You are on page 1of 47

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ikan Bandeng (Chanos chanos Forskal) merupakan salah satu

sumber protein hewani yang sangat penting. Ikan bandeng memiliki nilai

protein hewani yang lebih tinggi dibandingkan dengan protein yang berasal

dari tumbuh-tumbuhan. Sebab, protein hewani mengandung asam-asam

amino yang lengkap dan susunan asam aminonya mendekati susunan asam

amino yang ada didalam tubuh manusia. (Bambang, 2002).

Bandeng adalah jenis ikan konsumsi yang tidak asing bagi masyarakat.

Bandeng merupakan hasil tambak, dimana budidaya hewan ini mula-mula

merupakan pekerjaan sampingan bagi nelayan yang tidak dapat pergi melaut. Itulah

sebabnya secara tradisional tambak terletak di tepi pantai. Bandeng merupakan

hewan air yang bandel, artinya bandeng dapat hidup di air tawar, air asin maupun air

payau. Selain itu bandeng relatif tahan terhadap berbagai jenis penyakit yang

biasanya menyerang hewan air. Sampai saat ini sebagian besar budidaya bandeng

masih dikelola dengan teknologi yang relatif sederhana dengan tingkat produktivitas

yang relatif rendah. Jika dikelola dengan sistim yang lebih intensif produktivitas

bandeng dapat ditingkatkan hingga 3 kali lipatnya (http://ikanmania.wordpress.com/).

Budidaya bandeng telah lama dikenal di Indonesia. Selain sebagai penghasil

sumber protein masyarakat, budidaya ikan ini juga telah berkembang menjadi

1
sebuah industri rakyat yang mampu member lapangan kerja cukup luas.

Perkembangan tersebut dapat dilihat dari semakin tingginya permintaan akan nener

untuk keperluan usaha pembesaran. Selama ini, hasil penangkapan nener alam

ternyata jauh dari mencukupi, sehingga usaha produksi nener secara artificial

diharapkan dapat memecahkan masalah kekurangan benih. Usaha tersebut

tentu saja membutuhkan pasokan induk induk bandeng dalam jumlah cukup

dengan kualitas yang prima. Sebab mutu induk sangat menentukan keberhasilan

pematangan gonadnya (Anindiastuti, dkk. 1997).

Perairan laut merupakan salah satu sumber calon induk bandeng di

Indonesia. Tetapi dilihat dari hasil tangkapan nelayan, induk bandeng (terutama

yang matang gonad) ternyata semakin sulit didapat. Keterbatasan pasokan induk

bandeng dari laut telah mendorong dilakukannya berbagai upaya menghasilkan

induk matang telur secara terkontrol. Dengan dikuasainya memijahkan induk

bandeng secara terkontrol dalam bak, diharapkan dapat mempercepat

pengembangan perbenihan bandeng di masyarakat khususnya di Sulawesi Selatan.

Mengingat pentingnya pengembangan teknologi pemeliharaan induk ikan

bandeng, maka penulis melakukan Praktek Kerja Lapang di Balai Budidaya

Air Payau Takalar.

B. Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dilaksanakan Praktek Kerja Lapang ini adalah untuk

menambah pengetahuan, pengalamen dan keterampilan mahasiswa

2
sehingga diharapkan dapat menangani suatu unit pembesaran induk ikan

bandeng.

Kegunaan dari PKL ini adalah dengan mengetahui dan memahami

aspek-aspek teknis penanganan induk ikan bandeng, maka diharapkan

dapat menambah wawasan keilmuan mengenai pengembangan ikan

bandeng dalam penerapan rekayasa teknologi di lapangan.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Biologi Ikan Bandeng

Ikan bandeng memiliki nama latin Chanos chanos Forskal, dengan

famili Chanidae dan ordo Malacopterygii. Milkfish yang juga merupakan nama

bandeng adalah ikan yang memiliki ciri morfologi tubuh langsing dengan

bentuk seperti peluru dengan sirip ekor bercabang, bentuk tubuh seperti ini

adalah ciri bandeng sebagai perenang cepat. Tubuh ikan bandeng berwarna

putih keperak-perakan dan dagingnya berwarna putih susu. Panjang tubuh

maksimal di alam dapat berukuran 1 m, tapi pada umumnya di tambak

mencapai 0,5 m.

Taksonomi dan klasifikasi ikan bandeng menurut Schuster 1960 adalah :

Phyllum : Vertebrata

4
Subphyllum : Craniata

Superclas : Gnasthosmata

Pisces Series

Class : Teleostei

Subclas : Actinopterygii

Order : Malacopterygii

Suborder : Clupeoidei

Family : Chanidae

Genus : Chanos lacepede 1803

Species : Chanos chanos (Forskal) 1775

2.2. Habitat dan Penyebaran Ikan Bandeng

Ikan bandeng menyebar dari pantai Afrika Timur sampai Kep.

Tuamutu, sebelah timur tahiti dan dari jepang selatan sampai australia utara.

Ikan bandeng adalah ikan dengan sifat eurihaline yaitu ikan yang memiliki

toleransi yang besar terhadap perubahan salinitas. Pada masa

5
perkembangan ikan bandeng biasanya hidup di muara sungai atau air payau

ketika dewasa ikan bandeng akan kembali ke laut untuk memijah.

2.3. Kebiasaan Makan Ikan Bandeng

Ikan bandeng meiliki kebiasaan makan ganggang biru atau klekap di

dasar perairan. Pada dasarnya ikan bandeng merupakan ikan herbivora yang

ditandai dengan usus yang panjangnya mencapai 9 kali panjang tubuhnya

karena makanan nabati memiliki nilai kecernaan rendah karena adaanya

dinding selulosa.

2.4. Perkembangbiakan Ikan Bandeng

Ikan bandeng akan memijah pada laut jernih yang dalam. Telur yan g

dihasilkan dapat mencapai 5,7 juta per siklus pemmijahan. Telur bandeng

bersifat melayang dengan warna yang jernih. Penyebaran telur biasanya jauh

dari pantai dan setelah sehari menjadi nener akan terbawa arus ke pantai

atau muara sungai.

6
2.5. Pembenihan Ikan Bandeng

2.5.1. Persyaratan Lokasi

Pemilihan tempat perbenihan bandeng harus mempertimbangkan

aspek-aspek

yang berkaitan dengan lokasi.Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam

persyaratan lokasi adalah sebagaiberikut.

