You are on page 1of 61

HUBUNGAN ANTARA SIKAP KERJA DUDUK TERHADAP

PRODUKTIVITAS KERJA PADA PENJAHIT KONVEKSI


RUMAH TANGGA PANCA DAYA SAKTI
SEMARANG TAHUN 2005

SKRIPSI

Diajukan dalam rangka penyelesaian studi Strata I


untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Disusun Oleh

Nama : Ita Indi Rahayu


NIM : 6450401064
Jurusan : Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas : Ilmu Keolahragaan

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


2005
SARI

Ita Indi Rahayu, 2005. Hubungan antara Sikap Kerja Duduk terhadap
Produktivitas Kerja Pada Penjahit Konveksi Rumah Tangga Panca Daya
Sakti Semarang Tahun 2005. Skripsi. Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Fakultas Ilmu Keolahragaan. Universitas Negeri Semarang.

Kata Kunci : Sikap kerja duduk, Produktivitas.

Dalam industri informasi, salah satu masalah yang sering terjadi adalah
tidak adanya kesesuaian antara tempat duduk dan meja kerja dengan antropometri
tenaga kerja. Apabila hal ini terjadi dengan sendirinya akan mempunyai pengaruh
buruk terhadap tenaga kerja, antara lain timbulnya keluhan-keluhan akibat sikap
duduk yang pada akhirnya dapat mengakibatkan turunnya produktivitas kerja.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara sikap kerja
duduk terhadap produktivitas kerja pada penjahit konveksi rumah tangga Panca
Daya Sakti Semarang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya
hubungan antara sikap kerja duduk terhadap produktivitas kerja pada penjahit
konveksi rumah tangga Panca Daya Sakti Semarang.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua penjahit yang bekerja pada
industri konveksi rumah tangga Panca Daya Sakti Semarang berjumlah 45 orang.
Penentuan sampel dalam penelitian ini dengan teknik purposive samping, dan dari
45 penjahit yang menjadi sampel dalam penelitian ini terdapat 30 penjahit yang
dapat dijadikan sampel karena telah memenuhi kriteria yang telah ditetapkan.
Variabel dalam penelitian ini ada dua yaitu sikap kerja duduk sebagai variabel
bebas dan produktivitas kerja sebagai variabel terikat. Metode pengumpulan yang
digunakan adalah teknik survei dengan menggunakan kuesioner, wawancara dan
pengukuran. Data yang diperoleh di analisis dengan menggunakan uji chi square.
Berdasarkan uji statistik chi square diperoleh χ2hitung = 12,656 dengan
probabilitas 0,000. Hal ini berarti nilai probabilitas tersebut lebih kecil dari batas
kesalahan yang ditetapkan yaitu 0,05. Dengan demikian maka hipotesis kerja
diterima dan berarti pula bahwa ada hubungan yang signifikan antara sikap kerja
duduk terhadap produktivitas kerja pada penjahit Panca Daya Sakti Semarang.
Hasil analisis diperoleh pula koefisien kontingensi 0,545. Dengan demikian
hubungan antara sikap kerja duduk terhadap produktivitas termasuk kategori
cukup kuat.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka penulis mengajukan saran-
saran yaitu (1) Dengan adanya hubungan antara sikap kerja duduk terhadap
produktivitas, maka bagi para tenaga kerja hendaknya membiasakan sikap duduk
yang baik agar terjadinya keluhan-keluhan pada bagian tubuh tertentu seperti
pegal pada bahu, punggung, pinggang, leher, tangan dan kaki serta pada pantat,
yang akhirnya akan menyebabkan menurunnya produktivitas kerja dapat
dihindari; dan (2) Untuk penelitian lebih lanjut perlu dilakukan kajian pada
variabel-variabel lain yang berhubungan dengan produktivitas kerja agar
diperoleh informasi yang lebih lengkap tentang faktor-faktor yang menentukan
tinggi rendahnya produktivitas kerja dengan sikap kerja duduk.

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing I dan Pembimbing II untuk diajukan

mengikuti ujian skripsi Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu

Keolahragaan Universitas Negeri Semarang

Pada hari :

Tanggal :

Mengetahui

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Herry Koesyanto, M.S. dr. Yuni Wijayanti


NIP. 131571549 NIP. 132296578

Mengesahkan :

Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat

dr. Oktia Woro KH, M. Kes.


NIP. 131695159

iii
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi


Fakultas Ilmu Keolahragaan Univeritas Negeri Semarang pada:
Hari : Rabu
Tanggal : 31 Agustus 2005

Panitia Ujian

Ketua Sekretaris

Drs. Sutardji, M.S. dr. Oktia Woro K.H., M.Kes.


NIP. 130523506 NIP. 131695159

Dewan Penguji

1. Eram Tunggal Pawenang, SKM, M.Kes. (Ketua).............................................


NIP. 132303538

2. Drs. Herry Koesyanto, M.S. (Anggota I)........................................


NIP. 131571549

3. dr. Yuni Wijayanti (Anggota II).......................................


NIP. 132296576

iviii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke-hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat

dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Perbedaan Produktivitas Kerja Antara Sikap duduk ergonomis Dan Non

Ergonomis Pada Penjahit Konveksi Panca Daya Sakti Semarang Tahun

2004/2005”.

Penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa tersusunnya skripsi ini

bukan hanya atas kemampuan dan usaha penulis semata, namun juga berkat

bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang

sedalam-dalamnya kepada yang terhormat :

1. Bapak Drs. Sutardji M. S, Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas

Negeri Semarang atas pemberian ijin penelitian.

2. Ibu dr. Oktia Woro K. H, M. Kes, Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat

Universitas Negeri Semarang atas pemberian ijin penelitian.

3. Pembimbing I, Bapak Drs. Herry Koesyanto, M.S. yang telah memberikan

bimbingan, petunjuk dan pengarahan dalam proses penyusunan skripsi ini.

4. Pembimbing II, Ibu dr. Yuni Wijayanti yang telah memberikan bimbingan,

petunjuk dan pengarahan dalam proses penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Slamet Wibowo, pengusaha konveksi rumah tangga Panca Daya Sakti

Semarang yang telah memberikan ijin penelitian.

6. Seluruh karyawan konveksi rumah tangga Panca Daya Sakti Semarang yang

telah dengan sepenuh hati membantu terlaksananya penelitian ini.


v
7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu atas bantuan dan

kerjasama yang telah diberikan dalam penelitian ini.

Semoga Allah SWT memberikan pahala yang berlipat ganda atas kebaikan

yang telah mereka berikan selama ini amiin.

Semarang, Oktober 2005

Penulis

vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto :
1. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah

selesai dari suatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang

lain dan hanya kepada Tuhanlah hendaknya kamu berharap (Al Insyiroh : 6-8).

2. Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman dan orang-orang yang

berilmu pengetahuan dengan beberapa derajat (Al Mujadalah : 11).

Persembahan :

Skripsi ini ku persembahkan untuk:


1. Bapak dan ibu tercinta yang telah
berjuang dan berdo’a demi
keberhasilanku.
2. Kakak dan Adikku yang tersayang .
3. Kharis yang selalu memberi motivasi
dalam Penulisan skripsi ini.
4. Sahabat-sahabatku Deni, Titin, Tina,
Atik, Ririn yang telah memberikan
dukungan dan bantuan.
5. Almamater Universitas Negeri
Semarang.

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................. i


SARI ........................................................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN ..................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... iv
KATA PENGANTAR............................................................................... v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN............................................................ vii
DAFTAR ISI.............................................................................................. xiii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Alasan Pemilihan Judul ....................................................... 1
1.2 Permasalahan....................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian................................................................. 3
1.4 Penegasan Istilah ................................................................. 4
1.5 Manfaat Penelitian............................................................... 5

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS


2.1 Landasan Teori .................................................................... 6
2.2.1 Definisi Ergonomi ........................................................... 6
2.2.2 Prinsip-prinsi Ergonomi .................................................. 7
2.2.3 Ukuran-ukuran Kerja....................................................... 8
2.2.4 Desain Kursi .................................................................... 9
2.2.5 Sikap Duduk .................................................................... 12
2.2.6 Produktivitas Kerja .......................................................... 14
2.2 Kerangka Teori.................................................................... 25
2.3 Kerangka Konsep ................................................................ 26
2.4 Hipotesis.............................................................................. 26
viii
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Populasi .............................................................................. 27
3.2 Sampel................................................................................ 27
3.3 Variabel Penelitian ............................................................. 28
3.4 Rancangan Penelitian ......................................................... 28
3.5 Teknik Pengumpulan Data................................................. 29
3.6 Prosedur Penelitian............................................................. 30
3.7 Instrumen Penelitian........................................................... 31
3.8 Validitas dan Reliabilitas ................................................... 32
3.9 Pengolahan Data................................................................. 34
3.10 Analisis Data ...................................................................... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Penelitian .................................................................. 36
4.1.1 Deskripsi Karakteristik Responden ................................. 36
4.1.2 Penilaian sikap Kerja Duduk Responden. ....................... 38
4.1.3 Pengukuran Produktivitas Kerja Responden ................... 39
4.1.4 Analisis Bivariat .............................................................. 40
4.2 Pembahasan........................................................................ 42
4.2.1 Karakteristik Reponden ................................................... 42
4.2.2 Hubungan Sikap Kerja Duduk Terhadap Produktivitas
Kerja ................................................................................ 42
4.3 Keterbatasan Penelitian...................................................... 45

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan ....................................................................... 46
5.2 Saran ................................................................................. 46

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 47


LAMPIRAN-LAMPIRAN ....................................................................... 48

ix
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Ukuran-ukuran Antropometri Terpenting .............................................. 8

2. Distribusi Umur Responden ................................................................... 36

3. Distribusi Tingkat pendidikan Responden ............................................. 37

4. Distribusi Massa Kerja Responden ........................................................ 37

5. Deskripsi Data Hasil Pengukuran Sikap Duduk. ................................... 38

6. Deskripsi Data Produktivitas Kerja........................................................ 39

7. Crosstabs Data Sikap Kerja Duduk dengan Produktivitas Kerja Tenaga

Kerja Konveksi Rumah Tangga Panca Daya Sakti Semarang ............... 41

8. Analisis Chi Square Sikap Kerja Duduk dengan produktivitas Kerja. .. 41

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Ukuran Terpenting pada Sikap Duduk.................................................... 14

