You are on page 1of 31

1

Bab I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perencanaan pembangunan suatu daerah, memerlukan bermacam-macam
data statistik untuk dasar penentuan strategi dalam kebijakan ekonomi, agar
sasaran pembangunan dapat dicapai dengan tepat.
Pada hakekatnya, pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha dan
kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat,
memperluas lapangan kerja, meratakan pembagian pendapatan masyarakat,
meningkatkan hubungan ekonomi regional, dan mengusahakan pergeseran
kegiatan ekonomi dari sektor primer ke sektor sekunder dan sektor tertier. Dengan
kata lain, arah dari pembangunan ekonomi adalah mengusahakan agar pendapatan
masyarakat naik secara mantap, dan dengan tingkat pemerataan sebaik mungkin.
Untuk mengetahui tingkat dan pertumbuhan pendapatan masyarakat, perlu
disajikan statistik Pendapatan Regional secara berkala, karena dari angka-angka
pendapatan regional tersebut disamping digunakan sebagai bahan evaluasi dari
pembangunan ekonomi yang telah dilaksanakan oleh berbagai pihak, juga
digunakan sebagai bahan perencanaan regional khususnya di bidang ekonomi.
Makin meningkatnya pembangunan ekonomi, maka semakin mutlak melakukan
perhitungan pendapatan regional.
Untuk dapat melihat dampak suatu kebijakan ekonomi terhadap perekonomian
secara keseluruhan diperlukan suatu alat yang dapat melihat dampak kebijakan
tersebut, terlebih dalam era reformasi, suatu kebijakan pembangunan harus lebih
mengena pada kelompok masyarakat bawah atau miskin tanpa mengurangi
kesempatan ekonomi kelompok yang lebih maju. Alat yang dapat memberikan
gambaran keadaan tersebut dapat disajikan dalam penyusunan perhitungan Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB). Dari angka-angka PDRB tersebut, disamping
digunakan sebagai alat atau bahan evaluasi dari hasil pembangunan ekonomi yang
telah dilaksanakan oleh berbagai pihak juga digunakan sebagai bahan perencanaan
pembangunan regional khususnya di bidang ekonomi.
2

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa


masalah yang timbul yaitu :
a. Bagaimana menentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)?
b. Bagaimana hubungan antara PDRB dengan pendapatan perkapita?
c. Bagaimana hubungan antara PDRB dengan pertumbuhan ekonomi?

1.3. Maksud dan Tujuan Kerja Praktik


Maksud dari kerja praktik ini adalah:
a. Mengetahui cara penentuan atau perhitungan PDRB.
b. Mengetahui hubungan antara PDRB dengan pendapatan perkapita.
c. Mengetahui hubungan antara PDRB dengan pertumbuhan ekonomi.
Sedangkan tujuan kerja praktik ini adalah mendapatkan pengetahuan tentang
PDRB, antara lain meliputi:
a. Cara penentuan atau perhitungan PDRB.
b. Hubungan antara PDRB dengan pendapatan perkapita.
c. Hubungan antara PDRB dengan pertumbuhan ekonomi.

1.4. Kegunaan Kerja Praktik


Kegunaan yang dapat diperoleh atau dicapai dari kerja praktik ini adalah
mahasiswa dapat mengetahui bagaimana peran matematika dalam dunia kerja,
khususnya data statistik, yang digunakan dalam perhitungan Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB), sebagai dasar penentuan strategi dalam kebijakan
ekonomi, agar sasaran pembangunan ekonomi dapat dicapai dengan tepat.

1.5. Tempat Kerja Praktik


Kerja Praktik dilaksanakan di Kantor Badan Pusat Statistik (BPS)
Kabupaten Purbalingga yang terletak di Jalan Letjend. S. Parman No. 48
Purbalingga 53317. BPS Kabupaten Purbalingga memiliki tugas pokok
melaksanakan penyelenggaraan statistik dasar di Kabupaten Purbalingga sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. BPS Kabupaten
3

Purbalingga merupakan instansi vertikal BPS di tingkat kabupaten yang


melaksanakan tugas dan fungsi BPS Provinsi serta kegiatan statistik lainnya, yang
berada di bawah dan bertanggungjawab langsung kepada Kepala Badan Pusat
Statistik Propinsi Jawa Tengah yang dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya
dikoordinasikan oleh Bupati Purbalingga.

1.6. Waktu Pelaksanaan Kerja Praktik

Kerja Praktik di BPS Kabupaten Purbalingga dilaksanakan pada tanggal


27 Januari – 10 Maret 2009.
4

Bab II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Produk Domestik Regional Bruto


Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) didefinisikan sebagai jumlah
nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah, atau
merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh
seluruh unit ekonomi di suatu wilayah.
PDRB diklasifikasikan dalam dua jenis yaitu :
2.1.1. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan
jasa yang dihitung menggunakan harga pada setiap tahun. PDRB atas dasar
harga berlaku digunakan untuk melihat pendapatan perkapitanya.
Kenaikan pendapatan yang diterima oleh faktor produksi dari waktu ke
waktu belum tentu menggambarkan kenaikan produksi yang riil karena
pengaruh inflasi belum dieliminir.
2.1.2. PDRB Atas Dasar Harga Konstan
PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan
jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun tertentu sebagai dasar.
PDRB atas dasar harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan
ekonomi dari tahun ke tahun, serta untuk melihat pergeseran dan struktur
ekonominya.
Dalam perhitungan ini, faktor inflasi telah ditiadakan, sehingga apabila
ada kenaikan nilai produksi maka hal itu merupakan kenaikan yang riil.

2.2. Kegunaan PDRB


2.2.1. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
Kegunaan PDRB atas dasar harga berlaku adalah :
a. Menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan
oleh suatu region atau wilayah.
b. Menujukkan pendapatan yang memungkinkan dapat dinikmati oleh
5

penduduk suatu region atau wilayah.


c. Melihat pendapatan perkapita.
d. Melihat pergeseran dan struktur ekonomi.
2.2.2. PDRB Atas Dasar Harga Konstan
Kegunaan PDRB atas dasar harga konstan adalah menunjukkan laju
pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau setiap sektor dari tahun ke tahun.