1) Status tanah dalam kaitan dengan peraturan daerah dan jelas sebelum

hatchery dibangun.

2) Mampu menjamin ketrsediaan air dan pengairan yang memenuhi

persyaratan mutu yang ditentukan;

- Pergantian air minimal; 200 % per hari.

- Suhu air, 26,5-31,0 0C.

- PH; 6,5-8,5.

- Oksigen larut; 3,0-8,5 ppm.

- Alkalinitas 50-500ppm.

- Kecerahan 20-40 cm (cahaya matahari sampai ke dasar pelataran).

- Air terhindar dari polusi baik polusi bahan organik maupun an organik.

7
3) Sifat-sifat perairan pantai dalam kaitan dengan pasang surut dan pasang

arus perlu diketahui secara rinci.

4) Faktor-faktor biologis seperti kesuburan perairan, rantai

makanan,speciesdominan, keberadaan predator dan kompretitor, serta

penyakitendemik harus diperhatikan karena mampu mengakibatkan

kegagalanproses produksi.

2.5.2. Sarana Dan Prasarana

1) Sarana Pokok

Fasilitas pokok yang dimanfaatkan secara langsung untuk kegiatan

produksiadalah bak penampungan air tawar dan air laut, laboratorium basah,

bakpemeliharaa larva, bak pemeliharaan induk dan inkubasi telur serta

bakpakan alami.

a. Bak Penampungan Air Tawar dan Air Laut.

Bak penampungan air (reservoir) dibangun pada ketinggian

sedemikianrupa sehingga air dapat didistribusikan secara gravitasi ke dalam

bak-bakdan sarana lainnya yang memerlukan air (laut, tawar bersih).Sistim

pipa pemasukkan dan pembuangan air perlu dibangun pada bakpemelihara

induk, pemeliharaan larva, pemeliharan pakan alami,laboratorium kering dan

8
basah serta saran lain yang memerlukan air tawardan air laut serta udara

(aerator).

Laboratorium basah sebaiknya dibangun berdekatan dengan

bangunanpemeliharaan larva dan banguna kultur murni plankton serta

diaturmenghadap ke kultur masal plankton dan dilengkapi dengan

sistimpemipaan air tawar, air laut dan udara.

b. Bak Pemeliharaan Induk

Bak pemeliharaan induk berbentuk empat persegi panjang atau

bulatdengan kedalaman lebih dari 1 meter yang sudut-sudutnya

dibuatlengkung dan dapat diletakkan di luar ruangan langsung

menerimacahaya tanpa dinding.

c. Bak Pemeliharan Telur

Bak perawatan telur terbuat dari akuarium kaca atau serat kaca

dengandaya tampung lebih dari 2.000.000 butir telur pada kepadatan 10.000

butirper liter.

d. Bak Pemeliharaan Larva

Bak pemeliharaan larva yang berfungsi juga sebagai bak penetasan

telurdapat terbuat dari serat kaca maupun konstruksi beton,

sebaiknyaberwarna agak gelap, berukuran (4x5x1,5) m3 dengan volume 1-10

9
tonberbentuk bulat atau bujur sangkar yang sudut-sudutnya dibuat

lengkungdan diletakkan di dalam bangunan beratap tembus cahaya tanpa

dindingbalik. Untuk mengatasi penurunan suhu air pada malam hari, bak

larvadiberi penutup berupa terval plastik untuk menyangga atap plastik,

dapatdigunakan bentangan kayu/bambu.

e. Bak Pemeliharaan Makanan Alami, Kultur Plankton Chlorella sp dan

Rotifera

Bak kultur plankton chlorella sp disesuaikan dengan volume

bakpemeliharaan larva yang terbuat dari serat kaca maupun konstruksi

betonditempatkan di luar ruangan yang dapat langsung mendapat

cahayamatahari. Bak perlu ditutup dengan plastik transparan pada

bagianatasnya agar cahaya juga bisa masuk ke dalam bak untuk melindungi

daripengaruh air hujan.

Kedalamam bak kultur chlorella sp harus diperhitungkan sedemikian

rupasehingga penetrasi cahaya matahari dapat dijamin mencapai dasar

tangki.Kedalaman air dalam tangki disarankan tidak melebihi 1 meter atau

0,6 m,ukuran bak kultur plankton chlorella sp adalah (20 x 25 x 0,6)m3.Bak

kultur rotifera terbuat dari serat kaca maupun konstruksi baton

yangditempatkan dalam bangunan beratap tembus cahaya tanpa

10
dinding.Perbandingan antara volume bak chlorella, rotifera dan larva

sebaliknya5:5:1.

2) Sarana Penunjang

Untuk menunjang perbenihan sarana yang diperlukan adalah

laboratoriumpakan alami, ruang pompa,air blower, ruang packking, ruang

genset,bengkel, kendaraan roda dua dan roda empat serta gudang

(ruangpentimpanan barang-barang opersional) harus tersedia sesuai

kebutuhandan memenuhi persyaratan dan ditata untuk menjamin kemudahan

sertakeselamatan kerja.

a. Laboratorium pakan alami seperti laboratorium fytoplankton

bergunasebagai tempat kultur murni plankton yang ditempatkan pada lokasi

dekathatchery yang memerlukan ruangan suhu rendah yakni 22~25 0C.

b. Laboratorium kering termasuk laboratorium kimia/mikrobialogi,

sebaiknyadibangun berdekatan dengan bak pemeliharaan larva berguna

sebagaibangunan stok kultur dan penyimpanan plankton dengan suhu

sekitar22~25 0C serta dalam ruangan.Untuk kegiatan yang berkaitan dengan

pemasaran hasil dilengkapi dengan

fasilitas ruang pengepakan yang dilengpaki dengan sistimpemipaan air

tawardan air laut, udara serta sarana lainnya seperti peti kedap air, kardus,

bakplastik, karet dan oksigen murni. Alat angkut roda dua dan empat

11
yangberfungsi untuk memperlancar pekerjaan dan pengangkutan hasil

benihharus tersedia tetap dalam keadaan baik dan siap pakai.

