You are on page 1of 2

ALIRAN DAN TOKOH POST MODERNISME

(POSMO)

I. PENDAHULUAN

Fase awal munculnya teori/faham modernisme bermula dari perdebatan


terhadap teori humanisme. Teori atau gerakan pencerahan (Humanisme)
memandang bahwa manusia adalah pusat pada alam dimana manusia mempunyai
kemampuan mempelajari dan menguasai ilmu pengetahuan untuk menjelaskan
segala sesuatu dan fenomena-fenomena alam. Pengetahuan ini menjadikan
manusia dapat menaklukan dan menguasai alam bahkan manusia berubah menjadi
Tuhan atau tidak membutuhkan Tuhan lagi.. Kaum modernisme meyakini bahwa
ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi sumber kebahagiaan manusia dan
menjanjikan kehidupan dunia yang lebih baik. Namun ternyata teknologi yang
canggih dapat menimbulkan dampak negatif seperti peperangan, nukir atau efek
kimiawi yang dapat merusak lingkungan. Oleh karena itu faham modernisme tidak
lagi sejalan atau sesuai harapan dan berakhir dengan kehancuran manusia itu
sendiri.

Konsep post modernism (POSMO) pertama kali muncul di lingkungan gerakan


arsitektur. Jika arsitektur modern berorientasi pada fungsi struktur sedangkan
arsitektur POSMO berupaya menampilkan makna simbolik dari konstruksi dan
ruang. Logika ilmu modern masih dalam rangka bertujuan untuk mencari
kebenaran, membuktikan kebenaran dan mengkonfirmasikan kebenaran.
Sedangkan logika ilmu post modern bukan mencari atau membuktikan kebenaran
melainkan mencari makna perpektif dan problematis, oleh karena itu logika yang
digunakan adalah logika unstandard (Borghert 1996), logika discovery (Muhadjir,
1982) dan logika inquiry (Conrad, 1993).

Menurut Prof. Dr. H. Noeng Muhadjir dalam bukunya Metode Penelitian


Kualitatif (2000:236) bahwa benang merah pola fikir modern antara lain: yang
rasionalistik, yang fungsionalis, yang interpretif, dan yang teori kritis: yaitu
dominannya rasionalitas. Rasionalitas modernist yang mengejar grandtheory dan
jabarannya, ditolak oleh posmo. Posmo menggantinya dengan perbedaan
(differences), pertentangan (opposites), paradoks, dan penuh misteri (enigma).
Dalam pola pikir era modern, kontradiksi intern merupakan indikator lemahnya
suatu konsep atau teori. Dalam era posmo kontradiksi baik intern maupun ekstern
menjadi suatu pola fikir yang dapat diterima.

Pada era modern, baik positivist maupun postpositivist, para ahli terpusat
pada upaya membangun kebenaran dengan mencari tata hubungan rasional-logis,
baik secara linier pada positivist, maupun secara kreatif (divergen, lateral,
holographik, dan lain-lain) pada postpositivistik. Pada era Postmodern para ahli
tidak mencari hubungan rasional-integratif, melainkan menemukan secara kreatif
kekuatan momental dari berbagai sesuatu yang saling independen dan dapat
dimanfaatkan.

II. PEMBAHASAN

Jean-Francois Lyotard (1984) dikenal sebagai tokoh yang pertama kali


mengenalkan konsep Postmodernisme dalam filsafat. Menyaksikan penindasan
kolonial di Aljazair tempat dia bekerja sebagai guru filsafat, setelah kembali ke
Perancis dan meraih doktor 1971 di Universitas Sorbone dalam bahasa dia
bergabung pada gerakan Marxis. Kerangka pemikirannya menggabungkan antara
Marxis dan Psikoanalisis Freud. Pemikiran Postmodernnya berkembang setelah
melihat kenyataan sejarah hilangnya daya pikat seperti perjuangan sosialisme,
runtuhnya komunisme, melihat gagalnya modernitas, kejadian-kejadian
“Auschwitch” yang tak terfahami secara rasional, modernitas dalam kesatuan ideal
yang menjadi terpecah dan berlanjut 10 tahun setelah buku pertamanya tentang
Postmodernisme yang terbit 1986.

Posmo berupaya mempersentasikan yang tidak dapat dipersentasikan oleh


modernisme,. Hal ini dikarenakan logika modernisme masih terikat pada standard
logic, sedangkan posmo mengembangkan kemampuan kreatif membuat makna
baru, menggunakan unstandard logic. Pada dasarnya teori posmodernisme atau
dikenal dengan singkatan “POSMO” merupakan reaksi keras dan kritikan terhadap
dunia modern. Menurut pandangan post modernisme bahwa manusia modern
mengalami kehilangan identitas diri atau jati diri secara gradual seiring dengan
munculnya faham kapitalisme, dimana faham kapitalisme memandang manusia
sebagai barang yang bisa diperdagangkan dan nilainya ditentukan oleh seberapa
besar yang dapat dihasilkannya. Perilaku manusia modern ditentukan oleh gaya
hidup orang yang ada disekelilingnya bukan oleh dirinya sendiri. Individualitasnya
hilang, kepribadiannya juga lenyap. Dalam pandangan ini, individu mempunyai
peran yang pasif dalam menentukan perilakunya. Individu bertindak karena ada
kekuatan struktur sosial yang menekannya.

You might also like