You are on page 1of 3

Diproduksi oleh Mahasiswa

MEDIA PEMBELAJARAN GEOGRAFI Jurusan Geografi—FIS—

Jurusan Pendidikan Geografi—FIS—UNESA UNESA

geondutndut.netii.net Angkatan 2006

Terjadinya Bumi dan Tata Surya

Telah dikemukakan bahwa galaksi terdiri dari berjuta-juta bintang dengan segala jenis,

bentuk, dan ukurannya. Salah satu diantara jutaan bintang tersebut adalah matahari yang

mempunyai sejumlah anggota yang disebut Tata Surya. Jadi, sebuah tata surya terdiri dari satu

matahari dan senua benda angkasa yang beredar mengelilinginya. Tata surya dikelilingi oleh delapan

planet, termasuk planet bumi.

Berikut ini dijelaskan beberapa hipotesis terjadinya bumi dan tata surya :

1. Hipotesis Kabut

Hipotesis yang sering dinamakan hipotesis solar nebula ini merupakan hipotesis

yang paling tua dan terkenal. Imanuel Kant (1724-1804), seorang ahli filsafat berkebangsaan

Jerman, membuat suatu hipotesis tentang terjadinya tata surya. Dikatakan bahwa di jagad

raya terdapat gunpalan kabut yang berputar perlahan-lahan. Bagian tenngah kabut itu lama-

kelamaan menjadi gumpalan gas yang kemudian menjadi matahari dan bagian kabut

sekitarnya menjadi planet-planet dan satrelitnya.

2. Hipotesis Planetesimal

Thomas C. Chamberlin (1843-1982) seorang ahli geologi dan ilmuan dari Amerika

menyampaikan teori yang dikenal sebagai Teori Planetesimal (berarti planet kecil) dalam

penelitiannya The Origin of the Earth (asal mula bumi) pada tahun 1916.

Manurut teori ini, matahari telah ada sebagai salah satu dari bintang-bintang yang

banyak. Pada suatu masa, ada sebuah bintang berpapasan pada jarak yang tidak terlalu jauh.

Akibatnya, terjadilah peristiwa pasang naik pada permukaan matahari maupun bintang itu.

Sebagian dari massa matahari itu tertarik kearah bintang.


Pada waktu bintang itu menjauh, sebagian dari massa matahari itu jatuh kembali ke

permukaan matahari dan sebagian lagi terhambur ke ruang angkasa sekitar matahari. Hal

inilah yang dinamakan planetesimal yang kemudian menjadi planet-planet kecil dan beredar

pada orbitnya.

3. Hipotesis Pasang Surut Gas

Pada tahun 1917 sarjana Inggris, James Jeans (1877-1946) dan Herald Jeffries,

menggunakan teori tentang terjadinya planet-planet. Hipotesisnya dikenal dengan nama

Hipotesis Tidal James-Jeffries. Menurut hipotesis ini pada suatu saat sebuah bintang yang

hamper sama besarnya dengan matahari melintas di dekat matahari. Hal ini menimbulkan

terjadinya pasang pada matahari. Pasang itu berbentuk seperti cerutu yang sangat besar ini

kemudian bergerak mengelilingi matahari dan mengalami perpecahan menjadi sejumlah butir-

butir tetesan kecil. Butir-butir tetesan yang terbesar diantaranya karena daya tariknya

dapat menarik butir-butir yang kecil, sehingga akhirnya membentuk gumpalan-gumpalan

sebesar planet-planet yang ada sekarang. Hal yang sama juga terjadi pada pembentukkan

satelit dari planet.

4. Hipotesis Peledakan Bintang

Teori ini dikemukakan oleh astronomi dari Inggris, Fred Hoyle pada tahun 1956.

Kemungkinan matahari memiliki kawan sebuah bitang (matahri juga bintang) dan pada

mulanya juga berevolusi satu sama lain. Ada juga diantaranya ynag memadat dan mungkin

juga terjerat ke dalam orbit keliling matahari. Banyak bintang yang meledak akan bebas di

ruang angkasa. Teori ini didukung banyak ahli astronomi, karena banyak bintang ganda atau

bitang kembar telah diketahui memang ternyata ada.

Keberatan terhadap teori ini adalah kebanyakan bintang di dalam 25 tahun cahaya

matahari, agak serupa dengan matahari dan sangat stabil.


5. Hipotesis Kuiper

Informasi mutakhir mengenai komposisi bintang dan planet menyatakan bahwa

planet-planet dan matahari muncul pada saat yang sama. Astronom bernama Gerard P. Kuiper

(1905-1973) mengemukakan bahwa semesta terdiri dari formasi bintang-bintang. Menurut

dia, dua pusat yang memadat berkembang dalam suatu awan antarbintang dari gas hydrogen.

Pusat yang satu lebih besar daripada pusat yang lainnya dan kemudian memadat menjadi

bintang tunggal, yaitu matahari.

Peristiwa berikutnya kabut menyelimuti pusat yang lebih kecil yang disebabkan

oleh adanya gaya tarik dari massa yang lebih besar. Gaya ini menyebabkan awan yang lebih

kecil terpecah-pecah menjadi awan-awan yang lebih kecil lagi yang disebut protoplanet.

Setelah suatu periode waktu yang lama, protoplanet tersebut menjadi planet-planet seperti

yang dilihat sekarang ini. Jika kedua awan itu mempunyai ukuran yang sama, maka akan

terbentuk bintang ganda. Formasi bintang ganda sangat sering terjadi di alam semesta.

Ketika matahari memadat, ia akan menjadi begitu panas sehingga sebagian besar

energy radiasi dipancarkan. Energy itu cukup kuat untuk mendorong gas-gas yang lebih

terang, seperti hydrogen dan helium, dari awan yang menyelubungi protoplanet-protoplanet

yang paling dekat ke matahari.

You might also like