Untuk pembangkit tenaga listrik atau penyimpanan peralatan

dilengkapidengan pasilitas ruang genset dan bengkel, ruang pompa air dan

blower,ruang pendingin dan gudang.

3) Sarana Pelengkap

Sarana pelengkap dalam kegiatan perbenihan terdiri dari ruang

kantor,perpustakaan, alat tulis menulis, mesin ketik, komputer, ruang

serbaguna,ruang makan, ruang pertemuan, tempat tinggal staf dan

karyawan.

2.5.3. Teknik Pemeliharan

1) Persiapan Opersional.

a. Sarana yang digunakan memenuhi persyaratan higienis, siap dipakaidan

bebas cemaran. Bak-bak sebelum digunakan dibersihkan atau dicucidengan

sabun detergen dan disikat lalu dikeringkan 2-3 hari.Pembersihan bak dapat

juga dilakukan dengan cara membasuh bagiandalam bak kain yang

dicelupkan ke dalam chlorine 150 ppm (150 millarutan chlorine 10% dalam 1

m3 air) dan didiamkan selama 1~2 jam dandinetralisir dengan larutan

Natrium thiosulfat dengan dosis 40 ppm ataudesinfektan lain yi formalin 50

12
ppm. Menyiapkan suku cadang sepertipompa, genset dan blower untuk

mengantisipasi kerusakan pada saatproses produksi.

b. Menyiapkan bahan makanan induk dan larva pupuk fytoplankton,

bahankimia yang tersedia cukup sesuai jumlah dan persyaratan mutu

untuktiap tahap pembenihan.

c. Menyiapkan tenaga pembenihan yang terampil, disiplin danberpengalaman

dan mampu menguasai bidang kerjanya.

2) Pengadaan Induk.

a. Umur induk antara 4~5 tahun yang beratnya lebih dari 4 kg/ekor.

b. Pengangkutan induk jarak jauh menggunakan bak plastik. Atau seratkaca

dilengkapi aerasi dan diisi air bersalinitas rendah (10~15)ppt, sertasuhu

24~25 0C. Atau serat kaca dilengkapi aerasi dan diisi airbarsalinitas rendah

(10~15) ppt, serta suhu 24~25 0C.

c. Kepadatan induk selama pengangkutan lebih dari 18 jam, 5~7 kg/m3

air.Kedalaman air dalam bak sekitar 50 cm dan permukaan bak ditutupuntuk

mereduksi penetrasi cahaya dan panas.

d. Aklimatisasi dengan salinitas sama dengan pada saat pengangkutanatau

sampai selaput mata yang tadinya keruh menjadi bening kembali.Setelah

13
selesai aklimatisasi salinitas segera dinaikan dengan caramengalirkan air laut

dan mematikan pasok air tawar.

3) Pemeliharaan Induk

a. Induk berbobot 4~6 kg/ekor dipelihara pada kepadatan satu ekor per

2~4m3 dalam bak berbentuk bundar yang dilengkapi aerasi

sampaikedalaman 2 meter.

b. Pergantian air 150 % per hari dan sisa makanan disiphon setiap 3

harisekali. Ukuran bak induk lebih besar dari 30 ton.

c. Pemberian pakan dengan kandungan protein sekitar 35 % dan lemak6~8

% diberikan 2~3 % dari bobot bio per hari diberikan 2 kali per hariyaitu pagi

dan masa sore.

d. Salinitas 30~35 ppt, oksigen terlarut . 5 ppm, amoniak < 0,01 ppm,

asambelerang < 0,001 ppm, nirit < 1,0 ppm, pH; 7~85 suhu 27~33 0C.

4) Pemilihan Induk

a. Berat induk lebih dari 5 kg atau panjang antara 55~60 cm, bersisikbersih,

cerah dan tidak banyak terkelupas serta mampu berenang cepat.

b. Pemeriksaan jenis kelamin dilakukan dengan cara membius ikandengan 2

phenoxyethanol dosis 200~300 ppm. Setelah ikan melemahkanula

dimasukan ke-lubang kelamin sedalam 20~40 cm tergantung daripanjang

14
ikan dan dihisap. Pemijahan (striping) dapat juga dilakukanterutama untuk

induk jantan.

c. Diameter telur yang diperoleh melalui kanulasi dapat digunakan

untukmenentukan tingkat kematangan gonad. Induk yang mengandung

telurberdiameter lebih dari 750 mikron sudah siap untuk dipijahkan.

d. Induk jantan yang siap dipijahkan adalah yang mengandung spermatingkat

III yaitu pejantan yang mengeluarkan sperma cupuk banyaksewaktu dipijat

dari bagian perut kearah lubang kelamin.

5) Pematangan Gonad

a. Hormon dari luar dapat dilibatkan dalam proses metabolisme

yangberkaitan dengan kegiatan reproduksi dengan cara penyuntikan

danimplantasi menggunakan implanter khusus. Jenis hormon yang

lazimdigunakan untuk mengacu pematangan gonad dan pemijahan

bandengLHRH –a, 17 alpha methiltestoteron dan HCG.

b. Implantasi pelet hormon dilakukan setiap bulan pada pagi hari

saatpemantauan perkembangan gonad induk jantan maupun betinadilakukan

LHRH-a dan 17 alpha methiltestoteren masing-masing dengandosis 100~200

mikron per ekor (berat induk 3,5 sampai 7 kg).

6) Pemijahan Alami.

15
a. Ukuran bak induk 30-100 ton dengan kedalaman 1,5-3,0 meterberbentuk

bulat dilengkapi aerasi kuat menggunakan “diffuser” sampaidasar bak serta

ditutup dengan jaring.

b. Pergantian air minimal 150 % setiap hari.

16
BAB III

KEADAAN UMUM LOKASI

A. Sejarah Singkat

Balai Budidaya Air Payau (BBAP) Takalar adalah suatu pembenihan

dan Unit Pelaksanaan Teknik Direktorat Jenderal (Dirjen) Perikanan yang

seluruhnya dikenal dengan Loka Budidaya Air Payau (LDAP) Takalar yang

terletak di Desa Bontoloe Kecamatan Galesong Selatan Kab. Takalar.

