Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
Disusun Oleh
Ita Indi Rahayu, 2005. Hubungan antara Sikap Kerja Duduk terhadap
Produktivitas Kerja Pada Penjahit Konveksi Rumah Tangga Panca Daya
Sakti Semarang Tahun 2005. Skripsi. Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Fakultas Ilmu Keolahragaan. Universitas Negeri Semarang.
Dalam industri informasi, salah satu masalah yang sering terjadi adalah
tidak adanya kesesuaian antara tempat duduk dan meja kerja dengan antropometri
tenaga kerja. Apabila hal ini terjadi dengan sendirinya akan mempunyai pengaruh
buruk terhadap tenaga kerja, antara lain timbulnya keluhan-keluhan akibat sikap
duduk yang pada akhirnya dapat mengakibatkan turunnya produktivitas kerja.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara sikap kerja
duduk terhadap produktivitas kerja pada penjahit konveksi rumah tangga Panca
Daya Sakti Semarang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya
hubungan antara sikap kerja duduk terhadap produktivitas kerja pada penjahit
konveksi rumah tangga Panca Daya Sakti Semarang.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua penjahit yang bekerja pada
industri konveksi rumah tangga Panca Daya Sakti Semarang berjumlah 45 orang.
Penentuan sampel dalam penelitian ini dengan teknik purposive samping, dan dari
45 penjahit yang menjadi sampel dalam penelitian ini terdapat 30 penjahit yang
dapat dijadikan sampel karena telah memenuhi kriteria yang telah ditetapkan.
Variabel dalam penelitian ini ada dua yaitu sikap kerja duduk sebagai variabel
bebas dan produktivitas kerja sebagai variabel terikat. Metode pengumpulan yang
digunakan adalah teknik survei dengan menggunakan kuesioner, wawancara dan
pengukuran. Data yang diperoleh di analisis dengan menggunakan uji chi square.
Berdasarkan uji statistik chi square diperoleh χ2hitung = 12,656 dengan
probabilitas 0,000. Hal ini berarti nilai probabilitas tersebut lebih kecil dari batas
kesalahan yang ditetapkan yaitu 0,05. Dengan demikian maka hipotesis kerja
diterima dan berarti pula bahwa ada hubungan yang signifikan antara sikap kerja
duduk terhadap produktivitas kerja pada penjahit Panca Daya Sakti Semarang.
Hasil analisis diperoleh pula koefisien kontingensi 0,545. Dengan demikian
hubungan antara sikap kerja duduk terhadap produktivitas termasuk kategori
cukup kuat.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka penulis mengajukan saran-
saran yaitu (1) Dengan adanya hubungan antara sikap kerja duduk terhadap
produktivitas, maka bagi para tenaga kerja hendaknya membiasakan sikap duduk
yang baik agar terjadinya keluhan-keluhan pada bagian tubuh tertentu seperti
pegal pada bahu, punggung, pinggang, leher, tangan dan kaki serta pada pantat,
yang akhirnya akan menyebabkan menurunnya produktivitas kerja dapat
dihindari; dan (2) Untuk penelitian lebih lanjut perlu dilakukan kajian pada
variabel-variabel lain yang berhubungan dengan produktivitas kerja agar
diperoleh informasi yang lebih lengkap tentang faktor-faktor yang menentukan
tinggi rendahnya produktivitas kerja dengan sikap kerja duduk.
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing I dan Pembimbing II untuk diajukan
Pada hari :
Tanggal :
Mengetahui
Pembimbing I Pembimbing II
Mengesahkan :
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Panitia Ujian
Ketua Sekretaris
Dewan Penguji
iviii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke-hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
2004/2005”.
bukan hanya atas kemampuan dan usaha penulis semata, namun juga berkat
bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang
2. Ibu dr. Oktia Woro K. H, M. Kes, Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat
4. Pembimbing II, Ibu dr. Yuni Wijayanti yang telah memberikan bimbingan,
5. Bapak Slamet Wibowo, pengusaha konveksi rumah tangga Panca Daya Sakti
6. Seluruh karyawan konveksi rumah tangga Panca Daya Sakti Semarang yang
Semoga Allah SWT memberikan pahala yang berlipat ganda atas kebaikan
Penulis
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto :
1. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah
lain dan hanya kepada Tuhanlah hendaknya kamu berharap (Al Insyiroh : 6-8).
