You are on page 1of 40

LAPORAN STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. I DENGAN STROKE NON


HEMORAGIK DI IRNA NON BEDAH NEUROLOGI
RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Ujian Akhir Program D III
Keperawatan

Oleh :

Syamsul Putra
07111278

STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG


PRODI D III KEPERAWATAN
2010

1
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Studi Kasus “ Asuhan Keperawatan Pada Tn. I Dengan Stroke Non
Hemoragik Di Irna Non Bedah Neurologi RSUP. Dr. M. Djamil Padang” Ini telah
dipertahankan di depan Penguji Praktek Klinik prodi D-III Keperawatan STIKes
MERCUBAKTIJAYA Padang.

Padang, 12 Juli 2010

Penguji I Penguji II

( Rini Usman, AMK ) ( Ns. Rima Haryani V, S.kep )

Mengetahui

Ketua Program Studi D III Keperawatan


STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang.

( Mitayani , SST, M.biomed )

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia yang
dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Laporan Studi Kasus “
Asuhan Keperawatan Pada Tn. I Dengan Stroke Nom Hemoragik Di Irna Non Bedah
Neurologi RSUP. Dr. M. Djamil Padang” Dalam Penulisan Laporan Studi Kasus ini
banyak hambatan yang penulis hadapi, namun berkat dorongan semua pihak, Laporan
Studi Kasus Ini dapat penulis selesaikan. Maka pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Ibu Mitayani , SST, M.biomed sebagai ketua Prodi DIII STIKes
MERCUBAKTIJAYA Padang.
2. Ibu Rini Usman. AMK Selaku Pembimbing Klinik yang telah memberikan
bimbingan dan arahan dalam pembuatan Laporan Studi Kasus ini.
3. Bapak Ns. Rima Haryani V.S.kep Selaku Pembimbing Akademik yang telah
memberikan bimbingan dan arahan dalam pembuatan Laporan Studi Kasus ini.
4. Tn. I Selaku Klien Beserta keluarga yang telah bersedia berkerja sama untuk
mencapai kesembuhan dan penulisan Laporan Studi Kasus ini
5. Teristimewa buat kedua orang tua serta doa yang tidak henti-hentinya untuk
penulis.
6. Kepada teman-teman yang telah memberikan bantuan dalam penulisan Laporan
Studi Kasus ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Laporan Studi Kasus ini masih banyak
kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak demi kesempurnaan Laporan Studi Kasus ini. Akhir kata
penulis ucapkan terima kasih.

Padang, 12 Juli 2010

Penulis

3
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................... i

KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii

DAFTAR ISI............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang............................................................................................... 1

B. Tujuan Penelitian

1.Tujuan Umum....................................................................................... 2

2.Tujuan Khusus...................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Stroke .................................................................................... 3

1. Defenisi............................................................................................... 3

2. Klasifikasi .......................................................................................... 3

3. Gejala Utama Stroke Non Hemoragik................................................ 4

4. Etiologi Stroke Hemoragik................................................................. 4

5. Patofisiologi........................................................................................ 4

6. Faktor Resiko Pada Stroke................................................................. 6

7. Tanda Dan Gejala............................................................................... 6

8. Komplikasi.......................................................................................... 6

9. Pencegahan......................................................................................... 7

4
10. Penatalaksanaan medic....................................................................... 7

B. Anatomi Fisiologi........................................................................................... 8

1. Pembagian Otak ................................................................................. 8

1. Fungsi Utama Otak............................................................................. 8

2. Sirkulasi Darah Otak.......................................................................... 8

C. Pemeriksaan Penunjang................................................................................. 8

Asuhan keperawatan teoritis

I. Pengkajian..................................................................................................... 10

1. Identitas Klien..................................................................................... 10

2. Riwayat Kesehatan ............................................................................ 10

3. Pemeriksaan Fisik............................................................................... 10

4. Pemeriksaan Fisik Neurologi.............................................................. 11

5. Rangsangan Meningeal....................................................................... 15

6. Data Penunjang................................................................................... 16

II. INTERVENSI............................................................................................... 18

III. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI..........................................................18

BAB III TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian

1. Identitas klien..................................................................................... 19

5
2. Tanda-Tanda Vital.............................................................................. 19

3. Riwayat Kesehatan............................................................................. 20

4. Pemerisaan Fisik.................................................................................20

5. Pola Kebiasan Sehari-hari.................................................................. 21

6. Pemeriksaan fisik Sistem Persyarafan................................................ 22

7. Program Teraphy................................................................................ 24

8. Data Penunjang...................................................................................24

ANALISA DATA

DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

INTERVENSI KEPERAWATAN

IMPLEMENTASI

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan.................................................................................................... 32

B. Saran ............................................................................................................ 32

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

6
Stroke merupakan penyebab cacat nomor satu dan penyebab kematian
nomor dua di dunia. Penyakit ini telah menjadi masalah kesehatan yang mendunia
dan semakin penting, dengan dua pertiga stroke terjadi di negara-negara yang
sedang berkembang (Feigin, 2006). Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terjadi
500.000 penduduk terkena serangan stroke, sekitar 2,5 % atau 125.000 orang
meninggal, dan sisanya cacat ringan maupun berat.
Jumlah penderita stroke cenderung terus meningkat setiap tahun, bukan
hanya menyerang penduduk usia tua, tetapi juga dialami oleh mereka yang berusia
muda dan produktif hal ini akibat gaya dan pola hidup masyarakat yang tidak sehat,
seperti malas bergerak, makanan berlemak dan kolesterol tinggi, sehingga banyak
diantara mereka mengidap penyakit yang menjadi pemicu timbulnya serangan
stroke. Saat ini serangan stroke lebih banyak dipicu oleh adanya hipertensi yang
disebut sebagai silent killer, diabetes melittus, obesitas dan berbagai gangguan
kesehatan yang terkait dengan penyakit degeneratif. Secara ekonomi, dampak dari
insiden ini prevalensi dan akibat kecacatan karena stroke akan memberikan
pengaruh terhadap menurunnya produktivitas dan kemampuan ekonomi masyarakat
dan bangsa (Yastroki, 2009).
Stroke biasanya ditandai dengan kelumpuhan anggota gerak atas maupun
bawah pada salah satu sisi anggota tubuh. Untuk itu penderita stroke perlu
mendapatkan penanganan yang sedini mungkin agar pengembalian fungsi dari
anggota gerak serta gangguan lainnya dapat semaksimal mungkin atau dapat
beraktifitas kembali mendekati normal serta mengurangi tingkat kecacatan.
Stroke dapat menyebabkan problematika pada tingkat impairment berupa
gangguan motorik, gangguan sensorik, gangguan memori dan kognitif, gangguan
koordinasi dan keseimbangan. Pada tingkat functional limitation berupa gangguan
dalam melakukan aktifitas fungsional sehari-hari seperti perawatan diri, transfer
dan ambulasi. Serta pada tingkat participation restriction berupa keterbatasan dalam
melakukan pekerjaan, hobi dan bermasyarakat di lingkungannya.

