You are on page 1of 151

PENGARUH KINERJA KEUANGAN

TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN PERBANKAN


YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK JAKARTA
TAHUN 2003-2005

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat


Untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
Pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang

Oleh :

Hanry Dwi Purnomo


NIM.3351402045

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2007

i
ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian

skripsi pada:

Hari : Rabu

Tanggal : 18 Juli 2007

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Asrori, M.S. Drs. Sukardi Ikhsan M.si.


NIP.131570078 NIP. 130515747

Mengetahui:
Ketua Jurusan Akuntansi

Drs. Sukirman, M.Si .


NIP. 131 967 646

ii
iii

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas

Ekonomi, Universitas Negeri Semarang pada:

Hari : Jum’at

Tanggal : 24 Agustus 2007

Penguji Skripsi

Drs. Agus Wahyudin, M.Si.


NIP. 131658236

Anggota I Anggota II

Drs. Asrori, M.S. Drs. Sukardi Ikhsan Msi.


NIP. 131570078 NIP. 130515747

Mengetahui:
Dekan

Drs. Agus Wahyudin, M.Si.


NIP. 131658236

iii
iv

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : HANRY DWI PURNOMO


NIM : 3351402045
Jurusan : AKUNTANSI S1
Judul Skripsi : PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP
HARGA SAHAM PERUSAHAAN PERBANKAN
YANG TERDAFATAR DI BURSA EFEK JAKARTA.

Menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya

sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya.

Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau

dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, 2007

Hanry Dwi Purnomo


NIM. 3351402045

iv
v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto:

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu

telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh

(urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhan-mulah hendaknya kamu

berharap“ (QS. Alam Nasyrah: 6-8).

”Ketekunan membuat yang mustahil menjadi mungkin, yang mungkin

menjadi kemungkinan besar, dan kemungkinan besar menjadi sebuah

kepastian.” (Robert Half)

”Kekalahan bukanlah merupakan suatu pilihan”. (Hanry)

Persembahan:

Skripsi ini aku persembahkan untuk Umi dan

Abah tercinta yang selalu memberikan kasih

sayang dan doa, Kakak dan Adekku yang aku

sayangi, Semua sahabat dan teman-temanku.

Almamaterku tercinta.

v
vi

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul: “Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham

Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta”. ini dapat

terselesaikan dengan baik.

Skripsi ini dapat terselesaikan berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai

pihak. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis menyampaikan terima

kasih kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. Sudijono Sastroatmojo, M.M. Rektor Universitas Negeri Semarang.

2. Drs. Agus Wahyudin, M.Si. Dosen penguji sekaligus Dekan Fakultas

Ekonomi Universitas Negeri Semarang yang telah menguji dan memberikan

kritik dan saran.

3. Drs. Sukirman, M.Si. Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas

Negeri Semarang.

4. Drs. Asrori, M.S. Dosen Pembimbing I yang telah dengan sabar dan teliti

memberikan petunjuk, dorongan dan semangat dalam penulisan skripsi ini.

5. Drs. Sukardi Ikhsan M.Si. Dosen Pembimbing II yang telah sabar dan teliti

memberikan petunjuk, dorongan dan semangat dalam penulisan skripsi ini.

6. Azik Aslam Abdillah, S.Kom. Staf Pengelola Harian Pojok BEJ UNDIP yang

telah memberikan ijin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian atas

bantuannya dalam memperoleh data-data penelitian.

vi
vii

7. Seluruh dosen di Jurusan Akuntansi yang telah memberikan bekal ilmu

pengetahuan kepada penulis selama belajar di Universitas Negeri Semarang.

8. Umi dan Abah, yang selalu memberikan kasih sayang, doa dan motivasi serta

mutiara-mutiara kebajikan dalam menjalani kehidupan kepada penulis.

9. Sahabat-sahabat setiaku Satrio, Pipin. S.T (Heppi’s crew), Didik, Aconk,

Sulkan, Yusuf K, S.E (You are the best in my life), dan teman-teman

seperjuangan lainnya Akuntansi angkatan 2002. yang telah menghiasi hari-

hariku dalam suka maupun duka yang telah memberikan arti indahnya

kebersamaan.

10. Dan semua pihak yang telah membantu proses penulisan skripsi ini.

Semoga amal dan kebaikan Beliau diatas mendapatkan balasan dari Allah

SWT. Akhir kata tiada kesempurnaan didunia ini melebihi kesempurnaan-Nya,

oleh karena itu penulis sangat mengharapkan sumbang saran dan kritik yang

sifatnya membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Kemudian penulis berharap

semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca

pada umumnya.

Semarang, 2007

Penulis

vii
viii

SARI

Hanry Dwi Purnomo. 2007. “Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga


Saham Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”. Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang. Drs. Asrori. M.S.
Drs. Sukardi Ikhsan M.Si.

Kata Kunci: CAR, RORA, NIM, ROA, LDR dan Harga Saham

Perusahaan perbankan adalah salah satu industri yang ikut berperan serta
dalam pasar modal. Perusahaan perbankan merupakan lembaga keuangan yang
berfungsi sebagai perantara keuangan (financial intermediary). Dalam menilai
suatu kinerja bank, pihak Bank Indonesia telah menetapkan standar pada tingkat
rasio keuangan bank sebagai pedoman dalam melakukan penilaian atas kinerja
keuangan pada sektor perbankan. Dalam dunia pasar modal, kinerja perusahaan
dapat diapresiasikan dengan naik turunnya harga saham perusahaan. Salah satu
analisis yang digunakan untuk digunakan memprediksi mengenai harga saham
adalah analisis fundamental.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh laporan keuangan bank yang
telah terdaftar di BEJ sebanyak 54 dari 18 perusahaan bank yang telah dinyatakan
Go Public selama tiga tahun periode 2003-2005. Variabel penelitian dalam
penelitian ini terdapat lima variabel yaitu : CAR, RORA, NIM, ROA, dan LDR
sebagai variabel bebas dan harga saham sebagai variabel terikat. Data yang
diperoleh dalam penelitian menggunakan metode dokumentasi dan analisis yang
digunakan adalah analisis regresi linier berganda dengan menggunakan alat bantu
program SPSS.
Hasil dalam peneltian secara simultan menunjukkan terdapat pengaruh
yang signifikan antara CAR, RORA, NIM, ROA dan LDR terhadap harga saham.
Besarnya kontribusi CAR, RORA, NIM, ROA, dan LDR terhadap harga saham
adalah 38,1 % dan sisanya sebesar 61,9% dipengaruhi oleh faktor lain. Secara
parsial CAR memberi kontribusi sebesar 7,90% dengan signifikansi 0,048 < 0,05
sehingga CAR berpengaruh positif terhadap harga saham. RORA memberikan
kontribusi sebesar 0,20% dengan signifikansi 0,755 > 0,05 sehingga RORA tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham tetapi bersifat positif
terhadap harga saham. NIM memberi kontribusi sebesar 5,76% dengan
signifikansi 0,093 > 0,05 sehingga NIM tidak mempunyai pengaruh secara
signifikan terhadap harga saham tetapi bersifat positif terhadap harga saham. ROA
memberikan kontribusi sebesar 9,61% dengan signifikansi 0,029 < 0,05 sehingga
ROA berpengaruh positif secara signifikan terhadap harga saham. LDR
memberikan kontribusi sebesar 1,61% dengan signifikansi 0,379 > 0,05 sehingga
LDR tidak berpengaruh terhadap harga saham dan memiliki hubungan yang
negatif terhadap harga saham.
Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa CAR,
RORA, NIM, ROA, dan LDR secara bersama-sama mempunyai pengaruh

viii
ix

terhadap harga saham perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta
(BEJ) pada periode tahun 2003-2005, dari kelima rasio tersebut, rasio ROA
merupakan rasio yang paling dominan mempengaruhi harga saham. Terkait
dengan hal tersebut, maka investor apabila berkeinginan membeli saham
perusahaan perbankan harus memperhatikan rasio keuangan sebagai wujud nilai
perusahaan. Karena dengan pengelolaan yang baik berarti kinerja perusahaan akan
baik dan dengan kinerja yang baik itulah harga saham akan semakin baik.

ix
x

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... ii
PENGESAHAN KELULUSAN ....................................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI........................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................... v
KATA PENGANTAR ...................................................................................... vi
SARI ................................................................................................................. viii
DAFTAR ISI .................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah............................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 11
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................... 12
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................... 13

BAB II LANDASAN TEORI


2.1 Sektor Perbankan ....................................................................... 15
2.1.1 Pengertian Bank .............................................................. 15
2.1.2 Fungsi Bank .................................................................... 16
2.1.3 Peranan Bank .................................................................. 17
2.1.4 Jenis Perbankan ............................................................... 18
2.2 Saham ........................................................................................ 19
2.2.1 Pengertian Saham ........................................................... 19
2.2.2 Nilai Saham .................................................................... 19
2.2.3 Bentuk Saham ................................................................. 20

x
xi

2.2.4 Harga Saham ................................................................... 22


2.3 Analisa Sekuritas ....................................................................... 24
2.4 Kinerja Keuangan ...................................................................... 26
2.5 Analisa Rasio Keuangan ........................................................... 29
2.5.1 CAR ................................................................................ 30
2.5.2 RORA ............................................................................. 34
2.5.3 NIM ................................................................................. 36
2.5.4 ROA ................................................................................ 37
2.5.5 LDR ................................................................................ 39
2.6 Kerangka Berpikir ..................................................................... 41
2.6.1 Pengaruh CAR, RORA, NIM, ROA, LDR terhadap harga
saham .............................................................................. 47
2.7 Hipotesis Penelitian ................................................................... 54

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Jenis Penelitian .......................................................................... 55
3.2 Populasi Penelitian .................................................................... 55
3.3 Variabel Penelitian ..................................................................... 57
3.3.1 Variabel Independen ....................................................... 57
3.3.2 Variabel Dependen ......................................................... 60
3.4 Metode Pengumpulan Data ....................................................... 60
3.4.1 Metode Dokumentasi ...................................................... 61
3.5 Metode Analisis Data ................................................................ 61
3.5.1 Analisis Deskriptif .......................................................... 61
3.5.2 Analisis Regresi Berganda............................................... 64
3.6 Pengujian Asumsi Klasik .......................................................... 67
3.6.1 Uji Multikolinieritas ....................................................... 68
3.6.2 Uji Otokorelasi ................................................................ 68
3.6.3 Uji Heteroskedastisitas ................................................... 69
3.6.4 Uji Normalitas ................................................................. 70

xi
xii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Penelitian ......................................................................... 71
4.1.1 Deskripsi Obyek Penelitian ............................................ 71
4.1.2 Deskripsi Variabel Penelitian .......................................... 81
4.2 Pengujian Hipotesis ................................................................... 95
4.2.1 Pengujian secara simultan ............................................... 98
4.2.2 Pengujian secara parsial .................................................. 99
4.2.3 Koefisien Determinasi .................................................... 101
4.3 Uji Asumsi Klasik ..................................................................... 102
4.3.1 Uji Normalitas ................................................................. 102
4.3.2 Uji Multikolinieritas ....................................................... 103
4.3.3 Uji Heteroskedastisitas ................................................... 103
4.3.4 Uji Otokorelasi ................................................................ 104
4.3.4.1 Tindakan perbaikan adanya otokorelasi ............. 105
4.4 Pembahasan ............................................................................... 108
4.4.1 Keterbatasan penelitian ................................................... 120

BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan .................................................................................... 122
5.3 Saran .......................................................................................... 123

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 125


LAMPIRAN ..................................................................................................... 126

xii
xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Tabel 1 Daftar cuplikan nilai CAR, RORA, NIM, ROA, LDR ............... 10
2. Tabel 2 Tingkat CAR ............................................................................... 34
3. Tabel 3 Tingkat RORA ............................................................................. 35
4. Tabel 4 Tingkat ROA ............................................................................... 39
5. Tabel 5 Tingkat LDR ............................................................................... 41
6. Tabel 3.1 Daftar Populasi perusahaan perbankan .................................... 56
7. Tabel 3.2 Tingkat CAR ............................................................................ 62
8. Tabel 3.3 Tingkat RORA ......................................................................... 62
9. Tabel 3.4 Tingkat ROA............................................................................ 63
10. Tabel 3.5 Tingkat LDR ........................................................................... 63
11. Tabel 3.6 Durbin Watson ......................................................................... 69
12. Tabel 4.1 Perhitungan Rasio CAR .......................................................... 82
13. Tabel 4.2 Perhitungan Rasio RORA ....................................................... 85
14. Tabel 4.3 Perhitungan Rasio ROA.......................................................... 87
15. Tabel 4.4 Perhitungan Rasio NIM .......................................................... 89
16. Tabel 4.5 Perhitungan Rasio LDR ......................................................... 91
17. Tabel 4.6 Perhitungan Tingkat Harga Saham ........................................ 94
18. Tabel 4.11 Out put simultan ................................................................... 96
19. Tabel 4.12 Out put Uji Parsial dan nilai koefisien ................................. 96
20. Tabel 4.7 Hasil Uji Multikolonieritas ....................................................... 103
21. Tabel 4.8 Hasil Uji Otokorelasi........................... ...................................... 104
22.Tabel 4.9 Hasil Perbaikan Uji Otokorelasi .. ............................................ 107
23. Tabel 4.10 Otokorelasi setelah perbaikan ................................................. 108

xiii
xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ................................................................ 53

2. Gambar 4.1 Grafik Grafik rata-rata rasio CAR ........................................ 83

3. Gambar 4.2 Grafik rata-rata rasio RORA ................................................. 86

4. Gambar 4.3 Grafik rata-rata rasio ROA ................................................... 88

5. Gambar 4.4 Grafik rata-rata rasio NIM..................................................... 90

6. Gambar 4.5 Grafik rata-rata rasio LDR .................................................... 92

7. Gambar 4.6 Grafik rata-rata Harga Saham ............................................... 95

8. Gambar 4.7 P-plot Uji Normalitas ........................................................... 103

9. Gambar 4.8 P-plot Uji Heteroskedastisitas .............................................. 104

xiv
xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Daftar Sampel Perusahaaan Bank Go Public ............................ 128

Lampiran 2. Tabel Data Hasil Penelitian......................................................... 129

Lampiran 3. Tabel Analisis Perbaikan Otokorelasi......................................... 130

Lampiran 4. Analisis Regresi Berganda.......................................................... 131

Lampiran 5. Daftar Harga Saham Penutupan ............................................... 142

Lampiran 6. Daftar Perhitungan CAR Tahun 2003-2005............................... 143

Lmapiran 7. Daftar Perhitungan RORA Tahun 2003-2005 ............................ 144

Lampiran 8. Daftar Perhitungan NIM Tahun 2003-2005 ............................... 145

Lampiran 9. Daftar Perhitungan ROA Tahun 2003-2005............................... 146

Lampiran 10. Daftar Perhitungan LDR Tahun 2003-2005 ............................. 147

Lampiran 11. Surat Keterangan Pelaksanaan Observasi.................................. 148

xv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Falsafah yang melandasi kegiatan usaha bank adalah kepercayaan dari

masyarakat atau nasabah. Sebagai lembaga kepercayaan maka bank dalam

operasinya harus selalu menjaga kinerjanya sebagai fungsi dari nilai perusahaan,

karena apabila kinerja sebuah perusahaan meningkat, maka nilai keusahaannya

akan semakin tinggi (Mulyono 1995 : 18), pada bank yang telah memiliki status

go public hal tersebut akan diikuti dengan kenaikan harga saham sebagai wujud

dari meningkatnya kinerja perusahaan. Sebaliknya apabila terdapat persepsi yang

buruk mengenai kinerja perusahaan akan diikuti dengan penurunan harga saham

dikarenakan hilangnya kepercayaan terhadap perusahaan tersebut, hal ini yang

menjadi landasan mengapa perubahan harga saham relevan berkaitan dengan

penilaian kinerja perusahaan.

Menurut Payamta dan Machfoedz dalam Mulyadi (2001: 124) kinerja

perusahaan dapat dinilai melalui berbagai macam variabel atau indikator, sumber

utama variabel atau indikator yang dijadikan dasar penilaian adalah laporan

keuangan perusahaan yang bersangkutan. Berdasarkan laporan ini dapat dihitung

sejumlah rasio keuangan yang lazim dijadikan dasar kinerja perusahaan. Dari

beberapa pernyataan itu maka terhadap perusahaan yang telah mempunyai status

go public, kinerjanya dapat dinilai melalui perubahan pada harga dan return

1
2

sahamnya dikarenakan perubahan harga saham bagi perusahaan yang telah go

public merupakan fungsi dari nilai suatu perusahaan.

Kinerja keuangan perusahaan adalah suatu tampilan tentang kondisi

keuangan perusahaan selama periode waktu tertentu. Menurut keputusan Menteri

Keuangan No: 740/KMK.00/1989 tanggal 28 juni 1989, dalam Singgih Bahwa

yang dimaksud dengan kinerja adalah prestasi yang dicapai oleh perusahaan

dalam periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan dari perusahaan

tersebut (Singgih: 2000:22). Sehingga berdasar pada ketentuan tersebut maka

untuk mengetahui prestasi atau hasil yang telah dicapai oleh suatu perusahaan

dapat dilakukan penilaian terhadap kinerja keuangan perusahaan dalam kurun

waktu atau periode tertentu.

Menurut Resmi dalam Tadi (2002: 78) variasi harga saham akan

dipengaruhi oleh kinerja keuangan perusahaan yang bersangkutan, sehingga harga

saham merupakan fungsi dari nilai perusahaan, maka terkait dengan hal tersebut

keputusan investor dalam melakukan transaksi jual beli saham sangat dipengaruhi

oleh beberapa faktor baik mikro maupun makro perusahaan. Faktor mikro

merupakan faktor internal perusahaan yang mempengaruhi transaksi perdagangan

saham, antara lain harga saham, tingkat keuntungan yang diperoleh, tingkat risiko,

kinerja perusahaan, dan corporate action yang dilakukan perusahaan tersebut.

Sedangkan faktor makro merupakan faktor eksternal perusahaan, antara lain

tingkat perkembangan inflasi, kurs rupiah, keadaan perekonomian dan kondisi

sosial politik negara.


3

Hasil penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penilaian terhadap

kinerja keuangan bank go public yang berkaitan terhadap pergerakan harga saham

adalah oleh Eny Kristiani (2004) dan Kristina (2005) dengan melakukan

pengujian uni variate yang dimulai dengan uji one-sample kolmogorov-smirnov

menunjukkan bahwa capital adequacy ratio, return on risked asset, net profit

margin, return on asset dan loan to deposit ratio secara bersama-sama (simultan)

mempengaruhi harga saham dan secara parsial terdapat dua variabel yang

memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap harga saham yaitu return on asset

dan loan to deposit ratio. Tadi (2005) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa

capital adequacy ratio, return on assets, dan loan to deposit ratio (struktur modal,

tingkat profitabilitas, dan likuiditas,) secara simultan berpengaruh terhadap harga

saham. Sedangkan secara parsial justru Return On Asset, dan Capital Adeduacy

Ratio yang dimiliki bank mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga

saham. Dari hasil kedua penelitian sebelumnya tersebut dapat diketahui bahwa

hasil analisa terhadap penilaian kinerja keuangan bank serta pengaruhnya terhadap

harga saham memiliki hasil yang berlainan, sehingga berdasarkan penelitian

sebelumnya dalam penelitian ini akan dikaji lebih lanjut kebenaran yang ada

sehingga apa yang menjadi hasil pada penelitian nanti diharapkan dapat

mempertegas persepsi dan memperkuat teori yang sudah ada.

Merujuk dari pendapat Syahrir dalam Anoraga dan Pakarti (2001: 18).

Analisis rasio keuangan perusahaan merupakan salah satu alat untuk

memperkirakan atau mengetahui kinerja perusahaan yang melakukan

penyimpangan-penyimpangan yang mungkin terjadi pada pihak manajemen,


4

karena pada dasarnya untuk menganalisis kinerja perusahaan digunakan analisis

fundamental (kondisi internal perusahaan). Analisis fundamental merupakan

analisis yang berkaitan dengan kondisi internal atau keuangan perusahaan.(Suad

Husnan, 2001: 315). Investasi berupa saham menjanjikan tingkat keuntungan

yang relatif tinggi baik dari penerimaan deviden maupun dari capital gain yang

nantinya akan diterima oleh investor sebagai pihak pemegang saham dan bukti

kepemilikan perusahaan, akan tetapi investasi dalam bentuk saham juga

mempunyai risiko yang tinggi, sesuai dengan prinsip investasi yaitu low risk low

return high risk high return, oleh karena itu pengelola perusahaan hal ini

perusahaan perbankan dalam melakukan usahanya dituntut untuk dapat menjaga

keseimbangan antara pemeliharaan likuiditas yang cukup dengan pencapaian

rentabilitas yang wajar, serta pemenuhan modal yang memadai sesuai dengan

ketentuan Bank Indonesia, sehingga berangkat dari pengertian seperti itu, maka

untuk mengurangi risiko didalam berinvestasi saham dibutuhkan informasi yang

aktual, akurat, dan transparan yang berkenaan dengan kondisi internal perusahaan

dengan mengetahui dari laporan keuangan perusahaan, hal ini untuk mengetahui

kinerja keuangan perusahaan, karena dengan mengetahui informasi dari kondisi

laporan keuangan perusahaan investor dapat memilih dan menyeleksi saham mana

yang dinilai akan lebih menguntungkan nantinya sebelum mengambil keputusan

berinvestasi.

Informasi yang dibutuhkan dalam pengambilan keputusan investasi berupa

surat berharga saham adalah informasi berupa faktor-faktor yang mempengaruhi

harga saham, yang meliputi faktor fundamental, faktor teknis, faktor sosial,
5

ekonomi dan politik. Menurut Jogiyanto (2000 : 8), terdapat dua macam analisis

untuk menentukan nilai saham yaitu analisis sekuritas fundamental (fundamental

security analysis) pertimbangan keputusan investasi yang didasarkan pada kinerja

perusahaan yang menerbitkan saham yang tercermin dalam laporan keuangan, dan

analisis teknis (technical analysis) cenderung mengevaluasi pergerakan harga

saham di pasar bursa. Pada dasarnya analisis fundamental mencoba

memperkirakan harga saham dimasa yang akan datang, dan mengharapkan

hubungan-hubungan variabel tersebut sehingga dapat diperoleh taksiran harga

(Suad Husnan 2001 : 315). Sedangkan dalam perusahaan yang telah go public

nilai suatu perusahaan dapat dilihat dari pergerakan harga saham yang

mencerminkan kinerja dari perusahaan, dalam hal ini perusahaan perbankan.

Beberapa pengertian dan peryataan dari para ahli telah menjelaskan

apabila kinerja perusahaan publik meningkat maka nilai perusahaan akan semakin

tinggi. Di bursa efek hal seperti itu akan diapresiasikan oleh pasar dalam bentuk

kenaikan harga saham. Sebaliknya apabila terjadi konotasi atau anggapan berita

yang buruk tentang kinerja perusahaan maka akan diikuti dengan penurunan harga

saham dibusa efek. Argumentasi seperti itu yang melandasi mengapa perubahan

harga saham relevan berkaitan menjadi dasar untuk penilaian tentang kinerja

perusahaan publik, dalam hal ini perusahaan perbankan. Maka dari itu para pelaku

pasar perlu mengetahui kinerja perusahaan sebelum mengambil keputusan untuk

membeli atau menjual saham. Terkait dengan hal tersebut, maka perlu dilakukan

analisis terhadap kinerja keuangan perusahaan agar mereka mempunyai gambaran

mengenai kondisi keuangan dan prospek perusahaan dimasa yang datang.


6

Menurut Mulyono (1995: 32), untuk mengetahui kinerja keuangan

perusahaan dapat diketahui dari aspek solvabilitas, likuiditas, dan rentabilitas.

Dalam penelitian ini untuk menilai kinerja keuangan dari perusahaan bank go

public , akan dinilai dari besarnya tingkat rasio keuangan yang telah ditentukan

standarnya oleh Bank Indonesia. Rasio keuangan yang menjadi fokus penelitian

nantinya diharapkan akan dapat mewakili tiap aspek dari kinerja bank, untuk

kemudian dapat digunakan sebagai alat prediksi dalam menentukan perubahan

harga saham perusahaan bank selaku penerbit surat berharga saham.

Pentingnya penelitian tentang rasio keuangan perbankan dalam kaitannya

dengan harga saham adalah karena rasio keuangan perbankan sedikit berbeda

dengan rasio keuangan jenis perusahaan lain (Pernyataan Standar Akuntansi No.

31/2002), Pertimbangan lain adalah saham-saham perusahaan perbankan yang

diperdagangkan di BEJ pada umumnya sangat peka terhadap gejolak indikator

makro seperti tingkat inflasi, suku bunga, kurs valas, dan kebijakan moneter,

selain faktor fundamental bank, karena aspek fundamental yang langsung

berkaitan dengan kinerja bank diasumsikan mempunyai pengaruh cukup kuat

terhadap harga saham.

CAR (Capital Adequacy Ratio) merupakan rasio keuangan yang

berhubungan dengan struktur modal perusahaan. Rasio ini berkaitan dengan

persediaan modal sendiri yang diperlukan untuk menutup risiko kerugian yang

mungkin akan timbul dari penanaman modal dan dalam aktiva produktif yang

mengandung risiko. Jadi, secara teoritis rasio ini memiliki hubungan yang positif

terhadap harga saham, karena bank yang mempunyai CAR yang tinggi berarti
7

bank tersebut mempunyai modal yang cukup untuk melakukan kegiatan usahanya.

RORA (Return On Risked Assets) merupakan rasio keuangan yang berhubungan

dengan kualitas aktiva atau aset yang berkaitan dengan kelangsungan usaha bank.

Semakin tinggi RORA berarti akan semakin tinggi pula harga saham, karena bank

yang mempunyai RORA yang tinggi berarti bank tersebut telah mampu

mengoptimalkan modalnya dalam memperoleh laba. NIM (Net Interest Margin)

merupakan rasio keuangan yang menunjukkan kemampuan bank didalam

menghasilkan net interest income melihat bagaimana kinerja manajemen bank

didalam memperoleh laba dengan memanfaatkan aktiva produktif yang dimiliki.

NIM (Net Interest Margin) rasio ini berfungsi untuk mengukur kemampuan

manajemen bank dalam menghasilkan tingkat kembalian keuntungan bunga bersih

terhadap pengelolaan aktiva produktifnya. Jika tingkat kembalian keuntungan atas

bunganya tinggi maka akan diikuti kenaikan harga saham. Hal ini berarti NIM

memiliki hubungan yang positif terhadap harga saham.

Likuiditas merupakan indikator yang mengukur kemampuan perusahaan

untuk memenuhi atau membayar kewajibannya (simpanan masyarakat) yang

harus segera dipenuhi. Perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban keuangan

dengan tepat waktu berarti perusahaan tersebut dalam keadaan liquid. Dalam

dunia perbankan rasio likuiditas dapat diketahui dengan Loan To Deposit Ratio

(LDR). Rasio tersebut merupakan rasio kredit yang diberikan terhadap dana pihak

ketiga yang diterima oleh bank yang bersangkutan. Semakin tinggi rasio LDR

maka akan semakin tidak liquid perusahaan perbankan dikarenakan bank tidak

mempunyai cash asset yang cukup untuk membayar tagihan atau penarikan para
8

deposannya sehingga akan mengakibatkan hilangnya kepercayaaan masyarakat

akan kemampuan bank dalam pemenuhan likuiditasnya karena masyarakat tidak

leluasa dalam melakukan penarikan atas dananya, jika bank tersebut tidak

mempunyai cash asset yang cukup untuk membayar tagihan para deposannya.

Apabila bank sudah tidak dipercaya lagi oleh investor atau masayarakat maka,

akan berdampak pada menurunnya harga saham bank yang bersangkutan. Dari hal

tersebut dapat diketahui bahwa Loan To Deposit Ratio (LDR) mempunyai

hubungan yang negatif terhadap harga saham. Rentabilitas merupakan rasio yang

mengukur efektivitas perusahaan dalam memperoleh laba, atau dengan kata lain

rentabilitas merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan laba. Rentabilitas atau profitabilitas dalam dunia perbankan dapat

dihitung dengan return on assets ROA. Kaitannya dengan harga saham, ROA

mempunyai hubungan yang positif. Karena dengan ROA yang tinggi berarti

profitabilitas (laba) juga tinggi. Kondisi seperti itulah yang akan berdampak pada

kenaikan harga saham karena pada hakekatnya dalam ekonomi konvensional

motif investasi adalah untuk memperoleh laba yang tinggi.

Apabila rasio keuangan dalam kinerja keuangan perusahaan perbankan

mengalami pertumbuhan dengan menjaga keseimbangan antara pemeliharaan

likuiditas yang cukup dengan pencapaian rentabilitas yang wajar, serta

pemenuhan modal yang memadai, maka hal yang sama akan terjadi pada

pergerakan harga saham perusahaan yang bersangkutan. Dengan rasio keuangan

yang baik akan mencerminkan kondisi keuangan yang baik pula, sehingga akan

mempengaruhi harga saham (Ang: 1997:8). Akan tetapi kenyataan yang terjadi
9

pada perusahaan perbankan yang tedaftar di Bursa Efek Jakarta periode 2003-

2005 tidak selalu menunjukkan pertumbuhan pada harga saham meskipun rasio-

rasio keuangan mengalami kenaikan, demikian pula sebaliknya, penurunan rasio

keuangan tidak selalu di ikuti dengan penurunan harga saham, hal ini jelas

bertentangan dengan peryataan (Ang:1997:8) yang menyatakan dimana kinerja

keuangan perusahaan akan menjadi tolok ukur seberapa besar risiko yang akan

ditanggung investor untuk memastikan kinerja perusahaan berada dalam keadaan

baik atau buruk dilakukan dengan menganalisa rasio keuangan dari laporan

keuangan. Jadi secara teoritis jika kinerja keuangan perusahaan mengalami

peningkatan, maka harga saham akan merefleksikannya dengan peningkatan harga

saham demikian juga sebaliknya.(Ang : 1997:8).