2. Kerangka Teori........................................................................................ 25

3. Kerangka Konsep .................................................................................... 26

4. Rancangan Penelitian. ............................................................................. 29

5. Bagan Distribusi Frekuensi Sikap Kerja Duduk Tenaga Kerja Konveksi

Rumah Tangga Panca Daya Sakti Semarang. ......................................... 39

5. Bagan Distribusi Frekuensi Produktivitas Tenaga Kerja Konveksi

Rumah Tangga Panca Daya Sakti Semarang .......................................... 40

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Kuesioner ................................................................................................ 59

2. Data Hasil Penskoran Uji Coba Angket ................................................. 61

3. Analisis Validitas dan Reliabilitas Angket ............................................. 62

4. Data Hasil Penskoran Kuesioner Sikap Kerja......................................... 63

5. Deskripsi Data Hasil Penelitian .............................................................. 64

6. Data Hasil Pengkuran Sarana Kerja........................................................ 65

7. Data Hasil Pengukuran Antropometri..................................................... 66

8. Penilaian Sikap Duduk Berdasarkan Sarana Kerja dan Antropometri.... 67

9. Data Hasil Pengukuran Produktivitas Kerja ........................................... 68

10.Penentuan Kategori Produktivitas Kerja................................................ 69

11.Uji Normalitas Data. .............................................................................. 70

12.Deskripsi Data Produktivitas Kerja........................................................ 71

13.Hasil Analisis t-test ................................................................................ 72

14. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari Hiperkes .............. 73

15.Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari Pengusaha ............ 74

16. Surat Ijin Penelitian dari FIK UNNES.................................................. 75

17.Surat Rekomendasi dari Universitas Negeri Semarang ......................... 76

xii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Alasan Pemilihan Judul

Tujuan Pembangunan kesehatan sebagaimana tercantum dalam Sistem

Kesehatan Nasional (SKN) adalah tercapainya kemampuan hidup sehat bagi

setiap penduduk agar dapat menunjukkan derajat kesehatan masyarakat yang

optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional.

Pembangunan di sektor industri akhir-akhir ini terus meningkat, baik

industri besar, sedang maupun kecil. Pembangunan di sektor industri ditujukan

untuk memperluas lapangan kerja, kesempatan berusaha dan untuk meningkatkan

mutu serta perlindungan bagi tenaga kerja. Perlindungan tenaga kerja ditujukan

kepada perbaikan upah, syarat kerja, serta jaminan sosial lainnya dalam rangka

perbaikan kesejahteraan tenaga kerja.

Upaya perlindungan terhadap bahaya yang timbul serta pencapaian

ketentraman atau ketenangan kerja agar tenaga kerja tetap sehat dan selamat

bertujuan untuk pencapaian produktivitas kerja yang setinggi-tingginya.

Penerapan ergonomi pada berbagai bidang pekerjaan telah terbukti

menyebabkan kenaikan produktivitas kerja secara nyata. Besarnya kenaikan

produktivitas kerja ergonomi dapat mencapai 10% atau lebih. Apabila manfaat ini

dapat dipetik pada seluruh kegiatan ekonomi seperti pertanian, industri,

pertambangan, perhubungan dan jasa akan dapat memberikan kontribusi yang

besar sekali terhadap pertumbuhan ekonomi nasional sehingga dapat dikatakan


xiii
bahwa ergonomi mempunyai peranan besar dalam meningkatkan produktivitas

yang penting bagi pembangunan nasional (Suma’mur, 1996:5).

Penerapan ergonomi untuk peningkatan kesehatan, keselamatan dan

produktivitas tenaga kerja serta perbaikan mutu produk dalam suatu proses

produksi semakin dirasakan. Oleh karena itu, penyelenggaraan ergonomi perlu

segera dilakukan dengan lebih baik melalui penyesuaian mesin, alat dan

perlengkapan kerja terhadap tenaga kerja yang dapat mendukung kemudahan,

kenyamanan dan efisiensi kerja (Eko Nurmianto, 2003:2).

Penyesuaian dan keselarasan antara ukuran alat kerja dan antropometri

tenaga kerja akan meningkatkan optimasi serta efisiensi kerja secara maksimal.

Mengingat antropometri manusia tidak dapat dibuat, maka ukuran-ukuran,

kemampuan dan keterbatasannya harus menjadi dasar rancangan alat kerjanya.

Umumnya prinsip-prinsip ergonomi belum banyak diterapkan pada berbagai

sektor industri, misalnya pada industri konveksi rumah tangga. Penggunaan alat-

alat kerjanya belum sesuai dengan prinsip-prinsip ergonomi, seperti pembuatan

tempat duduk terlalu rendah atau terlalu tinggi.

Penjahit konveksi pada industri rumah tangga Panca Daya Sakti Semarang

merupakan salah satu dari sekian banyak industri yang termasuk dalam jenis

usaha sektor informal. Usaha sektor informal adalah kegiatan ekonomi tradisional

yang biasanya mempunyai kegiatan usaha sederhana, skala usaha relatif kecil,

tidak memerlukan ijin usaha resmi, sehingga lebih mudah untuk membuka usaha.

Menurut Depkes RI (1994), pada tahun 1993/1994 usaha sektor informal

diperkirakan mencapai 90%, dengan tenaga kerja yang lebih banyak dilakukan

xiv
oleh para pekerja wanita dibandingkan tenaga kerja pria. Di dalam kegiatannya,

penjahit konveksi Panca Daya sakti Semarang Semarang untuk menghasilkan

produk masih menggunakan tenaga manusia dan pralatan tradisional (mesin jahit

injak) dengan produk yang di hasilkan adalah baju dan celana.

Dari survei awal didapatkan jumlah penjahit di Konveksi Panca Daya

Sakti Semarang sebanyak 45 orang penjahit dan ketika bekerja di lapangan

penjahit tersebut dengan sikap duduk membungkuk. Biasanya tenaga kerja

menggunakan kursi tanpa sandaran akan mempengaruhi produktivitas kerja.

Menurut Sugeng Budiono (2003) sikap duduk seseorang dalam bekerja akan

mempengaruhi produktivitas kerja seseorang, di mana selama bekerja dengan

sikap duduk yang baik, maka produktivitas akan meningkat dan sebaliknya bila

sikap duduk tidak baik, maka produktivitas kerja akan menurun. Oleh karena itu

peneliti ingin mencoba meneliti hubungan antara sikap kerja duduk terhadap

produktivitas kerja pada penjahit konveksi rumah tangga Panca Daya Sakti

Semarang.

1.2 Permasalahan

Permasalahan dalam penelitian ini adalah : Apakah ada hubungan antara

sikap kerja duduk terhadap produktivitas kerja pada penjahit konveksi rumah

tangga Panca Daya Sakti Semarang ?

1.3 Tujuan Penelitian

xv
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan

antara sikap kerja duduk terhadap produktivitas kerja pada penjahit konveksi

rumah tangga Panca Daya Sakti Semarang.

1.4 Penegasan istilah

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan agar tidak terjadi salah

dalam pemahaman penulisan dalam suatu penelitian sehingga diharapkan bisa

mengarah pada tujuan penelitian, maka ada beberapa istilah yang perlu ditegaskan

yaitu sebagai berikut :

1.5.1 Sikap Kerja Duduk

Sikap kerja merupakan penilaian kesesuian antara alat kerja yang

digunakan oleh pekerja dalam bekerja dengan ukuran antropometri pekerja

dengan ukuran-ukuran yang telah ditentukan (Sugeng Budiono dkk, 2003:78).

Dalam penelitian ini yang dimaksud sikap kerja duduk adalah posisi penjahit

dalam keadaan duduk saat bekerja.

1.5.2 Produktivitas Kerja

Produktivitas kerja adalah jumlah barang yang dihasilkan oleh tenaga kerja

per satuan waktu (barang/hari). Dalam penelitian ini produktivitas kerja dilihat

dari perbandingan antara keluaran (Output) dan masukan (Input) (Sugeng

Budiono, 2003:263).

1.1.1 Tenaga Kerja pada Konveksi Rumah Tangga Panca Daya Sakti Semarang

Tenaga kerja adalah orang yang bekerja pada suatu lembaga (kantor,

perusahaan, dam sebagainya) dengan mendapatkan gaji atau upah

xvi
(Purwadarminta, 1989:393). Yang dimaksud tenaga kerja di sini adalah tenaga

kerja bagian penjahitan pada konveksi rumah tangga Panca Daya Sakti Semarang

yang memproduksi pakaian jadi yang merupakan tempat peneliti mengadakan

penelitian untuk mendapatkan data-data yang diperlukan.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Industri Konveksi Rumah Tangga

Sebagai masukan tentang ukuran sarana kerja dan pengaturan lingkungan

kerja yang baik, sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas serta

derajat kesehatan tenaga kerja secara optimal.

1.5.2 Bagi Tenaga Kerja

Agar lebih memahami sikap kerja duduk sehingga dapat mengurangi

kelelahan dan gangguan kesehatan yang pada akhirnya dapat meningkatkan

produktivitas kerja.

1.5.3 Bagi Ilmu Kesehatan

Diharapkan dapat menambahkan koleksi data dan reverensi tentang

hubungan antara sikap kerja duduk terhadap produktivitas kerja.

1.5.4 Bagi Penulis

Diharapkan dapat mendapatkan pengalaman secara langsung dalam

merencanakan, melaksanakan serta melaporkan hasil penelitian, serta menambah

pengalaman tentang hubungan antara sikap kerja duduk terhadap produktivitas

kerja.

xvii
BAB II

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Definisi Ergonomi

Kata ergonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu : “ergon” yang artinya

kerja dan “nomos” yang artinya peraturan atau hukum. Dengan demikian

ergonomi berarti ilmu serta penerapannya yang berusaha menyerasikan pekerjaan

dan lingkungan terhadap orang atau sebaliknya dengan tujuan tercapainya

produktivitas dan efisiensi yang setinggi-tingginya melalui pemanfaatan manusia

seoptimal mungkin (Sugeng Budiono, 2003:75).

