You are on page 1of 4

PERAN GURU BAHASA INGGRIS DAN ORANG TUA BAGI

PEMBELAJAR BELIA

Gunawan Widiyanto
PPPPTK Bahasa Kemdiknas
The younger you are, the easier it seems to be to learn a language. [Fromkin
et al, 1990:369]
Latar
Kegiatan belajar dan mengajar bahasa Inggris dalam komunitas
persekolahan di negeri kita hampir senantiasa menjadi bahan perbincangan
dan kajian yang signifikan oleh para peminat pendidikan bahasa asing ini.
Salah satu kegiatan edukasional itu adalah pengajaran bahasa Inggris untuk
pemelajar belia (PBIPB), yang preferensi penginggrisannya secara lazim
adalah Teaching English for Young Learners (TEYL). Berkenaan dengan
perkara ini, sebagian ahli (pengajaran) bahasa menyokong pandangan
bahwa pemelajar usia belia lebih mudah mempelajari dan lebih cepat
memperoleh bahasa Inggris tanpa banyak kesulitan. Secara neurologis, hal
ini juga bisa bermakna bahwa pemelajar usia belia, yang merentang dari
usia 6 hingga 10 tahun, memiliki daya pikir atau otak yang masih fleksibel
dan elastis. Dengan demikian, penyerapan bahasanya menjadi lebih lancar
dan mudah karena daya serap pemelajar seusia itu berfungsi secara
otomatis. Namun, ada faktor dan pemangku kepentingan (stakeholder) lain
yang memengaruhi kelebihlancaran dan kelebihmudahan pemelajar belia
untuk memperoleh bahasa Inggrisnya, yakni materi ajar, orang tua, dan
guru. Secara strategis, guru sungguh memainkan peran penting dalam
mengajarkan bahasa Inggris kepada pemelajar belia. Pertanyaannya,
bagaimana sepatutnya guru memainkan peran itu? Bagaimana pula orang
tua mengambil langkah dalam hal ini? Tulisan ini menjawab kedua
pertanyaan itu sekaligus merefleksikan pengalaman yang hendak penulis
kongsi (share) dengan pembaca, peminat atau praktisi PBIPB.

Peran Guru Bahasa Inggris


Pada dasarnya dapat dikatakan bahwa kegiatan mengajar bahasa Inggris
kepada pemelajar belia bukanlah perkara yang gampang. Dinyatakan
demikian karena seorang pemelajar belia tidak pernah merasakan perlu dan
pentingnya bahasa itu. Untuk itu, peran berikut ini kiranya bisa dimainkan
oleh guru.

1. Kegemaran Mengajar
Bagi seorang guru bahasa Inggris untuk pemelajar belia, memiliki kecintaan
kepada bahasa Inggris, kegemaran dan ketertarikan mengajar bahasa, dan
kesenangan terhadap dunia kebeliaan adalah perkara yang tidak bisa
dinihilkan. Ketiganya menjadi prasyarat psikologis baginya. Dinyatakan
demikian karena dalam hal ini guru tidak hanya mengajar, tetapi juga
mengurus dan mengasuh pemelajar belia. Singkatnya, ia mesti menjadi
pecinta bahasa Inggris, penggemar pengajaran bahasa, dan pehobi dunia
kebeliaan.

2. Personalitas
Secara personal, guru sepatutnya memiliki kepribadian yang menyenangkan
(lovely personality), minda yang berdaya cipta (creative mind), daya ingat
yang kuat, perilaku kebapakan atau keibuan, dan rasa tanggung jawab dan
tugas. Sering bermurah senyum sepanjang masa, kaya dengan cerita
pendek, lelucon, dan teka-teki pada dirinya, dan memperlakukan pemelajar
sebaik memperlakukan anaknya sendiri merupakan cara terbaik. Dengan
demikian, pemelajar merasa dikasihsayangi.