BBAP Takalar didirikan pada tahun 1983, di atas tanah seluas 2 Ha dengan

dua lokasi dan mulai beroperasi pada tahun 1986. LBAP Takalar selaku

Unit Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Perikanan, berdasarkan

SK Menteri Pertanian No. 264/KPTS/OT.210/94 tanggal 8 April 1984

mempunyai tugas sebagai berikut :

1. Sebagai pelaksana teknik pembenihan dan budidaya air payau.

2. Penerapan teknik dan peningkatan dalam usaha pembenihan dan

budidaya ikan dan udang air payau.

3. Penyuluhan atau penyebaran teknologi kepada masyarakat.

4. Memproduksi induk dan benih yang bermutu.

5. Melaksanakan pelestarian melalui restoking

Pada tahun 2001 Loka Budidaya Air Payau (LBAP) Takalar mengalami

perubahan status menjadi Balai Budidaya Air Payau (BBAP)

berdasarkan SK Menteri Kelautan dan Perikanan No. KEP26

D/Men/2001 tanggal 1 Mei 2001, dengan fungsi melaksanakan

17
penerangan sumber daya perikanan dan lingkungan meliputi wilayah

perairan payau di Kawasan Timur Indonesia.

BBAP juga berfungsi sebagai tempat pelatihan dan peningkatan tenaga

teknis produksi dan pengelolaan lingkungan terhadap pembangunan dan

kegiatan operasional pembenihan melalui dana APBN dan beberapa

peralatan mendapat bantuan dari Badan Dunia UNDP-FAO.

Memasuki tahun 2004 bidang tugas yang telah dicapai atau

dilaksanakan dan tingkat keberhasilan oleh BBAP adalah sebagai berikut :

1. Bidang perekayasa teknologi, yaitu :

a. Tekhnologi pembenihan dan budidaya udang

b. Tekhnologi pembenihan Kepiting

c. Tekhnologi pembenihan ikan kerapu dan beronang

d. Tekhnologi pembenihan dan budidaya ikan Bandeng

e. Tekhnologi Pembenihan dan budidaya dikarambah jaring apung ikan

Kerapu batik, Macan dan Kerapu tikus.

2. Pelayanan teknik dan informasi

Dalam bidang ini telah dikembangkan sistem pelayanan berupa

pemagangan, pelatihan dan kursus, bantuan tenaga teknis lapangan,

konsultasi, diseminasi, buku petunjuk teknis, brosur dan pelayanan

perpustakaan.

3. Pelestarian sumber daya atau pelestarian lingkungan

18
Kegiatan perlindungan yang dilaksanakan dan dikembangkan adalah

identifikasi dampak lingkungan, monitoring lingkungan dan parasit yang

menyerang pada panti pembenihan dan budidaya, kegiatan pelestarian

berupa Restocking benih pada alam

Struktur Organisasi

Dalam rangka pelaksanaan tugas-tugas sebagai unit pelaksanaan teknis

BBAP Takalar dilengkapi dengan wadah yang struktur organisasi

tergambar pada gambar sebagai berikut :

KEPALA BBAP

KASUBBAG TATA USAHA

STANDARISASI DAN INFORMASI PELAYANAN TEKNIS

KELOMPOK FUNGSIONAL

Kelompok Pembenihan Kelompok Kelompok


Nutrisi Perlindungan Lingkungan
Kelompok Perekayasa
Kelompok Budidaya
Gambar 1. Struktur Organisasi
Pakan Balai Budidaya Air Payau Takalar

Untuk melaksanakan tugas-tugas sebagai unit pelaksana teknis kepala

19
yang bertanggung jawab langsung kepada Direktorat Jenderal Perikanan

dalam melaksanakan tugasnya, Kepala BBAP di bantu oleh :

1. Urusan Tata Usaha

Urusan tata usaha mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian,

surat menyurat dan rumah tangga BBAP Takalar.

2. Bidang Sarana Teknik

Sub Seksi Sarana Teknik mempunyai tugas melakukan penyediaan dan

pengelolaan sarana teknik dan kegiatan penerapan teknik budidaya dan

pembenihan.

3. Seksi Standarlisasi dan informasi

Sub Seksi pelayanan mempunyai tugas memberikan pelayanan teknis

kegiatan penerapan standarlisasi teknik pembenihan dan budidaya air

payau serta melaksanakan pelayanan kebutuhan informasi dan juga

pengelolaan data dari kegiatan penerapan tersebut.

4. Bidang Fungsional

Kelompok ini merupakan kelompok yang terjun langsung dalam

operasional dilapangan, yang terbagi atas :

a. Kelompok pembenihan

Bertugas untuk meningkatkan produksi benih serta budidaya ikan

dan udang. Tugas utamanya adalah berusaha meningkatkan teknik

pengelolaan dan pemanfaatan induk agar dapat memproduksi benur

20
yang bermutu dan menghasilkan teknik budidaya yang baik

berusaha untuk menekan biaya produksi yang tinggi mengurangi

jumlah produksi.

b. Kelompok Nutrisi Pakan

Seksi ini bertugas untuk menyediakan pakan bagi pertumbuhan ikan

dan udang baik berupa pakan alami maupun pakan buatan serta

melakukan analisa proksimat terhadap kandungan protein,

karbohidrat dan lemak pakan.

c. Kelompok Perlindungan Lingkungan

Seksi ini bertugas mengamati dan meningkatkan metode

pencegahan dan pencemaran, melakukan penilaian terhadap kualitas

air untuk media pembenihan dan budidaya, serta melakukan

pengontrolan penyakit yang menyerang biota yang dipelihara.

d. Kelompok Perekayasa

Seksi ini bertugas mengusahakan pengadaan referensi khususnya

yang menyangkut tentang pengembangan tekhnologi di bidang

perikanan dengan melakukan penelitian ikan, udang maupun tentang

penyakit dan kualitas air serta pakan yang nantinya akan diterapkan

dilapangan dan disebarluaskan kepada masyarakat.

e. Kelompok Budidaya

21
Bertugas untuk membudidayakan benih hasil dari proses

pembenihan dan berupa untuk terus meningkatkan teknologi melalui

perekayasaan sehingga nantinya akan didapatkan produksi yang

semakin meningkat.