Persembahan :
vii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Alasan Pemilihan Judul ....................................................... 1
1.2 Permasalahan....................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian................................................................. 3
1.4 Penegasan Istilah ................................................................. 4
1.5 Manfaat Penelitian............................................................... 5
ix
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2. Kerangka Teori........................................................................................ 25
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Kuesioner ................................................................................................ 59
xii
BAB I
PENDAHULUAN
optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional.
mutu serta perlindungan bagi tenaga kerja. Perlindungan tenaga kerja ditujukan
kepada perbaikan upah, syarat kerja, serta jaminan sosial lainnya dalam rangka
ketentraman atau ketenangan kerja agar tenaga kerja tetap sehat dan selamat
produktivitas kerja ergonomi dapat mencapai 10% atau lebih. Apabila manfaat ini
produktivitas tenaga kerja serta perbaikan mutu produk dalam suatu proses
segera dilakukan dengan lebih baik melalui penyesuaian mesin, alat dan
tenaga kerja akan meningkatkan optimasi serta efisiensi kerja secara maksimal.
sektor industri, misalnya pada industri konveksi rumah tangga. Penggunaan alat-
Penjahit konveksi pada industri rumah tangga Panca Daya Sakti Semarang
merupakan salah satu dari sekian banyak industri yang termasuk dalam jenis
usaha sektor informal. Usaha sektor informal adalah kegiatan ekonomi tradisional
yang biasanya mempunyai kegiatan usaha sederhana, skala usaha relatif kecil,
tidak memerlukan ijin usaha resmi, sehingga lebih mudah untuk membuka usaha.
diperkirakan mencapai 90%, dengan tenaga kerja yang lebih banyak dilakukan
xiv
oleh para pekerja wanita dibandingkan tenaga kerja pria. Di dalam kegiatannya,
produk masih menggunakan tenaga manusia dan pralatan tradisional (mesin jahit
Menurut Sugeng Budiono (2003) sikap duduk seseorang dalam bekerja akan
sikap duduk yang baik, maka produktivitas akan meningkat dan sebaliknya bila
sikap duduk tidak baik, maka produktivitas kerja akan menurun. Oleh karena itu
peneliti ingin mencoba meneliti hubungan antara sikap kerja duduk terhadap
produktivitas kerja pada penjahit konveksi rumah tangga Panca Daya Sakti
Semarang.
1.2 Permasalahan
sikap kerja duduk terhadap produktivitas kerja pada penjahit konveksi rumah
xv
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan
antara sikap kerja duduk terhadap produktivitas kerja pada penjahit konveksi
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan agar tidak terjadi salah
mengarah pada tujuan penelitian, maka ada beberapa istilah yang perlu ditegaskan
Dalam penelitian ini yang dimaksud sikap kerja duduk adalah posisi penjahit
Produktivitas kerja adalah jumlah barang yang dihasilkan oleh tenaga kerja
per satuan waktu (barang/hari). Dalam penelitian ini produktivitas kerja dilihat
Budiono, 2003:263).
1.1.1 Tenaga Kerja pada Konveksi Rumah Tangga Panca Daya Sakti Semarang
Tenaga kerja adalah orang yang bekerja pada suatu lembaga (kantor,
xvi
(Purwadarminta, 1989:393). Yang dimaksud tenaga kerja di sini adalah tenaga
kerja bagian penjahitan pada konveksi rumah tangga Panca Daya Sakti Semarang
kerja yang baik, sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas serta
produktivitas kerja.
kerja.
xvii
BAB II
Kata ergonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu : “ergon” yang artinya
kerja dan “nomos” yang artinya peraturan atau hukum. Dengan demikian
sini adalah keseluruhan alat dan bahan yang dihadapi, lingkungan sekitar tempat
Sasaran ergonomi adalah seluruh tenaga kerja baik sektor modern maupun
pada sektor tradisional dan informal. Pada sektor modern penerapan ergonomi
dalam bentuk pengaturan sikap, tata cara kerja dan perencanaan kerja yang tepat
adalah persyaratan bagi efisiensi dan produktivitas yang tinggi. Peralatan kerja
dan mesin dalam industri-industri masih banyak didatangkan dari luar negeri dan
perlu penyesuaian seperlunya dengan bentuk ukuran dan tubuh tenaga kerja.
Begitu pula dirasa perlu lebih meningkatkan perhatian tentang konstruksi alat-alat
xviii
6
kerja, meter-meter penunjang, tombol-tombol yang penting bagi pekerja. Pada
sektor tradisional, pekerjaan pada umumnya dilakukan dengan sikap bahan dan
cara-cara kerja yang secara ergonomis dapat diperbaiki (Soeripto, 1992: Majalah
Pada sikap sikap duduk ergonomis, tinggi kursi lebih rendah dari panjang
tungkai bawah, sehingga dapat menambah penekanan pada kaki saat bekerja.