Ergonomi merupakan suatu studi ilmiah mengenai keterkaitan antara

orang dengan lingkungan kerjanya. Yang dimaksud dengan lingkungan kerja di

sini adalah keseluruhan alat dan bahan yang dihadapi, lingkungan sekitar tempat

bekerja, metode kerjanya, serta pengaturan kerjanya baik sebagai perorangan

maupun kelompok (Sastrowinoto, 1998:164).

Sasaran ergonomi adalah seluruh tenaga kerja baik sektor modern maupun

pada sektor tradisional dan informal. Pada sektor modern penerapan ergonomi

dalam bentuk pengaturan sikap, tata cara kerja dan perencanaan kerja yang tepat

adalah persyaratan bagi efisiensi dan produktivitas yang tinggi. Peralatan kerja

dan mesin dalam industri-industri masih banyak didatangkan dari luar negeri dan

perlu penyesuaian seperlunya dengan bentuk ukuran dan tubuh tenaga kerja.

Begitu pula dirasa perlu lebih meningkatkan perhatian tentang konstruksi alat-alat

xviii

6
kerja, meter-meter penunjang, tombol-tombol yang penting bagi pekerja. Pada

sektor tradisional, pekerjaan pada umumnya dilakukan dengan sikap bahan dan

cara-cara kerja yang secara ergonomis dapat diperbaiki (Soeripto, 1992: Majalah

Hiperkes volume XXV).

Pada sikap sikap duduk ergonomis, tinggi kursi lebih rendah dari panjang

tungkai bawah, sehingga dapat menambah penekanan pada kaki saat bekerja.

Pengarahan tenaga kerja diperlukan untuk menggerakkan mesin jahit, sehingga

produktivitas meningkat. Sedangkan pada sikap duduk non ergonomis, dimana

tinggi kursi lebih tinggi dari panjang tungkai bawah, sehingga kaki dalam keadaan

menggantung. Hal ini akan menyebabkan terjadinya pengarahan tenaga kerja yang

lebih besar dan akan mempercepat kelelahan sehingga produktivitas menurun.

2.1.2 Prinsip-prinsip Ergonomi

Beberapa prinsip ergonomi yang telah disepakati yang dapat digunakan

sebagai pegangan yaitu :

2.1.2.1 Sikap tubuh dalam pekerjaan sangat dipengaruhi oleh bentuk, susunan,

ukuran dan penenpatan mesin-mesin, penempatan alat-alat petunjuk, cara-cara,

harus menyelaraskan mesin (macam gerak, arah dan kekuatan).

2.1.2.2 Untuk normalisasi ukuran mesin dan alat-alat industri, harus diambil

ukuran terbesar sebagai dasar serta diatur dengan suatu cara, sehingga ukuran

tersebut dapat dikecilkan dan dapat digunakan oleh tenaga kerja yang kecil,

seperti tempat duduk yang dapat distel naik turun dan lain-lain.

xix
2.1.2.3 Ukuran-ukuran antropometri terpenting seperti dasar ukuran-ukuran dan

penempatan alat-alat industri :

Tabel 1. Ukuran-ukuran Antropometri Terpenting

Berdiri Duduk
a.Tinggi badan berdiri a. Tinggi duduk
b.Tinggi bahu b. Panjang lengan atas
c.Tinggi siku c. Panjang lengan atas dan tangan
d.Tinggi panggul d.Jarak lekuk lutut sampai garis
e. Depan punggung
f. Panjang lengan e. Jarak lekuk lulut sampai telapak

2.1.3 Ukuran-Ukuran Kerja

Tempat duduk yang baik memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

1) Tinggi dataran duduk yang dapat diatur dengan papan kaki yang sesuai

dengan tinggi lutut, sedangkan paha dalam keadaan datar.

2) Papan tolak punggung yang tingginya dapat diatur dan menekan pada

punggung.

3) Lebar papan duduk tidak kurang dari 35 cm.

4) Pekerjaan yang berdiri sedapat mungkin dirubah menjadi pekerjaan duduk.

5) Dalam hal ini tidak mungkin, kepada pekerjaan diberi tempat dan kesempatan

untuk duduk.

Arah penglihatan untuk pekerjaan berdiri adalah 23-27 ke bawah,

sedangkan untuk pekerjaan duduk 32-44 ke bawah. Arah penglihatan ini sesuai

dengan sikap kepala yang istirahat (relaxed).


xx
Ruang gerak lengan ditentukan oleh punggung, lengan seluruhnya dan

lengan bawah. Pegangan-pegangan harus diletakkan di daerah tersebut, lebih-

lebih bila sikap tubuh tidak berubah.

Macam gerakan yang kontinyu dan berirama lebih diutamakan, sedangkan

gerakan yang tiba-tiba pada permulaan dan berhenti dengan paksa sangat

melelahkan, gerakan ke atas harus dihindari. Berilah papan penyokong pada setiap

lengan yang melelahkan.

Gerakan ritmis seperti mendayung pedal, memutar roda, dan lain-lain

memerlukan frekuensi yang paling optimum, yang menggunakan tenaga yang

paling sedikit, misalnya pada frekuensi 60/menit, mengayuh pedal dirasakan

tenang.

Kemampuan seseorang bekerja seharinya 8-10 jam, lebih dari itu efisiensi

dan kualitas kerja sangat menurun. Waktu istirahat didasarkan pada keperluan atas

dasar pertimbangan ergonomi, harus dihindari istirahat-istirahat sekehendak

tenaga kerja, istirahat oleh karena penurunan kapasitas tubuh dan istirahat curian.

Beban tambahan akibat lingkungan sebaiknya ditekan menjadi sekecil-

kecilnya. Demikian juga daya penglihatan harus dipelihara sebaik-baiknya

terutama dengan penerangan yang baik dan kondisi mental (psikologis)

dipertahankan dengan adanya premi perangsang, motivasi, iklim kerja dan lain-

lain.

2.1.4 Desain Kursi

xxi
2.1.4.1 Kursi Ergonomi

Penerapan ergonomi dalam pembuatan kursi dimaksudkan untuk

mendapatkan sikap tubuh yang ergonomi dalam bekerja. Dengan sikap yang

ergonomi ini diharapkan efisiensi kerja dan produktivitas meningkat. Semua

pekerjaan hendaknya dilakukan dalam posisi duduk dan sikap berdiri secara

bergantian. Semua sikap tubuh yang tidak alami seperti gerakan tiba-tiba harus

dihindarkan, apabila hal ini tidak mungkin hendaknya diusahakan agar beban

statis diperkecil. Tempat duduk (kursi) harus dibuat sedimikian rupa sehingga

memberikan relaksasi pada otot-otot yang sedang dipakai untuk bekerja dan tidak

menimbulkan penekanan pada bagian tubuh yang dapat mengganggu sirkulasi

darah dan sensibilitas bagian-bagian tersebut (Siswanto, 1995:20).

Kriteria dan ukuran kursi yang ergonomi:

1) Tinggi alas duduk

Diukur dari lantai sampai pada permukaan atas dari bagian depan alas

duduk. Ukuran yang dianjurkan 38-48 cm. Tinggi alas duduk harus sedikit lebih

pendek dari jarak antara lekuk lutut dan telapak kaki.

2) Panjang alas duduk

Diukur dari pertemuan garis proyeksi permukaan depan sandaran duduk

pada permukaan atas alas duduk sampai kebagian depan alas duduk. Ukuran yang

dianjurkan adalah 36 cm. Panjang alas duduk harus lebih pendek dari jarak antara

lekuk lutut dan garis punggung.

3) Lebar alas duduk

xxii
Diukur pada garis tengah alas duduk melintang. Lebar alas duduk harus

lebih besar dari lebar pinggul. Ukuran yang diusulkan adalah 44- 48 cm.

4) Sandaran pinggang

Bagian atas dari sandaran pinggang tidak melebihi tepi bawah ujung

tulang belikat, dan bagian bawahnya setinggi garis pinggul.

5) Sandaran tangan

Jarak antara tepi dalam kedua sandaran tangan (harus lebih lebar dari

pinggul dan tidak melebihi lebar bahu).

6) Tinggi Sandaran adalah setinggi siku

Panjang sandaran tangan: sepanjang lengan bawah. Ukuran yang

dianjurkan adalah jarak tepi dalam kedua sandaran tangan: 46-48 cm. Tinggi san

daran tangan adalah 20 cm dari alas duduk. Panjang sandaran tangan : 21 cm.

7) Sudut alas duduk

Alas duduk harus sedemikian rupa sehingga memberikan kemudahan bagi

pekerja untuk menentukan pemilihan gerakan dan posisi. Alas duduk hendaknya

dibuat horisontal. Untuk pekerjaan-pekerjaan yang tidak memerlukan sikap sedikit

membungkuk ke depan, alas duduk dapat dibuat ke belakang (3-5 derajat). Bila

keadaan memungkinkan, dianjurkan penyediaan tempat duduk yang dapat diatur.

2.1.4.2 Kursi Non Ergonomi

Selain kursi yang ergonomi dapat pula kursi yang non ergonomi. Adapun

kriteria kursi yang non ergonomi adalah:

1) Kursi yang terlalu panjang dapat menyebabkan pekerja duduk maju kedepan

sehingga yang bersangkutan tidak dapat memanfaatkan sandaran pinggang.

xxiii
2) Kursi yang terlalu dan tidak dilengakapi dengan sandaran kaki dapat

menyebabkan sandaran pinggang tidak dapat dimanfaatkan oleh pekerja

karena ia harus duduk maju ke depan agar dapat melakukan pekerjaan. Ruang

antara alas duduk dan tepi bawah meja terlalu sempit sehingga menyebabkan

paha pekerja tertekan.

3) Sandaran pinggang yang terlalu tinggi dapat menyebabkan gerakan bahu dan

lengan terbatas dan posisi kerja yang tidak nyaman (Siswanto, 1995:25).

