You are on page 1of 24

Kata kunci : keperawatan,profesi,paradigma,holism,humanism,caring

PENDAHULUAN
Keperawatan saat ini tengah mengalami masa transisi panjang yang
tampaknya belum akan segera berakhir. Keperawatan yang awalnya
merupakan vokasi dan sangat didasari oleh mother instinct – naluri
keibuan, mengalami perubahan / pergeseran yang sangat mendasar
atas konsep dan proses, menuju keperawatan sebagai profesi.
Perubahan ini terjadi karena tuntutan dan perkembangan kebutuhan
masyarakat akan pelayanan kesehatan secara umum, perkembangan
IPTEK dan perkembangan profesi keperawatan sendiri.
Keperawatan sebagai profesi harus didasari konsep keilmuan yang
jelas, yang menuntun untuk berpikir kritis-logis-analitis; bertindak
secara rasional – etis; serta kematangan untuk bersikap tanggap
terhadap kebutuhan dan perkembangan kebutuhan masyarakat akan
pelayanan keperawatan. Keperawatan sebagai direct human care
harus dapat menjawab mengapa seseorang membutuhkan dan dapat
dibantu melalui keperawatan; domain keperawatan dan keterbatasan
lingkup pengetahuan serta lingkup garapan praktek keperawatan;
basis konsep dari teori dan struktur substantif setiap konsep
menyiapkan substansi dari ilmu keperawatan sehingga dapat menjadi
acuan untuk melihat wujud konkrit permasalahan pada situasi
kehidupan manusia dimana perawat/keperawatan diperlukan
keberadaannya.
Secara mendasar, keperawatan sebagai profesi dapat terwujud bila
para profesionalnya dalam lingkup karyanya senantiasa berpikir
analitis,kritis dan logis terhadap fenomena yang dihadapinya;
bertindak secara rasional-etis; serta bersikap tanggap/peka terhadap
kebutuhan klien sebagai pengguna jasanya. Akan tetapi pergeseran-
pergeseran ini membawa konsekwensi dan segudang pertanyaan
untuk dijawab : Apakah benar keperawatan itu profesi, kalau ya
pertanyaan yang kemudian muncul adalah apa fokus telaahannya, ,
lingkup garapan dan basis intervensinya, pada sirkumstansis seperti
apa intervensi keperawatan dibutuhkan, atau secara singkat how
nurses facilitate the health of human beings? Apakah keperawatan itu
ilmu? Kalau demikian apa objek formilnya; objek materiilnya; konsep-
konsep apa yang mendasari building block nya; melalui proses
metodologi seperti apa ilmu keperawatan tsb ditemukan dan
dibangun.
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tsb diperlukan telaah
terhadap esensi keperawatan didasarkan pada berbagai konsep yang
melandasi perkembangan berbagai teori-teori keperawatan. Berbagai
teori keperawatan mengemuka sejak Florence Nightingale (notes on
nursing), Virginia Henderson (the activities of living) , Callista Roy
(Adaptation Model), Dorothea Orem (Self-care model), M.Leininger
(transcultural nursing), Jean Watson (human science and human care)
dan masih banyak lagi.
Tulisan ini mencoba menelaah keperawatan dengan teori Jean Watson
sebagai pegangan utama, karena alasan : 1) paradigma keperawatan
menekankan manusia sebagai fokus sentral, 2) dari teori-teori
keperawatan yang mengemuka, ada konsensus umum bahwa disiplin
keperawatan menekankan a holistic and humanistic viewpoint with a
fundamental ethic of caring.
ESENSI PROFESI
Profesi, secara historis dikaitkan dengan pendidikan tinggi atau
institusi pembelajaran dan membawa implikasi pada tingkat
kemampuan tertentu yang dicapai melalui proses studi dan riset. Lebih
lanjut, ada kesepakatan umum bahwa profesionalisme berkaitan
langsung dengan keahlian, otonomi dan pelayanan. Seorang
professional bertindak secara konsiensius, paham dan mengerti apa
yang dilakukannya dan bertanggung jawab terhadap dirinya dan orang
lain (Perry & Potter,2005:7). Profesi mempunyai katarkeristik utama :
• Profesi mensyaratkan pendidikan yang memadai untuk meletakkan
dasar-dasar professional bagi para praktisinya
• Profesi mempunyai pengetahuan , konsep dan teori sebagai landasan
untuk mengembangkan ketrampilan , kemampuan dan norma-norma
• Profesi mempunyai bidang garap dan layanan yang spesifik, serta
standar sebagai acuan • Anggota profesi mempunyai otonomi dan
kewenangan untuk mengambil keputusan terhadap hal-hal yang
menjadi lingkup garap keprofesian
• Profesi mempunyai kode etik untuk menuntun anggota profesi dalam
menjalankan aktifitas profesionalnya, serta melindungi masyarakat
konsumennya. Karakteristik tersebut akan menjadi penciri bagi para
profesional dalam menjalankan peran dan fungsinya. Peran dan fungsi
yang diemban para profesional sejalan dengan domain profesionalnya,
dalam hal ini menyangkut tiga hal pokok yaitu fokus telaahan , lingkup
garapan dan basis intervensi. Ketiga domain profesi ini menjadi
landasan bagi para profesional untuk memberikan pelayanan kepada
masyarakat, seperti diketahui bahwa profesi ada karena
keberadaannya dibutuhkan masyarakat sehingga terjadi hubungan
timbal balik antara masyarakat profesi dan masyarakat
konsumen,hubungan saling percaya antara keduanya dibangun dan
dibina sehingga melalui hubungan ini tumbuh pengakuan masayarakat
terhadap profesi dan pengakuan tersebut melekatkan status dan
privelege pada masyarakat profesi. Di pihak lain , pengakuan – status
dan privelege ini membangun komitmen para profesional untuk
”menginvestasikan” diri dan hidupnya bagi karyanya melayani
masyarakat, dengan demikian pada akhirnya penciri profesi akan
melekat pada gaya hidup,perilaku dan personality; dan kehidupan
profesional dapat berujung pada income,prestige dan power. Dalam
konteks ini ketiga hal tersebut dapat bermakna bahwa melalui
profesinya seseorang dapat hidup layak, bangga pada profesinya dan
melalui aktifitas profesinya dapat mempengaruhi kehidupan
masyarakat.
MAKNA dan PARADIGMA KEPERAWATAN
Paradigma, dalam Chaska (1990:167,) dikemukakan sebagai “ a world
view or general perspective for viewing some complexity of the real
world that becomes embedded in the orientation of those who
subscribe to the paradigm” atau apa yang dikemukakan Kelly
2003:194 sebagai Ways of looking at (Conceptualizing a Discipline
(ex.Nursing) in a clear, explicit term that can be communicated to
others” Apabila pengertian paradigma tersebut dikaitkan dengan
keperawatan, maka dapat dikatakan sebagai keyakinan dan cara
pandang terhadap berbagai konsep yang mendasari the real world of
nursing , sehingga dengan memahami nilai-nilai yang menjadi dasar
keyakinan dan cara pandang tersebut akan menuntun orientasi konsep
dan aplikasi praktisnya. Para penggagas teori keperawatan