tinggi kursi lebih tinggi dari panjang tungkai bawah, sehingga kaki dalam keadaan
menggantung. Hal ini akan menyebabkan terjadinya pengarahan tenaga kerja yang
2.1.2.1 Sikap tubuh dalam pekerjaan sangat dipengaruhi oleh bentuk, susunan,
2.1.2.2 Untuk normalisasi ukuran mesin dan alat-alat industri, harus diambil
ukuran terbesar sebagai dasar serta diatur dengan suatu cara, sehingga ukuran
tersebut dapat dikecilkan dan dapat digunakan oleh tenaga kerja yang kecil,
seperti tempat duduk yang dapat distel naik turun dan lain-lain.
xix
2.1.2.3 Ukuran-ukuran antropometri terpenting seperti dasar ukuran-ukuran dan
Berdiri Duduk
a.Tinggi badan berdiri a. Tinggi duduk
b.Tinggi bahu b. Panjang lengan atas
c.Tinggi siku c. Panjang lengan atas dan tangan
d.Tinggi panggul d.Jarak lekuk lutut sampai garis
e. Depan punggung
f. Panjang lengan e. Jarak lekuk lulut sampai telapak
1) Tinggi dataran duduk yang dapat diatur dengan papan kaki yang sesuai
2) Papan tolak punggung yang tingginya dapat diatur dan menekan pada
punggung.
5) Dalam hal ini tidak mungkin, kepada pekerjaan diberi tempat dan kesempatan
untuk duduk.
sedangkan untuk pekerjaan duduk 32-44 ke bawah. Arah penglihatan ini sesuai
gerakan yang tiba-tiba pada permulaan dan berhenti dengan paksa sangat
melelahkan, gerakan ke atas harus dihindari. Berilah papan penyokong pada setiap
tenang.
Kemampuan seseorang bekerja seharinya 8-10 jam, lebih dari itu efisiensi
dan kualitas kerja sangat menurun. Waktu istirahat didasarkan pada keperluan atas
tenaga kerja, istirahat oleh karena penurunan kapasitas tubuh dan istirahat curian.
dipertahankan dengan adanya premi perangsang, motivasi, iklim kerja dan lain-
lain.
xxi
2.1.4.1 Kursi Ergonomi
mendapatkan sikap tubuh yang ergonomi dalam bekerja. Dengan sikap yang
pekerjaan hendaknya dilakukan dalam posisi duduk dan sikap berdiri secara
bergantian. Semua sikap tubuh yang tidak alami seperti gerakan tiba-tiba harus
dihindarkan, apabila hal ini tidak mungkin hendaknya diusahakan agar beban
statis diperkecil. Tempat duduk (kursi) harus dibuat sedimikian rupa sehingga
memberikan relaksasi pada otot-otot yang sedang dipakai untuk bekerja dan tidak
Diukur dari lantai sampai pada permukaan atas dari bagian depan alas
duduk. Ukuran yang dianjurkan 38-48 cm. Tinggi alas duduk harus sedikit lebih
pada permukaan atas alas duduk sampai kebagian depan alas duduk. Ukuran yang
dianjurkan adalah 36 cm. Panjang alas duduk harus lebih pendek dari jarak antara
xxii
Diukur pada garis tengah alas duduk melintang. Lebar alas duduk harus
lebih besar dari lebar pinggul. Ukuran yang diusulkan adalah 44- 48 cm.
4) Sandaran pinggang
Bagian atas dari sandaran pinggang tidak melebihi tepi bawah ujung
5) Sandaran tangan
Jarak antara tepi dalam kedua sandaran tangan (harus lebih lebar dari
dianjurkan adalah jarak tepi dalam kedua sandaran tangan: 46-48 cm. Tinggi san
daran tangan adalah 20 cm dari alas duduk. Panjang sandaran tangan : 21 cm.
pekerja untuk menentukan pemilihan gerakan dan posisi. Alas duduk hendaknya
membungkuk ke depan, alas duduk dapat dibuat ke belakang (3-5 derajat). Bila
Selain kursi yang ergonomi dapat pula kursi yang non ergonomi. Adapun
1) Kursi yang terlalu panjang dapat menyebabkan pekerja duduk maju kedepan
xxiii
2) Kursi yang terlalu dan tidak dilengakapi dengan sandaran kaki dapat
karena ia harus duduk maju ke depan agar dapat melakukan pekerjaan. Ruang
antara alas duduk dan tepi bawah meja terlalu sempit sehingga menyebabkan
3) Sandaran pinggang yang terlalu tinggi dapat menyebabkan gerakan bahu dan
lengan terbatas dan posisi kerja yang tidak nyaman (Siswanto, 1995:25).