2.1.5 Sikap Duduk

Pekerjaan sejauh mungkin harus dilakukan sambil duduk. Sikap duduk

yang paling baik yaitu tanpa pengaruh buruk terhadap sikap badan dan tulang

belakang adalah sikap duduk dengan sedikit lordosa pada pinggang dan sedikit

mungkin kifosa pada punggung. Sikap demikian dapat dicapai dengan kursi dan

sandatan punggung yang tepat. Dengan begitu otot punggung terasa enak

(Santoso, 1997 : 38).

Keuntungan kerja sambil duduk adalah ; (1) Kurangnya kelelahan, (2)

Berkurangnya pemakaian energi, dan (3) Berkurangnya sikap keperluan sirkulasi

darah. Namun begitu terdapat pula kerugian-kerugian sebagai akibat kerja sambil

duduk antara lain (1) Melembekkan otot-otot perut, (2) Melengkungkan punggung

dan (3) Tidak baik bagi alat tubuh bagian dalam, khususnya peralatan

pencernaan, jika posisi dilakukan secara membungkuk (Suma’mur, 1997 : 87).

Keterbatasan gerak akan akan membiasakan bekerja dengan sikap tubuh

yang salah. Postural/sikap posisi pekerjaan secara salah dan dilakukan menahun

akan menyebabkan keluhan yang dikenal sengan Low back point (LBP) yaitu
xxiv
otot-otot pingang menjadi lelah (fatique) menimbulkan ketidakstabilan dari tulang

belakang sehingga timbul proses degeberasi yang dapat menimbulkan keluhan

sakit/pegal di daerah pinggang. Apabila hal ini tidak dikoreksi, maka gangguan

kesehatan tersebut akan menyebabkan penyakit/kelainan dan akhirnya

menurunkan kemampuan melakukan aktivitas.

Atas dasar ukuran-ukuran yang dimiliki, ukuran tempat duduk untuk

menurut Santoso (1997 : 203) adalah :

1) Tinggi alas duduk sebaiknya dapat disetel di antara 38 – 48 cm,

2) Topangan pinggang dapat distel ke atas ke bawah dan begerak 8 – 12 cm di

atas alas duduk.

3) Dalamnya topangan pinggang adalah 35 sampai 38 dari ujung depan alas

duduk (Depnaker RI, 1994).

4) Dalamnya alas duduk 36 cm.

Sikap dan sistem kerja yang ergonomis memungkinkan peningkatan

produktivitas. Sikap tubuh dalam bekerja selalu diusahakan dilaksanakan dengan

duduk atau dalam sikap duduk dan sikap berdiri secara bergantian. Oleh karena

itu, sistem kerja berdiri sebaiknya diganti dengan sistem kerja duduk.

Selain pemakaian kursi yang tidak sesuai kita juga harus memperhatikan

sikap duduk. Duduk lama dengan posisi yang salah akan menyebabkan otot-otot

pinggang menjadi tegang dan dapat merusak jaringan lunak sekitarnya. Dan bila

ini berlanjut terus akan menyebabkan penekanan pada hernia nucleus polposus.

Hernia polposus yaitu saraf tulang belakang sehingga menyebabkan nyeri

pinggang dan kesemutan yang menjalar ketungkai sampai kaki.

xxv
Sikap duduk yang benar yaitu sebaiknya duduk dengan punggung lurus

dan bahu berada dibelakang serta bokong menyentuh belakang kursi. Caranya,

duduk diujung kursi dan bungkukkan badan seolah terbentuk huruf C. Setelah itu

tegakkan badan buatlah lengkungan tubuh sebisa mungkin. Tahan untuk beberapa

detik kemudian lepaskan posisi tersebut secara ringan (sekitar 10 derajat). Posisi

duduk seperti inilah yang terbaik. Duduklah dengan lutut tetap setinggi atau

sedikit lebih tinggi panggul (gunakan penyangga kaki) dan sebaiknya kedua

tungkai tidak saling menyilang. Jaga agar kedua kaki tidak menggantung dan

hindari duduk dengan posisi yang sama lebih dari 20-30 menit. Selama duduk,

istirahatkan siku dan lengan pada kursi, jaga bahu tetap rileks (Eko Nurmianto,

2003:110).

Gambar 1. Ukuran Terpenting pada Sikap Duduk


(Sumber : Suma’mur, 1999:34)

2.1.6 Produktivitas Kerja

xxvi
Produktivitas mempunyai beberapa pengertian pertama, menurut

pengertian filosofis, produktivitas mengandung pengertian sikap mental yang

selalu mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini harus lebih baik dari

kemarin, hari esok harus lebih baik dari hari ini (Sugeng Budiono, 2003 : 85).

Dewasa ini produktivitas dapat di katakan sebagai ukuran pendaya

gunaan faktor produksi dan peran serta tenaga kerja dalam proses produksi. Hal

ini penting dalam upaya untuk meningkatkan kesejahteraan, pertumbuhan

ekonomi, dan kesempatan perluasan kerja. Pentingnya arti poduktivitas dalam

meningkatkan kesejahteraan nasional telah disadari secara universal. Tidak ada

jenis kegiatan manusia yang tidak mendapatkan keuntungan dari poduktivitas

yang ditingkatkan sebagai kekuatan untuk menghasilkan lebih banyak barang-

barang maupun jasa.

Dengan kata lain dapat dikatakan produktivitas kerja akan selalu dengan

pengertian efektivitas dan efisiensi kerja. Efektivitas berkaitan dengan

pencapaian hasil kerja yang maksimal dalam arti pencapaian target yang berkaitan

dengan upaya kualitas, kuantitas, dan waktu. Sedangkan efisiensi berkaitan

dengan upaya membandingkan masukan dengan realisasi penggunaannya atau

bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanakan.

Produktivitas adalah perbandingan antara keluaran (output) dan masukan

(input). Pengertian produktivitas bisa diformulasikan sebagai :

O
P=
I

Keterangan :

P = Produktivitas
xxvii
O = keluaran (output)

I = Masukan (input)

Jumlah keluaran dapat berupa jumlah produk yang dihasilkan oleh tenaga

kerja secara utuh. Sedangkan dapat berupa jumlah jam/orang yang merupakan

waktu produksi dari seorang pekerja untuk menghasilkan sejumlah keluaran

tersebut. Waktu produktif adalah waktu yang sebenarnya dipakai yaitu jumlah jam

kerja sehari.

Produktivitas dapat dikatakan mengalami peningkatan apabila :

1) Volume/kualitas keluaran bertambah besar tanpa menambah jumlah masukan.

2) Volume/kualitas keluaran tidak bertambah akan tetapi masukannya berkurang.

3) Volume/kualitas keluaran bertambah besar sedangkan masukannya tidak

bertambah.

4) Jumlah masukan bertambah, asalkan volume/kualitas keluaran bertambah

berlipat ganda.

2.1.6.1 Ruang Lingkup Produktivitas

Gambaran mengenai produktivitas untuk keperluan definisi dan

pengertiannya belumlah konsisten atau seragam. Pada saat ini banyak sekali

pandangan tentang produktivitas yang semakin mengacaukan pengertiannya.

Produktivitas dapat dilihat dari 4 ruang lingkup, yaitu :

1) Ruang lingkup rasional, memandang negara secara keseluruhan. Dalam hal

ini memperhitungkan faktor-faktor, secara sederhana seperti pengaruh dari

buruh, manajemen, bahan mentah dan sumber lainnya sebagai kekuatan yang

mempengaruhi barang-barang ekonomi dan jasa.

xxviii
2) Ruang lingkup industri, dalam hal ini faktor-faktor yang mempengaruhi dan

berhubungan dikelompokkan dalam kelompok industri yang sama, misalnya :

industri penerbangan, industri minyak, industri baja, dan lain-lain.

3) Ruang lingkup perusahaan / organisasi. Dalam sebuah perusahaan/ organisasi

hubungan anta faktor-faktor lebih memungkinkan untuk di ukur. Produk per

jam dapat diukur dan dapat dibandingkan dengan keadaan sebelumnya atau

dibandingkan dengan perusahaan lain. Dalam sebuah organisasi,

produktivitas tak hanya diukur dari beberapa dan seberapa baik buruh

melakukan pekerjaannya.

4) Ruang lingkup pekerjaan perorangan. Produktivitas perorangan dipengaruhi

oleh lingkungan kerja serta peralatan yang digunakan, proses dan

perlengkapan. Di sini timbul faktor baru yang tak dapat diukur yaitu

motivasi. Motivasi sangat dipengaruhi oleh kelompok kerja dimana si pekerja

menjadi anggota dipengaruhi oleh kelompok dan sebab-sebab mengapa si

pekerja dapat bekerja lebih produktif.

2.1.6.2 Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas

Agar seorang tenaga kerja dalam keserasian sebaik-baiknya, yang berarti

dapat menjamin keadaan kesehatan dan produktivitas kerja setinggi-tingginya,

maka perlu ada keseimbangan yang menguntungkan dari beberapa faktor,

diantaranya yaitu faktor beban kerja, kapasitas kerja, beban tambahan akibat

lingkungan kerja. (Suma’mur, 1999:43).

2.1.6.2.1 Beban Kerja

Beban kerja adalah volume pekerjaan yang dibebankan kepada tenaga

kerja baik berupa fisik maupun mental dan menjadi tanggung jawabnya. Dalam
xxix
hal ini, harus ada keseimbangan antara beban kerja dengan kemampuan individu

agar tidak terjadi hambatan ataupun kegagalan dalam pelaksanaan pekerjaan.

Seorang tenaga kerja mempunyai kemampuan tersendiri dalam hubungan

dengan beban kerja, mungkin diantara pekerjaan ada yang cocok untuk beban

fisik, mental atau sosial, namun sebagai persamaan yang umum, hanya mampu

memikul sampai suatu berat tertentu. Bahkan ada beban dirasa optimal bagi

seseorang. Inilah maksud penempatan yang tepat pada pekerjaan yang tepat.

(Suma’mur, 1999:102).