2.3. Unsur-unsur Pokok Perhitungan PDRB


Untuk menghitung PDRB perlu dimengerti konsep dan definisi dari unsur-
unsur pokok sebagai berikut:
2.3.1. Output
Yang dimaksud output adalah nilai barang atau jasa yang dihasilkan
dalam suatu periode tertentu (biasanya satu tahun).
2.3.2. Biaya Antara
Biaya antara adalah barang-barang tidak tahan lama dan jasa yang
digunakan atau habis dalam proses produksi. Barang-barang yang tahan lama
(umumnya lebih dari satu tahun) dan tidak habis dalam proses produksi tidak
termasuk sebagai biaya antara, dan disebut barang modal.
2.3.3. Nilai Tambah
a. Nilai Tambah Bruto, yaitu selisih antara output dan biaya antara.
b. Nilai Tambah Neto, yaitu selisih antara nilai tambah bruto dan
penyusutan.
2.3.4. Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia
Menurut Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia (KLUI), penyajian unit-
unit produksi dikelompokkan menjadi 9 lapangan usaha yaitu :
a. Sektor Pertanian
Sektor ini terdiri dari lima sub sektor yaitu tanaman bahan makanan,
tanaman perkebunan rakyat, peternakan dan hasil-hasilnya, kehutanan, dan
perikanan.
1) Tanaman Bahan Makanan
Sub sektor ini meliputi komoditi tanaman bahan makanan seperti
6

padi, jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah, kacang kedele,
kacang hijau, sayur-sayuran, buah-buahan dan hasil-hasil produk
ikutannya.
2) Tanaman Perkebunan Rakyat
Komoditi yang dicakup disini adalah hasil tanaman perkebunan
yang diusahakan oleh rakyat seperti kelapa, kopi, teh, tebu, cengkeh,
gelagah arjuna dan sebagainya, termasuk produk ikutannya.
3) Peternakan dan Hasil-hasilnya
Sub sektor ini mencakup produksi ternak besar, ternak kecil,
unggas maupun hasil-hasil ternak, seperti sapi, kerbau, babi, kuda,
kambing, domba, telur dan susu segar. Produksi ternak diperkirakan
sama dengan jumlah ternak yang dipotong ditambah perubahan stok
populasi ternak dan eksport ternak neto.
4) Kehutanan
Sub sektor kehutanan mencakup tiga jenis kegiatan seperti
penebangan kayu, pengambilan hasil hutan dan lainnya. Kegiatan
penebangan kayu menghasilkan kayu gelondongan, kayu bakar, arang,
sedangkan hasil kegiatan pengambilan hasil hutan lainnya berupa getah
pinus, kopal dan sebagainya.
5) Perikanan
Komoditi yang dicakup adalah semua hasil kegiatan perikanan
darat, perairan umum, kolam, sawah, dan karamba.
b. Sektor
Pertambangan dan
Penggalian.
Komoditi yang dicakup disini adalah hasil penggalian berupa pasir,
batu, kerikil, tanah liat dan tanah urug serta hasil pertambangan berupa
minyak dan gas bumi.
c. Sektor Industri
Pengolahan
Sektor ini terdiri dari dua sub sektor yaitu industri besar atau sedang
7

dan industri kecil atau rumah tangga.

1) Industri Besar dan Sedang


Ruang lingkup dan metode penghitungan nilai tambah bruto
industri besar dan sedang dalam PDRB ini berdasarkan pada tenaga
kerja yang bekerja di sektor industri. Untuk industri besar mempunyai
batasan 100 orang keatas, dan industri sedang antara 20 - 99 orang.
2) Industri Kecil dan Kerajinan Rumahtangga
Untuk industri kecil dan kerajinan rumahtangga mempunyai
batasan kurang dari 20 orang.
d. Sektor Listrik, Gas
dan Air Minum
Output masing-masing sub sektor mencakup semua produksi yang
dihasilkan dari berbagai kegiatan sesuai dengan ruang lingkup yang dicakup
dalam usahanya.
1) Listrik
Sub sektor ini mencakup kegiatan produksi dan distribusi, baik
yang diusahakan oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN), maupun non
PLN.
2) Air Minum
Sub sektor yang dicakup dalam kegiatan ini adalah air minum yang
diusahakan oleh Perusahaan Air Minum (PAM).
e. Sektor Bangunan
Sektor Bangunan mencakup semua kegiatan pembangunan fisik
konstruksi, baik berupa gedung, jalan, jembatan, terminal, pelabuhan, dam,
irigasi, jaringan listrik, air, telepon, dan sebagainya. Pelaksanaan
pembangunan dapat dilaksanakan oleh:
1) Pemborong atau kontraktor domestik.
2) Pemborong atau kontraktor asing.
3) Pemborong atau kontraktor luar wilayah.
4) Instansi Pemerintah baik pusat maupun daerah.
8

5) Bukan pemborong dan atau oleh perorangan.


Seperti diuraikan diatas, bahwa pelaku pembangunan dibidang
konstruksi adalah menganut konsep domestik, yang artinya bahwa kegiatan
tersebut benar-benar dilakukan di suatu wilayah, dengan tanpa melihat asal
dari kontraktor. Ada kemungkinan kontraktor wilayah tersebut melakukan
kegiatan diluar wilayah, maka dalam hal ini tidak termasuk produk wilayah
tersebut.
f. Sektor
Perdagangan, Hotel
dan Restoran
1) Perdagangan Besar dan Eceran.
Penghitungan nilai tambah sub sektor perdagangan dilakukan dengan
pendekatan arus barang yaitu dengan cara menghitung besarnya nilai
komoditi pertanian, penggalian, industri.
2) Hotel
Sub sektor ini mencakup semua hotel, serta berbagai jenis penginapan
lainnya.
3) Restoran atau Rumah Makan
Data pendukung untuk penghitungan nilai tambah sub sektor restoran
atau rumah makan berdasarkan hasil inventarisasi Data Pokok dan Data
Penunjang Regional Income. Dari hasil laporan tersebut, kita dapatkan
banyaknya tenaga kerja di sub sektor restoran atau rumah makan.
g. Sektor
Pengangkutan dan
Komunikasi
Sektor ini mencakup kegiatan pengangkutan umum untuk barang dan
penumpang, baik melalui darat, laut, sungai, danau dan udara, termasuk jasa
penunjang komunikasi dan jasa komunikasi.
1) Pengangkutan
a) Angkutan Jalan Raya
Sub sektor ini meliputi kegiatan pengangkutan barang dan
9