Berdasarakan fenomena diatas seorang perawat hendaknya memberikan


asuhan keperawatan yang konprehensip kepada klien stroke sehingga tidak timbul
dampak yang tidak diainginkan dari stroke itu sendiri.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum

7
Mengetahui secara umum tentang penyakit Stroke dan mampu menerapkan
asuhan keperawatan yang komprehensif kepada klien dengan Stroke Non
Hemoragik.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian dan menganalisa data pada klien dengan
Stroke Non Hemoragik.
b. Mampu menerapkan diagnosa keperawatan berdasarkan analisa data.
c. Mampu membuat perencanaan pada klien dengan Stroke Non
Hemoragik.
d. Mampu memberikan implementasi berdasarkan rencana yang sudah
disusun.
e. Mampu mengevaluasi tindakan yang sudah dilakukan pada klien dengan
Stroke Non Hemoragik.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Stroke

8
1. Defenisi
Definisi stroke menurut World Health Organization (WHO) adalah
disfungsi neurologi akut yang disebabkan oleh gangguan aliran darah yang timbul
secara mendadak sesuai dengan tanda dan gejala daerah lokal pada otak yang
terganggu.
Sindrom neurologi akut yang disebabkan oleh gangguan aliran darah yang
timbul secara hemiparesis sekunder semacam gangguan aliran darah.
Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang
diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini adalah
kulminasi penyakit serebrovaskuler selama beberapa tahun. (Smeltzer C. Suzanne,
2002, hal 2131)
Penyakit ini merupakan peringkat ketiga penyebab kematian di United
State. Akibat stroke pada setiap tingkat umur tapi yang paling sering pada usia
antara 75 – 85 tahun. (Long. C, Barbara;1996, hal 176).

2. Klasifikasi stroke
a. Stroke hemoragik
Pecahnya pembuluh darah serebral diotak dan terjadinya pendarahan diotak
disaat seseorang sedang melakukan aktifitas.
Stoke hemoragik dapat dibagi 2 :
1) Perdarahan intra serebral (PIS)
Pendarahan intra serebral mempunyai gejala prodromal,kecuali nyeri
kepala pada hipertensi. Serangan sering kali pada siang hari.mual dan
muntah sering terdapat pada serangan permulaan serangan
hemiparesis/hemiplegi terjadi pada sejak kesadaran menurun dan cepat
coma (65% terjadi kurang dari setengah jam dan 12% terjadi setelah 2
jam sampai 19 hari.

2) Perdarahan serebral anachroid (PSA)


Gejala nyeri kepala hebat dan akut kesadaran sering terganggu dan
sangat bervariasi.ada gejala /tanda rangsangan meningeal. edema pupil
bila ada pendarahan subhilaloid karena pecahnya aneurisma.

9
b. Stroke non-hemoragik (stroke iskemik, infark otak, penyumbatan)
1) Stroke akibat trombosis serebri
2) Emboli serebri
3) Hipoperfusi sistemik
Stroke non hemoragik adalah terjadi disaat seorang sedang beristirahat,
bangun tidur atau di pagi hari, tidak ada pendarahan namun terjadi
iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat
menimbulkan edema sekunder, kesadaran umumnya baik.

3. Gejala utama stroke non hemoragik


a..Timbulnya defisit neurologis secara mendadak
b.Terjadinya waktu sedang istirahat
c.Kesadaran tak menurun kecuali embolisnya besar
d.KondisI hiperkoogulasi

4. Etiologi
a. pecahnya arteri serebral
b. .hipertensi pencetus stroke
c. Molfarmasi arterio venolis
d. Penyalahan gunaan obat

5. Patofisiologi
Hipertemsi kronik menyebakan pembuluh darah arteriole mengalmi perubahan
perubahan patologik pada dinding pembuluh darah tersebut berupa hipohialinosis,
nekrosis, fibrinoid, serta timbulnya Anuerisma tipe bouchard. Kenaikan darah yang
atau dalam jumlah yang secara mencolok dapat menginduksi pecahnya pembuluh darah
terutama pada sore dan pagi hari.
Jika pembuluh darah tersebut pecah maka perdarahabn dapat berlanjut sampai
dengan 6 jam dan jika volumenya berserakan merusak struktur anatomi otak dan
menimbulkan gejala klinik. Jika perdarahan yang terjadi kecil ukuranya maka masa
darah hanya dapat merusak dan menyela diatara selaput akson, masa putih tanpa
merusaknya, pada keadaaan ini absorbsi darah kan diikuti dengan pulihnya fungsi
neurologi. Sedangkan pada perdarahn yang luas terjadi destruksi masa otak,
peningkatan tekanan intrakranial dan yang lebih berat menyebabkan herniasi otak.

10
Elemen-elemen vasoaktif darah yang kelauar serta iskemik akibat menurunnya
tekanan perfusi, menyebabkan neuron di daerqah yang terkena darahdan disekitarnya
tertekan lagi, jumlah darah yang keluar menetukan prognosis. Apabila volume darah
lebih dari 60 cc maka resiko kematain sebasar 93 % , pada perdarahan lebar perdarahan
serebral dengan volume antara 30-60 cc diperkirakan kemungkinan kematian sebesar
73 % tetapi volume 5 cc pada pons sudah berakibat vatal (Jusuf Misbah 1999)

WOC

Faktor yang dapat dimodifikasi : Faktor yang tidak dapat dimodifikasi :


( Kolesterol, perokok,obesitas,Stress,life style) (usia, penyakit bawaan, jenis kelamin)

