You are on page 1of 4

Pertama: Mengimani adanya mereka.

Yaitu kepercayaan yang pasti tentang keberadaan para malaikat. Tidak seperti yang dipahami
oleh sebagian orang bahwa malaikat adalah hanya sebuah ‘kata’ yang bermakna konotasi yang
berarti kebaikan atau semacamnya. Allah Ta’ala telah menyatakan keberadaan mereka dalam
firman-Nya yang artinya: “Sebenarnya (malaikat-malaikat itu) adalah hamba-hamba yang
dimuliakan, mereka itu tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan
perintah-perintah-Nya.” (QS. Al-Anbiyaa’: 26-27)

Kedua: Mengimani nama-nama malaikat yang telah kita ketahui, sedangkan malaikat
yang tidak diketahui namanya wajib kita imani secara global.

Di antara dalil yang menunjukkan banyaknya bilangan malaikat dan tidak ada yang dapat
menghitungnya kecuali Allah Ta’ala adalah sebuah hadits shahih yang berkaitan dengan baitul
makmur. Di dalam hadits tersebut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya baitul makmur berada di langit yang ketujuh setentang dengan Ka’bah di bumi,
setiap hari ada 70 ribu malaikat yang shalat di dalamnya kemudian apabila mereka telah keluar
maka tidak akan kembali lagi.” (HR. Bukhari & Muslim)

Ketiga: Mengimani sifat-sifat malaikat yang kita ketahui.

Seperti misalnya sifat Jibril, dimana Nabi mengabarkan bahwa beliau shallallahu’alaihi wa
sallam pernah melihat Jibril dalam sifat yang asli, yang ternyata mempunyai enam ratus sayap
yang dapat menutupi cakrawala (HR. Bukhari). Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh
Imam Ahmad dalam musnadnya dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melihat malaikat Jibril dalam bentuk aslinya
yang mempunyai enam ratus sayap, setiap sayap menutup ufuk, dari sayapnya berjatuhan
berbagai warna, mutiara dan permata yang hanya Allah sajalah yang mengetahui
keindahannya.” (Ibnu Katsir berkata dalam Bidayah Wan Nihayah bahwa sanad hadits ini bagus
dan kuat, sedangkan Syaikh Ahmad Syakir rahimahullah berkata dalam Al-Musnad bahwa sanad
hadits ini shahih)

Dalam hadits di atas disebutkan bahwa malaikat memiliki sayap dengan berbagai warna. Hal ini
menunjukkan kekuasaan Allah ‘Azza wa Jalla dan memberitahukan bentuk Jibril ‘alaihissalaam
yang mempunyai enam ratus sayap, setiap sayap menutup ufuk. Kita tidak perlu mempersoalkan
bagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dapat melihat enam ratus sayap dan
bagaimana pula cara beliau menghitungnya? Padahal satu sayap saja dapat menutupi ufuk? Kita
jawab: “Selagi hadits tersebut shahih dan para ulama menshahihkan sanadnya maka kita tidak
membahas mengenai kaifiyat (bagaimananya), karena Allah Maha Kuasa untuk memperlihatkan
kepada Nabi-Nya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam hal-hal yang tidak dapat
dibayangkan dan dicerna oleh akal fikiran.”

Allah ta’ala menceritakan bahwa sayap yang dimiliki malaikat memiliki jumlah bilangan yang
berbeda-beda. “Segala puji bagi Allah, Pencipta langit dan bumi, Yang menjadikan malaikat
sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap,
masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa
yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Faathir: 1)

Sifat malaikat yang lain adalah terkadang malaikat itu -dengan kekuasaan Allah- bisa berubah
bentuk menjadi manusia, sebagaimana yang terjadi pada Jibril saat Allah mengutusnya kepada
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk mengajarkan pada manusia apa itu Islam, Iman dan
Ihsan. Demikian juga dengan para malaikat yang diutus oleh Allah kepada Ibrahim dan Luth
‘alaihimassalaam, mereka semua datang dalam bentuk manusia. Para malaikat adalah hamba-
hamba Allah yang senantiasa mentaati apa yang diperintahkan oleh Allah dan tidak pernah
mendurhakai Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Keempat, mengimani dengan apa yang kita ketahui tentang pekerjaan-pekerjaan mereka