penumpang yang dilakukan oleh perusahaan angkutan umum, baik


bermotor ataupun tidak bermotor, seperti bis, truk, angkutan kota atau
angkutan pedesaan, dokar, becak dan sebagainya.
b) Jasa Penunjang Angkutan
Meliputi kegiatan pemberian jasa penyediaan fasilitas yang
sifatnya menunjang dan berkaitan dengan kegiatan pengangkutan,
seperti terminal, parkir dan jasa penunjang lainnya.
Terminal dan perparkiran mencakup kegiatan pemberian pelayanan
dan pengaturan lalu lintas kendaraan atau armada yang membongkar
atau mengisi muatan, baik barang maupun penumpang, seperti kegiatan
terminal dan parkir.
2) Komunikasi
a) Pos dan Giro
Meliputi kegiatan pemberian jasa pos dan giro seperti pengiriman
surat, wesel, paket, jasa giro, jasa tabungan dan sebagainya.
b) Telekomunikasi
Mencakup kegiatan pemberian jasa dalam hal pemakaian
hubungan telepon, telegrap, dan teleks.
h. Sektor Keuangan,
Persewaan dan Jasa
Perusahaan
Sektor ini meliputi kegiatan bank, asuransi, pegadaian, koperasi simpan
sinjam, lembaga keuangan lainnya, persewaan bangunan tempat tinggal,
dan jasa perusahaan.
1) Bank
Cakupan sub sektor bank selain kegiatan perbankan, juga termasuk
kegiatan Badan Perkreditan Rakyat (BPR).
2) Lembaga Keuangan Bukan Bank dan Jasa Penunjang
Sub sektor ini melakukan kegiatan bank, yang artinya bahwa hanya
terbatas pada mengumpulkan dana dan menyalurkan kembali dalam bentuk
pinjaman. Kegiatan yang dicakup meliputi asuransi, koperasi simpan
10

pinjam dan lembaga kuangan lainnya, seperti pegadaian.


3) Sewa Rumah
Mencakup semua kegiatan jasa atas penggunaan rumah atau bangunan
sebagai tempat tinggal oleh rumah tangga tanpa memperhatikan apakah
rumah itu milik sendiri atau rumah yang disewa.
4) Jasa Perusahaan
Jasa perusahaan kegiatan yang dicakup meliputi : notaris, persewaan
alat pesta, dan jasa perusahaan lainnya.

i. Sektor Jasa-jasa
Kegiatan yang dicakup dalam sektor ini meliputi : pemerintahan dan
hankam, jasa sosial kemasyarakatan, jasa hiburan dan jasa perorangan dan
rumah tangga.
1) Pemerintahan dan Pertahanan
Sumbangan sektor pemerintahan dan pertahanan terhadap PDRB terdiri
dari upah dan gaji rutin pegawai pemerintah pusat dan daerah, perkiraan
komponen upah dari belanja pembangunan, ditambah dengan perkiraan
penyusutan sebesar lima persen. Data yang dipakai didasarkan realisasi
pengeluaran pemerintah yang berupa anggaran rutin dan anggaran
pembangunan. Cakupan sub sektor pemerintahan dan keamanan adalah
seluruh pegawai negeri sipil, ABRI dan Kepolisian yang benar-benar
bekerja di wilayah tersebut.
2) Jasa Swasta
Yang dimaksud sub sektor jasa swasta adalah seluruh kegiatan ekonomi
jasa-jasa yang dikelola oleh swasta, sedangkan yang dikelola pemerintah
sudah tercakup di sub sektor Pemerintahan dan Hankam. Adapun kegiatan
yang dicakup sub sektor jasa swasta adalah jasa sosial dan kemasyarakatan,
hiburan dan rekreasi dan jasa perorangan dan rumah tangga.
a) Jasa Sosial dan Kemasyarakatan
Mencakup Jasa Pendidikan, Jasa Kesehatan serta Jasa Kemasyarakatan
lainnya seperti Jasa Palang Merah, terbatas yang dikelola oleh swasta
11

saja. Kegiatan-kegiatan sejenis yang dikelola oleh pemerintah sudah


termasuk dalam sub sektor Pemerintah.
b) Jasa Hiburan dan Kebudayaan
Yang dicakup dalam sub sektor ini, adalah Jasa Bioskop, obyek wisata,
dan lainnya.
c) Jasa Perorangan dan Rumah Tangga
Sub sektor ini mencakup jasa perbengkelan, reparasi, jasa perorangan dan
pembantu rumah tangga.

2.4. Tahun Dasar


Pemilihan tahun dasar dilakukan dengan penghitungan dan pertimbangan
bahwa tahun tersebut:
a. Merupakan tahun dasar yang
direkomendasikan oleh
Perserikatan Bangsa-Bangsa,
sebagaimana tertuang dalam buku
Sistem Neraca Nasional
dinyatakan bahwa estimasi PDRB
atas dasar harga konstan sebaiknya
dimutakhirkan secara periodik
dengan menggunakan tahun
referensi yang berakhiran 0 atau 5.
b. Interval 10 tahun (dari tahun dasar
sebelumnya) merupakan kurun
waktu yang umum digunakan dan
juga di praktekan di negara-negara
lain.
c. Situasi perekonomian secara
nasional pada tahun tersebut
menunjukkan keadaan yang relatif
stabil dibandingkan dengan tahun-
12