yang paling baik yaitu tanpa pengaruh buruk terhadap sikap badan dan tulang
belakang adalah sikap duduk dengan sedikit lordosa pada pinggang dan sedikit
mungkin kifosa pada punggung. Sikap demikian dapat dicapai dengan kursi dan
sandatan punggung yang tepat. Dengan begitu otot punggung terasa enak
darah. Namun begitu terdapat pula kerugian-kerugian sebagai akibat kerja sambil
duduk antara lain (1) Melembekkan otot-otot perut, (2) Melengkungkan punggung
dan (3) Tidak baik bagi alat tubuh bagian dalam, khususnya peralatan
yang salah. Postural/sikap posisi pekerjaan secara salah dan dilakukan menahun
akan menyebabkan keluhan yang dikenal sengan Low back point (LBP) yaitu
xxiv
otot-otot pingang menjadi lelah (fatique) menimbulkan ketidakstabilan dari tulang
sakit/pegal di daerah pinggang. Apabila hal ini tidak dikoreksi, maka gangguan
duduk atau dalam sikap duduk dan sikap berdiri secara bergantian. Oleh karena
itu, sistem kerja berdiri sebaiknya diganti dengan sistem kerja duduk.
Selain pemakaian kursi yang tidak sesuai kita juga harus memperhatikan
sikap duduk. Duduk lama dengan posisi yang salah akan menyebabkan otot-otot
pinggang menjadi tegang dan dapat merusak jaringan lunak sekitarnya. Dan bila
ini berlanjut terus akan menyebabkan penekanan pada hernia nucleus polposus.
xxv
Sikap duduk yang benar yaitu sebaiknya duduk dengan punggung lurus
dan bahu berada dibelakang serta bokong menyentuh belakang kursi. Caranya,
duduk diujung kursi dan bungkukkan badan seolah terbentuk huruf C. Setelah itu
tegakkan badan buatlah lengkungan tubuh sebisa mungkin. Tahan untuk beberapa
detik kemudian lepaskan posisi tersebut secara ringan (sekitar 10 derajat). Posisi
duduk seperti inilah yang terbaik. Duduklah dengan lutut tetap setinggi atau
sedikit lebih tinggi panggul (gunakan penyangga kaki) dan sebaiknya kedua
tungkai tidak saling menyilang. Jaga agar kedua kaki tidak menggantung dan
hindari duduk dengan posisi yang sama lebih dari 20-30 menit. Selama duduk,
istirahatkan siku dan lengan pada kursi, jaga bahu tetap rileks (Eko Nurmianto,
2003:110).
xxvi
Produktivitas mempunyai beberapa pengertian pertama, menurut
selalu mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini harus lebih baik dari
kemarin, hari esok harus lebih baik dari hari ini (Sugeng Budiono, 2003 : 85).
gunaan faktor produksi dan peran serta tenaga kerja dalam proses produksi. Hal
Dengan kata lain dapat dikatakan produktivitas kerja akan selalu dengan
pencapaian hasil kerja yang maksimal dalam arti pencapaian target yang berkaitan
O
P=
I
Keterangan :
P = Produktivitas
xxvii
O = keluaran (output)
I = Masukan (input)
Jumlah keluaran dapat berupa jumlah produk yang dihasilkan oleh tenaga
kerja secara utuh. Sedangkan dapat berupa jumlah jam/orang yang merupakan
tersebut. Waktu produktif adalah waktu yang sebenarnya dipakai yaitu jumlah jam
kerja sehari.
bertambah.
berlipat ganda.
pengertiannya belumlah konsisten atau seragam. Pada saat ini banyak sekali
buruh, manajemen, bahan mentah dan sumber lainnya sebagai kekuatan yang
xxviii
2) Ruang lingkup industri, dalam hal ini faktor-faktor yang mempengaruhi dan
jam dapat diukur dan dapat dibandingkan dengan keadaan sebelumnya atau
produktivitas tak hanya diukur dari beberapa dan seberapa baik buruh
melakukan pekerjaannya.
perlengkapan. Di sini timbul faktor baru yang tak dapat diukur yaitu
diantaranya yaitu faktor beban kerja, kapasitas kerja, beban tambahan akibat
kerja baik berupa fisik maupun mental dan menjadi tanggung jawabnya. Dalam
xxix
hal ini, harus ada keseimbangan antara beban kerja dengan kemampuan individu
dengan beban kerja, mungkin diantara pekerjaan ada yang cocok untuk beban
fisik, mental atau sosial, namun sebagai persamaan yang umum, hanya mampu
memikul sampai suatu berat tertentu. Bahkan ada beban dirasa optimal bagi
seseorang. Inilah maksud penempatan yang tepat pada pekerjaan yang tepat.
(Suma’mur, 1999:102).