Fenomena dari pergerakan harga saham yang terjadi pada perusahaan

perbankan periode 2003-2005 yang sebenarnya justru tidak sesuai dengan teori

yang ada bahwa pertumbuhan rasio-rasio keuangan yang baik akan diikuti pula

dengan pertumbuhan harga saham, hal ini terlihat dari kinerja keuangan bank

yang dilihat dari perubahan rasio keuangan yang pada kenyataanya pada

perusahaan perbankan yang terdaftar (listed) di Bursa Efek Jakarta menunjukkan

ketidaksesuaian dengan teori yang ada, pada Bank Arta Niaga Kencana misalnya,

dengan peningkatan Net Interest Margin pada tahun 2004 ke tahun 2005 dari

4,35% menjadi 4,12% tidak diikuti dengan penurunan harga saham bahkan harga

saham mengalami kenaikan dari Rp 770,00 per lembar menjadi Rp 905,00 per

lembar saham. Net Interest Margin adalah rasio yang menunjukkan kemampuan

manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan


10

pendapatan bunga bersih. Semakin besar nilai NIM berarti semakin tinggi tingkat

pendapatan bunga yang diperoleh dari pengelolaan atas aktiva

produktifnya,sehingga berdampak pada kuatnya harga saham.

Kemudian untuk rasio ROA pada tahun 2003 ke tahun 2004 dari 0,78%

yang naik menjadi 1,58% justru harga saham perusahaan mengalami penurunan

dari Rp. 900,-.menjadi Rp. 770,-per lembar saham. Berikut tabel daftar nilai

kinerja keuangan CAR, RORA, NIM, ROA, dan LDR dan Harga saham Bank

Arta Niaga Kencana periode 2003-2005.

Tabel 1
Daftar nilai CAR, RORA, NIM, ROA, LDR, dan Harga Saham.
Harga
No. Nama Bank Tahun CAR RORA NIM ROA LDR Saham
1 Bank Arta Niaga Tbk 2003 21,80 20,91 6,59 0,78 62,07 900,00
2004 20,99 14,80 4,35 1,58 71,26 770,00
2005 22,57 16,17 4,12 1,52 74,15 905,00

Fenomena tersebut juga telah dibuktikan oleh Lidiadni (2004),dan Kristina

(2005) yang menyimpulkan bahwa CAR dan ROA tidak mempengaruhi harga

saham perbankan, hal ini tidak sejalan dengan teori yang ada dimana semakin baik

atau meningkatnya rasio CAR akan berdampak pada naiknya harga saham

perusahaan dikarenakan bank tersebut berada dalam kondisi solvable (bank

memiliki modal yang cukup untuk mendanai kegiatan operasionalnya), pernyataan

Lidiadni dan Kristina ini juga berlainan dengan apa yang telah ditemukan Tadi

(2005) yang menyimpulkan sebaliknya, bahwa CAR dan ROA berpengaruh

terhadap harga saham, jadi disini terdapat persepsi yang berbeda mengenai

pengaruh Capital Adequacy Ratio dan Return On Asset kaitannya terhadap

perubahan harga saham, sedangkan Anggreini (2004) dalam penelitiannya


11

menyimpulkan bahwa LDR tidak mempengaruhi pergerakan harga saham

perusahaan perbankan.

Sehingga dari latar belakang uraian teori dan pernyataan peneliti

sebelumnya tersebut dalam penelitian ini akan dianalisa untuk dikaji lebih lanjut

mengenai hubungan tingkat kualitas kinerja keuangan perusahaan perbankan

dengan menggunakan rasio keuangan untuk selanjutnya diteliti lebih dalam

pengaruhnya terhadap pergerakan harga saham yang dimiliki. Banyaknya teori

yang menyatakan bahwa kondisi rasio keuangan yang baik, nantinya akan

membawa pengaruh yang positif terhadap kondisi keuangan perusahaan yang juga

akan berpengaruh positif terhadap harga saham, dalam penelitian ini akan dikaji

ulang sehingga apa yang menjadi hasil penelitian nantinya akan mempertegas dan

memperkuat teori yang ada.

Atas dasar penelitian tersebut diatas, serta teori yang menyatakan bahwa

nilai saham mewakili nilai perusahaan (kinerja keuangan) perusahaan perbankan

go public terhadap harga saham dan berdasarkan atas fenomena tersebut, maka

peneliti mengungkap penelitian ini untuk dikaji lebih lanjut tentang “Pengaruh

Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham Perusahaan Perbankan yang

terdaftar di Bursa Efek Jakarta”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah dan kenyataan yang terjadi,

maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah :


12

1. Apakah kinerja keuangan perbankan yang terdiri dari (CAR) Capital Adequacy

Ratio, (RORA) Return On Risked Assets, (NIM) Net Interest Margin, (ROA)

Return On Asset, dan (LDR) Loan To Deposit Ratio, secara parsial

berpengaruh terhadap harga saham perbankan yang terdaftar di Bursa Efek

Jakarta?

2. Apakah kinerja keuangan perbankan yang terdiri dari (CAR) Capital Adequacy

Ratio, (RORA) Return On Risked Assets, (NIM) Net Interest Margin, (ROA)

Return On Asset, dan (LDR) Loan To Deposit Ratio, secara simultan

berpengaruh terhadap harga saham perbankan yang terdaftar di Bursa Efek

Jakarta?

3. Seberapa besar pengaruh CAR, RORA, NIM, ROA, dan LDR terhadap harga

saham perbankan, serta rasio keuangan manakah yang paling dominan

mempengaruhi harga saham perusahaan perbankan yang terdaftar di BEJ ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk menguji secara parsial apakah ada pengaruh dari kinerja keuangan

perusahaan perbankan yang dinilai berdasarkan rasio CAR, RORA, NIM, ROA,

dan LDR terhadap harga saham perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa

Efek Jakarta.

2. Untuk menguji secara simultan apakah ada pengaruh dari kinerja keuangan

perusahaan perbankan yang dinilai berdasarkan rasio CAR, RORA, NIM, ROA,
13

dan LDR terhadap harga saham perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa

Efek Jakarta.

3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari kinerja keuangan perusahaan

perbankan yang terdiri dari rasio CAR, RORA, NIM, ROA, dan LDR terhadap

harga saham, serta rasio keuangan manakah yang secara dominan

mempengaruhi harga saham perusahaan perbankan yang terdaftar di BEJ.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Melalui penelitian ini di harapkan akan memperoleh manfaat teoritis antara

lain :

a. Mencoba untuk mengetahui sejauh mana kinerja keuangan perusahaan

perbankan yang di proksikan dengan CAR, RORA, NIM, ROA, dan LDR

(variabel independen) berpengaruh terhadap harga saham (variabel dependen),

untuk mengetahui kontribusi dan apakah rasio keuangan (variabel independen)

secara simultan berpengaruh terhadap harga saham (variabel dependen) pada

perusahaan perbankan di Bursa Efek Jakarta periode 2003-2005.

b. Bagi peneliti, penelitian ini merupakan media dan wahana untuk belajar dan

mengembangkan ilmu memecah masalah secara ilmiah dan memberikan

sumbangan pemikiran berdasarkan disiplin ilmu yang diperoleh di bangku

kuliah dan penerapannya di lapangan.


14

c. Bagi civitas akademik, sebagai bahan kajian dalam penelitian sejenis di waktu

yang akan datang dan dapat dijadikan sumber bacaan yang dapat menambah

wacana baru sebagai sumber pustaka.

2. Manfaat Praktis

Melalui penelitian ini diharapkan memperoleh manfaat praktis antara lain:

a. Bagi pihak manajemen perusahaan.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan pertimbangan

dan masukan bagi pihak manajemen perusahaan perbankan sebagai masukan

atau dasar untuk meningkatkan kinerja perusahaan yang dapat dilihat dari

rasio keuangan yang baik, bahwa rasio keuangan yang baik menunjukkan

prospek perusahaan di masa yang akan datang.

b. Bagi Investor.

Hasil dari penelitian ini dapat memberikan informasi tentang pengaruh dari

penilaian keuangan perusahaan terhadap harga saham yang diperdagangkan

dipasar modal yang menyangkut investasi saham bagi pihak-pihak yang

memiliki kepentingan sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu

pertimbangan untuk pengambilan keputusan investasi menentukan perusahaan

mana yang mempunyai risiko yang baik dan meramalkan harga-harga saham

perusahaan perbankan di BEJ sehingga akan mengurangi risiko kerugian dan

menghasilkan return saham yang baik.


BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Sektor Perbankan

2.1.1. Pengertian Bank

Menurut Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 mengenai perubahan

undang-undang Nomor 7 tahun 1997 tentang perbankan, menyebutkan bahwa

perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup

kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan

kegiatan usahanya. Sedangkan bank adalah badan usaha yang menghimpun

dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada

masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka

meningkatkan taraf hidup rakyat banyak, (Undang-undang perbankan ,

1998:9).

Pengertian yang lebih teknis dapat ditemukan pada Surat Keputusan

Menteri Keuangan RI Nomor 792 Tahun 1990 dan Standar Akuntansi

Keuangan (PSAK). Berdasarkan SK Menteri Keuangan RI Nomor 792 tahun

1990 pengertian bank adalah: “Bank merupakan suatu badan yang kegiatannya

di bidang keuangan melakukan penghimpunan dan penyaluran dana kepada

masyarakat terutama guna membiayai investasi perusahaan”.

Sedangkan pengertian bank menurut IAI dalam PSAK Nomor 31

Standar Akuntansi Keuangan (2004: 215) adalah: “Bank adalah suatu lembaga

yang berperan sebagai perantara keuangan antara pihak-pihak yang memiliki

15
16

kelebihan dana dan pihak-pihak yang memerlukan dana, serta sebagai

lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran”.

Menurut Stuart dalam bukunya Malayu (2004:2) bank adalah badan

usaha yang wujudnya memuaskan keperluan orang lain, dengan memberikan

kredit berupa uang yang diterimanya dari orang lain (nasabah). Sedangkan

Malayu (2004:2) menyatakan bank adalah lembaga keuangan, berarti bank

adalah badan usaha yang kekayaannya terutama dalam bentuk aset keuangan

(financial assets) serta bermotifkan profit dan juga sosial, jadi bukan hanya

mencari keuntungan semata.

2.1.2 Fungsi Bank

Secara spesifik fungsi dari bank dapat di klasifikasikan dalam

pengertian (Agen of Trust, Agen of Development, Agen of Services) (Susilo,

2000 : 6). Pengertian fungsi tersebut:

1. Agen of Trust

Dasar utama kegiatan perbankan adalah trust atau kepercayaan baik dalam hal

penghimpunan maupun penyaluran dana. Masyarakat akan mau menitipkan

dananya di bank apabila dilandasi oleh unsur kepercayaan. Masyarakat

percaya bahwa uangnya tidak disalahgunakan oleh bank, akan dikelola dengan

baik, dan juga percaya bahwa pada suatu saat yang telah di janjikan dapat

menarik lagi simpanan dananya di bank.


17

2. Agen of Development

Sektor dalam kegiatan perekonomian masyarakat yaitu sektor moneter dan

sektor riil, tidak dapat dipisahkan. Kedua sektor tersebut saling berinteraksi

dan mempengaruhi satu dengan yang lain. Sektor riil tidak akan berkinerja

dengan baik apabila sektor moneter tidak bekerja dengan baik. Tugas bank

sebagai penghimpun dana sangat diperlukan untuk kelancaran kegiatan

perekonomian di sektor riil. Kegiatan bank tesebut memungkinkan masyarakat

melakukan investasi, distribusi, dan konsumsi barang dan jasa dimana selalu

berkaitan dengan penggunaan uang.

3. Agen of Services

Disamping kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana, bank juga

memberikan penawaran jasa-jasa perbankan yang lain kepada masyarakat.

Jasa-jasa yang ditawarkan bank ini erat kaitannya dengan kegiatan

perekonomian masyarakat secara umum. Jasa-jasa bank ini antara lain dapat

berupa jasa pengiriman uang, jasa penitipan barang berharga, jasa pemberian

jaminan bank, dan jasa penyelesaian tagihan.

2.1.3 Peranan Bank

Bank mempunyai peranan yang sangat penting untuk mendorong

pertumbuhan perekonomian suatu bangsa (Malayu, 2004 : 2), karena bank

adalah:

1. Pengumpul dana dari masyarakat yang kelebihan dana (atau surplus spending

unit) / SSU) dan penyalur kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana

(atau defisit spending unit / DSU).


18

2. Tempat menabung yang efektif dan produktif bagi masyarakat.

3. Pelaksana dan memperlancar lalu lintas pembayaran dengan aman, praktis dan

ekonomis.

4. Penjamin penyelesaian perdagangan dengan menerbitkan L/C (Letter of

Credit).

5. Penjamin penyelesaian proyek dengan menerbitkan bank garasi.

2.1.4 Jenis Perbankan

Jenis Perbankan menurut Undang- Undang pokok perbankan nomor 7

tahun 1992 yang kemudian ditegaskan kembali dengan dikeluarkannya

Undang-undang RI nomor 10 tahun 1998 . Bank terdiri dari dua jenis (Kasmir,

2002 : 21) yaitu:

1. Bank Umum

Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara

konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya

memberikan jasa dalam lalulintas pembayaran.

2. Bank Perkreditan Rakyat

Menurut Undang-undang nomor 10 tahun 1998, Bank Perkreditan Rakyat

adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau

berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa

dalam lalu lintas pembayaran.


19

2.2. Saham

2.2.1 Pengertian Saham

Salah satu bentuk efek yang diperdagangkan dalam pasar modal adalah

saham. Saham merupakan surat berharga sebagai tanda pemilikan atas

perusahaan penerbitnya (Ang, 1997 : 1.1). Saham juga berarti sebagai tanda

penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan

terbuka (Darmadji dan Fakhruddin, 2001 : 5). Saham dapat diperjual belikan

pada bursa efek, yaitu tempat yang dipergunakan untuk memperdagangkan

efek sesudah pasar perdana. Penerbitan surat berharga saham akan

memberikan berbagai keuntungan bagi perusahaan perbankan.

2.2.2 Nilai Saham

Menurut Ang (1997 : 6), nilai suatu saham berdasarkan fungsinya dapat

dibagi atas tiga kelompok :

1. Par value (Nilai nominal)

Par value atau disebut juga stated value atau face value atau menurut bahasa

Indonesia disebut sebagai nilai nominal. Nilai nominal suatu saham adalah

nilai yang tercantum pada saham yang bersangkutan yang berfungsi untuk

tujuan akuntansi. Nilai ini tidak digunakan untuk mengukur sesuatu.

2. Base price (Nilai/ harga dasar)

Harga dasar suatu saham sangat erat kaitannya dengan harga pasar suatu

saham yang dipergunakan didalam perhitungan ideks harga saham. Harga

dasar suatu saham baru merupakan harga perdananya. Harga dasar ini dapat

berubah sesuai aksi emiten yang dilakukan.


20

3. Market Price (nilai /harga pasar)

Harga pasar merupakan harga yang paling mudah ditentukan karena harga

pasar merupakan harga suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung.

Apabila pasar bursa efek sudah tutup, maka harga pasar adalah harga

penutupannya (closing price). Jadi harga pasar inilah yang menyatakan naik

turunnya suatu saham.

2.2.3 Bentuk Saham

Bentuk saham dapat dikelompokkan dalam tiga kategori saham

berdasarkan hak tagih, berdasarkan peralihan hak, dan berdasarkan kinerja.

Darmadji dan Hendi, (2001:6).

1. Berdasarkan hak tagih atau klaim

a. Saham Biasa (Common Stock)

Saham biasa adalah jenis saham yang memiliki hak klaim berdasar laba/rugi

yang diperoleh perusahaan. Pemegang saham biasa mendapat prioritas

paling akhir dalam hal pembagian deviden dan penjualan asset perusahaan

jika terjadi likuidasi.

b. Saham preferen (Prefered Stock)

Saham preferen merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan

antar obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan

tetap.(seperti bunga obligasi), tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil

seperti yang dikehendaki.

2. Berdasarkan Peralihan hak

a. Saham atas Unjuk (Bearer stock)


21

Merupakan jenis saham yang memiliki karakteristik tidak tercantum nama

pemilik dengan tujuan agar saham tersebut dapat dengan mudah dipindah

tangankan dari suatu investor ke investor lainnya. Secara hukum, bahwa

siapa yang memegang saham tersebut maka dialah diakui sebagai

pemiliknya.

b.Saham atas nama (Registered Stock )

Saham atas nama mencantumkan nama dari pemilik saham pada lembar

saham. Saham atas nama juga dapat dipindah tangankan tetapi harus melalui

prosedur tertentu.

3 Berdasarkan kinerja saham

a. Blue chip stock

Yaitu saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi

sebagai leader di industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil dan

konsisten dalam membayar deviden.

b.Income Stock

Saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar deviden

lebih tinggi dari rata-rata deviden yang dibayarkan pada tahun sebelumnya.

c. Growth Stock

Saham ini merupakan saham-saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan

pendapatan yang tinggi, sebagai leader di industri sejenis yang mempunyai

reputasi tinggi.

d.Speculative Stock
22

Adalah saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten

memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi mempunyai

kemungkinan penghasilan yang tinggi di masa mendatang meskipun belum

pasti.

e. Counter Cyclical Stock

Saham ini merupakan saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi

makro maupun situasi bisnis secara umum.

2.2.4 Harga Saham

Nilai pasar dari sekuritas merupakan harga pasar dari sekuritas itu

sendiri. Untuk sekuritas yang diperdagangkan dengan aktif, nilai pasar

merupakan terakhir yang dilaporkan pada saat sekuritas terjual. (Horne, 1997:

70)

Horne (1997 : 5) mengemukakan bahwa harga pasar bertindak sebagai

barometer dari kinerja bisnis. Harga pasar menunjukkan seberapa baik

manajemen menjalankan tugasnya atas nama pemegang para pemegang

saham. Pemegang saham yang tidak puas dengan kinerja perusahaan dapat

menjual saham yang mereka miliki dan menginvestasikan uangnya di

perusahaan lain. Tindakan-tindakan tersebut jika dilakukan oleh para

pemegang saham akan mengakibatkan turunnya harga saham dipasar, karena

pada dasarnya tinggi rendahnya harga saham lebih banyak dipengaruhi oleh

pertimbangan pembeli dan penjual tentang kondisi internal dan eksternal

perusahaan. Hal ini berkaitan dengan analisis sekuritas yang umumnya

dilakukan investor sebelum membeli atau menjual saham.


23

Jadi harga saham adalah nilai suatu saham yang mencerminkan

kekayaan perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut, dimana perubahan

atau fluktuasinya sangat ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran

yang terjadi di pasar bursa (pasar sekunder). Semakin banyak investor yang

ingin membeli atau menyimpan saham, harganya semakin naik. Sebaliknya

semakin banyak investor yang ingin menjual atau melepaskan suatu saham,

maka harganya semakin bergerak turun.

Secara umum, semakin banyak kinerja suatu perusahaan, maka semakin

tinggi laba usahanya dan semakin banyak keuangan yang dapat dinikmati oleh

pemegang saham juga semakin besar kemungkinan harga saham akan naik

(Koetin, 1992) dalam kristina (2005: 45). Meskipun demikian, saham yang

memiliki kinerja baik sekalipun harganya bisa saja turun karena kedaan pasar.

Saham yang memiliki kinerja baik meskipun harganya mengalami

penurunan karena keadaan pasar yang jelek (bearish) yang menyebabkan

kepercayaan terhadap pemodal terguncang. Saham ini tidak akan sampai

hilang, jika kepercayaan pemodal pulih, siklus ekonomi membaik ataupun ha-

hal lain membaik (bullish). Maka harga saham yang baik ini akan kembali

naik, jadi risiko dari pemegang suatu saham adalah turunnya harga saham.

Cara mengatasinya adalah menahan saham tersebut untuk waktu yang cukup

lama sampai keadaan pasar membaik kembali.

2.3 Analisa Sekuritas


24

Menurut Ghozali dan Sugiyanto (2002 : 91-96), untuk menentukan harga

saham terdapat dua pendekatan, yaitu analisis fundamental dan analisis

teknikal. Analisis fundamental menekankan bahwa faktor-faktor fundamental

mempengaruhi harga saham karena menitik beratkan pada analisis rasio

keuangan. Melalui analisis rasio keuangan dapat diperoleh informasi atau

gambaran tentang kondisi keuangan perusahaan dan hasil operasional yang

telah dicapai oleh perusahaan tersebut. Jadi dapat disimpulkan dalam hal ini

yang coba diangkat dalam penelitian ini adalah mengenai bagaimana

mengetahui kinerja perusahaan perbankan yang diukur dengan tiap rasio-rasio

keuangan serta bagaimana pengaruhnya terhadap pergerakan harga saham

yang dimiliki oleh perusahaan.

1. Analisis Fundamental

Analisis fundamental merupakan salah satu cara yang lazim

digunakan oleh para pemodal untuk menilai saham. Analisis fundamental

memiliki asumsi dasar bahwa harga saham tidaklah diukur dari standar

harga di pasar, melainkan diprediksikan terlebih dahulu dengan analisis

perusahaan (Husnan, 1998 : 336).

Analisis fundamental merupakan analisis yang berhubungan dengan

kondisi keuangan perusahaan. Dengan analisis fundamental diharapkan

calon investor akan mengetahui bagaimana operasional dari perusahaan

yang nantinya akan menjadi milik investor apakah sehat atau tidak ataukah

menguntungkan atau tidak dan sebagainya (Anoraga dan Pakarti, 2001 :

108 )
25

Analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham dimasa

yang akan datang dengan (i) mengestimate nilai faktor-faktor fundamental

yang mempengaruhi harga saham dimasa yang akan datang dan (ii)

menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh

taksiran harga saham, model ini juga sering disebut sebagai share price

forecasting model. (Suad Husnan (1998 : 299).

2. Analisis Teknikal

Analisis teknikal didahului dengan asumsi dasar bahwa harga saham

terbentuk dari hasil spekulasi (Ghozali dan Sugiyanto, 2004:94). Kegiatan

spekulasi tersebut menitik beratkan pada trend yang dibentuk harga saham

pada periode yang lalu dan tidak ada hubungannya dengan nilai intrinsik

saham. Kenaikan dan penurunan harga saham pada periode sebelumnya

digunakan untuk memprediksi harga saham pada periode berikutnya.

Trend harga saham menjadi tolok ukur untuk memprediksi harga saham

periode berikutnya.

Analisis fundamental berlandaskan atas kepercayaan bahwa nilai suatu

saham sangat dipengaruhi oleh kinerja perusahaan yang menerbitkan saham

tersebut. Dalam analisis fundamental, proyeksi harga saham dilakukan dengan

mempertimbangkan proyeksi prestasi perusahaaan dimasa yang akan datang.

Prestasi perusahaan yang dinilai dikalikan dengan kondisi fundamental atau

kinerja keuangan perusahaan. Kondisi fundamental mencerminkan kinerja

variabel-variabel keuangan yang dianggap mendasar atau penting. Jika

prospek suatu perusahaan publik adalah sangat kuat dan baik, maka harga
26

saham perusahaan tersebut diperkirakan akan merefleksikannya dengan

peningkatan harga saham. Analisis fundamental mencari hubungan antara

harga saham dengan kondisi perusahaan, dengan kata lain saham mewakili

nilai perusahaan. Para penganut analisis fundamental berasumsi bahwa apabila

kondisi fundamental atau kinerja keuangan perusahaan semakin baik maka

harga saham yang diharapkan juga akan mengalami kenaikan (Ghozali, 2002 :

71-72).

2.4 Kinerja Keuangan

Kinerja keuangan adalah suatu tampilan tentang kondisi keuangan

perusahaan selama periode tertentu. Untuk mengukur keberhasilan suatu

perusahaan pada umumnya berfokus pada laporan keungannya disamping

data-data non keuangan lain yang bersifat sebagai penunjang. Informasi

kinerja bermanfaat untuk memprediksi kapasitas perusahaan dalam

menghasilkan arus kas dari sumber dana yang ada. Pengukuran kinerja adalah

penentuan secara periodik tampilan perusahaan yang berupa kegiatan

operasional, struktur organisasi dan karyawan berdasarkan sasaran, standar

dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya (Mulyadi,2001:178). Kinerja

perusahaan dapat diukur dari laporan keuangan yang dikeluarkan secara

periodik, laporan berupa neraca, rugi laba, arus kas, dan perubahan modal

yang secara bersama-sama memberikan suatu gambaran tentang posisi

keuangan perusahaan. Informasi dalam laporan keuangan digunakan investor

untuk memperoleh perkiraan tentang laba dan deviden dimasa mendatang dan
27

risiko atas penilaian tersebut (Weston Brigham,1993: 86). Dengan demikian

pengukuran kinerja dari laporan keuangan dapat digunakan sebagai alat

prediksi pertumbuhan kekayaan pemegang saham.

Kinerja keuangan pada perusahaan perbankan dapat dinilai dengan

menggunakan pendekatan analisis rasio keuangan. Jika kinerja perusahaan

publik meningkat maka nilai perusahaan akan semakin tinggi. Di bursa efek

hal seperti itu akan di respon oleh pasar dalam bentuk kenaikan harga saham.

Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia IAI 1996 dalam Febriyani dan

Zulfadin, (2003: 54), kinerja perusahaan dapat diukur dengan menganalisa dan

mengevaluasi laporan keuangan. Informasi posisi keuangan dan kinerja

keuangan di masa lalu seringkali digunakan sebagai dasar untuk

memprediksi posisi keuangan dan kinerja di masa depan dan hal-hal lain yang

langsung menarik perhatian pemakai seperti pembayaran dividen, upah,

pergerakan harga sekuritas dan kemampuan perusahaan untuk memenuhi

komitmennya ketika jatuh tempo.

Kinerja merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap

perusahaan dimanapun, karena kinerja merupakan cerminan dari kemampuan

perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya. Selain itu

tujuan pokok penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam

mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah

ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang

diharapkan. Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana

formal yang dituangkan dalam anggaran.


28

Penilaian kinerja perbankan penting dilakukan baik oleh manajemen,

pemegang saham, pemerintah dan pihak lain yang berkepentingan dan terkait

dengan distribusi kesejahteraan di antara mereka.

Helfert dalam Lidiadni: (2003: 36) mengemukakan bahwa dalam menilai

kinerja perusahaan yang paling berkepentingan adalah pemilik perusahaan

dalam hal ini investor, manajer, kreditor, pemerintah dan masyarakat umum.

Mereka akan menilai perusahaan dengan ukuran keuangan tertentu sesuai

dengan tujuannya. Ketentuan tingkat kesehatan bank dimaksudkan agar dapat

digunakan sebagai tolok ukur bagi pihak-pihak yang berkepentingan tersebut.

Menurut Ikhsan (2005:28) pengukuran kinerja dibagi menjadi dua yaitu :

2.3.1 Pengukuran kinerja konvensional

Dalam manajemen konvensional, pencapaian visi misi organisasi

sebagai institusi pencipta kekayaan diukur hanya dengan menggunakan

ukuran keuangan yang bertolak pada hasil akhir yang nampak dari

laporan keuangan terutama dari neraca dan laporan laba rugi yang

merupakan rekaman data keuangan historis dan hasil realisasi

anggaran yang merupakan refleksi dari proses operasional manajemen

perusahaan.

2.3.2 Pengukuran kinerja kontemporer

Dalam perkembangannya terdapat dua konsep pengukuran kinerja

dalam pengukuran kinerja kontemporer yaitu :


29

1. Economic Value Added (EVA) adalah nilai tambah ekonomis yang

diciptakan perusahaan dari kegiatan atau strategisnya selama periode

tertentu.

2. Balance Score Card (BCS) adalah suatu alat untuk mengukur kinerja

eksekutif dimasa depan yang mencakup aspek keuangan dan non

keuangan.

Pengukuran kinerja keuangan pada sektor perbankan ini menggunakan

pengukuran kinerja konvensional yang diukur dengan berdasarkan pada nilai

rasio-rasio keuangannya yaitu CAR, RORA, NIM, ROA dan LDR.

2.5 Analisa Rasio Keuangan

Analisa rasio keuangan adalah studi tentang informasi yang

menggambarkan hubungan diantara berbagai akun dari laporan keuangan yang

mencerminkan keadaan serta hasil operasional perusahaan. Sumber data yang

digunakan untuk melakukan analisa rasio keuangan adalah laporan keuangan

yang telah melalui proses pemeriksaan (Auditing).

Menurut Kartadinata (1990:62), rasio keuangan adalah ukuran tingkat

atau perbandingan antara dua variabel keuangan. Horne dan Wachowicz

dalam Luciana (1998:24) mendefinisikan rasio keuangan sebagai suatu indek

yang menghubungkan dua angka akuntansi dan diperoleh dengan membagi

satu angka dengan angka keuangan. Sedangkan Riyanto (1998: 52)

menyatakan bahwa rasio adalah alat yang dapat digunakan untuk menjelaskan

hubungan dua data bila dihubungkan dengan masalah keuangan maka data
30

tersebut adalah data keuangan. Dengan demikian bila hubungan tersebut

adalah hubungan matematik antara pos keuangan dengan pos lainnya, atau

antara jumlah-jumlah di neraca dengan jumlah-jumlah di laporan laba rugi

atau sebaliknya maka yang timbul adalah rasio keuangan. Rasio keuangan ini

berfungsi sebagai ukuran dalam menganalisis laporan keuangan suatau

perusahaan. Rasio keuangan yang dimaksud dan yang berhubungan dengan

kinerja perusahaan perbankan adalah CAR (Capital Adequacy Ratio), RORA

(Return On Risked Assets), NIM (Net Interest Margin), ROA (Return On

Assets), LDR (Loan to Deposit Ratio).

2.5.1 CAR (Capital Adequacy Ratio)

CAR (Capital Adequacy Ratio) merupakan rasio perbandingan modal

sendiri bank dengan kebutuhan modal yang tersedia setelah dihitung margin

risk (pertumbuhan risiko) dari akibat yang berisiko (ATMR).(Siamat, 1993:

84).

Modal bukan saja sebagai salah satu sumber penting dalam memenuhi

kebutuhan dana bank, tetapi juga posisi modal akan mempengaruhi keputusan-

keputusan manajemen dalam pencapaian laba dan kemungkinan timbulnya

risiko. Modal yang terlalu besar misalnya, akan dapat mempengaruhi jumlah

perolehan laba bank, sedangkan modal yang terlalu kecil disamping akan

membatasi kemampuan ekspansi bank, juga akan mempengaruhi penilaian

khusus para deposan, debitur, dan para pemegang saham bank. Dengan kata

lain besar kecilnya permodalan bank akan mempengaruhi tingkat kepercayaan


31

masyarakat terhadap kemampuan keuangan bank yang bersangkutan. (Siamat,

1993:56).

