Professional Documents
Culture Documents
1. PENDAHULUAN
Secara etimologis, kata birokrasi berasal dari kata “bureau” dan “cratos”.
Kata “bureau” merupakan kosakata bahasa Prancis yang berarti meja atau kantor.
Sementara “cratos” merupakan kosakata bahasa Yunani yang berarti kekuasaan.
Dengan itu, birokrasi —sepintas lalu, dapat dijelaskan sebagai kekuasaan di meja
atau kantor. Atau secara umum, birokrasi juga dapat dimenegrti sebagai “meja”
atau “kantor” penyelenggara tugas pemerintahan atau kekuasaan.
(Mustopadidjaja; 2002).
1
“Weber’s Theory of Bureaucracy”, merupakan karya yang “melahirkan-kembali”
dikursus birokrasi menjadi lebih mapan, serta merasionalisasikan diskursus
tersebut dari “ketakrasionalannya”. Atas alasan ini, Weber merupakan “tokoh
kunci” diskursus birokrasi. Sebab itu, dia penting diketengahkan untuk dikaji.
2
2. BIROKRASI LEGAL-RASIONAL WEBER
3
masing-masing posisi ini mempunyai pembagian kerja yang jelas, sehingga
memungkinkan spesialisasi tingkat tinggi. Pada gilirannya, spesialisasi ini akan
meningkatkan keahlian staf, serta memungkinkan organisasi untuk
mempekerjakan karyawan atas dasar kualifikasi teknis mereka.
4
Keenam, pekerjaan yang telah diberikan organisasi merupakan karir bagi
pejabat. Secara tipikal seorang pejabat adalah karyawan penuh dan menginginkan
karir seumur hidup di kantor.
Juga dalam buku tersebut, lebih labjut lagi Weber menjelaskan sepuluh
aturan dasar sebuah birokrasi legal-rasional. (Martin Albrow, terj.; 2004).
Pertama, para anggota staf bersifat bebas secara pribadi, dalam arti hanya
menjalankan tugas-tugas impersonal sesuai dengan jabatan mereka. Kedua,
terdapat girarki jabatan yang jelas. Ketiga, fungsi-fungsi jabatan ditentukan secara
tegas. Keempat, para pejabat diangkat berdasarkan suatu kontrak.
Ketujuh, pos jabatan adalah lapangan kerja yang pokok bagi para pejabat;
kedelapan, suatu struktur karir dn promosi dimungkinkan atas dasar senioritas dan
keahlian (merit) serta menurut pertimbangan keunggulan (superior). Kesembilan,
pejabat sangat mungkin tidak sesuai dengan pos jabatannya maupun dengan
sumber-sumber yang tersedia di pos terbut. Dan kesepuluh, pejabat tunduk pada
sisstem disiplin dan kontrol yang seragam.
5
3. SEMANGAT BIROKRASI WEBERIAN DI INDONESIA
Apa yang dimaksud Weber sebagai ideal typus birokrasi, atau yang
lumrah dikenal sebagai birokrasi legal-rasional, ternyata kentara sekali pada
sisitem pemerintahan Indonesia. Harus diakui, bahwa sistem pemerintahan
Republik Indonesia ditata berdasarkan semangat Weberian: bahwa birokrasi
adalah system of power (sistem kekuasaan). Sistem pemerintahan (eksekutif)
Republik Indonesia dipimpin oleh seorang kepala pemerintahan, yakni presiden
berikut wakil presiden. Sementara, dalam menjalankan fungsinya, kepresidenan
ini dibantu oleh bawahan-bawahan, berupa menteri-menteri, pejabata-pejabat
departemen, dan lain-lain.
Di samping itu, enam dalil birokrasi yang digariskan Weber juga terlihat
pada sistem pemerintahan Republik Indonesia. Pasalnya, dalam pemerintahan
Republik Indonesia dipraktekkan enam dalil birokrasi Weber tersebut. Pertama,
tugas-tugas organisasi dibagi ke posisi-posisi resmi yang mempunyai pembagian
kerja jelas. Hal ini nampak jelas misalnya dalam penataan para menteri, selaku
pembantu yang berposisi langsung di bawah presiden; mereka dibagi ke dalam
posisi-posisi tertentu dengan kerja-kerja yang jelas bagi masing-masing posisi.
6
bawahnya. Sekaligus, setiap menteri merupakan struktur hierarkis di bawah
presiden.
7
Dengan demikian, nyata bahwa enam dalil birokrasi yang digariskan
Weber terpraktek kuat pada sistem pemerinatahan Republik Indonesia.
Sebagaimana terlihat dalam penjelasan di atas, enam dalil tersebut dapat ditelusuri
wujud-konkritnya dalam sistem pemerintahan Republik Indonesia.
Namun tak hanya itu, sepuluh aturan dasar birokrasi Weber juga terdapat
dalam sistem pemerintahan Republik Indonesia. Pasalnya, pertama, setiap pejabat
dalam pemerintaha Republik Indonesia adalah bersifat bebas secara pribadi.
Dalam sistem pemerintahan Republik Indonesia, setiap pejabat hanya
menjalankan tugas-tugas sesuai dengan jabatannya. Kedua, dalam sistem
pemerintahan Republik Indonesia terdapat hierarki jabatan yang jelas, dengan
presiden sebagai kepala pemerintahan. Ketiga, dalam sistem pemerintahan
Republik Indonesia, setiap jabatan mempunyai fungsi yang jelas dan tegas.
8
pertimbangan keunggulan (superiority). Kesembilan, dalam sistem pemerintahan
Republik Indonesia, pejabat sangat mungkin tidak sesuai dengan pos jabatannya
maupun dengan sumber-sumber yang tersedia di pos terbut. Dan kesepuluh, dalam
sistem pemerintahan Republik Indonesia, setiap pejabat tunduk pada sisstem
disiplin dan kontrol yang seragam, yang secara formal diakui negara.
9
4. CATATAN AKHIR
10
DAFTAR PUSTAKA
11