40% dari kemampuan kerja maksimum tenaga kerja dalam waktu 8 jam sehari
dengan memperhatikan peraturan jam kerja yang berlaku. Pembebanan yang lebih
berat diperkenakan dalam waktu yang lebih singkat dan ditambah dengan istirahat
Kemampuan seorang tenaga kerja berbeda antara yang satu dengan yang
lainnya dan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jenis kelamin, usia, masa
Ukuran dan daya tahan tubuh wanita berbeda dengan pria. Pria lebih
xxx
bahwa pekerja wanita lebih diperlukan ada suatu industri yang memerlukan
2.1.6.2.4 Umur
mempunyai tingkat kesukaran absensi tinggi adalah bukan karena penyakit tetapi
Pada usia tua penyakit syaraf seperti trmor pada tangan dapat menurunkan
produktivitas kerja pada perusahaan yang memerlukan ketrampilan tangan. Hal ini
juga dapat diukur dengan tingkat absensi yang tinggi pada golongan umur ini.
dengan kepuasan kerja. Tenaga kerja mempunyai kepuasan kerja yang terus
meningkat sampai masa kerja 5 tahun dan kemudian mulai terjadi penurunan
sampai masa kerja 8 tahun, tetapi kemudian setelah tahun ke delapan maka
secara nyata, bahkan tingkat produktivitasnya menjadi nihil sama sekali. Keadaan
sakit yang menahun menjadi sebab rendahnya produktivitas untuk relatif waktu
yang panjang. Keadaan diantara sehat dan sakit juga menjadi turunnya
produktivitasnya yang sering dapat dilihat secara nyata bahkan besar (Budiono,
2003:59).
diterapkan pada kayawan untuk memenuhi kebutuhannya sesuai dengan jenis dan
tempat kerja dengan tujuan dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas yang
setinggi-tingginya.
tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu (I Dewa N,
dkk, 1999:18).
59).
Untuk mengetahui status gizi dapat dihitung dengaan Indeks Masa Tubuh
Beratbadan(kg )
IMT =
Tinggibadan(m) xTinggibadan(m)
beban fisik, beban mental dan beban sosial yang harus ditanggung tenaga kerja
1) Cuaca Kerja
xxxii
Cuaca kerja adalah kombinasi dari sushu udara, kelembaban udara,
kecepatan gerakan angin dan suhu radiasi. Koordinasi keempat faktor tersebut
(Suma’mur, 1996:79).
Suhu udara dapat diukur dengan termometer yang disebut suhu kering,
yang menunjukan suhu basah sekaligus. Kecepatan udara yang besar dapat diukur
dengan suatu anemometer, sedangkan kecepatan yang kecil dapat diukur dengan
thermometer kata. Suhu radiasi diukur dengan thermometer bola. Efisiensi kerja
sangat dipengaruhi oleh cuaca kerja. Suhu nikmat kerja sekitar 24 – 26 0C bagi
(Suma’mur, 1996:246).
2) Kebisingan
Bunyi adalah sensasi yang timbul dalam telinga akibat getaran udara atau media
lain. Kebisingan adalah suara yang tidak enak didengar oleh telinga, tidak disukai,
xxxiii
memperlambat waktu reaksi bahkan menurunkan daya rekasi/ketrampilam dan
Ada dua hal yang menentukan kualitas kebisingan yaitu frekuensi dan
intesitas, frekuensi dinyatakan dalam hearts (Hz) dan intensitas dinyatakan dalam
Hz.
kebisingan biasanya merugikan daya kerja dan gangguan komunikasi antar tenaga
kerja baik secara lisan maupun psikis. Kebisingan mengganggu perhatian yang
3) Penerangan
memerlukan pencahayaan. Oleh sebab itu salah satu masalah lingkungan tempat
lingkungan kerja yang nyaman dan aman, disamping itu, penerangan mempunyai
xxxiv
Dalam kegelapan total tidak dapat melihat apa-apa, sebaliknya dalam keadaan
yang sangat terang justru membuat mata tidak tahan terhadap kesilauan. Suatu
diperlukan untuk bisa melihat secara sehat dan nikmat (Budiyono, 2003:Majalah
tenaga kerja melihat pekerjaannya dengan teliti, cepat dan tanpa upaya yang tidak
menyenangkan.
(c) Keluhan pegal didaerah mata dan sakit kepada sekitar mata,
4) Getaran Mekanik
oleh alat-alat mekanis, yang dari getaran ini sampai ke tubuh dan dapat
xxxv
Sedangkan alat-alat yang satu berbeda frekuensi alaminya dengan alat yang lain.