Kecukupan modal adalah merupakan faktor yang penting bagi bank

dalam rangka pengembangan usaha dan menampung risiko kerugian. Bank

Indonesia menetapkan CAR yaitu kewajiban penyediaan modal minimum

yang harus selalu dipertahankan oleh setiap bank sebagai suatu proporsi

tertentu dari aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR). ATMR adalah nilai

total masing-masing aktiva bank setelah dikalikan dengan masing-masing

bobot risiko aktiva tersebut.

Menurut Mulyono (1995: 11), ”Capital Adequacy Ratio” adalah rasio

kecukupan modal atau kemampuan bank dalam hal permodalan guna menutup

kerugian dalam perkreditan atau kemungkinan kerugian atas aktiva produktif

dan perdagangan surat-surat berharga karena setiap kerugian akan mengurangi

modal.

Secara matematis CAR dapat dirumuskan dengan :

Modal
CAR = x 100%
ATMR
Sumber : Susilo , 2000
2.5.1.1 Unsur-unsur CAR

1. Modal

Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia tentang pengertian modal, modal

bank terdiri dari modal inti dan modal pelengkap (Widjanarto, 1993:40).

1.1 Modal Inti, berupa :


32

a. Modal disetor, yaitu modal yang telah disetor secara efektif oleh

pemiliknya.

b. Agio saham, yaitu selisih setoran modal yang diterima oleh bank akibat

harga saham yang melebihi nilai nominal.

c. Modal sumbangan, yaitu modal yang diperoleh dari sumbangan saham,

termasuk selisih antara nilai yang tercatat dengan harga jual apabila saham

tersebut dijual.

d. Cadangan umum, yaitu cadangan dari penyisihan laba yang ditahan atau

dari laba bersih setelah dikurangi pajak dan mendapat persetujuan Rapat

Umum Pemegang Saham (RUPS) atau Rapat Anggota.

e. Cadangan tujuan, yaitu bagian laba yang ditahan dikurangi pajak yang

disisihkan untuk tujuan tertentu dan telah mendapat persetujuan RUPS

atau rapat anggota.

f. Laba yang ditahan, yaitu saldo laba bersih setelah dikurangi pajak yang

oleh RUPS atau rapat anggota diputuskan untuk tidak dibagikan.

g. Laba tahun lalu, yaitu selisih laba bersih tahun lalu setelah diperhitungkan

pajak belum ditetapkan penggunaannya oleh RUPS atau rapat anggota.

Apabila bank mempunyai saldo laba rugi tahun lalu, maka kerugian

tersebut merupakan faktor pengurang dari modal inti.

h. Laba tahun berjalan yaitu 50% dari laba tahun buku berjalan setelah

dikurangi pajak. Apabila pada tahun berjalan bank mengalami kerugian

maka selisih kerugian tersebut menjadi faktor pengurang dari modal inti.

1.2 Modal Pelengkap, berupa :


33

a. Cadangan revaluasi aktiva tetap, yaitu cadangan yang dibentuk dari selisih

penilaian kembali aktiva tetap yang telah mendapat persetujuan Dirjen

Pajak.

b .Penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP), yaitu cadangan yang

dibentuk dengan cara membebani laba rugi tahun berjalan. Cadangan ini

dibuat untuk menampung kerugian akibat tidak diterimanya kembali

sebagian atau selisih aktiva produktif.

c. Modal pinjaman, yaitu hutang yang didukung oleh instrumen atau warkat

yang memiliki sifat seperti modal dan mempunyai ciri-ciri :

1 Tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan, dipersamakan dengan

modal dan telah dibayar penuh.

2 Tidak dapat dikuasai atau ditarik atas inisiatif pemilik tanpa

persetujuan Bank Indonesia.

3 Mempunyai kedudukan yang sama dengan modal dalam hal jumlah

kerugian bank melebihi laba yang ditahan dan cadangan-cadangan

yang termasuk modal inti, meskipun bank belum dilikuidasi.

4 Pembayaran bunga dapat ditangguhkan apabila bank dalam keadaan

rugi atau labanya tidak mendukung untuk membayar bunga tersebut.

d. Pinjaman sub-ordinasi, yaitu pinjaman dengan ciri-ciri :

1 Ada perjanjian tertulis antara bank dengan pemberi pinjaman.

2 Mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Bank Indonesia.

3 Tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan dan telah disetujui penuh.

4 Minimal berjangka waktu lima tahun.


34

5 Pelunasan sebelum jatuh tempo harus mendapat persetujuan dari BI.

2. Total Loans

Total Loans merupakan jumlah kredit yang diberikan bank kepada pihak

ketiga dan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa setelah dikurangi

penyisihan penghapusan.

3. Securities atau surat berharga

Merupakan surat pengakuan utang, wesel, saham, obligasi sekuritas

kredit, atau setiap derivatifnya atau kepentingan lain, atau suatu kewajiban

dari penerbit dalam bentuk yang lazim diperdagangkan dalam pasar modal

atau pasar uang.

Menurut SK BI No. 30/11/KEP/DIR/Tgl. 30 April 1997. Nilai CAR

tidak boleh kurang dari 8 %. Berikut adalah ketentuan CAR dari Bank

Indonesia. ( Hasibuan,2004:5)

Tabel 2
Tingkat Capital Adequacy Ratio
Tingkat Peringkat
8 % Keatas Sehat
6,4 – 8 % kurang Sehat
Di bawah 6,4 % Tidak sehat
Sumber : www.bi.go.id

2.5.2 RORA (Return On Risked Assets)

RORA Return On Risked Assets merupakan rasio antara pendapatan

operasi dengan risk asset. RORA mengukur kemampuan bank dalam berusaha

mengoptimalkan penanaman aktiva yang dimiliki untuk memperoleh laba

(Sumarta,2000:28). Nilai RORA yang tinggi mengindikasikan bahwa

pendapatan yang diterima besar sehingga laba yang diperoleh juga optimal
35

dan akan berpengaruh pada kenaikan harga saham. Hal ini sesuai dengan

penelitian Sundari (2003) dan Kristina (2005) bahwa RORA berhubungan

positif terhadap harga saham.

RORA diukur melalui perbandingan pendapatan operasional dengan

total kredit dan jumlah investasi atau secara matematis dapat dirumuskan

dengan :

Operating Income
RORA = x100%
Total Loans + Investment

RORA merupakan rasio yang berhubungan dengan kualitas aset

produktif (KAP) yang merupakan rasio antara operating income dengan total

loans dan investasi . Rasio berfungsi untuk mengukur kemampuan bank dalam

mengoptimalkan aktiva yang dimilikinya untuk memperoleh laba dan

mempunyai hubungan yang positif terhadap harga saham, karena dengan

RORA yang tinggi mengindikasikan bahwa pendapatan yang diterima besar

sehingga laba yang diperoleh juga optimal dan akan berpengaruh positif pada

kenaikan harga saham.

Berikut adalah ketentuan tingkat RORA dari Bank Indonesia :

Tabel 3
Tingkat Return On Risked Asets
Tingkat Peringkat
Dibawah 3,35% Tidak Sehat
3,35% - 5,60% Kurang Sehat
5,60 % - 7,85 % Cukup Sehat
Diatas 7,85 % Sehat
Sumber : www.bi.go.id

2.5.3 NIM (Net Interest Margin)


36

Net Interest Margin NIM merupakan rasio keuangan yang mengukur

kemampuan bank dalam menghasilkan net interest income atas pengelolaan

besar aktiva produktif. Rasio ini menggambarkan tingkat jumlah pendapatan

bunga bersih yang diperoleh dengan menggunakan aktiva produktif yang

dimiliki oleh bank (Tarmizi dan Willyanto, 2003:37-38), jadi semakin besar

nilai NIM maka akan semakin besar pula keuntungan yang diperoleh dari

pendapatan bunga dan akan berpengaruh pada kenaikan harga saham.

Pendapatan bunga bersih merupakan selisih antara pendapatan bunga dengan

beban bunga, sedangkan aktiva produktif atau disebut earning assets adalah

penempatan pada bank lain, surat berharga, penyertaan dan kredit yang

diberikan (pembiayaan) atau aktiva produktif yang digunakan adalah aktiva

produktif yang menghasilkan pendapatan bunga.

Dari besarnya rasio ini dapat dilihat bagaimana kemampuan bank dalam

memaksimalkan pengelolaan terhadap aktiva yang bersifat produktif untuk

melihat seberapa besar perolehan pendapatan bunga bersih yang diperoleh.

Semakin tinggi rasio NIM maka meningkatkan pendapatan bunga atas

aktiva produktif yang dikelola oleh bank sehingga manajemen perusahaan

telah dianggap bekerja dengan baik, sehingga kemungkinan suatu bank berada

dalam kondisi bermasalah semakin kecil.

Peningkatan NIM menandakan bahwa perbankan mampu meningkatkan

pendapatan bunga bersih atau pihak perbankan mampu memperbesar spread

antara suku bunga kredit dengan suku bunga dana, sehingga akan diperoleh

tanggapan positif dari pelaku pasar modal terutama dari sudut harga
37

sahamnya, sehingga dapat digunakan pertimbangan oleh investor dalam

menentukan keputusan investasi sahamnya dan kecenderungan investor akan

memilih berinvestasi dengan melihat kondisi perusahaan yang tidak sedang

bermasalah. Dengan kata lain semakin tinggi nilai NIM suatu bank maka akan

semakin tinggi pula harga sahamnya, sehinga NIM mempunyai hubungan

yang positif terhadap harga saham.

Secara matematis NIM dapat dirumuskan sebagai berikut:

Net Interest Income


NIM = x 100%
Earning Asset

Sumber : Tramizi dan Williyanto, 2002, SK BI No. 3 2001.

2.5.4 ROA (Return On Assets)

ROA Return On Assets merupakan rasio keuangan perusahaan yang

berhubungan dengan profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan

menghasilkan keuntungan atau laba (profitabilitas) pada tingkat pendapatan,

asset dan modal saham tertentu (Hanafi dan Halim, 2003:27). Semakin besar

ROA bank, semakin besar pula posisi bank tersebut dan semakin baik pula

posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset. (Dendawijaya, 2000:120).

Laba bersih (net income) merupakan ukuran pokok keseluruhan

keberhasilan perusahaan. Laba atau kurangnya laba mempengaruhi

kemampuan perusahaan untuk mendapat pinjaman dan pendanaan ekuitas,

posisi likuiditas perusahaan dan kemampuan perusahaan untuk berubah.

Jumlah keuntungan (laba) yang diperoleh secara teratur serta kecenderungan

atau trend keuntungan yang meningkat merupakan suatu faktor yang sangat

penting yang perlu mendapat perhatian penganalisa di dalam menilai


38

profitabilitas suatu perusahaan. Profitabilitas atau rentabilitas sering

digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal dalam suatu

perusahaan dengan memperbandingkan antara laba dengan modal yang

digunakan dalam operasi, oleh karena itu keuntungan yang besar tidak

menjamin atau bukan merupakan ukuran bahwa perusahaan itu rentable.

(Munawir, 2001:57). Oleh karena itu bagi manajemen atau pihak-pihak yang

lain, rentabilitas yang tinggi lebih penting daripada keuntungan yang besar.

Rentabilitas suatu perusahaan diukur dengan kesuksesan perusahaan dan

kemampuan menggunakan aktiva secara produktif, dengan demikian

rentabilitas suatu perusahaan dapat diketahui dengan memperbandingkan

antara laba yang diperoleh dalam suatu periode dengan jumlah aktiva atau

jumlah modal perusahaan tersebut.

Dalam penelitian ini, rasio rentabilitas yang digunakan adalah Return on

Assets (ROA), ROA merupakan rasio rentabilitas yang menunjukkan dari

modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan

keuntungan bersih atau laba selama periode tertentu. Secara matematis dapat

dirumuskan sebagai berikut :


Laba Bersih
ROA = x 100 %
Total Asset
Sumber : Hanafi dan Halim, 2003
Bank Indonesia mengisyaratkan tingkat ROA yang baik diatas 1,22%.

Menurut Arisanti (2004:21), dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa ROA

berpengaruh positif terhadap harga saham. Jadi semakin tinggi ROA semakin

tinggi pula harga saham, dan sebaliknya.


39

Berikut ketentuan tingkat ROA dari Bank Indonesia yang terangkum


dalam tabel 4.
Tabel 4
Tingkat Return On Assets
Tingkat Peringkat
Diatas 1,22% Sehat
0,99% - 1,22% Cukup Sehat
0,77 % - 0,99 % Kurang sehat
Dibawah 0,77 % Tidak Sehat
Sumber : www.bi.go.id

2.5.5 LDR (Loan to Deposit Ratio)

LDR Loan to Deposit Ratio adalah rasio keuangan perusahaan bank

yang berhubungan dengan aspek likuiditas. Likuiditas menunjukkan

kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang

harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi

kewajiban keuangannya dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai

sumber likuiditasnya (Dendawijaya,2000: 118). Likuiditas

bank adalah kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya,

dapat membayar kembali semua deposannya, serta dapat memenuhi

permintaan kredit yang diajukan oleh para debiturnya tanpa terjadi

penangguhan.

Secara akuntansi keuangan atau perbankan, perhitungan atau pengukuran

likuiditas dapat dilakukan melalui perhitungan rasio yang menggambarkan

hubungan timbal balik antara assets dan liabilities. Dalam penelitian ini rasio

likuiditas yang digunakan adalah Loan to Deposit Ratio (LDR). LDR adalah

rasio yang menunjukkan berapa besar kredit yang diberikan dan dibiayai

dengan dana pihak ketiga.

1. Kredit yang diberikan


40

Kredit yang diberikan adalah semua realisasi kredit dalam rupiah dan

valuta asing yang diberikan bank. Meliputi dana pihak ketiga dan pihak-

pihak yang mempunyai hubungan istimewa.

2. Dana pihak ketiga

Dana pihak ketiga merupakan dana simpanan masyarakat (ketiga dan

pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa). Komponen dana pihak

ketiga terdiri dari giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, dan

tabungan.

Rasio LDR merupakan indikator kerawanan dan kemampuan suatu bank.

Apabila kredit yang disalurkan mengalami kegagalan atau bermasalah, maka

bank akan mengalami kesulitan untuk mengembalikan dana yang dititipkan

oleh nasabah. Oleh karena itu, pemerintah membatasi rasio antara kredit

dibandingkan dengan simpanan masyarakat pada bank yang bersangkutan.

Menurut Chaerudin (2002:7-8) bank dapat dikatakan likuid apabila :

1. Bank tersebut memiliki cash assets sebesar kebutuhan yang akan

digunakan untuk memenuhi likuiditasnya.

2. Bank tersebut memiliki cash assets lebih kecil dari yang tersebut di atas,

tetapi bank yang bersangkutan memiliki assets lain (khususnya surat

berharga) yang dapat dicairkan sewaktu-waktu tanpa mengurangi nilai

pasarnya.

3. Bank tersebut mempunyai kemampuan menciptakan cash assets baru

melalui berbagai bentuk hutang.


41

Batas aman tingkat LDR yang ditetapkan oleh Bank Indonesia adalah

sebesar 110%. Menurut Haryati (2001:6) perhitungan rasio LDR diperoleh

dengan membandingkan total kredit dengan total dana pihak ketiga (giro,

tabungan, sertifikat deposito dan deposito) atau secara matematis dapat ditulis

sebagai berikut:

Kredit yang diberikan


LDR = x100 %
Dana Pihak Ketiga
Sumber :Kasmir, (2002: 272)
Tolok ukur untuk tingkat LDR yang baik menurut BI tampak pada tabel 5.

Tabel 5
Tingkat Loan to Deposit Ratio
Tingkat Peringkat
Dibawah 93,75 % Sehat
93,75% - 97,5% Cukup Sehat
97,5 % - 101,25 % Kurang sehat
Diatas 101,25 % Tidak Sehat
Sumber : www.bi.go.id

2.6 Kerangka Berpikir

Dalam dunia perbankan pokok utama dalam pengelolaan bank atau

peningkatan kinerja perusahaan salah satunya yaitu dengan menjaga

keseimbangan antara pemeliharaan likuiditas yang cukup dengan pencapaian

rentabilitas yang wajar, pemenuhan modal yang memadai, risiko yang relatif

kecil dan kualitas manajemen yang baik. Dengan kondisi seperti itu maka

kinerja perusahaan dapat dikatakan baik, maka dengan membaiknya kinerja

keuangan perusahaan dalam dunia pasar modal dapat menigkatkan harga

saham.
42

Perubahan harga saham di bursa atau pasar sekunder dipengaruhi oleh

beberapa faktor yang salah satunya adalah faktor internal perusahaan.

Kinerja perusahaan merupakan faktor internal perusahaan yang dapat dilihat

dari rasio-rasio keuangan perusahaan. Hal ini sesuai dengan pernyataan

(Ang : 1997 : 8) pada dasarnya perusahaan yang baik kinerjanya akan

mempunyai harga saham yang tinggi, karena dalam dunia investasi harga

saham dapat direfleksikan pada kinerja perusahan, dimana semakin tinggi

harga saham maka suatu perusahaan akan dikatakan semakin baik

kinerjanya.

Harga saham dipengaruhi oleh faktor fundamental

(Jogiyanto,2000:18). Kemudian menurut Anoraga dan Pakarti (2001:52)

analisis fundamental merupakan analisis yang berhubungan dengan kondisi

keuangan perusahaan. Dengan begini diharapkan calon investor akan

mengetahuhi bagaimana operasional dari perusahaan yang nantinya menjadi

milik investor, apakah menguntungkan atau tidak dan sebagainya.

Menurut Payamta dan Machfoedz (1999 : 55) perusahaan dapat dinilai

melalui berbagai macam indikator. Sumber utama indikator yang dijadikan

dasar penilaian perusahaan adalah laporan keuangan yang bersangkutan.

Berdasarkan laporan keuangan perusahaan dapat dihitung sejumlah rasio

keuangan yang lazim digunakan sebagai dasar penilaian kinerja perusahaan

(CAR,RORA,NIM,ROA, dan LDR).

Banyak teori yang menyatakan bahwa rasio keuangan perusahaan

perbankan dapat mempengaruhi harga saham perusahaan perbankan,


43

menurut pendapat Ang jika kinerja perusahaan mengalami peningkatan,

maka harga saham akan merefleksikannya dengan peningkatan harga saham

demikian juga sebaliknya.(Ang : 1997:8). Akan tetapi teori-teori tersebut

tidak selamanya dapat diuji kebenarannya karena memiliki hasil yang

berbeda.

Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Moch.Tadi pada tahun 2005

dengan meneliti rasio keuangan CAR, LDR, dan ROA untuk dijadikan

variabel kunci yang menyebutkan bahwa variabel CAR dan ROA

berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham dan menilai kinerja

pada perusahaan perbankan dengan memperhatikan dari tiga aspek yaitu

dengan menggunakan aspek solvabilitas, likuiditas,dan rentabilitas.

Selanjutnya oleh Lidiadni dan Kristina yang menyimpulkan bahwa rasio

CAR dan ROA tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham

perusahaan bank, pada kenyataannya hasil tersebut tidak sama dengan

kondisi kenyataan yang terjadi pada pergerakan harga saham bank go public

pada tahun 2003-2005 yang menunjukkan bahwa tidak semua rasio

keuangan yang dinilai baik akan diikuti dengan kenaikan harga saham,

seperti halnya pada Bank BNP yang memiliki tingkat rasio CAR sebesar

13,67% pada tahun 2003 dan mengalami penurunan pada tahun 2004

sebesar 12,86% tetapi tidak terdapat perubahan pada harga sahammya,

berdasarkan atas teori dan penelitian sebelumnya yang tidak sejalan serta

gejala yang muncul memiliki perbedaan dengan teori yang ada bahwa

perubahan harga saham merupakan cerminan dari nilai perusahaan apabila


44

perusahaan memiliki kinerja yang baik maka akan diikuti dengan

menguatnya harga saham, dalam penelitian ini akan dikaji lebih lanjut dan

diharapkan dapat mempertegas persepsi dan memperkuat teori yang sudah

ada.

Hal yang sama penelitian mengenai pengaruh kinerja keuangan

kaitannya dengan perubahan harga saham juga telah dibuktikan diantaranya

oleh:

1. Payamta dan Machfoedz (1999)

Meneliti variabel CAMEL untuk mengevaluasi kinerja perusahaan

perbankan sebelum dan sesudah IPO. Diukur berdasarkan rasio (CAR, RORA,

NPM, ROA, BOPO, CML, dan KDN). Dimana sampel ada 22 bank publik

yang dipilih secara purposive sampling 2 tahun sebelum dan 2 tahun sesudah

IPO,tahun 1989-1994. Teknik analisis menggunakan Wilcoxon’s Single Ranks

dan uji manova. Hasil analisis menunjukkan bahwa tujuh rasio yang dianalisis,

hanya rasio CAR, RORA, dan CML yang memberikan indikasi berbeda

secara siginifikan, namun perbedaan kinerja tersebut hanya bersifat temporer

dan tidak konsisten. Hal ini mengindikasikan tujuan penjualan saham perdana

lebih banyak didorong oleh adanya keinginan untuk memperoleh dana sebagai

tambahan modal kerja, perbaikan kualitas aktiva produktif, dan pelunasan

kewajiban. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bank-bank go public tidak

mengalami perbaikan kinerja keuangan secara signifikan.

2. Eni Kristiani Wahyuningsih (2002).


45

Dalam penelitiannya mengkaji keterkaitan kinerja keuangan dengan

perubahan harga saham yang diukur menurut rasio (ROE, EPS, ROA, RORA,

CR, LDR) pada bank yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta, serta ingin

mengetahui variabel-variabel bebas yang dominan mempengaruhi

keberhasilan suatu bank. Sampel penelitian adalah 59 bank swasta nasional

tahun 1999-2001 terhadap harga saham bank tahun 1999 terdiri dari 29 bank

yang gagal dan 60 bank yang sukses. Pengujian menunjukkan bahwa variabel

yang berpengaruh secara signifikan untuk data 3 tahun adalah CR, RORA,

EPS, ROA. Variabel yang lain yaitu LDR dan ROE tidak signifikan.

Sedangkan untuk data 1 tahun sebelum gagal variabel yang signifikan adalah

EPS, ROE, CR, ROA, dan RORA. Pengujian diskriminan menunjukkan

RORA dan ROA mempengaruhi keberhasilan bank.

3. Tadi dan Kristina (2005)

Hasil penelitian yang berhubungan dengan analisa kinerja keuangan

perbankan terhadap harga saham adalah Tadi (2005) menunjukkan bahwa

capital adequacy ratio , return on asset, dan loan to deposit ratio secara

bersama-sama mempengaruhi harga saham, selanjutnya pada penelitian

Kristina, (2005) menunjukkan bahwa return on assets , net profit margin,

earning per share, return on risked asset, likuiditas, struktur modal, secara

simultan berpengaruh terhadap harga saham. Sedangkan secara parsial capital

adequacy ratio, return on risked asset, Earning Per Share ,mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Leki (1997) menunjukkan

hasil bahwa variabel fundamental dan teknikal secara bersama-sama


46

mempengaruhi harga saham, variabel tersebut adalah adalah return on

investment, devidend pay out ratio, tingkat bunga, likuiditas volume penjualan

saham, harga saham masa lalu dan capital gain on loss.

Harga pasar saham adalah market clearing price ditentukan berdasarkan

kekuatan permintaan dan penawaran. Harga saham memberikan ukuran yang

objektif tentang investasi pada suatu perusahaan oleh karenanya harga saham

memberikan indikasi perubahan harapan modal sebagai akibat perubahan

kinerja keuangan (Ang,1997:28). Pada akhirnya variasi harga saham pada

waktu tertentu memberikan sebuah indikasi berubahnya kinerja keuangan

perusahaan (Purnomo,1998:20).

Naik turunnya harga saham tergantung dari perubahan satu atau lebih

dari faktor-faktor yang mempengaruhinya. Pada saat kondisi perusahaan

menurun maka harga saham akan turun demikian pula sebaliknya bila kondisi

perusahaan emiten naik maka harga saham akan naik pula, sehingga pada

saham biasa atau common stock terdapat harapan bahwa harga saham biasa

akan naik sejalan dengan pertumbuhan perusahaan. Ini sesuai teori signal yang

membahas bagaimana seharusnya sinyal-sinyal keberhasilan atau kegagalan

manajemen (agent) dapat disampaikan pada pemilik perusahaan (principal),

dimana salah satunya melalui penerbitan laporan keuangan. Penyampaian

laporan keuangan dapat dianggap merupakan sinyal apakah agent tersebut

berbuat sesuai kontrak. Teori sinyal juga menunjukkan adanya asimetri antara

manajemen perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan

informasi tersebut, misalnya kreditur dan investor. Asimetri informasi itu


47

terjadi ketika pihak manajer memiliki informasi internal perusahaan lebih

banyak dan lebih cepat dalam mengetahui informasi tentang perusahaan dan

prospek dimasa mendatang dibandingkan dengan principal. Dengan adanya

asimetri informasi manajer pada umumnya termotivasi untuk menyampaikan

informasi baik mengenai perusahaan kepada publik secepat mungkin, seperti

pencapaian laba yang akan mempengaruhi harga saham. Dalam kondisi

demikian, manajer dapat menggunakan informasi yang diketahui untuk

memanipulasi laporan keuangan dalam usaha memaksimalkan

kemakmurannya dan untuk menghindari kecurigaan pihak principal bahwa

sebenarnya perusahaan berkinerja buruk (Atmaja dalam Tadi 2005:21). Hal ini

berlainan dengan saham prioritas atau preffered stock dan obligasi yang

penilaiannya didasarkan pada hasil yang akan diterima oleh pemilik dengan

prosentase yang diketahui.

2.6.1 Pengaruh CAR, RORA, NIM, ROA dan LDR terhadap Harga Saham.

1. Pengaruh CAR terhadap Harga Saham.

Dalam dunia perbankan rasio solvabilitas sama dengan rasio

permodalan, permasalahan modal adalah berapa modal yang harus

disediakan oleh pemilik sehingga keamanan pihak ketiga dapat terjaga,

dengan CAR tinggi berarti bank tersebut semakin solvable bank memiliki

modal yang cukup guna menjalankan usahanya sehingga akan meningkatkan

keuntungan yang diperoleh sehingga akan terjadi kenaikan pada harga

saham (Siamat,1993: 84). Indikator yang digunakan untuk mengukur

kecukupan modal suatu bank adalah dengan capital adequacy ratio (CAR).
48

Rasio ini mempunyai hubungan yang positif terhadap harga saham. Karena

secara teoritis pada dasarnya semakin tinggi CAR maka akan semakin tinggi

pula harga saham, karena bank yang mempunyai CAR yang tinggi berarti

bank tersebut mempunyai modal yang cukup untuk melakukan kegiatan

usahanya dan cukup pula untuk menanggung risiko apabila bank tersebut

dilikuidasi. Semakin tinggi rasio CAR juga dapat menggambarkan bahwa

bank tersebut semakin solvabel, karena dengan modal yang cukup maka

suatu bank akan dapat membiayai produk jasanya dan dengan nilai CAR dan

modal yang besar maka aktiva berisiko akan semakin kecil. Hal yang pokok

dengan nilai CAR yang tinggi maka risiko dalam berinvestasi semakin

rendah atau tingkat keamanan dalam berinvestasi tinggi. Hal itu yang

nantinya yang akan mendorong para investor untuk membeli saham

perusahaan tersebut. Sesuai dengan hukum permintaan dan penawaran maka

kondisi tersebut akan meningkatkan harga saham.

Penetapan CAR memiliki pengaruh yang terhadap harga saham

didasarkan pada penelitian sebelumnya Magdalena (2004), dan Tadi (2005)

yaitu CAR berpengaruh positif terhadap harga saham.

2. Pengaruh LDR terhadap Harga Saham

Rasio ini menggambarkan kemampuan bank membayar kembali

penarikan yang dilakukan nasabah deposan dengan mengandalkan kredit

yang diberikan sebagai sumber likuiditas. Semakin tinggi rasio ini, maka

semakin rendah kemampuan likuiditas bank (Dendawijaya,2000:118). LDR


49

merupakan indikator yang mengukur kemampuan perusahaan untuk

memenuhi atau membayar kewajibannya (simpanan masyarakat) yang harus

segera dipenuhi. Dalam dunia perbankan rasio likuiditas dapat diketahui

dengan loan to deposit ratio (LDR) merupakan rasio kredit yang diberikan

terhadap dana pihak ketiga yang diterima oleh bank yang bersangkutan.

Semakin tinggi rasio LDR maka akan semakin tidak likuid sehingga risiko

dalam berinvestasi menjadi tinggi karena perusahaan perbankan tidak

memiliki kemampuan untuk membayar kembali kewajiban atas dana

nasabah (pihak ketiga). Secara teorotis dalam dunia pasar modal LDR

mempunyai hubungan yang negatif terhadap harga saham. Tinggi rendahnya

LDR dapat mempengaruhi harga saham. Dari aspek likuiditas, LDR yang

tinggi berarti risiko dalam berinvestasi menjadi tinggi karena perusahaan

dalam keadaan tidak liquid serta perusahaan dianggap tidak memiliki

kemampuan untuk membayar kewajibannya atas dana dari pihak ketiga

dalam operasionalnya. Dengan likuiditas bank yang rendah maka hal

tersebut akan berdampak pada hilangnya kepercayaan investor pada bank

tersebut. Kalau masyarakat sudah kehilangan kepercayaan pada suatu bank,

maka investorpun juga enggan untuk membeli saham perusahaan yang

bersangkutan. Dengan terjadinya hal tersebut maka secara otomatis akan

berdampak pada menurunnya harga saham perusahaan tersebut. LDR

berpengaruh terhadap harga saham didasarkan pada penelitian Tadi (2005)

bahwa LDR mempunyai pengaruh yang negatif terhadap harga saham.

3. Pengaruh ROA terhadap Harga Saham


50

Return On Assets (ROA) merupakan rasio yang berhubungan aspek

profitabilitas. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk

mengukur efektivitas kinerja perusahaan dalam memperoleh laba dengan

memanfaatkan aktiva yang dimiliki. Semakin besar ROA suatu bank, maka

semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset.

(Dendawijaya,2000:120). Indikator yang digunakan untuk mengukur

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dalam dunia perbankan

dapat dihitung dengan return on assets (ROA). Kaitannya dengan harga

saham, ROA mempunyai hubungan yang positif karena sesuai teori dengan

ROA yang tinggi berarti rasio profitabilitas juga tinggi. Dengan pencapaian

laba yang tinggi, maka investor dapat mengharapkan keuntungan dari

deviden karena pada hakekatnya dalam ekonomi konvensional, motif

investasi adalah untuk memperoleh laba yang tinggi maka, apabila suatu

saham menghasilkan deviden yang tinggi ketertarikan investor juga akan

meningkat, sehingga kondisi tersebut akan berdampak pada peningkatan

harga saham.