menyepakati bahwa ada empat konsep yang menjadi elemen utama
paradigma keperawatan yaitu : manusia, lingkungan, sehat/kesehatan
dan keperawatan (Chaska,2003;Perry & Potter,2005) dan manusia
merupakan fokus sentral dari paradigma keperawatan (George,1980).
Keempat elemen dari paradigma ini diwujud-nyatakan dengan dijiwai
oleh prinsip holism, humanism dan caring.
Keperawatan.
Esensi keperawatan, seperti dirumuskan oleh American Nurses
Association (ANA,1980) adalah Diagnosis and treatment of human
responses to actual and potential health problems atau dapat
diinterpretasikan sebagai diagnosis dan perlakuan pada respon
manusia terhadap masalah klesehatan baik yang sifatnya aktual
maupun potensial. Dari rumusan tersebut ada beberapa hal pokok
yang membutuhkan penjabaran makna lebih lanjut, yaitu : diagnosis
dan perlakuan, respon manusia dan masalah kesehatan.
Diagnosis adalah careful,critical study of something to determine its
nature (NANDA,2001). Diagnosis merupakan kesimpulan terhadap
suatu keadaan yang dilakukan melalui proses pengkajian dalam hal ini
terdiri dari tahapan-tahapan pengumpulan data, analisis dan
kesimpulan. Diagnosis keperawatan (ICN,1987) adalah label given by a
nurse to the decision about a phenomenon which is the focus of
nursing intervention atau dapat diinterpretasikan sebagai rumusan
yang dibuat berdasarkan keputusan terhadap fenomena yang
merupakan fokus dari intervensi/perlakuan keperawatan.
Jadi diagnosis keperawatan disini berbeda dari diagnosis medik
;diagnosis keperawatan tidak menentukan jenis penyakit yang diderita
oleh seseorang tetapi menentukan fenomena apa yang dialami oleh
seseorang, hal ini antara lain dapat berkaitan dengan penyakit atau
keadaan lain dari rentang sehat-sakit. Fenomena atau fokus telaahan
ini merupakan aspect of health of relevance to nursing practice. Potter
& Perry (2005:58) mengemukakan fenomena sebagai aspects of reality
that can be consciously sensed or experienced. Dari dua pendapat tadi
dapat dikemukakan bahwa fenomena merupakan aspek dari realitas
yang dapat dirasakan atau dialami. Dalam suatu disiplin, fenomena
mencerminkan domain atau territory. Domain dikatakan sebagai …the
perspective and territory of the discipline and contains the subject ,
central concept, values and beliefs, phenomena of interest and the
central problems of the discipline. Secara spesifik ini menyangkut
tentang human responses to health and illness either potential or
actual ……these human responses range broadly from health restoring
reactions to an individual episode of illness to the development of
policy in promoting the longterm health of a population ….. Fenomena
dalam hal ini respon manusia terhadap masalah kesehatan atau
rentang kondisi sehat-sakit, secara individual client dapat berupa
respon terhadap penyakit misalnya kanker leher rahim; maka proses
mendiagnosis pada keperawatan menekankan pada apa/bagaimana
respon klien secara utuh terhadap kondisi tersebut. Melalui aktifitas
pengkajian keperawatan (nursing assessment) ditelaah bagaimana
respon fisiknya : apakah menimbulkan nyeri, bagaimana intensitas dan
kwalitas nyerinya, seperti apa polanya, apakah nyeri ini menyertai
terganggunya pola aktifitas atau tidak terpenuhinya kebutuhan dasar
yang lain? Yang berikutnya adalah kajian terhadap respon psiko-
sosialnya : apakah yang bersangkutan tahu apa yang dideritanya, apa
makna kanker ini baginya, apakah keberadaan kanker leher rahim ini
menyebabkan fungsi peran nya (role function) terganggu, dalam
kapasitasnya sebagai apa – ibu,istri? Bagaimana respon emosionalnya
terhadap keberadaan kanker leher rahim ini, atau berada pada
tahapan manakah : denial (penolakan)- anger (marah)- bargaining
(tawar menawar)- depression (kesedihan yang mendalam)- ataukah
sudah pada tahap acceptance (menerima). Kajian secara utuh respon
bio-psiko-sosio-spiritual harus dilakukan, sejalan denagn pandangan
dasar keperawatan terhadap manusia yang unik dan utuh, dihadapkan
pada kanker leher rahim yang sama responnya berbeda-beda. Untuk
menentukan kebutuhan dasar apa yang tidak terpenuhi (lingkup
garapan keperawatan/ domain profesi) dan bagaimana potensi yang
bersangkutan untuk mengatasinya.
Kebutuhan dasar manusia ini (basic human needs) ini meliputi antara
lain kebutuhan udara (oksigen); nutrisi; cairan dan elektrolit; eliminasi;
rasa nyaman; rasa aman (safety and security); interaksi; hygiene
personal; mobilitas fisik. Kesimpulan terhadap kondisi terpenuhi
tidaknya kebutuhan dasar manusia (KDM) inilah yang disebut dengan
diagnosis keperawatan.
Diagnosis keperawatan menjadi basis intervensi atau bentuk perlakuan
dan bantuan keperawatan yang harus dilakukan perawat, terhadap
kliennya, apakah secara mandiri ataukah secara kolaboratif tergantung
dari esensi permasalahan dan kompleksitasnya. Rumusan diagnosis
keperawatan dapat meliputi rangkaian pernayataan tentang problem-
etiology-symptom (PES); problem-etiology (PE); atau problem –
symptom (PS). Sangat tergantung pada rumusan diagnosis
keperawatan, perlakuan keperawatan (nursing intervention) dapat
berupa upaya promotif,preventif,caratif (dari care) dan restoratif. Ini
seperti pula diuraikan oleh ICN (International Council of Nursing),
nursing as an integral part of health care system encompasses the
promotion of health,prevention of illness, and the care of physically
ill,mentally ill and disable people of all ages, in all health care and
other community settings …. Bantuan keperawatan (nursing
intervention) ini diberikan apabila seseorang berada pada kondisi self-
care deficits (Orem,1980) yaitu apabila self care demand melampaui
self care ability atau seseorang tidak dapat memenuhi kebutuhan
dasar manusia (KDM)nya secara mandiri baik karena tidak adanya
kemampuan, kemauan dan atau pengetahuan… the unique function of
the nurse is to assist the individual, sick or well (or to a peaceful death)
in the performance of those activities in such a way that he/she can
perform unaided if he/she has the necessary strength,wll or knowledge
(V.Henderson, 1967).
Dengan menggunakan pandangan dasar terhadap tiga konsep yang
lain dalam paradigma keperawatan, maka intervensi keperawatan
sebagai bentuk pelayanan professional memperhatikan nilai-nilai
harkat dan martabat manusiawi (humanism), perlakuan yang utuh/
tidak terfragmentasi (holism/wholeness) dan menekankan caring
sebagai jiwa dari keperawatan (the heart of nursing).