Pembebanan fisik yang dibenarkan adalah pembebanan yang melebihi 30-

40% dari kemampuan kerja maksimum tenaga kerja dalam waktu 8 jam sehari

dengan memperhatikan peraturan jam kerja yang berlaku. Pembebanan yang lebih

berat diperkenakan dalam waktu yang lebih singkat dan ditambah dengan istirahat

yang sesuai dengan bertambah beratnya beban. (Suma’mur, 1999:54).

2.1.6.2.2 Kapasitas Kerja

Kemampuan seorang tenaga kerja berbeda antara yang satu dengan yang

lainnya dan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jenis kelamin, usia, masa

kerja, status gizi dan kesehatan.

2.1.6.2.3 Jenis Kelamin

Ukuran dan daya tahan tubuh wanita berbeda dengan pria. Pria lebih

sanggup menyelesaikan pekerjaan berat yang biasanya tidak sedikitpun dapat

dikerjakan wanita, kegiatan wanita pada umumnya lebih banyak membutuhkan

ketrampilan tangan dan kurang memerlukan tenaga. Beberapa data menunjukan

xxx
bahwa pekerja wanita lebih diperlukan ada suatu industri yang memerlukan

ketrampilan dan ketelitian daripada tenaga kerja laki-laki. (Soeripto, 1992:36).

2.1.6.2.4 Umur

Penelitian Flippo (1984) menunjukan bahwa pada pekerja yang

mempunyai tingkat kesukaran absensi tinggi adalah bukan karena penyakit tetapi

karena adanya kesukaran adaptasi terhadap lingkungan kerja.

Pada usia tua penyakit syaraf seperti trmor pada tangan dapat menurunkan

produktivitas kerja pada perusahaan yang memerlukan ketrampilan tangan. Hal ini

juga dapat diukur dengan tingkat absensi yang tinggi pada golongan umur ini.

2.1.6.2.5 Masa Kerja

Suma’mur (1999:160), menunjukan bahwa masa kerja mempunyai kaitan

dengan kepuasan kerja. Tenaga kerja mempunyai kepuasan kerja yang terus

meningkat sampai masa kerja 5 tahun dan kemudian mulai terjadi penurunan

sampai masa kerja 8 tahun, tetapi kemudian setelah tahun ke delapan maka

kepuasan kerja secara perlahan-lahan akan meningkat lagi.

2.1.6.2.6 Status Kesehatan

Seorang tenaga kerja yang sakit biasanya kehilangan produktivitasnya

secara nyata, bahkan tingkat produktivitasnya menjadi nihil sama sekali. Keadaan

sakit yang menahun menjadi sebab rendahnya produktivitas untuk relatif waktu

yang panjang. Keadaan diantara sehat dan sakit juga menjadi turunnya

produktivitasnya yang sering dapat dilihat secara nyata bahkan besar (Budiono,

2003:59).

2.1.6.2.7 Status Gizi


xxxi
Menurut Emil Salim (2002: 232) bahwa gizi kerja adalah gizi yang

diterapkan pada kayawan untuk memenuhi kebutuhannya sesuai dengan jenis dan

tempat kerja dengan tujuan dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas yang

setinggi-tingginya.

Status gizi merupakan ekspresi dari keadaan seimbang dari variabel

tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu (I Dewa N,

dkk, 1999:18).

Sehingga dapat disimpulkan bahwa status gizi seseorang menunjukkan

kekurangaan atau kelebihan gizi seseorang, yang dapat menimbulkan resiko

penyakit tertentu dan mempengaruhi produktivitas kerja (I Dewa N, dkk, 1999:

59).

Untuk mengetahui status gizi dapat dihitung dengaan Indeks Masa Tubuh

(IMT) atau Body Mass Index (BMI), yaitu:

Beratbadan(kg )
IMT =
Tinggibadan(m) xTinggibadan(m)

2.1.6.3 Beban Tambahan Akibat Lingkungan Kerja

Beban tambahan akibat lingkungan kerja antara lain terdiri dari :

2.2.2.3.1 Faktor Lingkungan Fisik

Faktor lingkungan fisik lingkungan kerja merupakan beban tambahan

akibat lingkungan pekerjaan. Sedangkan beban pekerjaan itu sendiri meliputi

beban fisik, beban mental dan beban sosial yang harus ditanggung tenaga kerja

sebagai pelakunya dalam setiap melakukan pekerjaanya. Faktor-faktor lingkungan

fisik yang mempengaruhi produktivitas kerja :

1) Cuaca Kerja

xxxii
Cuaca kerja adalah kombinasi dari sushu udara, kelembaban udara,

kecepatan gerakan angin dan suhu radiasi. Koordinasi keempat faktor tersebut

dihubungkan dengan produksi panas oleh tubuh disebut tekanan panas.

(Suma’mur, 1996:79).

Suhu udara dapat diukur dengan termometer yang disebut suhu kering,

kelembaban udara diukur dengan hygrometer. Sedangkan suhu dan kelembaban

dapat diukur bersama-sama dengan sling psychometer atau arsmann psychometer

yang menunjukan suhu basah sekaligus. Kecepatan udara yang besar dapat diukur

dengan suatu anemometer, sedangkan kecepatan yang kecil dapat diukur dengan

thermometer kata. Suhu radiasi diukur dengan thermometer bola. Efisiensi kerja

sangat dipengaruhi oleh cuaca kerja. Suhu nikmat kerja sekitar 24 – 26 0C bagi

orang-orang Indonesia, suhu dingin mempengaruhi efisiensi dengan keluhan

kaku-kaku atau kurangnya koordinasi otot. Suhu panas terutama berakibat

menurunnya prestasi kerja pikir, penurunan sangat hebat sesudah 32 0C.

Suhu panas mengurangi kelincahan, memperpanjang waktu reaksi dan

waktu pengambilan keputusan, mengganggu koordinasi syaraf perasa dan

motorik. Sedangkan kelembaban yang optimal (nyaman) adalah 65 % - 67 %.

(Suma’mur, 1996:246).

2) Kebisingan

Bising umumnya didefinisikan sebagai bunyi yang tidak dikehendaki.

Bunyi adalah sensasi yang timbul dalam telinga akibat getaran udara atau media

lain. Kebisingan adalah suara yang tidak enak didengar oleh telinga, tidak disukai,

mengganggu atau menjengkelkan, mengganggu konsentrasi pikiran,

xxxiii
memperlambat waktu reaksi bahkan menurunkan daya rekasi/ketrampilam dan

lain-lain. (Sastrowinoto, 1989:90).

Ada dua hal yang menentukan kualitas kebisingan yaitu frekuensi dan

intesitas, frekuensi dinyatakan dalam hearts (Hz) dan intensitas dinyatakan dalam

desibel (dB). Telinga manusia mampu mendengan frekuensi antara 16 – 20.000

Hz.

Pengaruh utama kebisingan pada kesehatan adalah kerusakan jaringan

pendengaran yang megakibatkan ketulian progresif. Disamping itu efek

kebisingan biasanya merugikan daya kerja dan gangguan komunikasi antar tenaga

kerja baik secara lisan maupun psikis. Kebisingan mengganggu perhatian yang

terus-menerus dicurahkan sehingga mengakibatkan kesalahan, kelelahan dan

kerugian-kerugian. Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 51/Men/1999,

NAB untuk kebisingan adalah 85 dB (A).

3) Penerangan

Pada umumnya pekerjaan memerlukan upaya penglihatan. Untuk melihat,

manusia membutuhkan penerngan. Hanya pekerjaan tertentu mungkin tidak

memerlukan pencahayaan. Oleh sebab itu salah satu masalah lingkungan tempat

kerja yang harus diperhatikan adalah penerangan. (Depkes RI, 1994).

Penerangan merupakan salah satu faktor untuk mendapatkan keadaan

lingkungan kerja yang nyaman dan aman, disamping itu, penerangan mempunyai

kaitan yang sangat erat dengan meningkatkan produktivitas. Keadaan terang

merupakan persyarat yang mendukung terhadap kondisi penglihatan manusia.

xxxiv
Dalam kegelapan total tidak dapat melihat apa-apa, sebaliknya dalam keadaan

yang sangat terang justru membuat mata tidak tahan terhadap kesilauan. Suatu

daerah optimum diantara daerah terang minimum dan terang maksimum

diperlukan untuk bisa melihat secara sehat dan nikmat (Budiyono, 2003:Majalah

Hiperkes Volume IV).

Penerangan yang baik adalah penerangan yang memungkinkan seorang

tenaga kerja melihat pekerjaannya dengan teliti, cepat dan tanpa upaya yang tidak

perlu, serta membantu menciptakan lingkungan kerja yang nikmat dan

menyenangkan.

Akibat dari penerangan yang buruk adalah :

(a) Kelelahan mata dengan berkurangnya daya efisiensi kerja,

(b) Kelelahan mental,

(c) Keluhan pegal didaerah mata dan sakit kepada sekitar mata,

(d) Kerusakan alat penglihatan,

(e) Meningkatnya kecelakaan.

4) Getaran Mekanik

Getaran mekanik dapat diartikan sebagai getaran-getaran yang ditimbulkan

oleh alat-alat mekanis, yang dari getaran ini sampai ke tubuh dan dapat

menimbulkan akibat-akibat yang tidak diinginkan pada tubuh. Besarnya getaran

ini ditentukan oleh intensitas (meter/detik) dan frekuensi getarnya (getaran/detik).

Getaran mekanis pada umumnya sangat mengganggu tubuh karena

ketidakteraturan, baik tidak teratur dalam intensitas ataupun frekuensinya.

xxxv
Sedangkan alat-alat yang satu berbeda frekuensi alaminya dengan alat yang lain.

Gangguan terhadap suatu alat dalam tubuh terjadi apabila frekuensi alam ini

beresonansi dengan frekuensi getaran mekanis dapat mengganggu tubuh dalam

hal (1) Mempercepat datangnya kelelahan, (2) Dapat menyebabkan timbulnya,

dan (3) Beberapa penyakit diantaranya karena gangguan terhadap mata, syaraf,

peredaran darah, otot-otot, tulang-tulang dan lain-lain (Santoso, 1997:177).