Penetapan ROA berpengaruh terhadap harga saham ini didasarkan

pada penelitian Sundari (2003) dan Tadi (2005).

4. Pengaruh RORA terhadap Harga Saham

Return On Risked Assets (RORA) merupakan rasio keuangan yang

berhubungan dengan segi aset perusahaan yang dinilai melalui kualitas

aktiva produktifnya. Indikator yang digunakan adalah RORA. RORA adalah

rasio yang membandingkan antara pendapatan operasional dengan besarnya


51

risked asset (total loans dan invesments) yang dimiliki. RORA mengukur

kemampuan bank dalam usahanya mengoptimalkan penanaman aktiva yang

dimiliki untuk memperoleh laba (Sumarta, 2000:28). Berdasarkan pada teori

semakin tinggi RORA maka akan semakin tinggi pula harga saham. Karena

bank yang mempunyai RORA tinggi berarti bank tersebut telah mampu

mengoptimalkan modalnya dalam rangka memperoleh laba, sehingga akan

menjadi pertimbangan bagi para investor untuk melakukan penanaman

modal. Penetepan RORA berpengaruh terhadap harga saham didasarkan

pada penelitian Sundari (2003) dan Magdalena (2004) yaitu RORA

berpengaruh positif terhadap harga saham.

5. Pengaruh NIM terhadap Harga Saham

Net Interest Margin (NIM) merupakan rasio keuangan yang berfungsi

untuk mengukur kemampuan bank dalam mengelola aktiva produktif untuk

menghasilkan net interest income. Net Interest Margin (NIM). NIM yaitu

perbandingan antara jumlah pendapatan bunga bersih yang diperoleh dengan

menggunakan aktiva produktif yang dimiliki oleh bank (Tarmizi dan

Willyanto, 2003:37-38). Digunakan NIM ini bertujuan untuk mengetahui

secara langsung keuntungan dari pendapatan bunga bersihnya. Semakin

tinggi rasio NIM maka meningkatkan pendapatan bunga atas aktiva

produktif yang dikelola oleh bank sehingga kemungkinan suatu bank berada

dalam kondisi bermasalah semakin kecil, dengan begitu manajemen

perusahaan telah dianggap bekerja dengan baik, peningkatan NIM

menandakan bahwa perbankan mampu meningkatkan pendapatan bunga


52

bersih atau pihak perbankan mampu memperbesar spread antara suku bunga

kredit dengan suku bunga dana, sehingga akan diperoleh tanggapan positif

dari pelaku pasar modal terutama dari sudut harga sahamnya, sehingga dapat

digunakan pertimbangan oleh investor dalam menentukan keputusan

investasi sahamnya. Dengan kata lain semakin tinggi nilai NIM suatu bank

maka akan semakin tinggi pula harga sahamnya, sehinga NIM mempunyai

hubungan yang positif terhadap harga saham.

Berdasarkan uraian diatas maka perubahan harga saham di bursa atau

pasar sekunder lebih dipengaruhi oleh beberapa faktor yang salah satunya

adalah faktor internal perusahaan. Dengan lebih memperhatikan pada kinerja

keuangan perusahaan yang merupakan faktor internal perusahaan yang dapat

dilihat melalui rasio-rasio keuangan perusahaan investor dapat memprediksi

prospek keuntungan dalam berinvestasi . Pada dasarnya perusahaan yang

baik kinerjanya akan mempunyai harga saham yang tinggi (Ang: 1997:8)

karena dalam dunia investasi harga saham dapat direfleksikan pada kinerja

keuangan perusahaan, dimana semakin tinggi harga saham maka suatu

perusahaan akan dikatakan semakin baik kinerjanya. Kerangka pemikiran

antara kinerja keuangan dengan harga saham digambarkan seperti pada

bagan 2.1 di bawah:

Perusahaan Perbankan

Laporan Keuangan

Rasio Keuangan
Bank
53

CAR RORA NIM ROA LDR

CAR CAR RORA RORA NIM NIM ROA ROA LDR LDR
Naik Turun Naik Turun Naik Turun Naik Turun Naik Turun

Modal Modal P.Aktiva P.Aktiva Laba bunga Laba bunga Laba Laba Likuiditas Likuiditas
Kuat Lemah Maks. Minim. Tinggi Rendah Tinggi Rendah Rendah Tinggi
Kep.masy Kep.masy Kep.Masy Kep.Masy Kep.Masy Kep.Masy Kep.Masy Kep.Masy Kep.Masy Kep.Masy
meningkat menurun meningkat menurun meningkat menurun meningkat menurun menurun meningkat

Harga Saham Naik

Harga Saham Turun

Gambar 2.1. Hubungan Kerangka Berpikir kinerja keuangan perusahaan

perbankan yang berpengaruh terhadap harga saham.

2.7 HIPOTESIS PENELITIAN

Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara

terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul

(Arikunto,2002:64)
54

Berdasarkan teori dan kerangka berpikir diatas, maka diajukan hipotesis

penelitian sebagai berikut :

Ha1 : Terdapat pengaruh antara kinerja keuangan perusahaan perbankan

yang terdiri dari Capital Adequacy Ratio (CAR), Return On Risked

Assets (RORA), Net Interest Margin (NIM), Return On Assets

(ROA), dan Loan to Deposit Ratio (LDR) secara parsial terhadap

harga saham.

Ha2 : Terdapat pengaruh antara kinerja keuangan perusahaan perbankan

yang terdiri dari Capital Adequacy Ratio (CAR), Return On Risked

Assets (RORA), Net Interest Margin (NIM), Return On Assets

(ROA), dan Loan to Deposit Ratio (LDR) secara simultan terhadap

harga saham
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian studi kasus terhadap

perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta periode 2003-

2005. Studi kasus merupakan penelitian yang dilakukan secara intensif, terinci

dan mendalam terhadap suatu organisme, lembaga atau gejala tertentu

(Arikunto, 1996 : 129). Periodisasi data penelitian yang mencakup data

keuangan bank periode tahun 2003-2005 dipandang cukup mewakili kondisi

perbankan di Indonesia pada saat itu dan indikator-indikator keuangan pada

periode itu dapat digunakan untuk menganalisa maupun mengetahui kinerja

keuangan bank.

3.2. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan (totality) obyek psikologis (psychological

objects) yang dibatasi oleh kriteria tertentu (Rasyid,1993:1). Dalam penelitian

ini yang dimaksud obyek psikologis adalah laporan keuangan bank go public

selama tiga tahun 2003-2005 yang memiliki ukuran populasi population size

berjumlah 54, yaitu laporan keuangan 18 bank selama tiga tahun. Populasi

dalam penelitian ini merupakan keseluruhan data laporan keuangan bank go

public yang nantinya akan menjadi cakupan kesimpulan penelitian.

55
56

Populasi yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah seluruh bank

go public yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta yang mengeluarkan laporan

keuangan tahunan berdasarkan Surat Edaran No. 27/5/ UPPB tanggal 25

januari 1995, yaitu perbankan diwajibkan mempublikasikan laporan keuangan

dimedia cetak dua kali setiap akhir Juni dan Desember. Dalam penelitian ini

digunakan laporan keuangan laporan keuangan akhir Desember.

Berikut adalah daftar perusahaan bank yang tergolong dalam populasi

penelitian :

Tabel 3.1 Daftar Populasi Perusahaan bank Go public

NO. Nama Bank


1 PT. Bank Permata Tbk.
2 PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk.
3 PT. Bank Panin Tbk.
4 PT. Bank Arta Niaga Kencana Tbk.
5 PT. Bank Negara Indonesia Tbk.
6 PT. Bank Buana Indonesia Tbk.
7 PT. Bank Mayapada Intrnsional Tbk.
8 PT. Bank Niaga Tbk.
9 PT. Bank BII Tbk.
10 PT. Bank NISP Tbk.
11 PT. Bank Central Asia Tbk.
12 PT. Bank Danamon Tbk.
13 PT. Bank Mega Tbk.
14 PT. Bank Victoria Tbk
15 PT. Bank Swadesi Tbk
16 PT. Bank Mandiri Tbk
17 PT. Bank Kesawan Tbk
18 PT. Bank Nusantara Parahyangan Tbk

Sumber data : Indonesian Capital Market Directory ( ICMD ) 2006


57

Penelitian ini merupakan data time series, jadi jumlah data sesuai dengan

jumlah keseluruhan populasi yaitu data laporan keuangan dari 18 perusahaan

bank selama tiga tahun 2003-2005.

3.3. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik

perhatian dalam suatu penelitian (Arikunto, 1998 : 97). Variabel dibedakan

menjadi dua yaitu variabel independen (variabel bebas) dan variabel dependen

(variabel terikat).

3.3.1 Variabel Independen (X).

Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang tidak

dipengaruhi atau tidak tergantung oleh variabel lain dengan kata lain variabel

mempengaruhi variabel lain (Algifari 2000 :2).

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan perusahaan

perbankan yang diproksikan dengan rasio keuangan CAR, RORA, NIM, ROA,

dan LDR dari laporan keuangan perusahaan perbankan yang terdaftar (listed)

di Bursa Efek Jakarta periode 2003-2005 sebanyak 18 perusahan perbankan.

Rasio keuangan tersebut meliputi :

1. Capital Adequacy Ratio (CAR), (X1). Rasio kecukupan modal bank.

Dalam penelitian ini CAR adalah nilai CAR pada laporan keuangan bank

yang terdaftar di BEJ periode 2003-2005. Data CAR diperoleh dari

laporan perhitungan rasio keuangan bank yang dipublikasikan melalui


58

situs JSX fact book yang diperoleh dengan perbandingan antara jumlah

modal dengan Aktiva Tetimbang Menurut Risiko (ATMR).

Modal
CAR = × 100%
ATMR

(Susilo,2000)

2. Return on Risked Assets (RORA), (X2). Rasio Kualitas Aktiva.

RORA adalah rasio yang mengukur kemampuan bank dalam

mengoptimalkan aktiva yang dimiliki untuk memperoleh laba. Data

RORA diperoleh dari laporan perhitungan rasio keuangan bank dengan

perbandingan antara Operating Income dengan total loan dan investments

yang dimiliki. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:

Operating Income
RORA = x 100 %
Total Loans + Investment
(Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP Tahun 2004)

3. Net Interest Margin (NIM), (X3). Rasio Perolehan Bunga

Net Interest Margin (NIM), adalah rasio yang mengukur kemampuan

manajemen bank dalam menghasilkan net interest income yang diperoleh

dari pengelolaan aktiva produktif yang dimiliki. Data NIM diperoleh dari

perhitungan rasio dari laporan keuangan bank dengan membandingkan

antara pendapatan bunga bersih dengan jumlah aktiva produktif. Kegiatan

manajemen suatu bank yang mencakup menajemen permodalan,

manajemen kualitas aktiva, manajemen umum, manajemen rentabilitas,

dan manajemen likuiditas pada akhirnya akan mempengaruhi dan


59

bermuara pada perolehan laba bank tersebut (Payamta dan

Machfoedz,1999:32).

Pendapa tan Bunga Bersih


NIM = x 100%
Aktiva Pr oduktif

(Tarmizi dan Willyanto, 2003 dan SE BI No.3/30/DPNP/2001)

4. Return On Asset (ROA), (X4). Rasio Profitabilitas.

Return On Assets (ROA), adalah rasio yang mengukur kemampuan

manjemen bank dalam menghasilkan tingkat profitabilitas dan efektifitas

perusahaan dengan memanfaatkan seluruh aset yang ada. ROA merupakan

rasio rentabilitas yang menunjukkan efektifitas perusahaan dalam

menghasilkan keuntungan bersih atau laba selama periode tertentu. Data

ROA diperoleh dari laporan perhitungan rasio keuangan bank dengan

perbandingan antara laba bersih dengan total aktiva. Secara matematis

dapat dirumuskan sebagai berikut :

Laba Bersih
ROA = x 100 %
Total Aktiva

(Hanafi dan Halim, 2003)


5. Loan to Deposit Ratio (LDR), (X5). Rasio Likuiditas.

LDR adalah rasio yang mengukur tingkat likuiditas bank untuk

menjadikan kreditnya sebagai sumber likuiditas menunjukkan seberapa

besar kemampuan bank guna membayar hutang-hutangnya dan membayar

kembali pada deposannya. Tingkat likuiditas bank diukur dengan

menggunakan rasio kredit yang diberikan terhadap dana pihak ketiga yang

diterima.
60

Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:

Kredit yang diberikan


LDR = x 100 %
Dana pihak ketiga
(Sumber, : kasmir 2002)
3.3.2 Variabel Dependen (Y)

Variabel dependen atau variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi

oleh variabel bebas. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah harga

saham, harga saham yang digunakan sebagai dasar perhitungan adalah harga

saham rata-rata perusahaan perbankan pada saat penutupan (closing price) tiga

hari sebelum dan setelah tanggal publikasi pada laporan keuangan perusahaan

perbankan di Bursa Efek Jakarta (BEJ) periode tahun 2003-2005. Karena

harga pasar pada saat closing price merupakan harga yang dihasilkan oleh

interaksi pasar atas informasi yang diterima.

Harga saham rata - rata =


∑ value share traded t
∑ volume share traded t
Magdalena dalam Hasbi
(2004)

3.4 Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data historis

laporan keuangan yang telah dikumpulkan atau dihimpun oleh Indonesian

Capital Market Directory (ICMD) dan situs JSX (Jakarta Stock Exchange)

yang berupa financial report laporan bank go public periode 2003-2005 yang

dipublikasikan untuk umum serta tercantum dalam direktori perbankan


61

Indonesia yang diterbitkan Bank Indonesia dan situs BEJ serta dari sumber-

sumber lainnya.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

melalui metode dokumentasi :

3.4.1 Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data mengenai hal-hal

atau variabel berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,

notulen, rapat, agenda, dan lain-lain. (Arikunto, 2002: 206). Dokumentasi

didalam penelitian ini didapat dari data-data lunak dan tertulis berupa

laporan keuangan perusahaan perbankan yang terdaftar (listed) secara umum

di Bursa Efek Jakarta.

3.5 Metode Analisis Data

Analisis data adalah cara-cara mengolah data yang telah terkumpul untuk

kemudian dapat memberikan interpretasi. Hasil pengolahan data ini digunakan

untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan. Penelitian ini

menggunakan analisis deskriptif dan analisis regresi berganda untuk mengukur

pengaruh kinerja keuangan terhadap harga saham perbankan.

3.5.1 Analisis Deskriptif

a. Capital Adequacy Ratio (CAR)

CAR adalah rasio yang membandingkan modal sendiri dengan aktiva

tertimbang menurut resiko (ATMR). Perbandingan ini dicari untuk

mengukur kemampuan bank dalam menanggung risiko yang mungkin


62

terjadi sehingga kebutuhan nasabah akan terjamin. Berikut adalah

ketentuan tingkat CAR dari Bank Indonesia :

Tabel 3.2
Tingkat Capital Adequacy Ratio
Tingkat Peringkat
8 % Keatas Sehat
6,4 – 8 % kurang Sehat
Di bawah 6,4 % Tidak sehat
Sumber : www.bi.go.id

b. Return on Risked Assets (RORA)

RORA merupakan rasio antara pendapatan operasi dengan risk assets.

RORA mengukur kemampuan bank dalam mengoptimalkan penanaman

aktiva yang dimiliki dalam memperoleh laba.

Berikut adalah ketentuan tingkat RORA dari Bank Indonesia :

Tabel 3.3
Tingkat Return On Risked Asets
Tingkat Peringkat
Dibawah 3,35% Tidak Sehat
3,35% - 5,60% Kurang Sehat
5,60 % - 7,85 % Cukup sehat
Diatas 7,85 % Sehat
Sumber : www.bi.go.id

c. Net Interest Margin (NIM)

NIM merupakan rasio yang mengukur kemampuan kinerja manajemen

bank dalam menghasilkan pendapatan bunga bersih dari aktiva produktif

yang dimiliki. Rasio ini menggambarkan tingkat jumlah pendapatan bersih

yang diperoleh dengan menggunakan aktiva produktif yang dimiliki bank.

d. Return On Asset (ROA)

ROA merupakan rasio perbandingan antara laba/rugi bersih dengan

total assets. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam
63

mendapatkan laba bersih dengan menggunakan seluruh aset yang ada.

Berikut adalah ketentuan tingkat ROA dari Bank Indonesia :

Tabel 3.4
Tingkat Return On Assets
Tingkat Peringkat
Diatas 1,22% Sehat
0,99% - 1,22% Cukup Sehat
0,77 % - 0,99 % Kurang sehat
Dibawah 0,77 % Tidak Sehat
Sumber : : www.bi.go.id

e. Loan to Deposit Ratio (LDR)

LDR merupakan rasio perbandingan total kredit terhadap dana pihak

ketiga. Perbandingan ini untuk menunjukkan kemampuan likuiditas bank

untuk menjadikan kreditnya sebagai sumber likuiditas. Berikut adalah

ketentuan tingkat LDR dari Bank Indonesia :

Tabel 3.5
Tingkat Loan to Deposit Ratio
Tingkat Peringkat
Dibawah 93,75 % Sehat
93,75% - 97,5% Cukup Sehat
97,5 % - 101,25 % Kurang sehat
Diatas 101,25 % Tidak Sehat
Sumber : www.bi.go.id

3.5.2. Analisis Regresi Berganda

Secara umum, analisis regresi adalah studi mengenai ketergantungan

variabel dependen (terikat) dengan satu atau lebih variabel independen (bebas)

dengan tujuan untuk mengestimasi atau memprediksi rata-rata populasi atau

nilai rata-rata variabel dependen berdasarkan nilai variabel independen yang


64

diketahui (Gujarati, 2003:72). Pengujian hipotesis dalam penelitian

menggunakan analisis regresi berganda.

Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui apakah rasio

keuangan yang merupakan variabel bebas dapat mengukur tingkat harga

saham.

Analisis ini untuk menunjukkan hubungan pengaruh antara kinerja

keuangan yang diproksikan dengan rasio CAR (x1), RORA (x2), NIM (x3),

ROA (x4), dan LDR (x5). Terhadap perubahan harga saham perusahaan

perbankan (Y).

Persamaan regresi linier ganda adalah sebagai berikut:

Y = a + bX1+b X2+bX3 +bX4+bX5+ e

Keterangan :

Y = Harga Saham Perusahaan Perbankan

a = Bilangan Konstanta

b = Koefisien regresi variabel independen.

X1, X2, X3, X4, X5 = Prediktor ( CAR, RORA, NIM, ROA, LDR)

e = Residual

Spesifikasi model tersebut harus memenuhi berbagai asumsi klasik

sebagai berikut : (Algifari,2000 : 83 ).

1. Non Multikolinieritas, yaitu antara variabel independen yang satu

dengan yang lain dalam model regresi tidak saling berhubungan secara

sempurna atau mendekati sempurna.

2. Homoskedastis, yaitu varian semua variabel adalah konstan.


65

3. Non-Otokorelasi, yaitu tidak terdapat pengaruh dari variabel dalam

model melalui tenggang waktu (time lag)

4. Nilai rata-rata kesalahan (error) populasi dalam model stokhastiknya

adalah sama dengan nol

5. Variabel independen adalah non-stokhastik (artinya nilai X dianggap

tetap dalam sampel yang berulang).

Apabila dalam model telah melakukan asumsi klasik tersebut, maka

model tersebut dapat dikatakan sebagai model yang ideal, dalam ekonometrika

dinamakan BLUE (Best Linier Unbiased Estimato). Untuk menguji apakah

model yang digunakan diterima secara ekonometrika dan apakah estimator

yang diperoleh dengan metode kuadrat terkecil sudah memenuhi syarat

BLUE, maka dapat dilakukan uji multikolinearitas, uji heteroskedastis dan uji

otokorelasi.

Pembuktian hipotesis dilakukan dengan :

1. Uji t atau Uji Parsial

Digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel bebas

terhadap variabel terikat.

1. Jika thitung < ttabel (n-k-1) maka menerima hipotesis nol (Ho) artinya variabel

rasio keuangan (CAR, RORA, NIM, ROA, LDR) tersebut tidak berpengaruh

terhadap perubahan harga saham perusahaan perbankan.

2. Jika thitung > ttabel (n-k-1) maka menolak hipotesis nol (Ho) dan menerima

hipotesis alternatif (Ha), maknanya secara parsial setiap rasio keuangan


66

(CAR, RORA, NIM, ROA, LDR) yang menyatakan bahwa suatu variabel

independen secara individual mempengaruhi variabel dependen.

3. Menentukan tingkat signifikansi yaitu sebesar 0,05 (ά = 0,05)

2. Uji F atau Uji Simultan

Uji F dilakukan untuk menguji signifikansi pengaruh tingkat kinerja

bank terhadap terjadinya perubahan harga saham secara simultan.

Digunakan untuk mengetahui adanya pengaruh secara bersama-sama

antara variabel bebas terhadap variabel terikat atau dependen. Pengujian ini

dilakukan menggunakan uji distribusi F, yaitu dengan membandingkan antara

kritis (Ftabel ) dengan F hitung (Frasio ).

1. Jika Fhitung < Ftabel (k-1,n-k) maka diterima hipotesis nol (Ho), artinya secara

statistik dapat dibuktikan bahwa semua variabel setiap rasio keuangan (CAR,

RORA, NIM, ROA, LDR) tidak berpengaruh terhadap perubahan harga

saham perusahaan perbankan.

2. Jika Fhitung > Ftabel (k-1,n-k) maka menolak hipotesis nol (Ho) dan menerima

hipotesis alternatif (Ha), artinya secara simultan dapat dibuktikan bahwa

semua variabel rasio keuangan (CAR, RORA, NIM, ROA, LDR) berpengaruh

terhadap perubahan harga saham perusahaan perbankan.

3. Menentukan tingkat signifikansi yaitu sebesar 0,05 (ά = 0,05)

3. Koefisien Determinasi. ( R2)

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai

koefisien determinasi adalah antara 0 dan 1. Nilai R2 yang kecil berarti


67

kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel

dependen amat terbatas (Ghozali, 2005:31). Nilai yang mendekati 1(satu)

berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi

yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.

3.6 Analisis Ekonometri (Pengujian Asumsi Klasik)

Pengujian jenis ini digunakan untuk menguji asumsi, apakah model

regresi yang digunakan dalam penelitian ini memenuhi asumsi klasik layak uji

atau tidak. Uji asumsi klasik digunakan untuk memastikan bahwa otokorelasi,

multikorelasi dan heteroskedastisitas tidak terdapat dalam model yang

digunakan dan data yang digunakan terdistribusi normal. Jika semua itu

terpenuhi bahwa model analisis telah layak digunakan (Gujarati, 2003:86). Uji

penyimpangan asumsi klasik dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai

berikut :

3.6.1 Uji Multikolinieritas

Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menunjukkan apakah terdapat

hubungan (korelasi) yang sempurna atau mendekati sempurna antar variabel

bebas yang terdapat dalam model, yaitu koefisien korelasinya tinggi atau

bahkan satu (Algifari, 2000: 84). Untuk mengetahui ada atau tidaknya gejala

multikolinieritas dilakukan dengan melihat harga VIF (Variance Inflation

Factor) melalui SPSS. Apabila nilai tolerence-nya diatas 0,1 dan VIF
68

dibawah 10, maka model regresi bebas dari multikolinieritas

(Ghozali,2002:65).

3.6.2 Uji Otokorelasi

Uji Otokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah dalam suatu model

regresi linier terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode

pertama dengan kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya.

Otokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu

berkaitan satu sama lain. Masalah ini muncul karena residual (kesalahan

pengganggu) tidak bebas di satu observasi ke observasi lain. Uji yang

digunakan untuk mendeteksi adanya otokorelasi dapat diketahui dengan

deteksi uji Durbin Watson Test (DW) yang telah ada klasifikasinya untuk

menilai perhitungan yang diperoleh, jika DW terletak diantara du dan 4-du

maka disimpulkan tidak terjadi otokorelasi (Algifari, 2000 : 89). Dasar yang

digunakan untuk pengambilan keputusan untuk n = 54, dan k = 5 adalah

sebagai berikut (Algifari, 2000:86).

Tabel 3.6 Durbin Watson


Hasil Perhitungan Klasifikasi
Kurang dari 1,38 Ada Otokorelasi
1,38 sampai dengan 1,77 Tanpa Kesimpulan
1,77 sampai dengan 2,23 Tidak ada Otokorelasi
2,23 sampai dengan 2,62 Tanpa Kesimpulan
Lebih dari 2,62 Ada Otokorelasi
(Algifari, 2000: 89).

3.6.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah didalam model regresi

didapat penaksir yang efisien baik dalam sampel besar maupun kecil karena

itu maka dilakukan uji heteroskedastisitas. Melalui SPSS dapat dilihat pola
69

yang dihasilkan dari scatter plot. Apabila scatter plot menunjukkan pola

tertentu maka model regresi dinyatakan memiliki gejala heteroskedastisitas,

(Ghozali,2000:210). Untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas yaitu

dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada scatterplot yang

menunjukkan hubungan antara Regression Studentised Residual (SRESID)

dengan Regression Standardized Predicted Value (ZPRED) (Ghozali,

2001). Dasar pengambilan keputusan berkaitan dengan gambar tersebut

adalah :

1. Jika terdapat pola tertentu, yaitu titiknya membentuk pola tertentu dan

teratur (bergelombang,melebar kemudian menyempit), maka

diindikasikan terdapat masalah heteroskedastisitas.

2. Jika tidak terdapat pola yang jelas, yaitu jika titik-titiknya menyebar

diatas dan dibawah angka nol pada sumbu Y, maka diindikasikan tidak

terdapat masalah heteroskedastisitas.

3.6.4 Uji Normalitas

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi,

variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal

ataukah tidak. Pengujian normalitas dapat dilakukan dengan mengamati

grafik Normal Probability Plot yang dihasilkan melalui perhitungan SPSS.

Apabila grafik tersebut menunjukkan titik-titik yang menyebar disekitar

garis lurus diagonal dan mengikuti arah garis tersebut atau berada disekitar

dan sepanjang garis 450, maka regresi memiliki distribudi data normal,

sebaliknya jika titik-titik menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak
70

mengikuti arah garis tersebut, maka regresi tidak memenuhi asumsi

normalitas, (Ghozali, 2000 : 214 ).

Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan

komputer menggunakan program Statistical Product and Service Solution

(SPSS) 12.0.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Deskripsi Obyek Penelitian

1. PT Bank Permata Tbk.

Berdiri pada tanggal 19 februari 1957 dengan nama PT.Bank Bali.

Pada tanggal 18 Oktober 2002 berganti nama menjadi PT. Bank Permata

Tbk yang merupakan penggabungan usaha dari PT.Bank Universal Tbk,

PT.Bank Artamedia, PT.Bank Patriot, dan PT.Bank Prima Express.

Nama bank telah listing di Bursa Efek Jakarta tanggal 10 Januari 1990

atas nama Bank Bali. Bank ini memiliki 302 kantor cabang dan cabang

pembantu domestik dengan kantor pusat di bank Bali Tower Lt. 15 Jend.

Sudirman No. 58 Jakarta.

Pada tanggal 15 januari 1990 bank melakukan penawaran saham

perdananya sebanyak 3.999.000 lembar dengan nilai nominal sebesar

Rp. 3.999,00 melalui Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya.

Sampai akhir 2003, kepemilikan saham sebesar 97,17% dikuasai

pemerintah indonesia dan sisanya sebesar 2,83% dikuasai oleh publik.

2. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk.

PT. Bank Rakyat Indonesia didrikan pada tanggal 18 Desember 1968

berdasarkan Undang-undang No.21 Tahun 1968. Pada tanggal 29 April

1992, berdasarkan peraturan pemerintah Republik Indonesia No.21

71
72

tahun 1992, bentuk badan hukum BRI diubah menjadi perusahaan

perseroan (Persero). Pengalihan BRI menjadi persero diaktakan dengan

akta No. 133 tanggal 31 juli 1992. Anggaran dasar BRI telah mengalami

beberapa kali perubahan, antara lain dengan akta No.7 tanggal 4

september 1998 pasal 2 tentang jangka waktu berdirinya perseroan dan

pasal 3 tentang maksud dan tujuan serta kegiatan usaha. Berdasarkan

pasal 3 anggaran dasar BRI yang terakhir, ruang lingkup kegiatan BRI

adalah turut melaksanakan dan menunjang kebijakan dan program

pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada

umumnya, khususnya dengan melakukan usaha di bidang perbankan

sesuai dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku, termasuk

melakukan kegiatan sesuai dengan prinsip syariah.

3. PT. Bank Panin Tbk.

Bank Pan Indonesia (Panin), berdiri sejak tanggal 18 Agustus 1971

dengan nama PT. Bank Pan Indonesia Tbk. Semula bank ini berdiri atas

penggabungan usaha antara Bank Abadi Jaya tahun 1971, Bank Lingga

Artha tahun 1973, Bank Pembanguan Ekonomi tahun 1975, dan Bank

Pembangunan Sulawesi tahun 1975. Kepemilikan atas saham bank ini

diantaranya dipegang oleh PT. Panin Life sebesar 41,98%, Votraint No.

1103 PTY Limited sebesar 11,16%, Cristal Chain holding Ltd. sebesar

8,99%.dan sisanya dimiliki publik sebesar 29,02%.

4. PT. Bank Arta Niaga Kencana Tbk.


73

PT. Bank Arta Niaga Kencana Tbk. pertama kali didirikan di

Surabaya pada tanggal 18 september 1969 dengan nama PT. Bank

Surabaja Djaya. Perusahaan ini bergerak dalam bidang perbankan

dengan wilayah operasinya hanya pada lingkup daerah Jawa Timur.

Setelah tanggal 10 April 1984 PT. Bank Surabaja Djaya berubah nama

menjadi PT. Bank Arta Niaga Kencana Tbk. atau Bank ANK. Untuk

memperbesar perusahaanya, pada tahun 1989 Bank ANK membuka

cabangnya di Jawa Tengah dan Jakarta.

Pada tanggal 28 September 2000, Bank ANK merubah statusnya

menjadi bank yang go public. Pada awalnya saham perusahaan bank ini

dikeluarkan atau dijual sebanyak 50 juta lembar saham dengan nilai

perlembarnya Rp.500,00 dan memperoleh tambahan modal sebesar Rp.

25 miliar. Tambahan dana tersebut di alokasikan sebagai biaya

operasional diantaranya untuk pembiayaan pembangunan kantor cabang

yang baru dan peningkatan kualitas teknologi informasi perusahaan.