3. Kedayakhayalan, Kedayaciptaan, dan Kedayatemuan


Ada baiknya guru menjadi sosok yang berdaya khayal (imaginative) dan
berdaya cipta (creative) dengan cara memainkan berbagai peran tatkala
mengajar. Sekadar contoh, ia bisa memperkenalkan permainan (game)
tatkala masuk ke ruang kelas dan menyapa “Hello boys”, “Stand up”. I am
standing up. How are you learners? “Fine, thank you.” Teacher “thank you,
sit down”. Semua ini bisa menarik pemelajar, yang bisa mereka tiru dan
lakukan sebagaimana gurunya. Selanjutnya, guru bisa memilih salah satu
pemelajar untuk memraktikkannya, dengan menyuruhnya keluar dari ruang
kelas, kemudian mengijinkannya masuk kembali dengan menyapa teman-
temannya. Pemelajar lainnya akan merasa ingin sekali mencoba dan
melakukannya. Seorang guru yang berdaya cipta tentu bisa menggunakan
apa pun di sekitarnya di dalam kelas tatkala mengajar. Guru juga perlu
berdaya temu (innovative) supaya ia bisa menciptakan situasi yang alami,
yang pemelajar bisa merespon dengan mudah dan sederhana. Perkara ini
mempraanggapkan bahwa guru semestinya memiliki daya ingat yang baik
sehingga ia bisa mengingat kembali situasi serupa dengan mudah.

4. Model Peran
Guru menjadikan dirinya sebagai model peran bagi pemelajar, karena
penggunaan bahasanya akan ditiru oleh pemelajar. Untuk itu, peniruan
(imitations) dan ujaran (utterances) pola-pola kebahasaan bisa membuat
pemelajar merasa berhasil dan percaya diri. Bagaimanapun, pemelajar belia
adalah yang terbaik dalam hal meniru (best imitator).

5. Dramatisasi
Sebagian praktisi PBIPB berpandangan bahwa pemelajar belia memperlajari
bahasanya secara kooperatif dan kolaboratif dengan teman sejawatnya.
Untuk itu, kiranya guru bisa menggunakan permainan sosio-dramatis
sebagai teknik pengajarannya. Melalui kegiatan permainan (games) dan
pendramatisasian situasi, guru bisa memberi kesempatan kepada pemelajar
untuk menggunakan bahasa secara fasih tanpa merasa frustasi.

6. Motivasi
Slogan yang sepatutnya dimiliki oleh guru untuk pemelajar adalah “Besarkan
hatinya dan berikan pujian padanya.” Tujuan akhir sepanjang
pemelajarannya adalah menjaga supaya pemelajar senantiasa memiliki
motivasi yang tinggi. Secara teknis sebagai gambaran konkret, guru bisa
menggunakan cerita atau kisah dalam pengajarannya. Buku seperti A Story
A Day kiranya dapat digunakan sebagai salah satu acuan, dengan adaptasi
secara kontekstual.

7. Pelatihan Bahasa Inggris


Guru pun perlu mengikuti pelatihan mengajar bahasa Inggris untuk
pemelajar belia. Dunia kebeliaan adalah dunia yang unik. Usia belia
bukanlah usia yang kita praanggapkan setakat ini bahwa ia mencakupi
pemelajar yang datang ke ruang kelas dengan tangan dan minda yang
kosong (empty vessel) sehingga ia perlu diisi oleh guru. Untuk itu, diperlukan
ancangan dan teknik pengajaran yang sesuai dengan usia itu. Selain metode
pengajaran, minimal, dari pelatihan itu diperoleh gambaran global tentang
PBIPB, pengetahuan deskriptif tentang dunia kebeliaan, karakteristik
pemelajar belia secara generik, dan strategi mengidentifikasi karakteristik
itu, yang mencakupi seperti apa mereka, apa yang mereka suka, dan apa
yang membedakannya dari pemelajar dewasa. Karakteristik yang lengket
pada pemelajar belia itu misalnya adalah bahwa pemelajar belia sudah
memiliki seperangkat naluri, kemahiran, dan karakteristik yang akan
membantunya belajar bahasa Inggris, seperti kesiapsediaan daya khayal
yang ia miliki, kegembiraannya menemukan dan menciptakan sesuatu yang
lucu, kesangatmahirannya memakai keterbatasan bahasa yang ia miliki
secara kreatif, bagusnya daya tafsir terhadap makna tanpa perlu memahami
kata demi kata. Dan, yang lebih penting, pemelajar belia merasa senang
sekali berbicara (delight in talking). Dengan latar pengetahuan yang
diperoleh dari pelatihan itu, paling tidak guru bisa memikirkan ancangan
strategis untuk memintarkan pemelajar belia (di bawah asuhannya).

