Professional Documents
Culture Documents
diesel generator atau grid. Hal ini disebabkan target kendali diusulkan oleh C. L. Fortescue pada 1918, dengan a = e 3 .
pada sistem tegangan tiga fasa kontradiksi terhadap fakta Metode ini digunakan untuk menganalisis kondisi
bahwa pada topologi inverter dengan tiga lengan tidak akan ada ketidakseimbangan pada sistem tenaga. Meskipun demikian,
arus urutan nol. Oleh sebab itu agar target kendali dapat reperesentasi komponen simetris juga bisa untuk menganalisis
dicapai, maka saluran netral harus tersedia, sehingga arus dan menjadi petunjuk dalam merancang sebuah konverter daya
urutan nol-nya bisa mengalir melaluinya, seperti yang [6].
ditunjukkan pada Gambar 2.
v AN 1 1 1 v AN , p
1
v BN = 1 a
2
a v AN , n (1)
v CN 3 1 a a 2 v AN , z
v AN v AN , p + v AN ,n + v AN , z
v BN = v BN , p + v BN , n + v BN , z (2)
v CN v CN , p + v CN , n + v CN , z
Berdasarkan pada Persamaan (1) tiap-tiap gelombang tiga
Gambar 2. Inverter empat lengan pada sistem tiga fasa
fasa sinusoidal dapat diuraikan ke dalam urutan komponen
simetrisnya. Persamaan (2) adalah representasi tegangan output
inverter ke dalam komponen simetrisnya. Bentuk gelombang
Selain guna mengatasi ketidakseimbangan beban saluran sinusoidal yang tidak seimbang, dapat diuraikan menjadi :
netral juga dibutuhkan untuk menyediakan daya pada beban
satu fasa. urutan positif ( v AN , p , v BN , p , dan v CN , p ), urutan negatif
( v AN ,n , v BN ,n , dan v CN ,n ), dan urutan nol ( v AN ,Z , v BN ,Z , dan
III. KENDALI INVERTER EMPAT LENGAN PADA HPS v CN ,Z ). Untuk memudahkan implementasi digunakan 90o
Pada Gambar 3 ditunjukkan sebuah strategi kendali yang phase-shift operator. Dengan menggunakan operator ini,
didasarkan pada transformasi tegangan ke dalam komponen komponen urutan positif dan negatif menjadi Persamaan (3).
simetrisnya.
1 − 0.5 − 0.5 0 1 − 1 B. Transformasi dq/abc dan Sequence Composition
v p (t ) = − 0,5 − 0,5 X 1(t ) −
1
− 1 0 1 X 2(t )
1 Untuk mengembalikan tegangan dari koordinat dq ke
1
3 2 3 koordinat abc, digunakan Persamaan (6) yang merupakan
− 0,5 − 0,5 1 1 − 1 0 invers dari Persamaan (5) [9].
1 − 0.5 − 0.5 0 1 − 1
1 1
v n (t ) = − 0,5 1 − 0,5 X 1(t ) + − 1 0 1 X 2(t )
3
− 0,5 − 0,5 1
2 3
1 − 1 0 v a sin (ω t ) cos (ω t )
2π 2π v d
v b = sin ωt − cos ωt − (6)
(3) 3 3 v q
v c
dengan − sin ωt + 2π cos ωt + 2π
3 3
• X1(t) = sinyal input fundamental
• X2(t) = sinyal input fundamental yang digeser 90o Hasil invers transformasi Persamaan (6) yang berupa
komponen urutan simetris, disusun ulang (sequence
Pada urutan nol, ketiga komponen adalah identik, Gambar 4 composition) ke dalam komponen tiga fasanya. Hal ini
(a). Komponen urutan ini tidak dapat langsung ditransformasi dilakukan berdasarkan pada Persamaan (2).
