Professional Documents
Culture Documents
H. Ahmad Heryawan, Lc
dr. H. Hanny Ronosulistyo, Sp.OG(K).,M.M.
Editor:
Gani Yordani
TERALI JIWA
Penulis
H. Ahmad Heryawan, Lc
dr. H. Hanny Ronosulistyo, Sp.OG(K)., M.M.
Editor
Gani Yordani
Desain Cover
GaN ‘n Box
Visual Communication
ii Terali Jiwa
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
SAMBUTAN
iv Terali Jiwa
SAMBUTAN
Terali Jiwa v
Rasulullah saw. bersabda bahwa Al-
insaanu mahallu al-khatho wa an-nisyaan,
“manusia adalah sarangnya khilaf dan salah.”
Tidak ada manusia sempurna yang luput
dari kesalahan, bahkan Nabi sekalipun.
Kesempurnaan manusia terbentuk manakala
ia berbuat dosa kemudian segera menyadari,
memperbaiki, bertaubat mensucikan jiwa
dan berikrar untuk tidak mengulangi.
Manusia dicipta untuk berbuat
kebajikan tetapi ia kerap licik; dicipta sebagai
pendamai tetapi ia penumpah darah; dicipta
untuk patuh tetapi ia menjauh; dicipta dalam
ikrar tetapi ia ingkar. Diberi kunci pembuka
pintu taubat, tetapi justru mematahkannya.
Terkadang sebagai manusia yang pernah
melakukan dosa besar berulang-ulang,
kita menjadi ragu, akankah Tuhan masih
memberi kesempatan pada kita untuk
kembali kepada jalan yang benar? Ada
sebuah jaminan pasti dari Allah swt. bahwa
pintu taubat-Nya selalu terbuka, bahwa
kasih sayang-Nya jauh lebih besar daripada
amarah-Nya. Sebesar apapun dosa tercipta,
selama kembali dan bertaubat pada-Nya,
maka Tuhan akan selalu memaafkan. Allah
swt. berfirman:
“Katakanlah: hai hamba-hamba-
vi Terali Jiwa
Ku yang melampaui batas terhadap diri
mereka sendiri, janganlah kamu berputus
asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya
Allah mengampuni dosa-dosa semuanya.
S e s u n g g u h n y a D i a l a h Ya n g M a h a
Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S.
Az-Zumar: 53)
Sebesar apapun dosa kita,
kesempatan untuk bertaubat pada-Nya
selalu ada. Taubat an-nashuha adalah kunci
bagi pembersihan jiwa. “Dan bersegeralah
kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan
kepada surga yang luasnya seluas langit
dan bumi yang disediakan untuk orang
bertakwa.” (Q.S. Ali Imran: 133). “Tangisan
seorang pendosa yang bertaubat lebih Allah
cintai daripada tasbih para wali,” demikian
sabda Nabi saw.
Ada banyak metode bagaimana
cara kita bertaubat. Metode yang dibentuk
oleh negara, salah satunya adalah dengan
mendirikan lembaga pemasyarakatan
sebagai wadah pembinaan bagi warga
negara yang pernah melakukan kesalahan.
Tentu saja, secanggih apapun sistem lembaga
pemasyarakatan, keefektifannya tidak akan
pernah bisa berjalan optimal manakala
tiadanya dukungan dari masyarakat.
Terali Jiwa ix
x Terali Jiwa
SAMBUTAN
DIREKTUR JENDERAL
PEMASYARAKATAN
Assalamu’alaikum warahmatullahi wa
barakatuh,
Istilah “Pemasyarakatan” secara
resmi menggantikan istilah kepenjaraan
sejak tanggal 27 April 1964 melalui amanat
tertulis Presiden Soekarno yang dibacakan
pada konferensi Dinas Para Pejabat
Kepenjaraan di Lembang Bandung. Di
dalam sistem Pemasyarakatan disebutkan
bahwa keberhasilan pembinaan warga
binaan ditentukan oleh tiga aspek, yaitu
warga binaan itu sendiri, peran petugas
pemasyarakatan, dan peran serta masyarakat
untuk turut ambil bagian dalam membina
d a n m e m b i m b i n g m e re k a m e n j a d i
manusia seutuhnya, menyadari kesalahan,
memperbaiki diri dan tidak mengulangi
tindak pidana, sehingga dapat diterima
kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat
aktif berperan dalam pembangunan, dan
dapat hidup secara wajar sebagai warga
yang bertanggung jawab.
Buku berjudul “TERALI JIWA” ini,
Terali Jiwa xi
merupakan salah satu bentuk kepedulian
masyarakat terhadap pembinaan warga
binaan pemasyarakatan. Untuk itu, saya
menyambut baik, sekaligus menyampaikan
apresiasi serta ucapan terima kasih yang
sedalam-dalamnya kepada H. Ahmad
Heryawan, Lc dan dr. H. Hanny Ronosulistyo,
Sp.OG(K).M.M. yang telah tergerak hatinya,
di samping kesibukan sehari-hari, namun
masih peduli dan menyempatkan diri
memberikan sebuah pencerahan bagi warga
binaan pemasyarakatan.
Buku ini pantas dan layak dibaca oleh
para warga binaan pemasyarakatan dalam
menghadapi hari-hari di balik jeruji serta
mempersiapkan masa yang akan datang
bila bebas nanti. Makna filosofis di balik
judul buku ini, ingin meneguhkan makna
religius bahwa sesungguhnya warga binaan
pemasyarakatan adalah juga makhluk
Tuhan yang perlu mendapat perhatian
kita semua. Warga binaan pemasyarakatan
adalah mereka yang sedang mengalami
keretakan hubungan hidup, kehidupan, dan
penghidupan sehingga mereka ditempatkan
di dalam Lembaga Pemasyarakatan. Mereka
bukan penjahat, hanya tersesat, belum
terlambat untuk bertaubat.
Untung Sugiyono
Terali Jiwa xv
bagi para warga binaan dengan melakukan
empowering pada diri mereka, yaitu
memberikan pemahaman kepada mereka
bahwa mereka memiliki masa depan, bahwa
diri mereka sangatlah berarti dan dapat
memberikan manfaat bagi orang lain.
Buku ini adalah salah satu upaya
empowering tersebut. Karenanya, saya
menyambut baik ide pembuatan buku
ini. Semoga hal ini dapat menjadi sumber
inspirasi bagi munculnya kreasi-kreasi
lainnya dari berbagai pihak dalam rangka
turut serta melakukan pembinaan terhadap
saudara-saudara kita, warga binaan.
Bandung,
Wassalam,
Namun,
Apakah daya seorang hamba
Menghadapi cobaan-Nya
Menyikapi
Qadha danQadar-Nya
Sambutan
Menteri Kesehatan...................................... iii
Sambutan
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia v
Sambutan
Direktur Jenderal Pemasyarakatan .... xi
Sambutan
Kepala Kejaksaan Tinggi Jabar ............. xv
Sambutan
Kepala Pengadilan Tinggi Jabar ............ xvii
Sambutan
Kapolda Jabar .............................................. xix
Sambutan
DPD Asosiasi Advokat Indonesia
Jawa Barat ..................................................... xxi
Sambutan
ESQ Leadership Center ........................... xxiii
Prakata ............................................................ xxv
Ucapan Terima Kasih ................................ xxix
Daftar Isi ........................................................... xxxiii
Bagian I
Manusia ............... ............................................ 1
Bagian II
Mengapa Aku Berbuat Salah? ............... 5
Untuk :
Ayahanda dan Ibunda kami
K.H. Ali Imran (alm)
K.H. Muslim Zaenuddin (alm)
K.H. Dudung Abdullah M.A,
Kawan-kawan
yang sedang diuji kesabaran oleh Allah swt.
Semoga kawan-kawan
dapat mengambil hikmah dari cobaan ini.