11
Arterisklerosis

Td meningkat trombosis emboli spasme pembuluh darah

Pembuluh darah pecah Suplai darah tidak adekuat di otak nyeri kepala (vertigo)

volume intracranial

Hipoksia/iskemia
jaringan otak G. Rasa nyaman nyeri

G. perfusi cerebral G. Mobilitas fisik

Vasodilatsi G. Komunikasi verbal

Cidera / kongesti
pada daerah otak G. pemenuhan nutrisi

TIK meningkat

Penekanan batang otak G.pernafasan Perubahan kesadaran


Perubahan pupil
Perubahan TTV
G. kardiovaskuler Pola nafas meningkat

Kontraksi jantung tergangggu Bersihan jalan nafas Bedres yang lama


tidak efektif

Perubahan tekanan nadi Dekubitus

Tekanan perfusi menurun G. Perfusi serebral kerusakan Integritas kulit


PO2 PCO2
6. Faktor Resiko pada Stroke
a. Yang Dapat Diubah
o Hipertensi
o Diabetes Melitus ( berkaitan dengan aterogenesis terakselerasi)

12
o Life Style ( Merokok, konsumsi alkohol, Penggunaan obat-obatan
psikotropika
o Obesitas
o Kolesterol tinggi
o Kontrasepasi oral( khususnya dengan disertai hipertensi, merkok, dan
kadar estrogen tinggi)
b. Yang Tidak Dapat Diubah
o Penyakit kardiovaskuler: arteria koronaria, gagal jantung kongestif,
fibrilasi atrium, penyakit jantung kongestif)
o Usia
o Jenis Kelamin
o Ras, Riwaya Keluarga
o Riwayat Stroke
(Smeltzer C. Suzanne, 2002, hal 2131)
7 . Tanda dan gejala
a.Disatria (bicara pelo)
b.Nyeri kepala karna hipertensi
c.Mual dan muntah
d.Penurunan kesadaran
c.Kelumpuhan anggota gerak
d.Vertigo
e.gangguan menelan
f.Ataksia (berjalan tidak tegap)

8. Komplikasi
a) Fisik Dan Biologis
Bahu kaku, dekubitus, mengalmi gangguan bicara, gangguan mobilitas fisik
b) Psikologi
Biasanya mengalami gangguan jiawa diakibatkan karena ketegangan akibat
kematian jaringan otak.
c) Sosial
Akan mengalmi gangguan komunikasi dengan orang lain, diatara pembicaraan
susah dimengaerti.

13
9. Pencegahan
a. Primer
o Memasyaraktakan gaya hidup sehat bebas stroke dengan menghindari
rokok, stress mental, alkohol, kegemukan/obesitas, obat-obatan
o Mengurangi konsumsi maknanan tinggi kolesterol dan lemak
o Mengendalikan hipertensi, Diabetes melitus, penyakit jantung
b. Sekunder
o Memodifikasi gaya hidup yang beresiko stroke
o Melibatkan peran keluarga seoptimal mungkin
o Melakukan perawatan sebaik mungkin
10. Penatalaksanaan Medik
Menurut Listiono D (1998 : 113) penderita yang mengalami stroke dengan
infark yang luas melibatkan sebagian besar hemisfer dan disertai adanya
hemiplagia kontra lateral hemianopsia, selama stadium akut memerlukan
penanganan medis dan perawatan yang didasari beberapa prinsip. Secara praktis
penanganan terhadap ischemia serebri adalah :
c. Penanganan suportif imun
o Pemeliharaan jalan nafas dan ventilasi yang adekuat.
o Pemeliharaan volume dan tekanan darah yang kuat.
o Koreksi kelainan gangguan antara lain payah jantung atau aritmia.
d. Meningkatkan darah cerebral
o Elevasi tekanan darah
o Intervensi bedah
o Ekspansi volume intra vaskuler
o Anti koagulan
o Pengontrolan tekanan intracranial
o Obat anti edema serebri steroid
o Proteksi cerebral (barbitura)
Sedangkan menurut Lumban Tobing (2002 : 2) macam-macam obat yang
digunakan :

o Obat anti agregrasi trombosit (aspirasi)

14
o Obat anti koagulasi : heparin
o Obat trombolik (obat yang dapat menghancurkan trombus)
o Obat untuk edema otak (larutan manitol 20%, obat dexametason)
B. Anatomi fisiologi
1.berat otak manusia sekitar 1400 gram.
Otak terdiri dari 4 bagian :
a.serebral otak besar
b.serebrum otak kecil
c.batang otak
d.medula spinalis
2.fungsi otak
Sebagai pusat reflek yang mengkoordinasi dan mempertahankan gerakan
otot, mengubah kekuatan kontraksi untuk mempertahankan keseimbangan.
C. Pemeriksaan Penunjang
a. CT Scan
Memperlihatkan adanya edema , hematoma, iskemia dan adanya infark.
b. Angiografi serebral
membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan
atau obstruksi arteri.
c. Pungsi Lumbal
o menunjukan adanya tekanan normal. Tekanan meningkat dan
cairan yang mengandung darah menunjukan adanya perdarahan.
d. MRI
Menunjukan daerah yang mengalami infark, hemoragik.
e. EEG:
Memperlihatkan daerah lesi yang spesifik
f. Ultrasonografi Dopler
Mengidentifikasi penyakit arteriovena
g. Sinar X Tengkorak
Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal
(DoengesE, Marilynn,2000 hal 292)

15
D. Asuhan Keperawatan Teoritis
I. Pengkajaian
1. Identitas Klien
Mengcakup nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, agama, No Mr, pendidikan,
status pekawinan, diangnosa medis dll.
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Dahulu
Biasanya pada klien ini mempunyai riwayat hipertensi, diabetes melitus,
penyakit jantung, anemi, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang
lama, pengunaan obat-obat antikoagulan, aspirin dan
kegemukan/obesitas.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasnya klien sakit kepala, mual muntah bahkan kejang sampai tak
sadarkan diri, kleumpuhan separoh badan dan gangguan fungsi otak.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Biasanya ada anggota keluarga yang menderita atau mengalami penyakit
seperti : hipertensi, Diabetes Melitus, penyakit jantung.
d. Riwayat Psikososial
Biasanya masalah perawatan dan biaya pengobatan dapat membuat
emosi dan pikiran klein dan juga keluarga sehingga baik klien maupun
keluarga sering meerasakn sterss dan cemas.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Rambut dan hygiene kepala
b. Mata:buta,kehilangan daya lihat
c. Hidung,simetris ki-ka adanya gangguan
d. Leher,
e. Dada
I :simetris ki-ka
P :premitus
P :sonor
A :ronchi
f. Abdomen
I :perut acites