Letak Lokasi

Balai Tata Budidaya Air Payau di Desa Bontoloe Kecamatan Galesong

Selatan Kabupaten Takalar kurang lebih 30 km kearah Selatan Kota

Makassar. Tempat pembenihan ikan berada di tepi perairan selat

Makassar. Berdasarkan letak tofografisnya pantai BBAP berdasar landai

dan struktur dasar perairan lahannya tidak terjangkau pasang tertinggi,

tidak mengalami erosi air laut terlindung dari bahaya banjir serta angin

ribut, kualitas air laut bersalinitas 30 ppt, pH 7-8,5 dan suhu antara 27-

30 0 C. BBAP terdiri atas dua lokasi yang berjarak kurang lebih 1 km satu

dengan yang lainnya. Lokasi satu terdiri atas bangunan kantor, asrama,

rumah jaga, perumahan karyawan, aula, sarana olahraga dan sarana

pembenihan. Lokasi dua terdiri atas sarana pembenihan, perumahan

pegawai, tambak serta laboratorium.

Sesuai dengan kebutuhan usaha pembenihan maka harus dipilih daerah

yang dekat dengan sumber air laut yang bersih serta ditunjang dengan

sarana yang memadai seperti transportasi, listrik serta telepon. Hal ini

menjadi syarat pembenihan seperti diungkapkan oleh Suyanto dan

Mustahal (1997) yaitu bahwa pembenihan yang ideal antara lain

mempunyai sarana seperti :

22
1. Laboratorium kering untuk pengamatan

2. Laboratorium basah untuk pengamatan dan perawatan telur dan larva

3. Ruang Plankton

4. Ruang mesin

5. Bak-Bak pemijahan

6. Resevoar dan filter

7. Kantor dan gudang

Disekitar pembenihan terdapat pemukiman penduduk, pembenihan

udang skala rumah tangga (Backyard) serta pembenihan udang skala

besar (Haetchery) Untuk kelancaran pengadaan sarana produksi dan

pemasaran benih terdapat jalan raya yang cukup baik dan juga jaringan

telepon tersedia.

Sarana dan Prasarana

Untuk menunjang semua kegiatan yang dilaksanakan di BBAP, maka

terdapat sarana dan prasarana sebagai berikut :

1. Sarana

a. Bak pemeliharaan induk

b. Bak pemijahan dan penetasan

c. Bak pemeliharaan larva dan post larva / juvenil

d. Bak kultur Plankton

e. Bak penggelondongan

2. Prasarana

23
a. Bak Treatmenn i. gudang

b. Tower dan filternya j. Perumahan

c. Laboratorium k. Masjid

d. Ruang pakan

e. Pompa air laut dan air tawar

f. Blower

g. Genset

h. Kantor

Sistem Pengadaan Air Laut

Air merupakan kebutuhan pokok untuk kelangsungan kegiatan

pemeliharaan pemeliharaan larva maupun kegiatan lain. Air yang

dibutuhkan tersebut memiliki kualitas tertentu sehingga memberi daya

dukung optimal bagi kelangsungan hidup organisme pemelihaaan. Air laut

sebagai media pemeliharaan harus memenuhi syarat secara kualitas

maupun kuantitas. Secara kualitas yaitu harus jernih dan terbebas dari

hama dan penyakit yang dapat mengganggu pemeliharaan ikan.

Sedangkan secara kualitas yaitu jumlah air laut harus mencukupi untuk

seluruh kegiatan operasional.

Sistem pengadaan air laut yang digunakan di BBAP Takalar di lokasi

dua adalah air laut diambil melalui pipa dengan ukuran 8 inchi yang mana

pipa tersebut terendam dan pada ujungnya di pasang filter (saringan) .

Jenis filter yang digunakan adalah filter ijuk. Untuk menghindari terjadinya

kerusakan akibat pengaruh ombak atau pasang surut, maka filter ini

24
dipasang permanen dengan membuatkan kerangka dari kayu yang

ditancapkan atau ditanam di dasar perairan. Air laut yang dihisap dari garis

pantai dengan kedalaman sekitar 1,7 m pada pasang tertinggi dan sekitar

0,6 meter pada surut terendah

Sistem Pangadaan Air Tawar

Air tawar yang digunakan di BBAP Takalar diambil dari sumur bor

dengan kedalaman sekitar empat meter yang dipompa naik ke tower. Air

tawar dalam proses pembenihan ikan kerapu macan untuk menunjang

berlangsungnya kegiatan seperti mencuci bak dan peralatan yang telah

dipakai dan untuk kebutuhan rumah karyawan.

Sistem Pengadaan Oksigen

Sistem pengadaan oksigen (aerasi) di BBAP Takalar menggunakan

blower sebanyak dua unit berkapasitas masing-masing 5,5 PK yang

dioprasikan secara bergantian selama 24 jam.Blower merupakan suatu alat

yang memiki dua kipas yang berbeda fungsinya. Kipas pertama berfungsi

untuk mengisap udara luar dan yang lainnya berfingsi untuk

menghembuskan udara. Udara bebas pertama kali disaring dengan karet

busa setebal 5 cm kemudian udara disalurkan melalui pipa paralon 1-1,5

inci yang dilengkapi dengan kran dan penyetel udara untuk selanjutnya

didistribusikan ke bak-bak pemeliharaan. Hal tersebut sesuai dengan

Sugama (2001) bahwa sistem aerasi merupakan rangkaian proses

pengambilan dan pemasukan udara ke dalam media pemeliharaan. Menurut

25
subyakto dan sri cahyaningsih (2003) bahwa blower merupakan instalasi

pokok untuk memenuhi kebutuhan oksigen terlarut.. Di samping itu

berfungsi pula untuk meningkatkan kelarutan oksigen dan membantu

pelepasan gas-gas beracun dalam bak pemeliharaan seperti amoniak.

26
2. Blower yang digunakan di BBAP Takalar.

Sistem Pengadaan Listrik

Tenaga listrik merupakan sumber kehidupan atau merupakan jantung

pembenihan karena itu harus tersedia selama 24 jam. Sumber listrik di

BBAP Takalar bersumber dari Perusahaan Tenaga Listrik Negara (PLN)

dan dan dari generator set bila sumber listrik dari PLN padam. Tenaga

listrik digunakan untuk pencahayaan, menyalakan mesin-mesin dan

aktivitas lainnya.

