You are on page 1of 12

EFUSI PLEURA

Muh.Ilyas, M.Junus Patau


Sub Divisi Pulmonologi Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK-UNHAS

DEFINISI
Akumulasi cairan dalam kavum pleura (ruang antara pleura parietalis dan
pleura visceralis).

PATOFISIOLOGI DAN ETIOLOGI


Pada individu normal, cairan pleura dibentuk dari kapiler pada pleura
parietal dengan kecepatan pembentukan 0,01 ml/kgBB/jam.
Pergerakan cairan masuk dan keluar rongga pleura tergantung pada
tekanan hidrostatik dan osmotik dalam kapiler pleura paroetal dan visceral.
Penyerapan cairan pleura umumnya melalui sistem limfatik pleura parietal
dengan kemampuan absorbsi 20 kali lebih besar dari pembentukan normal.
Normal cairan pleura berkisar 5-15 ml.
Akumilasi cairan terjadi bilamana pembentukan cairan pleura melebihi
kemampuan absorbsi atau menurunnya pergerakan cairan oleh sistem limfatik.
Efusi pleura dapat disebabkan oleh berbagai keadaan patologis, baik
pada jaringan pleura sendiri atau berhubungan dengan kelainan paru,
mediastinum, dan organ lain.
Dikenal 5 tipe utama efusi pleura :
1. Transudat
2. Eksudat
3. Empyema
4. Hemorragik atau hemotoraks
5. Chylous atau chyliform effusion
Untuk memudahkan diagnosis banding, efusi pleura dibedakan atas
transudat dan eksudat.

1
Suatu efusi pleura transudat terjadi jika faktor sistem yang mempengaruhi
pembentukan dan absorbsi cairan pleura berubah, terbanyak diakibatkan payah
jantung dan sirosis hati.
Efusi pleura eksudat terjadi akibat faktor lokal yang mempengaruhi
pembentukan dan absorbsi cairan pelura terganggu.
Untuk membedakan transudat atau eksudat, perlu dilakukan pengukuran
Lactate Dehydrogenase (LDH) dan kadar protein cairan pleura, jika cairan pleura
adalah eksudat, akan didapatkan satu atau lebih dari hasil pemeriksaan berikut :
1. Protein cairan pleura/protein serum > 0,5
2. LDH cairan pleura/LDH serum > 0,6
3. LDH cairan pleura > 2-3 x dari batas atas normal LDH serum
Gambaran tersebut diatas tidak didapatkan pada transudat.

GAMBARAN KLINIS
Pada efusi pleura minimal biasanya asimptomatik, namun bila efusi
banyak dapat menyebabkan sesak. Nyeri dada pleuritik dan batuk kering dapat
ditemukan.
Gambaran fisis yang khas tidak didapatkan jika cairan pleura kurang dari
200-300 cc. Jika efusi banyak, didapatkan penurunan fokal fremitus, pekak pada
perkusi, bunyi pernapasan menurun/tidak ada dan dapat terjadi penekanan pada
paru, penekanan pada bunyi napas. Adanya bunyi gesekan pleura menunjukkan
ada pleuritis. Efusi pleura masif akan menyebabkan pendorongan trakea
kontralateral dan ruang interkostal menonjol.

DIAGNOSIS
Efusi pleura dapat disebabkan oleh berbagai keadaan patologis sehingga
diagnosis etiologi yang spesifik mungkin sulit ditegakkan, sehingga diperlukan
serangkaian opemeriksaan penunjang seperti radiologi, bakteriologi, biokimia
dan pemeriksaan patologi, dan pada keadaan tertentu diperlukan biopsi pleura.
- Foto toraks PA, lateral dekubitus membantu menunjukkan cairan pelura
yang bebas

2
- USG toraks, untuk menentukan tempat torakosentesis pada keadaan
efusi pleura yang minimal atau loculated
- CT scan toraks, sangat sensitif mendeteksi efusi pleura yang minimal
Gambaran makroskopik cairan pelura dapat menbantu mendeteksi tipe efusi
pleura, misalnya pada empyema cairan pelura tampak purulent dan keruh. Pada
hemotoraks didapatkan darah yang jelas dari rongga pleura, sedangkan efusi
pleura hemorragik adalah campuran cairan pleura dan darah.
Gambaran cairan plura yang menyerupai susu dan kental menunjukkan efusi
pleura chylous , biasanya akibat ruptur duktus torasikus.
Pemeriksaan laboratorium pada cairan pleura meliputi hitung lekosit,
protein, glukosa, LDH, kultur, apusan sitologi. Pemeriksaan pH cairan pleura
dapat membantu memperkecil diagnosis banding suatu efusi eksudatif.
Pemeriksaan amilase cairan pleura dapat dilakukan pada keadaan dimana
kelainan pankreas dicurigai sebagai etiologi.