MANUSIA sebagai FOKUS SENTRAL


Keperawatan sebagai sains tentang human care didasarkan pada
asumsi bahwa human science and human care merupakan domain
utama dan menyatukan tujuan keperawatan. Sebagai human science
keperawatan berupaya mengintegrasikan pengetahuan empiris
dengan estetia, humanities dan kiat/art (Watson,1985). Sebagai
pengetahuan tentang human care fokusnya untuk mengembangkan
pengetahuan yang menjadi inti keperawatan, seperti dinyatakan oleh
Watson (1985) human care is the heart of nursing atau Leininger
(1984) yang menekankan caring is the central and unifying domain for
the body of knowledge and practices of nursing.
Pandangan tentang keperawatan sebagai sains tentang human care
adalah komprehensif. Ini termasuk pengembangan pengetahuan
sebagai basis dalam area-area :
• Pengkajian terhadap kondisi manusia
• Eksplikasi dari pengalaman manusia dengan, dan responnya
terhadap berbagai kondisi sehat-sakit
• Telaah terhadap pengelolaan kondisi-kondisi yang
menyertainya
• Deskripsi dari atribut-atribut caring relationship
• Studi tentang sistem untuk bagaimana human care mesti
diwujudkan
Dalam eksplikasi sains tentang human care pencarian harus termasuk
beragam metoda untuk memperoleh pemahaman utuh dari human
phenomena. Pencarian ini harus memfasilitasi integrasi pengetahuan
dari biomedical,perilaku,sosiokultural, seni dan humaniora untuk
menemukan pengetahuan keperawatan baru. Melalui strategi integrasi
dan analisis, dunia objektifitas dapat dihubungkan dengan dunia
subjektif dari pengalaman manusia untuk mencapai linkage ini.
Perspektif tentang human science memberi kesempatan bagi
pemikir/peneliti keperawatan untuk melakukan telaah terhadap
keilmuan keperawatan dan arahnya, guna meletakkan dasar-dasar
subject matter serta tanggung jawab ilmiah dan sosialnya. Melalui
perspektif ini, kajian terhadap makna,nilai etika tentang manusia,
kesehatan dan keperawatan dapat dilakukan.
Dalam konteks ini, pemahaman tentang human science berbasis
pada :
• Filosofi tentang kebebasan,pilihan dan tanggung jawab
manusia
• Biologi dan psikologi tentang keutuhan manusiawi (holism)
• Epistemologi bukan hanya secara empiris tetapi juga
pengembangan estetis,nilai-nilai etis,intuisi dan proses eksplorasi
dan penemuan
• Konteks hubungan,proses interaksi antar manusia
Melalui telaah terhadap berbagai aspek tersebut, keperawatan secara
kritis harus mempertanyakan apakah arah pengembangan keilmuan
dan profesi keperawatan dengan pendekatan medical science tepat ?
Pendekatan ini lebih menekankan pada penggunaan konsep,
pandangan dan tehnik-tehnik dari ilmu alam dan kedokteran yang
diaplikasikan pada keperawatan. Dengan pendekatan ini, keperawatan
baik secara keilmuan ataupun profesi akan terjebak pada pola
pemikiran dan tindakan yang mudah terfragmentasi pada struktur dan
fungsi organ, penyakit dan tehnik-proseduril tertentu. Ini tidak sejalan
dengan prinsip dan pandangan keperawatan tentang holism,humanism
and caring.
Keperawatan sebagai human science mengintegrasikan keilmuan
dengan nilai-nilai keindahan, seni/kiat , aspek etis dan estetis dari
proses caring antar manusia. Keperawatan dapat berkembang dengan
fondasi filosofis yang lebih bermakna berbasis pada nilai-nilai
manusiawi. Melalui ini harus dipilih metoda yang memungkinkan untuk
melakukan kajian terhadap makna diri bukan hanya secara objektif
tetapi juga subjektif dari diri perawat sendiri maupun orang lain. Dalam
konteks ini, kajian keperawatan lebih memfokuskan pada manusia
dengan masalah dan pengalaman hidupnya (i.e.health and illness) dari
pada sekedar perilaku,tehnik dan proseduril yang sering tidak
manusiawi. Dengan demikian, pola ini akan memperluas pemikiran dan
memungkinkan untuk mengembangkan gambaran baru tentang
makna sebagai manusia, perawat, pengalaman sakit, pengalaman
dirawat/disembuhkan, memberi dan menerima human care
Manusia.
Dalam pandangan keperawatan manusia diyakini sebagai person as a
whole, as a fully functional integrated self. Dalam konsep holism ini,
manusia dilihat sebagai sosok yang utuh, …..the human is viewed as
greater than, and different from, the sum of his or her parts ….
(Watson,1985:14) yang bermakna bahwa keberadaan berbagai aspek
dari diri seorang manusia, secara bersama-sama berfungsi dan
berespon untuk mewujudkan keutuhannya. Karena keutuhan ini maka
manusia itu unik, berbeda dari manusia lain. Manusia juga diyakini
sebagai sistem terbuka (openned system), yang berinteraksi dengan
manusia lain dan lingkungannya secara dinamis, berkesinambungan
dan itu semua penting untuk perkembangan personalnya.
Pandangan dasar tentang manusia ini, yang dalam paradigma
keperawatan merupakan fokus sentral pada saatnya memberi arah
pada eksplorasi tentang human science , human responses (to health
and illness) dan human care serta menuntun perawat untuk
memahami dan memperlakukan manusia lain (klien) secara utuh, unik
dan manusiawi.
Sehat/Kesehatan .
Sehat seperti dinyatakan WHO adalah a state of complete
physical,mental and social wellbeing, not merely the absence of
disease or infirmity, atau dikatakan sebagai kondisi yang sempurna
baik secara fisik, mental dan sosial dan tidak sekedar bebas dari
penyakit dan kelemahan. Definisi tersebut mengandung makna bahwa
sehat merupakan kondisi multidimensi yang paling tidak mencakup
lima dimensi yang berbeda sebagai standar minimal untuk dinyatakan
sebagai sehat (sempurna) yaitu kesehatan fisik, mental (fungsi
emosional dan intelektual) fungsi sosial, fungsi peran dan persepsi
umum tentang wellbeing. Konsep lain dikemukakan oleh Pender
(1996:18) mengutip Dubos mengemukakan sehat sebagai a state or
conditions that enables the individuals to adapt to the environment;
the degree of health experienced is dependent to one’s ability to
adjust to the various internal and external tensiona that one faces. Dari
kutipan tersebut sehat dikatakan sebagai kondisi yang memungkinkan
bagi seseorang untuk beradaptasi terhadap lingkungannya;
“tingkatan” kondisi sehat yang dialami tergantung pada kemampuan
seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap berbagai tekanan baik
internal maupun eksternal yang dihadapi.
Watson (1985:48) menyatakan sehat sebagai unity and harmony
within the mind,body and soul. Its also associated with the degree of
congruence between the self as perceived and the self as experienced,
Such a viewed of health focuses on the entire nature of the individual
in his or her physical,social.esthetic and moral realms-instead of just
certain aspects oh human behavior and physiology. Definisi tersebut
mengungkap bahwa sehat merupakan kondisi yang utuh dan selaras
antara badan,pikiran dan jiwa; dan ini berkaitan dengan tingkat
kesesuaian antara diri yang dipersepsikan dan diri yang diwujudkan.
Pandangan tentang kesehatan berfokus pada individu secara utuh