27
Konstruksi Bak Pemeliharaan induk

Bak induk berfungsi sebagai tempat pemeliharaan dan pemijahan induk. Di

BBAP Takalar, bak yang digunakan umumnya terbuat dari beton dan berbentuk

silinder dengan ukuran kedalaman ±3 meter berdiameter 6 meter dan berkapasitas

300 m3. Bak induk dilengkapi dengan pipa untuk pemasukan dan pengeluaran air,

aerasi serta pipa peluapan yang berhubungan dengan bak penampung telur. Bak ini

juga dilengkapi dengan tandon, dimana tandon ini difungsikan pada malam hari

sebagai resirkulasi ke bak induk. Karena pada malam hari pompa pemasukan air

laut dimatikan dan pompa resirkulasi dari bak tandon ke bak induk dinyalakan

sehingga proses resirkulasi air terus berjalan selama 24 jam (Gambar 2)

Gambar 3. Skema aliran air dan Bak Induk

28
BAB IV

METODOLOGI PRAKTEK

A. Waktu dan Tempat

Praktek Kerja Lapang (PKL) dilaksanakan selama tiga bulan mulai

bulan Januari i 2010 sampai bulan April 2010 di Balai Budidaya Air Payau

Takalar Kecamatan Galesong, Kabupaten Takalar.

B. Metode Praktek

Metode praktek yang digunakan selama Praktek Kerja Lapang yaitu :

1. Koasistensi, Mengikuti secara aktif kegiatan yang dilaksanakan di


lapangan, kegiatan ini memberikan pengetahuan praktis dan teoritis
dalam penanganan induk ikan bandeng.

2. Observasi, Pengetahuan yang diperoleh dengan mengikuti dan


mengerjakan secara langsung pada unit penanganan induk ikan
bandeng di lokasi praktek.

3. Wawancara dan Dialog, Kegiatan ini dilakukan dengan bertanya langsung

kepada teknisi dan karyawan yang bertugas guna mendapatkan

pengetahuan sesuai tujuan praktek.

4. Pencatatan Data, Dilakukan dengan melakukan kegiatan pencatatan data

sesuai kegiatan dan pengamatan di lokasi praktek (data primer), dan

pengumpulan data yang telah ada mengenai lokasi praktek dengan

menggunakan pendekatan literatur.

29
c. Sarana dan Prasarana

untuk menunjang semua kegiatan proses produksi dib alai budidaya

ikan air payau takalar maka terdapat sarana dan prasarana sebagai berikut :

1. Bak pemeliharaan induk

2. Bak pemeliharaan larva

3. Bak penampungan air

4. Ruang pakan

5. Gudang alat dan bahan

6. Generator

7. Tower air

8. Perumahan / Mes karyawan

30
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kegiatan yang dilakukan selama Praktek Kerja Lapang terdiri dari :

1. Pengadaan calon Induk

2. Manajemen Pemberian pakan

3. Sirkulasi (pergantian air)

4. Implantasi Hormon

5. Pemeliharaan larva bandeng

Rincian masing-masing kegiatan tersebut adalah sebagai berikut :

A. Pengadaan induk

Pengadaan induk bandeng merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi unit

Pembenihan bandeng. Penangkapan, pengangkutan, dan aklimatisasi induk

memerlukan penanganan yang serius untuk memperoleh induk yang tidak cacat dan

berkualitas prima. induk bandeng dapat berasal dari penangkapan di laut ataupun

dari tambak, namun sampai saat ini belum diketahui secara pasti lokasi potensi

penyebarannya. Induk bandeng yang potensial berusia 4-5 tahun, berat sekitar 4 kg

dan panjang tubuh 0,5 m sampai 0,6 m. Secara prinsip, faktor usia lebih

diprioritaskan dari pada faktor berat ataupun panjang tubuh (Bambang, 2002)

Di BBAP Takalar, sumber calon induk untuk keperluan pematangan

diperoleh dari tambak rakyat di daerah pertambakaan kab. Jeneponto. Menurut

31
Anindiastuti, dkk (1997) bahwa ukuran calon induk sebaiknnya lebih dari 5 kg.

Namun, ketersediaan calon induk seukuran itu sangat terbatas. Calon induk yang

diperoleh ditambak tersebut rata-rata hanya dibawah 4 kg/ekor. Adapun jumlah

jumlah induk dalam bak yaitu 20 ekor, 13 ekor diantaranya diperoleh dari tambak di

daerah Jeneponto dan 7 ekor berasal dari BBAP Takalar yang telah dibudidayakan

sejak tahun 2002.

B. Manajeman Pemberian Pakan

Jumlah makanan yang dikomsumsi oleh seekor ikan bandeng secara umum

berkisar antara 5%-6% dari berat tubuhnya per hari. Namun, jumlah makanan yang

dikomsumsi ikan bandeng dapat berubah-ubah, lebih sedikit atau lebih banyak

tergantung pada temperature lingkungan. Selain itu, jumlah komsumsi makanan

yang dipengaruhi oleh temperature itu juga berpengaruh.

Gambar 4. Pakan induk ikan Bandeng (Chanos chanos forskall) di BBAP Takalar.

32
Pakan yang diberikan sangat berpengaruh terhadap kematangan gonad dan

kualitas telur yang dihasilkan. Pakan induk bandeng yang diberikan berupa pakan

komersial (pellet) sekitar 1-3% dari total berat badan. Pemberian pakan dilakukan

sebanyak 2 kali (pagi dan sore hari) secara ad-libitum (sampai ikan kenyang).

Menurut Bambang (2002), selama dalam bak pemeliharaan induk bandeng diberi

makanan berupa pellet sebanyak 2%-3% dari berat tubuh induk per hari. jika

pengelolaannya kurang baik, induk dapat menderita cekaman (stress). induk

bandeng yang menderita cekaman tidak mau makan selama -7 hari. Untuk

meningkatkan kandungan nutrisi pakan dilakukan pengkayaan kandungan nutrisi

pakan. di BBAP Takalar, adapun bahan-bahan yang digunakan untuk pengkayaan

kandungan nutrisi pakan pada ikan bandeng antara lain: telur bebek, silase, dan

minyak cumi.