Terali Jiwa 1
Pertama, manusia diciptakan dalam bentuk
yang paling sempurna. Kedua, manusia
diberikan nafsu atau kehendak sehingga
dapat mengeluarkan dan memanfaatkan
potensi berupa bakat dan kemampuan
yang telah diberikan Allah sebagai bekal
untuk hidupnya di dunia ini. Ketiga, manusia
diberikan nurani atau perasaan untuk dapat
membedakan mana yang baik dan mana
yang buruk. Keempat, manusia diberikan
akal untuk dapat mengolah dan mengatur
ketiga hal tersebut (keadaan fisik yang baik,
nafsu, dan nurani) sesuai dengan kehendak
Sang Pencipta.
Subhanallah. Allahu Akbar. Begitu
sempurnanya manusia. Namun sayang,
seringkali kita tak menyadarinya sehingga
seringkali kita berkeluh kesah. Dan bila sikap
keluh kesah itu terus kita rawat, ia akan selalu
muncul dalam setiap tarikan napas. Saat itu
terjadi, kita akan semakin asing dengan diri
kita sendiri untuk akhirnya kita tak mengenal
siapa diri kita. Ketika itu pula, kita takkan
mengenal siapa Tuhan kita. Maka, tak ada
cara lain selain berupaya mengenal diri kita
2 Terali Jiwa
dengan cara menggunakan sebaik mungkin
potensi yang telah Allah berikan pada kita.
“Man ‘arofa nafashu fa qod ‘arofa Robbahu,
Barangsiapa mengenal dirinya, tentu ia akan
mengenal Tuhannya,” demikian kata-kata
hikmah Ali bin Abi Thalib.
Benarlah adanya bahwa di samping
potensi dan sifat-sifat positif, manusia
pun terlahir dengan membawa sifat-sifat
negatif seperti tergesa-gesa, sering berkeluh
kesah, tamak dan bakhil. Namun, sifat-sifat
negatif tersebut bukanlah untuk dirawat
sehingga mendarah daging dan menjadi
karakter yang melekat dalam diri, melainkan
harus diperangi dengan selalu berupaya
memelihara dan menonjolkan sifat hanif
(cenderung pada kebaikan) dan fitrah iman
(keyakinan dan kesaksian bahwa Allah
adalah Tuhannya) yang telah tertanam
sejak berada di alam rahim. “Dan (ingatlah),
ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan
anak-anak Adam dari sulbi mereka dan
Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa
mereka (seraya berfirman), “Bukankah aku
ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul
(Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.”
(Kami lakukan yang demikian itu) agar
di hari kiamat kamu tidak mengatakan:
Terali Jiwa 3
“Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah
orang-orang yang lengah terhadap ini
(keesaan Tuhan).” (Q.S. Al A’raaf: 172)
“Mak a hadapk anlah wajahmu
dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah
atas) fitrah Allah yang telah menciptakan
manusia menurut fitrah itu. Tidak ada
perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama
yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui.” (Q.S. Ar-Ruum: 30).
Potensi yang diberikan Allah serta
sifat-sifat positif yang telah diberikan Allah
tersebut semestinya dapat mengantarkan
manusia pada kebahagiaan. Namun,
mengapa kita kadang –atau bahkan sering—
terperosok pada kesalahan sehingga
membuat kita makin jauh dari kebahagiaan
tersebut? Mengapa sifat-sifat negatif malah
menjadi lebih menonjol dalam hidup
keseharian kita? Kita telusuri jawabannya
pada Bagian Kedua buku ini.
4 Terali Jiwa
BAGIAN II
MENGAPA AKU BERBUAT SALAH?
Terali Jiwa 5
Begini, di dalam jiwa manusia ada
tiga nafsu. Pertama, nafsu muthmainnah,
yaitu nafsu yang mengajak pada kebaikan.
Kedua, nafsu lawwamah yaitu nafsu yang
memberikan peringatan. Ketiga, nafsu
amarah, yaitu nafsu yang mengajak pada
keburukan. Ketiga nafsu tersebut hidup
dalam jiwa manusia sambil memainkan
fungsinya masing-masing.
Kita lihat contoh berikut. Suatu waktu
kita berniat berbohong untuk yang pertama
kalinya. Nafsu lawwamah mengingatkan:
“Bohong itu nggak baik, dosa.” Kemudian
nafsu muthmainnah berkata, “Makanya,
jangan bohong!”. Tapi nafsu amarah berkata
sebaliknya: “Sekali-sekali mah nggak apa-
apa bohong!” Maka, terjadilah tarik menarik
antara nafsu muthmainnah dengan nafsu
amarah.
Dalam peperangan antara kedua
nafsu tersebut, malaikat membantu nafsu
muthmainnah dan setan membantu nafsu
amarah dengan kekuatan yang sama. Di
sinilah akal memainkan perannya. Karena
dibantu oleh pertimbangan akal, semestinya
6 Terali Jiwa
nafsu muthmainnah yang menang. Namun,
akal kita sering tak berfungsi karena kita
memperturutkan nafsu amarah. Saat nafsu
amarah menang dalam pertempuran
tersebut dan kita berbohong untuk pertama
kalinya, kita akan menyesal, gelisah, tidak
bisa tidur, tidak enak makan, takut ketahuan,
dan takut dosa. Perasaan ini dimunculkan
oleh nafsu lawwamah yang tadi telah
memberi peringatan bahwa bohong itu
nggak baik. Namun, bila pada masa-masa
selanjutnya nafsu amarah selalu menang
dan kita berbohong untuk kedua kalinya,
ketiga, keempat, dan seterusnya sampai
menjadi kebiasaan, perasaan menyesal dan
gelisah semakin berkurang. Saat bohong
sudah menjadi karakter, perasaan menyesal
akan berubah menjadi rasa bangga karena
kita menganggap telah berhasil mengelabui
orang. Ini terjadi karena nafsu lawwamah
sudah sangat lelah memberikan peringatan
pada kita.
Sekarang kita lihat bagaimana
bila nafsu muthmainnah yang menang
dalam pertempuran tersebut. Saat nafsu
muthmainah menang, hati kita akan merasa
Terali Jiwa 7
sangat lega dan perasaan menjadi tenang
walaupun harus menghadapi risiko dengan
berkata jujur. Akal kita pun dapat berfungsi
dengan baik sehingga berhasil mengontrol
nafsu amarah. Nah, pada saat seperti inillah
nilai kita sebagai manusia di hadapan Allah
menjadi sangat tinggi, melebihi derajat para
malaikat. Mengapa demikian? Karena kita
telah bersusah payah bertempur melawan
nafsu amarah untuk dapat berjalan di
atas rel kebenaran dan patuh terhadap
ketentuan dari Sang Pencipta. Sedangkan
para malaikat, mereka tidak memerlukan
perjuangan sedikit pun untuk patuh kepada
Allah karena mereka tidak memiliki nafsu.
Artinya, proses perjuangan manusia dalam
menekan sifat-sifat buruk yang ada dalam
dirinya sangat dihargai oleh Allah, sehingga
Ia menjanjikan Surga di alam akhirat, sebuah
kenikmatan tak berujung, kebahagiaan
abadi.
Lantas, bagaimana bila kita telanjur
memperturutkan nafsu amarah? Masihkah
ada kesempatan untuk memperbaikinya?
Bagaimana caranya? Mari kita kupas
8 Terali Jiwa
BAGIAN III
ALLAH MAHA PENGAMPUN
Terali Jiwa 9
Kalimat “Telanjur Basah” harus kita
coret dari dari buku harian kita. Kata-kata
“Kepalang Salah” atau “Kagok Borontok”
harus kita enyahkan dari benak kita. Kalau
kaki kiri kita terperosok ke dalam lumpur,
kita harus berupaya mengangkat dan
membersihkannya, bukan malah sekalian
menceburkan kaki kanan. Bahkan, kalaupun
seluruh badan kita telah masuk ke dalam
kubangan lumpur, kita harus berupaya
berenang ke tepian dan menyirami tubuh
kita dengan air bening yang bersih dan sejuk.
Kalaulah lumpur itu diibaratkan
sebagai kesalahan dan dosa, maka upaya
kita untuk keluar dari lumpur tersebut
adalah taubat, dan air bening yang sejuk itu
adalah kasih sayang dan ampunan Allah.
