You are on page 1of 14

BAB VI

DASAR METALOGRAFI DENGAN FASA BINER

A. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)


Setelah mengikuti mata kuliah ini dan menyelesaikan tugas,
mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan prinsip dasar diagram fasa
sebagai dasar metalografi.
Untuk mencapai Tujuan Instruksional Khusus (TIK) tersebut maka penulisan
berikut disajikan hal-hal yang ingin dicapai dengan terlebih dahulu
menjelaskan pengertian diagram fasa dan penjelasannya, aturan diagram
fasa dan secara khusus penjelasan diagram dua fasa.

B. PENDAHULUAN
Struktur dan sifat bahan sangat berubah apabila dipadu dengan unsur
lain. Kelakuan bahan seperti ini dapat dilihat juga pada bahan cair,gas, tetapi
yang sangat mencolok terdapat pada bahan padat.
Kalau bahan (komponen A) menjadi sistem dua komponen dengan
menambahkan komponen B, fas baru tidak terbentuk apabila komponen B
larut dalam keadaan padat dalam komponen A. Tetapi apabila komponen B
dipadukan melebihi kelarutan maksimumnya maka terjadi campuran larutan
padat jenuh dan berlebihan fasa B. Kadang-kadang A dan B bereaksi satu
sama lain membentuk fasa lain. Sifat bahan akan berubah yang disebabkan
oleh perbandingan campuran dan kondisi campuran fasa yang ada.
Hubungan antara jumlah setiap komponen dan fasa yang terjadi dapat dilihat
dari diagram fasa yang dapat memberikan informasi mengenai sifat bahan.
Hal ini sangat diperlukan dalam melakukan uji metalografi untuk mengetahui
stuktur mikro dan sifat mekanis bahan sebagai salah satu tahap dalam
finishing product .
C. POKOK MATERI
6.1 Diagram Fasa
Diagram fasa biasanya digunakan sebagai peta yang menunjukkan
fasa yang ada pada suhu tertentu atau komposisi paduan pada keadaan
kesetimbangan, yaitu bila semua reaksi yang mungkin terjadi telah selesai.
Berikut adalah contoh diagram fasa.