Peran Orang Tua


Bahasa Inggris yang diajarkan di dalam kelas relatif dikatakan belum
mencukupi kebutuhan pemelajar belia untuk menjadikannya penutur yang
kompeten di dunia nyata. Untuk itu, penggunaan bahasa Inggris di luar
kelas, dalam hal ini dalam ranah keluarga, menjadi sebuah keniscayaan.
Dalam konteks inilah, peran orang tua begitu penting untuk dimainkan. Hal
ini bermakna bahwa sokongan yang diberikan dan masa yang diluangkan
orang tua di rumah cukup membantu memintarkan anaknya sebagai
pemelajar belia. Sokongan itu dapat berupa fasilitas bahan cetak dan
elektronik. Sebagai contoh, buku seperti Barney and BJ beserta semua varian
aktivitasnya (Going to the Fair, Going to the Dentist, Going to the Library,
Going to the Police Station, Going to the Doctor, Going to the Fire Station,
Going to the Farm, Going to the Zoo, Going to the Pet Shop, Going to the
Grocery Store, Going to School) kiranya dapat digunakan. Sementara itu,
untuk media elektronik, orang tua bisa mendedahkan (expose) anaknya
pada televisi. Dengan demikian, anak akan lebih mudah memperoleh bahasa
Inggrisnya manakala ia lebih banyak terdedah pada bahasa di rumah dan
kebiasaan memakainya.
Selain itu, orang tua bisa mengajari anaknya di rumah dengan
memberikan kosa kata keseharian dan lazim, yang begitu dekat dengan
mereka. Sekadar contoh sebagai gambaran konkret, orang tua bisa
mengajak anaknya berbicara, menirukan, dan menjelaskan perihal
ungkapan-ungkapan sederhana bahasa Inggris dalam konteks
keindonesiaan, seperti What is your name?, How old are you?, Where do you
live? Sementara itu, kosa kata yang berdimensi persekitaran rumah bisa juga
diajarkan secara prosesif dan kumulatif, misalnya door, window, wall,
lamp, desk, table.

Penutup
Pada dasarnya dapat dikatakan bahwa keberhasilan atau kegagalan guru
bahasa Inggris bagi pemelajar belia akan banyak bergantung pada strategi
bagaimana dia berusaha membuat bahasa Inggris menarik bagi pemelajar.
Sudah semestinya ia mengadopsi dan mengadaptasi metode dan teknik
pengajaran yang mutakhir dan modern yang bisa menarik perhatian
pemelajar dan memberi elan (spirit) kepada pemelajar belia untuk
menggunakan bahasa Inggris dalam aneka situasi. Peran orang tua pun tidak
bisa dinafikan. Singkat kata, peran guru dan orang tua begitu saling mengisi
demi keberhasilan pemelajar belia memperoleh bahasa Inggrisnya.
Gambaran mudahnya, guru menjadi orang tua pertama di kelas dan orang
tua menjadi guru kedua di rumah.
Sebagai penutup, masih tersisa isu dan perkara pelik tentang PBIPB
yang bisa diangkat dan dibincangkan. Bagaimana guru menyikapi, baik
secara pedagogis maupun metodologis, pemelajar belia dengan
heterogenitas usia? Pemelajar belia yang berusia 6 tahun tentu berbeda
dengan yang berusia 9 tahun, bukan? Bagaimana pula konteks memainkan
peran? Boleh jadi, karakteristik pemelajar belia yang terbentang dalam
tulisan ini sungguh berbeda dengan karakteristik pemelajar belia yang Anda
jumpai.

You might also like