meliputi hal-hal yang bersifat fisik,sosial,etis dan moral, tidak sekedar
berfokus pada aspek-aspek perilaku dan fisiologi manusia semata.
Sedangkan Carieri &Co.(1980) dalam bukunya Basic Human Needs
menyatakan sehat sebagai a state in which needs are being
sufficiently met, dalam hal ini seseorang dikatakan sehat bila
kebutuhan dasarnya terpenuhi. Dalam hal sehat-sakit sebagai suatu
rentang, Halbert Dunn seperti dikutip Pender (1996:19)
mengemukakan bahwa sehat optimum atau dalam istilahnya disebut
high level of wellness merupakan an integrated human functioning that
is oriented toward maximizing the potential health of which the
individual is capable- this requires that the individual maintain balance
and purposeful direction within the environment where he is
functioning. Konsep tersebut menekankan peran lingkungan bagi
seseorang untuk memaksimalkan kesehatan potensialnya melalui
integrasi berbagai fungsi manusiawinya, dan untuk ini seseorang perlu
mempertahankan keseimbangan dan arah dalam lingkungan dimana ia
berfungsi.
Dari beberapa konsep sehat (dan sakit/illness) diatas dapat
dikemukakan beberapa hal prinsip antara lain :
• Sehat menggambarkan suatu keutuhan kondisi seseorang
yang sifatnya multidimensional, yang dapat berfluktuasi
tergantung dari interrelasi antara faktor-fkator yang
mempengaruhi
• Kondisi sehat dapat terwujud bila kebutuhan dasar
manusiawinya terpenuhi
• Kondisi sehat dapat dicapai karena adanya kemampuan
seseorang untuk beradaptasi terhadap lingkungan baik internal
maupun eksternal
• Sehat tidak dapat dinyatakan sebagai suatu kondisi yang
berhenti pada titik tertentu, tetapi berubah-ubah tergantung
pada kapasitasnya untuk berfungsi pada lingkungan yang
dinamis
• Sehat sebagai suatu kondisi keseimbangan yang dinamis
antara bentuk dan fungsi tubuh (manusia) karena
keberhasilannya menyesuaikan diri terhadap pengaruh-pengaruh
yang dapat mengganggu (agent,environment).
Dalam konteks rentang sehat sakit, ada tiga faktor utama yang
berperan yaitu host, agent dan environment. Agent merupakan
substances or factors which have been related directly or indirectly to
some particular disease state (Spradley & Allender,1997:254). Agent
yang dapat berupa bahan, elemen (biologis,nutrient,kimia,fisikal atau
mekanis) keberadaan/ketiadaannya setelah terjadi kontak yang efektif
dengan susceptible human host pada kondisi lingkungan yang
mendukung akan berfungsi sebagai stimulus terhadap proses menjadi
sakit. Terminologi ini pada umumnya untuk mendiskripsikan infectius
agent, sedang untuk non infectius agent merupakan bagian dari
environment (lingkungan).
Lingkungan.
Lingkungan dikatakan sebagai the aggregate of all external conditions
and influences affecting the life and development of an organism,
human behavior and society(Leavell & Clarck,1965:57), dalam hal ini
segala kondisi eksternal yang melingkupi kehidupan seseorang,
berpengaruh terhadap hidup dan perkembangan organisme, perilaku
manusia dan masyarakat. Spradley & Allender (1997) mengemukakan
bahwa lingkungan terdiri dari empat elemen utama yaitu lingkungan
fisik, biologis, sosial dan ekonomi. Lingkungan fisik meliputi iklim,
udara, struktur geologi dan geografi. Lingkungan fisik seperti iklim dan
udara mempengaruhi manusia seperti temperatur panas dan dingin
yang ekstrim; bau, tingkat kebisingan yang tidak favourable bagi
manusia untuk menjalankan aktifitas dan kehidupan; sehingga perlu
ada upaya kontrol agar manusia dapat menjalankan fungsi
fisiologisnya secara optimal. Lingkungan yang berkenaan denagn
struktur geologi dan geografi- apakah merupakan area yang aman dan
nyaman bagi manusia untuk tumbuh, berkembang dan menjalani
aktifitas kehidupannya; Lingkungan biologis merupakan segala sesuatu
yang hidup baik binatang atau tanaman, yang melingkupi kehidupan
seseorang. Berbagai jenis mahluk hidup non manusia dari banyak
penelitian diketahui sebagai penyebab atau pembawa kuman penyakit
tertentu; Lingkungan sosial ekonomi, kedua hal ini sosial dan ekonomi
saling tergantung dalam hubungannya dengan lingkungan. Lingkungan
sosial berkaitan dengan lingkup asosiasi/pergaulan seseorang dan
karena kondisi sosial ekonomi merupakan faktor penentu pada
lingkup/eksistensi sosial seseorang maka lingkungan sosial dan
ekonomi dikaitkan satu dengan yang lain. Ada pandangan mendasar
tentang hubungan dua hal ini, yaitu makin rendah status sosial-
ekonomi makin tinggi prevalensinya terhadap penyakit; atau ada
asosiasi antara rendahnya pendapatan dan kerentanan tetrhadap
penyakit meskipunn tingginya pendapatan tidak menjamin bahwa
seseorang terjaga kesehatannya. Oleh karenanya perhatian harus
diberikan pada bagaimana faktor-faktor ini mempengaruhi proses
terjadinya penyakit dan ketidak seimbangan. Menempatkan
lingkungan sebagai salah satu elemen utama paradigma keperawatan
berarti bahwa pemahaman terhadap konsep lingklungan dibutuhkan
sehingga kajian terhadap dampaknya pada ketidak seimbangan fungsi-
fungsi manusiawi diperhitungkan dan program pengurangan resiko
(risk reduction program) sebagai upaya prevensi dapat diwujudkan.
KEPERAWATAN SEBAGAI PROFESI
Menelaah esensi profesi dan esensi keperawatan , penulis sampai pada
telaah eksistensi keperawatan sebagai profesi:
1. Profesi mensyaratkan pendidikan yang memadai untuk meletakkan
dasar-dasar professional bagi para praktisinya. Pendidikan yang
memadai memang mengandung multi tafsir, sangat tergantung pada
konteks dan jamannya. Pada era Florence Nightingale dan sesudahnya
pendidikan yang memadai cukup dimaknai dengan latihan ketrampilan
dan perlakuaan layak bagi orang sakit , kemampuan tersebut lebih
ditekankan pada karakteristik vokasi yang saat itu diemban. Dengan
perkembangan kompleksitas masalah yang dihadapi manusia dalam
rentang sehat sakit dan relasinya dengan kekinian, pendidikan yang
memadai dimaknai sebagai sejauh mana pendidikan keperawatan
dapat menyiapkan para profesionalnya memberi solusi pada masalah-
masalah kritis baik secara klinis ,manajerial maupun pada tatanan
kebijakan. Kapasitas ini ditumbuhkan dan dibangun melalui
kompetensi kognitif,afektif dan psikomotor secara komprehensif guna
menelaah fenomena yang dihadapi / dialami klien sebagai manusia,
merumuskan diagnosis dan mengambil keputusan, serta menentukan
perlakuan yang etis-rasional dan musiawi.
Kompetensi ini pada dasarnya dibangun untuk menjamin bahwa
pelayanan profesional yang diterima masyarakat aman dan
berkualitas. Kemampuan-kemampuan profesional ini harus
ditumbuhkan pada lingkungan pendidikan tinggi , dan secara universal
pendidikan keperawatan memang tumbuh pada lingkungan yang
dipersyaratkan ini (di beberapa negara pendidikan keperawatan sudah
sampai pada level doktoral, di Indonesia sampai level magister),
sehingga kapasitas profesional memang selayaknya melekat pada
para praktisi keperawatan.