16
P :hepart dan lien tidak teraba
P :Thympani
A :Bising usus (+)
H. Genito urinaria :dekontaminasi,anuria
I.Ekstramitas :kelemahan,kelumpuhan.
4. Pemeriksaan Fisik Sistem Neurologis
a. Tingkat Kesadaran
1. Kualitatif
Adalah fungsi mental keseluruhan dan derajat kewasapadaan.
 CMC → dasar akan diri dan punya orientasi penuh
 APATIS → tingkat kesadaran yang tampak lesu dan mengantuk
 LATARGIE → tingkat kesadaran yang tampak lesu dan mengantuk
 DELIRIUM → penurunan kesadaran disertai pe ↑ abnormal
aktifitas psikomotor → gaduh gelisah
 SAMNOLEN → keadaan pasien yang selalu mw tidur → diransang
bangun lalu tidur kembali
 KOMA → kesadaran yang hilang sama sekali
2. Kuantitatif
Dengan Menggunakan Glasgow Coma Scale (GCS)
a.Respon membuka mata ( E = Eye )
 Spontan (4)
 Dengan perintah (3)
 Dengan nyeri (2)
 Tidak berespon (1)
b.Respon Verbal ( V= Verbal )
 Berorientasi (5)
 Bicara membingungkan (4)
 Kata-kata tidak tepat (3)
 Suara tidak dapat dimengerti (2)
 Tidak ada respons (1)

c.Respon Motorik (M= Motorik )


 Dengan perintah (6)
 Melokalisasi nyeri (5)

17
 Menarik area yang nyeri (4)
 Fleksi abnormal/postur dekortikasi (3)
 Ekstensi abnormal/postur deserebrasi (2)
 Tidak berespon (1)
b. Pemeriksaaan Nervus Cranialis
1.Test nervus I (Olfactory)
Fungsi penciuman Test pemeriksaan, klien tutup mata dan minta klien
mencium benda yang baunya mudah dikenal seperti sabun, tembakau,
kopi dan sebagainya. Bandingkan dengan hidung bagian kiri dan
kanan.
2.Test nervus II ( Optikus)
Fungsi aktifitas visual dan lapang pandang Test aktifitas visual, tutup
satu mata klien kemudian suruh baca dua baris di koran, ulangi untuk
satunya. Test lapang pandang, klien tutup mata kiri, pemeriksa di
kanan, klien memandang hidung pemeriksa yang memegang pena
warna cerah, gerakkan perlahan obyek tersebut, informasikan agar
klien langsung memberitahu klien melihat benda tersebut.
3.Test nervus III, IV, VI (Oculomotorius, Trochlear dan Abducens)
Fungsi koordinasi gerakan mata dan kontriksi pupil mata (N III).
• Test N III Oculomotorius (respon pupil terhadap cahaya),
menyorotkan senter kedalam tiap pupil mulai menyinari dari arah
belakang dari sisi klien dan sinari satu mata (jangan keduanya),
perhatikan kontriksi pupil kena sinar.
• Test N IV Trochlear, kepala tegak lurus, letakkan obyek kurang
lebih 60 cm sejajar mid line mata, gerakkan obyek kearah kanan.
Observasi adanya deviasi bola mata, diplopia, nistagmus.
• Test N VI Abducens, minta klien untuk melihat kearah kiri dan
kanan tanpa menengok.
4.Test nervus V (Trigeminus)
Fungsi sensasi, caranya : dengan mengusap pilihan kapas pada kelopak
mata atas dan bawah.
• Refleks kornea langsung maka gerakan mengedip ipsilateral.

18
• Refleks kornea consensual maka gerakan mengedip
kontralateral.
Usap pula dengan pilihan kapas pada maxilla dan mandibula
dengan mata klien tertutup. Perhatikan apakah klien merasakan
adanya sentuhan
Fungsi motorik, caranya : klien disuruh mengunyah, pemeriksa
melakukan palpasi pada otot temporal dan masseter.
5.Test nervus VII (Facialis)
• Fungsi sensasi, kaji sensasi rasa bagian anterior lidah, terhadap
asam, manis, asin pahit. Klien tutup mata, usapkan larutan berasa
dengan kapas/teteskan, klien tidak boleh menarik masuk lidahnya
karena akan merangsang pula sisi yang sehat.
• Otonom, lakrimasi dan salivasi
• Fungsi motorik, kontrol ekspresi muka dengancara meminta
klien untuk : tersenyum, mengerutkan dahi, menutup mata
sementara pemeriksa berusaha membukanya.
6. Test nervus VIII (Acustikus)
Fungsi sensoris :
• Cochlear (mengkaji pendengaran), tutup satu telinga klien,
pemeriksa berbisik di satu telinga lain, atau menggesekkan jari
bergantian kanan-kiri.
• Vestibulator (mengkaji keseimbangan), klien diminta berjalan
lurus, apakah dapat melakukan atau tidak.
7.Test nervus IX (Glossopharingeal) dan nervus X (Vagus)
N IX, mempersarafi perasaan mengecap pada 1/3 posterior lidah, tapi
bagian ini sulit di test demikian pula dengan M.Stylopharingeus.
Bagian parasimpatik N IX mempersarafi M. Salivarius inferior. N X,
mempersarafi organ viseral dan thoracal, pergerakan ovula, palatum
lunak, sensasi pharynx, tonsil dan palatum lunak.
8.Test nervus XI (Accessorius)
Klien disuruh menoleh kesamping melawan tahanan. Apakah
Sternocledomastodeus dapat terlihat ? apakah atropi ? kemudian

19
palpasi kekuatannya. Minta klien mengangkat bahu dan pemeriksa
berusaha menahan test otot trapezius.

9. Nervus XII (Hypoglosus)


• Mengkaji gerakan lidah saat bicara dan menelan
• Inspeksi posisi lidah (mormal, asimetris / deviasi)
Keluarkan lidah klien (oleh sendiri) dan memasukkan dengan cepat
dan minta untuk menggerakkan ke kiri dan ke kanan.
c. Menilai Kekuatan Otot
Kaji cara berjalan dan keseimbangan
Observasi cara berjalan, kemudahan berjalan dan koordinasi gerakan
tangan, tubuh - kaki
1. Periksa tonus otot dan kekuatan
Kekualan otot dinyatakan dengan menggunakan angka dari 0-5
0 = tidak didapatkan sedikitpun kontraksi otot ; Iumpuh total
1 = terlihat kontraksi tetap ; tidak ada gerakan pada sendi.
2 = ada gerakan pada sendi tetapi tidak dapat melawan gravitasi