PENATALAKSANAAN
Pengobatan ditujukan pada penyakit yang menyebabkan efusi dan
terhadap efusinya sendiri.
- Torakosintesis, selain untuk kepentingan diagnostik juga berguna sebagai
terapi, pada keadaan tertentu dapat dipasang ”chest tube”/Water Sealed
Drainage (WSD)
- Pemberian steroid dengan obat anti TB dapat membantu penyerapan
efusi pleura akibat TB dengan cepat dan mengurangi fibrosis
- Pada efusi yang sering berulang atau pada efusi akibat keganasan dapat
dilakukan pleurodesis

DIAGNOSIS BANDING
- Konsolidasi paru akibat pneumoni
- Keganasan paru dengan disertai kolaps paru
- Pneumototaks
- Fibrosis paru

3
PROGNOSIS
Tergantung penyakit yang mendasari, pada kasus tertentu, dapat sembuh
sendiri setelah diberi pengobatan adekuat terhadap penyakit dasarnya.

KEPUSTAKAAN
1. Colt HG. Pleural Effusion. In: Manual of Clinical Problem in Pulmonary
Medicine, 6th ed ; edit by Bordow RA,Ries AL,Morris TA. Lippincott
Williams and Wilking, Pyhiladelphia; 2005 : 63-66.
2. Chesnutt MS,Prendergcest TD : Lung. In : Current Medical Diagnosis and
Treatment, 41th ed ; edit by Tierney LM,McPhee SJ,Papadakis MA.
McGrawHill, New York ; 2002 : 350-354.
3. Fraser,Pare’s. Pleural Effusion. In : Diagnosis of Disease of the Chest, 4th
ed . WB Sauders Co, Vol 4 ; 1999 : 2739-2756.
4. Light RW : Disorders of the Pleura, Mediastinum and Diaphragma. In :
Harrison’s Principle if Internal Medicine, 15 th ed ; edit by Brauwald e et al,
McGrawHill, New York, Vol 2 ; 2001 : 1513-1515.
5. Rosenbluth DB. Pleural Effusion Non malignant and Malignant. In :
Fishman’s Manual of Pulmonary Diseases and Disorders, 3th ed,
McGrawHill ; 2002 : 487-498

4
HEMOTORAKS
Muh.Ilyas, M.Junus Patau
Sub Divisi Pulmonologi Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK-UNHAS

DEFINISI
Terdapatnya darah didalam rongga pleura

PATOFISIOLOGI DAN ETIOLOGI


Umumnya disebabkan oleh trauma pada dada baik trauma tembus
maupun tidak tembus, adakalanya akibat iatrogenik, misalnya pada pemasangan
kateter vena sentralis perkutan atau seringkali terjadi setelah tindakan
revaskularisasi miokard atau pada torakotomi.
Hemotoraks nontraumatik jarang ditemukan, jika ada biasanya akibat
keganasan pleura, juga dapat terjadi selama terapi antikoagulan pada penyakit
emboli paru atau merupakan komplikasi pneumotoraks spontan.
Pada hemotoraks, penting menentukan asal perdarahan dalam
hubungannya dengan ukuran hemotraks. Jika perdarahan berasal dari pembuluh
darah pada dinding dada, diafragma atau mediatinum, hemotoraks cenderung
bertambah walaupun terdapat sejumlah darah.
Bedanya jika perdarahan berasal dari pembuluh darah paru, penambahan
hemotoraks akan menekan paru dengan akibat tamponade paru.

GEJALA KLINIS
Tergantung banyaknya hemotoraks, dapat terjadi sesak napas, nyeri
dada, anemi dan syok.