2.Profesi mempunyai pengetahuan , konsep dan teori sebagai


landasan untuk mengembangkan ketrampilan , kemampuan dan
norma-norma. Dari paparan esensi keperawatan diatas berbagai
konsep dan teori telah mengemuka , sejak Florence Nightingale (1859)
mengemukakan bahwa disease is a reparative process dan imbalances
between patient and physical environment frustates energy
conservation and decreases the capacity for health , Virginia
Henderson (1961) yang menulis tentang …the unique function of the
nurse is to assisst the individual, sick or well, in the performance of
activities contributing to health or its recovery ( or to a peaceful death)
that he would perform unaided if he had the necessary strength,,will or
knowledge… dari tulisan ini ada beberapa konsep penting dan pada
akhirnya memberi landasan untuk membangun kapasitas professional,
antara lain bahwa bantuan keperawatan bukan hanya bagi orang sakit
tetapi juga orang sehat dalam menjalankan aktifitas (kesehatannya)
yang tidak dapat dilakukan apabila seseorang tidak punya
kemampuan, kemauan atau pengetahuan.
Dalam konteks ini bantuan keperawatan diperlukan apabila seseorang
tidak mampu,tidak mau, atau tidak tahu bagaimana menjalankan
aktifitas untuk mencapai dan mempertahankan kondisi sehat. Hal
penting lain adalah bantuan keperawatan diarahkan untuk membantu
agar pasien menjadi mandiri dalam menjaga kesehatannya.
Pernyataan tersebut memberi implikasi bahwa peran yang disandang
perawat care provider ,educator dan motivator. Konsep penting yang
juga mengemuka dari tulisan tersebut adalah bantuan keperawatan
bukan hanya berhenti pada kondisi sembuh tidaknya seseorang dari
sakit, tetapi …to a peaceful death….menyongsong kematian secara
damai dan bermartabat. Tidak seperti profesi lain bila seseorang tidak
lagi dapat disembuhkan kemudian angkat tangan, tetapi
pendampingan klien diambang kematian agar yang bersangkutan
dapat melalui fase-fase denial (penolakan) – anger (marah) –
bargaining (tawar-menawar dengan Tuhan) – depresi – sampai
menerima sehingga pada akhirnya siap dan dapat menyongsong
kematian secara damai , menjadi tanggung jawab perawat.
Penggagas teori yang lain, Dorothea Orem mengemukakan tiga teori
yang saling berkaitan yaitu self-care, self-care deficit dan nursing
systems. Konsep yang mendasari teori ini adalah bahwa pada
dasarnya seseorang mempunyai kebutuhan akan provisions dan
manajemen aktifitas self-care nya (sesuai dengan tingkat tumbuh
kembangnya) secara terus menerus untuk dapat mempertahankan
hidup, kesehatan dan memulihkan diri dari sakit. Apabila karena
berbagai sebab , kemampuan self-care nya (self care ability) tidak
sebanding dengan tuntutannya (self care demand) maka akan terjadi
self-care deficit. Apabila terjadi self-care deficit inilah bantuan
keperawatan dibutuhkan. Bantuan keperawatan ini diberikan dengan
acuan nursing systems yang dirancang melalui tiga bentuk intervensi
yaitu wholly, partially compensatory atau supportive-educative .Wholly
nursing system merupakan bentuk intervensi keperawatan yang
dilakukan melalui bantuan secara total , dalam konteks ini pasien tidak
dapat memenuhi kebutuhan dasarnya sendiri sehingga perawat
mengambil alih – memberikan bantuan secara menyeluruh. Kondisi ini
terajadi bila ketiga aspek – kemampuan,kemauan, dan pengetahuan-
nya berada pada tingkat deficit. Partially compensatory nursing
system, merupakan bentuk bantuan keperawatan yang sifatnya
parsial, klien masih mempunyai kemampuan-kemauan dan atau
pengetahuan tetapi tidak cukup untuk membantu dirinya sendiri dalam
memenuhi kebutuhan dasarnya. Sedangkan bantuan yang sifatnya
suportif-edukatif merupakan bentuk bantuan yang sifatnya untuk
memberdayakan kapasitas klien dalam memenuhi kebutuhan
dasarnya melalui pendidikan dan atau motivasi. Berbagai bentuk
intervensi keperawatan tsb sesuai dengan kompleksitas masalahnya
dapat dilakukan secara independen maupun interdependen
(kolaboratif). Intervensi keperawatan yang sifatnya independen
menyangkut masalah pasien yang murni dalam lingkup garap
keperawatan, sedangkan intervensi interdependen menyangkut
masalah yang mempunyai keterkaitan dengan lingkup garap profesi
lain. Intervensi kolaboratif , menekankan prinsip equality dari ketiga
dimensi, yaitu dimensi tanggung jawab, dimensi kewenangan dan
dimensi afeksi.
Penggagas teori lain, Maidelin Leininger dengan teorinya transcultural
nursing mengemukakan konsep tentang latar belakang budaya
sebagai aspek yang sangat berpengaruh terhadap perilaku sehat
seseorang, intervensi keperawatan karenya harus menyertakan
pandangan dan latar belakang budaya klien sebagai pertimbangan.
Jean Watson merupakan penggagas teori yang banyak mempengaruhi
pendekatan keperawatan dan meletakkan dasar humanism pada
keseluruhan aspek bidang kajian keperawatan. Konsep yang
dikemukakan tentang esensi manusia dengan keutuhan dan sifat-sifat
kemanusiaannya serta esensi caring menjadi fondasi bagaimana
seharusnya perawat memperlakukan manusia lain (termasuk
pasien/klien) dan diri sendiri.Ada sepuluh carative factors , yang
mestinya menjadi pembentuk perilaku caring yaitu :
• Forming a humanistic – altruistic
• Instilling faith & hope
• Cultivating sensitivity to one’s self
• Developing a helping – trust relation
• Expressing & feeling
• Using creative problem-solving caring process
• Promoting interpersonal teaching – learning
• Providing a supportive, protective, or corrective mental-
phisical sociocultural & spiritual environment Assisting with the
gratification of human needs
• Allowing for existential-phenomenologic forces
Dari kesepuluh carrative factors diatas, Caring dalam keperawatan
menyangkut upaya memperlakukan klien secara manusiawi dan utuh
sebagai manusia yang berbeda dari manusia lainnya (Watson,1985) ini
berkenaan dengan proses yang humanitis dalam menentukan kondisi
terpenuhi tidaknya kebutuhan dasar manusia dan melakukan upaya
pemenuhannya melalui berbagai bentuk intervensi yang bukan hanya
berupa kemampuan teknis tetapi disertai “warmth, kindness,
compassion”
3. Profesi mempunyai bidang garap dan layanan yang spesifik, serta
standar sebagai acuan. Dari paparan terdahulu dalam tulisan ini ,
dikemukakan bidang garap (domain) profesi menyangkut tiga aspek
yaitu fokus telaahan, lingkup garapan , basis intervensi. Fokus
telaahan keperawatan adalah respon manusia dalam menghadapi
masalah kesehatannya, baik yang sifatnya actual maupun potensial;
Lingkup garapan keperawatan adalah kebutuhan dasar manusia,
penyimpangan dan upaya pemenuhannya; basis intervensi
keperawatan adalah ketidak mampuan- ketidak mauan- dan ketidak-
tahuan klien akan masalah kesehatan, bagaimana seharusnya