No. Bahan Pengkayaan Komposisi Fungsi


1. Telur bebek 5 butir Perekat/meningkatkan protein
2. Silase 20% Meningkatkan protein
3. Vitamin E 40mg/kg Mengurangi kadar lemak dalam perut
4 Vitamin C 1000mg/kg Meningkatkan kualitas telur
5. Minyak Cumi 5% Aktraktan

C. Sirkulasi (Pergantian Air)

33
Air jernih dengan sedikit plankton (alga hijau/biru) merupakan media yang

tepat bagi induk bandeng. Media yang nyaman akan merangsang bandeng

melakukan aktivitasnya termasuk kegiatan reproduksi. Kualitas air yang jelek (sering

ditumbuhi plankton coklat maupun blooming plankton) akan menghambat bandeng

bereproduksi. Kondisi deisebabkan karena rendahnya sirkulasi air yaitu kurang dari

100%. Sirkulasi merupakan suatu angka yang menunjukkan prosentasi dari jumlah

air yang masuk terhadap volume bak. Semakin tinggi debit air yang masuk angka

sirkulasi semakin besar, begitu pula sebaliknya. Ada dua macam sistem sirkulasi

yang bisa diterapkan, yaitu sirkulasi dengan volume air pada bak penuh sepanjang

hari dan sirkulasi dengan sistem pergantian air/menurunkan air dalam bak

(Ahmad,dkk. 1997).

Gambar 5. Sistem sirkulasi air.

Sistem yang dipakai di BBAP Takalar adalah sistem ke-2 dengan harapan

mempunyai keuntungan-keuntungan sebagai berikut:

34
1. Volume air kotor yang terganti semakin banyak dan diganti air baru sehingga

kualitas air meningkat.

2. Pada saat penurunan air, dinding bak dapat terkena sinar matahari sehingga

organism pathogen berkurang.

3. Berfungsi sebagai stressing sehingga dapat merangsang perkembangan

gonad, menambah nafsu makan dan menguraikan lemak.

4. Dapat mengontrol kondisi induk terutama pada saat pengurangan air.

Dengan pola sirkulasi yang diterapkan di BBAP Takalar meliputi penurunan

air pada pagi hari (± pukul 07.00 WITA) sampai kapasitas 50%, selanjutnya air

dinaikkan sampai penuh pada malam hari dan diharapkan saat terjadi pemijahan

induk bandeng sudah terjadi sirkulasi air atas sehingga telur dapat masuk ke bak

kolektor. Selanjutnya pompa pemasukkan air dimatikan dan pompa resirkulasi air

dari bak tandon dinyalakan sampai pagi. hal ini dimaksudkan agar air seterusnya

beresirkulasi selama 24 jam dan juga pompa pemasukan air laut diistirahatkan agar

tidak terjadi kerusakan apabila dinyalakan terus-menerus. Pergantian air dilakukan

setiap pagi hari, hal ini sesuai dengan Bambang (2002) bahwa selama dalam

perawatan, kualitas air bak harus terjaga dan terkontrol. Untuk menghindari air

berkualitas buruk, perlu penyiponan kotoran setiap hari yang dilakukan setiap pagi

hari.

D. Implantasi Hormon

35
Stadia induk adalah ikan yang memiliki kemampuan untuk bereproduksi.

Dalam stadia ini gonad ikan betina sudah dapat meproduksi telur dan ikan jantan

sudah dapat memproduksi sperma. Gonad sebagai organ reproduksi ikan

merupakan salah satu dari 3 komponen yang terlibat dalam reproduksi ikan, selain

sinyal lingkungan dan sistem hormon. Dalam proses pematangan gonad, sinyal

lingkungan yang diterima oleh sistem saraf pusat ikan itu akan diteruskan ke

hipotalamus. Akibatnya, hipotalamus melepaskan hormon GnRH (Gonadotropin

realizing hormone) yang selanjutnya bekerja pada kelenjar hipofisa. Hipotalamus

dan hipofisa terletak di otak belakang ikan. Hal ini menyebabkan hipofisa

melepasakan hormon Goadotropin-I yang berkerja pada gonad. Akibat kerja hormon

gonadotropin-I tersebut, gonad dapat mensintesis testoteron dan estradiol-β.

Estradiol-β selanjutnya akan merangsang hati mensintesis vitologenin yang

merupakan bakal dari kuning telur. Vitologenein tersebut kemudian dibawa oleh

aliran darah menuju gonad dan secara selektif akan diserap oleh Oosit. Akibat

menyerap vitologenin, oosit tumbuh membesar sampai kemudian berhenti apabila

mencapai ukuran maksimum

(http://mukhlasmuthiullah.blogspot.com/2009/03/hipofisa-dan-ovaprim.html).

Kematangan gonad induk bandeng dapat dipercepat dengan penggunaan

hormone LHRH (luteinizing hormon releasing hormon) atau Methyl Testosteron.

Penggunaan hormone dilakukan dengan cara dikemas dalam bentuk pellet yang

disuntikkan setiap sebulan sekali menggunakan alat suntik yang disebut implanter

(Bambang, 2002). LHRH (luteinizing hormon releasing hormon) adalah hormon dari

golongan protein yang dihasilkan oleh hipotalamus. Hormon ini molekulnya sagat

36
kecil dibandingkan dengan hormon golongan lainnya, yakni terdiri dari 10 asam

amino (dekapeptida). LHRH sebanarnya sama persis dengan GnRH. Karena LHRH

waktu paruhnya pendek sehingga mudah terurai dari dalam tubuh maka para ahli

menciptakan LHRH sintesis yang lebih tahan. LHRH jenis ini sering dikenal dengan

LHRH-analog (LHRH-a). jika hormon yang digunakan adalah LHRH, berarti

manipulasi yang dilakukan berada pada tingkat hipofisa.

Gambar: Kerja hormone untuk memacu perkembangan gonad induk bandeng

37
Peleksanaan penyuntikan pellet hormone agar induk bandeng

mau memijah dapat di lakukan sebulan sekali waktu dilakukan

pemeriksaan induk bandeng yang disuntik pellet hormone sebaiknya

telah berusia 4 tahundan paling sedikit beratnya 4kg. Penyuntikan

induk bandeng dilakukan setelah induk bandeng tersebut telah

dibius, sehingga

5.Pemeliharaan larva bandeng

Pertama menetas atau hari ke- 0 tidak dilakukan perlakuan apa-apa kecuali

mengecilkan aerasi dan mengontrol larva yang menetas. Pada hari ke – 1 kegiatan

pertama yang dilakukan adalah menyipon sisa-sisa telur yang tidak menetas dan

cangkang telur. Setelah itu dilakukan pemberian pakan dengan clorella sp. Pada

umur 1 – 16 pemberian clorella sp lebih banyak sedangkan pada numur 16 sampai

panen pemberian Rotifera lebih banyak.