5
DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis, foto
toraks, torakosintesis dan pemeriksaan laboratorium.
Hasil aspirasi yang diperoleh dari torakosintesis diperiksa :
- Jika jumlah eritrosit 5000-6000/mm3  ”A Rosy Tint”
Jika eritrosit > 10.000/mm3  serosanguinus
Gambaran ini didapatkan pada efusi pleura hemorragik
- Jika cairan yang diperoleh dari toratosintesis berwarna merah/hemoragik
lalu disentrifuse dan supernatannya tetap merah  berarti hemotoraks
- Dikatakan hemotoraks jika kadar Hb darah yang berasal dari rongga
pleura > 1 gr/dl atau kadar Hb yang berasal dari rongga pleura separuh
dari nilai Hb darah peifer
- Hemorotraks dapat dipastikan jika hematokrit cairan pleura lebih dari
separuh hematokrit darah perifer

PENATALAKSANAAN
- Pengosongan rongga pleura dari darah
- Menghentikan perdarahan
- Perbaiki keadaan umum
Pengobatan pilihan adalah pemasangan ”chest tube” dan dihubungkan dengan
sistem Water Sealed Drainage (WSD)
Manfaat ”chest tube”
- Mengeluarkan darah dari rongga pleura sehingga kejadian empyema dan
fibrotorak berkurang
- Menghentikan perdarahan dari parenkim paru atau laserasi pleura
- Mengontrol perdarahan
Jika dengan pemasangan WSD perdarahan tetap berlanjut, maka
dipertimbangkan untuk torakotomi.

6
KEPUSTAKAAN
1. Chesnutt MS,Prendergcest TD : Lung. In : Current Medical Diagnosis and
Treatment, 41th ed ; edit by Tierney LM,McPhee SJ,Papadakis MA.
McGrawHill, New York ; 2002 : 354.
2. Fraser,Pare’s. Pleural Effusion. In : Diagnosis of Disease of the Chest, 4th
ed . WB Sauders Co, Vol 4 ; 1999 : 2761-2763.
3. Rosenbluth DB. Pleural Effusion Non malignant and Malignant. In :
Fishman’s Manual of Pulmonary Diseases and Disorders, 3th ed,
McGrawHill ; 2002 : 499-506.

7
PNEUMOTORAKS
Muh.Ilyas, M.Junus Patau
Sub Divisi Pulmonologi Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK-UNHAS

DEFINISI
Terdapatnya udara didalam kavum pleura
Pneumotoraks dikategorikan atas :
1. Idiopatik atau spontan (primer atau sekunder)
2. Iatrogenik
3. Traumatik

PATOGENESIS
Normal tekanan rongga pleura negatif dibanding dengan tekanan atmosfir,
hal ini untuk mempertahankan inflasi paru. Jika pleura parietal atau visceral
robek dan rongga pleura terpapar dengan tekanan atmosfir yang positif, maka
udara akan masuk rongga pleura dan mengakibatkan paru kolaps.
Pneumotoraks spontan primer terjadi pada individu yang telah menderita
kelainan paru sebelumnya, sedangkan pneumotoraks spontan sekunder
merupakan suatu komplikasi penyakit paru yang telah ada sebelumnya.
Pneumotoraks traumatik merupakan akibat dari trauma tembus atau
tumpul pada dada dan seringkali iatrogenik
Pneumotoraks iatrogenik terjadi sesudah tindakan invasif seperti
torakosintesis, biopsi pleura, pemasangan kateter pada a.subklavia atau
v.jugularis interna, biopsi paru perkutan, bronkoskopi dengan biopsi transbronkial
dan ventilasi mekanik dengan tekanan positif.
Tension pneumotoraks biasa terjadi pada tempat trauma tembus, infeksi
paru, resusitasi kardiopulmoner atau ventilasi mekanik, pada tension
pneumotoraks udara dapat masuk tetapi tidak dapat keluar dari kavum pleura
sehingga mengakibatkan mediastinum terdorong ke sisi yang sehat.

8
ETIOLOGI
Pneumotoraks primer umumnya disebabkan oleh ruptur blebs subpleura
atau bulla pada bagian apikal lobus superior. Riwayat keluarga dan perokok
sigaret juga meningkatkan risiko pneumotoraks spontan.
Pneumotoraks sekunder, penyebab paling sering adalah PPOK,
penyebab lain adalah asma, TB, katamania pneumotoraks, cystic fibrosis , dan
beberapa penyakit paru interstitial termasuk sarkoidosis, fibrosis paru idiopatik,
granuloma eosinofilik, lymphangioleiomyomatosis dan pneumonia pnemokistik
karinii.
Pneumotoraks traumatik, penyebab penting pada pneumotoraks
iatrogenik adalah biopsi paru melalui jarum transtorakal.