tahun sebelumnya.
2.5. Istilah-Istilah yang Berhubungan dengan PDRB
2.5.1. Produk Domestik Regional Neto
Produk Domestik Regional Neto (PDRN) merupakan Produk
Domestik Regional Bruto dikurangi dengan seluruh penyusutan atas
barang-barang modal tetap yang digunakan dalam proses produksi selama
setahun.
2.5.2. Produk Domestik Regional Neto Atas Dasar Biaya Faktor Produksi
PDRN atas dasar faktor produksi adalah PDRN atas dasar harga pasar
dikurangi pajak tidak langsung neto. Pajak tidak langsung neto merupakan
pajak tidak langsung yang dipungut pemerintah dikurangi dengan subsidi
pemerintah. Baik pajak tidak langsung maupun subsidi, kedua-duanya
dikenakan terhadap barang dan jasa yang diproduksi atau dijual. Pajak tidak
langsung bersifat menaikkan harga jual sedangkan subsidi sebaliknya.
2.5.3. Pendapatan Regional
Pendapatan Regional adalah PDRN atas dasar biaya faktor ditambah
pendapatan neto dari luar wilayah. Pendapatan neto itu sendiri merupakan
pendapatan atas faktor produksi (tenaga kerja dan modal) milik penduduk
suatu wilayah yang diterima dan dikurangi pendapatan yang dibawa keluar
wilayah.
2.5.4. Angka-Angka Per Kapita
Produk Domestik Regional Bruto per kapita dan pendapatan regional
per kapita, masing-masing merupakan Produk Domestik Regional Bruto
dan Pendapatan Regional dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan
tahun.
13

Bab III
PELAKSANAAN KERJA PRAKTIK

3.1. Profil Tempat Kerja Praktik

Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Purbalingga sebagai salah satu


satuan kerja pelaksana BPS di daerah dan di wilayah Propinsi Jawa Tengah.
Sesuai dengan UU No. 16 Th. 1997 tentang Statistik dan Keppres. RI No. 103
Th. 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan dan Susunan
Organisasi Lembaga Pemerintah Non Departemen, BPS Kabupaten Purbalingga
merupakan instansi vertikal BPS di tingkat kabupaten yang melaksanakan tugas
dan fungsi BPS provinsi serta kegiatan statistik lainnya, yang berada di bawah dan
bertanggungjawab langsung kepada Kepala Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa
Tengah yang dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya dikoordinasikan oleh Bupati
Purbalingga. Instansi ini terletak di Jl. Letjen. S. Parman No. 48 Purbalingga
53317.
BPS Kabupaten Purbalingga memiliki visi sebagai penyedia statistik
berkualitas, dan memiliki misi:
a. Menyediakan informasi statistik yang berkualitas, lengkap, akurat, relevan,
mutakhir, dan berkesinambungan.
b. Meningkatkan upaya koordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan standardisasi
kegiatan statsistik dalam kerangka Sistem Statistik Nasional yang andal,
efektif, dan efisien.
c. Meningkatkan kapasitas sumber daya secara optimal sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi mutakhir.

Tugas Pokok dari BPS Kabupaten Purbalingga adalah melaksanakan


penyelenggaraan statistik dasar di Kabupaten Purbalingga sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan fungsi dari BPS
Kabupaten Purbalingga adalah :
a. Penyelenggara statistik dasar di Kabupaten Purbalingga;
b. Pengkoordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas BPS
Kabupaten Purbalingga;
14

c. Penyelenggara pembinaan dan pelayanan administrasi umum dibidang


perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tatalaksana,
kepegawaian, keuangan, kearsipan, persandian, perlengkapan dan rumah
tangga BPS Kabupaten Purbalingga.

Kewenangan BPS Kabupaten Purbalingga dalam menyelenggarakan


fungsi tersebut adalah :
a. Penyusunan rencana daerah di Kabupaten Purbalingga secara makro
dibidang statistik;
b. Perumusan kebijakan dibidang statistik untuk mendukung pembangunan
daerah di Kabupaten Purbalingga;
c. Penetapan sistem informasi statistik di Kabupaten Purbalingga;
d. Penetapan dan penyelenggaraan statistik nasional di Kabupaten
Purbalingga;
e. Kewenangan lain yang melekat dan telah dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dalam menyelenggarakan pelaksanaan tugas dan fungsinya, Badan Pusat
Statistik Kabupaten Purbalingga dilindungi oleh perangkat hukum, yaitu :
a. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik menjamin
kepastian hukum bagi penyelenggara dan pengguna statistik baik
pemerintah maupun masyarakat. Dengan adanya Undang-Undang Statistik
ini maka kepentingan masyarakat pengguna statistik akan terjamin
terutama atas nilai informasi yang diperolehnya.
b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Statistik yang mengamanatkan bahwa BPS berkewajiban
menyelenggarakan kegiatan statistik dasar.
c. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2001 tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata
Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen yang menetapkan kedudukan
BPS sebagai lembaga pemerintah non departemen yang mempunyai tugas
menyelenggarakan kegiatan statistik dasar.
d. Keputusan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Nomor 121 Tahun 2001
15

tentang Organisasi dan Tata Kerja Perwakilan BPS di Daerah.


Untuk melaksanakan tugas, fungsi, kewenangan, susunan organisasi dan
tata kerja tersebut, telah ditentukan struktur organisasi Badan Pusat Statistik
Kabupaten Purbalingga sebagai berikut :
16

3
Gambar III.1 Struktur Organisasi BPS Kabupaten Purbalingga
Struktur organisasi BPS Kabupaten Purbalingga terbagi menjadi 5 Seksi
dan 1 Sub Bagian Tata Usaha yang masing-masing membawahi staf.
a. Kepala
Tugas : Memimpin BPS Kabupaten Purbalingga dengan tugas dan fungsi BPS
Kabupaten Purbalingga serta membina aparatur BPS Kabupaten Purbalingga
agar berdaya guna dan berhasil guna.
b. SubBagian Tata Usaha
Tugas : Melakukan penyusunan rencana dan program, urusan kepegawaian
dan hukum, keuangan, perlengkapan, serta urusan dalam.
c. Seksi Statistik Sosial
Tugas : Melakukan pengumpulan, pengolahan, analisis, evaluasi, dan
peloparan statistik sosial.
d. Seksi Statistik Produksi
Tugas : Melakukan pengumpulan, pengolahan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan statistik produksi.
e. Seksi Statistik Distribusi
Tugas : Melakukan pengumpulan, pengolahan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan statistik distribusi.
f. Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik
Tugas : Melakukan pengumpulan, pengolahan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan neraca wilayah dan analisis statistik lintas sektor.
g. Seksi Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik (IPDS)
Tugas : Melakukan pengintegrasian pengolahan data, pengolahan jaringan dan
rujukan statistik, serta diseminasi dan layanan statistik.
h. Koordinator Statistik Kecamatan (KSK)
Tugas : Melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan masing-masing
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Jumlah Pegawai BPS Kabupaten Purbalingga berjumlah 34 orang dengan
rincian sebagai berikut:
17