Larva ikan bandeng yang baru menetas belum mempunyai pigmen mata dan

belum terbentuk sirip. Kantong telurnya masih menempel di bagian depan

mendekati kepala dan mulut nbelum terbentuk. Larva ikan bandeng yang baru

menetas mempunyai panjang 3 mm.

Pemnerian pakan clorella sp dan Rotifera sudah diberikan sejak larva pada umur

1 – 5 hari. Kepadatan chlorella sp diberikan 700.000 sel/ml karena pada umur awal

ini larva sangat sensitive terhadap cahaya. Rotifera yang diberikan pada larva umur

38
1 – 5 hari 7 ekor/ml. Pada larva umur awal jumlah pemberian Rotifera tidak banyak

karena pada saat itu larva belum begitu naktif makan.

Pakan buatan diberikan setelah larva berumur 15 hari berupa tepung beras

ditambah kuning telur. Pakan ini sebelum diberikan disaring dahuludan diencerkan

dalam air. Pengelolaan kualitas air selama pemeliharaan larva dilakukan dengan

pergantian aiur secara periodic. Pergantian air pada umumnya dilakukan sejak larva

memasuki hari ke 7 – 10 atau disesuaikan dengan kondisi larva. Prosentase

pergantian air untuk pertama kalinya 10 – 20 % dan pergantian air ditingkatkan

sejalan dengan pertambahan umur larva hingga mencapai 100 %.

Kualitas air media pemeliharaan sangat mempengaruhi kehidupan dan

pertumbuhan larva yang dipelihara. Oleh karena itu perlu dilakukan pergantian air

secara kontinyu. Teknik pergantian air dilakukan dengan cara perlahan-lahan yakni

denghan mengeluarkan air dari bak pemeliharaan melalui pipa paralon.

Sebelum dilakukan pemanenan, larva diberikan pakan buatan tepung beras

ditambah kuning telur dan setelah setengah atau satu jam dilakukan pergantian air

dengan air tawar. Setelah air dalam air bak sisa setengah dilakukan sipon agar

pada saat panen kotoran dalam bak tidak teraduk, selanjutnya air diturunkan hingga

20 – 30 cm dan panen dapat dilakukan.

BAB VI

39
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktek kerja Industri ( PRAKERIND )s yang

dilaksanakan di Balai Budidaya Air Payau ( BBAP ) Takalar Desa

Bontoloe, Kecamatan Galesong Selatan Kabupaten Takalar Propinsi

Sulawesi Selatan disimpulkan bahwa diperlukan manajemen yang baik

tentang pemeliharaan induk bandeng, baik dari segi pemilihan induk,

pengelolaan air maupun manajemen pakan. Sehingga dapat diperoleh

induk yang siap memijah dan mampu menghasilkan telur yang baik

dari segi kualitas dan kuantitas.

B. Saran

Perlu adanya peningkatan sarana dan prasarana yang mendukung

sehingga nantinya bisa meningkatkan produksi benih bandeng di masa

mendatang

DAFTAR PUSTAKA

40
Anonim, 1993. Pedoman Teknis Pembenhan Ikan Bandeng.
Deptan.BPPT.Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan.
Jakarta.

Bardach, J.R., J.A. Ryther and W.O McLarney. 1972. Aquaculture, The
Farming and Husbandry of Freshwater and Marine Organism. Wiley
Interscience, London

Karundeng, Hengki, H., 1994. Analisis Kelayakan Usaha/Proyek, Materi


untuk Pelatihan Agribisnis Perikanan Tahun 1994/1995.

Murtidjo, B.A..2002. Bandeng. Kanisius Jakarta

Wibowo, S. et al., 1994. Petunjuk Mendirikan Perusahaan Kecil. Penebar


Swadaya. Jakarta.

41
LAMPIRAN

Persiapan bak implantasi Persiapan alat dan bahan

Implantasi Pemeriksaan gonade

42
Egg kolektor Bak pemeliharan induk

43
DAFTAR ISI

Hal

HALAMANPENGESAHAN ……………………………………………. i

KATA PENGANTAR ……………………………………………………. ii

DAFTAR ISI ……………………………………………………………..

DAFTARGAMBAR ……………………………………………………..

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ……………………………………………..


B. Tujuan dan Kegunaan …………………………………….

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Biologi Ikan Bandeng ……………………………………...


B. Habitat dan Penyebaran Ikan Bandeng …………………
C. Kebiasaan Makan Ikan Bandeng ………………………..
D. Perkembangbiakan Ikan Bandeng ……………….

BAB III. KEADAAN UMUM LOKASI

A. Sejarah Singkat ……………………………………………


B. Struktur Organisasi ……………………………………….
C. Tata Letak Lokasi …………………………………………
D. Sarana dan Prasarana ……………………………………
E. Sistem Pengadaan Air Laut …………………………...
F. Sistem Pengadaan Air Tawar …………………………
G. Sistem Pengadaan Oksigen ………………………….

44
H. Sistem Pengadaan Listrik …………………………….
I. Bak Pemeliharaan dan Pemijahan Induk ……

BAB IV. METODE PRAKTEK

A. Waktu dan Tempat ……………………………………


B. Metode Praktek ………………………………………
C. Alat dan Bahan ………………………………………

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pengadaan Induk …………………………………..


B. Manajemen Pemberian Pakan ……………………
C. Sirkulasi …………………………………………….
D. Implantasi Hormon ………………………………..
E. Pemeliharaan Larva Bandeng ………………….

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN ………………………………….

B. SARAN …………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………..

LAMPIRAN …………………………………………………

45
DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 1. Struktur Organisasi Balai Budidaya Air Payau Takalar 13

Gambar 2. Blower yang digunakan di BBAP Takalar 18

Gambar 3. Skema Aliran Air dan Bak Induk 19

Gambar 4. Pakan Induk 22

Gambar 5. Sirkulasi Air 23

46
47

You might also like