Gambar 6.1 Diagram Pb - Sn


Sebagai contoh, pada 50% timah putih dan 100°C, diagram fasa
menunjukkan bahwa terdapat dua fasa padat : α larutan padat yang kaya
timah hitam dengan sedikit timah putih yang larut, β yang hampir seluruhnya
terdiri dari timah putih dengan sedikit timah hitam. Pada 200°C, paduan 10%
Sn dan 9O% Pb terdapat didaerah yang seluruhnya terdiri dari fasa α yang
merupakan larutan padat dari timah hitam dengan sedikit timah putih. Pada
suhu yang sama tetapi dengan komposisi 30% Sn dan 70% Pb, diagram fasa
menunjukkan bahwa ada campuran dari dua fasa : cairan dan larutan padat α.
Bila paduan (α) inidipanaskan sampai 300°C, keseluruhannya akan mencair.
Daerah fasa dalam diagram keseimbangan dengan sendirinya
tergantung pada sistem paduannya. Bila tembaga dan nikel dicampurkan,
bentuk diagram fasanya seperti gambar dibawah ini. Diagram fasa ini
sederhana karena hanya ada dua fasa.
Gambar 6.2. Diagram fasa Cn – Ni
( semua larutan padat terdiri dari satu fasa. Fasa ini kps )
Bagian bawah dari diagram, semua paduan membentuk satu larutan
padat jadi terdari satu struktur kristal. Baik nikel maupun tembaga mempunyai
struktur kubik pemusatan sisi. Karena ukuran kedua atom itu hampir sama
atom nikel dan tembaga dapat saling menggantikan dalam kristal dengan
segala perbandingan pada 1000°C. Bila paduan yang mengandung 60% Cn
dan 40%Ni dipanaskan, fasa padat tetap ada sampai 1235°C. Diatas suhu ini
sampai 1275°C terdapat larutan padat dan cairan. Diatas 1275°C hanya
terdapat fasa cair.
Pada suhu diatas likuidus semua komposisi berbentuk cairan dan pada suhu
dibawah solidus semua komposisi berbentuk padat. Setiap diagram fasa
dengan dua atau lebih komponen mempunyai likuidus dan solidus dengan
jangkau pembekuan diantaranya. Untuk komponen logam atau bukan logam,
terdapat titik-titik tertentu pada diagram fasa dimana likuidus dan solidus
saling berpotongan. Untuk komponen murni, titik ini terdapat pada sisi
diagram. Bila dipanaskan, bahan yang murni akan tetap padat sampai titik
cair dan kemudian berubah seluruhnya menjadi cairan, baru setelah itu suhu
akan meningkat lagi.
Solidus dan likuidus juga berpotongan pada tittik eutektik. Pada
gambar 6.1 patri cair yang terdiri dari 61,9 % Sn dan 38.1% Pb berbentuk
padat dibawah suhu eutektik dan cair seluruhnya diatasnya. Pada suhu
eutektik ada tiga fasa berdampingan [ (α+ cairan +β) dalam sistem Pb-Sn].
Garis datar dalam diagram fasa pada suhu konstan (isoterm)
merupakan cara yang mudah untuk membagi daerah dengan satu dan dua
fasa bergantian. Pada gambar dibawah ini terdapat diagram SiO 2 – Al2O3 .
SiO2 murni (atau kristobalit) mempunyai satu fasa. Al 2O3 dalam jumlah
terbatas sekali dapat membentuk larutan padat. Oleh karena itu terjadi fasa
kedua (cairan) dengan bertambahnya Al 2O3. Daerah dua fasa ini
mengandung kristobalit dan cairan. Antara 4% Al 2O3 (96%SiO2) dan 8%
Al2O3(92% SiO2) cairan dapat melarutkan semua SiO2 dan Al2O3 sehingga
hanya ada satu fasa. Diatas 8% Al2O3 (< 92% SiO2), batas daya larut Al2O3
dilampaui, sehingga terjadi pengendapan mullit padat. Kedua fasa, cairan dan
mullit saling berdampingan.
Jangkauan larutan padat mullit adalah 71% Al 2O3 (29% SiO2) sampai 75%
Al2O3 (25% SiO2). Hanya satu fasa stabil didaerah ini karena dapat
menampung SiO2 dan Al2O3 yang ada. Menyusul daerah dua fasa mullit dan
korundum (Al2O3) dan berakhir pada sisi kanan diagram fasa. Bila hanya
mengandung Al2O3, fasa tunggal ini disebut korundum.

Gambar 6.3 Diagram SiO2 - Al2O3


Contoh : Kombinasi 90% SiO2 – 10% Al2O3 dicairkan pada suhu 1800 °C
kemudian didinginkan secara perlahan-lahan sampai 1400 °C. Fasa apa yang
terjadi pada proses pendinginan!
Penyelesaian :
(Lihat gambar 6.3)
1800 °C sampai 1700 °C cairan saja
1700 °C sampai 1587 °C cairan + mullit (Al6 Si2O13)
1587 °C sampai 1470 °C mullit +kristobalit (SiO2)
<1470 °C sampai 1700 °C mullit + tridimit (SiO2)
Catatan : pada suhu 1587 °C seharusnya terdapat tiga fasa cairan, mullit,
kristobalit ketika bahan berubah dari (cairan + mullit) ke (kristobalit + mullit).
Pada 1470 °C juga terdapat tiga fasa.

6.2 Komposisi Fasa


Selain berguna sebagai peta, diagram fasa juga memberikan
komposisi kimia fasa yang terdapat pada keadaan seimbang setelah semua
reaksi-reaksi berakhir. Informasi ini merupakan data yang sangat berguna
bagi ilmuwan maupun ahli teknik yang bertugas dalam pengembangan
bahan, pemilihan dan pemakaiannya pada suatu desain produk. Kita akan
membahas secara khusus diagram fasa dua komponen.