Tak ada alasan bagi kita untuk berputus
asa dari rahmat dan ampunan-Nya, karena
Ia adalah Sang Maha Pengampun. Kasih
sayang-Nya jauh lebih besar daripada murka-
Nya, ampunan-Nya jauh lebih luas daripada
siksa-Nya. Ia membentangkan tangan-Nya
di waktu malam untuk menerima taubat
hamba-hamba-Nya yang berbuat dosa di
10 Terali Jiwa
waktu siang, dan Ia pun membentangkan
tangan-Nya di waktu siang untuk menerima
taubat hamba-hamba-Nya yang berbuat
dosa pada waktu malam.
Terali Jiwa 11
orang. Kemudian ia bertanya, “Bisakah saya
bertaubat?” Orang alim itu menjawab, “Ya,
bisa. Siapakah yang akan menghalangi
orang yang akan bertaubat? Pergilah kamu
ke kota ini (sambil menggambarkan ciri-ciri
kota yang dimaksud) sebab di sana terdapat
orang-orang yang menyembah Allah Ta’ala.
Beribadahlah kepada Allah bersama mereka
dan jangan kembali ke kotamu karena
kotamu telah jelek.”
Laki-laki itu pun berangkat. Ketika
menempuh separuh perjalanan, maut
menghampirinya. Kemudian timbullah
perselisihan antara Malaikat Rahmat dan
Malaikat Azab tentang siapakah yang lebih
berhak membawa roh laki-laki tersebut.
Malaikat Rahmat beralasan bahwa orang
ini datang dalam keadan bertaubat dan
menghadapkan hatinya kepada Allah.
12 Terali Jiwa
Sedangkan Malaikat Azab beralasan bahwa
laki-laki tersebut tidak pernah melakukan
amal baik. Kemudian Allah swt. mengutus
malaik at yang menyerupai manusia
mendatangi keduanya untuk menyelesaikan
masalah itu. Malaikat yang menyerupai
manusia itu berkata, “Ukurlah jarak kota
tempat ia meninggal antara kota asal dengan
kota tujuan. Mana yang lebih dekat, maka
itulah bagiannya.”
Para malaikat itu lalu mengukur
jaraknya. Ternyata mereka mendapati
laki-laki tersebut meninggal pada tempat
yang lebih dekat dengan kota tujuan. Maka
Malaikat rahmatlah yang berhak membawa
roh laki-laki itu.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
Begitulah kasih sayang dan
ampunan Allah. Kita lihat, walaupun laki-
laki tadi tak pernah berbuat kebaikan, tetapi
karena ia telah bertekad untuk bertaubat,
Allah mengampuninya dengan memberi
ketetapan bahwa ia berada dalam lindungan
dan rahmat-Nya. Berikut ayat Al Quran
dan hadis qudsi yang menjelaskan betapa
besarnya ampunan Allah.
Terali Jiwa 13
“Katakanlah (wahai Muhammad):
“ Wahai hamba-hamba-Ku yang telah
berlebih-lebihan merugikan diri sendiri,
janganlah berputus asa dari rahmat Allah.
Sesungguhnya Allah mengampuni segala
dosa karena Dialah Yang Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.” (Q.S. Az-Zumar: 53)
“Wahai Bani Adam! Apabila engkau
mengajukan permohonan dan mengharap
kepada-Ku, Ku-ampuni segala yang ada
padamu tanpa perduli. Wahai Bani Adam!
Sekalipun dosa-dosamu bertumpuk-tumpuk
hingga setinggi langit, tapi kemudian
engkau meminta ampun kepada-Ku,
niscaya Kuampuni dosamu. Wahai Bani
Adam! Sekiranya engkau datang dengan
dosa setimbang bumi, kemudian engkau
menemui Aku dalam keadaan tidak
menyekutukan Aku dengan sesuatu pun,
niscaya Aku kurniakan ampunan setimbang
dosa itu.” (HQR Turmudzi yang bersumber
dari Anas r.a.)
Apa dan Bagaimana Taubat Itu?
Manusia yang baik buk anlah
manusia yang tak pernah berbuat salah,
14 Terali Jiwa
karena tak seorang pun manusia yang luput
dari kesalahan dan dosa. Manusia yang
baik adalah manusia yang ketika ia berbuat
kesalahan, ia menyesali kesalahannya,
bertekad untuk tidak mengulanginya,
memohon ampun kepada Allah, dan
mengiringi kesalahan tersebut dengan
banyak berbuat kebaikan. Bila kesalahan
tersebut menyangkut hak orang lain, maka
meminta maaf adalah suatu kemestian.
Demikianlah Rasulullah saw. memberikan
bimbingan kepada kita. Bila hal ini dapat
kita laksanakan, maka kita sudah termasuk
ke dalam golongan orang-orang yang
bertaubat.
Apa yang harus kita lakukan setelah
bertaubat? Menjaga diri dengan sebaik-
baiknya agar tak mengulangi kesalahan
yang sama adalah sebuah kemestian agar
dosa-dosa kita diampuni Allah. Untuk itu,
kita harus semakin mendekat kepada Allah
dengan melaksanakan amal-amal saleh, baik
yang bersifat hubungan langsung kepada
Allah (hablum min Allah) maupun yang
bersifat hubungan dengan sesama manusia
(hablum min an-naas).
“Sesungguhnya Aku benar-benar Maha
Menyayangi sesama makhluk Allah, salah satu jalan diterima
taubat oleh Allah. Seorang wanita pezina mendapat ampunan
Allah karena menolong anjing yang kehausan dengan
melepas sepatunya untuk mengambil air dari sumur yang
tak ada embernya. (K.H. Irfan Q -- Cimahi)
Terali Jiwa 15
Pengampun bagi orang yang taubat, beriman
dan beramal saleh, kemudian ia mengikuti
petunjuk.” (Q.S. 20 Thaahaa: 82)
Maka, selama kita masih diberikan
napas oleh Allah dan matahari belum terbit
dari sebelah barat, kesempatan bagi kita
untuk bertobat terbuka lebar. Masalahnya
adalah, kita tak tahu sampai kapan kita
diberikan kehidupan dan kapan tibanya
hari kiamat. Sangat mungkin usia kita
tinggal beberapa hari lagi, bahkan mungkin
beberapa menit lagi. Karenanya, tak ada
alasan untuk menunda-nunda taubat.
“Sesungguhnya allah Yang Maha Agung
akan menerima taubat seseorang sebelum
nyawanya sampai di tenggorokan (sebelum
sekarat)” (H.R. Tirmidzi)
“Siapa saja yang bertaubat sebelum matahari
terbit dari barat, niscaya Allah menerima
Tidak setiap orang yang berada di balik terali besi itu bersalah.
Bisa jadi mereka tengah menerima musibah, cobaan atau
ujian karena khilaf atau terpaksa. Bahkan tak sedikit karena
korban fitnah. Nun di luar sana, banyak orang-orang berdosa
berkeliaran menikmati alam bebas. Bagi mereka yang yakin
dan bertawakal atas keagungan dan kekuasaan Allah swt.,
serta senantiasa bersujud berserah diri ke hadirat-Nya, pasti
akan menerima rahmat, barokah, dan rido, dan maghfiroh-
Nya. Jadikan lingkungan terali besi sebagai tempat tadarus
dan tarbiyyah untuk menimba ilmu dan mendekatkan diri
ke haribaan-Nya. Banyak orang yang keluar dari terali besi
menjadi tokoh nasional (Soekarno, Hamka, Natsir, AM Fatwa,
dsb.) (H. Idad Soemarta)
16 Terali Jiwa
BAGIAN IV
AKU TAK BERSALAH !
Terali Jiwa 17
hal yang telah kita perbuat sambil berupaya
berpikir positif atas hikmah yang ada di balik
musibah tersebut. Bisa jadi, pada masa-
masa lalu kita pernah berbuat kesalahan
yang menyakitkan atau merugikan orang
lain tetapi saat itu kita tak mendapat
ganjaran yang setimpal atas kesalahan
yang kita perbuat tersebut. Ganjarannya
malah menimpa diri kita pada saat kita tak
melakukan kesalahan. Kalau toh kita merasa
bahwa selama ini pun kita tak pernah berbuat
kesalahan yang merugikan orang lain namun
kemudian kita diberikan ganjaran hukuman,
berpikir positif terhadap rencana Allah di
balik semua musibah adalah jauh lebih
baik daripada meluapkan rasa marah dan
memendam kesedihan berkepanjangan.
