Professional Documents
Culture Documents
No: 10 G/HUM/2000
M A H K A M A H A G U N G
Penerima Pensiun.
Pada tingkat pertama dan terakhir telah mengambil putusan sebagai berikut dalam
gugatan antara:
MELAWAN
Merdeka Barat.
Menimbang, bahwa Penggugat Hak Uji Materil dalam surat gugatannya yang
berikut:
Bahwa, pada tahun 1963 telah dikeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1963-
a. Atas gaji pokok pegawai Negeri, tiap bulan diadakan potongan 10% untuk usaha
b. Potongan 10 % atas gaji pokok Pegawai Negeri tersebut pada ayat (1) digunakan
yang 7 % untuk Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri dan yang 3 % untuk Dana
Bahwa pada tahun 1963 itu juga telah dikeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 10
tahun 1963-LN tahun 1963 No. 15 tanggal 6 April 1963, tentang Tabungan dan
Asuransi Pegawai Negeri, dan pada tahun 1963 juga telah dikeluarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 11 tahun 1963-LN tahun 1963 No. 16 tanggal 6 April 1963, tentang
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 11 tahun 1963-LN tahun 1963 No. 16 berisi
ketentuan tentang Hak-hak Peserta Dana Kesejahteraan Pegawai Negeri, antara lain:
4) peserta bujangan kawin untuk pertama kali, sebesar 1 kali gaji pokok;
5. kesukaran-kesukaran lain, yang jenisnya dan besarnya bantuan akan diatur lebih
diatur lebih lanjut oleh Menteri yang diserahi Urusan Pegawai (Pasal 7 ayat (2)).
Bahwa, pada tahun 1974 Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1963, Peraturan
Pemerintah Nomor 10 tahun 1963, dan Peraturan Pemerintah Nomor 11 tahun 1963
Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1977 tanggal 1 Maret 1977, tentang Perubahan dan
tambahan atas Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 56 tahun 1974, yang
Pegawai Negeri dan Pejabat Negara dipungut iuran sebesar 10% dari penghasilan
perincian sebagai berikut (pasal 1), (Berdasarkan KEPRES RI No. 8 tahun 1977
1) 5 % dari pensiun pokok bagi para penerima pensiun yang dipensiunkan sebelum
1 januari 1977.
Januari 1977.
c. Iuran dana pensiunan yang dimaksud dalam pasal 1 ayat (1) huruf a, dikelola oleh
suatu badan hukum yang dibentuk oleh Pemerintah (Pasal 2 ayat (1))
Menunggu terbentuknya badan hukum yang dimaksud dalam ayat (1), iuran dana
pensiun tersebut disimpan pada Bank milik Pemerintah yang ditentukan Menteri
sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Presiden Nomor 230 Tahun 1968 Pasal 11
(Pasal 3).
e. Iuran tabungan hari tua dan perumahan yang dimaksud dalam pasal 1 ayat (1) huruf
c, dikelola oleh suatu badan hukum yang akan dibentuk oleh Pemerintah (Pasal 4
ayat (1)).
Menunggu terbentuknya badan hukum yang dimaksud dalam ayat (1), iuran
tabungan hari tua dan perumahan tersebut dikelola oleh Perusahaan Umum Negara
Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 1963-LN Tahun 1963 No. 21 (pasal 4 ayat
(2)).
1) bagi Pegawai Negeri Sipil Pusat, Pejabat Negara, dan penerima pensiun yang
2) bagi anggota Angkatan Bersenjata RI. Dan Pegawai Negeri Sipil dalam
3. bagi Pegawai Negeri Sipil Pusat Diperbantukan pada Daerah otonom dan
dan penyetoran iuran-iuran yang dimaksud dalam Pasal 1 KEPRES RI No. 56 tahun
1974 “Junto” KEPRES RI NO 8 tahun 1977, pada tahun 1983 telah mengeluarkan
a. Perum ASABRI ditunjuk sebagai badan pengelola Iuran Dana Pensiun anggota
pada pasal 1 Keputusan ini dipisahkan dari kekayaan Perum ASABRI (pasal 2).
c. Dana Pensiun tersebut pada pasal 2 Keputusan ini, disimpan di Bank Pemerintah
dana tersebut pada pasal 3 Keputusan ini ditentukan tersendiri (pasal 4).
