% per tahun ;
SK Gubernur Jawa Barat Nomor 551.23/SK.440-PEREK/97
tentang Penetapan Jumlah Maksimum Taksi di Jawa Barat
masih dapat digunakan sampai Tahun 2010
Hasil analisis wilayah operasi taksi jawa
barat
Perbedaan wilayah operasi antara taksi yang memperoleh ijin dari
pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota dapat menimbulkan
“kecemburuan” dan persaingan tidak sehat antar perusahaan taksi ;
System dan hierarki jaringan angkutan umum yang ada saat ini
seperti antara angkutan AKAP, ADKP dan Angkutan Perkotaan
masih belum terintegrasi dan tumpang tindih sehingga taksi lebih
banyak berada dalam posisi “barang substitusi” yang berimbas pada
wilayah operasinya yang dituntut untuk lebih luas ;
Kemacetan lalulintas dan ketersediaan jaringan jalan menyulitkan
manajemen perusahaan taksi untuk memenuhi keinginan
pengguna, untuk menyiasati hal ini diperlukan pool-pool taksi yang
tersebar dan wilayah operasi yang lebih luas.
penutup
Kebijakan pengaturan taksi sangat ditentukan oleh
orientasi pengembangan sistem transportasi secara
keseluruhan apakah berbasis angkutan umum atau
kendaraan pribadi ( fully motorized city) ;
Taksi dapat digunakan sebagai alat untuk
mengembalikan “market share” angkutan umum jika
diposisikan sebagai barang pelengkap (komplementer)
Perlu kesepakatan antar pemerintah, pemerintah
provinsi dan kabupaten/kota perihal wilayah operasi
yang tidak berdasarkan wilayah administrasi.
Terima kasih dan mohon masukan
Bagan Alir Proses Penentuan Kebutuhan Armada
penduduk Variabel asal- Pertumbuhan
kebijakan
tujuan penduduk
Tingkat
pendapatan Variabel pemilihan Pertumbuhan
input Strategi operasional
moda lalulintas
Armada saat ini Variabel yang Pertumbuhan
berpengaruh pendapatan
Pertumbuhan
ekonomi
Multiple linear Regresi linear Identifikasi
masalah eksisting
analisis Klasifikasi silang Fungsi non linear

Model logit

Kebutuhan
Analisis potensi Model Analisis faktor
armada taksi
bangkitan perhitungan pertumbuhan
mendatang
Data sekunder : Survei wawancara
Survei wawancara
surveu BPS, Dishub, pengguna taksi operator taksi
Dephub
Survei wawancara
Data sekunder :
regulator taksi
Performance Taksi
Kota-Kota Dunis
Sumber : Perencanaan Teknis Penyusunan Kebutuhan armada dan wilayah operasi angkutan taksi di wilayah perkotaan,
Ditjendat - 2009

You might also like