Marah dan sedih yang
berkepanjangan sama sek ali tak k an
mengubah keadaan. Adalah jauh lebih
baik dan bermanfaat bila dalam keadan
terzalimi, kita makin mendekat kepada
Allah, memanjatkan do’a dalam setiap
kesempatan kepada Allah Al ‘Adlu, Sang
Hakim yang paling Adil. Yakinlah, Allah akan
mendengar dan menjawab do’a yang kita
panjatkan. Adapun waktu pengabulannya,
18 Terali Jiwa
Allah-lah yang paling mengetahui saat yang
paling tepat. Karenanya, berpikiran positif
kepada Allah merupakan keniscayaan.
Jangan sampai bibir kita berdo’a tetapi hati
menggerutu karena do’a yang kita panjatkan
belum dikabulkan-Nya. Ilmu Allah Mahaluas,
dan yakinlah ia pasti memberikan yang
terbaik untuk hamba-hamba yang dicintai-
Nya.
Yang juga harus kita perhatikan
adalah isi do’a. Saat kita dizalimi, do’akan
orang yang menzalimi kita agar menyadari
kesalahan dan kekeliruannya sambil berupaya
memaafkannya dan menghilangkan rasa
dendam yang berkecamuk di dalam dada.
Memang, untuk memaafkan dan mendo’akan
yang baik-baik bagi orang yang menzalimi
kita sangatlah sulit. Biasanya kita akan merasa
sangat puas bila menyumpah serapah orang
tersebut dan mendo’akannya dengan
keburukan-keburukan. Namun, bila ini
yang kita lakukan, secara tak sadar kita telah
meminta kepada Allah untuk membalaskan
dendam kita. Padahal, Allah lebih menyukai
orang yang memaafkan. Adapun bentuk
hukuman Allah bagi mereka yang berbuat
zalim bukanlah urusan kita. Allahlah yang
Jiwa yang lapang tak surut dilecut, hati yang teduh tak
gersang dikekang, pikiran merdeka melintas batas Lapas.
(Prof. DR. Melani Budianta -- UI)
Terali Jiwa 19
kelak lebih berhak memberikan hukuman
tersebut. Kita simak penjelasan Rasulullah
(berkaitan dengan orang yang berbuat
zalim) berikut.
Kelak pada hari kiamat, hamba-
hamba Allah akan dikumpulkan dalam
keadaan telanjang bulat dan tak beralas
kaki, benar-benar dalam keadaan polos.
Kami (para sahabat) bertanya: “Apakah
polos itu?” Nabi saw. menjawab: “Tidak ada
sesuatu pun pada tubuhnya.” Dalam keadaan
itulah mereka mendengar suara panggilan
yang dapat didengar orang-orang yang
jauh dan dekat: “Akulah Daiyyan, Akulah
Raja. Tidak selayaknya ahli neraka masuk
neraka selama masih mempunyai hak pada
ahli surga sebelum Aku selesaikan haknya.
Dan tidak sepantasnya ahli surga masuk
surga selama ahli neraka masih mempunyai
hak padanya sebelum Aku selesaikan lebih
dahulu, sekalipun hanya satu tamparan.”
Para sahabat bertanya: “Bagaimana cara
membayarnya sedangkan kita telanjang dan
polos?” Nabi saw. menjawab dengan ringkas:
“Pahala kebaikan dan dosa kejahatan”.
Orang yang disebut muflis (bangkrut/
20 Terali Jiwa
pailit) dari golongan umatku ialah orang
yang datang pada hari kiamat membawa
amal ibadahnya berupa shalat, shaum dan
zakat, tapi di samping itu ia membawa dosa
karena pernah memaki, menuduh, memakan
harta orang tanpa hak, menumpahkan
darah dan memukul. Orang yang pernah
dianiaya diberi pahala dari amal perbuatan
yang menganiayanya. Demikian seterusnya.
Apabila amal kebaikannya telah habis,
diambilkan dosa orang yang dianiaya itu dan
dibebankan kepadanya sehingga ia berhak
dimasukkan ke dalam neraka dan kemudian
dilaksanakan hukuman baginya.
Karenanya, berpikir positiflah selalu
kepada Allah. Ia adalah Hakim yang paling
baik dan paling adil. “Barangsiapa yang
mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun,
niscaya dia akan melihat balasannya. Dan
barangsiapa yang mengerjakan kejahatan
sebesar dzarrah pun, niscaya dia akan
melihat balasannya pula.” (Q.S. Al Zalzalah
99: 7-8)
Karenanya, jangan jadikan
Orang yang baik bukanlah orang yang tak pernah berbuat
salah, akan tetapi orang baik adalah orang yang sadar akan
kesalahannya dan berjanji untuk memperbaikinya.
Manusia berada pada dua kutub yang bertolak belakang,
antara malaikat yang taat dan iblis yang selalu berbuat dosa.
Manusia tak mungkin menjadi malaikat, tapi jangan menjadi
iblis. Jadikanlah dirimu sebagai manusia yang baik. (K.H.
Muhaimin Lufti -- Kakanwil Depag Jabar).
Terali Jiwa 21
kesusahan dan penderitaan kita sia-sia.
Jadikanlah ia sebagai peluntur dosa, anak
tangga mencapai derajat yang lebih tinggi
di hadapan Allah Sang Maha Pencipta,
serta sarana menggapai surga yang penuh
kenikmatan. Sangat mungkin, tanpa ujian
ini kita takkan pernah dapat mencium
harumnya surga karena amal-amal kita
selama ini (baik kepada Allah maupun
kepada sesama) tidak mencukupi untuk
mendapatkan “tiket” menuju surga.
“...Boleh jadi kamu membenci
sesuatu, padahal ia amat baik bagimu,
dan boleh jadi pula kamu menyukai
sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu;
Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak
mengetahui.” (Q.S. Al Baqarah 2: 216)
22 Terali Jiwa
akan dicatat di dalam buku amal yang
sangat akurat dan akan sangat bermanfaat
untuk mensucikan dosa-dosa yang pernah
diperbuat.
Berikut ringkasan kisah Nabi Yusuf
a.s. yang mendekam di dalam penjara
bukan karena berbuat kejahatan, namun
justru karena ia tak mau mengikuti ajakan
seseorang yang berpengaruh untuk berbuat
tidak benar.
Setelah dibuang oleh saudara-
saudaranya ke dasar sumur dan ditemukan
oleh para musafir, Yusuf dijual oleh para
musafir tersebut kepada Menteri Raja Mesir
yang bernama Qitfir. Qitfir ini memiliki istri
bernama Zulaikha.
Yu s u f p u n b e ra n j a k d e wa s a .
Allah memberinya ketampanan dan ilmu
pengetahuan. Karena ketampanan Yusuf,
Zulaikha kemudian jatuh hati dan mencintai
Yusuf. Ketika suami Zulaikha tengah bertugas
ke istana kerajaan, Zulaikha menggoda Yusuf
Terali Jiwa 23
dengan memperlihatkan tubuhnya dan
mengunci semua pintu seraya berkata, “Hai
Yusuf, kemarilah!” Hampir saja Yusuf tergoda,
namun Yusuf berhasil mengendalikan dirinya
dan berkata, “Aku berlindung kepada Allah,
dan sesungguhnya tuanku (Qitfir) telah
memperlakukan aku dengan baik.”
Zulaikha yang telah dikuasai oleh
syahwatnya menjadi sangat marah terhadap
penolakan Yusuf. Ia pun menarik baju Yusuf
yang berlari menuju pintu hendak keluar,
sehingga baju Yusuf pun sobek. Kemudian
keduanya mendapati Qitfir di depan pintu
dan Zulaikha lantas menghampiri suaminya
tersebut dan memfitnah Yusuf. Ia berkata
pada suaminya, “Apakah balasan terhadap
orang yang hendak berbuat serong pada
istrimu selain dipenjarakan?” Yusuf pun
berusaha menjelaskan kejadian yang
sebenarnya.