Gangguan terhadap suatu alat dalam tubuh terjadi apabila frekuensi alam ini
dan (3) Beberapa penyakit diantaranya karena gangguan terhadap mata, syaraf,
5) Ventilasi
berjalan sempurna, namun selalu diikuti oleh efek samping yang berupa
pencemaran lingkungan tempat kerja seperti : debu, gas, serta panas yang timbul
Ventilasi adalah tempat pertukaran udara bersih dan udara kotor. Tujuan
pertukaran udara umumnya untuk membantu tenaga kerja agar tetap merasa segar
atau untuk menurunkan suatu kontaminan di udara tempat kerja yang dapat
melindungi faal tubuh tenaga kerja dan terkena panas yang sebagian tersebar
2003:76).
xxxvi
2.2.2.3.2 Faktor Kimia
1) Sifat fisik bahan kimia, meliputi ; gas, uap , asap, debu, kabut, dan awan.
(2) Pencernaan, untuk bahan kimia yang melekat di tenggorokan dan ditelan atau
(3) Kulit, untuk bahan cair atau bahan-bahan di udara yang mengendap
dipermukaan kulit.
jamur, cacing, dan kemungkinan pula hewan atau tumbuhan besar. Banyaknya
baik harus diciptakan dan dibina. Hal ini perlu suatu dorongan jiwa yang berupa
xxxvii
2.2 Kerangka Teori
Manusia
- umur
- jenis kelamin
- masa kerja
- kondisi kesehatan
- status gizi
Lingkungan
- faktor fisik
Sikap Kerja Produktivitas - faktor kimia
Duduk kerja - faktor biologis
- faktor psikologis
berikut :
2.4 Hipotesis
xxxviii
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap pernyataan yang
dalam penelitian ini adalah : Ada hubungan antara sikap kerja duduk terhadap
xxxix
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Populasi
penjahit yang bekerja pada industri konveksi rumah tangga di Panca daya Sakti
3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti
3) Responden yang diambil adalah karyawan yang mempunyai masa kerja 1-5
tahun.
xl
Berdasarkan kriteria tersebut diperoleh jumlah sampel dalam penelitian ini
sebanya 30 orang.
dalam penelitian. Variabel mengandung pengertian ukuran atau ciri yang dimiliki
(Soekidjo Notoatmodjo, 2002:70). Variabel bebas pada penelitian ini adalah sikap
Skala : ordinal
2002:70). Variabel terikat pada penelitian ini adalah produktivitas kerja dengan
Skala : ordinal
Metode yang digunakan adalah survei analitik dengan melihat hubungan variabel
xli
bebas terhadap variabel terikat pada saat bersamaan (cross sectional) dengan
Sampel
Produktivitas Kerja
(Variabel terikat)
3.5.1 Observasi adalah studi yang disengaja dan sistematik tentang fenomena
3.5.2 Wawancara adalah salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara mengadakan tanya jawab baik secara langsung maupun tidak
Semarang.
xlii
3.5.3 Pengukuran adalah suatu aktivitas yang dilakukan dengan cara mengukur
Arikunto, 2002:133).
penelitian.
ini adalah semua penjahit yang bekerja pada industri konveksi rumah tangga
Panca Daya Sakti Semarang berjumlah 45 orang sebagai populasi adapun cara
xliii
6) Menentukan teknik pengumpulan data. Dalam penelitian ini teknik
yang sulit dimengerti atau kekurangan dari materi kuesioner itu sendiri.
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih
3.7.2 Kuesioner
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau
sikap duduk responden. Jenis kuesioner yang digunakan yaitu tertutup yang dibuat
xliv
Pemberian skor pada pemilihan jawaban menggunakan ketentuan sebagai
berikut:
3.8.1 Validitas
yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya instrumen yang
iinginkan dan sebuah instrumen dikatakan tidak valid apabila tidak dapat
mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Untuk mengukur
Keterangan :
y : skor total
xlv
Apabila rxy > rtabel, maka butir angket dinyatakan valid dan apabila rxy <
bahwa seluruh butir angket valid karena memiliki harga rxy > rtabel = 0,514 untuk
α =5% dengan n = 15. Dengan demikian seluruh butir angket tersebut dapat
3.8.2 Reliabilitas
tersebut sudah baik sehingga mampu mengungkap data yang bisa dipercaya
⎡ k ⎤ ⎡ Σσ 2 b ⎤
r11 = ⎢ ⎥ ⎢1 − 2 ⎥
⎣ (k − 1) ⎦ ⎣ σt ⎦
Keterangan :
Jika r11 > rtabel instrumen dikatakan reliabel dan jika r11hitung < r11tabel
xlvi
Berdasarkan hasil uji reliabilitas menggunakan rumus alpha diperoleh
diperoleh harga rtabel = 0,514. Karena koefisien reliabilitas lebih besar dari nilai
rtabel, dapat dinyatakan bahwa angket tersebut reliabel dan dapat digunakan untuk
berikut :
3) Entri data : Proses pemindahan data ke dalam media komputer agar didapat
deskriptif.
berikut :
1) Analisis Univariat
xlvii
Yaitu analisis yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil setiap
penelitian. Dalam analisis ini hanya perhitungan mean, median, modus, standar
2) Analisis Bivariat
dan variabel terikat dengan skala ordinal dan ordinal yaitu uji chi square.