Sampai pada tahun 2003, Bank ANK mempunyai 19 kantor yang

terdiri dari satu kantor pusat operasional, enam kantor cabang, dan dua

belas kantor cabang pembantu. Sampai pada akhir tahun 2005

kepemilikan atas saham bank ANK meliputi dari berbagai perusahaan

diantaranya : PT. Murni Galaxy yang memiliki hak atas saham sebesar

22%, PT. Giga Galaxy yang menguasai 22%, PT. Samudera Anugerah

Megah yang memiliki 11% kepelimilikan atas saham perusahaan, PT.

Ramadewan yang memiliki 7% saham, PT. Prima Rukun Langgeng yang


74

menguasai 7% atas saham, dan PT. Finkom Surya Puttra yang

mempunyai kepemilikan atas saham sebesar 4% dan sisanya dikuasai

oleh publik.

5. PT. Bank Mandiri Tbk.

PT. Bank Mandiri Tbk. berdiri tepatnya pada tanggal 2 Oktober

1998. PT. Bank Mandiri merupakan suatu penggabungan usaha atau

merger dari beberapa badan atau lembaga keuangan perbankan lainnya

yang dianggap tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh

pemerintah melalui Bank Indonesia sehingga terkena likuidasi.

Perusahaan tersebut diantaranya PT. Bank Bumi Daya, PT.Bank.

Dagang Negara, PT. Bank Ekspor Impor, dan PT. Bank Pembangunan

Indonesia.

Setelah diadakan penggabungan usaha atau merger dari empat

lembaga keuangan perbankan tadi, dan sejalan dengan proses

perkembangannya, PT. Bank Mandiri menjadi perusahaan perbankan

yang terbesar dan terluas di Indonesia.

6. PT. Bank Negara Indonesia Tbk.

PT. Bank Negara Indonesia Tbk. Berdiri pada tanggal juli 1946

dengan nama Bank Negara Indonesia 1946, kemudian berubah menjadi

Bank Negara Indonesia (Persero) pada tanggal 31 juli 1992. Pada

tanggal 25 November 1996 bank dinyatakan go public , kemudian pada

tanggal 28 Oktober 1996, bank melakukan penawaran perdana sahamnya


75

sebanyak 1.085.032.000 lembar saham seri B dengan nilai nominal Rp.

500,00 dan harga penawaran Rp.850,00 yang dilakukan di Bursa Efek

Jakarta dan Bursa Efek Surabaya. Kepemilikan atas saham perusahaan

diantaranya 99,10% dipegang oleh Pemerintah Indonesia, dan sisanya

sebesar 0,9% dikuasai oleh publik.

7. PT. Bank Buana Indonesia Tbk.

Bank ini mulai beroperasi sebagai bank komersial pada tanggal 3

Agustus 1956 dengan nama PT. Bank Buana Indonesia, pada tanggal 6

September 2000, berganti nama menjadi Bank Buana Indonesia.

Bank ini merupakan merger antara PT. Bank Pembinaan Nasional (1972)

yang berpusat di Bandung, PT. Bank Kesejahteraan Masyarakat (1974)

yang berpusat di Semarang, dan PT. Bank Aman makmur (1975) yang

berpusat di Jakarta. Pada tahun 1989 mengadakan join venture dengan

Mitsubishi Buana bank.

Bank ini tercatat masuk pasar bursa pada tanggal 28 juli 2000.

Penawaran perdana saham pada bulan Juni sebanyak 194.000 lembar

dengan nilai nominal Rp.500,00 dan nilai penawaran Rp.700,00. Bank

Buana Indonesia mempunyai kantor pusat di jalan Gajah Mada No. 1A

Jakarta 10130. Kepemilikan atas saham dari bank ini diantaranya

PT.Sari Dasa karsa yang memiliki saham 55,45%, IFC memiliki saham

6,7%, PT. Makindo Tbk. memiliki saham 5,97%, dan sisanya sebesar

31,86% dimiliki oleh publik.

8. PT. Bank Mayapada Internasional Tbk.


76

PT. Bank Mayapada berdiri pada tahun 1989 di Jakarta dibawah

naungan PT. Bank Mayapada International. Kemudian pada tahun 1995

berubah dengan nama PT. Bank Mayapada Internasional. Bank mulai

melakukan kegiatan operasional pada tahun 1990. Berdasarkan surat

keputusan menteri keuangan No.342/KMK.013/1990 pada tanggal 16

Maret 1990. Untuk lebih meningkatkan mutu serta pelayanan pada

nasabah, perusaahaan memperluas wilayah operasionalnya, dengan

membuka kantor operasional diluar Jakarta dan Syrabaya, Semarang,

Solo, dan Denpasar, yang memiliki kesamaan tingkat pelayanan pada

nasabah pada tiap kantor operasionalnya.

9. PT. Bank Niaga Tbk.

Berdiri pada tanggal 30 September 1955 dengan nama PT. Bank

Niaga. Tahun 1973 Bank Niaga melakukan penggabungan usaha dengan

Bank Agung, dan tahun 1983 dengan Bank Amerta. Bank ini memiliki 5

wilayah yang membawahi 181 kantor cabang domestik. Kepemilikan

atas saham bank dipegang Oleh Commerce Asset ( Holding Bernad

Malaysia),sebesar 52,82%, BPPN sebesar 26,15% dan sisanya sebesar

21,03%, dikuasai oleh publik.

10. PT. Bank Internasional Indonesia Tbk.

PT. Bank Internasional Indonesia Tbk berdiri pada tanggal 13

Oktober 1959 dengan nama PT. Bank Internasional Indonesia.

Merupakan hasil dari merger PT. Bank Tabungan Umum 1859 pada

tahun 1979.
77

PT.Bank Internasional Indonesia Tbk melakukan penawaran perdana

sahamnya pada bulan Oktober 1989 sejumlah 12 juta lembar dengan

nilai nominal Rp. 1000,00 per lembar. Saham bank masuk bursa pada

tanggal 21 November 1989. Kepemilikan atas saham bank ini

diantaranya oleh Sorak Financial Holdings Pte.Ltd. sebesar 56,88%,

PT.PPA qq menteri Keuangan Republik Indonesia sebesar 20,78% dan

sisanya sebesar 22,34% dimiliki oleh publik.

11. PT. Bank NISP Tbk.

PT. Bank NISP berdiri pada tanggal 17 Mei dengan nama NV.

Nederlands Indische Spaar Deposito . Pada tahun 1972 berganti nama

menjadi PT. Bank NISP. Bank NISP tercatat masuk bursa pada tanggal

20 Oktober 1994. Kepemilikan saham atas bank ini diantaranya

dipegang oleh OCBC (OFC Nominees Pte.Ltd) sebesar 22,50%, oleh

International Finance Corporation sebesar 15, 05%, PT.Udayawira

Utama sebesar 11,63%, PT. Suryasono Sentosa, dan sisanya sebesar

39,19% dimiliki oleh publik.

12. PT. Bank Central Asia Tbk.

Bank BCA berdiri pada tanggal 10 Agustus 1955 di Jakarta dengan

nama Bank Central NV. BCA semula merupakan penggabungan usaha

antara Bank Sarana Indonesia (1976), Bank Gemari (1976), dan Indo

Commercial Bank (1979). Pada tanggal 11 Mei 2000, bank ini merubah

statusnya menjadi bank go public dengan menawarkan sahamnya sebesar

66,4 juta lembar saham dengan nilai nominal Rp.500,00 dan nilai
78

penawaran sebesar Rp. 1400,00. Perubahan status BCA ini merupakan

usulan dari IBRA (Indonesian Bank Restructuring Agency) yang

bertujuan agar BCA tidak mengalami kesulitan likuiditas akibat krisis

ekonomi. Kepemilikan atas saham BCA diantaranya Farindo Investment

(Mauritius) Ltd. sebesar 51,37%, Indonesian Government sebesar

5,04%, Andre Halim 2,06%, Antoni Salim sebesar 1,82%, Soedono

Salim sebesar 1,10%, dan sisanya sebesar 38,61% dimiliki oleh publik.

13. PT. Bank Danamon Tbk.

Bank Danamon berdiri dan mulai beroperasi sejak bulan Juli 1956

dengan nama PT. Bank Kopra dan mulai terdaftar sebagai bank

komersial pada bulan september 1956 dan menjadi foreign Exchange

bank pada bulan November 1998. Nama Bank Kopra Indonesia berganti

dengan nama PT.Bank Persatuan Indonesia pada tahun 1958 dan pada

tanggal 11 Desember 1976 berubah menjadi Bank Danamon. Bank

Danamon merupakan penggabungan dari: Asia-Afrika Banking Corp.

(1981), PT.Bank Delta tanggal 6 Juni1996, PT. PDFCI pada tanggal 20

Desember 1999,PT. Bank Duta Tbk, PT.Bank Rama Tbk, dan PT. Bank

Tamara. Bank ini tercatat di Bursa Efek Jakarta tanggal 8 Desember

1989. Sampai pada akhir tahun 2003, kepemilikan atas saham bank

dimiliki oleh Asia Financial Indonesia sebesar 61,88%, dan pemerintah

Indonesia sebesar 28,36%, dan sisanya sebesar 9,76% dimiliki oleh

publik.

14. PT. Bank Mega Tbk.


79

PT. Bank Mega berdiri pada tanggal 15 April 1969 dengan nama PT.

Bank Karman. Pada tanggal 18 Januari 1992 berganti nama dengan

dengan PT. Bank Mega, kemudian pada tanggal 17 Januari 2000

mengganti namanya dengan nama Bank Mega Tbk. Bank Mega

melakukan penawaran perdana sahamnya sebesar 12.500 juta lembar

sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya. Kepemilikan

saham Bank Mega ini dimiliki oleh PT. Para Global Investindo sebesar

64,51%, PT. Trimegah Securities Tbk. sebesar 6,69%, dan sisanya

sebesar 28,80% dimiliki oleh publik.

15. PT. Bank Victoria Tbk.

Bank Victoria didirikan pada tanggal 28 Oktober 1992 dengan akta

notaris dan mendapatkan izin beroperasi pada tanggal 10 Agustus 1994,

dengan perkembangan pada tahun 1994 mulai beroperasi sebagai bank

umum, pada tahun 1997 memperoleh izin sebagai pedagang valas, pada

tahun 1999 menjadi Bank publik dengan melakukan penawaran umum

saham perdana sejumlah 250 juta lembar saham dengan nilai nominal

Rp.100,- per saham dan harga penawaran perdana Rp.100,- persaham.

Penerbitan saham tersebut disertai dengan 8 juta waran seri 1 saham

Bank Victoria dengan nama BVIC tercatat di Bursa Efek Jakarta.

Membuka kantor operasional pertama di luar kantor pusat yaitu di Graha

BIP. JL. Gatot Subroto Kav. 23 Jakarta.

16. PT. Bank Swadesi Tbk.


80

PT. Bank Swadesi Tbk. didirikan pada tahun 1968 dengan nama PT.

Bank Pasar Swadesi. Anggaran dasar bank telah mengalami perubahan

beberapa kali, yang terakhir dengan akta No. 44 tanggal 15 November

2001, yang berisi tentang perubahan dan penyusunan kembali anggaran

dasar bank agar sesuai dengan ketentuan UU.No. 8 tahun 1985 tentang

pasar modal dan keputusan BAPEPAM tanggal 30 April 1997 tentang

pokok-pokok anggaran dasar perseroan yang melakukan penawaran

umum efek bersifat ekuitas dan penawaran publik antara lain mengenai

perubahan nama menjadi PT. Bank Swadesi Tbk. Kantor pusat Bank

berlokasi di Jakarta dengan alamat di Jl. H. Saman Hudi No. 27 Jakarta.

17. PT. Bank Nusantara Parahyangan Tbk.

PT. Bank Nusantara Parahyangan berkantor di Bandung, dahulu

bernama PT. Bank Pasar Karya Parahyangan. Didirikan tanggal 18

Januari 1972 sesuai dengan SK. BI No. 27/54/KEP/DIR tanggal 5

Agustus 1994. Bank Indonesia telah menyetujui untuk meningkatkan

status bank menjadi bank devisa. Sesuai dengan pasal 2 anggaran dasar

bank, ruang lingkup kegiatan bank adalah menjalankan kegiatan umum

perbankan.

Pada tahun 2000 bank telah melakukan penawaran umum sejumlah

50 juta saham biasa atas nama dengan harga penawaran Rp.525, per

saham, dan 20 juta waran seri 1 yang menyertai saham biasa atas nama,

sampai saat ini bank mempunyai cabang-cabang di Bandung, Jakarta,

Surabaya, Cirebon, Denpasar, Majalaya, dan Serang.


81

18. PT. Bank Kesawan Tbk.

PT. Bank Kesawan Tbk. berdiri di Medan dengan nama NV.

Chunghwa Shangyeh ( The Chinese Trading Company limited ), tahun

1913. Bank melakukan usaha sebagai bank umum pada tahun 1958, pada

tahun 1965 bank berganti nama menjadi PT. Bank Kesawan untuk lebih

memantapkan positioning bank dan untuk pengembangan usaha yang

lebih baik, pada tahun 1990 kantor pusat bank pindah ke Jakarta. Pada

tahun 1996 mendapatkan izin peningkatan status menjadi bank umum

devisa. Pada tahun 2000 terjadi pengambil alihan kepemilikan saham

PT. Dormex Corporation sebagai pemegang saham mayoritas PT. Bank

Kesawan kepada pihak pemegang saham baru dan mengubah sistem

manajemen menjadi profesional manajemen. Pada tahun 2002 bulan

November melakukan penawaran umum perdana sejumlah 78,8 juta

lembar saham melalui Bursa Efek Jakarta.

4.1.2 Deskripsi Variabel Penelitian.

Deskripsi variabel penelitian merupakan bagian dari hasil penelitian

yang mempunyai fungsi untuk menggambarkan tingkat variabel Independen

(bebas), dan variabel Dependen (terikat). Berikut penjelasan beberapa variabel

tersebut:

a. Capital Adequacy Ratio (CAR)

Capital Adequacy Ratio merupakan rasio kecukupan modal bank yang

dihitung dengan mengukur rasio antara modal bank (equity capital) dengan

jumlah (ATMR) Aktiva Tertimbang Menurut Risiko. Data dihitung dan diukur
82

mulai tahun 2003 sampai dengan 2005. Keterangan mengenai perhitungan

rasio CAR ini tampak pada tabel 4.1

Tabel 4.1
Capital Adequacy Ratio
Capital Adequacy Ratio % ( CAR )
NO. Nama Bank 2003 2004 2005 Rata-rata
1 PT. Bank Permata Tbk. 10.80 12.40 10.50 11.23
2 PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk. 16.64 17.19 18.29 17.37
3 PT. Bank Panin Tbk. 18.45 19.43 17.72 18.53
4 PT. Bank Arta Niaga Kencana Tbk. 21.80 20.99 22.57 21.79
5 PT. Bank Negara Indonesia Tbk. 18.16 19.09 17.99 18.41
6 PT. Bank Buana Indonesia Tbk. 22.32 23.83 24.92 23.69
7 PT. Bank Mayapada Intrnsional Tbk. 14.82 14.43 15.24 14.83
8 PT. Bank Niaga Tbk. 11.58 12.29 11.24 11.70
9 PT. Bank BII Tbk. 22.05 23.24 21.74 22.34
10 PT. Bank NISP Tbk. 13.78 15.11 15.71 14.87
11 PT. Bank Central Asia Tbk. 27.95 24.95 25.53 26.14
12 PT. Bank Danamon Tbk. 26.80 27.00 24.50 26.10
13 PT. Bank Mega Tbk. 14.04 16.53 16.13 15.57
14 PT. Bank Victoria Tbk 12.22 12.55 15.28 13.35
15 PT. Bank Swadesi Tbk 26.65 26.95 27.06 26.89
16 PT. Bank Mandiri Tbk 27.70 28.30 25.70 27.23
17 PT. Bank Kesawan Tbk 15.99 14.84 15.34 15.39
18 PT. Bank Nusantara Parahyangan Tbk 13.67 12.86 12.78 13.10
Rata-rata 18.63 19.00 18.79 18.81
Sumber : Laporan keuangan yang diolah
Tabel diatas merupakan hasil dari olah penelitian berdasarkan laporan

keuangan tahunan perusahaan perbankan yang tergolong kedalam populasi

penelitian. Dari keterangan tabel 4.1 menunjukkan bahwa diketahui nilai CAR

tertinggi untuk tahun 2003 dimiliki oleh PT. Bank Central Asia Tbk. yaitu

sebesar 27,95%, untuk tahun 2004, nilai CAR tertinggi dimiliki oleh PT. Bank

Mandiri Tbk. yaitu sebesar 28,30% dan pada tahun 2005 nilai CAR tertinggi

dimiliki oleh PT. Bank Swadesi sebesar 27,06%. Untuk nilai CAR terendah

dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2005 masing-masing dimiliki oleh PT.

Bank Permata Tbk. pada tahun 2003 yaitu sebesar 10,80%, PT. Bank Niaga
83

Tbk. pada tahun 2004 sebesar 12,29% dan pada tahun 2005 nilai CAR

terendah dimiliki oleh PT. Bank Permata yaitu sebesar 10,50% .

Nilai rata-rata CAR perusahaan perbankan pada tahun 2003 adalah sebesar

18,63%, sedangkan pada tahun 2004 mengalami peningkatan menjadi 19,00%

kemudian mengalami penurunan pada tahun 2005 menjadi 18,79%. Perubahan

nilai rata-rata CAR tampak pada grafik 1.

Grafik 4.1
Rata-rata CAR tahun 2003-
2005
Diagram
19.00
19.00
18.79
18.80 18.63
CAR
18.60

18.40
2003 2004 2005
Tahun

Nilai rata-rata CAR perusahaan perbankan selama tiga tahun adalah

sebesar 18,81%, dari keseluruhan perusahaan perbankan yang terdaftar dalam

sampel penelitian pada tahun 2003 sampai dengan 2005 PT. Bank Mandiri

Tbk. merupakan bank yang memiliki nilai rata-rata CAR paling tinggi yaitu

sebesar 27,23%. Sedangkan nilai rata-rata CAR terendah dimiliki oleh PT.

Bank Permata Tbk. yaitu sebesar 11,23% yang berarti secara keseluruhan

bank telah memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia

yaitu nilai CAR suatu bank tidak kurang dari 8%.

b. Return On Risked Asset (RORA)


84

Return On Risked Assets merupakan rasio keuangan yang berhubungan

dengan segi aset bank yang dinilai melalui kualitas aktiva produktifnya

dengan menghitung rasio antara besarnya pendapatan operasional dengan total

kredit dan investasi yang di miliki oleh bank (risk assets). RORA mengukur

kemampuan bank dalam mengoptimalkan penanaman aktiva yang dimiliki

untuk memperoleh laba. Data diperhitungkan dan diukur mulai dari tahun

2003 sampai dengan 2005. Data mengenai perhitungan RORA tampak pada

tabel 4.2 yang merupakan hasil olah dari penelitian berdasarkan laporan

keuangan tahunan bank.

Dari tabel 4.2 menunjukkan tingkat RORA pada tahun 2003, 2004, 2005,

nilai RORA tertinggi dimiliki oleh PT. Bank Central Asia pada tahun 2003

yaitu sebesar 47,95%, dan pada tahun 2004 nilai RORA tertinggi juga dimiliki

oleh PT.Bank Central Asia sebesar 33,61% dan Nilai RORA tertinggi pada

tahun 2005 dimiliki oleh PT. Bank Victoria Tbk.yaitu sebesar 33,75%.

Sedangkan nilai RORA terendah pada tahun 2003, RORA terendah

dimiliki oleh PT. Bank Kesawan Tbk yaitu sebesar 11,88%, pada tahun 2004

tingkat RORA terendah dimiliki oleh PT. Bank Arta Niaga Kencana Tbk

sebesar 14,80%, dan pada tahun 2005 RORA terendah dimiliki oleh PT. Bank

Niaga Tbk. yaitu sebesar 14,34%.

Keterangan dari perhitungan nilai Return On Risked Assets (RORA), dari

keseluruhan perusahaan perbankan yang tergolong di dalam sampel penelitian

ditunjukkan pada tabel 4.2 dari tahun 2003 sampai dengan 2005 dan rata-rata
85

besar nilai RORA selama tiga tahun yang merupakan hasil olah dari penelitian

berdasarkan laporan keuangan yang telah di publikasikan.

Tabel 4.2
Return On Risked Assets
Return On Risked Asset % ( RORA )
NO. Nama Bank 2003 2004 2005 Rata-rata
1 PT. Bank Permata Tbk. 40.92 23.74 17.60 27.42
2 PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk. 36.96 29.79 25.61 30.79
3 PT. Bank Panin Tbk. 36.32 28.88 22.16 29.12
4 PT. Bank Arta Niaga Kencana Tbk. 20.91 14.80 16.17 17.29
5 PT. Bank Negara Indonesia Tbk. 34.27 26.77 26.08 29.04
6 PT. Bank Buana Indonesia Tbk. 31.29 20.42 17.74 23.15
7 PT. Bank Mayapada Intrnsional Tbk. 21.95 17.47 16.09 18.50
8 PT. Bank Niaga Tbk. 20.52 14.92 14.34 16.59
9 PT. Bank BII Tbk. 42.01 31.41 25.03 32.81
10 PT. Bank NISP Tbk. 17.68 16.64 17.90 17.41
11 PT. Bank Central Asia Tbk. 47.95 33.61 29.14 36.90
12 PT. Bank Danamon Tbk. 41.43 27.80 28.34 32.52
13 PT. Bank Mega Tbk. 26.43 23.42 21.27 23.71
14 PT. Bank Victoria Tbk 34.11 28.52 33.75 32.12
15 PT. Bank Swadesi Tbk 26.04 20.00 21.47 22.50
16 PT. Bank Mandiri Tbk 43.91 27.12 24.83 31.95
17 PT. Bank Kesawan Tbk 11.88 22.80 22.51 19.06
18 PT. Bank Nusantara Parahyangan Tbk 25.17 18.50 17.93 20.53
Rata-rata 31.10 23.70 22.11 25.64
Sumber : Laporan keuangan yang diolah
Rata-rata RORA pada tahun 2003 sampai dengan tahun 2005

menunjukkan penurunan pada tiap tahunnya. Pada tahun 2003 rata-rata RORA

sebesar 31,10%, pada tahun 2004 rata-rata RORA sebesar 23,70%, sedangkan

pada tahun 2005 sebesar 22,11% yang mengalami penurunan dari tahun 2004.

Secara keseluruhan tingkat rata-rata RORA tertinggi dimiliki oleh PT. Bank

Central Asia Tbk. yaitu sebesar 36,90%, dan rata-rata RORA terendah dimiliki

oleh PT.Bank Niaga Tbk sebesar 16,59%.

Kemudian rata-rata nilai RORA selama tiga tahun adalah sebesar 25,64%.

Perubahan tingkat nilai RORA per tahun akan tampak pada grafik 2.
86

Grafik 4.2
Rata-rata RORA tahun 2003-2005

Diagram

31.10
35.00
23.70
30.00
22.11
25.00
20.00
R OR A
15.00
10.00
5.00
0.00
2003 2004 2005
T ahun

Rata-rata RORA tahun 2003, 2004, 2005 secara berurutan sebesar 31,10%,

23,70%, 22,11% dan rata-rata RORA selama tiga tahun yaitu sebesar 25,64%.

c. Return On Assets (ROA)

Return On Asset merupakan rasio profitabilitas yang mengukur efektifitas

perusahaan perbankan dalam menghasilkan laba (pengembalian aset) dengan

memanfatkan seluruh aktiva yang dimiliki dan seluruh sumber daya yang ada.

Semakin besar ROA yang dimiliki oleh suatu perusahaan maka semakin

efisien penggunaan aktiva (mampu mengembalikan aset yang digunakan)

sehingga akan memperbesar laba. Rasio ini merupakan perbandingan antara

laba bersih setelah pajak dengan total aset. Data dari perhitungan diambil

mulai tahun 2003 sampai dengan 2005. Data dari perhitungan ROA tampak

pada tabel 4.3 yang merupakan hasil olah dari penelitian berdasarkan laporan

keuangan tahunan bank yang terdaftar pada sampel penelitian.


87

Tabel 4.3
Return On Assets
Return On Asset % ( ROA )
NO. Nama Bank 2003 2004 2005 Rata-rata
1 PT. Bank Permata Tbk. 1.94 2.30 1.20 1.81
2 PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk. 4.11 5.77 5.04 4.97
3 PT. Bank Panin Tbk. 2.38 5.61 2.27 3.42
4 PT. Bank Arta Niaga Kencana Tbk. 0.78 1.58 1.52 1.29
5 PT. Bank Negara Indonesia Tbk. 0.77 2.41 1.61 1.60
6 PT. Bank Buana Indonesia Tbk. 2.31 2.66 3.13 2.70
7 PT. Bank Mayapada Intrnsional Tbk. 0.18 2.11 0.84 1.04
8 PT. Bank Niaga Tbk. 1.92 2.76 2.06 2.25
9 PT. Bank BII Tbk. 0.87 2.32 1.70 1.63
10 PT. Bank NISP Tbk. 1.71 2.50 1.52 1.91
11 PT. Bank Central Asia Tbk. 2.60 3.21 3.44 3.08
12 PT. Bank Danamon Tbk. 3.20 4.50 3.10 3.60
13 PT. Bank Mega Tbk. 3.24 2.99 1.25 2.49
14 PT. Bank Victoria Tbk 0.69 1.54 1.46 1.23
15 PT. Bank Swadesi Tbk 2.45 2.34 2.06 2.28
16 PT. Bank Mandiri Tbk 2.80 3.10 0.50 2.13
17 PT. Bank Kesawan Tbk 0.36 0.37 0.30 0.34
18 PT. Bank Nusantara Parahyangan Tbk 1.84 1.98 1.59 1.80
Rata-rata 1.90 2.78 1.92 2.20
Sumber : Laporan keuangan yang diolah

Dari tabel 4.3, pada tahun 2003, nilai ROA tertinggi dimiliki oleh PT.

Bank Rakyat Indonesia yaitu sebesar 4,11%, dan ROA terendah dimiliki oleh

PT.Bank Mayapada Internasional Tbk.yaitu sebesar 0,18%. Pada tahun 2004,

ROA tertinggi masih dimiliki oleh PT. Bank Rakyat Indonesia sebesar 5,77%,

dan ROA terendah dimiliki oleh PT.Bank Kesawan Tbk yaitu sebesar 0,37%.

Pada tahun 2005, ROA tertinggi dimiliki oleh PT.Bank PT. Bank Rakyat

Indonesia yaitu sebesar 5,04% dan nilai terendah dimiliki oleh PT. Bank

Kesawan Tbk. yaitu sebesar 0,30%.

Rata-rata ROA perusahaan perbankan pada tahun 2003 sampai dengan

2005 tidak selalu mengalami kenaikan, yaitu pada tahun 2003 sebesar 1,90%,
88

yang naik menjadi 2,78%, pada tahun 2004, dan mengalami penurunan pada

tahun 2005 menjadi 1,92%.

Grafik 4.3
Rata-rata ROA tahun 2003-2005

Diagram

2.78
3.00
1.90 1.92
2.00
ROA
1.00
0.00
2003 2004 2005
Tahun

Rata-rata ROA bank selama tiga tahun adalah sebesar 2,20%, dan dari

keseluruhan nilai ROA rata-rata terbesar dimiliki oleh PT. Bank Rakyat

Indonesia Tbk. yaitu sebesar 4,97%, dan nilai ROA terendah dimiliki oleh PT.

Bank Kesawan Tbk. yaitu sebesar 0,34%.

d. Net Interest Margin (NIM)

Merupakan rasio keuangan yang diperoleh dengan membandingkan antara

pendapatan bunga bersih bank (Net Interest Income) dengan aktiva produktif.

Data dari perhitungan NIM diambil mulai dari tahun 2003 sampai dengan

2005 laporan keuangan bank.

Data dari perhitungan NIM tampak pada tabel 4.4 yang merupakan hasil

dari perhitungan berdasarkan laporan keuangan tahunan bank.


89

Tabel 4.4
Net Interest Margin
Net Interest Margin % ( NIM )
NO. Nama Bank 2003 2004 2005 Rata-rata
1 PT. Bank Permata Tbk. 4.40 5.80 5.90 5.37
2 PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk. 9.54 12.16 12.17 11.29
3 PT. Bank Panin Tbk. 9.78 6.38 4.11 6.76
4 PT. Bank Arta Niaga Kencana Tbk. 6.59 4.35 4.12 5.02
5 PT. Bank Negara Indonesia Tbk. 4.33 5.59 5.35 5.09
6 PT. Bank Buana Indonesia Tbk. 5.19 5.75 6.08 5.67
7 PT. Bank Mayapada Intrnsional Tbk. 6.76 6.67 5.04 6.16
8 PT. Bank Niaga Tbk. 4.48 5.30 5.06 4.95
9 PT. Bank BII Tbk. 3.20 5.22 6.25 4.89
10 PT. Bank NISP Tbk. 3.69 4.66 4.15 4.17
11 PT. Bank Central Asia Tbk. 4.45 5.02 6.08 5.18
12 PT. Bank Danamon Tbk. 5.12 7.56 7.67 6.78
13 PT. Bank Mega Tbk. 6.73 5.83 3.39 5.32
14 PT. Bank Victoria Tbk 2.44 5.17 3.82 3.81
15 PT. Bank Swadesi Tbk 6.05 5.60 4.85 5.50
16 PT. Bank Mandiri Tbk 3.65 4.41 3.81 3.96
17 PT. Bank Kesawan Tbk 5.83 4.95 3.56 4.78
18 PT. Bank Nusantara Parahyangan Tbk 3.50 4.60 4.05 4.05
Rata-rata 5.32 5.83 5.30 5.49
Sumber : Laporan keuangan yang diolah
Dari tabel 4.4, pada tahun 2003, nilai NIM tertinggi dimiliki oleh PT.

Bank Panin Tbk. 9,78%, dan nilai NIM terendah dimiliki olah PT. Bank

Victoria yaitu sebesar 2,44%. Pada tahun 2004 nilai NIM tertinggi dimiliki

oleh PT. Bank Rakyat Indonesia sebesar 12,16 %, dan nilai NIM terendah

dimiliki oleh PT. Bank Arta Niaga Kencana Tbk. sebesar 4,35%. Pada tahun

2005 nilai NIM paling tinggi dimiliki oleh PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk.

yaitu sebesar 12,17%, dan nilai NIM terendah dimiliki oleh PT.Bank Mega

Tbk. yaitu sebesar 3,39%.