Bahwa, pada tahun itu juga (tahun 1983) TERGUGAT II (Menteri Pertahanan
Oktober 1983, tentang pengelolaan Dana Pensiun, dan dengan lampirannya yaitu
a. Dana pensiun adalah dana yang berasal dari hasil pungutan iuran penghasilan setiap
bulan anggota ABRI dan PNS Dephankam, yang berdasarkan pasal 1 ayat (1)
dirubah menjadi sebesar 4,75 % dari penghasilan setiap bulan (pasal 1 ayat a.).
2) Dana pensiun yang dikelola Perum ASABRI dipisahkan dari kekayaan Perum
3) Setiap saat Menteri dapat menarik kembali dan atau memindahkan pengelolaan
IV.
2) Kecuali ditentukan lain oleh Menteri cq. Kasmin Hankam, penyaluran dana
secara berkala pada setiap bulan, berdasarkan Surat Keputusan Otorisasi yang
pemilikan rumah dari BTN bagi mereka tersebut pada pasal 7 (pasal 6).
2) Bantuan untuk mendapatkan kredit pemilikan rumah dari BTN diberikan dengan
a) Warakamuri/janda.
b) Purnawirawan/wredatama.
1) Memberikan Jaminan Hari Tua Bagi Pegawai Negeri pada saat mencapai batas
Usia Pensiun.
2) Sebagai Penghargaan atas Jasa dan Pengabdian para PNS kepada Bangsa dan
Negara.
1) Membayar Iuran Premi setiap bulan sebesar 4,75% dari penghasilannya setiap
bulan, kecuali :
- Veteran RI.
- PKRI/KNPI.
Suami, Anak) dan perubahan status keluarganya, serta keterangan lain yang
diperlukannya, bila :
1) Untuk pegawai negeri sipil sendiri : hak atas uang pensiun (pertama & bulanan)
yang besarnya ditetapkan minimal 40% dan maksimal 75% dari gaji pokok
terakhir.
A. gaji terusan selama 4 bulan berturut-turut yang akan dibayarkan oleh KPKN.
100.000.00 (Seratus ribu rupiah) untuk Pensiun sendiri dan Rp. 75.000.00
(tujuh Puluh Lima Ribu Rupiah) bila Janda/Dudanya meninggal dunia (PP 4
tahun 1982).
E. Asuransi kematian
Bahwa, para Pegawai Negeri Sipil dan ABRI (TNI & Polri) mendapat Pensiun, bukan
dari hasil iuran Dana Pensiun sebagaimana dipungut dari penghasilan setiap bulan
1977, tetapi berdasarkan Undang-undang Nomor 6 tahun 1966 untuk anggota ABRI,
dan berdasarkan Undang-undang Nomor 11 tahun 1969 untuk Pegawai Negeri Sipil,
1966 adalah jaminan sosial Pemerintah yang diberikan sebagai penghargaan kepada
Militer untuk masa kemudian sesudah ia diberhentikan dengan hormat dari dinas
Militer dan memenuhi syarat-syarat untuk menerima pensiun (pasal 1 ayat b BAB I
KETENTUAN UMUM).