3 = bisa melawan gravitasi tetapi tidak dapat menahan tahanan


pemeriksa
4 = bisa bergerak melawan tahanan pemeriksa tetapi kekuatannya
berkurang
5 = dapat melawan tahanan pemeriksa dengan kekuatan maksimal
d. Pemeriksaan reflek
Pemeriksaan refleks biasanya dilakukan paling akhir. Klien biasanya dalam
posisi duduk atau tidur jika kondisi klien tidak memungkinkan. Evaluasi
respon klien dengan menggunakan skala 0 – 4
0 = tidak ada respon
1 = Berkurang (+)
2 = Normal (++)
3 = Lebih dari normal (+++)
4 = Hiperaktif (++++)

20
a.Reflek Fisiologis
o Reflek Tendon
a. Reflek patella
Pasien bebaring terlentang lutut diangkat keatas fleksi kurang
lebih dari 300.tendon patela(ditengah-tengah patela dan
Tuberositas tibiae)dipukul dengan reflek hamer.respon berupa
kontraksi otot guardrisep femoris yaitu ekstensi dari lutut.
b. Reflek Bisep
Lengan difleksikan terhadap siku dengan sudut 900.supinasi dan
lengan bawah ditopang ada atas (meja periksa)jari periksa
ditempat kan pada tendon m.bisep(diatas lipatan siku)kemudian
dipukul dengan reflek hamer.normal jika ada kontraksi otot
biceps,sedikit meningkat bila ada fleksi sebagian ada
pronasi,hiperaktif maka akan tejadi penyebaran gerakangerakan
pada jari atau sendi.
c. Reflek trisep
Lengan bawah disemi fleksikan ,tendon bisep dipukul dengan
dengan reflek hamer(tendon bisep berada pada jarak 1-2 cm
diatas olekronon )respon yang normal adalah kontraksi
otottrisep ,sedikit meningkat bila ada ekstensi ringan dan
hiperaktif bila ekstensi bila ekstensi siku tersebut menyebar
keatas sampai ke otot –otot bahu.
d. Reflek Achiles
Posisi kaki adalah dorsofleksi untuk memudah kan pmeriksaan
reflek ini kaki yang di[eriksa diletakan/disilangkan diatas
tungkai bawah kontral lateral.tendon achiles dipukul dengan
reflek hamer,respon normal berupa gerakan plantar fleksi kaki.

21
o Reslek Superfisial
a. Reflek Kulit Perut
b. Reflek Kremeaster
c. Reflek kornea
d. Reflek Bulbokavernosus
e. Reflek Plantar

b.Reflek Patologis
o Babinski
Merupakan reflek yang paling penting.ia hanya dijumpai pada
penyakit traktus kortikospital.untuk melakukan tes ini,goreslah
kuat-kuatbagian lateral telapak kaki bagian lateraltelapak kaki dari
tumit ke arah jari kelingking dan kemudian melintasi bagian jantung
kaki. Respon babinski timbul jika ibu jari kaki melakukan
dorsofleksi dan jari-jari lain menyebar,klau normalnya adalah fleksi
plantar pada semua jari kaki.
Cara lain untuk membangkitkan rangsangan babinski:
 Cara chaddock
Rangsang diberikan dengan jalan menggores bagian lateral
maleolus hasil positif bila gerakan dorsoekstensi dari ibu jari dan
gerakan abduksi dari jarijari lainnya.
 Cara Gordon
Memencet ( mencubit) otot betis
 Cara oppenheim
Mengurut dengan kuat tibia dan otot tibialis anterior arah
mengurut kebawah (distal)
 Cara Gonda
Memencet (menekan) satu jari kaki dan kemudian
melepaskannya sekonyong koyong.

22
5. Rangsangan Meningeal
Untuk mengetahui rangsangan selaput otak (misalnya pada meningitis)dilakukan
pemeriksaan :
a. Kaku kuduk
Bila leher di tekuk secara pasif terdapat tahanan, sehingga dagu tidak dapat
menempel pada dada --- Kaku kuduk positif (+)
b. Tanda Brudzunsky I
Letakkan satu tangan pemeriksa di bawah kepala klien dan tangan lain di dada
klien untuk mencegah badan tidak terangkat.Kemudian kepala klien di fleksikan
kedada secara pasif.Brudzinsky I positif (+)
c. Tanda Brudzinsky II
Tanda brudzinsky II positif (+) bila fleksi klien pada sendi panggul secara pasif
akan diikuti oleh fleksi tungkai lainnya pada sendi panggul dan lutut.
d. Tanda kerniq
Fleksi tungkai atas tegak lurus,lalu dicoba meluruskan tungkai bawah pada sendi
lutut normal-,bila tungkai membentuk sudut 1350 terhadap tungkai atas.
Kerniq + bila ekstensi lutut pasif akan menyebabkan rasa sakit tebila ekstensi lutut
pasif akan menyebabkan rasa sakit terhadap hambatan.
e. Test lasegue
Fleksi sendi paha dengan sendi lutut yang lurus akan menimbulkan nyeri sepanjang
Mischiadicus.
6. Data Penunjang
a. Laboratorium
o Hematologi
o Kimia klinik
b. Radiologi
o CT Scan
Memperlihatkan adanya edema , hematoma, iskemia dan adanya infark
o MRI
Menunjukan daerah yang mengalami infark, hemoragik.
o Sinar X Tengkorak

23
Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal.

II. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul


1. Gangguan perfusi jarinagan otak b/d perdarahan intra cranial
2. Gangguan mobilitas fisik b/d hemiparese / hemiplagia
3. Gangguan komunikasi verbal b/d kerusakan neuromoskuler.
4. Kurang perawatan diri b.d kerusakan neuro muskuler, penurunan kekuatan dan
ketahanan, kehilangan kontrol /koordinasi otot.
III. Intervensi
1. Gangguan perfusi jarinagan otak b/d perdarahan intra cranial
Independen
a. Tentukan penyebab penurunan perfusi jaringan
b. Pantau status neurologis secara teratur dan bandingkan dengan nila standar
( GCS ).
c. Pantau TTV
d. Kaji perubahan penglihatan dan keadan pupil
e. Kaji adanya reflek ( menelan, batuk, babinski )
f. Pantau pemasukan dan pengeluaran cairan
g. Auskultasi suara napas, perhatikan adananya hipoventilasi, dan suara
tambahan yang abnormal
Kolaborasi :
a. Pantau analisa gas darah
b. Berikan obat sesuai indikasi : deuretik, steroid, antikonvulsan
c. Berikan oksigenasi
2. Gangguan mobilitas fisik b/d hemiparese / hemiplagia
Independen
a. Rubah posisi tiap dua jam ( prone, supine, miring )
b. Mulai latihan aktif / pasif rentang gerak sendi pada semua ekstremitas
c. Topang ekstremitas pada posis fungsional , gunakan foot board pada saat
selama periode paralysisi flaksid. Pertahankan kepala dalam keadaan netral
d. Evaluasi penggunaan alat bantu pengatur posisi
e. Bantu meningkatkan keseimbangan duduk