Perhitungan rumus chi square dalam penelitian ini dilakukan dengan program
komputer.
berikut :
(Sugiono, 2002:216)
xlviii
BAB IV
konveksi rumah tangga Panca Daya Sakti Semarang yang menjadi responden
dalam penelitian ini berkiran antara umur 15 sampai 30 tahun. Lebih jelas
distribusi umur responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut :
dalam penelitian ini yaitu 76,67% memiliki tingkatan umur antara 15 sampai
antara 21 sampai dengan 25 tahun, dan 6,66% responden memiliki tingkatan umur
xlix
36
4.1.1.2 Masa kerja responden
Berdasarkan data penelitian dapat diketahui bahwa trek masa kerja dari 30
sampel terbanyak adalah 1 tahun. Lebih jelas distribusi masa kerja responden
dalam penelitian ini yaitu 26,7% memiliki masa kerja antara 3 tahun, selebihnya
yaitu 16% responden memiliki masa kerja 4 tahun, 13,3% responden memiliki
masa kerja 5 tahun, 10% responden memiliki masa kerja 2 tahun, dan 33,3%
responden yang memiliki masa kerja 1 tahun. Mengacu dari hasil penelitian
kuesioner dengan jumlah item pertanyaan 10. Hasil penelitian pada lampiran
menunjukkan bahwa rata-rata skor sikap kerja duduk adalah 7,70 dengan
persentase 48,13% dan termasuk kategori tidak baik karena berada pada rentang
l
persentase 0,00%-50,00%. Ditinjau sikap kerja duduk masing-masing tenaga kerja
sebagai berikut:
63,33% memiliki sikap kerja duduk yang tidak baik dan selebihnya yaitu 36,67%
responden memiliki sikap kerja duduk yang baik. Secara grafis hasil tersebut di
Gambar 5.
Bagan Distribusi Frekuensi Sikap Kerja Duduk Tenaga Kerja Konveksi
Rumah Tangga Panca Daya Sakti Semarang
li
4.1.3 Pengukuran Produktivitas Kerja Responden
(baju/celana) yang dihasilkan oleh responden tiap hari selama 3 hari, kemudian
selebihnya yaitu 12 orang atau 40% memiliki produktivitas kerja tinggi. Secara
lii
Gambar 6.
Bagan Distribusi Frekuensi Produktivitas Tenaga Kerja Konveksi Rumah
Tangga Panca Daya Sakti Semarang
kerja duduk terhadap produktivitas kerja tenaga kerja konveksi rumah tangga
kerja duduknya yang tidak baik sedangkan responden yang sikap kerja duduknya
baik tidak ada satupun yang memiliki produktivitas rendah. Lebih jelasnya
hubungan antara sikap kerja duduk dengan produktivitas kerja tersebut dapat
liii
Tabel 7. Crosstabs Data Sikap Kerja Duduk dengan Produktivitas Kerja Tenaga
Kerja Konveksi Rumah Tangga Panca Daya Sakti Semarang
tenaga kerja pada konveksi rumah tangga Panca Daya Sakti Semarang yang sikap
produktivitasnya rendah. Dari 63,3% tenaga kerja yang memiliki sikap kerja
responden.
produktivitas kerja tersebut dibuktikan dari hasil uji chi square yang terangkum
Tabel 8. Analisis Chi Square Sikap Kerja Duduk dengan produktivitas Kerja
sikap kerja dengan produktivitas kerja sebesar 0,545 dan harga odds ratio (OR)
liv
sebesar 24,00. Dari hasil tersebut dapat dijelaskan bahwa keeratan hubungan
antara sikap kerja duduk dengan produktivitas kerja tenaga kerja pada konveksi
rumah tangga Panca Daya Sakti Semarang adalah 0,516 dan termasuk kategori
cukup kuat.