11 tahun 1969-LN No. 42 Tahun 1969 TENTANG Pensiun Pegawai dan Pensiun
Janda/Duda Pegawai diberikan sebagai jaminan hari tua dan sebagai penghargaan
c. Sejak keluarnya Undang-undang Nomor 11 tahun 1956 (lembar Negara tahun 1956
Nomor 23), maka Pensiun Pegawai telah di biayai oleh Negara dan dibebankan atas
d. Iuran dana pensiun sebesar 4,75% yang di pungut dari penghasilan Pegawai Negeri
RI Nomor 8 tahun 1977 tidak untuk Program Pensiun, karena pensiun adalah
penghargaan timbul pertanyaan untuk apa, dan untuk siapa uang Iuran Dana Pensiun
Bahwa, iuran pemeliharaan kesehatan sebesar 2% yang dipungut dari penghasilan para
Pegawai Negeri dan ABRI (TNI & POLRI) berdasarkan KEPRES RI NO. 56 tahun
a. Para Pegawai Negeri Sipil berupa Kartu Askes sejak ia diangkat jadi Pegawai
kesehatan dimulai sejak dini, dan bisa digunakan sesuai aturan dari Askes.
b. Bagi para anggota ABRI dan PNS Dephankam baru mendapat kartu Askes setelah
dipensiun. Seyogyanya bagi anggota ABRI (TNI & Polri) dan PNS Dephankam
juga diperlakukan sama dengan Pegawai Negeri yaitu menerima kartu Askes sejak
diangkat menjadi anggota ABRI (TNI & Polri) dan PNS Dephankam, sehingga
Bahwa, Iuran Tabungan Hari Tua dan perumahan yang di pungut dari para Pegawai
Negeri sipil dan ABRI setiap bulan sebesar 3,25% dari penghasilannya berdasarkan
diterima oleh para Pegawai Negeri dan ABRI setelah dipensiunkan adalah sebagai
berikut:
1991 adalah lima puluh lima perseratus kali masa iuran (pasal 3 ayat a) dikalikan
a) dalam hal peserta meninggal dunia, adalah dua kali hasil penjumlahan satu
dan satu persepuluh kali B dibagi 12, dikalikan penghasilan sebulan (pasal 4
b) dalam hal isteri/suami peserta meninggal dunia, adalah satu setengah kali
hasil penjumlahan satu dan persepuluh kali C dibagi dua belas, dikalikan
penghasilan sebulan (pasal 4 ayat b), atau dengan rumus : 1,5 (1 + 0,1
C/12)P
b. Bagi anggota ABRI (TNI & Polri) dan PNS Dephankam berdasarkan Surat
Santunan Nilai Tunai asuransi dan Santunan Resiko Kematian terhitung mulai
1) Jumlah Santunan asuransi kepada para peserta ASABRI yang pensiun terhitung
mulai tanggal tersebut di atas dari 8 kali penghasilan terakhir atau gaji kotor
2) Jumlah santunan nilai tunai asuransi bagi peserta yang diberhentikan tanpa hak
dinas aktif terhitung mulai tanggal tersebut diatas, dihitung dengan rumus :
dengan pembayaran maksimum sebesar 8 kali gaji kotor kali koefisien sesuai
b) Pama/PNS Gol III sebesar 7,5 kali gaji kotor kali koefisien.
(Pasal 2).
c. Iuran Tabungan hari tua dan perumahan yang dipungut sebesar 3,25% dari
penghasilan Pegawai Negeri Sipil ABRI setiap bulan, yang dikelola oleh PT. Taspen
maupun ASABRI, dikelola dengan system Asuransi seperti iuran tabungan dan
Asuransi (Berdasarkan PP No. 9 tahun 1963 dan PP No. 10 tahun 1963) apakah
dibenarkan?