24
f. Bantu memanipulasi untuk mempengaruhi warna kulit edema atau
menormalkan sirkulasi
g. Awasi bagian kulit diatas tonjolan tulang

Kolaboratif
a. konsul kebagian fisioterapi
b. Bantu dalam meberikan stimulasi elektrik
c. Gunakan bed air atau bed khusus sesuai indikasi
3. Gangguan komunikasi verbal b/d kerusakan neuromoskuler.
Independen
a. Bantu menentukan derajat disfungsi
b. Bedakan antara afasia denga disartria
c. Sediakan bel khusus jika diperlukan
d. Sediakan metode komunikasi alternative
e. Antisipasi dan sediakan kebutuhan paien
f. Bicara langsung kepada pasien dengan perlahan dan jelas
4. Kurang perawatan diri b.d kerusakan neuro muskuler, penurunan kekuatan dan
ketahanan, kehilangan kontrol /koordinasi otot
Intervensi:
a. Kaji kemampuan dantingkat kekurangan (dengan menggunakan skala 1-4)
untuk melakukan kebutuhan ssehari-hari
b. Hindari melakukan sesuatu untuk pasien yang dapat dilakukan
pasiensendiri, tetapi berikan bantuan sesuai kebutuhan
c. Kaji kemampuan pasien untuk berkomunikasi tentang kebutuhannya untuk
menghindari dan atau kemampuan untuk menggunakan urinal,bedpan.
d. Identifikasi kebiasaan defekasi sebelumnya dan kembalikanpada kebiasaan
pola nornal tersebut. Kadar makanan yang berserat,anjurkan untuk minum
banyak dan tingkatkan aktivitas.
e. Berikan umpan balik yang positif untuk setiap usaha yang dilakukan atau
keberhasilannya.

IV. Implementasi
Merupakan aplikasi dari intervensi yang telah ditetapkan pada tahap intervensi.
V. Evaluasi

25
Penilaian terhadap implementasi yang telah dilakukan sejauh mana masalah klien
teratasi.

BAB III
TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN
I. Identitas Klien
Nama : Tn.I
Umur : 77 tahun
Pendidikan : SMA
Suku bangsa : Indonesia
Pekerjaan : pensiunan guru
Penanggung Jawab : Keluarga
Agama : Islam
Status perkawinan : Kawin
Alamat : parupuak tabing
No. MR : 68 90 21
Ruang Rawat : Bangsal Syaraf
Tanggal Masuk : 5 juli 2010
Tanggal pengkajian : 6 Juli 2010
Diagnosa medik : Stroke non Hemoragik
Alasan masuk :lemah anggota gerak sebelah kiri pada kaki dan tangan
Sumber informasi : Keluarga dan status
II. Tanda-Tanda Vital

26
Nadi : 95 ×/i
Tekanan Darah : 130/80 MmHg
Pernafasan : 22 ×/i
Suhu : 36, °C
III.Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Dahulu (RKD)
Keluarga klien mengatakan pada tahun 2003,klien pernah mengalami kelemahan
pada tangan kiri dan kaki kiri.tapi akhirnya sembuh,klien Cuma dibawa keluarga
untuk pengobatan alternatif dan teraphy.klien tidak pernah dirawat di Rs.

2. Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS)


a. Klien masuk RSUP. Dr. M. Djamil Padang melalui IGD dibawa keluarga
pada tanggal 05-07-2010 jam 14 wib.sebelumnya klien sedang duduk di teras
depan secara tiba-tiba klien merasakan berat pada tangan kiri dan kaki kiri dan
susah untuk digerakan.saat terkena klien merasakan mual dan muntah.setelah itu
keluarga langsung membawa klien ke RSUP,Dr.Mdjamil.
b. pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 07-07-2010 keluarga
mengatakan klien tampak lemah,dan juga tidak berdaya.tangan kiri dan kaki kiri
klien tidak bisa digerakan.semua kebutuhan klien di bantu keluarga.klien juga
tidak mau makan,nafsu makan klien menurun.klien juga susah bicara,bicara klien
kacau.dan susah untuk dimengerti.
3. Kesehatan keluarga (RKK)
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga klien yang menderita penyakit
seperti ini, tidak ada keluarga klien yang mempunyai penyakit keturunan seperti :
DM, Hipertensi dll.
IV. Pemeriksaan Fisik
1. Rambut dan hygiene kepala
Rambut hitam, bersih, dan beruban.
2. Mata
• Simetris ki-ka,
• Konjungtiva tidak anemis,

27
• sclera tidak ikterik
• palpebra tidak udem
• alis mata simetris.
Mata sebelah kiri klien mengalami gangguan penglihatan
3. Hidung
Simetris Kiri dan kanan tidak ada pernafasan cuping hidung.dan tidak terpasang
alt bantu seperti : Sonde/NGT
4. Mulut dan Tenggorokan
Tidak ada peradangan, tidak ada pembesaran tonsil.
5. Telinga
Simetris ki-ka, telinga sebelah kiri tertanggu.dan tidak ada terpasang alat bantu
pendengaran.
6. Leher
Tidak ada pembesaran KGB
7. Dada/Paru
o Inspeksi :Simetris kiri dan kanan, tidak menggunakan alat bantu
pernafasan
o Auskultasi : Suara Nafas sonor
o Palpasi : Fremitus Kiri dan kanan
o Perkusi : Sonor
8. Jantung
o Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
o Palpasi : Ictus teraba 1 jari LMCS RIC V
o Perkusi : batas jantung normal
o Auskultasi : Teratur
9. Abdomen
o Inpeksi : Perut tidak membuncit
o Palpasi : Tidak terjadi pembesaran hepar
o Perkusi : Tympani
o Auskultasi : Bu (+)
10. Genito urinaria
Klien terpasang pampers, dan kateter
11. Ektremitas

28
o Ektremitas atas
Terjadi kelemahan pada tangan bagian kiri dan terpasang infus RL 12
jam/kolf
Ektremitas bawah
Terjadi kelemahan pada kaki bagian kiri
Dan tidak bisa digerakan
V .Pola Kebiasaan Sehari-hari
1. Eliminasi
o BAB
Sehat : 1x sehari, warna kuning, konsistensi agak pada
Sakit : 1x sehari, warna kuning, konsistensi agak padat

o BAK
Sehat : 3-5 x sehari warna bening kekuningan dan tidak ada endapan.
Sakit : Klien terpasang kateter warna urine bening kekunigan
2. Nutrisi
o Makan
Sehat : 3x sehari, nasi lunak + sayur + lauk.
Sakit : Diit Klien MC 3x sehari.Habis ¼ porsi.
o Minum
Sehat : Air putih, ± 3 gelas sehari
Sakit : air putih + susu ± 3 gelas sehari
3. Istirahat/ tidur
o Malam : ± 5 jam
o Siang : ± 2 jam
4. Personal higine
o Mandi :

Sehat : 2X sehari pakai sabun dan diguyur.