Kita mengimani dengan apa yang kita ketahui tentang pekerjaan-pekerjaan mereka yang mereka
tunaikan berdasarkan perintah Allah Ta’ala, seperti bertasbih (mensucikan Allah) dan beribadah
kepada-Nya tanpa kenal lelah dan tanpa pernah berhenti. Di antara para malaikat, ada yang
memiliki tugas khusus, misalnya:

1. Jibril ‘alaihissalaam yang ditugasi menyampaikan wahyu dari Allah kepada para Rasul-
Nya ‘alaihimussalaam.
2. Mikail yang ditugasi menurunkan hujan dan menyebarkannya.
3. Israfil yang ditugasi meniup sangkakala.
4. Malaikat Maut yang ditugasi mencabut nyawa. Dalam beberapa atsar ada disebutkan
bahwa malaikat maut bernama Izrail, namun atsar tersebut tidak shahih. Nama yang
benar adalah Malaikat Maut sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah ta’ala
yang artinya: “Katakanlah: Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa)mu
akan mematikan kamu.” (QS. As-Sajdah: 11)
5. Yang ditugasi menjaga amal perbuatan hamba dan mencatatnya, perbuatan yang baik
maupun yang buruk, mereka adalah para malaikat pencatat yang mulia. Adapun
penamaan malaikat Raqib dan ‘Atid juga tidak memiliki dasar dari Al-Qur’an dan As-
Sunnah. Maka kita menamakan malaikat sesuai dengan apa yang telah Allah namakan
bagi mereka.
6. Yang ditugasi menjaga hamba pada waktu bermukim atau bepergian, waktu tidur atau
ketika jaga dan pada semua keadaannya, mereka adalah Al-Mu’aqqibat.
7. Para malaikat penjaga surga. Ridwan merupakan pemimpin para malaikat di surga
(apabila hadits tentang hal itu memang sah, ed).
8. Sembilan belas malaikat yang merupakan pemimpin para malaikat penjaga neraka dan
pemukanya adalah malaikat Malik.
9. Para malaikat yang diserahi untuk mengatur janin di dalam rahim. Jika seorang hamba
telah sempurna empat bulan di dalam perut ibunya, maka Allah ta’ala mengutus seorang
malaikat kepadanya dan memerintahkannya untuk menulis rezekinya, ajalnya, amalnya
dan sengsara atau bahagianya.
10. Para malaikat yang diserahi untuk menanyai mayit ketika telah diletakkan di dalam
kuburnya. Ketika itu, dua malaikat mendatanginya untuk menanyakan kepadanya tentang
Rabb-nya, agamanya dan nabinya.
Kesalahan-Kesalahan

Terdapat kesalahan-kesalahan yang merusak keimanan kepada malaikat. Bahkan bisa jadi
kesalahan itu membawa kepada kekufuran – na’udzu billahi min dzalik -. Oleh karena itulah, kita
berlindung kepada Allah agar tidak terjatuh dalam kesalahan tersebut. Beberapa kesalahan yang
ada adalah:

1. Mengatakan bahwa malaikat adalah anak perempuan Allah. Sungguh inilah yang juga
dikatakan kaum musyrikin. Maha Suci Allah dari anggapan ini. Hal ini terdapat dalam
firman-Nya, yang artinya, “Dan mereka menetapkan bagi Allah anak-anak perempuan.
Maha Suci Allah, sedang untuk mereka sendiri apa yang mereka sukai.” (QS. An-Nahl
[16]: 57)
2. Beribadah kepada para malaikat. Padahal jika mereka mau merenungi ayat-ayat Al-
Qur’an, akan jelas ditemukan bahwa para malaikat itu sendiri hanya menyembah kepada
Allah semata. Walaupun mereka diberi berbagai kelebihan oleh Allah, mereka tetaplah
makhluk Allah ta’ala. Allah ta’ala berfirman, “Sesungguhnya malaikat-malaikat yang
ada di sisi Tuhanmu tidaklah merasa enggan menyembah Allah dan mereka
mentasbihkan-Nya dan hanya kepada-Nya-lah mereka bersujud.” (QS. Al A’raaf [7]:
206)
3. Menamakan para malaikat dengan nama-nama yang tidak ditetapkan oleh Allah ta’ala
dalam Al-Qur’an dan tidak disampaikan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam. Seperti misalnya menamakan malaikat maut dengan nama Izroil, malaikat
pencatat amal dengan Roqib dan ‘Atid.
4. Mengatakan bahwa malaikat-malaikat adalah pembantu Allah. Maha Suci Allah dari
perkataan seperti ini. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Dia-lah yang menciptakan
para malaikat tersebut. Dan segala makhluk yang diciptakan Allah adalah membutuhkan
Allah. Malaikat-malaikat tersebut pun melaksanakan tugas-tugasnya karena diperintah
oleh Allah dan diberi kemampuan untuk melaksanakannya. Kesalahan anggapan ini
adalah termasuk dari kesalahan pemahaman karena menyamakan Allah dengan mahluk,
dalam hal ini adalah menyamakan Allah dengan kondisi para raja yang membutuhkan
pembantu-pembantu untuk melaksanakan pekerjaannya. Dan ini termasuk dalam hakikat
kesyirikan. -na’udzubillah mindzalik-.

Buah Keimanan Kepada Malaikat

Beriman kepada para malaikat memiliki pengaruh yang agung dalam kehidupan setiap mukmin,
di antaranya dapat kita sebutkan:

1. Mengetahui keagungan, kekuatan serta kesempurnaan kekuasaan-Nya. Sebab keagungan


(sesuatu) yang diciptakan (makhluk) menunjukkan keagungan yang menciptakan (al-
Khaliq). Dengan demikian akan menambah pengagungan dan pemuliaan seorang
mukmin kepada Allah, di mana Allah menciptakan para malaikat dari cahaya dan
diberiNya sayap-sayap.
2. Senantiasa istiqomah (meneguhkan pendirian) dalam menaati Allah ta’ala. Karena
barangsiapa beriman bahwa para malaikat itu mencatat semua amal perbuatannya, maka
ini menjadikannya semakin takut kepada Allah, sehingga ia tidak akan berbuat maksiat
kepada-Nya, baik secara terang-terangan maupun secara sembunyi-sembunyi.
3. Bersabar dalam menaati Allah serta merasakan ketenangan dan kedamaian. Karena
sebagai seorang mukmin ia yakin bahwa bersamanya dalam alam yang luas ini ada ribuan
malaikat yang menaati Allah dengan sebaik-baiknya dan sesempurna-sempurnanya.
4. Bersyukur kepada Allah atas perlindungan-Nya kepada anak Adam, dimana ia
menjadikan sebagian dari para malaikat sebagai penjaga mereka.
5. Waspada bahwa dunia ini adalah fana dan tidak kekal, yakni ketika ia ingat Malaikat
Maut yang suatu ketika akan diperintahkan untuk mencabut nyawanya. Karena itu, ia
akan semakin rajin mempersiapkan diri menghadapi hari Akhir dengan beriman dan
beramal shalih.

Demikianlah sedikit ilmu yang dapat kami sampaikan kepada saudariku. Semoga antunna
sekalian menemukan jawaban atas pertanyaan tentang malaikat yang selama ini mungkin
menjadi ganjalan dalam benak antunna. Semoga setelah membaca dan merenungkan tentang
hakikat malaikat, iman kita menjadi bertambah dan supaya lebih tertanam dalam hati kita, bahwa
manusia tidak akan dibiarkan saja tanpa pertanggungjawaban, karena ada malaikat yang selalu
mencatat amal perbuatan kita yang kelak kita akan ditanyai tentangnya… Wallahu a’lam.

Maraji’:

1. Pelajaran Tauhid untuk Tingkat Lanjutan. Darul Haq.


2. Syarah Ushul Atsalatsah. Syaikh Fauzan. (terjemahan)
3. Syarh Tsalatsatul Ushul. Syaikh Muhammad ibn Sholih Al ‘Utsaimin.
4. Penjelasan kitab Kasyfu Syubhat oleh Ustadz Marwan (catatan kajian)

You might also like