Singkat cerita, penolakan Yusuf
ter ha d ap a jak a n Zulaik h a terseb ut
menyebabkan Yusuf harus mendekam di
dalam penjara. Yusuf berkata, “Wahai Tuanku,
penjara lebih aku sukai daripada memenuhi
ajakannya.”
24 Terali Jiwa
BAGIAN V
SABAR DAN SYUKUR
Terali Jiwa 25
Dengan sangat cerdas dan bijak
Ali bin Abi Thalib berkata, “Jika
engkau bersabar, takdir akan tetap
berlaku bagimu, dan engkau akan
mendapatkan pahala. Jika engkau
berkeluh kesah, takdir juga akan
tetap berlaku bagimu, dan engkau
akan mendapatkan dosa.”
c. Waktu yang kita lalui bukanlah
untuk disia-siakan dengan hanya
meratapi nasib yang menimpa,
tetapi untuk diisi dengan hal-hal
yang bermanfaat bagi diri dan untuk
sesama. Banyak hal yang dapat
kita perbuat untuk mengisi waktu.
Membaca adalah salah satu kegiatan
yang dapat dilakukan. Dengan
banyak membaca, pemahaman
kita akan makna kehidupan akan
semakin terasah, sehingga kita
pun bisa berbagi pengetahuan
dan pengalaman yang bermanfaat
kepada teman-teman kita.
d. Hukuman yang dijalani adalah untuk
26 Terali Jiwa
memperbaiki diri, bukan untuk
membuat kesalahan-kesalahan baru.
Adalah sebuah kerugian yang luar
biasa bila kita menjadikan hukuman
yang dijalani sebagai ladang tempat
menyemai kesalahan.
e. Hukuman yang dijalani dapat
menjadi kifarat (penebus) atas dosa-
dosa yang telah diperbuat bila
dijalani dengan ikhlas, sehingga
pada saat hari hisab kelak dosa-
dosa tersebut telah terhapus dari
buku catatan amal. Kita simak kisah
berikut.
Dari Abu Nujaid Imran bin Al Husain
Al Khuza’iy r.a., ia berkata: “Ada
seorang wanita dari Juhainah
datang kepada Rasulullah saw.
Saat itu ia sedang hamil karena
berzina. Ia berkata, “Ya Rasulullah,
saya telah melakukan kesalahan
dan saya harus dihukum, maka
laksanakanlah hukuman itu atas
diri saya. Kemudian Rasulullah saw.
Terali Jiwa 27
memanggil walinya seraya berkata,
“Perlakukanlah baik-baik wanita ini.
Apabila sudah melahirkan, bawalah
ia kemari.” Maka dilaksanakanlah
perintah itu oleh walinya. Setelah
wanita itu melahirkan, dibawalah
ia ke hadapan Rasulullah saw.
Kemudian, diikatkanlah pakaiannya
dan dirajam. Setelah meninggal,
Rasulullah saw. menyalatkannya.
Umar berkata kepada Rasulullah
saw.,” Ya Rasulullah, mengapa
engkau menyalatkan wanita itu,
padahal ia telah berzina?” Rasulullah
saw.menjawab, “Wanita itu benar-
benar bertaubat, dan seandainya
taubatnya dibagi pada tujuh puluh
orang penduduk Madinah, niscaya
masih cukup. Pernahkan kamu
mendapatkan orang yang lebih
utama daripada seseorang yang
telah menyerahkan diri sepenuhnya
kepada Allah Yang Maha Mulia lagi
Maha Agung?” (H.R. Muslim)
f. Sikap putus asa hanya akan membuat
diri semakin menderita. Banyak hal
bermanfaat yang dapat dilakukan.
Obat yang mujarab untuk orang yang sedang “sakit”, baik fisik
maupun psikis adalah vitamin: 1.Shabar 2.Shalat 3.Semangat
dalam menghadapi cobaan/ujian. (Prof. DR. dr. Rully Roesli,
Sp.PD(K) – RSHS)
28 Terali Jiwa
Kalaulah saat ini badan terkungkung,
bukan berarti harapan menjadi
musnah dari dalam jiwa. Harapan
akan kehidupan yang lebih baik
harus selalu menyala, sehingga usia
dipenuhi berkah. Lawanlah bisikan-
bisikan setan yang dapat membuat
pikiran menjadi stres.
Terali Jiwa 29
Menanggapi kesangsian setan,
Allah lantas membuktikan keutamaan Ayub.
Ayub pun kemudian menjadi bangkrut,
putra-putranya meninggal, dan ia ditimpa
penyakit. Badannya membusuk, belatung
pun menempel pada tubuhnya. Satu per
satu istri-istrinya meninggalkannya, hanya
satu yang setia. Namun, dalam keterpurukan
tersebut, Ayub tetap ingat dan patuh kepada
Allah. Ia selalu berdo’a agar diberi ketabahan
dalam menjalani segala ujian dan cobaan.
Setelah sangat lama berada dalam
penderitaan dan telah nyata bahwa Ayub
tidaklah menjadi ingkar karena semua
ujian itu, Allah pun kemudian memberi
kesembuhan padanya.
30 Terali Jiwa
BAGIAN VI
DEMI WAKTU
Hari ini harus lebih baik daripada kemarin. Besok harus lebih
mulia daripada hari ini.
Orang yang bertaubat dari dosa, tak ubahnya dengan orang
yang tak pernah berbuat dosa.
Orang yang paling mulia bukan yang tidak pernah berbuat
dosa dan salah, tetapi yang mau bersegera menuju ampunan
Allah swt. (Intisari Q.S. Al Hujuraat: 13, Ali Imran: 133) (K.H.
Athian Ali)
Terali Jiwa 31
seperti itu!” Betul! Beliau memang punya
banyak waktu dan kesempatan karena beliau
begitu menghargai detik demi detik waktu
dalam hidupnya, mengisinya dengan hal-hal
bermanfaat. Karena tak ada waktu yang disia-
siakannya itulah yang membuatnya seperti
memiliki banyak waktu. Terlebih ketika beliau
berada di dalam jeruji besi. Di dalam tahanan
itulah beliau menulis dan menyelesaikan
karya terbesarnya yaitu “TAFSIR AL AZHAR”.
Sebuah karya monumental yang sampai saat
ini menjadi rujukan banyak orang. Ulama itu
biasa disapa dengan Hamka, singkatan dari
Haji Abdul Malik Karim Amrullah.
Jeruji besi bisa mengurung tubuhnya,
tetapi tidak menjadi terali bagi jiwanya. Ia tak
mau merugi demi waktu. Waktu akan terus
mengalir, takkan surut ke belakang, dan
tak dapat diputar ulang. Karenanya, beliau
memanfaatkan detik demi detik dengan
sebaik-baiknya di dalam ruang sempit
yang dibatasi jeruji besi. Hasilnya adalah
terciptanya karya yang sangat bermanfaat
bagi sesama dan menjadi jariyah yang
pahalanya akan terus mengalir, menembus
alam barzah, walau saat ini tubuhnya telah
32 Terali Jiwa
kembali lebur menjadi tanah.
Andai kondisi yang serba terbatas
membuat tak bisa istirahat (tidur), shalat
dan bezikirlah kepada Allah. Hanya dengan
shalat dan berzikir/ingat kepada Allah-lah
hati menjadi tentram. Banyak hal yang dapat
kita contoh dari Rasul dan para sahabatnya.
Mereka menyengaja mengurangi tidur
dan menggantinya dengan melakukan
shalat. Dalam sejumlah riwayat diceritakan
bahwa Rasulullah saw. sampai bengkak
kakinya karena selalu melakukan shalat
malam/shalat tahajud. Hal lainnya yang bisa
dilakukan adalah membaca dan menghafal
ayat-ayat suci. Jangan sampai ada sedetik
pun waktu yang dilewati dengan sia-sia.