Sakit : 1X sehari dibantu perawat.

VI.Pemeriksaan Fisik Sistem Persyarafan


a) Tingkat Kesadaran

29
a. Kulalitatif
Apatis
b. Kuantitatif
- GCS : 9
E:4
V:4
M:1
b) Pemeriksaan Nervus Cranialis
1. Nervus I (Alfaktorius)
Klien mampu mengenali bau yang didekatkan pada hidungnya pada saat
dilakukan pemeriksaan.

2. Nervus II (Optikus)
Klien tidak mampu melihat dan membaca 2 baris tulisan pada koran,
lapang pandang klien baik.
3. Nervus III.IV.VI (Occulomotorius.Trochlearis.Abducen)
Pupil tidak berespon terhadap cahaya, dan bola mata bisa digerakkan ke
segala arah,atas ,bawah, dan nasal.
4. Nervus V (Trigeminus)
Kliem mampu mengunyah,menutup mulut, menggerakkan rahang bawah
ke samping.
5. Nervus VII (Fasialis)
Wajah klien simetris,bisa menganggat alils dan menggerakkannya.
6. Nervus VIII (Akustikus)
Klien tidak mampu mengenali suara gerakakn jari di yang di dekatkan ke
telinga klien dan suara detak alroji. Keseimbangan klien terganggu klien
tidak mampu berdiri sendiri
7. Nervus IX. X (Glasofharingeus. Vagus)
Ovula jatuh kearah yang sehat yakni bagian kanan, reflek menelan klien
bagus.
8. Nervus XI (Aksesorius)

30
Klien mampu mengangkat bahu sebelah kanan dan menggerakkannya.pada
bahu sebelah kiri klien terganggu.klien tidak bisa mengangkat dan
menggerakan bahu sebaelah kiri.
9. Nervus XII (Hipoglosus)
Klien bisa menjulurkan lidah,serta mengubah bentuk lidah.
c) Pemeriksaan Motorik
Klein mengalami gangguan keseimbangan, dan klien tidak bisa berjalan,tonus
otot mengalmi penurunan fungsi.
Kekuatan Otot klien :

555 111
555 111

d) Pemeriksaan Reflek
1. Reflek Fisiologis
a. Reflek Tendon
o Reflek Trisep : + / ++
o Reflek Bisep : + / ++
o Reflek Patella : + / ++
o Reflek Achiles :+/+
b. Reflek Superfisial
o Reflek kulit Perut : ++
o Reflek Kremaster : ++
o Reflek Anus : ++
o Reflek Bulbokavernosus : ++
o Reflek Plantar : ++
2. Reflek Patologis
o Reflek Barbinski :(-)

VII.Prorgram Therapi
No Nama Obat Dosis Hari Ke

31
12 jam/kolf
1 IVFD RL 3
2 x 500 mg
2 Brain act 3

VIII.Data Penunjang
1. Data Laboratorium
a. Hematologi
o Hb : 14,3 g/dl
o Leukosit : 4900 / mm
o LED : 140
o Trombosit : 504.000 / mm
o Hematokrit : 49%

b. Kimia Klinik
o Total kolesterol : 125 mg/dl
o HDL kolesterol : 175 mg/dl
o LDL kolesterol : 77 mg/dl
o Tirigle sirida : 106 mg/dl
o Asam urat : 14 mg/dl
o Natrium : 42 mg/dl
o Ureum darah : 109 mg/dl
o Kreatinin : 2,8 mg/d

2. Pemeriksaan Radaiologi
a. Ro Thorak
Dalam batas normal.
b. CT Scan
Tidak dilakukan pemeriksaan.

32
Analisa Data

No Data Masalah Etiologi


1 Do
- Kebutuhan Klien dibantu Defisit perawatan diri Kelemahan Fisik,
perawat dan keluarga kerusakan
- Klien bedres neuromuskuler.
- Klien terlihat lemah
555 111
555 111

Ds
- Keluarga klien mengatakan
kebutuhan klien dibantu
keluarga dan perawat :
Mandi
Makan dan minum
Eliminasi.

2 Do
- klien tidak bisa bicara seperti Gangguan Komunikasi Kerusakan

33
biasanya Verbal. Neuromoskuler.
- klien bicara pelo
kalau klien bicara kacau dan
tidak jelas.

Ds
- Keluarga klien mengatakan
klien susah bicara dan kata-
katanya susah dimengerti.

3 Do
- nafsu makan klien menurun Gangguan pemenuhan Intake yang tidak
- Diit yang diberikan tidak habis nutrisi kurang dari adekuat.
- Diit klien MC kebutuhan tubuh

DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

No Daiagnosa

1 Defisit Perawatan Diri b/d Kelemahan Fisik, Kerusakan Neruromuskuler.

2 Gangguan Komunikasi Verbal b/d Kerusakan Neuromuskuler.

3 Gangguan Pemenuhan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan tubuh b/d Intake

yang Tidak Adekuat.

34
INTERVENSI KEPERAWATAN

No DX. Kep Tujuan/Kriteria Intervensi Rasional


1 Defisit Setelah dilakukan 1. Bina HAM dengan -Agar dapat terbina
perawatan diri intervensi klien dan keluarga. hubungan saling percaya
b/d Kelemahan keperawatan dan memudahkan untuk
Fisik, kerusakan masalah klien melakukan tindakan.
neruromuskuler. dapat teratasi 2.Observasi kebersihan - Menentukan tingkat
dengan kriteri diri klien. kebersihan klien dan
hasil : penentuan tindakan
-klien bisa 3. Bantu latihan fisik -Supaya otot-otot klien
memenuhi ROM pada klien untuk tidak terjadi kekakuan
kebutuhan sendiri menggerakkan otot- dan dapat berfungsi lagi.
seperti : otot,jari-jari pada
Mandi ekstremitas yang
,makan terganggu.
,minum dan

35
eliminasi 3.Dekatkan alat-alat -Alat - alat yang dekat
-Klien dapat yang dibutuhkan klien. meminimalkanm
melakukan menghindari terjadinya
aktifitas seperti cidera.
biasanya. 4.Ubah posisi klien -.Menghindari terjadinya
minimal 2 jam sekali. dekubitus.