berespon atau bagaimana mengidentifikasi kebutuhan dasarnya dan
potensi untuk memenuhi nya serta mendayagunakannya. Untuk dapat
menjalankan peran dan fungsinya sesuai dengan domain profesi,
diperlukan seperangkat atribut profesi termasuk diantaranya standar
profesi yang merupakan acuan bagi perawat untuk bertindak dan
berperilaku professional. Didalam profesi keperawatan, ada tiga jenis
standar yaitu standar struktur, standar proses dan standar hasil.
Standar Struktur merupakan acuan kriteria kualifikasi perawat,
persyaratan kerja dan berbagai perangkat kerja yang harus memenuhi
kualitas tertentu; standar proses merupakan seperangkat acuan untuk
setiap langkah prosedur yang diperlukan perawat dalam menjalankan
profesinya, sedangkan standar hasil adalah acuan outcome yang
semestinya sesuai dengan kriteria tolok ukur pencapaian apabila
standar struktur dan standar proses dipenuhi.
4. Anggota profesi mempunyai otonomi dan kewenangan untuk
mengambil keputusan terhadap hal-hal yang menjadi lingkup garap
keprofesian. Otonomi berkenaan dengan kemandirian untuk
melakukan peran profesional sesuai dengan lingkup kewenangannya.
Kewenangan merupakan dasar legal untuk bertindak. Kewenangan
(authority) dapat diperoleh melalui tiga cara yaitu By expertise,by
position dan by situation. Idealnya kewenangan by expertise yang
menjadi dasar legal untuk bertindak, tetapi di keperawatan ada
berbagai kelemahan, diantaranya karena didalam karya kesehatan,
perawat menjadi satu-satunya pekerja professional yang menjalankan
tugas pendampingan klien selama 24 jam, pada akhirnya banyak
fungsi harus yang dijalankan disertai hanya dengan kewenangan by
position atau by situation, dan pada kebanyakan kasus apabila
ditelaah lebih lanjut hanya merupakan tugas limpahan. Apakah kondisi
yang seperti ini dapat diterima secara professional ? Bagaimana
mekanisme pertanggung gugatan untuk fungsi-fungsi yang dilakukan
sejalan dengan tugas limpahan ? Bagaimana kompensasi income
untuk tugas limpahan? Banyak hal yang masih harus ditelaah secara
multidisiplin tentang peran yang berkaitan dengan otonomi dan
kewenangan ini.
5. Profesi mempunyai kode etik untuk menuntun anggota profesi
dalam menjalankan aktifitas profesionalnya, serta melindungi
masyarakat konsumennya. Etik diartikan sebagai …the reasoned
analysis and disciplined inquiry of relationships underlying the moral
code of a particular group…(Joel,Lucille A,2003:216). Etik mencari dan
menemukan jawaban terhadap apa yang harus dipertimbangkan, apa
yang harus dilakukan pada suatu situasi tertentu. Ada beberapa area
inquiry yaitu deskriptif, normative dan metaetik. Area deskriptif etik,
mengidentifikasi, menjabarkan dan menjelaskan fenomena dari
keyakinan dan perilaku moral. Pengambilan keputusan etis pada
situasi kritis dalam asuhan keperawatan adalah salah satunya. Etik
normative berkenaan dengan acuan benar atau salah ; meta etik
mengkaji inquiry etis . Ini lebih merupakan teori etik dari pada teori
tentang perilakuetis. Kajian yang berkaitan dengan makna
advocacy,accontability, dan prinsip-prinsip etik adalah bagian dari
meta etik. Secara bersama ketiga area etik dapat digunakan untuk
menelaah fenomena (seperti euthanasia). Etik deskriptif untuk
menelaah fenomena moral dari euthanasia, kemudian menggunakan
etik normatif untuk berargumen tentang akontabilitas moral dari
perawat, dan akhirnya menggunakan meta etik untuk menjelaskan
makna akontabilitas dalam praktik keperawatan tsb. Secara sederhana
etika berkenaan dengan pengkajian kehidupan moral secara sistematis
dan dirancang untuk melihat apa yang harus dikerjakan, apa yang
harus dipertimbangkan sebelum tindakan tsb dilakukan, dan ini
menjadi acuan untuk melihat suatu tindakan benar atau salah secara
moral. Terdapat beberapa prinsip etik dalam pelayanan kesehatan dan
keperawatan ,yaitu : • autonomy (penentu pilihan) • nonmaleficence
( do no harm) • beneficence (do good) • justice (perlakuan adil)
Keempat prinsip terebut harus senantiasa menjadi pertimbangan
dalam pengambilan keputusan terutama yang menyangkut dilemma
etis : apakah otonomi klien dihargai ; apakah keputusan ini mencegah
konsekuensi bahaya; apakah tindakan ini bermanfaat , untuk siapa;
apakah keputusan ini adil ? Untuk alasan moral, hak-hak klien harus
dihargai dan dilindungi. Hak-hak tersebut menyangkut
kehidupan,kebahagiaan, kebebasan,privacy,self-
determination,perlakuan adil dan integritas diri.
Dalam konteks pelayanan, klien berhak terhadap layanan/asuhan,
informed concent, kerahasiaan, kualitas hidup, meninggal dengan
bermartabat. Martabat dalam konteks ini memperlakukan klien tanpa
mempertimbangkan status, keyakinan,pandangan politik dan
keagamaan serta jenis kelamin. Etika profesi keperawatan
mengandung pertimbangan moral suatu keputusan klinis yang
membutuhkan analisis nilai-nilai filosofis dan pertimbangan yang
didasarkan pada prinsip-prinsip etika yang relevan.Etika profesi
keperawatan membimbing perilaku dan tindakan profesional
keperawatan. Kode etik profesi melindung masyarakat dari
intervensi/tindakan yang tidak etis dan mengabaikan nilai-nilai moral;
dan melindungi perawat dari tuntutan masyarakat.
PENUTUP
Menelaah esensi profesi dan karakteristik profesi pada esensi
keperawatan sebagai human science dan human care, secara filosofis
keperawatan benar keberadaannya sebagai profesi. Ada beberapa hal
pada tataran praktis yang masih menjadi kelemahan dan karenanya
perlu telaah dan pengembangan lebih lanjut terutama berkenaan
dengan otonomi dan kewenangan keperawatan.
KEPUSTAKAAN
• Anderson,J.,1996,THINKING MANAGEMENT: Focusing On
People,Victoria : Ausmed Publication Kemp,B., 1993,
Fundamentals Of Nursing : A Frame Of Practice, Boston : Little
Brown AndCo. Dochtsmar And Grace, 2001, Current Issues In
Nursing, St. Louis : Mosby Inc.
• Hodges, Et. Al., 1988 : Nursing From Education to Practice,
Norwalk:Appleton An Lange
• Mc. Closkes,J.,1994 : Current Issues In Nursing Joel,L.,2003,
Dimensions of Professional Nursing, 9th ed.,New York : Mc Graw –
Hill
• Johnson,Megan-J,1994, BIOETHIC : A Nursing Perspective, 2nd
Ed.,WB Saunders
• Magnis-Suseno,F.,1991, Berfilsafat dari Konteks, Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama
• Perry & Potter ,2005, Fundamentals of Nursing, Adelaide
:Elsvier
• Watson,J.,1985, Nursing : Human Science and Human Care
Http://Amsn.Nurse.Com/Resource/Curricul.Htm, AMSN Official
Position Statement On Identification Of The Register Nurse In The
Work Place.
• Http://Www.Nursing Power.Net/Nursing/Sps.Html: ANA-
Nursing’s Social Policy Statement. Http://Www.Nursing
World.Org/Ojin/Topic 15/Tpc 156.Htm Nursing And Scope Of
Practice Of Registered Nurses Performing Complimentary
Therapies.