Rata-rata NIM selama tiga tahun mulai dari 2003 sampai dengan 2005

terjadi perubahan tiap tahunnya. Pada tahun 2003 nilai rata-rata NIM adalah

sebesar 5,32%, dan mengalami kenaikan pada tahun 2004 sebesar 5,83%,

kemudian terjadi penurunan pada tahun 2005 sebesar 5,30%.


90

Grafik 4.4
Rata-rata NIM tahun 2003-2005

Diagram

6 5.83
5.8
5.6 5.32
NIM 5.30
5.4
5.2
5
2003 2004 2005
Tahun

Rata-rata NIM bank selama tiga tahun adalah sebesar 5,49%, dan dari

keseluruhan rata-rata nilai NIM, nilai terbesar dimiliki oleh PT.Bank Rakyat

Indonesia Tbk. yaitu adalah sebesar 11,29%, dan nilai rata-rata NIM terendah

dimiliki oleh PT.Bank Victoria yaitu sebesar 3,81%.

e. Loan to Deposit Ratio (LDR)

Merupakan rasio likuiditas bank yang diperoleh dengan membandingkan

antara jumlah kredit yang diberikan (total loan) dengan jumlah dana pihak

ketiga (total deposit) ditambah modal sendiri (equity capital). Data dari

perhitungan nilai LDR diperhitungkan dan diukur mulai dari tahun 2003

sampai dengan 2005 berdasarkan laporan keuangan tahunan yang dikeluarkan

oleh bank. Perhitungan LDR tampak pada tabel 4.5


91

Tabel 4.5
Loan to Deposit Ratio
Loan To Deposit Ratio % ( LDR )
NO. Nama Bank 2003 2004 2005 Rata-rata
1 PT. Bank Permata Tbk. 41.30 57.20 78.50 59.00
2 PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk. 62.37 75.69 77.83 71.96
3 PT. Bank Panin Tbk. 72.35 72.93 55.17 66.82
4 PT. Bank Arta Niaga Kencana Tbk. 62.07 71.26 74.15 69.16
5 PT. Bank Negara Indonesia Tbk. 44.09 55.12 54.24 51.15
6 PT. Bank Buana Indonesia Tbk. 43.37 58.55 79.96 60.63
7 PT. Bank Mayapada Intrnsional Tbk. 78.45 73.74 82.35 78.18
8 PT. Bank Niaga Tbk. 72.82 85.28 85.26 81.12
9 PT. Bank BII Tbk. 34.91 44.22 57.10 45.41
10 PT. Bank NISP Tbk. 77.95 77.34 77.62 77.64
11 PT. Bank Central Asia Tbk. 24.62 30.60 41.78 32.33
12 PT. Bank Danamon Tbk. 56.50 72.20 80.80 69.83
13 PT. Bank Mega Tbk. 55.61 48.80 51.25 51.89
14 PT. Bank Victoria Tbk 40.22 54.72 41.20 45.38
15 PT. Bank Swadesi Tbk 59.17 54.11 55.36 56.21
16 PT. Bank Mandiri Tbk 42.50 53.70 51.80 49.33
17 PT. Bank Kesawan Tbk 43.90 52.32 55.40 50.54
18 PT. Bank Nusantara Parahyangan Tbk 40.43 52.39 57.03 49.95
Rata-rata 52.92 60.57 64.27 59.25
Sumber : Laporan keuangan yang diolah

Berdasarkan tabel 4.5, menunjukkan nilai LDR pada tahun 2003 sampai

pada tahun 2005. Nilai LDR tertinggi pada tahun 2003 dimiliki oleh PT. Bank

Mayapada Internasional Tbk, yaitu sebesar 78,45%, dan nilai terendah

dimiliki oleh PT. Bank Central Asia sebesar 24,62%. Untuk tahun 2004, nilai

LDR tertinggi dimiliki oleh PT.Bank Niaga yaitu sebesar 85,28%, dan nilai

terendah dimiliki oleh PT.Bank Central Asia sebesar 30,60%. Sedangkan

pada tahun 2005, nilai LDR tertinggi juga dimiliki oleh PT. Bank Niaga yaitu

sebesar 85,26%, dan nilai LDR terendah dimiliki oleh PT. Bank Victoria yaitu

sebesar 41,20%.

Rata-rata nilai LDR selama tiga tahun mulai dari 2003 sampai dengan

2005 selalu mengalami peningkatan tiiap tahunnya. Kemudian rata-rata nilai


92

LDR selama tiga tahun adalah sebesar 59,25%. Perubahan tingkat nilai LDR

per tahun akan tampak pada grafik 5.

Grafik 4.5
Rata-rata LDR tahun 2003-2005

Diagram

80 64.27
52.92 60.57
60
LDR 40
20
0
2003 2004 2005
Tahun

Rata-rata LDR selama tiga tahun mulai dari 2003 sampai dengan 2005,

ditunjukkan pada grafik, tahun 2003 nilai rata-rata LDR adalah sebesar

52,92%, dan mengalami kenaikan pada tahun 2004 sebesar 60,57%, kemudian

terjadi kenaikan pada tahun 2005 sebesar 64,27%. Sedangkan rata-rata LDR

bank selama tiga tahun adalah sebesar 59,25%, dan dari keseluruhan rata-rata

nilai LDR, nilai terbesar dimiliki oleh PT.Bank Niaga yaitu sebesar 81,12%,

dan nilai rata-rata LDR terendah dimiliki oleh PT.Bank Central Asia yaitu

sebesar 32,33%. Hal ini berarti dapat dikatakan bahwa tingkat LDR semua

bank secara keseluruhan telah sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan

oleh Bank Indonesia yang memberi batasan tetapan atas batas aman tingkat

LDR sebesar 110%.

f. Harga Saham

Harga saham yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga saham

perusahaan perbankan rata-rata penutupan (closing price) pertahun pada tiga


93

hari sebelum dan tiga hari setelah tanggal publikasi akhir tahun pada laporan

keuangan bank yang telah di publikasikan selama periode pengamatan, karena

harga saham inilah yang menyatakan naik turunnya pergerakan dari harga

saham dan harga pasar pada saat closing price merupakan harga yang

dihasilkan oleh interaksi pasar atas informasi yang diterima.

Periode penelitian didasarkan pada data yang digunakan dalam analisis

merupakan data historis, artinya data yang terjadi dan mencerminkan keadaan

keuangan yang telah lewat dan bukan mencerminkan keadaan keuangan yang

sebenarnya pada saat analisis.

Perhitungan mengenai harga saham perusahaan perbankan periode 2003

sampai dengan 2005 tampak seperti pada tabel 4.6 :

Tabel 4.6
Harga Saham rata-rata
Harga Saham
NO. Nama Bank 2003 2004 2005 Rata-rata
1 PT. Bank Permata Tbk. 35.00 802.00 707.00 514.67
2 PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk. 1533.00 2833.00 3579.00 2648.33
3 PT. Bank Panin Tbk. 340.00 506.00 496.00 447.33
4 PT. Bank Arta Niaga Kencana Tbk. 900.00 770.00 905.00 858.33
5 PT. Bank Negara Indonesia Tbk. 1138.00 1790.00 1282.00 1403.33
6 PT. Bank Buana Indonesia Tbk. 500.00 893.00 948.00 780.33
7 PT. Bank Mayapada Intrnsional Tbk. 135.00 138.00 200.00 157.67
8 PT. Bank Niaga Tbk. 37.00 490.00 399.00 308.67
9 PT. Bank BII Tbk. 120.00 200.00 153.00 157.67
10 PT. Bank NISP Tbk. 498.00 808.00 697.00 667.67
11 PT. Bank Central Asia Tbk. 3829.00 3413.00 3783.00 3675.00
12 PT. Bank Danamon Tbk. 2763.00 4379.00 4121.00 3754.33
13 PT. Bank Mega Tbk. 1150.00 2304.00 2404.00 1952.67
14 PT. Bank Victoria Tbk 52.50 56.67 80.83 63.33
15 PT. Bank Swadesi Tbk 330.00 400.00 420.00 383.33
16 PT. Bank Mandiri Tbk 1358.33 1695.00 1666.67 1573.33
17 PT. Bank Kesawan Tbk 180.00 370.00 394.17 314.72
18 PT. Bank Nusantara Parahyangan Tbk 700.00 700.00 760.00 720.00
Rata-rata 866.60 1252.65 1277.54 1132.26
Sumber : Laporan keuangan yang diolah
94

EBerdasarkan tabel 4.6, pada tahun 2003 harga saham rata-rata tertinggi

dimiliki oleh PT. Bank Central Asia Tbk. yaitu sebesar Rp. 3829,- per lembar

saham dan harga saham terendah di miliki oleh PT. Bank Permata Tbk.

sebesar 35,- per saham. Pada tahun 2004 harga saham tertinggi dimiliki oleh

Bank Danamon Tbk. yaitu sebesar 4379,- per saham dan harga saham

terendah dimiliki oleh PT. Bank Victoria Tbk. sebesar 56,67%. Untuk tahun

2005 harga saham tertinggi kembali dimiliki oleh PT. Bank Danamon Tbk.

yaitu sebesar Rp.4121,- per saham, sedangkan harga saham terendah juga

dimiliki oleh PT. Bank Victoria Tbk. sebesar Rp.80,83,- peru sahaan.

Grafik 4. 6
Harga saham rata-rata 2003-2005

Diagram

1252.65 1277.54
1500.00
866.60
1000.00
Harga
Saham
500.00

0.00
2003 2004 2005
Tahun

Rata-rata harga saham pada tahun 2003 adalah sebesar 866,60, kemudian

mengalami kenaikan pada tahun 2004 yaitu sebesar 1252,65. Untuk tahun

2005 harga saham rata-rata naik menjadi 1277,54. Rata-rata harga saham bank

selama tiga tahun 2003 sampai dengan 2005 adalah sebesar 1132,26, dengan

rata-rata tertinggi dimiliki oleh PT. Bank Danamon Tbk. Yaitu sebesar

3754,33 dan rata-rata terendah dimiliki oleh PT. Bank Victoria Tbk yaitu

sebesar 63,33.
95

4.2. Pengujian Hipotesis

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan bank

yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta periode 2003-2005. Data tersebut

merupakan data sekunder yang telah diterbitkan dalam Indonesian Capital

Market Directory (ICMD) tahun 2006. Laporan keuangan tersebut digunakan

untuk menghitung rasio-rasio keuangan yang hasil perhitungan rasio keuangan

tersebut selanjutnya dapat bermanfaat jika menimbulkan pengaruh terhadap

harga saham, oleh karena itu dilakukan pengujian dan analisis terhadap rasio

keuangan yang telah di hitung.

Untuk mengetahui pola pengaruh variabel bebas dalam penelitian ini,

maka di susun persamaan regresi berganda. Regresi berganda dalam penelitian

ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel bebas (CAR,

RORA, NIM, ROA dan LDR) terhadap variabel terikat (Harga Saham).

Analisis regresi tersebut menghasilkan koefisien-koefisien regresi yang

menunjukkan arah hubungan sebab akibat antara variabel bebas dan variabel

terikat.

Berdasarkan perhitungan komputer program statistik SPSS (Statistical

Program Solution Service) windows release 12 diperoleh hasil analisis output

seperti terangkum dalam tabel 4.11 dan 4.12 berikut:

ANOVA(b)
Tabel 4.11

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.


1 Regression 28748676.839 5 5749735.368 7.530 .000(a)
Residual 36650942.082 48 763561.293
Total 65399618.921 53
a Predictors: (Constant), X5, X2, X1, X4, X3
b Dependent Variable: Y
96

Coefficients(a)
Tabel 4.12
Ringkasan Analisis Regresi koefisien t parsial antara CAR, RORA, NIM,
ROA, dan LDR terhadap Harga Saham

Variabel Koefisien t Sig Partial


Konstanta -532.809 -0.847 0.401
X1 51.176 2.031 0.048 0.281
X2 5.664 0.314 0.755 0.045
X3 137.52 1.712 0.093 0.24
X4 295.182 2.255 0.029 0.31
X5 -9.155 -0.888 0.379 -0.127
a. Dependent Variable: Harga Saham

Keterangan Nilai
F hitung 7,530
R 0,663
R2 0,381

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa model persamaan regresi

berganda yang diperoleh yaitu : Y = -532,809 + 51,176X1 + 5,664X2 +

137,52X3 + 295,182X4 – 9,155X5.

Persamaan regresi tersebut mempunyai makna :

1. Konstanta = - 532,809

Konstanta sebesar -532,809 dan bertanda negatif menandakan bahwa

harga saham yang dihitung dengan persamaan regresi akan lebih kecil dari

yang diharapkan. Konstanta tersebut menyebutkan bahwa apabila variabel lain

CAR, RORA, NIM, ROA,dan LDR dianggap tetap atau nol, maka konstanta

akan dapat menurunkan harga saham sebesar 532,809.

2. Koefisien regresi X1 = 51,176


Apabila nilai CAR mengalami peningkatan sebesar satu satuan naik (satu

%) sedangkan variabel lain RORA, NIM, ROA, dan LDR dianggap tetap,

maka akan menyebabkan kenaikan pada harga saham sebesar 51,176.

3. Koefisien regresi X2 = 5,664


97

Jika nilai RORA mengalami peningkatan sebesar satu satuan naik (satu %)

sementara variabel lain CAR, NIM, ROA, dan LDR dianggap tetap, maka

akan menyebabkan kenaikan harga saham sebesar 5,664.

4. Koefisien regresi X3 = 137,52

Apabila nilai NIM mengalami peningkatan sebesar satu satuan naik (satu

%), sedangkan variabel lain CAR, RORA, ROA, dan LDR dianggap tetap,

maka akan menyebabkan kenaikan harga saham sebesar 137,52

5. Koefisien regresi X4 = 295,182

Jika nilai ROA mengalami peningkatan sebesar satu satuan naik (satu%),

sementara variabel lain CAR, RORA, NIM, dan LDR dianggap tetap, maka

akan menyebabkan kenaikan harga saham sebesar 295,182.

6. Koefisien regresi X5 = - 9,155

Apabila nilai LDR mengalami peningkatan sebesar satu satuan naik (satu

%), sementara variabel lain CAR, RORA, NIM, ROA dianggap tetap, maka

akan menyebabkan penurunan pada harga saham sebesar 9,155.

Untuk melakukan pengujian terhadap hipotesis yang telah diajukan maka

dilakukan pengujian dengan menggunakan alat uji statistik yaitu uji f dan uji t.

4.2.1 Pengujian secara simultan (uji F)

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dengan perhitungan analisis regresi

berganda menggunakan program SPSS .12 yang tercantum dalam tabel 4.11

diperoleh F hitung = 7,530 dengan harga signifikansi sebesar 0,000, karena

harga signifikansi kurang dari 0,05 dan ini menunjukkan bahwa nilai Fhitung

yang diperoleh tersebut lebih besar dibanding dengan Ftabel (k-1, n-k) maka
98

diperoleh nilai Ftabel sebesar 2,41, dengan hasil ini maka dapat disimpulkan

bahwa harga signifikansi kurang dari 0,05 dan nilai Fhitung > dari Ftabel , maka

akan menerima (Ha) dan menolak (H0), yang mempunyai makna bahwa

seluruh variabel CAR, RORA, NIM, ROA, dan LDR secara bersama-sama

berpengaruh terhadap harga saham secara simultan.

Derajat hubungan CAR, RORA, NIM, ROA, dan LDR dengan harga

saham secara bersama-sama atau secara simultan dapat diketahui dari harga

korelasi secara simultan atau R. Berdasarkan hasil analisis dengan

menggunakan program komputsai SPSS for Windows release 12 yang

tercantum pada tabel 4.12, maka diperoleh harga koefisien korelasi secara

simultan sebesar 0,663. Keberartian dari korelasi secara simultan ini diuji

dengan uji F seperti pada uji keberartian persamaan regresi. Dari hasil

pengujian tersebut dimana menunjukkan bahwa Fhitung signifikan, maka dapat

diartikan bahwa hubungan antara CAR, RORA, NIM, ROA, dan LDR dengan

harga saham perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ)

adalah signifikan.

4.2.2 Pengujian Secara Parsial (Uji t)

Pengujian hipotesis secara parsial ini dimaksudkan untuk menguji

keberartian pengaruh dari masing-masing variabel bebas yaitu

CAR,RORA,NIM, ROA, dan LDR terhadap harga saham .

1. Pengaruh CAR terhadap Harga Saham.

Berdasarkan hasil perhitungan pada lampiran dan terangkum pada

tabel 4.12 menunjukkan bahwa untuk variabel CAR diperoleh thitung =


99

2,031 dengan nilai probability 0,048 dan berdasarkan perhitungan dari

kritik ttabel ( n-k-1) dengan jumlah n = 54 k = 6 diperoleh nilai t tabel = 2,02

hasil ini menunjukkan bahwa dapat disimpulkan nilai t hitung >t tabel dan

nilai probability kurang dari 0,05 yang berarti nilai t yang diperoleh adalah

signifikan, hal ini berarti bahwa variabel CAR (X1) berpengaruh secara

signifikan terhadap harga saham.(Y).

2. Pengaruh RORA terhadap Harga Saham.

Berdasarkan hasil perhitungan pada hasil out put SPSS yang tercantum

pada lampiran dan tabel 4.12 menunjukkan bahwa untuk variabel RORA

diperoleh nilai t hitung = 0,314 dengan nilai probability 0,755 dan

berdasarkan perhitungan dari kritik t tabel (n-k-1) diperoleh nilai t tabel = 2,02

hasil ini menunjukkan bahwa dapat disimpulkan nilai t hitung <t tabel dan

oleh karena nilai probability > 0,05 hal ini berarti nilai t yang diperoleh

adalah tidak signifikan, hal ini berarti bahwa untuk variabel RORA (X2)

tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham (Y).

3. Pengaruh NIM terhadap Harga Saham.

Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.12 dan lampiran maka

menunjukkan bahwa untuk variabel NIM diperoleh nilai t hitung = 1,712

dengan nilai probability 0,093 dan berdasarkan perhitungan dari kritik t

tabel (n-k-1), diperoleh nilai t tabel = 2,02 hasil ini menunjukkan bahwa dapat

disimpulkan nilai t hitung <t tabel dan hasil nilai probability > 0,05 hal ini

berarti nilai t yang diperoleh adalah tidak signifikan. Hal ini berarti bahwa
100

untuk variabel NIM (X3) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

harga saham (Y).

4. Pengaruh ROA terhadap Harga Saham.

Berdasarkan hasil perhitungan pada out put SPSS yang terangkum pada

tabel 4.12 menunjukkan bahwa untuk variabel ROA diperoleh nilai t hitung

= 2,255 dengan nilai probability 0,029 dan berdasarkan perhitungan dari

kritik t tabel (n-k-1), diperoleh nilai t tabel = 2,02 hasil ini menunjukkan

bahwa dapat disimpulkan untuk nilai t hitung >t tabel dan berdasarkan hasil

dari nilai probability < 0,05 hal ini berarti nilai t yang diperoleh adalah

signifikan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa untuk variabel ROA (X4)

berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham (Y).

5. Pengaruh LDR terhadap Harga Saham.

Berdasarkan hasil perhitungan pada lampiran dan terangkum pada

tabel 4.12 menunjukkan bahwa untuk variabel LDR diperoleh thitung = -

0,888 dengan nilai signifikansi 0,379 dan berdasarkan perhitungan dari

kritik nilai t tabel = 2,02 hasil ini menunjukkan bahwa dapat disimpulkan

untuk nilai t hitung < ttabel dan berdasarkan perhitungan dari nilai probability

> 0,05 hal ini menunjukkan bahwa nilai t yang diperoleh adalah tidak

signifikan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa untuk variabel LDR (X5)

tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham (Y).

4.2.3 Koefisien Determinasi (R2)

Besarnya pengaruh CAR, RORA, NIM, ROA, dan LDR terhadap harga

saham dapat di ketahui dari harga koefisien determinasi simultan (R2).


101

Berdasarkan hasil pada lampiran dan yang terangkum dalam tabel 4.12 maka

diperoleh harga R2 sebesar 0,381. Dengan demikian menunjukkan bahwa

CAR, RORA, NIM, ROA, dan LDR secara bersama-sama mempengaruhi

harga saham sebesar 38,1% dan sisanya sebesar 61,9 % dari harga saham

perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dipengaruhi

oleh faktor lain yang tidak dikaji dalam penelitian ini.

Pengaruh besarnya masing-masing variabel bebas terhadap veriabel terikat

dapat diketahui dari besarnya koefisien determinasi secara parsial (r2) dari

masing-masing variabel tersebut. Dengan demikian besarnya pengaruh CAR

terhadap harga saham adalah 7,90%, besarnya pengaruh RORA terhadap

harga saham adalah sebesar 0,20%, besarnya pengaruh NIM terhadap harga

saham adalah 5,76%, besarnya pengaruh ROA terhadap harga saham adalah

sebesar 9,61%, dan besarnya pengaruh LDR terhadap harga saham adalah

sebesar 1,61%. Dari hasil ini berarti telah menjelaskan bahwa variabel ROA

memberikan pengaruh paling besar terhadap harga saham pada perusahaan

perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ).

4.3. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui apakah penaksir dalam

regresi merupakan penaksir kolinier tidak bias terbaik. Berdasarkan hasil

analisis diperoleh hasil analisis sebagai berikut:

4.3.1. Uji Normalitas


102

Hasil perhitungan normalitas data pada lampiran menunjukkan bahwa

penyebaran data plot berada di sekitar dan sepanjang garis diagonal 450,

dengan demikian menunjukkan bahwa data-data pada variabel penelitian

berdistribusi normal (Ghozali, 2002:46). Lebih jelasnya gambar mengenai

penyebaran plot pada uji normalitas dapat di lihat pada grafik normalitas

berikut.

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Dependent Variable: VAR00012


1.0

0.8
Expected Cum Prob

0.6

0.4

0.2

0.0
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Observed Cum Prob

Gambar 4.7 Normalitas

4.3.2. Uji Multikolinieritas

Berdasarkan hasil analisis dengan program SPSS for Windows release12

pada lampiran diperoleh harga toleransi dan VIF dari tiap-tiap variabel seperti

terangkum pada tabel berikut :

Collinearity Statistics
No. Variabel Tolerance VIF
1 X1 0.731 1.368
2 X2 0.543 1.842
3 X3 0.574 1.741
4 X4 0.539 1.854
5 X5 0.493 2.029
Tabel 4.7. Hasil Uji Multikolinieritas

Berdasarkan pada tabel 4.7 diatas menunjukkan bahwa nilai toleransi dari

keseluruhan variabel bebas lebih besar daripada 0,1 dengan nilai VIF kurang
103

dari 10, maka persamaan regresi yang diperoleh tidak mengandung

multikolinieritas.

4.3.3. Uji Heteroskedastisitas

Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan program SPSS for

Windows release 12 diperoleh out put dengan menunjukkan scatter plot yang

tidak membentuk pola tertentu, maka model regresi dalam penelitian ini tidak

memiliki gejala heteroskedastisitas(Ghozali, 2002:48). Lebih jelasnya pola

scatter plot dari hasil perhitungan di tunjukkan pada gambar dibawah :

Scatterplot

Dependent Variable: VAR00012

4
Regression Studentized Residual

-2

-4

-2 -1 0 1 2 3
Regression Standardized Predicted Value

Gambar 4.8 Heteroskedastisitas

4.3.4. Uji Otokorelasi

Uji otokorelasi bertujuan untuk menguji apakah terjadi korelasi antar

anggota serangkaian observasi yang diurutkan, menurut waktu (time series)

atau ruang (cross section). Untuk mengetahui ada atau tidak adanya

otokorelasi harus sesuai dengan nilai pada tabel Durbin Watson. Untuk n = 54,

k = 5 nilai Durbin Watson harus berada pada rentang 1,77 sampai dengan 2,23
104

(tabel 3.3). Hasil analisis uji otokorelasi dengan menggunakan program SPSS

adalah sebagai berikut:

Tabel 4.8 Uji Otokorelasi


Model
1 Durbin-Watson 1,304
Sumber: Data input SPSS yang diolah

Berdasarkan hasil uji otokorelasi nilai Durbin Watson yang diperoleh

sebesar 1,304 yang berarti tidak memenuhi pada ketentuan batas bawah dan

batas atas pada tabel Durbin Watson. Dengan demikian model regresi

mengandung otokorelasi, sehingga perlu dilakukan tindakan perbaikan model

regresi.

4.3.4.1 Tindakan Perbaikan Model Regresi adanya Otokorelasi

Tindakan perbaikan dilakukan dengan menggunakan teknik Theil-Nagar

dengan hubungan sebagai berikut:

N 2 (1 - d/2) + k 2
ρ=
N2 -k2

N = Banyaknya observasi total

d = Durbin Watson

k = Banyaknya koefisien termasuk intersep

(Gujarati, 1995: 221)

Berdasarkan hasil analisis regresi sebelumnya, diketahui: N = 54; d =

1,304; k = 6 sehingga hubungannya menjadi sebagai berikut:


105

N 2 (1 - d/2) + k 2
ρ =
N2 -k2

10580,768
=
2880

= 0,365

Tahap selanjutnya dilakukan transformasi untuk data dengan cara:

1. Untuk masing-masing data pertama dikalikan dengan (1-r2)

2. Untuk data selanjutnya dengan cara mengurangkan data tersebut dengan

perkalian ρ dengan data sebelumnya dan seterusnya.

Sehingga dari adanya tindakan perbaikan data yang terdapat gejala

otokorelasi tadi maka akan diperoleh suatu model regresi yang baru dengan

menghasilkan suatu koefisien-koefisien regresi yang baru pula.

Hasil analisis data yang digunakan sebagai model regresi adalah model

setelah mengalami tindakan perbaikan, karena dapat dikatakan sebagai model

yang ideal, dalam ekonometrika dinamakan BLUE (Best Linier Unbiased

Estimato). (Algifari,77). Untuk menguji apakah model yang digunakan diterima

secara ekonometrika, dan apabila estimator yang diperoleh dengan metode

kuadrat terkecil telah memenuhi syarat BLUE, maka dari model tersebut dapat

dilakukan uji multikolinearitas, uji heteroskedastis dan uji otokorelasi.

Sehingga setelah data tersebut mengalami tindakan perbaikan adanya

otokorelasi maka, akan muncul data atau model yang baru seperti tampak pada

tabel 4.9 dibawah:


106

Tabel 4.9 Data Hasil Perbaikan Adanya Otokorelasi

No Kode X1 X2 X3 X4 X5 Y X1* X2* X3* X4* X5* Y*

1 R-01 10.80 40.92 4.40 1.94 41.30 35.00 10.056 38.099 4.097 1.806 38.453 32.587
2 R-02 16.64 36.96 9.54 4.11 62.37 1533.00 12.700 22.030 7.935 3.402 47.302 1520.230
3 R-03 18.45 36.32 9.78 2.38 72.35 340.00 12.379 22.835 6.299 0.880 49.594 -219.315
4 R-04 21.80 20.91 6.59 0.78 62.07 900.00 15.069 7.659 3.022 -0.088 35.673 775.951
5 R-05 18.16 34.27 4.33 0.77 44.09 1138.00 10.206 26.641 1.926 0.485 21.444 809.635
6 R-06 22.32 31.29 5.19 2.31 43.37 500.00 15.694 18.787 3.610 2.029 27.284 84.801
7 R-07 14.82 21.95 6.76 0.18 78.45 135.00 6.677 10.534 4.866 -0.663 62.626 -47.425
8 R-08 11.58 20.52 4.48 1.92 72.82 37.00 6.173 12.512 2.014 1.854 44.198 -12.255
9 R-09 22.05 42.01 3.20 0.87 34.91 120.00 17.825 34.523 1.565 0.169 8.342 106.501
10 R-10 13.78 17.68 3.69 1.71 77.95 498.00 5.735 2.353 2.522 1.393 65.213 454.218
11 R-11 27.95 47.95 4.45 2.60 24.62 3829.00 22.922 41.499 3.104 1.976 -3.820 3647.305
12 R-12 26.80 41.43 5.12 3.20 56.50 2763.00 16.602 23.935 3.496 2.251 47.517 1365.989
13 R-13 14.04 26.43 6.73 3.24 55.61 1150.00 4.262 11.314 4.862 2.072 34.996 141.919
14 R-14 12.22 34.11 2.44 0.69 40.22 52.50 7.098 24.467 -0.015 -0.492 19.931 -367.078
15 R-15 26.65 26.04 6.05 2.45 59.17 330.00 22.192 13.595 5.160 2.198 44.496 310.845
16 R-16 27.70 43.91 3.65 2.80 42.50 1358.33 17.977 34.409 1.443 1.906 20.912 1237.930
17 R-17 15.99 11.88 5.83 0.36 43.90 180.00 5.884 -4.141 4.498 -0.662 28.394 -315.587
18 R-18 13.67 25.17 3.50 1.84 40.43 700.00 7.836 20.836 1.373 1.709 24.413 634.327
19 R-19 12.40 23.74 5.80 2.30 57.20 802.00 7.413 14.557 4.523 1.629 42.449 546.605
20 R-20 17.19 29.79 12.16 5.77 75.69 2833.00 12.666 21.128 10.044 4.931 54.821 2540.390
21 R-21 19.43 28.88 6.38 5.61 72.93 506.00 13.158 18.011 1.943 3.505 45.315 -527.620
22 R-22 20.99 14.80 4.35 1.58 71.26 770.00 13.901 4.263 2.022 -0.467 44.651 585.386
23 R-23 19.09 26.77 5.59 2.41 55.12 1790.00 11.432 21.370 4.003 1.834 29.121 1509.066
24 R-24 23.83 20.42 5.75 2.66 58.55 893.00 16.865 10.653 3.710 1.781 38.439 239.919
25 R-25 14.43 17.47 6.67 2.11 73.74 138.00 5.736 10.020 4.572 1.139 52.378 -187.811
26 R-26 12.29 14.92 5.30 2.76 85.28 490.00 7.025 8.546 2.866 1.990 58.376 439.651
27 R-27 23.24 31.41 5.22 2.32 44.22 200.00 18.756 25.966 3.286 1.313 13.106 21.224
28 R-28 15.11 16.64 4.66 2.50 77.34 808.00 6.631 5.180 2.755 1.654 61.206 735.030
29 R-29 24.95 33.61 5.02 3.21 30.60 3413.00 19.437 27.539 3.320 2.298 2.383 3118.201
30 R-30 27.00 27.80 7.56 4.50 72.20 4379.00 17.897 15.537 5.728 3.329 61.036 3133.767
31 R-31 16.53 23.42 5.83 2.99 48.80 2304.00 6.679 13.277 3.072 1.348 22.458 706.322
32 R-32 12.55 28.52 5.17 1.54 54.72 56.67 6.519 19.975 3.043 0.449 36.915 -783.944
33 R-33 26.95 20.00 5.60 2.34 54.11 400.00 22.371 9.594 3.714 1.778 34.145 379.324
34 R-34 28.30 27.12 4.41 3.10 53.70 1695.00 18.467 19.823 2.367 2.246 33.958 1549.060
35 R-35 14.84 22.80 4.95 0.37 52.32 370.00 4.515 12.905 3.341 -0.761 32.728 -248.421
36 R-36 12.86 18.50 4.60 1.98 52.39 700.00 7.446 10.181 2.794 1.845 33.301 565.006
37 R-37 10.50 17.60 5.90 1.20 78.50 707.00 5.808 10.850 4.222 0.478 59.386 451.605
38 R-38 18.29 25.61 12.17 5.04 77.83 3579.00 14.459 19.189 10.017 4.602 49.189 3321.051
39 R-39 17.72 22.16 4.11 2.27 55.17 496.00 11.047 12.816 -0.330 0.431 26.774 -809.798
40 R-40 22.57 16.17 4.12 1.52 74.15 905.00 16.105 8.085 2.620 0.692 54.021 724.034
41 R-41 17.99 26.08 5.35 1.61 54.24 1282.00 9.755 20.180 3.847 1.055 27.186 951.811
42 R-42 24.92 17.74 6.08 3.13 79.96 948.00 18.356 8.225 4.128 2.543 60.171 480.262
43 R-43 15.24 16.09 5.04 0.84 82.35 200.00 6.148 9.618 2.822 -0.302 53.177 -145.878
44 R-44 11.24 14.34 5.06 2.06 85.26 399.00 5.680 8.470 3.221 1.754 55.215 326.030
45 R-45 21.74 25.03 6.25 1.70 57.10 153.00 17.639 19.798 4.404 0.948 25.993 7.425
46 R-46 15.71 17.90 4.15 1.52 77.62 697.00 7.778 8.768 1.870 0.900 56.787 641.178
47 R-47 25.53 29.14 6.08 3.44 41.78 3783.00 19.798 22.609 4.566 2.885 13.460 3528.700
48 R-48 24.50 28.34 7.67 3.10 80.80 4121.00 15.185 17.708 5.452 1.845 65.557 2740.772
49 R-49 16.13 21.27 3.39 1.25 51.25 2404.00 7.191 10.930 0.592 0.119 21.770 900.453
50 R-50 15.28 33.75 3.82 1.46 41.20 80.83 9.395 25.990 2.583 1.004 22.501 -796.269
51 R-51 27.06 21.47 4.85 2.06 55.36 420.00 21.485 9.156 3.456 1.527 40.328 390.509
52 R-52 25.70 24.83 3.81 0.50 51.80 1666.67 15.827 16.997 2.040 -0.252 31.602 1513.433
53 R-53 15.34 22.51 3.56 0.30 55.40 394.17 5.963 13.451 2.170 0.118 36.501 -213.915
54 R-54 12.78 17.93 4.05 1.59 57.03 760.00 7.183 9.717 2.751 1.481 36.817 616.187
Berdasarkan hasil uji otokorelasi setelah adanya perbaikan maka

diperoleh nilai Durbin Watson sebesar 1,784 dan berada pada rentang 1,77
107

sampai dengan 2,23 yang berarti tidak ada otokorelasi pada model regresi.