Tabel III.1 Jumlah Pegawai BPS Kabupaten Purbalingga

No. Uraian PNS Jumlah (%)

1. Kepala Kantor 1 1 3%
2. SubBag Tata Usaha 7 7 21%
3. Seksi Statistik Sosial 3 3 9%
4. Seksi Statistik Produksi 3 3 9%
5. Seksi Statistik Distribusi 3 3 9%
6. Seksi Nerwilis 2 2 6%
7 Seksi IPDS 2 2 6%
8. KSK 13 13 38 %
Jumlah 34 34 100 %

Dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan di bidang statistik


dalam penyelenggaraan statistik dasar BPS Kabupaten Purbalingga melaksanakan
kegiatan dialokasikan pada masing–masing tupoksi struktur organisasi BPS
Kabupaten Purbalingga, yaitu Seksi Statistik Sosial untuk pengumpulan data di
bidang sosial dan kependudukan, Seksi Statistik Produksi untuk pengumpulan
data di bidang pertanian, pertambangan dan energi, industri pengolahan dan
konstruksi, Seksi Statistik Distribusi untuk pengumpulan data di bidang ekonomi,
seperti harga-harga, statistik perdagangan, statistik perhubungan dan statistik
keuangan, Seksi Statistik Neraca Wilayah dan Analisis Statistik untuk data
pendapatan regional daerah, Seksi IPDS melakukan pengolahan data hasil survei,
Sub Bagian Tata Usaha membidangi program penyelenggaraan pimpinan
kenegaraan dan kepemerintahan, serta program peningkatan sarana dan prasarana
kantor.
18

3.2. Metodologi Penentuan PDRB


3.2.1. Metode Penghitungan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
Pendapatan Regional Kabupaten atau Kota atas dasar harga berlaku dapat
dihitung melalui dua metode yaitu :
a. Metode Tidak Langsung
Adalah metode penghitungan dengan cara alokasi yaitu mengalokir
pendapatan regional propinsi menjadi Pendapatan Regional Kabupaten atau
Kota dengan memakai berbagai macam indikator produksi atau indikator
lainnya yang cocok sebagai alokator. Hasil metode alokator dapat juga
digunakan selaku kontrol terhadap penghitungan pendapatan regional masing-
masing Kabupaten atau Kota.

b. Metode Langsung
Adalah metode penghitungan dengan menggunakan data yang bersumber
dari daerah. Metode langsung akan dapat memperlihatkan karakteristik sosial
ekonomi setiap daerah.

Metode langsung dapat dilakukan dengan menggunakan 3 (tiga)


pendekatan yaitu :

1) Pendekatan Produksi
Pendekatan dari segi produksi adalah menghitung nilai tambah dari
barang dan jasa yang diproduksi oleh seluruh kegiatan ekonomi dalam suatu
wilayah, dengan cara mengurangkan biaya antara dari masing-masing total
produksi bruto tiap-tiap kegiatan, sub sektor atau sektor berdasarkan KLUI
dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun).

Dalam contoh perhitungan Nilai Tambah Bruto dan PDRB, diambil data
produksi sektor pertanian tahun 2007.

Contoh 1:
Dalam contoh perhitungan Nilai Tambah Bruto dan PDRB, diambil data
produksi sektor pertanian tahun 2007. Produksi padi di Kabupaten
Purbalingga pada tahun 2007 adalah 222.829 ton (dalam 1 tahun), harga
berdasarkan harga berlaku adalah Rp 2.198,00 per kilogram, sedangkan harga
19

berdasarkan harga konstan (harga pada tahun dasar 2000) adalah Rp 1.097,00
per kilogram, biaya antara (rasio) sebesar 15%.

Nilai Produksi = Produksi (kg) x Harga Berlaku

= 222.829.000 x 2.198 = 489.778.142.000

Biaya Antara = 15% x 489.778.142.000= 73.466.721.300

Nilai Tambah Bruto (NTB) = Nilai Produksi – Biaya Antara

= 489.778.142.000 – 73.466.721.300

= 416.311.420.700

Perhitungan NTB untuk komoditi tanaman bahan makanan lainnya sama,


antara lain untuk komoditi ketela, jagung, kacang tanah, kedele, kacang hijau,
sayuran, dan buah-buahan. Sehingga NTB dari sub sektor tanaman bahan
makanan (tabama) adalah :
n

∑ NTB i
NTB (sub sektor tabama) = i =1

dimana i = komoditi tanaman bahan makanan (padi, ketela, jagung, sayuran,


buah-buahan, dan lainnya).

Perhitungan NTB untuk sub sektor lainnya sama, antara lain untuk sub
sektor tanaman perkebunan, peternakan dan hasil-hasilnya, perikanan, dan
kehutanan.

Selanjutnya dihitung NTB Sektor Pertanian, yaitu :


5

∑ NTB k
NTB (sektor pertanian) = k =1

dimana k = sub sektor pertanian (tabama, perkebunan, kehutanan, peternakan,


dan perikanan).

Perhitungan NTB untuk sektor lainnya sama, antara lain untuk sektor
pertambangan dan penggalian; industri pengolahan; listrik, gas, dan air bersih;
bangunan; perdagangan, hotel, dan restoran; pengangkutan dan komunikasi;
20

keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan; dan jasa-jasa.

Dari NTB setiap sektor dapat diperoleh nilai PDRB yaitu :


9

∑ NTB n
PDRB = n =1

dimana n = sektor lapangan usaha (pertanian, penggalian, industri, listrik dan


air, bangunan, perdagangan, pengangkutan, keuangan, dan jasa-jasa).