*Penulis adalah staf edukatif Fakultas Keperawatan Universitas


Padjadjaran
Dasar-Dasar Riset Keperawatan: Sebuah Pengantar

Ilmu keperawatan merupakan suatu disiplin ilmu yang memiliki body of


knowledge yang khas sehingga akan selalu berkembang.
Perkembangan ilmu keperawatan menjadi tanggungjawab semua
stakeholder keperawatan, diantaranya adalah para professional
keperawatan, pendidik keperawatan, dan mahasiswa keperawatan.
Salah satu bagian penting dalam proses pengembangan ilmu
keperawatan adalah dengan adanya riset keperawatan.
Secara garis besar, riset keperawatan adalah suatu proses yang
dilakukan dengan metode tertentu untuk menemukan, menganalisa,
memecahkan, dan mendokumentasikan masalah keperawatan.
Ada 2 nilai strategis mengapa riset keperawatan itu penting bagi ilmu
keperawatan, yaitu:
Pertama, riset keperawatan akan memberikan kontribusi yang positif
terhadap perkembangan dan kemajuan ilmu keperawatan;
Kedua, riset keperawatan jika dikelola dengan prinsip proaktif,
profesional, dan proporsional akan memberikan keuntungan dalam
bentuk pertambahan nilai (revenue generating) bagi ilmu
keperawatan.
Riset keperawatan merupakan salah satu bentuk karya ilmiah,
sehingga untuk dapat menguasainya, pemahaman tentang dasar-
dasar pembuatan karya ilmiah sangat diharuskan.
Di dalam karya ilmiah, ada 3 aspek filosofis yang harus dipahami,
yaitu:
Pertama, aspek ontologis.
Aspek ini meliputi objek yang akan dibicarakan dalam suatu karya
ilmiah, atau dengan kata lain aspek ontologis adalah objek kajian yang
biasanya berupa tema atau masalah yang akan dibahas. Sebuah
kerangka pemikiran latar belakang yang jelas, logis, runtut, dan alur
pemikiran yang konsisten sangat diperlukan supaya objek kajian yang
akan dibahas mudah dipahami
Kedua, aspek epistemologis.
Aspek ini terkait dengan metode pemecahan masalah, baik secara
teoritis maupun secara empiris sehingga dapat
dipertanggungjawabkan secara rasional empiris.
Ketiga, aspek aksiologis.
Aspek ini berkaitan dengan kontribusi atau nilai pemecahan masalah
yang ditemukan dalam judul atau tema kajian. Umumnya, aspek
aksiologis tidak tidak harus dimunculkan dalam bab tersendiri, namun
biasanya dapat ditemukan dalam tujuan penelitian dan manfaat
penelitian, yang terdiri dari nilai pengembangan akademis, kebijakan,
dan pelaksanaan teknis.
Untuk membedakan riset keperawatan dengan karya ilmiah yang lain,
perlu diketahui jenis-jenis karya ilmiah.
Ada 2 jenis karya ilmiah, yaitu:
Pertama, karya ilmiah yang dipublikasikan.
Publikasi ini umumnya dilakukan dalam pertemuan-pertemuan ilmiah
atau melalui media seperti buku, jurnal, monografi, prosiding. Karya
ilmiah yang dipublikasikan diantaranya adalah artikel ilmiah,
makalah, jurnal, poster hasil penelitian, dan buku.
Kedua, karya ilmiah yang tidak dipublikasikan.
Tidak dipublikasikan artinya hanya dapat ditemukan dalam kalangan-
kalangan tertentu, misalnya hanya didokumentasikan di perpustakaan.
Karya ilmiah jenis ini seperti penelitian baik oleh dosen atau
mahasiswa, laporan kegiatan mahasiswa, atau tugas akhir mahasiswa.
Kita bisa melakukan riset keperawatan dengan baik jika memiliki 2 hal,
yaitu:
Pertama, penguasaan terhadap pokok-pokok metode riset
keperawatan;
Kedua, pemahaman terhadap alur penelitian.
Kedua hal diatas dapat kita miliki dengan cara belajar dan berbagi
dengan siapapun.
Sebelum membahas lebih lanjut mengenai kode etik, ada baiknya kita
memahami istilah yang berkaitan dengan etika guna mencegah salah
pengertian. Dalam kaitannya dengan pendidikan pustakawan, ada
program studi yang memberikan mata kuliah "Etiket dan kepribadian
pustakawan" di samping mata kuliah "Etika profesi."
Etika merupakan bagian dari filsafat. Filsafat itu berasal dari kata Arab
dan kata tersebut berasal dari kata Yunani filosofia. Kata filosofia
berasal dari kata filo dan sofia. Filo artinya cinta dalam arti seluas-
luasnya yaitu ingin dan karena ingin itu lalu berusaha mencapai yang
diinginkan. Sofia artinya kebijaksanaan, artinya pandit, tahu secra
mendalam. Maka batasan filsafat menurut pendekatan nama adalah
ingin tahu dengan mendalam atau cinta kepada kebijaksanaan.
Definisi filsafat menurut pengertian umum artinya ilmu pengetahuan
yang menyelidiki hakekat segala sesuatu untuk memperoleh
kebenaran. Karena filsafat telah mengalami perkembangan cukup
lama maka timbul berbagai pendapat mengenai pengertian filsafat
yang mempunyai kekhususan masing-masing.
Adanya aliran dalam filsafat membuktikan adanya bermacam-macam
pendapat yang khas yang berbeda satu dengan yang lain. Misalnya
rasionalisme mengagungkan akal, materialisme mengagungkan
materi, idealisme mengagungkan idea, hedonisme mengagungkan
kesenangan dan stoicisme mengagungkan tabiat saleh.
Etika dan estetika merupakan cabang filsafat tentang tindakan di
samping filsafat tentang pengetahuan, filsafat tentang keseluruhan
kenyatan dan sejarah filsafat.
Nilai-Nilai Etika dan Estetika
Teori Nilai membahas dua masalah yaitu masalah Etika dan Estetika.
Etika membahas tentang baik buruknya tingkah laku manusia
sedangkan estetika membahas mengenai keindahan. Ringkasnya
dalam pembahasan teori nilai ini bukanlah membahas tentang nilai
kebenaran walaupun kebenaran itu adalah nilai juga. Pengertian nilai
itu adalah harga dimana sesuatu mempunyai nilai karena dia
mempunyai harga atau sesuatu itu mempunyai harga karena ia
mempunyai nilai. Dan oleh karena itu nilai sesuatu yang sama belum
tentu mempunyai harga yang sama pula karena penilaian seseorang
terhadap sesuatu yang sama itu biasanya berlainan. Bahkan ada yang
tidak memberikan nilai terhadap sesuatu itu karena ia tidak berharga
baginya tetapi mungkin bagi orang lain malah mempunyai nilai yang
sangat tinggi karena itu sangatlah berharga baginya.