Dengan membaca dan menghafal firman-
firman Allah, kelak akan muncul semangat
untuk memahaminya lebih dalam lagi untuk
selanjutnya berupaya mempraktekkannya
dalam setiap gerak langkah.
Terali Jiwa 33
“Tidakkah kamu memperhatikan
bagaimana Allah telah membuat
perumpamaan kalimat yang baik
seperti pohon yang baik, akarnya
kuat dan cabangnya menjulang
ke langit. Pohon itu menghasilkan
buahnya pada setiap waktu dengan
seizin Tuhannya. Dan Allah membuat
perumpamaan itu untuk manusia
agar mereka selalu ingat.” (Q.S.
Ibrahim 14: 24-25)
34 Terali Jiwa
BAGIAN VII
MENGKAJI DIRI
DAN HUBUNGAN SOSIAL
Terali Jiwa 35
M i s a l ny a s a j a s e l a m a i n i
kelemahan kita terletak pada
ketidakmampuan mengendali-
kan emosi. Setelah kelemahan
itu ter baca dengan jelas,
tentunya kita akan berupaya
mengubahnya menjadi sikap
yang baik. Terlebih Rasulullah
saw. telah mengingatkan kita
bahwa orang yang kuat itu
bukanlah orang yang kuat
ototnya, tetapi orang yang kuat
adalah orang yang mampu
mengendalikan emosinya.
Selain membaca kelemahan-
kelemahan, kita pun harus
mampu membaca kekuatan/
potensi yang ada di dalam diri
kita. Biasanya, saat seseorang
sedang kepepet, potensi yang
tadinya terpendam mendadak
keluar. Potensi itu harus terus kita
pupuk hingga mendatangkan
manfaat. Kita ambil contoh
sederhana. Saat kita dikejar
seekor anjing, mendadak kita
36 Terali Jiwa
dapat berlari dengan sangat
cepat dan menempuh jarak yang
cukup jauh, padahal kalau dalam
kondisi normal, berlari sedikit
saja napas kita sudah kembang
kempis.
2. M e m b a c a k a ra k te r i s t i k
keluarga dan teman-teman
k ita. Ak an sangat banyak
orang yang mendekat kepada
kita saat kita tengah bahagia
dan mendatangkan manfaat
bagi mereka. Apalagi kalau
kita tengah berada di puncak
kesuksesan, orang-orang
yang selama ini tak kita kenal
pun mendadak datang dan
mengaku sebagai saudara. Nah,
saat kita tengah berada dalam
kesusahan, kita bisa membaca
karakter asli mereka. Kalau kita
memiliki istri, kemudian dalam
derita yang tengah kita jalani
sang istri tetap setia, berarti
ia adalah istri sejati. Selain itu,
dari sekian banyak teman dan
sahabat, kita bisa melihat mana
Terali Jiwa 37
di antara mereka yang tetap
setia menjadi sahabat. Benarlah
kata pepatah, teman sejati itu
ada dalam derita.
Lantas, manfaat apa yang
dapat kita ambil dari membaca
k arakteristik keluarga dan
teman-teman kita itu? Jelas
bukan untuk membenci mereka
yang menjauhi kita, tapi sebagai
cermin bahwa dunia ini penuh
dengan kepalsuan. Saat kita bisa
menyelami makna kepalsuan itu
dengan pengalaman, artinya
kita telah pula memahami
dengan baik firman Allah yang
mengatakan bahwa dunia ini
hanyalah permainan belaka.
Pemahaman tersebut tentunya
a k an s e mak in men amb ah
keimanan kita sekaligus menjadi
bekal dalam pergaulan hidup
pada masa-masa mendatang.
Yve s S aint Laurent ( YSL),
38 Terali Jiwa
perancang mode terkenal
Perancis, sebelum tutup usia
sempat menulis tentang
kegersangan hidupnya yang
bergelimang pujian. Begini
k a t a ny a , “ S a y a m e n g e n a l
ketakutan dan kesendirian.
Obat-obatan dan teman-teman
palsu itu. Penjara depresi dan
rumah sakit. Saya berhasil keluar
dari itu semua, silau tetapi sadar.”
Tulisan yang menggambarkan
kekecewaan yang sangat dalam
pada kepalsuan di sekelilingnya
yang menyeretnya pada
penderitaan batin.
Terali Jiwa 39
“Sesungguhnya orang yang tunduk
patuh berserah diri kepda qodlo-
Ku, rido dengan hukum-Ku, dan
bersabar atas ujian dan cobaan-Ku,
niscaya Aku bangkitkan dirinya
pada hari kiamat kelak bersama-
sama dengan orang-orang yang
mempunyai martabat Shiddiqin.”
(Hadits Qudsi)
40 Terali Jiwa
BAGIAN VIII
MENJAGA KESEHATAN
Terali Jiwa 41
Bila waktu luang kita isi dengan
hanya berdiam diri, berbagai
penyakit (baik itu yang sifatnya
fisik atau psikis/kejiwaan) akan
cepat hinggap di dalam diri kita.
3. Menjaga kebersihan diri dan
lingkungan.
Kebersihan merupakan pangkal
dari kesehatan. Karenanya,
upayak an kebersihan dir i
dan lingkungan semaksimal
mungkin. Mulailah dari diri
sendiri, sehingga orang-orang
di sekitar kita akan mencontoh
sikap dan perilaku kita.
4. Buanglah dahak pada tempat
yang telah disediakan untuk
menghindari penularan penyakit
(TBC misalnya).
Di dalam dahak terdapat sangat
banyak kuman yang bisa terhirup
lewat udara. Bila kita sehat,
kita tentunya tak ingin tertular
penyakit. Karenanya, ketika
tengah mengidap penyakit,
selain mengupayakan kesem-
buhan untuk diri sendiri, kita
Runtuhnya hidup seseorang adalah ketika dia tidak lagi punya
harapan untuk bangkit. Harapan itu dapat dihadirkan dengan
mengingat kasih sayang dan pemberian Allah yang mungkin
selama ini disia-siakan. (Ust. Asep Dudi -- Unisba)
42 Terali Jiwa
hendaknya memikirkan pula
kesehatan orang lain. Bila tidak,
penyakit akan terus berputar-
putar di lingkungan sekitar dan
mengancam hidup kita. Atau
bisa juga penyakit tersebut
menulari orang-orang yang kita
sayangi (keluarga dan sahabat)
yang menjenguk kita. Walaupun
kita tak divonis sakit, adalah
lebih baik untuk membuang
dahak pada tempat yang telah
disediakan.
5. Tidak mengenakan pakaian orang
lain untuk menghindari terkena
penyakit kulit.
Penyakit kulit sangat mudah
menular. Karenanya, biasakan
mengenak an pak aian dan
handuk sendiri. Jangan
meminjam atau meminjamkan
pakaian dan handuk kepada
orang lain. Penyak it kulit
hendaknya jangan dianggap
remeh. S eringan apa pun
penyakit, tetap harus dihindari.
6. Melaporkan kepada petugas bila
Terali Jiwa 43
ada keluhan.
Bila merasa sakit, hendaknya
langsung melaporkan kepada
petugas agar segera dilakukan
pemeriksaan. Demikian pula
bila kita melihat ada teman
yang tengah sakit. Kita harus
melaporkan sesegera mungkin
kepada petugas.
7. Tidak melakukan aktivitas yang
berkaitan dengan penggunaan
narkoba. Narkoba itu awalnya
dari ramuan Indian, satu keluarga
dengan teh, kopi, coklat, dan
tembakau. Ramuan tersebut
digunakan untuk pengobatan
atau bagian dari ritual. Bangsa
barat kemudian mengambil
kekayaan tradisional bangsa
Indian ini tanpa mengetahui efek
sampingnya, sehingga kemudian
terjadi penyimpangan-
penyimpangan, misalnya saja
untuk menghilangkan stres.
Penggunaan narkoba (apapun
44 Terali Jiwa
bentuknya) hanya akan
merugikan diri kita. Ingat, bahwa
hukuman yang dijalani adalah
untuk memperbaiki diri, bukan
untuk menambah-nambah
kesalahan dan dosa.