2) Pendekatan Pendapatan
PDRB merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor
produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu wilayah dalam jangka
waktu tertentu (biasanya satu tahun). Balas jasa faktor produksi yang
dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan,
semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya.
Jumlah semua komponen pendapatan ini persektor disebut sebagai nilai
tambah bruto sektoral.

NTB(persektor) = Upah + Sewa tanah + Bunga modal + Keuntungan

Oleh karena itu, PDRB merupakan jumlah dari nilai tambah bruto
seluruh sektor (lapangan usaha).
9

∑ NTB n
PDRB = n =1

dimana n = sektor lapangan usaha (pertanian, penggalian, industri, listrik dan


air, bangunan, perdagangan, pengangkutan, keuangan, dan jasa-jasa).

3) Pendekatan Pengeluaran
PDRB adalah jumlah semua komponen pengeluaran akhir seperti :

a) Pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga


swasta.
b) Konsumsi pemerintah.
c) Ekspor neto.
21

Dalam jangka waktu tertentu (biasanya setahun), ekspor neto merupakan


ekspor dikurangi impor. Ekspor atau impor yang dimaksud adalah keluar
atau masuk barang dan jasa dari Kabupaten ke Kabupaten lain atau ke luar
negeri.

NTB atas dasar harga berlaku yang untuk semua sektor pada tahun 2007,
dapat dilihat pada Tabel III.2 berikut:

Tabel III.2 Nilai Tambah Bruto atas dasar harga berlaku Per Sektor Lapangan
Usaha Kabupaten Purbalingga Tahun 2007 (dalam jutaan rupiah)

n Sektor Lapangan Usaha NTBn


1 Pertanian 1.299.809,27
2 Pertambangan Dan Penggalian 26.096,27
3 Industri Pengolahan 404.161,69
4 Listrik, Gas, Dan Air Bersih 38.679,40
5 Bangunan 313.107,45
6 Perdagangan, Hotel, Dan Restoran 696.676,80
7 Pengangkutan Dan Komunikasi 218.281,56
8 Keuangan, Persewaan, Dan Jasa Perusahaan 251.378,96
9 Jasa-Jasa 638.749,15

Sehingga berdasarkan tabel di atas, dapat ditentukan nilai PDRB atas dasar
harga berlaku Kabupaten Purbalingga tahun 2007, yaitu:
9

∑ NTB n
PDRB = n =1

=1.299.809,27 + 26.096,27 + 404.161,69 + 38.679,40 + 313.107,45 +


696.676,80 + 218.281,56 + 251.378,96 + 638.749,15
= 3.887.240,54 (dalam jutaan rupiah)
Secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel III.3 berikut:
22

Tabel III.3 Rincian Nilai Tambah Bruto atas dasar harga berlaku Per Sektor
Lapangan Usaha Kabupaten Purbalingga Tahun 2007 (dalam jutaan rupiah)

SEKTOR LAPANGAN USAHA NTB (TH 2007)


(1) (2)
1. PERTANIAN 1.299.809,27
A. Tanaman Bahan Makanan 803.127,80
B. Tanaman Perkebunan 200.176,10
C. Peternakan dan Hasil-Hasilnya 212.475,31
D. Kehutanan 37.153,03
E. Perikanan 46.877,03
2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 26.096,27
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 404.161,69
A. Industri Besar dan Sedang 248.758,98
B. Industri Kecil dan Rumah Tangga 155.402,71
4. LISTRIK, GAS, DAN AIR BERSIH 38.679,40
A. Listrik 34.973,00
B. Air Bersih 3.706,40
5. BANGUNAN 313.107,45
6. PERDAGANGAN, HOTEL, DAN 696.676,80
RESTORAN 631.460,99
A. Perdagangan 65.515,81
B. Hotel dan Restoran 218.281,56
7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 177.401,76
A. Pengangkutan 40.879,80
B. Komunikasi 251.378,96
8. KEUANGAN, PERSEWAAN, DAN JASA
PERUSAHAAN 99.806,62
A. Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank 151.572,34
B. Sewa Bangunan dan Jasa Perusahaan 638.749,15
9. JASA-JASA 548.630,90
A. Pemerintahan Umum dan Hankam 90.118,25
B. Swasta
PDRB 3.887.240,54

PDRB atas dasar harga berlaku dapat menentukan besar pendapatan per
kapita dari suatu wilayah, yaitu sebagai berikut :

Pendapa tan Re gional


Pendapatan per kapita = Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun

Pendapatan Regional merupakan Produk Domestik Regional Neto (PDRN)


atas biaya faktor, sedangkan PDRN atas biaya faktor sendiri adalah PDRB
dikurangi dengan seluruh penyusutan atas barang-barang modal tetap yang
23

digunakan dalam proses produksi selama setahun dan pajak tidak langsung.
Sehingga, dapat dikatakan bahwa PDRB atas dasar harga berlaku dapat digunakan
untuk menentukan pendapatan perkapita. Berikut disajikan tabel Pendapatan
Regional Per kapita Kabupaten Purbalingga tahun 2007:

Tabel III.4 Pendapatan Regional Per Kapita Kabupaten Purbalingga tahun 2007

RINCIAN BESAR
(1) (2)
1. PDRB ATAS DASAR HARGA BERLAKU (jutaan 3.887.240,54
rupiah) 3.309.985,32
2. PDRN ATAS BIAYA FAKTOR atau
PENDAPATAN REGIONAL (jutaan rupiah) 888.015
3. JUMLAH PENDUDUK PERTENGAHAN TAHUN 3.727.398
(jiwa) 4.377.449
4. PENDAPATAN PERKAPITA (rupiah) (2 dibagi 3)
5. PDRB PERKAPITA (rupiah) (1 dibagi 3)

Berdasarkan Tabel III.2, diperoleh PDRB atas dasar harga berlaku pada
tahun 2007 adalah 3.887.240,54 (jutaan rupiah). Dari Tabel III.3 diperoleh
pendapatan regional sebesar 3.309.985,32 (jutaan rupiah). Penduduk Kabupaten
Purbalingga pada pertengahan tahun 2007 adalah 888.015, sehingga diperoleh
pendapatan per kapita yaitu sebesar Rp3.727.398,00, sedangkan PDRB per
kapitanya adalah sebesar Rp 4.377.449,00.
Secara konsep, lebih tepat perhitungan NTB komoditi atas dasar harga
berlaku diperoleh dengan cara pendekatan produksi, karena dengan cara ini dapat
menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi dari setiap wilayah berdasarkan
banyaknya produksi yang dihasilkan wilayah tersebut selama satu tahun dan
PDRB yang akan dihasilkan dapat lebih akurat.