6.2.1 Daerah fasa Tunggal


Penentuan komposisi kimia fasa tunggal sangat sederhana.
Komposisinya sama dengan paduan. (lihat gambar)

Gambar 6.4 Komposisi fasa (paduan Pb – Sn )


Berdasarkan gamabr 6.4 Cairan berada pada paduan 60 Sn – 40 Pb pada
225 °C. Jadi cairan itu pasti mempunyai komposisi 60 – 40.

6.2.2 Daerah dua fasa


Penentuan komposisi kimia dari dua fasa dapat ditentukan dengan
mudah. Komposisi dari kedua fasa terdapat pada kedua ujung garis isoterm
yang melintasi daerah fasa dua.
Contoh lihat gambar 6.4
Ambil timah patri 80 Pb – 20 Sn pada 150 °C. Dari gambar diketahui bahwa α
mempunyai komposisi kimia 10% timah putih (dan 90% timah hitam).
Komposisi β hampir 100% timah putih.
Dasar dari prosedur penentuan diatas adalah kenyataan bahwa batas daya
larut timah putih dalam α pada 150°C besarnya 10%. Paduan kita melampaui
batas tersebut karena jumlah timah putih 20%. Oleh karena itu α jenuh
dengan timah putih dan kelebihan timah putih terdapat dalam β. Sebaliknya
batas daya larut timah hitam dalam β < 1 %, oleh karena itu hampir seluruh
timah hitam berada dalam fasa α.

6.2.2.1. Diagram Fasa Dasar dari Sistem Dua Komponen


1. Larut sempurna dalam keadaan cair dan membentuk eutektik dengan
kelarutan terbatas.
Sistem paduan timah – timbal (gambar 6.4) adalah satu contoh dua
komponen yang larut dalam keadaan cair dan masing-masing mempunyai
kelarutan padat terbatas dan membentuk eutektik.
2. Larut sempurna dalam keadaan cair dan membentuk eutektik dengan
komponen murni.
Pada gambar berikut A dan B mempunyai kelarutan padat terbatas satu
terhadap yang lain. Tetapi apabila kelarutan padat tersebut menjadi sangat
kecil, daerah fasa α dan fasa β menjadi sangat sempit dan garis padat
berimpit dengan sumbu temperatur
A B
Gambar 6.5 A. Diagram Fasa : larut dalam keadaan cair pada setiap
komposisi dan eutektik dengan komponen murni
B. Diagram Fasa : larut dalam keadaan cair pada setiap
komposisi dan eutektik dengan komponen murni,dengan
trransformasi alotropik

3. Larut sempurna dalam keadaan cair dan dalam keadaan padat.


A dan B larut sempurna dalam keadaan cair dan padat untuk setiap
komposisi

Gambar 6.6 Diagram Fasa Larut sempurna dalam keadaan cair dan
dalamkeadaan padat di setiap komposisi

4. Larut sempurna dalam keadaan cair dan mempunyai senyawa dengan


titik maksimum.
Kalau terdapat senyawa AmBn antara A dan B pada komposisi tertentu,
maka sistem paduan dapat merupakan kombinasi antara A dan A mBn dan
antara B dengan AmBn. Gambar 6.7 menunjukkan kombinasi dari dua sistem
reaksi eutektik, yaitu cairan e1 = fasa padat A + fasa A mBn dan cairan e2 = fasa
AmBn + fasa padat B
Gambar 6.7 Diagram Fasa
Keadaan cair disetiap komposisi dan senyawa dengan titik maksimum