(Algifari,77). Dengan demikian persamaan model regresi yang diperoleh tidak

mengandung otokorelasi.

Tabel 4.10 Uji Otokorelasi Setelah Perbaikan


Model
1 Durbin-Watson 1,784
Sumber: Data input SPSS yang diolah

Berdasarkan dari keempat pengujian diatas menunjukkan bahwa data

penelitian membentuk distribusi normal dan persamaan regresi yang diperoleh

tidak mengalami penyimpangan asumsi klasik baik multikoliniertas,

heteroskedastisitas, normalitas, maupun otokorelasi, dengan demikian

persamaan regresi yang diperoleh efisien untuk menggambarkan bentuk

hubungan antar variabel penelitian.

4.4. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang terkait dengan judul, permasalahan,

dan hipotesis penelitian maka, dalam penelitian ini ada beberapa hal yang

dapat dijelaskan yaitu sebagai berikut : Pada dasarnya harga saham di pasar

modal dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu diantaranya adalah

faktor yang berhubungan dengan kondisi fundamental perusahaan. Hal ini

telah diutarakan oleh Machfoed (1999), Jogiyanto (2000), Husnan (2001), dan

Ang,(1997). Yang temasuk faktor fundamental disini adalah kinerja keuangan

perusahaan. Dalam penelitian ini mencoba menguji kebenaran dari teori-teori

tersebut, kemudian sesuai dengan hasil penelitian ini menambah kekuatan dari

teori-teori yang ada, karena berdasarkan hasil analisis regresi secara simultan
108

atau bersama-sama kinerja keuangan bank yang terdiri dari rasio CAR,

RORA, NIM, ROA, dan LDR mempengaruhi harga saham perbankan yang

terdaftar di BEJ periode tahun 2003-2005.

Berdasarkan hasil dari analisis regresi dalam penelitian ini diketahui

bahwa kinerja keuangan yang di proksikan dengan (CAR, RORA, NIM, ROA

dan LDR) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perubahan harga

saham perusahaan perbankan yang telah go public, sehingga dapat dijadikan

sebagai salah satu dasar atau pedoman bagi investor didalam memprediksi

perubahan harga saham dan membantu didalam pengambilan keputusan

berinvestasi dalam bentuk saham. Dari hasil penelitian ini maka, didalam

memprediksi prospek perubahan akan investasi berupa saham pada

perusahaan perbankan terlebih dulu para investor dapat menganalisa mengenai

kondisi keuangan perusahaan sebelum memutuskan untuk berinvestasi,

melihat apakah kondisi keuangan perusahaan bank yang dinilai dari besarnya

rasio keuangan apakah sudah sesuai dengan standar yang telah tetapkan oleh

Bank Indonesia, baik dari aspek yang berhubungan dengan struktur

permodalan, pengelolaan aktiva, perolehan profit, maupun yang berkaitan

dengan tingkat likuiditas bank, karena berdasar atas hasil analisis yang

diperoleh dari penilaian pada kinerja keuangan bank dalam penelitian ini

dengan melakukan pengukuran pada rasio-rasio keuangan perusahaan bank,

memberikan kontribusi sebesar 38,1% didalam menjelaskan atau

mempengaruhi perubahan naik atau turunnya harga saham bank, sedangkan

sisanya sebesar 61,9% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak temasuk
109

kedalam kajian fundamental (kondisi intern) perusahaan perbankan khususnya

menyangkut kinerja keuangan perusahaan.

Penilaian mengenai kinerja keuangan bank kaitannya didalam

memprediksi perubahan harga saham mempunyai pengaruh secara signifikan

sebesar 38,1%, hal ini disebabkan disamping dipengaruhi oleh kinerja

perusahaan sendiri juga karena saham-saham perusahaan perbankan yang

telah diperdagangkan di BEJ juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang

berasal dari eksternal perusahaan, diantaranya perubahan harga saham sangat

peka terhadap gejolak indikator makro yang bersifat teknikal yang cenderung

lebih dipengaruhi oleh perubahan kondisi pada pasar bursa, dengan kata lain

perubahan harga saham juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti tingkat

inflasi, tingkat suku bunga, kurs valas, volume transaksi dan kondisi

lingkungan yang mencakup kestabilan ekonomi dan politik, karena sesuai

hasil dari penelitian ini diketahui bahwa faktor kinerja keuangan perusahaan

memberikan pengaruh relatif kecil dan selebihnya faktor lain yang relatif lebih

besar pengaruhnya terhadap perubahan harga saham lebih dikarenakan oleh

faktor eksternal yang berhubungan dengan kondisi dari luar perusahaan.

Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa, Capital Adequacy Ratio

mempunyai pengaruh terhadap harga saham. Capital Adequacy Ratio

merupakan rasio kecukupan modal, dimana semakin tinggi nilai CAR maka

akan berpengaruh pada tingginya harga saham, dan sebaliknya jika nilai CAR

menurun maka harga sahampun juga akan ikut turun, hal ini disebabkan

karena dengan nilai CAR yang tinggi mengindikasikan bahwa bank berada
110

dalam kondisi yang solvable yang berarti jumlah modal yang dimiliki oleh

bank lebih besar dari pinjaman atau kredit yang diberikan kepada para

nasabah, sehingga pihak bank dinilai masih bisa membiayai biaya yang

dikeluarkan untuk keperluan operasional perusahaan dari modal yang dimiliki.

Dalam berinvestasi, pada dasarnya investor cenderung akan lebih banyak

menginvestasikan dananya pada perusahaan perbankan yang memiliki CAR

yang tinggi, karena rasio tersebut dapat menggambarkan kondisi permodalan

perusahaan, antara lain dengan CAR yang tinggi maka, (1) tingkat kecukupan

modal telah sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yaitu sebesar (8%), (2)

modal perusahaan telah cukup, dalam artian cukup untuk menjalankan usaha

dan cukup untuk menanggung risiko yang kemungkinan akan timbul bila

terjadi likuidasi,(3) dengan CAR yang tinggi berarti aktiva berisiko rendah.

Dengan gambaran yang diperoleh dari rasio CAR perbankan, maka semakin

jelas dan rasional apabila investor sebelum membeli saham

mempertimbangkan rasio tersebut. Dalam penelitian ini dari 18 perusahaan

perusahaan perbankan go public dan menawarkan sahamnya di BEJ, PT. Bank

Mandiri mempunyai tingkat CAR paling tinggi apabila dibandingkan dengan

PT. Bank Permata, secara rasional dari dua pilihan tersebut, investor akan

memilih berinvestasi pada PT. Bank Mandiri, karena bank tersebut memiliki

CAR yang cukup. Kinerja keuangan CAR akhirnya akan menjadi daya tarik

bagi investor untuk menanamkan dananya. Karena semakin banyak investor

berinvestasi menanamkan dananya dalam perusahaan akan membawa sinyal

positif bagi pihak perusahaan. Jadi sesuai dengan hukum permintaan dan
111

penawaran semakin banyak permintaan (saham) maka akan semakin

meningkat pula harga saham. Hal ini konsisten dengan penelitian Jogiyanto

dan Zainuddin (1999) yang menyatakan bahwa semakin tinggi CAR semakin

besar pula modal tersebut dan semakin tinggi harga saham. Dalam penelitian

ini CAR berpengaruh secara signifikan dan bersifat positif terhadap harga

saham. Hal ini konsisten dengan penelitian sebelumnya oleh Magdalena

(2004), Etty (2003) dan Tadi (2005).

Rata-rata CAR perusahaan perbankan di BEJ selama tahun 2003-2005

telah memenuhi dari batas ketentuan yang telah ditetapkan oleh BI yaitu tidak

kurang dari 8% sehingga dari situ diketahui bahwa secara keseluruhan kondisi

permodalan perusahaan perbankan yang terdaftar di BEJ memiliki modal yang

cukup kuat didalam membiayai kegiatan operasional bank yang berarti

mengindikasikan bahwa secara keseluruhan bank berada dalam kondisi

solvable, menunjukkan jumlah modal yang dimiliki oleh bank lebih besar dari

pinjaman atau kredit yang diberikan kepada para nasabah, sehingga pihak

bank dinilai masih bisa membiayai biaya yang dikeluarkan untuk keperluan

operasional perusahaan, dengan begitu rasio ini dinilai bisa dijadikan sebagai

salah satu dasar atau pedoman bagi para calon investor untuk melakukan

investasi berupa saham. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata

CAR perusahaan perbankan di BEJ selama tiga tahun 2003-2005 relatif tinggi,

pada tahun 2003 nilai rata-rata CAR adalah sebesar 18, 636%, pada tahun

2004 19,0 %, dan pada tahun 2005 sebesar 18,79%.


112

RORA (Return On Risk Assets) merupakan perbandingan antara

pendapatan operasi dengan risk asset yang digunakan untuk mengukur

kemampuan bank dalam mengoptimalkan penanaman aktiva yang dimiliki

untuk memperoleh laba. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata

RORA perusahaan perbankan di BEJ tahun 2003-2005 relatif baik karena

telah sesuai dengan ketentuan dari BI yaitu tidak kurang dari 7,85%. Hal ini

berarti bahwa perusahaan bank telah mampu mengoptimalkan pengelolaan

terhadap aktiva yang dimiliki untuk memperoleh keuntungan dari kegiatan

operasionalnya. Dari 18 perusahaan perusahaan perbankan yang menawarkan

sahamnya di BEJ dalam penelitian hanya PT. Bank Niaga dianggap kurang

maksimal dalam memperoleh keuntungan yang memadai dari modal yang

digunakan untuk menjalankan usaha. Dengan demikian menunjukkan bahwa

perusahaan perbankan yang terdaftar di BEJ telah mampu mengoptimalkan

penanaman modalnya dalam rangka memperoleh laba yang setinggi-tingginya

sehingga dapat dijadikan pertimbangan bagi investor untuk melakukan

investasi.

Pada penelitian ini di peroleh hasil bahwa RORA (X2) tidak mempunyai

pengaruh secara signifikan terhadap harga saham, dikarenakan kecenderungan

para investor yang lebih memfokuskan perhatian mereka dalam menyikapi

kebijakan deviden dari perusahaan perbankan dan investor cenderung lebih

tertarik memperoleh keuntungan atau return berupa capital gain di banding

melihat besarnya harapan pembagian keuntungan dari optimal atau tidaknya

bank didalam melakukan pengelolaan atas aktiva yang ditanamkan dengan


113

melihat besarnya dari rasio RORA, sehingga rasio ini kurang mendapat

perhatian investor dalam melakukan investasi dalam bentuk saham, yang

menyebabkan rasio ini memiliki pengaruh yang relatif kecil atau tidak

memiliki pengaruh secara signifikan didalam memprediksi perubahan harga

saham perusahaan perbankan.

Kendati demikian RORA memiliki hubungan yang positif terhadap

harga saham, hal ini konsisten dengan pernyataan (Artur J. Keown),

bahwasannya saham memiliki tagihan terhadap sisa pendapatan, tapi juga

memiliki tagihan terhadap aktiva jika terjadi likuidasi, sisa tagihan terhadap

aktiva ini akan menambah risiko saham. Maka, meskipun saham secara

historis memiliki pengembalian yang lebih tinggi dari bentuk sekuritas

lainnya, maka risiko yang ditanggung juga semakin besar.

Rasio NIM ini berfungsi untuk mengukur tingkat kembalian keuntungan

bunga bersih terhadap terhadap pengelolaan aktiva produktifnya, sehingga

diketahui kemampuan bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk

menghasilkan pendapatan bunga bersih. Pendapatan bunga bersih diperoleh

dari pendapatan bunga setelah dikurangi dengan beban bunga. Semakin besar

rasio ini maka semakin baik pengelolaan bank terhadap aktiva produktif yang

dimiliki atau yang dikelola oleh bank, sehingga semakin besar tingkat

kembalian keuntungan dari pendapatan bunga bersihnya (Luciana Spica

Almilia,2003: 21).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai NIM hampir keseluruhan

perusahaan perbankan yang terdaftar di BEJ periode 2003-2005 mengalami


114

peningkatan, hal ini berarti perusahaan perbankan tersebut telah mampu

mengelola aktiva produktifnya dalam rangka mengasilkan laba. Pada

penelitian ini didapatkan hasil bahwa nilai NIM (X3) tidak mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Hal ini disebabkan karena

investor masih beranggapan bahwa pendapatan atas bunga yang diperoleh

tidak sebanding dengan risiko yang akan dihadapi dari besarnya jumlah aset

yang dikelola bank untuk pembiayaan atas aktiva produktif berisiko berupa

kredit yang diberikan, penempatan dana diluar bank dari investasi yang

ditanamkan bila terjadi likuidasi, dan perusahaan bank sendiri cenderung lebih

menginginkan perolehan laba dari bunga terlebih dahulu digunakan untuk

menambah modal bank sehingga akan memperkuat kegiatan operasional bank,

karena itu investor lebih memilih memperoleh keuntungan berupa capital gain

berupa selisih modal yang dikeluarkan didalam membeli atau memperoleh

saham apabila nantinya hendak menjual saham yang dimiliki dengan harga

diatas harga beli, sehingga rasio ini kurang mendapat perhatian oleh investor

dalam berinvestasi dan memprediksi perubahan harga saham bank yang

menyebabkan rasio ini memberikan pengaruh relatif kecil terhadap perubahan

harga saham dan tidak memiliki pengaruh secara signifikan didalam

menjelaskan perubahan harga saham perusahaan bank.

Tingkat ROA merupakan gambaran kemampuan bank untuk

memperoleh laba (pengembalian aset) yang digunakan dalam operasi

perusahaan dengan menggunakan aset yang tersedia. Karenanya rasio ini tidak

kalah penting digunakan dalam memprediksi harga saham. Rasio ini


115

merupakan perbandingan antara laba bersih yang diperoleh perusahaan dengan

total aktiva. Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa nilai ROA (X4)

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Semakin tinggi

rasio ini maka akan semakin tinggi pula harga saham, sebaliknya jika rasio ini

mengalami penurunan maka akan menurun pula harga saham. Dari rasio ROA

para investor dapat mengetahui tingkat kemampuan perusahaan untuk

memperoleh laba, ketentuan Bank Indonesia sendiri terhadap tingkat ROA

adalah tidak kurang dari 1,22%. Pada ekonomi konvensional motif utama

investor dalam menanamkan dananya adalah untuk pencapaian laba atau

keuntungan maksimal. Jadi apabila suatu perusahaan mempunyai ROA yang

tinggi maka perusahaan tersebut mampu menghasilkan laba yang tinggi pula,

dengan laba yang tinggi, akan semakin tinggi pula besarnya deviden yang

akan dibagikan kepada investor. Kondisi seperti inilah yang menjadi daya

tarik masyarakat untuk memiliki saham perusahaan tersebut. Karena apabila

perusahaan dianggap kurang mampu dalam menghasilkan laba dari aktiva

yang dimiliki maka, akan berdampak pada persepsi negatif investor yang akan

berimbas pada menurunnya harga saham. Sebagai contoh, pada PT. Bank

Rakyat Indonesia mempunyai ROA yang tinggi, sedangkan PT.Bank Kesawan

mempunyai tingkat ROA yang sangat rendah. Dari kondisi itu secara rasional

investor akan memilih berinvestasi pada PT. Bank Rakyat Indonesia daripada

PT. Bank Kesawan, karena jika berinvestasi pada PT. Bank BRI kita akan

mendapatkan dua keuntungan, yaitu dari deviden dan capital gain, namun

kalau berinvestasi pada PT.Bank Kesawan hanya memperoleh satu


116

keuntungan yaitu dari capital gain dengan begitu investor akan memilih

berinvestasi pada perusahaan yang dinilai lebih menguntungkan, sehingga

akan berpengaruh terhadap naiknya harga saham perusahaan yang

bersangkutan. Dari hasil pada penelitian ini dapat diketahui bahwa disamping

memperoleh keuntungan dari capital gain investor juga memperhatikan

tingkat pencapaian profitabilitas bank dengan melihat dari besarnya rasio

return on assets untuk memutuskan investasi dalam bentuk saham, sehingga

rasio ini dapat dijadikan sebagai salah satu perhatian atau faktor oleh investor

didalam memprediksi mengenai perubahan harga saham perusahaan, sehingga

rasio ROA berpengaruh secara signifikan pada perubahan harga saham

perusahaan bank

LDR merupakan rasio perbandingan antara dana yang disalurkan (kredit

yang diberikan) dari dana yang dapat dikumpulkan dari masyarakat (dana

pihak ketiga). Rasio ini merupakan rasio keuangan perusahaan yang

berhubungan dengan aspek likuiditas, semakin tinggi LDR berarti semakin

rendah tingkat likuiditas perusahaan perbankan. Sesuai dengan hasil

penelitian, bahwa LDR berpengaruh negatif terhadap harga saham. Dimana

semakin tinggi LDR akan semakin rendah harga saham, dan apabila tingkat

LDR terjadi penurunan maka harga saham akan mengalami kenaikan. Pada

dasarnya LDR dapat menggambarkan tingkat likuiditas ataupun tingkat risiko

dalam berinvestasi. Dengan LDR yang tinggi berarti perusahaan perbankan

mempunyai risiko yang tinggi, karena jumlah dana yang dipinjamkan

cenderung lebih besar dibandingkan dengan jumlah dana yang dikumpulkan


117

dari pihak ketiga. Sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia bahwa LDR

perusahaan perbankan tidak boleh lebih dari 110%, jadi apabila ada perbankan

yang mempunyai LDR tinggi, bahwasannya bank tersebut mempunyai risiko

yang tinggi pula. Karena apabila dengan tingginya LDR terjadi kesenjangan

antara jumlah kredit dengan jumlah simpanan yang berdampak pada makin

rendahnya likuiditas bank yang berpengaruh pada tingkat kepercayaan

investor, selanjutnya jumlah kredit yang disalurkan tersebut ternyata sebagian

besar menjadi kredit macet, dengan kredit macet itulah maka akan menaikkan

tingkat NPL (Non Performing Loan). Dengan NPL yang tinggi maka bank

tersebut mempunyai risiko yang tinggi pula, dan kemungkinan terjadi investor

tidak percaya lagi kepada bank tersebut untuk mengembalikan dananya yang

pada akhirnya dapat menyebabkan penurunan harga saham perusahaan,

karenanya investor tidak memusatkan perhatiannya pada tingkat rasio LDR

meskipun tergolong pada batas aman, dikarenakan perolehan sebagian besar

laba dari besarnya kredit yang diberikan bank belum bisa dikatakan aman

sepenuhnya karena kemungkinan adanya resiko kredit macet yang

berpengaruh pada pemenuhan tingkat likuiditas bank masih bisa terjadi, hal

inilah yang menjadi alasan mengapa investor kurang memperhatikan rasio ini

dalam berinvestasi, sehingga tidak memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap perubahan harga saham. Dan kondisi yang mungkin terjadi lagi

adalah penarikan besar-besaran jumlah dana masyarakat pada bank tersebut.

Jadi dengan LDR yang tinggi jelas risiko bank menjadi tinggi pula, selain itu

apabila risiko bank tersebut benar-benar terjadi dan tidak ada solusinya, maka
118

pencapaian laba akan menjadi minus (rugi). Hal inilah yang dapat mengancam

keberadaan bank tersebut, dan selanjutnya akan berdampak pada tidak lakunya

saham bank tersebut di pasar modal. Hal ini sesuai dengan teori Husnan

(2004) dimana perubahan komposisi hutang mempunyai dampak terhadap

harga saham.

Anoraga (2001, 88-89) menjelaskan bahwa informasi yang di butuhkan

oleh investor dalam pengambilan keputusan investasi dipasar modal ada tiga

jenis diantaranya informasi berupa faktor fundamental yang merupakan

informasi yang berkaitan dengan keadaan perusahaan, kondisi umum industri

yang sejenis, dan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kondisi dan

prospek perusahaan di masa yang akan datang, informasi berupa faktor teknis

yang mencerminkan kondisi perdagangan efek, fluktuasi kurs, volume

transaksi, dan sebagainya. Informasi ini sangat penting untuk menentukan

kapan suatu efek harus dibeli, dijual, atau ditukar dengan efek lain agar dapat

memperoleh keuntungan yang maksimal. Yang terakhir informasi terhadap

faktor lingkungan yaitu yang mencakup kondisi ekonomi, politik dan

keamanan negara.

Informasi ini dapat mempengaruhi prospek perusahaan serta

perkembangan perdagangan efeknya, baik secara fundamental maupun

teknikal. Menurut Husnan (2001) dasar yang dapat digunakan untuk

meramalkan harga saham diantaranya yaitu laba perusahaan, pertumbuhan

penjualan, dividen yang dibagikan, variabilitas (besar kecilnya) laba dan

sebagainya.
119

Dari rasio kinerja keuangan perbankan yang terdiri dari Capital

Adequacy ratio, Return on Risked Asset, Net Interest Margin, Return on Asset

dan Loan to Deposit Ratio sesuai hasil penelitian rasio yang mempunyai

pengaruh paling besar terhadap harga saham adalah Return On Assets (ROA).

Karena ROA dapat dijadikan ukuran untuk mendapatkan pengembalian modal

yaitu dari deviden. Berdasarkan penelitian bahwasannya masyarakat dalam

berinvestasi lebih mengutamakan pada tingkat pencapaian laba dan keamanan

dalam berinvestasi oleh karena itu para investor hendaknya berlaku cermat

dalam menetapkan keputusannya pada pembelian salah satu saham perusahaan

yang diminatinya.

4.4.1 Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari sepenuhnya, bahwa masih banyak keterbatasan dalam

penelitian ini, diantaranya:

1. Penelitian menggunakan data sekunder sehingga analisis data sangat

bergantung pada hasil publikasi data (laporan keuangan perusahaan).

Laporan keuangan sebagai data rasio mempunyai keterbatasan karena

mempunyai metode dan kebijakan akuntansi yang berbeda sehingga sulit

untuk diperbandingkan.

2. Penelitian ini tidak memperhatikan faktor eksternal dan indikator-indikator

ekonomi dalam desain penelitian makro pasar, terutama di negara

berkembang seperti Indonesia berupa tingkat inflasi, tingkat suku bunga

yang secara logis memiliki pengaruh terhadap angka-angka akuntansi

sebagai data mentah dalam penelitian ini.


120

3. Periode pengamatan yang singkat (3 tahun) menyebabkan sampel yang

digunakan dalam penelitian ini sedikit.

4. Dalam penelitian ini diasumsikan bahwa investor telah melihat informasi

keuangan dari laporan keuangan perusahaan yang diterbitkan pada tanggal

31 Desember dan dipublikasikan pada catur wulan pada awal tahun.

5. Kurang sempurnanya penelitian ini juga disebabkan karena keterbatasan

kemampuan, tenaga, dan waktu peneliti.


BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan pada penelitian ini,

maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1 Secara parsial rasio CAR dan ROA berpengaruh secara signifikan terhadap

perubahan harga saham perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa

Efek Jakarta (BEJ) periode tahun 2003-2005, sedangkan untuk rasio

RORA, NIM, dan LDR tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

perubahan harga saham perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa

Efek Jakarta (BEJ) periode 2003-2005.

2. Secara simultan atau bersama-sama kinerja keuangan yang diproksikan

dengan rasio CAR, RORA, NIM, ROA dan LDR berpengaruh secara

signifikan terhadap harga saham perusahaan perbankan yang terdaftar di

Bursa Efek Jakarta (BEJ) periode 2003-2005 sebesar 38,1%, sedangkan

selebihnya sebesar 61,9% disebabkan oleh faktor diluar aspek fundamental

(kinerja keuangan perusahaan) seperti tingkat inflasi, tingkat suku bunga,

fluktuasi kurs valas, volume transaksi dan kondisi lingkungan yang

mencakup kestabilan ekonomi dan politik.

3 Non signifikansi rasio RORA, NIM, dan LDR lebih dikarenakan investor

cenderung lebih tertarik memperoleh keuntungan atau return berupa

capital gain.

121
122

5.2 Saran

Berdasarkan simpulan dari hasil penelitian diatas, maka peneliti

menyarankan sebagai berikut :

1. Selain melakukan analisa terhadap kinerja keuangan perusahaan bank

(kondisi internal perusahaan), didalam memperkirakan pergerakan harga

saham perusahaan, investor juga harus menganalisa faktor-faktor yang

berasal dari luar perusahaan (kondisi ekstern perusahaan) yang

berhubungan dengan kondisi perdagangan efek, antara lain seperti tingkat

inflasi, tingkat suku bunga, fluktuasi kurs valas, volume transaksi dan

kondisi lingkungan yang mencakup kestabilan ekonomi dan politik,

sebagai bahan pertimbangan analisa sebelum mengambil keputusan untuk

menginvestasikan dananya dalam bentuk saham, dikarenakan saham-

saham perusahaan perbankan yang telah diperdagangkan di BEJ sangat

peka terhadap gejolak indikator makro tersebut.

2. Bagi pihak perusahaan perbankan yang telah menjual sahamnya di BEJ,

hendaknya lebih meningkatkan nilai RORA, NIM dan LDR dengan

memperkuat modal yang dimiliki dan peningkatan efisiensi terhadap

pengelolaan aktiva sehingga akan meningkatkan profit perusahaan, agar

menjadi salah satu prioritas atau dasar pertimbangan pengambilan

keputusan bagi investor dalam berinvestasi yang akan berdampak pada

naiknya harga saham perusahaan, sehingga rasio keuangan tersebut

memiliki pengaruh yang lebih baik didalam menjelaskan mengenai

perubahan harga saham.


123

3. Bagi peneliti lain yang hendak melakukan penelitian sejenis, selain

memperhatikan dari segi kondisi intern perusahaan dalam kaitannya untuk

memprediksi perubahan harga saham bank, ada baiknya jika memasukkan

faktor yang berasal dari eksternal perusahaan diantaranya volume transaksi

dan dari earning per share (rasio pasar) guna memperoleh hasil lebih

akurat.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi 1996. Prosedur Penelitian Pendekatan Praktek. Jakarta :


Rineka Cipta . 1997
----------, 1997, Pendekatan Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.
Ang, Robert. 1997. Pasar Modal Indonesia : Media Soft Indonesia.
Algifari, 2000. Analisis regresi: Teori, Kasus, dan Solusi. Yogyakarta : Liberty

Anoraga, Pandji.2001. Pengantar Pasar Modal (edisi revisi). Jakarta : PT. Rineka
Cipta.
Astuti, Pudji. 2002. Analisis variabel-variabel yang mempengaruhi harga pasar
saham Perusahaan Perbankan di BEJ. Kompak No.6 301-327.
Artur, J. Keown . Dasar – dasar Manajemen keuangan.Pearson Education Asia
Pte. Ltd. 1997.
Brigham, Eugene F. dan Joel F. Houston 2001. Manajemen Keuangan. Jakarta :
Erlangga.
Darmadji T. dan Hendy M. Fakhfuddin. 2001. Pasar Modal Di Indonesia. Jakarta:
Salemba Empat.
Etty M Nasser dan Titik Ariyati 2000. Analisis Perbandingan Kinerja Bank
Pemerintah dan Swasta dengan Rasio Camel serta Pengaruhnya
terhadap Harga Saham. Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia
Volume 4.
Eny Kristiani W. 2002. Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga
Saham.(studi kasus pada perusahaan perbankan di BEJ). Jurnal Riset
Akuntansi Vol.2
Ghozali, I. dan Fx. Sugiyanto, 2002 Meneropong Hitam Putih Pasar Modal.
Yogyakarta : Gama Media.
Ghozali, Imam, 2001.Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
Semarang : Badan Penerbit UNDIP.
Gujarati, Damodar. 2003. Basic Econometrics. New York : Mc. Graw Hill.