8. Tidak menggunakan jarum suntik
atau tato untuk menghindari
penularan HIV/AIDS.
HIV/AIDS adalah penyakit yang
menyerang sistem kekebalan
tubuh. Sampai saat ini belum
ditemukan obatnya. Maka,
waspada terhadap penyakit ini
adalah suatu kemestian yang
tak bisa ditawar-tawar lagi.
Penularan tertinggi penyakit ini
adalah melalui jarum suntik.
9. Tidak melakukan anal seks.
Selain berdosa, hubungan seks
tersebut dapat menyebabkan
timbulnya penyakit kelamin dan
penularan HIV/AIDS.
Jangan sia-siakan tubuh kita. Allah masih
memberikan kita napas. Artinya, harapan
masih terbentang luas. Bila saat ini kita tidak
berupaya menjaga kesehatan, berarti kita
telah membunuh harapan dan masa depan.
Terali Jiwa 45
Ingat, masa depan bukan untuk dibunuh,
tetapi dicita-citakan agar dapat lebih baik
dan dan kita harus mengupayakannya
dengan penuh perjuangan.
46 Terali Jiwa
BAGIAN IX
JANGAN PENJARAKAN JIWAMU!
Terali Jiwa 47
yang luas hanya akan menambah banyak
keburukan dalam hidup. Sangat mungkin
dari luar seseorang terlihat sangat bahagia
dengan gelimang harta, namun sebenarnya
sang jiwa tidak tumbuh dengan subur dan
baik. Kebebasannya untuk melakukan apa
pun dengan tanpa batas pada hakikatnya
merupakan terali bagi jiwanya, sehingga sang
jiwa menjadi kerdil, terkungkung nafsu yang
telah memenjarakannya. Na’udzubillaahi
min dzalik. Kita berlindung kepada Allah dari
keadaan jiwa yang demikian.
Jeruji besi memang dapat
membatasi gerak langkah, namun ia tak
dapat memasung jiwa yang merindukan
kebenaran dan kebahagiaan hakiki. Mereka
yang selalu berupaya untuk menghiasi
jiwanya dengan kebaikan, itulah golongan
orang-orang yang beruntung. Allah telah
menunjukkan jalan kefasikan dan ketakwaan
kepada sang jiwa. Tak ada batasan ruang
bagi jiwa untuk menempuh kedua jalan
tersebut. Semuanya diserahkan pada kita,
apakah akan menempuh jalan kefasikan
atau ketakwaan.
“Maka Allah mengilhamkan kepada
jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.
Sesungguhnya beruntunglah orang yang
Kemarin aku bersalah, hari ini aku belajar, esok hari aku turut
membangun. Bahagia dunia dan akhirat akan kugapai. (K.H.
Iyep N. Tho’at -- Cimahi)
48 Terali Jiwa
mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya
merugilah orang yang mengotorinya.” (Q.S.
Asy-Syams 91: 8-10)
Marilah kita berupaya melepaskan
jiwa dari terali yang memenjarakannya
berupa nafsu amarah yang menimbulkan
keburukan dan kerusakan. Mari kita sucikan
jiwa dengan terus memperbaiki diri ke arah
yang lebih baik, sehingga kelak kita dapat
menghadap-Nya dengan berbekal jiwa
yang tenang serta dinaungi oleh rahmat
dan cinta-Nya. Kembali ke haribaan-Nya
bersama golongan orang-orang yang
beroleh ampunan-Nya, memasuki pintu-
pintu surga yang dipenuhi kenikmatan dan
kebahagiaan.
Kita bisa cemas karena apa yang orang pikirkan tentang kita
daripada yang Allah pikirkan tentang kita. Padahal Allah
berfirman, “Jika kamu malu terhadap-Ku, Aku akan malu
terhadapmu.” (H. Harry Suherman – Psikolog)
Terali Jiwa 49
BAGIAN X
MEMPERSIAPKAN
KEHIDUPAN MENDATANG
50 Terali Jiwa
tersebut. Karenanya, menutup celah-celah
bagi masuknya pengaruh-pengaruh negatif
memang harus dipersiapkan dengan baik.
Kebulatan hati untuk benar-benar bertobat
dan tidak mengulangi kesalahan adalah
modal utama untuk memperoleh kehidupan
yang lebih baik. Sikap optimis harus selalu
hidup di dalam jiwa. Tidak ada istilah “Tak ada
jalan” bagi orang-orang yang mau berusaha.
Pepatah klasik “di mana ada kemauan, pasti
ada jalan” haruslah selalu didengungkan
di dalam hati dan pikiran. Kita diwajibkan
untuk berikhtiar, dan yakinlah Allah akan
membukakan jalan, asalkan ikhitar tersebut
berada dalam rel yang benar dan menepis
rasa putus asa yang seringkali ditiupkan
setan saat kita tengah menjalani proses
ikhtiar tersebut.
Berusalaha menciptakan pekerjaan
yang mandiri dengan mengembangkan
bakat /potensi yang dimiliki, misalnya saja
dengan membuka pangkas rambut/salon,
membuka bengkel, menekuni pertukangan,
membuat kerajinan tangan, membuka
reparasi elektronik, melukis, menulis, dan
pekerjaan-pekerjaan mandiri lainnya.
Janganlah menggantungkan hidup dan
nasib pada manusia. Bergantunglah hanya
Kegagalan itu hal biasa dalam hidup ini, karena setiap orang
pasti punya masalah dan masa lalu. (KH. Ade Bunyamin)
Terali Jiwa 51
pada Allah Ar-Razaq, karena dialah yang
mengatur rezeki hamba-hamba-Nya.
“Dan Katakanlah: “Bekerjalah kamu,
maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang
mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan
kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang
Mengetahui akan yang gaib dan yang nyata,
lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang
telah kamu kerjakan.” (Q.S. At-Taubah 9: 105)
52 Terali Jiwa
Karl May lahir tahun 1842. Sejak
lahir, Karl kecil menderita cacat buta karena
kekurangan gizi. Untungnya, saat ia berumur
5 tahun, Karl kecil dioperasi sehingga ia
bisa melihat lagi. Kira-kira umur 27 tahun,
Karl dipenjara selama 7 tahun karena
dituduh mencuri. Hebatnya, selama di
penjara, Karl banyak membaca, terutama
buku geografis. Dari itulah Karl mendapat
ilham untuk menulis buku petualangan. Ia
pun menjadi terkenal. Penggemar karyanya
antara lain Adolf Hitler, Albert Einstein,
Hermann Hesse dan Bertha von Suttner.
Konon, remaja Indonesia tahun 30-an
(yang kemudian dikenal sebagai perintis
kemerdekaan) mengenal arti kemerdekaan
setelah membaca buku-buku Karl May.
Buku Karl May yang paling populer
adalah Winnetou. Buku itu menceritakan
orang Eropa yang ingin berpetualang. Tanpa
sengaja, ia bertemu Winnetou, seorang
kepala suku Indian Apache. Karena kekuatan
pukulan tangan orang Eropa tersebut cukup
kuat, ia disebut Old Shatterhand (yang
mempunyai arti “Tangan Menghancurkan”).
(Sumber: “http://id.wikipedia.org/wiki/Karl_May”)
Terali Jiwa 53
Anton Medan
Menyandang status bekas narapidana
bukan berarti tertutup sudah kesempatan
untuk bermasyarakat dan bekerja. Di
kawasan Kampung Sawah, Cibinong, Bogor
Jawa Barat bekas narapidana Tan Kok Liong
alias Anton Medan menempa keterampilan
dan kepercayaan diri mereka yang pernah
mendekam di penjara alias narapidana.
Lewat Rumah karya atau semacam Balai
Latihan Kerja di bawah yayasan At Ta’ibin,
lebih dari ribuan lulusannya kini hidup
mandiri dan kembali mendapat kepercayaan
untuk ber-masyarakat. Sejauh apa peran
“Rumah Karya” dalam mengembalikan
kehidupan bekas narapidana? Apa yang
mendorong Anton Medan menarik mereka?