ke synchronous reference frame karena phasornya memiliki
fasa dan amplitudo yang sama. Ketiga komponennya adalah C. Regulasi tegangan dan arus
independen dari sudut pandang amplitudonya [7]. Dengan Tujuan kendali pada ketiga channel, adalah untuk
demikian dimungkinkan untuk melakukan pergeseran ruang meregulasi tegangan output inverter vdq,pnz ke beberapa nilai
sebesar 120o dan 240o pada phasor urutan nol, seperti yang referensi guna mendapatkan tegangan output tiga fasa yang
ditunjukkan pada Gambar 4(b) [8]. seimbang. Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4, terdapat
VAN,z enam buah kendali sistem yang bertingkat, yang masing-
masing mengacu pada nilai d atau q komponen urutan simetris.
Regulasi tegangan sebagai loop eksternal menggunakan PI.
120 o Output regulator tegangan menjadi arus referensi pada loop
VAN,z VBN,z VCN,z VBN,z
internal. Pada channel positif, tegangan komponen urutan
240o
positif dibandingkan dengan amplitudo tegangan referensi yang
diinginkan. Error yang dihasilkan diproses oleh PI controller.
Hal ini ditunjukkan pada Gambar 5. Untuk tegangan urutan
VCN,z
negatif dan nol nilainya dipertahankan pada nilai nol dengan
(a) (b) menggunakan prosedur yang sama.
Gambar 4. Phasor komponen urutan nol
Battery
Sehingga phasor ini memiliki putaran yang searah dengan vfd,p vDC
vdp,ref
putaran negative sequence dan nilai urutan nolnya menjadi : vfq,p
vqp,ref iDC
vfd,n dq/abc
1 1 1 0 0 0 vdn,ref
vfq,n dan CBPWM
1 1 vqn,ref PI Control
sequence
v z (t ) = − 0,5 − 0,5 − 0,5 X 1(t ) + − 1 − 1 − 1 X 2(t ) vdz,ref vfd,z
3 2 3 composition
− 0,5 − 0,5 − 0,5 1 1 1 vqz,ref vfq,z ia ib ic iN
vabc
(4) PLL
Lf
v fq ,n =v q ,n +(PI ).(i −i q ,n ) + ωL f id , n
* Tegangan input battery (VDC) 700 V
q ,n (12) Input/Output
Inverter Tegangan output (Vphase-netral rms) 230 V
Nilai tegangan urutan nol pada channel zero (vfd,z dan vfq,z) Frekuensi 50 Hz
ditentukan dengan melalui Persamaan (13) dan (14). Induktansi (Lf, LN) 0.3 mH
Filter
v fd , z =v d , z +(PI ).(id* , z −i d , z ) 0.1 Ω
Resistansi (Rf, LN)
(13)
Input/Output Tegangan output (Vphase-netral rms) 230 V
v fq ,z =v q , z +(PI ).(i −i q , z )
*
q,z (14) Diesel Frekuensi 50 Hz
generator
Daya total 50 KW
Parameter inverter yang digunakan ditunjukkan pada Tabel
I. Pembebanan pada tiap-tiap fasa adalah sebagai berikut : fasa
A = 17 KW , fasa B = 13 KW , dan fasa C = 19 KW .
Gambar 8 dan 9 adalah gelombang tegangan dan arus yang
dihasilkan oleh simulasi dengan dua sistem kendali yang
berbeda. Gambar 8 merupakan hasil simulasi untuk HPS
dengan kendali SRF konvensional, sedangkan Gambar 9
(b)
menunjukkan HPS dengan kendali MSRF. Tingkat
keberhasilan kedua sistem kendali ini dapat dilihat melalui
persentase ketidakseimbangan tegangan dan arusnya. Semakin
kecil nilai ketidakseimbangan tegangan dan arus, maka kondisi
sistem semakin baik.
(c)
(a)
(d)
Gambar 9. Gelombang : (a) tegangan, (b) arus beban, (c) arus diesel generator,
dan (d) arus inverter, menggunakan kendali MSRF