GAMBARAN KLINIS
Tergantung pada ukuran pneumotoraks, gejala utama berupa nyeri dada
mendadak dari minimal sampai berat pada sisi dada yang kena dan sesak napas
terjadi hampir pada semua pasien. Kemungkinan untuk menimbulkan gejala
gagal napas yang mengancam hidup jika didasari oleh adanya PPOK atau asma.
Gambaran fisis biasanya tidak jelas jika pneumotoraks kecil/kurang dari
15 % hemitoraks, namun jika pneumotoraks besar maka bunyi pernapasan
berkurang, fokal fremitus menurun dan gerakan dada menurun, pada perkusi
terdengar suara hipersonor.
Suatu tension pneumotoraks dicurigai jika didapatkan tanda-tanda
takikardi, hipotensi dan pendorongan mediastinum dan trakea.

9
DIAGNOSIS BANDING
Adakalanya pneumotoraks menyerupai IMA, emboli paru atau pneumoni.
Komplikasi :
- Tension pneumotoraks
- Subkutaneus emfisema
- Pneumomediastinum
- Fistula bronkopleural
- Reexpansion pulmonary edema

PENATALAKSANAAN
Pengobatan tergantung beratnya penyakit dan sifat penyakit yang
mendasari :
- Observasi, bagi pasien asimptomatik dengan pneumotoraks kecil
unilateral (<20 % hemitoraks)
- Pemberian terapi suplemen oksigen sehingga meningkatkan kecepatan
reabsorbsi
- Simple aspiration drainage dengan small bore catheter 16 atau 18 untuk
pneumotoraks spontan primer yang besar atau progresif.
- Pada pasien dengan pneumotoraks sekunder, pneumotoraks besar,
tension pneumotoraks atau gejala berat, perlu pemasangan tube
thoracostomy dengan Water Sealed Drainage (WSD) dan suction
sammpai paru mengembang.
- Torakoskopi dan open thoracotomy diindikasikan jika terjadi
pneumotoraks spontan rekuren, atau terjadi pneumotoraks bilateral dan
penggunaan tube thoracostomy gagal.
- Tindakan bedah berupa reseksi blebs dan pleurodesis dengan abrasi
mekanik dan insuflasi bedak.

10
PROGNOSIS
Rata-rata 30 % pasien pneumotoraks spontan mengalami rekurensi
sesdudah pemasangan tube thoracostomy episode pertama, rekurensi
sesudah terapi bedah jarang ditemukan.
Terapi yang berhasil, tidak memberi komplikasi jangka panjang.

KEPUSTAKAAN
1. Colt HG. Pleural Effusion. In: Manual of Clinical Problem in Pulmonary
Medicine, 6th ed ; edit by Bordow RA,Ries AL,Morris TA. Lippincott
Williams and Wilking, Pyhiladelphia; 2005 : 69-73.
2. Chesnutt MS,Prendergcest TD : Lung. In : Current Medical Diagnosis and
Treatment, 41th ed ; edit by Tierney LM,McPhee SJ,Papadakis MA.
McGrawHill, New York ; 2002 : 354-355.
3. Fraser,Pare’s. Pleural Effusion. In : Diagnosis of Disease of the Chest,
4th ed . WB Sauders Co, Vol 4 ; 1999 : 2781-2791.
4. Light RW : Disorders of the Pleura, Mediastinum and Diaphragma. In :
Harrison’s Principle if Internal Medicine, 15 th ed ; edit by Brauwald e et al,
McGrawHill, New York, Vol 2 ; 2001 : 1515-1516.
5. Rosenbluth DB. Pleural Effusion Non malignant and Malignant. In :
Fishman’s Manual of Pulmonary Diseases and Disorders, 3th ed,
McGrawHill ; 2002 : 507-512.

11
MATERI KULIAH
PENYAKIT-PENYAKIT PLEURA

EFUSI PLEURA
HEMOTORAKS
PNEUMOTORAKS

Muh.Ilyas, M.Junus Patau


Sub Divisi Pulmonologi
Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK-UNHAS

12

You might also like