2 Gangguan Setelah dilakukan - Gunakan pertanyaan -Mengidentifikasi


komunikasi intervensi terbuka dengan jawaban adanya disatria sesuai
verbal b/d keperawatan ya,atau tidak selanjutnya dengan adanya
kerusakan masalah klien kembangkan jadi komponen motorik
neuromoskuler. dapat teratasi pertanyaan komplek. bicara(seperti
dengan kriteri lidah,gerakan bibir).
hasil : -Gunakan pertanyaan -Menurunkan
-klien dapat terbuka dengan jawaban kebingungan slama
bicara seperti ya,atau tidak selanjutnya proses komunikasi dan
biasa lagi kembangkan jadi merespon informasi.
-Bicara klien bisa pertanyaan komplek.
dimengerti dan -Hargai kemampuan -Kempampuan klien
tidak kacau klien untuk meningkatkan
harga diri klien.dan
membuat klien menjadi
percaya diri.

3 Gangguan Setelah dilakukan -Anjurkan klien makan -Supaya klien tidak


pemenuhan intervensi sedikit-sedikit tapi sering merasa bosan dengan
nutrisi kurang keperawatan makanan yang diberikan.
dari kebutuhan masalah klien -Hidangkan makanan -Makanan dalam keadan
tubuh b/d intake dapat teratasi dalam keadaan hangat hangat akan menambah
yang tidak dengan kriteri nafsu makan klien.
adekuat hasil : -Ciptakan lingkungan -Agar klien dapat makan
-nafsu makan bersih saat klien makan dengan lahap dan tenang.
klien kembali -Pantau masukan -Mengidentifikasi
membaik. makanan setiap hari defisiensi nutrusi.

36
-.porsi yang -Kolaborasi dengan tim -Untuk pemberian dan
diberikan habis gizi dalam pemenuhan pemenuhan nutrisi yang
-mual dan muntah nutrisi klien. baik untuk klien.
hilang.

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

No. Dx Tanggal Implementasi Evaluasi


1 8 – juli – 2010 1. Membina HAM dengan klien S :
dan keluarga.  Klien mengatakan
2. Mengobservasi kebersihan diri belum bisa
klien. beraktifitas, KDM
3. . Membantu latihan fisik ROM nya masih dibantu.
pada klien untuk menggerakkan  Keluarga klien
otot-otot,jari-jari pada mengatakan
ekstremitas yang terganggu. aktifitas dibantu
4. Mendekatkan alat-alat yang seperti: mandi,
dibutuhkan klien. BAB, dan makan
5. Mengubah posisi klien menimal O :
2 jam sekali.  Klien tampak
bedres
 Klien tampak lemah
A:

37
 Masalah belum
teratasi
P:
 Intervensi
dilanjutkan

S:
2 08-07-2010 1. Meminta klien untuk  Klien masih susah
mengucapkan kata-kata bicara
sederhana seperti’’PUS’’. O:
2. Menggunakan pertanyaan  Bicara klien masih
terbuka dengan jawaban ya,atau kacau dan susah
tidak selanjutnya kembangkan dimengerti.
jadi pertanyaan komplek.
3. Menghargai kemampuan klien. A:
 Setelah dilakukan
intervensi
keperawatan
masalah belum
teratasi
P:
 Intervensi
dilanjutkan.
S:
3 08-07-2010 1. Menganjurkan klien makan  Kelurga klien
sedikit-sedikit tapi sering. mengatakan klien
2. Menghidangkan makanan dalam tidak mau makan
keadaan hangat.  Keluarga
3. Menciptakan lingkungan bersih mengatakan klien
saat klien makan. lemah dan lesu.
4. Memantau masukan makanan O :
setiap hari.  Diit yang
5. Mengkolaborasi dengan tim gizi diberikan tidak
dalam pemenuhan nutrisi klien. habis.

38
A:
 Maslah
keperawatan
belum teratasi.
P:
 Intervevsi
dilanjutkan.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gangguan peredaran darah diotak (GPDO) atau dikenal dengan CVA
( Cerebro Vaskuar Accident) adalah gangguan fungsi syaraf yang disebabkan oleh
gangguan aliran darah dalam otak yang dapat timbul secara mendadak ( dalam
beberapa detik) atau secara cepat ( dalam beberapa jam ) dengan gejala atau tanda
yang sesuai dengan daerah yang terganggu.(Harsono,1996, hal 67)
Pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan keluarnya darah ke jaringan
parenkim otak, ruang cairan serebrospinalis disekitar otak atau kombinasi
keduanya. Perdarahan tersebut menyebabkan gangguan serabut saraf otak melalui
penekanan struktur otak dan juga oleh hematom yang menyebabkan iskemia pada
jaringan sekitarnya. Peningkatan tekanan intrakranial pada gilirannya akan
menimbulkan herniasi jaringan otak dan menekan batang otak
Penyakit ini merupakan peringkat ketiga penyebab kematian di United
State. Akibat stroke pada setiap tingkat umur tapi yang paling sering pada usia
antara 75 – 85 tahun. (Long. C, Barbara;1996, hal 176).

B. Saran

39
1. Diharapkan Mahasiswa/Perawat di rumah sakit mampu melakukan dan
menerapkan proses keperawatan pada klien Stroke Non Hemoragik yang
hampir seluruh kebutuhan dasarnya dibantu.
2. Diharapkan Mahasiswa/Perawat dirumah Sakit bisa menjalian komunikasi dan
kerjasama yang baik dengan klien, keluarga dan tim medis lainnya demi
tercapainya Asuhan Keperawatan yang berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA

Barbara C. Long, alih bahasa R.Karnaen dkk, 1996, Perawatan Medikal Bedah.
EGC, Jakarta
Barbara L. Bullock 1996, Patofisiology, Adaptasi and alterations infeksius function,
Fourth edition, Lipincott, Philadelpia
Brunner & Sudarth, 2003, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Ed 8 Vol 3 ,
EGC, jakarta
Lynda Juall Carpenito, Alih bahasa Yasmin Asih, 1997, Diagnosa Keperawatan , ed
6, EGC, Jakarta
Marilyn E. Doenges, et al, 1997, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, jakarta
Sylvia A. Price, Alih bahasa Adji Dharma, 1995 Patofisiologi, konsep klinik
proses- proses penyakit ed. 4, EGC, Jakarta

40

You might also like