5. Larut sempurna dalam keadaan cair dan mempunyai senyawa dengan


titik peritektik.
Pada pemanasan kalau senyawa A mBn terurai pada temperatur dibawah
titik cair, diagram fasanya seperti dibawah ini. Dalam gambar tersebut kalau
cairan antara c dan d didinginkan, komposisi dari fasa cair mendekati c
sepanjang garis cair dengan mengkristalkan B(yang disebut kristal primer),
setelah sampai pada garis cair cb. Kalau mencapai temperatur pada cpd,
terjadi reaksi peritektik :
Cairan c + kristal primer B(d)→ Senyawa AmBn

Gambar 6.8 Diagram Fasa larut dalam keadaan cair di setiap komposisi dan
senyawa dengan titik peritektik
6. Larut sempurna dalam keadaan cair dan mempunyai peritektik dengan
kelarutan terbatas.
Apabila larutan padat terbentuk sebagai ganti senyawa oleh reaksi
peritektik, pada temperatur cpd reaksi terjadi sebagai berikut :
Kristal Primer β(d) + cairan c → larutan padat α (p)

Gambar 6.9 Diagram Fasa larut dalam keadaan padat disetiap komposisi
dan peritektik dengan kelarutan padat terbatas

7. Pemisahan dua fasa cairan.


Kebanyakan sistem dua komponen larut sempurna dalam keadaan cair
tetapi apabila fasa cair tidak larut, terpisah seperti air dan eter, diagram
fasanya seperti gambar dibawah ini

Gambar 6.10 Diagram Fasa pemisahan dua fasa cairan


6.3 Kuantitatif Fasa
Selain menentikan komposisi, fasa yang seimbang diagram fasa juga
dapat menentukan berat kedua fasa kalau komposisi asal ditentukan.
(lihat gambar)

Gambar 6.11
Pengkristalan larutan padat oleh pendingin
Gambar merupakan bagian dari diagram Pb – Sn yang mengalami
pengkristalan oleh pendingin. Gambar menyatakan sistem dua fasa dengan
komponen total b% B berada dalam kesetimbangan pada temperatur t 1
dimana larutan padat α dengan komposisi b 1% B dan cairan dengan
komposisi b2% B berada bersama. Umpamakan jumlah berat 100 gr. Dari
jumlah itu x gr adalah larutan padat α, berat dari cairan adalah (100 – x) gr,
dan dari hubungan antara bahan yang ada dalam kesetimbangan
persamaannya :
b b b2
100 x = x 1 + (100 – x)
100 100 100
b
100 x = Volume B
100
b1
x = Volume B dalam larutan padat α
100
b2
(100 – x) = Volume B dalam cairan
100
Dari persamaan diatas :
100b = b1x + 100b2 – b2x
100(b2  b)
x =
b2  b1
Demikian juga :
100(b2  b )
x berat b2  b1 b b QQ
   2 1  2
100  x beratcairan 100(b2  b ) b  b1 QQ1
100 
b2  b1
Ini merupakan hubungan seperti halnya pada tuas pengungkit atau
timbangan dimana Q sebagai tumpuan. Panjang lengan QQ 1 dikalikan
dengan berat α, sama dengan Q 2Q dikalikan dengan berat cairan, hubungan
ini dinamakan hubungan tuas QQ1 dan Q2Q dapat dibaca dari sumbu
komposisi. Kalau Q ada ditengah antara Q 1 dan Q2, larutan padat α adalah
50% demikian juga cairan yang ada 50%. Kalau Q sama dengan Q 1 tidak ada
cairan dan kalau Q sama dengan Q2 tidak ada larutan padat α.