3.2.2. Metode Penghitungan PDRB Atas Dasar Harga Konstan


Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga berlaku
dari tahun ke tahun menggambarkan perkembangan yang disebabkan oleh adanya
perubahan dalam volume produksi barang dan jasa yang dihasilkan dan perubahan
dalam tingkat harga.
24

Oleh karena itu, untuk dapat mengukur perubahan volume produksi atau
perkembangan produktivitas yang nyata, faktor pengaruh atas perubahan harga
perlu dihilangkan dengan cara menghitung PDRB atas dasar harga konstan.
Secara konsep nilai atas dasar harga konstan dapat juga mencerminkan
jumlah produksi pada tahun yang berjalan yang dinilai atas dasar harga tahun
dasar. Dari segi metode statistik, suatu nilai atas dasar harga konstan dapat
diperoleh dengan cara :
a. Revaluasi.
Metode ini dilakukan dengan cara menilai produksi masing-masing tahun
dengan menggunakan harga tahun dasar. Berdasarkan Contoh 1 di atas dapat
diperoleh PDRB atas harga konstan komoditi padi di Kabupaten Purbalingga
tahun 2007 yaitu :

Nilai Produksi = Produksi (kg) x Harga Konstan

= 222.829.000 x 1.097

= 244.443.413.000

Biaya Antara = 15% x 244.443.413.000 = 36.666.511.950

Nilai Tambah Bruto (NTB) = Nilai Produksi – Biaya Antara

= 244.443.413.000 - 36.666.511.950

= 207.776.901.050

Selanjutnya, perhitungan PDRB dapat diperoleh dengan cara yang sama


yaitu menjumlahkan semua nilai tambah bruto semua sektor lapangan usaha :
9

∑ NTB n
PDRB = n =1

dimana n = sektor lapangan usaha (pertanian, penggalian, industri, listrik dan


air, bangunan, perdagangan, pengangkutan, keuangan, dan jasa-jasa).
25

b. Ektrapolasi
Metode ini dilakukan dengan cara memperbaharui (updating) nilai tahun
dasar sesuai dengan indeks produksi atau tingkat pertumbuhan riil dari tahun
sebelumnya.

produksi pada tahun yang berlangsung


Indeks Produksi = produksi pada tahun dasar

Nilai tambah bruto diperoleh dengan mengalikan indeks produksi dengan


nilai tambah bruto pada tahun sebelumnya, selanjutnya perhitungan PDRB
dapat diperoleh dengan cara yang sama yaitu menjumlahkan semua nilai
tambah bruto dari setiap sektor lapangan usaha

Contoh 2:

NTB padi atas harga konstan Kabupaten Purbalingga pada tahun 2006 adalah
176.982.028.150, produksi pada tahun 2000 (tahun dasar) adalah 417.144,75
ton, dan produksi pada tahun 2007 adalah 489.640 ton.

489640
Indeks Produksi = 417144,75 = 1,174

NTB padi pada th 2007 = 1,174 x 176.982.028.150 = 207.776.901.048

Selanjutnya, perhitungan PDRB dapat diperoleh dengan cara yang sama


yaitu menjumlahkan semua nilai tambah bruto semua sektor lapangan usaha :
9

∑ NTB n
PDRB = n =1

dimana n = sektor lapangan usaha (pertanian, penggalian, industri, listrik dan


air, bangunan, perdagangan, pengangkutan, keuangan, dan jasa-jasa).

c. Deflasi
Metode ini dilakukan dengan membagi nilai tambah bruto atas dasar harga
berlaku dengan indeks harga dari barang-barang yang bersangkutan. Indeks
harga tersebut merupakan hasil bagi antara harga yang berlaku dengan harga
26

konstan. Indeks ini menunjukkan tingkat perkembangan harga pada tahun


dasar.

Contoh 3:

NTB padi atas harga berlaku tahun 2007 Kabupaten Purbalingga berdasarkan
Contoh 1 adalah 416.311.420.700, harga berdasarkan harga berlaku adalah
Rp 2.198,00 per kilogram, sedangkan harga berdasarkan harga konstan (harga
pada tahun dasar 2000) adalah Rp 1.097,00 per kilogram.

2198
Indeks Harga = 1097 = 2,004

416.311.420.700
NTB padi atas harga konstan = 2,004 = 207.740.229.890

Selanjutnya, perhitungan PDRB dapat diperoleh dengan cara yang sama,


yaitu menjumlahkan semua nilai tambah bruto semua sektor lapangan usaha :
9

∑ NTB n
PDRB = n =1

dimana n = sektor lapangan usaha (pertanian, penggalian, industri, listrik dan


air, bangunan, perdagangan, pengangkutan, keuangan, dan jasa-jasa).

NTB atas dasar harga konstan (digunakan tahun dasar 2000) untuk semua
sektor pada tahun 2007, dapat dilihat pada Tabel III.5 berikut:

Tabel III.5 Nilai Tambah Bruto atas dasar harga konstan Per Sektor Lapangan
Usaha Kabupaten Purbalingga Tahun 2007 (dalam jutaan rupiah)

n Sektor Lapangan Usaha NTBn


1 Pertanian 734.226,17
2 Pertambangan Dan Penggalian 14.291,16
3 Industri Pengolahan 213.148,72
4 Listrik, Gas, Dan Air Bersih 13.852,81
5 Bangunan 170.640,06
6 Perdagangan, Hotel, Dan Restoran 393.105,08
7 Pengangkutan Dan Komunikasi 115.079,98
27

8 Keuangan, Persewaan, Dan Jasa Perusahaan 128.218,47


9 Jasa-Jasa 361.183,78
Sehingga berdasarkan tabel di atas, dapat ditentukan nilai PDRB atas dasar
harga konstan Kabupaten Purbalingga tahun 2007, yaitu:
9