Menurut dia, Rumah Karya didirikan untuk
mengembalikan kepercayan diri bekas
narapidana agar mampu bersaing dalam
dunia kerja. Modal awalnya didapat dari
hasil ceramah di 400 lebih penjara di seluruh
Indonesia. Ditambah hasil keuntungan saat
dipercaya empat partai politik besar untuk
Yang menjadi masalah dalam hidup kita bukanlah masalahnya
melainkah sikap terhadap masalah. Maka, cepat kembalikan
kepada Allah, sering ingat Allah, dan bulatkan keyakinan
akan pertolongan-Nya. Insya Allah, Allah akan membimbing,
memberi jalan keluarnya. (Aa Gym)
54 Terali Jiwa
membuat atribut dan spanduk saat Pemilu
2004.
Setidaknya butuh waktu dua tahun
untuk mendidik bekas narapidana jadi
terampil sebelum boleh keluar untuk mandiri.
Syarat lain harus memiliki tabungan tiga juta
rupiah untuk modal membuka usaha. Bekas
narapidana yang telah membuka usahanya
secara mandiri di antaranya Ace. Dia kini
memiliki usaha perbengkelan di Cirebon
Jawa Barat. Di At-Ta’ibin dia menimba ilmu
selama lima tahun.
(Sumber: www.kabarindonesia.com)
Terali Jiwa 55
banyaklah menimba ilmu dari para cendekia
yang berada dalam tahanan bersama Anda,
belajarlah tentang spiritual pada teman yang
lebih paham mengenai agama (Anton Medan
salah satu contohnya. Ia mempelajari Islam
di dalam penjara dengan bertanya pada
teman-temannya), galilah ilmu wirausaha
dari teman Anda yang berprofesi sebagai
pengusaha. Ingatlah selalu bahwa setiap
manusia pasti memiliki sisi-sisi positif.
Galilah sisi-sisi positif itu sehingga dapat
menjadi potensi yang besar bagi Anda serta
mendatangkan manfaat yang besar pula.
56 Terali Jiwa
akan datang (biasanya dari teman).
Pertahanan diri sangat diperlukan
untuk mengatasi godaan tersebut.
4. Pe r t a j a m k e t e r a m p i l a n , c a r i
pengalaman sebanyak mungkin.
5. Bekerja keras dengan niat ibadah
kepada Allah. Tanggalkan sikap
pamrih. Yakinlah, Allah pasti akan
membukakan jalan.
6. Kendalikan nafsu yang sifatnya
konsumtif. Belajarlah menabung bila
penghasilan telah didapat. Gunakan
uang yang terkumpul untuk hal-hal
yang diperlukan (untuk kemajuan
pekerjaan misalnya), bukan untuk
hal-hal yang diinginkan.
7. Jaga kesehatan, karena hal itu adalah
karunia Allah swt. yang sangat
mahal.
8. Isilah waktu sebaik mungkin untuk
memperbaiki hubungan dengan
keluarga. Tanamkan pemahaman
tentang hikmah yang diperoleh dari
musibah yang menimpa sehingga
dapat menjadi bekal bagi kehidupan
mereka kelak.
Terali Jiwa 57
9. Persiapk an ak hir hidup yang
gemilang, yaitu kematian dalam
keadaan husnul khatimah.
58 Terali Jiwa
BAGIAN XI
MEMPERSIAPKAN
AKHIR YANG HUSNUL KHATIMAH
Terali Jiwa 59
memang terjadi pada diri kita, dan kita pun
menyikapinya dengan perasaan jengkel,
emosi, dan marah. Fase ini ditandai dengan
menyalahkan orang lain atas kondisi yang
terjadi. Bila fase tersebut telah dilewati,
tibalah masanya fase bargaining, yaitu
mencari alternatif-alternatif yang sekiranya
dapat mengubah keadaan. Bila alternatif
tersebut tak ditemukan, akan tercipta fase
depresi, yaitu fase hilangnya kontrol diri,
putus asa, dan memikirkan hal-hal yang
negatif. Kalau fase ini berhasil diatasi, akan
muncul fase acceptance, yaitu menerima
keadaan. Pada fase ini, kita cenderung dapat
berpikir positif sehingga dapat menyiasati
keadaan yang tidak diinginkan tersebut
menjadi keadaan yang mendatangkan
manfaat.
Bila menginginkan husnul khatimah,
kita harus berupaya melewati fase pertama
sampai fase keempat dengan sangat cepat.
Kita harus segera sadar bahwa semua datang
dari Allah dan kemudian akan kembali
kepada Allah. Intinya adalah bagaimana
kita bisa lebih cepat masuk pada fase kelima
dan melakukan hal-hal yang bermanfaat
sehingga sisa hidup kita memiliki makna.
Di mana letak hubungan upaya
Dengan berserah diri kepada Allah sambil berusaha dengan
kesungguhan hati, insya Allah kita akan terhindar dari
kesulitan hidup. (Prof. E Saefullah – Rektor Unisba)
60 Terali Jiwa
melewati keempat fase tersebut dengan
husnul khatimah? Begini, kita tak pernah
tahu kapan ajal menjemput kita. Kalau kita
berlama-lama berada pada fase pertama
yaitu fase penolakan, dan Malaikat Ijrail
keburu menjemput, artinya kita meninggal
dalam keadaan tidak ikhlas atas apa
yang sedang menimpa kita. Bila maut
menghampiri saat kita berada pada fase
kedua yaitu fase marah, artinya sama saja,
hati kita dalam keadaan tidak rido. Demikian
pula bila Malaikat Ijrail menjemput kita saat
berada pada fase ketiga (bargaining) dan
keempat (depresi). Karena itu, tak ada jalan
lain untuk secepat mungkin melewati fase-
fase tersebut. Inilah makna sejati Inna lilaahi
wa inna ilaihi raaji’uun. Semuanya datang
dari Allah dan akan kembali kepada Allah.
Kalimat ini mengandung makna yang sangat
dalam yang menggambarkan kepasrahan
total pada Sang Maha Kuasa atas segala
Terali Jiwa 61
keadaan yang dialami. Karenanya, hendaklah
kalimat inna lillaaahi wa inna ilaihi raaji’uun
tidaklah hanya diucapkan ketika ada yang
meninggal, tetapi ketika kita menghadapi
setiap ujian dan cobaan.
62 Terali Jiwa
Dengan menyebut nama Allah
Yang Maha Pemurah lagi Maha
Penyayang
Segala puji bagi Allah,
Tuhan semesta alam.
Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Yang menguasai di Hari Pembalasan.
Hanya Engkaulah yang kami sembah,
dan hanya kepada Engkaulah
kami meminta pertolongan.
Tunjukilah kami jalan yang lurus,
(yaitu) Jalan orang-orang
yang telah Engkau beri nikmat
kepada mereka;
bukan (jalan) mereka
yang dimurkai
dan bukan (pula jalan)
mereka yang sesat.
Terali Jiwa 63
Dari Anas r.a., Rasulullah saw.
bersabda, “Bantulah saudara
muslim dalam segala keadaan,
baik ia zhalim atau dizhalimi.”
Seorang sahabat bertanya,
“Ya Rasulullah, aku akan
menolong orang yang dizhalimi,
tapi bagaimana aku menolong
orang yang zhalim?”
Rasulullah saw. menjawab,
“Engkau mencegahnya
dari berbuat zhalim. Itulah
bantuanmu kepadanya.”
(H.R. Bukhari)
64 Terali Jiwa
TENTANG PENULIS
Terali Jiwa 65
Persatuan Judo Seluruh Indonesia (2007-
2012), Ketua ICMI Orda Kota Cimahi (2006-
2011), dan Ketua ESQ Peduli Kesehatan
Wilayah Jawa Barat. Di sela kesibukannya,
suami dr. Hj. Ina Rosalina Sp.A(K),M.Kes dan
bapak dari Ayu, Putri, dan Doddy ini, masih
menyempatkan diri mengisi acara “Buka
Pintu” di Radio Maragitha FM setiap Selasa
pukul 22.00-24.00 WIB.
66 Terali Jiwa
Ruang sponsor :
Terali Jiwa 67
68 Terali Jiwa