Perbedaan antara nilai sesuatu itu disebabkan sifat nilai itu sendiri.
Nilai bersifat ide atau abstrak (tidak nyata). Nilai bukanlah suatu fakta
yang dapat ditangkap oleh indra. Tingkah laku perbuatan manusia
atau sesuatu yang mempunyai nilai itulah yang dapat ditangkap oleh
indra karena ia bukan fakta yang nyata. Jika kita kembali kepada ilmu
pengetahuan, maka kita akan membahas masalah benar dan tidak
benar. Kebenaran adalah persoalan logika dimana persoalan nilai
adalah persoalan penghayatan, perasaan, dan kepuasan. Ringkasan
persoalan nilai bukanlah membahas kebenaran dan kesalahan ( benar
dan salah ) akan tetapi masalahnya ialah soal baik dan buruk, senang
atau tidak senang. Masalah kebenaran memang tidak terlepas dari
nilai, tetapi nilai adalah menurut nilai logika. Tugas teori nilai adalah
menyelesaikan masalah etika dan estetika dimana pembahasan
tentang nilai ini banyak teori yang dikemukakan oleh beberapa
golongan dan mepunyai pandangan yang tidak sama terhadap nilai itu.
Seperti nilai yang dikemukakan oleh agama, positifisme, fragmatisme,
fitalisme, hidunisme dan sebagainya.

1. Etika
Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata ethos yang berarti
adat kebiasaan tetapi ada yang memakai istilah lain yaitu moral dari
bahasa latin yakni jamak dari kata nos yang berarti adat kebiasaan
juga. Akan tetapi pengertian etika dan moral ini memiliki perbedaan
satu sama lainnya. Etka ini bersifat teori sedangkan moral bersifat
praktek. Etika mempersoalkan bagaimana semestinya manusia
bertindak sedangkan moral mempersoalkan bagaimana semestinya
tndakan manusia itu. Etika hanya mempertimbangkan tentang baik
dan buruk suatu hal dan harus berlaku umum. Secara singkat definisi
etika dan moral adalah suatu teori mengenai tingkah laku manusia
yaitu baik dan buruk yang masih dapat dijangkau oleh akal. Moral
adalah suatu ide tentang tingkah laku manusia ( baik dan buruk )
menurut situasi yang tertentu. Jelaslah bahwa fungsi etika itu ialah
mencari ukuran tentang penilaian tingkah laku perbuatan manusia
( baik dan buruk ) akan tetapi dalam prakteknya etika banyak sekali
mendapatkan kesukaran-kesukaran. Hal ini disebabkan ukuran nilai
baik dan buruk tingkah laku manusia itu tidaklah sama ( relatif ) yaitu
tidal terlepas dari alam masing-masing. Namun demikian etika selalu
mencapai tujuan akhir untuk menemukan ukuran etika yang dapat
diterima secara umum atau dapat diterima oleh semua bangsa di
dunia ini. Perbuatan tingkah laku manusia itu tidaklah sama dalam arti
pengambilan suatu sanksi etika karena tidak semua tingkah laku
manusia itu dapat dinilai oleh etika.
Tingkah laku manusia yang dapat dinilai oleh etika itu haruslah
mempunyai syarat-syarat tertentu, yaitu :

A. Manusia itu dikerjakan dengan penuh pengertian


Oleh karena itu orang-orang yang mengerjakan sesuatu perbuatan
jahat tetapi ia tidak mengetahui sebelumnya bahwa perbuatan itu
jahat, maka perbuatan manusia semacam ini tidak mendapat sanksi
dalam etika
B. Perbuatan yang dilakukan manusia itu dikerjakan dengan sengaja
Perbuatan manusia ( kejahatan ) yang dikerjakan dalam keadaan tidak
sengaja maka perbuatan manusia semacam itu tidak akan dinilai atau
dikenakan sanksi oleh etika.
Perbuatan manusia dikerjakan dengan kebebasan atau dengan
kehendak sendiri
Perbuatan manusia yang dilakukan denan paksaan ( dalam keadaan
terpaksa ) maka perbuatan itu tidak akan dikenakan sanksi etika.
Demikianlah persyaratan perbuatan manusia yang dapat dikenakan
sanksi ( hukuman ) dalam etika.

2. Estetika
Estetika dan etika sebenarnya hampir tidak berbeda. Etika membahas
masalah tingkah laku perbuatan manusia ( baik dan buruk ).
Sedangkan estetika membahas tentang indah atau tidaknya sesuatu.
Tujuan estetika adalah untuk menemukan ukuran yang berlaku umum
tentang apa yang indah dan tidak indah itu. Yang jelas dalam hal ini
adalah karya seni manusia atau mengenai alam semesta ini.
Seperti dalam etika dimana kita sangat sukar untuk menemukan
ukuran itu bahkan sampai sekarang belum dapat ditemukan ukuran
perbuatan baik dan buruk yang dilakukan oleh manusia. Estetika juga
menghadapi hal yang sama, sebab sampai sekarang belum dapat
ditemukan ukuran yang dapat berlaku umum mengenai ukuran indah
itu. Dalam hal ini ternyata banyak sekali teori yang membahas
mengenai masalah ukuran indah itu. Zaman dahulu kala, orang
berkata bahwa keindahan itu bersifat metafisika [ abstrak ).
Sedangkan dalam teori modern, orang menyatakan bahwa keindahan
itu adalah kenyataan yang sesungguhnya atau sejenis dengan hakikat
yang sebenarnya bersifat tetap.
Diposkan oleh syifa fauziah di 00:59

You might also like