∑ NTB n
PDRB = n =1

=734.226,17 + 14.291,16 + 213.148,72 + 13.852,81 + 170.640,06 +


393.105,08 + 115.079,98 + 128.218,47 + 361.183,78
= 2.143.746,24 (dalam jutaan rupiah)
Secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel III.3 berikut:
Tabel III.6 Rincian Nilai Tambah Bruto atas dasar harga konstan Per Sektor
Lapangan Usaha Kabupaten Purbalingga Tahun 2007 (dalam jutaan rupiah)

SEKTOR LAPANGAN USAHA NTB (TH 2007)


(1) (2)
1. PERTANIAN 734.226,17
A. Tanaman Bahan Makanan 463.119,97
B. Tanaman Perkebunan 107.707,47
C. Peternakan dan Hasil-Hasilnya 112.677,45
D. Kehutanan 18.715,64
E. Perikanan 32.005,64
2. PERTAMBANGAN 14.291,16
DAN PENGGALIAN 213.148,72
3. INDUSTRI 127.503,8
PENGOLAHAN 85.644,92
A. Industri Besar dan Sedang 13.852,81
B. Industri Kecil dan Rumah Tangga 11.532,35
4. LISTRIK, GAS, DAN 2.320,46
AIR BERSIH 170.640,06
A. Listrik 393.105,08
B. Air Bersih 355.232.48
5. BANGUNAN 37.872,61
6. PERDAGANGAN, 115.079,98
HOTEL, DAN 95.136,89
RESTORAN 19.943,09
A. Perdagangan 128.218,47
B. Hotel dan Restoran
7. PENGANGKUTAN 55.854,62
DAN KOMUNIKASI 72.363,85
A. Pengangkutan 361.183,78
B. Komunikasi 311.877,42
28

8. KEUANGAN, 49.306,35
PERSEWAAN, DAN
JASA PERUSAHAAN
A. Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank
B. Sewa Bangunan dan Jasa Perusahaan
9. JASA-JASA
A. Pemerintahan Umum dan Hankam
B. Swasta
PDRB 2.143.746,24
Dari PDRB atas harga konstan yang diperoleh pada tahun 2006 adalah
sebesar 2.018.808,10 (dalam jutaan rupiah), sedangkan PDRB atas dasar harga
konstan yang diperoleh pada tahun 2007 adalah 2.143.746,24 (dalam jutaan
rupiah). Hal tersebut menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan
atau setiap sektor dari tahun 2006 ke tahun 2007. Dalam tahun 2007 menunjukkan
prestasi ekonomi yang lebih baik dibandingkan dengan tahun sebelumya dengan
diperlihatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 1,06 persen.
29

Bab IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Produk Domestik Regional Bruto dapat ditentukan dengan menjumlahkan


semua Nilai Tambah Bruto yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu
wilayah. PDRB diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu PDRB atas dasar harga
berlaku dan PDRB atas dasar harga konstan.

PDRB atas dasar harga berlaku merupakan PDRB dengan harga yang
berlaku pada tahun tersebut. PDRB ini dapat menentukan pendapatan per kapita.
Dengan mengambil data Nilai Tambah Bruto Kabupaten Purbalingga pada tahun
2007, diperoleh PDRB atas dasar harga berlaku sebesar 3.887.240,54 (jutaan
rupiah) dan pendapatan per kapita yang diperoleh adalah Rp3.727.398,00.

PDRB atas dasar harga konstan merupakan PDRB dengan harga yang
ditetapkan oleh tahun dasar. PDRB ini dapat menentukan laju pertumbuhan
ekonomi suatu wilayah dengan melihat pergeseran peningkatan PDRB dari tahun
ke tahun. Dengan mengambil data Nilai Tambah Bruto Kabupaten Purbalingga
pada tahun 2007, diperoleh PDRB atas dasar harga konstan sebesar 2.143.746,24
(dalam jutaan rupiah), ini menunjukkan prestasi ekonomi yang lebih baik
dibandingkan dengan tahun 2006, yaitu dengan PDRB atas dasar harga konstan
sebesar 2.018.808,10 (dalam jutaan rupiah), sehingga diperlihatkan pertumbuhan
ekonomi sebesar 1,06 persen.

Perhitungan PDRB atas dasar harga berlaku lebih tepat dilakukan dengan
metode langsung, yaitu dengan cara pendekatan produksi, sedangkan perhitungan
30

PDRB atas dasar harga konstan lebih tepat digunakan cara revaluasi. Hal ini
dikarenakan hasil yang diperoleh dari kedua metode tersebut sesuai dengan
banyaknya produksi barang atau jasa yang dihasilkan oleh suatu wilayah selama
satu tahun atau menggambarkan banyaknya kekayaan yang dihasilkan oleh suatu
wilayah dalam satu tahun.

4.2 Saran

Untuk mempermudah perhitungan PDRB dan memperoleh nilai PDRB


yang lebih akurat, sebaiknya dibuat suatu program komputer untuk perhitungan
PDRB, mengingat pentingnya peran PDRB yaitu sebagai penentu pendapatan per
kapita dan laju pertumbuhan ekonomi suatu wilayah.
31

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2006): PDRB dan Peretumbuhan Ekonomi Kota.


www.tarakankota.go.id/data/PDRB_dan_Peretumbuhan_Ekonomi_
Kota_.Diakses tanggal 11 Februari 2009.

Anonim. (2007): PDRB 2007.www.tebokab.go.id/03-


bank_data/pdrb/2007/tabel1022.pdf. Diakses tanggal 11 Februari
2009.

Statistik Neraca Wilayah dan Analisis BPS Kabupaten Purbalingga. 2002:


Pendapatan Regional Purbalingga 2001. BPS dan BAPPEDA
Kabupaten Purbalingga : Purbalingga.

Statistik Neraca Wilayah dan Analisis BPS Kabupaten Purbalingga. 2008:


Pendapatan Regional Purbalingga 2007. BPS dan BAPPEDA
Kabupaten Purbalingga : Purbalingga.

You might also like