4.2 Pembahasan
dimaksudkan untuk memperoleh karakteristik yang sama. Hal ini, sesuai dengan
pendapat Gilmer (1971) yang menyatakan bahwa makin tinggi tingkat pendidikan
makin mudah seseorang berfikir secara luas, makin tinggi daya inisiatif dan
makin mudah pula untuk menemukan cara yang efisien untuk menyelesaikan
rentang usia responden adalah yang pertama 15-20 ini yang terbanyak, karena
pada usia 21-25 usia responden semakin berkurang karena di konveksi yang di
butuhkan usia muda untuk usia 26-30 di konveksi masih ada hanya beberapa
orang saja. Pembatasan umur responden ini dilakukan karena pada kisaran usia
tersebut mempunyai kemampuan kerja yang hampir sama karena masih tergolong
lv
Responden diambil dari tenaga kerja yang mempunyai masa kerja minimal
dengan posisi duduk. Hal ini sesuai dengan Suma’mur (1997) yang menyatakan
sambil duduk adalah (1) Kurangnya kelelahan pada kaki, (2) Terhindarnya sikap-
yang tidak alamiah, (3) Berkurangnya pemakaian energi, dan (4) Kurangnya
normal adalah duduk. Hal ini lebih baik, karena menurut Suma’mur (1996) posisi
kerja yang baik adalah bergantian antara posisi duduk dan posisi berdiri, akan
tetapi antara posisi duduk dan berdiri lebih baik dalam posisi duduk. Hal itu
dikarenakan sebagian berat tubuh di sangga oleh tempat duduk disamping itu
konsumsi energi dan kecepatan sirkulasi lebih tinggi dibandingkan tiduran, tetapi
lebih rendah dari pada berdiri. Posisi duduk juga dapat mengontrol kekuatan kaki
dalam pekerjaan, akan tetapi harus memberi ruang yang cukup untuk kaki karena
bila ruang yang tersedia sangat sempit maka sangatlah tidak nyaman.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sikap kerja duduk tenaga kerja
pada konveksi rumah tangga Panca Daya Sakti Semarang belum seluruhnya baik.
lvi
Dari 30 responden yang menjadi sampel dalam penelitian yang sikap kerjanya
baik hanya 36,67%, sedangkan selebihnya yaitu 63,33% masuk kategori tidak
baik. Dengan adanya sikap kerja dari sebagian besar tenaga kerja yang tidak baik
tersebut tentunya akan berakibat buruk bagi tenaga kerja itu sendiri maupun bagi
perusahaan. Bagi tenaga kerja, dengan adanya sikap kerja yang kurang baik dapat
0,000, hal ini berarti harga probabilitas tersebut lebih kecil daripada batas
kesalahan yang ditetapkan yaitu 0,05 sehingga dapat dinyatakan bahwa ada
hubungan antara sikap kerja duduk terhaap produktivitas kerja pada penjahit
Pada sikap keja duduk yang baik untuk tenaga kerja bagian penjahitan
adalah tinggi kursi diusahakan lebih rendah dari panjang tungkai bawah sehingga
dapat menambah penekanan pada kaki saat bekerja. Pengarahan tenaga diperlukan
untuk menggerakkan mesin jahit. Sedangkan pada sikap kerja duduk yang tidak
baik pada tenaga kerja bagian dapat terlihat dari penggunaan kursi yang lebih
tinggi dari panjang tungkai bawah sehingga kaki dalam keadaan menggantung.
Hal ini akan menyebabkan terjadinya pengerahan tenaga yang lebih besar dan
lvii
Pekerjaan menjahit adalah pekerjaan yang membutuhkan ketelitian dalam
bekerja sehingga diperlukan meja kerja dengan tinggi 5-10 cm lebih tinggi dari
memberikan jarak lihat yang optimal. Dataran kerja/meja kerja dan tempat duduk
yang tidak memenuhi syarat kesehatan menyebabkan sikap duduk dari tenaga
kerja tidak ergonomis. Apabila hal ini dilakukan secara terus menerus dengan
sendirinya daya kerja akan menurun. Hal tersebut disebabkan sikap duduk yang
keluhan-keluhan pada bagian tubuh tertentu seperti pegal pada bahu, punggung,
pinggang, leher, tangan dan kaki serta pada pantat, yang akhirnya akan
duduk yang paling baik yang tidak berpengaruh buruk terhadap sikap badan
tulang belakang adalah sikap duduk sedikit lordosa pada pinggang, dengan sikap
duduk tegak untuk menghindari punggung bungkuk dan otot perut lemas
(Suma’mur, 1997).
lviii
4.3.1 Adanya kesibukan dan aktivitas responden yang tinggi,sehingga dalam
responden.
lix
BAB V
5.1 Simpulan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara sikap kerja duduk terhadap
produktivitas kerja tenaga kerja pada konveksi rumah tangga Panca Daya Sakti
5.2 Saran
Beberapa saran yang dapat peneliti ajukan berdasarkan simpulan dari hasil
maka bagi para tenaga kerja hendaknya membiasakan sikap duduk yang baik
agar terjadinya keluhan-keluhan pada bagian tubuh tertentu seperti pegal pada
bahu, punggung, pinggang, leher, tangan dan kaki serta pada pantat, yang
lx
46
lxi