5) Ventilasi

Suatu proses produksi didalam suatu industri umumnya tidak pernah

berjalan sempurna, namun selalu diikuti oleh efek samping yang berupa

pencemaran lingkungan tempat kerja seperti : debu, gas, serta panas yang timbul

akibat proses produksi.

Ventilasi adalah tempat pertukaran udara bersih dan udara kotor. Tujuan

pertukaran udara umumnya untuk membantu tenaga kerja agar tetap merasa segar

atau untuk menurunkan suatu kontaminan di udara tempat kerja yang dapat

terhirup dan mungkin akan mengganggu kesehatan para tenaga kerja.

Pertukaran udara merupakan alat pengenali yang sangat efektif untuk

melindungi faal tubuh tenaga kerja dan terkena panas yang sebagian tersebar

dipancarkan dengan cara konveksi melalui udara, serta melindungi terhadap

gangguan kesehatan dari udara kontaminan yang kebanyakan masuk ke dalam

tubuh melalui pernafasan dan diabsorsi di dalam paru-paru.

Usaha-usaha pencegahan dengan tujuan mengamankan lingkungan kerja

dapat dilakukan dengan penerapan teknologi diperkes dan keselamatan dengan

memasang sistem ventilasi industri langsung pada sumbernya. (Sugeng Budiono,

2003:76).

xxxvi
2.2.2.3.2 Faktor Kimia

Faktor kimia ini dapat beracun atau tidak tergantung dari :

1) Sifat fisik bahan kimia, meliputi ; gas, uap , asap, debu, kabut, dan awan.

2) Sifat kimiawi bahan tersebut, yang menyangkut jenis persenyawaan, besar

molekul, konsentrasi, derajat larut dan jenis pelarut.

Jalan masuk bahan tersebut ke dalam tubuh manusia yaitu melalui :

(1) Pernafasan, untuk bahan kimia di udara,

(2) Pencernaan, untuk bahan kimia yang melekat di tenggorokan dan ditelan atau

bahan-bahan cair dan padat,

(3) Kulit, untuk bahan cair atau bahan-bahan di udara yang mengendap

dipermukaan kulit.

2.2.2.3.3 Faktor Biologis

Faktor biologis pengakit akibat kerja yaitu : virus, bakteri, protozoa,

jamur, cacing, dan kemungkinan pula hewan atau tumbuhan besar. Banyaknya

pekerjaan yang dikarenakan sifat pekerjaannya lebih memudahkan tenaga kerja

mendapat sakit infeksi sehingga menurunkan produktivitas kerja.

2.2.2.3.4 Faktor Psikologis

Manusia bekerja bukan seperti mesin, karena manusia mempunyai

perasaan, pikiran dan kehidupan sosial. Faktor-faktor tersebut berpengaruh

terhadap keadaan pekerjaan dalam pekerjaannya sehingga faktor psikologis yang

baik harus diciptakan dan dibina. Hal ini perlu suatu dorongan jiwa yang berupa

motivasi, hadiah-hadiah, jaminan kesehatan dan keselamatan kerja, serta upah

untuk peningkatan produktivitas kerja.

xxxvii
2.2 Kerangka Teori

Manusia
- umur
- jenis kelamin
- masa kerja
- kondisi kesehatan
- status gizi

Lingkungan
- faktor fisik
Sikap Kerja Produktivitas - faktor kimia
Duduk kerja - faktor biologis
- faktor psikologis

Gambar 2. Kerangka Teori


Keterangan:
- Untuk faktor ligkungan tidak diukur karena dalam ruangan dan ukuran yang
sama
2.3 Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan

antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian

yang akan dilakukan (Sukidjo Notoatmodjo, 1997:69).

Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini dapat disajikan sebagai

berikut :

Variabel Bebas Variabel Terikat

Sikap Kerja Produktivitas


Duduk

Gambar 3. Kerangka Konsep

2.4 Hipotesis

xxxviii
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap pernyataan yang

dikemukakan dalam perumusan masalah (Sugiono, 2003:86). Adapun hipotesis

dalam penelitian ini adalah : Ada hubungan antara sikap kerja duduk terhadap

produktivitas kerja pada penjahit Panca Daya Sakti Semarang.

xxxix
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian atau obyek yang diteliti

(Soekidjo Notoatmodjo, 2002:79). Populasi dalam penelitian ini adalah semua

penjahit yang bekerja pada industri konveksi rumah tangga di Panca daya Sakti

Semarang berjumlah 45 orang.

3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti

dan dianggap mewakili seluruh populasi disebut sampel penelitian (Soekidjo

Notoatmodjo, 2002:79). Sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan purposive

sampling yang menggunakan kriteria sebagai berikut :

1) Responden yang telah bekerja pada usia antara 15-30 tahun.

2) Responden pada penelitian ini jenis kelaminnya wanita dan bekerja di

konveksi rumah tangga Panca Daya Sakti Semarang.

3) Responden yang diambil adalah karyawan yang mempunyai masa kerja 1-5

tahun.

4) Responden yang memiliki kondisi kesehatan yang sehat.

5) Responden yang memiliki status gizi normal.

xl
Berdasarkan kriteria tersebut diperoleh jumlah sampel dalam penelitian ini

sebanya 30 orang.

3.3 Variabel Penelitian 27

Variabel merupakan obyek penelitian atau yang menjadi titik perhatian

dalam penelitian. Variabel mengandung pengertian ukuran atau ciri yang dimiliki

anggota–anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh

kelompok lain (Soekidjo Notoatmodjo, 2002:70).

Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah:

3.3.1 Variabel Bebas (X)

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel penelitian

(Soekidjo Notoatmodjo, 2002:70). Variabel bebas pada penelitian ini adalah sikap

kerja duduk dengan kategori baik dan tidak baik.

Skala : ordinal

3.3.2 Variabel terikat (Y)

Variabel terikat adalah variabel yang terpengaruh (Soekidjo Notoatmodjo,

2002:70). Variabel terikat pada penelitian ini adalah produktivitas kerja dengan

kategori rendah dan tinggi.

Skala : ordinal

3.4 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah merupakan penelitian penjelasan (explanatorial).

Metode yang digunakan adalah survei analitik dengan melihat hubungan variabel

xli
bebas terhadap variabel terikat pada saat bersamaan (cross sectional) dengan

kerangka konsep sebagai berikut :

Sampel

Sikap Kerja Duduk


(Variabel Bebas)

Produktivitas Kerja
(Variabel terikat)

Gambar 4. Rancangan Penelitian

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :

3.5.1 Observasi adalah studi yang disengaja dan sistematik tentang fenomena

sosial dan gejala-gejala fisik dengan jalan mengamati dan mencatat

(Soekidjo Notoatmodjo, 2002:93). Pada penelitian ini peneliti melihat dan

mengamati keadaan lingkungan di Konveksi Panca Daya Sakti Semarang.

3.5.2 Wawancara adalah salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara mengadakan tanya jawab baik secara langsung maupun tidak

langsung (Soekidjo Notoatmodjo, 2002:102). Wawancara yang dilakukan

dalam penelitian ini, melibatkan berbagai pihak dengan tujuan untuk

mengetahui sikap duduk para pekerja di Konveksi Panca Daya Sakti

Semarang.
xlii
3.5.3 Pengukuran adalah suatu aktivitas yang dilakukan dengan cara mengukur

dan menggunakan bahan atau alat kemudian mencatat hasilnya (Suharsimi

Arikunto, 2002:133).

Pengukuran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengukuran

produktivitas kerja responden dengan mencatat hasil baju/celana yang

dihasilkan setiap hari selama 3 hari pengamatan.

3.6 Prosedur Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :

1) Memilih masalah yang akan diteliti

2) Merumuskan dan mengadakan pembatasan masalah, kemudian berdasarkan

masalah tersebut diadakan studi pendahuluan untuk menghimpun informasi

dan teori sebagai dasar menyusun kerangka konsep penelitian.

3) Membuat asumsi atau tanggapan yang menjadi dasar perumusan hipotesis

penelitian.

4) Merumuskan hipotesis penelitian.

5) Menentukan populasi dan sampel. Populasi yang digunakan dalam penelitian

ini adalah semua penjahit yang bekerja pada industri konveksi rumah tangga

Panca Daya Sakti Semarang berjumlah 45 orang sebagai populasi adapun cara

pemilihan sampelnya dengan menggunakan teknik purposif sampling

didapatkan dengan wawancara dan kuesioner sehingga didapatkan jumlah

sampel yang memenuhi kriteria sebanyak 30 orang.

xliii
6) Menentukan teknik pengumpulan data. Dalam penelitian ini teknik

pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, dan observasi.

7) Melakukan uji coba kuesioner dengan tujuan untuk menghindari pertanyaan

yang sulit dimengerti atau kekurangan dari materi kuesioner itu sendiri.

3.7 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti

dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih

baik dalam arti cepat, lengkap, sistematis (Suharsimi Arikunto, 2002:136).

Instrumen yang dipakai peneliti adalah :

3.7.1 Lembar Observasi

Lembar observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mencatat produk

yang dihasilkan responden setiap hari selama tiga hari berturut-turut.

Dengan penilaian sebagai berikut :

1. Interval skor 14,33-17,17 dengan kriteria rendah

2. interval skor 17,18-20,00 dengan kriteria tinggi

3.7.2 Kuesioner

Kuesioner adalah sejumlah pernyataan tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau

hal-hal yang diketahui (Suharsimi Arikunto, 2002:128).

Kuesioner dalam penelitian ini digunakan untuk pengumpulan data tentang

sikap duduk responden. Jenis kuesioner yang digunakan yaitu tertutup yang dibuat

berdasarkan indikator variabel.

xliv
Pemberian skor pada pemilihan jawaban menggunakan ketentuan sebagai

berikut:

1) Pilihan jawaban “ya” diberi skor 1 dengan penilaian 9-16

2) Pilihan jawaban “tidak” diberi skor dengan penilaian 0-8

3.8 Validitas dan Reliabilitas Instrumen

3.8.1 Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan dan

kesahihan suatu instrumen ( Suharsimi Arikunto. 2002: 160). Suatu instrumen

yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya instrumen yang

kurang valid berarti memiliki validitas rendah.

Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang

iinginkan dan sebuah instrumen dikatakan tidak valid apabila tidak dapat

mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Untuk mengukur

validitas digunakan rumus korelasi product moment sebagai berikut :

NΣxy − (Σx) (Σy)


rxy =
( NΣX 2 − (Σx)2 ) ( NΣy 2 − (Σy)2 )

Keterangan :

rxy : koefisien korelasi item

x : skor item nomor tertentu

y : skor total

(Suharsimi Arikunto, 2002:160)

xlv
Apabila rxy > rtabel, maka butir angket dinyatakan valid dan apabila rxy <

rtabel, maka butir angket dinyatakan tidak valid.

Berdasarkan hasil uji coba angket kepada 15 responden diperoleh hasil

bahwa seluruh butir angket valid karena memiliki harga rxy > rtabel = 0,514 untuk

α =5% dengan n = 15. Dengan demikian seluruh butir angket tersebut dapat

digunakan untuk pengambilan data penelitian.

3.8.2 Reliabilitas

Reliabilitas menunjukan pada instrumen bahwa instrumen cukup dapat

dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrumen

tersebut sudah baik sehingga mampu mengungkap data yang bisa dipercaya

(Suharsimi Arikunto. 2002: 147).

Uji reliabilitas menggunakan rumus Alpha untuk mencari reliabilitas

instrumen yang skornya bukan 1 dan 0.

⎡ k ⎤ ⎡ Σσ 2 b ⎤
r11 = ⎢ ⎥ ⎢1 − 2 ⎥
⎣ (k − 1) ⎦ ⎣ σt ⎦

Keterangan :

r11 : Reliabilitas instrumen

K : Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

Σ σb2 : Jumlah varians butir

σT2 : Varians total

Jika r11 > rtabel instrumen dikatakan reliabel dan jika r11hitung < r11tabel

instrumen dikatakan tidak reliabel (Suharsimi Arikunto, 2002:193).

xlvi
Berdasarkan hasil uji reliabilitas menggunakan rumus alpha diperoleh

koefisien reliabilitas sebesar 0,9046. Pada taraf kesalahan 5% dengan n = 15

diperoleh harga rtabel = 0,514. Karena koefisien reliabilitas lebih besar dari nilai

rtabel, dapat dinyatakan bahwa angket tersebut reliabel dan dapat digunakan untuk

pengambilan data penelitian.

3.9 Pengolahan Data

Dalam penelitian ini pengolahan data yang dilakukan adalah sebagai

berikut :

1) Editing : Untuk memeriksa kelengkapan daya yang didapat melalui

koesioner dan wawancara.

2) Coding : Memberikan kode pada masing-masing jawaban untuk

mempermudah pengelolaan data.

3) Entri data : Proses pemindahan data ke dalam media komputer agar didapat

data masukan yang siap diolah

4) Tabulasi : Penyajian data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan

deskriptif.

3.10 Analisis Data

Data yang telah diperoleh dianalisis dengan menggunakan langkah sebagai

berikut :

1) Analisis Univariat

xlvii
Yaitu analisis yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil setiap

penelitian. Dalam analisis ini hanya perhitungan mean, median, modus, standar

deviasi dan distribusi dan persentase dari tiap variabel.

2) Analisis Bivariat

Analisis bivariat ini digunakan untuk mencari hubungan variabel bebas

dan variabel terikat dengan skala ordinal dan ordinal yaitu uji chi square.

Perhitungan rumus chi square dalam penelitian ini dilakukan dengan program

komputer.

Kriteria hubungan berdasarkan nilai p value (probabilitas) yang dihasilkan

dibandingkan dengan nilai kemaknaan yang dipilih, dengan kriteria sebagai

berikut :

a) Jika p value > 0,05, maka Ho diterima

b) Jika p value < 0,05, maka Ho tidak diterima.

Singgih Santoso (2003:236)

Untuk mengetahui tingkat keeratan hubungan antara variabel bebas

dengan terikat dapat diketahui dari koefisien kontingensi. Kriteria keeratan

hubungan dengan menggunakan koefisien kontingensi yaitu sebagai berikut :

a) 0,00 – 0,19 = hubungan sangat lemah

b) 0,20 – 0,39 = hubungan lemah

c) 0,40 – 0,59 = hubungan cukup kuat

d) 0,60 – 0,79 = hubungan kuat

e) 0,80 – 1,00 = hubungan sangat kuat

(Sugiono, 2002:216)

xlviii
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Deskripsi Karakteristik Responden

4.1.1.1 Umur responden

Berdasarkan data penelitian dapat diketahui bahwa kisaran umur penjahit

konveksi rumah tangga Panca Daya Sakti Semarang yang menjadi responden

dalam penelitian ini berkiran antara umur 15 sampai 30 tahun. Lebih jelas

distribusi umur responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2. Distribusi Umur Responden

No Rentang Umur Jumlah Persentase


1 15 – 20 Tahun 23 76,67 %
2 21 – 25 Tahun 5 16,67 %
3 26 – 30 Tahun 2 6,66 %
Sumber : Data Penelitian 2005

Berdasarkan tabel 2 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden

dalam penelitian ini yaitu 76,67% memiliki tingkatan umur antara 15 sampai

dengan 20 tahun, selebihnya yaitu 16,67% responden memiliki tingkatan umur

antara 21 sampai dengan 25 tahun, dan 6,66% responden memiliki tingkatan umur

antara 26 sampai dengan 30 tahun. Mengacu dari hasil penelitian tersebut

menunjukkan bahwa yang menjadi reponden dalam penelitian ini merupakan

karyawan yang berada pada usia produktif.

xlix
36
4.1.1.2 Masa kerja responden

Berdasarkan data penelitian dapat diketahui bahwa trek masa kerja dari 30

sampel terbanyak adalah 1 tahun. Lebih jelas distribusi masa kerja responden

dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4. Distribusi Masa Kerja Responden


No Masa Kerja Jumlah Persentase
1 1 Tahun 10 33,3 %
2 2 Tahun 3 10,0%
3 3 Tahun 8 26,7%
4 4 Tahun 5 16,7%
5 5 Tahun 4 13,3%
Sumber : Data Penelitian 2005

Berdasarkan tabel 4 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden

dalam penelitian ini yaitu 26,7% memiliki masa kerja antara 3 tahun, selebihnya

yaitu 16% responden memiliki masa kerja 4 tahun, 13,3% responden memiliki

masa kerja 5 tahun, 10% responden memiliki masa kerja 2 tahun, dan 33,3%

responden yang memiliki masa kerja 1 tahun. Mengacu dari hasil penelitian

tersebut menunjukkan bahwa yang menjadi reponden dalam penelitian ini

merupakan karyawan yang telah memiliki masa kerja cukup lama.

4.1.2 Penilaian Sikap Kerja Duduk Responden

Berdasarkan data pengkuran sikap kerja duduk responden menggunakan

kuesioner dengan jumlah item pertanyaan 10. Hasil penelitian pada lampiran

menunjukkan bahwa rata-rata skor sikap kerja duduk adalah 7,70 dengan

persentase 48,13% dan termasuk kategori tidak baik karena berada pada rentang

l
persentase 0,00%-50,00%. Ditinjau sikap kerja duduk masing-masing tenaga kerja

berdasarkan hasil analisis deskriptif persentase pada lampiran diperoleh hasil

sebagai berikut:

Tabel 5. Deskripsi Data Hasil Pengukuran Sikap Duduk

Rentang Skor Kategori Jumlah Persentase


0–8 Tidak baik 19 63,33
9 – 16 Baik 11 36,67
Jumlah 30 100
Sumber : Data Penelitian 2005

Berdasarkan tabel 5 di atas terlihat bahwa sebagain besar responden yaitu

63,33% memiliki sikap kerja duduk yang tidak baik dan selebihnya yaitu 36,67%

responden memiliki sikap kerja duduk yang baik. Secara grafis hasil tersebut di

atas dapat diperlihatkan pada bagan berikut ini :

Gambar 5.
Bagan Distribusi Frekuensi Sikap Kerja Duduk Tenaga Kerja Konveksi
Rumah Tangga Panca Daya Sakti Semarang

li
4.1.3 Pengukuran Produktivitas Kerja Responden

Produktivitas kerja responden dihitung dengan menjumlahkan barang

(baju/celana) yang dihasilkan oleh responden tiap hari selama 3 hari, kemudian

diambil interval dengan menggunakan kategori sebagai berikut:

Tabel 6. Deskripsi Data Produktivitas Kerja


Rentang Nilai Kategori Jumlah Persentase
14,33 – 17,17 Rendah 18 60,00
17,18 – 20,00 Tinggi 12 40,00
Jumlah 30 100
Sumber : Data Penelitian 2005
Berdasarkan tabel 6 tersebut di atas menunjukkan bahwa sebagian besar

responden yaitu 18 orang atau 60% memiliki produktivitas kerja rendah,

selebihnya yaitu 12 orang atau 40% memiliki produktivitas kerja tinggi. Secara

grafis distribusi frekuensi produktivitas kerja responden tersebut di atas dapat

diperlihatkan pada bagan berikut ini :

lii
Gambar 6.
Bagan Distribusi Frekuensi Produktivitas Tenaga Kerja Konveksi Rumah
Tangga Panca Daya Sakti Semarang

1.4.7 Analisis Bivariat

Analisis bivariat untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara sikap

kerja duduk terhadap produktivitas kerja tenaga kerja konveksi rumah tangga

Panca Daya Sakti Semarang adalah uji chi square.