124
125

Husnan, Suad dan Enny Pudjiastuti 2002 Dasar- dasar Manajemen Keuangan :
Edisi ketiga. Yogyakarta : UPP – AMP – YKPN.
---------, 1998. Dasar dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Yogyakarta :
UPP – AMP – YKPN.
Halim, Abdul 2003. Analisis Investasi.2003 Jakarta : Salemba Empat.
Hanafi, Mamduh dan Halim, Abdul. 2003. Analisis Laporan Keuangan.
Yogyakarta : UPP AMP YKPN.
Harun Al-Rasyid. 1999 Teknik Penarikan Sampel dan Penyusunan Skala . Unpad
. Bandung.
Jogiyanto,H.M.2000. Teori Portofolio dan Analisis Investasi (edisi kedua)
Yogyakarta : BPFE
Kasmir, 2003. Manajemen Perbankan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Munawir. 2001. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta : Liberty.


Mabruroh. 2004. Manfaat dan Pengaruh Rasio Keuangan dalam Analisis Kinerja
Keuangan Perbankan. Benefit, Vol. 8, No. 1
Payamta dan Machfoed.1999, ” Evaluasi Kinerja Perusahaan Perbankan Sebelum

dan Sesudah Menjadi Perusahaan Go Publik di BEJ”. Kelola No.2

Publikasi Laporan Keuangan Perbankan. http ://www.jsx.co.id/iklan laporan


keuangan bank (2006).
Ringkasan Kinerja Perbankan. http ://www.jsx.co.id (2006).
Suyatno, T. dkk 1999. Kelembagaan Perbankan Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 tentang
tata cara penilaian tingkat kesehatan bank umum.
Tadi, Mochamad. 2005 Analisis CAR, LDR, ROA dan Pengarunya Terhadap
Harga Saham Perusahaan Paerbankan Yang Terdaftar di BEJ.
Semarang : UNNES
Tarmizi, Achmad dan Willyanto Kartiko Kusuno. 2003. Analisis Rasio-rasio
Keuangan Sebagai Indikator dalam Memprediksi Potensi Kebangkrutan
Perbankan di Indonesia. Media Ekonomi dan Bisnis, Vol. XV, No.1.
126

Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1994 . Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
UNNES. 2002. Pedoman Umum Penulisan Karya Ilmiah ( Skripsi, Tesis,
Disertasi), Semarang . UNNES.
WWW. BI. GO.ID
127

Lampiran 1.

Tabel Daftar Sampel Perusahaan Bank Go Public

No. Nama Bank


1 PT. Bank Permata Tbk.
2 PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk.
3 PT. Bank Panin Tbk.
4 PT. Bank Arta Niaga Kencana Tbk.
5 PT. Bank Negara Indonesia Tbk.
6 PT. Bank Buana Indonesia Tbk.
7 PT. Bank Mayapada Intrnsional Tbk.
8 PT. Bank Niaga Tbk.
9 PT. Bank BII Tbk.
10 PT. Bank NISP Tbk.
11 PT. Bank Central Asia Tbk.
12 PT. Bank Danamon Tbk.
13 PT. Bank Mega Tbk.
14 PT. Bank Victoria Tbk
15 PT. Bank Swadesi Tbk
16 PT. Bank Mandiri Tbk
17 PT. Bank Kesawan Tbk
18 PT. Bank Nusantara Parahyangan Tbk

Sumber: Indonesian Capital Market Directory (ICMD)2006


Lampiran 2 DATA HASIL PENELITIAN
No Perusahaan Bank CAR % RORA % NIM % ROA % LDR % Harga saham rata-rata t-3,t+3
1 PT. Bank Permata Tbk. 10.80 40.92 4.40 1.94 41.30 35.00
2 PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk. 16.64 36.96 9.54 4.11 62.37 1533.00
3 PT. Bank Panin Tbk. 18.45 36.32 9.78 2.38 72.35 128 340.00
4 PT. Bank Arta Niaga Kencana Tbk. 21.80 20.91 6.59 0.78 62.07 900.00
5 PT. Bank Negara Indonesia Tbk. 18.16 34.27 4.33 0.77 44.09 1138.00
6 PT. Bank Buana Indonesia Tbk. 22.32 31.29 5.19 2.31 43.37 500.00
7 PT. Bank Mayapada Intrnsional Tbk. 14.82 21.95 6.76 0.18 78.45 135.00
8 PT. Bank Niaga Tbk. 11.58 20.52 4.48 1.92 72.82 37.00
9 PT. Bank BII Tbk. 22.05 42.01 3.20 0.87 34.91 120.00
10 PT. Bank NISP Tbk. 13.78 17.68 3.69 1.71 77.95 498.00
11 PT. Bank Central Asia Tbk. 27.95 47.95 4.45 2.60 24.62 3829.00
12 PT. Bank Danamon Tbk. 26.80 41.43 5.12 3.20 56.50 2763.00
13 PT. Bank Mega Tbk. 14.04 26.43 6.73 3.24 55.61 1150.00
14 PT. Bank Victoria 12.22 34.11 2.44 0.69 40.22 52.50
15 PT. Bank Swadesi 26.65 26.04 6.05 2.45 59.17 330.00
16 PT. Bank Mandiri 27.70 43.91 3.65 2.80 42.50 1358.33
17 PT. Bank Kesawan 15.99 11.88 5.83 0.36 43.90 180.00
18 PT. Bank Nusantara Parahyangan 13.67 25.17 3.50 1.84 40.43 700.00
19 PT. Bank Permata Tbk. 12.40 23.74 5.80 2.30 57.20 802.00
20 PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk. 17.19 29.79 12.16 5.77 75.69 2833.00
21 PT. Bank Panin Tbk. 19.43 28.88 6.38 5.61 72.93 506.00
22 PT. Bank Arta Niaga Kencana Tbk. 20.99 14.80 4.35 1.58 71.26 770.00
23 PT. Bank Negara Indonesia Tbk. 19.09 26.77 5.59 2.41 55.12 1790.00
24 PT. Bank Buana Indonesia Tbk. 23.83 20.42 5.75 2.66 58.55 893.00
25 PT. Bank Mayapada Intrnsional Tbk. 14.43 17.47 6.67 2.11 73.74 138.00
26 PT. Bank Niaga Tbk. 12.29 14.92 5.30 2.76 85.28 490.00
27 PT. Bank BII Tbk. 23.24 31.41 5.22 2.32 44.22 200.00
28 PT. Bank NISP Tbk. 15.11 16.64 4.66 2.50 77.34 808.00
29 PT. Bank Central Asia Tbk. 24.95 33.61 5.02 3.21 30.60 3413.00
30 PT. Bank Danamon Tbk. 27.00 27.80 7.56 4.50 72.20 4379.00
31 PT. Bank Mega Tbk. 16.53 23.42 5.83 2.99 48.80 2304.00
32 PT. Bank Victoria 12.55 28.52 5.17 1.54 54.72 56.67
33 PT. Bank Swadesi 26.95 20.00 5.60 2.34 54.11 400.00
34 PT. Bank Mandiri 28.30 27.12 4.41 3.10 53.70 1695.00
35 PT. Bank Kesawan 14.84 22.80 4.95 0.37 52.32 370.00
36 PT. Bank Nusantara Parahyangan 12.86 18.50 4.60 1.98 52.39 700.00
37 PT. Bank Permata Tbk. 10.50 17.60 5.90 1.20 78.50 707.00
38 PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk. 18.29 25.61 12.17 5.04 77.83 3579.00
39 PT. Bank Panin Tbk. 17.72 22.16 4.11 2.27 55.17 496.00
40 PT. Bank Arta Niaga Kencana Tbk. 22.57 16.17 4.12 1.52 74.15 905.00
41 PT. Bank Negara Indonesia Tbk. 17.99 26.08 5.35 1.61 54.24 1282.00
42 PT. Bank Buana Indonesia Tbk. 24.92 17.74 6.08 3.13 79.96 948.00
43 PT. Bank Mayapada Intern Tbk. 15.24 16.09 5.04 0.84 82.35 200.00
44 PT. Bank Niaga Tbk. 11.24 14.34 5.06 2.06 85.26 399.00
45 PT. Bank BII Tbk. 21.74 25.03 6.25 1.70 57.10 153.00
46 PT. Bank NISP Tbk. 15.71 17.90 4.15 1.52 77.62 697.00
47 PT. Bank Central Asia Tbk. 25.53 29.14 6.08 3.44 41.78 3783.00
48 PT. Bank Danamon Tbk. 24.50 28.34 7.67 3.10 80.80 4121.00
49 PT. Bank Mega Tbk. 16.13 21.27 3.39 1.25 51.25 2404.00
50 PT. Bank Victoria 15.28 33.75 3.82 1.46 41.20 80.83
51 PT. Bank Swadesi 27.06 21.47 4.85 2.06 55.36 420.00
52 PT. Bank Mandiri 25.70 24.83 3.81 0.50 51.80 1666.67
53 PT. Bank Kesawan 15.34 22.51 3.56 0.30 55.40 394.17
54 PT. Bank Nusantara Parahyangan 12.78 17.93 4.05 1.59 57.03 760.00
129

Lampiran 3. ANALISIS PERBAIKAN ADANYA OTOKORELASI

Berdasarkan hasil analisis regresi sebelumnya, diketahui:


N = 54
d = 1.304
k = 6 (banyaknya koefisien termasuk intersep)

2 2
N (1-d/2)+k
ρ =
2 2
N -k
1050.768
=
2880
= 0.365
Pada tahap selanjutnya dilakukan transformasi untuk data cara:
2
1) Untuk masing-masing data pertama dikalikan dengan akar (1-r )
2)
Untuk data selanjutnya dengan cara mengurangkan data tersebut dengan perkalian ρ dengan data sebelumnya dan seterusnya.

No Kode X1 X2 X3 X4 X5 Y X1* X2* X3* X4* X5* Y*

1 R-01 10.80 40.92 4.40 1.94 41.30 35.00 10.056 38.099 4.097 1.806 38.453 32.587
2 R-02 16.64 36.96 9.54 4.11 62.37 1533.00 12.700 22.030 7.935 3.402 47.302 1520.230
3 R-03 18.45 36.32 9.78 2.38 72.35 340.00 12.379 22.835 6.299 0.880 49.594 -219.315
4 R-04 21.80 20.91 6.59 0.78 62.07 900.00 15.069 7.659 3.022 -0.088 35.673 775.951
5 R-05 18.16 34.27 4.33 0.77 44.09 1138.00 10.206 26.641 1.926 0.485 21.444 809.635
6 R-06 22.32 31.29 5.19 2.31 43.37 500.00 15.694 18.787 3.610 2.029 27.284 84.801
7 R-07 14.82 21.95 6.76 0.18 78.45 135.00 6.677 10.534 4.866 -0.663 62.626 -47.425
8 R-08 11.58 20.52 4.48 1.92 72.82 37.00 6.173 12.512 2.014 1.854 44.198 -12.255
9 R-09 22.05 42.01 3.20 0.87 34.91 120.00 17.825 34.523 1.565 0.169 8.342 106.501
10 R-10 13.78 17.68 3.69 1.71 77.95 498.00 5.735 2.353 2.522 1.393 65.213 454.218
11 R-11 27.95 47.95 4.45 2.60 24.62 3829.00 22.922 41.499 3.104 1.976 -3.820 3647.305
12 R-12 26.80 41.43 5.12 3.20 56.50 2763.00 16.602 23.935 3.496 2.251 47.517 1365.989
13 R-13 14.04 26.43 6.73 3.24 55.61 1150.00 4.262 11.314 4.862 2.072 34.996 141.919
14 R-14 12.22 34.11 2.44 0.69 40.22 52.50 7.098 24.467 -0.015 -0.492 19.931 -367.078
15 R-15 26.65 26.04 6.05 2.45 59.17 330.00 22.192 13.595 5.160 2.198 44.496 310.845
16 R-16 27.70 43.91 3.65 2.80 42.50 1358.33 17.977 34.409 1.443 1.906 20.912 1237.930
17 R-17 15.99 11.88 5.83 0.36 43.90 180.00 5.884 -4.141 4.498 -0.662 28.394 -315.587
18 R-18 13.67 25.17 3.50 1.84 40.43 700.00 7.836 20.836 1.373 1.709 24.413 634.327
19 R-19 12.40 23.74 5.80 2.30 57.20 802.00 7.413 14.557 4.523 1.629 42.449 546.605
20 R-20 17.19 29.79 12.16 5.77 75.69 2833.00 12.666 21.128 10.044 4.931 54.821 2540.390
21 R-21 19.43 28.88 6.38 5.61 72.93 506.00 13.158 18.011 1.943 3.505 45.315 -527.620
22 R-22 20.99 14.80 4.35 1.58 71.26 770.00 13.901 4.263 2.022 -0.467 44.651 585.386
23 R-23 19.09 26.77 5.59 2.41 55.12 1790.00 11.432 21.370 4.003 1.834 29.121 1509.066
24 R-24 23.83 20.42 5.75 2.66 58.55 893.00 16.865 10.653 3.710 1.781 38.439 239.919
25 R-25 14.43 17.47 6.67 2.11 73.74 138.00 5.736 10.020 4.572 1.139 52.378 -187.811
26 R-26 12.29 14.92 5.30 2.76 85.28 490.00 7.025 8.546 2.866 1.990 58.376 439.651
27 R-27 23.24 31.41 5.22 2.32 44.22 200.00 18.756 25.966 3.286 1.313 13.106 21.224
28 R-28 15.11 16.64 4.66 2.50 77.34 808.00 6.631 5.180 2.755 1.654 61.206 735.030
29 R-29 24.95 33.61 5.02 3.21 30.60 3413.00 19.437 27.539 3.320 2.298 2.383 3118.201
30 R-30 27.00 27.80 7.56 4.50 72.20 4379.00 17.897 15.537 5.728 3.329 61.036 3133.767
31 R-31 16.53 23.42 5.83 2.99 48.80 2304.00 6.679 13.277 3.072 1.348 22.458 706.322
32 R-32 12.55 28.52 5.17 1.54 54.72 56.67 6.519 19.975 3.043 0.449 36.915 -783.944
33 R-33 26.95 20.00 5.60 2.34 54.11 400.00 22.371 9.594 3.714 1.778 34.145 379.324
34 R-34 28.30 27.12 4.41 3.10 53.70 1695.00 18.467 19.823 2.367 2.246 33.958 1549.060
35 R-35 14.84 22.80 4.95 0.37 52.32 370.00 4.515 12.905 3.341 -0.761 32.728 -248.421
36 R-36 12.86 18.50 4.60 1.98 52.39 700.00 7.446 10.181 2.794 1.845 33.301 565.006
37 R-37 10.50 17.60 5.90 1.20 78.50 707.00 5.808 10.850 4.222 0.478 59.386 451.605
130

38 R-38 18.29 25.61 12.17 5.04 77.83 3579.00 14.459 19.189 10.017 4.602 49.189 3321.051
39 R-39 17.72 22.16 4.11 2.27 55.17 496.00 11.047 12.816 -0.330 0.431 26.774 -809.798
40 R-40 22.57 16.17 4.12 1.52 74.15 905.00 16.105 8.085 2.620 0.692 54.021 724.034
41 R-41 17.99 26.08 5.35 1.61 54.24 1282.00 9.755 20.180 3.847 1.055 27.186 951.811
42 R-42 24.92 17.74 6.08 3.13 79.96 948.00 18.356 8.225 4.128 2.543 60.171 480.262
43 R-43 15.24 16.09 5.04 0.84 82.35 200.00 6.148 9.618 2.822 -0.302 53.177 -145.878
44 R-44 11.24 14.34 5.06 2.06 85.26 399.00 5.680 8.470 3.221 1.754 55.215 326.030
45 R-45 21.74 25.03 6.25 1.70 57.10 153.00 17.639 19.798 4.404 0.948 25.993 7.425
46 R-46 15.71 17.90 4.15 1.52 77.62 697.00 7.778 8.768 1.870 0.900 56.787 641.178
47 R-47 25.53 29.14 6.08 3.44 41.78 3783.00 19.798 22.609 4.566 2.885 13.460 3528.700
48 R-48 24.50 28.34 7.67 3.10 80.80 4121.00 15.185 17.708 5.452 1.845 65.557 2740.772
49 R-49 16.13 21.27 3.39 1.25 51.25 2404.00 7.191 10.930 0.592 0.119 21.770 900.453
50 R-50 15.28 33.75 3.82 1.46 41.20 80.83 9.395 25.990 2.583 1.004 22.501 -796.269
51 R-51 27.06 21.47 4.85 2.06 55.36 420.00 21.485 9.156 3.456 1.527 40.328 390.509
52 R-52 25.70 24.83 3.81 0.50 51.80 1666.67 15.827 16.997 2.040 -0.252 31.602 1513.433
53 R-53 15.34 22.51 3.56 0.30 55.40 394.17 5.963 13.451 2.170 0.118 36.501 -213.915
54 R-54 12.78 17.93 4.05 1.59 57.03 760.00 7.183 9.717 2.751 1.481 36.817 616.187
131

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N


VAR00012 724.2467 1110.83530 54
VAR00007 12.0186 5.57091 54
VAR00008 16.3513 9.02380 54
VAR00009 3.5058 1.97181 54
VAR00010 1.4054 1.24881 54
VAR00011 37.9665 16.57573 54

Correlations

VAR00012 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR00010 VAR00011


Pearson Correlation VAR00012 1.000 .472 .313 .432 .558 -.098
VAR00007 .472 1.000 .392 .155 .360 -.292
VAR00008 .313 .392 1.000 .029 .246 -.573
VAR00009 .432 .155 .029 1.000 .589 .358
VAR00010 .558 .360 .246 .589 1.000 .157
VAR00011 -.098 -.292 -.573 .358 .157 1.000
Sig. (1-tailed) VAR00012 . .000 .010 .001 .000 .240
VAR00007 .000 . .002 .131 .004 .016
VAR00008 .010 .002 . .416 .037 .000
VAR00009 .001 .131 .416 . .000 .004
VAR00010 .000 .004 .037 .000 . .128
VAR00011 .240 .016 .000 .004 .128 .
N VAR00012 54 54 54 54 54 54
VAR00007 54 54 54 54 54 54
VAR00008 54 54 54 54 54 54
VAR00009 54 54 54 54 54 54
VAR00010 54 54 54 54 54 54
VAR00011 54 54 54 54 54 54

Model Summary(b)

Change Statistics
Adjusted R Std. Error of R Square
Model R R Square Square the Estimate Change F Change df1 df2 Sig. F Change Durbi
1 .663(a) .440 .381 873.81994 .440 7.530 5 48 .000
a Predictors: (Constant), VAR00011, VAR00010, VAR00007, VAR00009, VAR00008
b Dependent Variable: VAR00012

ANOVA(b)

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.


132

1 Regression 28748676.839 5 5749735.368 7.530 .000(a)


Residual 36650942.082 48 763561.293
Total 65399618.921 53
a Predictors: (Constant), VAR00011, VAR00010, VAR00007, VAR00009, VAR00008
b Dependent Variable: VAR00012
Coefficients(a)

Standardized
Model Unstandardized Coefficients Coefficients t Sig. Correlations Collinear
Zero-
B Std. Error Beta order Partial Part Toleranc
1 (Constant) -532.809 629.155 -.847 .401
VAR00007 51.176 25.197 .257 2.031 .048 .472 .281 .219 .73
VAR00008 5.664 18.052 .046 .314 .755 .313 .045 .034 .54
VAR00009 137.520 80.322 .244 1.712 .093 .432 .240 .185 .57
VAR00010 295.182 130.874 .332 2.255 .029 .558 .310 .244 .53
VAR00011 -9.155 10.314 -.137 -.888 .379 -.098 -.127 -.096 .49
a Dependent Variable: VAR00012

Coefficient Correlations(a)

Model VAR00011 VAR00010 VAR00007 VAR00009 VAR00008


1 Correlations VAR00011 1.000 -.198 .230 -.316 .581
VAR00010 -.198 1.000 -.289 -.484 -.254
VAR00007 .230 -.289 1.000 -.047 -.126
VAR00009 -.316 -.484 -.047 1.000 -.083
VAR00008 .581 -.254 -.126 -.083 1.000
Covariances VAR00011 106.378 -266.689 59.801 -261.765 108.229
VAR00010 -266.689 17128.067 -954.153 -5089.818 -599.666
VAR00007 59.801 -954.153 634.912 -94.923 -57.489
VAR00009 -261.765 -5089.818 -94.923 6451.697 -120.952
VAR00008 108.229 -599.666 -57.489 -120.952 325.871
a Dependent Variable: VAR00012

Collinearity Diagnostics(a)

Condition
Model Dimension Eigenvalue Index Variance Proportions

(Constant) VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR00010 VAR00011


1 1 5.088 1.000 .00 .00 .00 .00 .01 .0
2 .357 3.775 .00 .04 .15 .05 .04 .0
3 .320 3.986 .02 .00 .00 .00 .45 .0
4 .116 6.617 .00 .57 .28 .23 .05 .0
5 .095 7.316 .01 .20 .06 .71 .34 .1
6 .023 14.805 .97 .18 .50 .00 .11 .7
a Dependent Variable: VAR00012
133

Residuals Statistics(a)

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N


Predicted Value -360.7464 2601.4570 724.2467 736.49702 54
Std. Predicted Value -1.473 2.549 .000 1.000 54
Standard Error of
Predicted Value 162.750 495.558 282.849 70.199 54
Adjusted Predicted Value -370.3028 2580.5930 722.0745 731.85065 54
Residual -1657.14075 1726.89868 .00000 831.58115 54
Std. Residual -1.896 1.976 .000 .952 54
Stud. Residual -2.098 2.214 .001 1.017 54
Deleted Residual -2028.20178 2166.89648 2.17219 950.87579 54
Stud. Deleted Residual -2.178 2.312 .003 1.035 54
Mahal. Distance .857 16.064 4.907 3.080 54
Cook's Distance .000 .208 .025 .041 54
Centered Leverage Value .016 .303 .093 .058 54
a Dependent Variable: VAR00012

Scatterplot

Dependent Variable: VAR00012

4
Regression Studentized Residual

-2

-4

-2 -1 0 1 2 3
Regression Standardized Predicted Value
134

LAMPIRAN 5. HARGA SAHAM PENUTUPAN BANK TAHUN 2003 – 2005

No Nama Perbankan Tahun Tgl Publikasi t-3 t-2 t-1 t0 t+1 t+2 t+3 Harga saham t-3,t+3

2003 31 Maret 2004 925 925 925 875 875 875 875 900.00
1 PT. Bank ANK Tbk. 2004 31 Maret 2005 770 770 770 770 770 770 770 770.00
2005 10 Maret 2006 890 900 910 910 910 910 910 905.00
2003 15 Maret 2004 500 500 500 500 500 500 500 500.00
2 PT. Bank Buana Tbk. 2004 28 April 2005 910 880 880 880 920 920 850 893.33
2005 20 Maret 2006 950 950 950 970 970 970 900 948.33
2003 11 Maret 2004 3875 3950 3875 3775 3775 3775 3725 3829.17
3 PT.Bank BCA Tbk. 2004 9 Maret 2005 3350 3425 3450 3350 3325 3350 3575 3412.50
2005 14 Maret 2006 3650 3825 3725 3700 3675 3800 4025 3783.33
2003 25 Februari 2004 2575 2825 2800 2825 2800 2775 2800 2762.50
4 PT.Bank Danamon Tbk. 2004 16 Februari 2005 4350 4350 4300 4350 4400 4400 4475 4379.17
2005 10 Maret 2006 4125 4125 4200 4125 4100 4125 4050 4120.83
2003 31 Maret 2004 115 110 115 105 110 130 140 120.00
5 PT. Bank BII Tbk 2004 18 Februari 2005 195 200 205 205 200 195 205 200.00
2005 3 Maret 2006 150 145 155 155 160 155 155 153.33
2003 11 Februari 2004 1150 1150 1150 1150 1150 1150 1150 1150.00
6 PT. Bank Mega Tbk. 2004 10 Maret 2005 2200 2300 2350 2300 2325 2325 2325 2304.17
2005 24 April 2006 2400 2400 2425 2425 2375 2450 2375 2404.17
2003 31 Maret 2004 1150 1150 1150 1150 1125 1125 1125 1137.50
7 PT. Bank BNI Tbk. 2004 24 Maret 2005 1830 1850 1830 1820 1790 1720 1720 1790.00
2005 31 Maret 2006 1290 1280 1280 1280 1280 1280 1280 1281.67
2003 27 Februari 2004 40 40 40 30 30 35 35 36.67
8 PT. Bank Niaga Tbk. 2004 15 Februari 2006 465 465 470 510 510 510 520 490.00
2005 24 Februari 2006 395 405 395 395 405 395 400 399.17
2003 29 Maret 2004 530 525 500 500 475 480 475 497.50
9 PT. Bank NISP Tbk. 2004 15 Februari 2005 790 790 800 800 810 810 850 808.33
2005 1 Maret 2006 700 690 690 700 700 700 700 696.67
2003 30 Maret 2004 335 330 330 345 345 350 350 340.00
10 PT.Bank Panin Tbk. 2004 30 Maret 2005 520 530 490 485 505 500 490 505.83
2005 29 Maret 2006 490 485 495 500 510 490 505 495.83
2003 31 Maret 2004 35 35 35 35 35 35 35 35.00
11 PT. Bank Permata TBK. 2004 7 Maret 2005 770 770 830 820 810 820 810 801.67
2005 29 Maret 2006 720 710 720 720 700 690 700 707.00
2003 31 Maret 2004 1425 1400 1450 1525 1550 1625 1750 1533.33
12 PT Bank BRI Tbk 2004 30 Maret 2005 2825 2775 2775 2750 2850 2875 2900 2833.33
2005 10 Maret 2006 3425 3425 3525 3725 3675 3700 3725 3579.17
2003 18 maret 2004 135 135 135 135 135 135 135 135.00
13 PT Bank Mayapada Tbk 2004 25 februari2005 155 155 130 130 130 130 130 138.33
2005 30 maret 2006 200 200 200 200 200 200 200 200.00
14 PT Bank Victoria. Tbk 2003 31 maret 2004 50 50 50 55 55 55 55 52.50
135

2004 11 Februari 2005 0 65 65 70 70 70 70 56.67


2005 20 Maret 2006 80 80 80 80 85 80 80 80.83
2003 11 Februari 2004 330 330 330 330 330 330 330 330.00
15 PT Bank Swadesi. Tbk 2004 10 Maret 2005 400 400 400 400 400 400 400 400.00
2005 24 Februari 2006 420 420 420 420 420 420 420 420.00
2003 30 Maret 2004 1350 1325 1300 1350 1400 1375 1400 1358.33
16 PT Bank Mandiri Tbk 2004 30 Maret 2005 1690 1690 1670 1690 1710 1710 1700 1695.00
2005 27 Februari 2006 1730 1670 1610 1650 1620 1680 1690 1666.67
2003 31 Maret 2004 180 180 180 180 180 180 180 180.00
17 PT Bank Kesawan. Tbk 2004 30 Maret 2005 380 375 365 360 365 370 365 370.00
2005 10 Maret 2006 395 395 395 395 395 395 390 394.17
2003 11 Februari 2004 700 700 700 700 700 700 700 700.00
18 PT Bank BNP. Tbk 2004 10 Maret 2005 700 700 700 700 700 700 700 700.00
2005 24-Apr-06 760 760 760 760 760 760 760 760.00
136

Lampiran 6

Tabel Perhitungan CAPITAL ADEQUACY RATIO / CAR TAHUN 2003,2004,2005


Total CAR Total CAR Total
No Nama Bank Modal ATMR 2003 Modal ATMR 2004 Modal ATMR
1 PT. Bank Permata Tbk. 1,251,620 11,592,748 10.80 1,905,669 15,365,582 12.40 2,388,324 22,735,314
2 PT. Bank BRI Tbk. 9,645,651 57,950,091 16.64 12,265,399 71,370,401 17.19 12,762,451 69,767,600
3 PT. Bank Panin Tbk. 4,739,065 25,685,196 18.45 5,219,040 26,865,749 19.43 5,489,255 30,979,628
4 PT. Bank ANK Tbk. 109,597 502,657 21.80 120,482 574,118 20.99 126,355 559,768
5 PT. Bank BNI Tbk. 11,660,958 64,195,964 18.16 12,843,327 67,290,406 19.09 13,887,892 77,202,572
6 PT. Bank Buana Tbk. 1,614,265 7,231,700 22.32 2,153,841 9,038,348 23.83 2,374,314 9,527,796
7 PT. Bank Mayapada Tbk. 280,397 1,892,267 14.82 318,174 2,204,987 14.43 389,850 2,557,648
8 PT. Bank Niaga Tbk. 1,806,502 15,599,299 11.58 2,298,614 18,705,310 12.29 5,118,758 45,556,677
9 PT. Bank BII Tbk. 2,949,933 13,379,104 22.05 3,556,740 15,305,739 23.24 5,043,272 23,193,737
10 PT. Bank NISP Tbk. 1,378,685 10,007,975 13.78 1,707,425 11,296,484 15.11 2,691,090 17,127,521
11 PT. Bank BCATbk. 10,960,054 39,212,970 27.95 12,369,923 49,575,544 24.95 14,193,094 55,591,481
12 PT. Bank Danamon Tbk. 5,864,428 21,879,731 26.80 9,068,205 33,579,936 27.00 10,765,291 43,948,893
13 PT. Bank Mega Tbk. 1,016,223 7,239,066 14.04 1,201,677 7,269,042 16.53 1,378,003 8,543,392
14 PT. Bank Victoria 124,076 1,015,461 12.22 163,170 1,299,850 12.55 190,612 1,247,237
15 PT. Bank Swadesi 102,577 384,943 26.65 98,205 364,383 26.95 107,222 396,199
16 PT. Bank Mandiri 25,175,863 90,879,605 27.70 27,536,484 97,314,763 28.30 27,413,947 106,687,987
17 PT. Bank Kesawan 96,522 603,757 15.99 103,486 696,688 14.85 130,600 851,526
18 PT. Bank BBNP Tbk 121,810 891,095 13.67 145,328 1,130,029 12.86 169,265 1,324,342
Sumber : Laporan Keuangan Bank
JSX.co.id

You might also like