6.4 Fasa Metastabil, Keseimbangan Metastabil


Diagram fasa menunjukkan hubungan fasa yang ada dalam keadaan
kestabilan yang mantap. Kalau ada sesuatu yang berubah, mungkin ada fasa
lain yang timbul pada keadaan akhir selain dari yang ditunjukkan pada
keadaan keseimbangan diagram fasa. Kalau memang terjadi perlu diketahui
perubahan tersebut.
Apabila air murni didinginkan, air akan mengristal menjadi es pada
0°C. Tetapi seperti telah diketahui apabila air didinginkan lanjut di bawah,0°C
dapat terjadi keadaan tidak membeku. Dengan pendinginan lebih lanjut atau
memberikan stimulasi pada air dingin lanjut tersebut pembekuan dapat terjadi
tiba-tiba. Keadaan serupa dapat terjadi terhadap transformasi fasa banyak.
Fasa yang belum sempurna stabil dinamakan fasa metastabil.
Seperti halnya air dingin lanjut, fasa metastabil dapat dilihat pada silika
sebagai satu macam keramik yang penting. Pada Gambar dibawah ini
ditunjukkan bahwa dalarn keadaan padat ada transformasi altropi yaitu
kuarsa, tridimit, kristabolit, dst, perubahan yang saling tergantung juga
menunjukkan fasa metastabil. Keseimbangan metastabil ditunjukkan oleh
garis putus pada gambar tersebut.
Pembekuan dari cairan dan juga perubahan fasa padat, merupakan
transformasi yang disebabkan oleh proses pengintian fasa baru dan proses
pertumbuhan, jadi antarmuka baru terbentuk antar fasa baru matriks. Karena
energi tertentu diperlukan untuk membentuk antar muka tersebut, diperlukan
pendinginan lanjut sampai sejauh tertentu agar terjadi pengintian.
Ada suatu aturan "apabila suatu sistim berubah, perubahan tidak
berubah langsung dari keadaan kurang stabil ke keadaan paling stabil, tetapi
bertahap,berubah pada keadaan metastabil dulu dan demikian berlanjut
akhirnya sampai ke keadaan yang paling stabil". Aturan ini tidak selalu
berlaku umum, tetapi sekurang-kurangnya mengatakan bahwa adanya
keadaan metastabil adalah sangat biasa.
Terutama dalam hal peribahan fasa padat, dimana fasa metastabil cukup
stabil pada temperatur biasa, maka transformasi ke fasa metastabil akan
sangat lambat.

Gambar 6.12 Diagram Fasa Silika

6.5. Diagram Fasa Fe – Fe3C


Diagram fasa ini menjadi landasan untuk laku-panas kebanyakan jenis
baja yang kita kenal. Dalam baja (mengandung kurang dari 1,2% carbon),
baja dapat mempunyai fasa tunggal pada proses penempaan atau
pengerjaan panas lainnya pada daerah sekitar 1100 – 1250 °C karena karbon
yang ada dapat larut didalamnya. Perhatian kita terutama ditujukan pada
bagian diagram antara 700 °C – 900 °C dan daerah karbon antara 0% - 1%.
Bagian inilah yang terpenting bagi ahli teknik karena mikrostruktur baja dapat
diatur dan disesuaikan dengan keinginan.
Gambar 6.13 Diagram Fasa Fe – Fe3C

D. SOAL LATIHAN
1. Jelaskan pengertian diagram fasa dalam hubungannya dengan
metalografi!
2. Baja eutektik ( ~ 0,8% karbon ) dipanaskan sampai suhu 800 °C
kemudian didinginkan secara perlahan-lahan sampai suhu eutektoid
(727 °C). Hitung jumlah karbida yang terbentuk dalam 100 gr baja!
Diketahui reaksi eutektoid untuk paduan Fe – C adalah :
 (0,77%C) 
0
 α
727 C
(0,02 %C) + Fe3C (6,7%)
DAFTAR PUSTAKA
 Van Vlack, Ny. Sriati Djaprie. (1986). Ilmu dan Teknologi Bahan ( Ilmu
Logam dan Bukan Logam ), Edisi Keempat, Penerbit Erlangga,
hal. 358-382.
 Ir. Tata Surdia, M.S. Met. E, Prof. Dr. Shinroku Saito. (1992).
Pengetahuan Bahan Teknik, Cetakan Kedua, PT Pradnya Paramita,
hal. 53-62.

You might also like