Hasil tabulasi silang sikap kerja duduk dengan produktivitas kerja

menunjukkan bahwa rendahnya produktivitas kerja responden dikarenakan sikap

kerja duduknya yang tidak baik sedangkan responden yang sikap kerja duduknya

baik tidak ada satupun yang memiliki produktivitas rendah. Lebih jelasnya

hubungan antara sikap kerja duduk dengan produktivitas kerja tersebut dapat

dilihat pada tabel berikut ini :

liii
Tabel 7. Crosstabs Data Sikap Kerja Duduk dengan Produktivitas Kerja Tenaga
Kerja Konveksi Rumah Tangga Panca Daya Sakti Semarang

Sikap Kerja Produktivitas Kerja Jumlah


Duduk Tinggi Rendah
Baik 9 (30,0%) 2 (6,7%) 11 (36,7%)
Tidak Baik 3 (10,0%) 16 (53,3%) 19 (63,3%)
Jumlah 12 (40,0%) 18 (60,0%) 30 (100,%)
Sumber : Data Penelitian 2005

Berdasarkan tabel 7 tersebut di atas menunjukkan bahwa dari 36,7%

tenaga kerja pada konveksi rumah tangga Panca Daya Sakti Semarang yang sikap

kerjanya baik, 30,0% diantaranya produktivitasnya tinggi dan 6,7% diantaranya

produktivitasnya rendah. Dari 63,3% tenaga kerja yang memiliki sikap kerja

duduk tidak baik, 53,3% diantaranya produktivitasnya rendah dan 10,0%

diantaranya produktivitasnya tinggi. Dengan demikian menunjukkan bahwa baik

tidaknya sikap kerja duduk menentukan tinggi rendahnya produktivitas kerja

responden.

Secara statistik adanya hubungan antara sikap kerja duduk dengan

produktivitas kerja tersebut dibuktikan dari hasil uji chi square yang terangkum

pada tabel berikut :

Tabel 8. Analisis Chi Square Sikap Kerja Duduk dengan produktivitas Kerja

Variabel  Pvalue Kriteria


Sikap kerja duduk
12,656 Signifikan
Produktivitas kerja
Sumber : Data Penelitian 2005

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh pula koefisien kontingensi antara

sikap kerja dengan produktivitas kerja sebesar 0,545 dan harga odds ratio (OR)
liv
sebesar 24,00. Dari hasil tersebut dapat dijelaskan bahwa keeratan hubungan

antara sikap kerja duduk dengan produktivitas kerja tenaga kerja pada konveksi

rumah tangga Panca Daya Sakti Semarang adalah 0,516 dan termasuk kategori

cukup kuat.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Karakteristik Responden

Pemilihan responden berdasarkan tingkat pendidikan yang sama

dimaksudkan untuk memperoleh karakteristik yang sama. Hal ini, sesuai dengan

pendapat Gilmer (1971) yang menyatakan bahwa makin tinggi tingkat pendidikan

makin mudah seseorang berfikir secara luas, makin tinggi daya inisiatif dan

makin mudah pula untuk menemukan cara yang efisien untuk menyelesaikan

pekerjaan dengan baik.

Responden diambil dan usia produktif yaitu 15 – 30 tahun. Adapun

rentang usia responden adalah yang pertama 15-20 ini yang terbanyak, karena

pada usia itu responden masih mempunyai tenaga yang di butuhkan,sedangkan

pada usia 21-25 usia responden semakin berkurang karena di konveksi yang di

butuhkan usia muda untuk usia 26-30 di konveksi masih ada hanya beberapa

orang saja. Pembatasan umur responden ini dilakukan karena pada kisaran usia

tersebut mempunyai kemampuan kerja yang hampir sama karena masih tergolong

usia produktif.(Sugeng Budiono, 2003:245)

lv
Responden diambil dari tenaga kerja yang mempunyai masa kerja minimal

1 tahun, diharapkan tenaga kerja tersebut mempunyai pengalaman dan tingkat

ketrampilan yang relatif sama.

4.2.2 Hubungan Sikap Kerja Duduk Terhadap Produktivitas Kerja

Bagian penjahitan merupakan bagian seorang tenaga kerja/penjahit bekerja

dengan posisi duduk. Hal ini sesuai dengan Suma’mur (1997) yang menyatakan

pekerjaan sejauh mungkin harus dilakukan sambil duduk. Keuntungan bekerja

sambil duduk adalah (1) Kurangnya kelelahan pada kaki, (2) Terhindarnya sikap-

yang tidak alamiah, (3) Berkurangnya pemakaian energi, dan (4) Kurangnya

tingkat keperluan sirkulasi darah

Bagian penjahitan merupakan bagian dimana posisi tenaga kerja secara

normal adalah duduk. Hal ini lebih baik, karena menurut Suma’mur (1996) posisi

kerja yang baik adalah bergantian antara posisi duduk dan posisi berdiri, akan

tetapi antara posisi duduk dan berdiri lebih baik dalam posisi duduk. Hal itu

dikarenakan sebagian berat tubuh di sangga oleh tempat duduk disamping itu

konsumsi energi dan kecepatan sirkulasi lebih tinggi dibandingkan tiduran, tetapi

lebih rendah dari pada berdiri. Posisi duduk juga dapat mengontrol kekuatan kaki

dalam pekerjaan, akan tetapi harus memberi ruang yang cukup untuk kaki karena

bila ruang yang tersedia sangat sempit maka sangatlah tidak nyaman.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sikap kerja duduk tenaga kerja

pada konveksi rumah tangga Panca Daya Sakti Semarang belum seluruhnya baik.

lvi
Dari 30 responden yang menjadi sampel dalam penelitian yang sikap kerjanya

baik hanya 36,67%, sedangkan selebihnya yaitu 63,33% masuk kategori tidak

baik. Dengan adanya sikap kerja dari sebagian besar tenaga kerja yang tidak baik

tersebut tentunya akan berakibat buruk bagi tenaga kerja itu sendiri maupun bagi

perusahaan. Bagi tenaga kerja, dengan adanya sikap kerja yang kurang baik dapat

mengganggu kesehatannya akibat pembebanan statis secara terus-menerus pada

bagian tubuhnya. Sedangkan bagi perusahaan hal ini dapat menyebabkan

menurunnya produktivitas perusahaan.(Singgih Santoso, 2003:210)

Uji statistik dengan rumus chi square memperoleh probabilitas sebesar

0,000, hal ini berarti harga probabilitas tersebut lebih kecil daripada batas

kesalahan yang ditetapkan yaitu 0,05 sehingga dapat dinyatakan bahwa ada

hubungan antara sikap kerja duduk terhaap produktivitas kerja pada penjahit

konveksi rumah tangga Panca Daya Sakti Semarang.

Pada sikap keja duduk yang baik untuk tenaga kerja bagian penjahitan

adalah tinggi kursi diusahakan lebih rendah dari panjang tungkai bawah sehingga

dapat menambah penekanan pada kaki saat bekerja. Pengarahan tenaga diperlukan

untuk menggerakkan mesin jahit. Sedangkan pada sikap kerja duduk yang tidak

baik pada tenaga kerja bagian dapat terlihat dari penggunaan kursi yang lebih

tinggi dari panjang tungkai bawah sehingga kaki dalam keadaan menggantung.

Hal ini akan menyebabkan terjadinya pengerahan tenaga yang lebih besar dan

akan mempercepat kelelahan dan berdampak pada menurunnya produktivitas

kerja.(Eko Nurmianto, 2003:143)

lvii
Pekerjaan menjahit adalah pekerjaan yang membutuhkan ketelitian dalam

bekerja sehingga diperlukan meja kerja dengan tinggi 5-10 cm lebih tinggi dari

siku. Dengan tinggi tersebut memungkinkan tubuh sedikit membungkuk dan

memberikan jarak lihat yang optimal. Dataran kerja/meja kerja dan tempat duduk

yang tidak memenuhi syarat kesehatan menyebabkan sikap duduk dari tenaga

kerja tidak ergonomis. Apabila hal ini dilakukan secara terus menerus dengan

sendirinya daya kerja akan menurun. Hal tersebut disebabkan sikap duduk yang

salah, sehingga dapat menimbulkan kelelahan serta mengalami/merasakan adanya

keluhan-keluhan pada bagian tubuh tertentu seperti pegal pada bahu, punggung,

pinggang, leher, tangan dan kaki serta pada pantat, yang akhirnya akan

mempengaruhi produktivitas.(Retno Astuti, 2000:158)

Pada pekerjaan yang dilakukan dengan duduk seperti menjahit, sikap

duduk yang paling baik yang tidak berpengaruh buruk terhadap sikap badan

tulang belakang adalah sikap duduk sedikit lordosa pada pinggang, dengan sikap

duduk tegak untuk menghindari punggung bungkuk dan otot perut lemas

(Suma’mur, 1997).

4.3 Keterbatasan Penelitian

Dalam pengambilan data sering terjadi beberapa kekurangan maupun

kesalahan yang tidak disengaja terhadap pengambilan sampel maupun instrumen

yang di gunakan.Adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah:

lviii
4.3.1 Adanya kesibukan dan aktivitas responden yang tinggi,sehingga dalam

melakukan wawancara dan pengukuran harus sesuai dengan kesibukan

responden.

4.3.2 Adanya keterbatasan biaya

lix
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasannya, maka dapat disimpulkan

bahwa ada hubungan yang signifikan antara sikap kerja duduk terhadap

produktivitas kerja tenaga kerja pada konveksi rumah tangga Panca Daya Sakti

Semarang dengan derajat hubungan antara sikap kerja duduk terhadap

produktivitas kerja termasuk kategori cukup kuat.

5.2 Saran

Beberapa saran yang dapat peneliti ajukan berdasarkan simpulan dari hasil

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Dengan adanya hubungan antara sikap kerja duduk terhadap produktivitas,

maka bagi para tenaga kerja hendaknya membiasakan sikap duduk yang baik

agar terjadinya keluhan-keluhan pada bagian tubuh tertentu seperti pegal pada

bahu, punggung, pinggang, leher, tangan dan kaki serta pada pantat, yang

akhirnya akan menyebabkan menurunnya produktivitas kerja dapat dihindari.

2) Untuk penelitian lebih lanjut perlu dilakukan kajian pada variabel-variabel

lain yang berhubungan dengan produktivitas kerja agar diperoleh informasi

yang lebih lengkap tentang faktor-faktor yang menentukan tinggi rendahnya

produktivitas kerja dengan sikap kerja duduk.

lx
46
lxi

You might also like