d. Catatan :
1) Santunan ASABRI tmt 1 Oktober 1994 dinaikan dari 8 kali gaji kotor kali
2) Santunan ASABRI tmt 1 Oktober 1995 dinaikan dari 9 kali gaji kotor kali
koefisien menjadi 12 kali gaji kotor kali koefisien (Skep Menhankam Nomor :
3) Santunan ASABRI tmt 1 Oktober 1995 dinaikan dari 12 kali gaji kotor kali
koefisien menjadi 13 kali gaji kotor kali koefisien (Skep Menhankam Nomor :
4) Santunan ASABRI tmt 1 Oktober 1999 dinaikan dari 13 kali gaji kotor kali
koefisien menjadi 14 kali gaji kotor kali koefisien (Skep Menhankam Nomor :
koefisien menjadi 18 kali gaji kotor kali koefisien (Skep Menhankam Nomor :
Bahwa, dari iuran sebesar 10% yang dipungut dari setiap Pegawai Negeri dan Pejabat
Negara (termasuk ABRI) setiap bulannya berdasarkan KEPPRES RI NO. 56 tahun 1974
“ Juncto” KEPPRES RI NO. 8 tahun 1977, yang belum/tidak diterima setelah selesai
Hasil pengelolaan iuran dana pensiun yang dipunggut sebesar 4,75% dari penghasilan
setiap bulan.
a. bagi Pegawai Negeri Sipil menurut penjelasan PT. Taspen, bahwa kewajiban calon
b. bagi anggota ABRI dan PNS Dephankam, bahwa iuran dana Pensiun yang
pengelolaan Dana Pensiun anggota ABRI dan PNS Dephankam, yang berisi antara
lain :
pemilik rumah dari BTN bagi mereka tersebut pada pasal 7 (pasal 6).
tersebut jelas bahwa Prajurit ABRI dan PNS Dephankam tidak/belum menerima
hasil pengelolaan iuran dana pensiun yang dikelola mereka yang mendapat
bantuan uang muka dari Perum ASABRI dia tidak mendapat santunan ASABRI,
kecuali jika Santunan Asuransi ABRI (ASABRI) lebih besar dari bantuan uang
pengelolaan iuran dana pensiun tersebut. Haruskah Prajurit dan PNS pasrah
menerima kadar, atau dianggap dapat musibah dari Tuhan Yang Maha Kuasa.
KESIMPULAN KAMI
bertentangan dengan :
a. Pensiun adalah penghargaan dari Negara dan/atau Pemerintah dan telah dibiayai
oleh Negara, serta dibebankan atas Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
b. Iuran Pensiun yang dipungut sebesar 4.75% dari penghasilan Pegawai Negeri
dana Pensiun.
Nomor 10 tahun 1963-LN tahun 1963 tentang Tabungan dan Asuransi Pegawai
Negeri, ---------- serta Peraturan Pemerintah Nomor 11 tahun 1963 – LN tahun 1963
2) Kesehatan khususnya bagi anggota ABRI, yang semula tanpa iuran, mulai
bukannya bertambah baik, tetapi makin buruk terbukti untuk tingkat YONIF
yang semula ada Top Dokter, setelah ada KEPRES tersebut Top Dokter
a) Isteri atau Suami meninggal, yang semula dapat bantuan sosial sebesar 3
b) Anak meninggal, yang semula dapat bantuan sosial sebesar 1 kali gaji
sebesar 1 kali gaji juga menjadi hapus atau tidak ada lagi.
Dana Pensiun.
Pengelolaan Dana Pensiun yang diatur dengan Keputusan dan Instruksi Menhankam ini,
tidak untuk Pensiun para anggota ABRI, tetapi hasil pengelolaan ini (Bunga Deposito
atau Giro) digunakan untuk bantuan kredit (Uang muka kredit) pemilikan rumah dari
BTN (bagi yang dapat kredit), sedangkan yang tidak mengambil kredit rumah dengan
menerima santunan ASABRI, sehingga jika ia bekerja pada ABRI 32 tahun, hanya
dapat :
a. Kartu ASKES ataupun untuk dapat kartu ASKES ini sangat dipersulit.
b. Uang santunan ASABRI sebesar 18 x gaji kotor x 0,6667 = 12 x gaji kotor atau
1200 % dari gaji kotor, padahal dipotong gajinya 32 x 12 bln x 8 % gaji kotor =
gaji kotor.
Seorang Tamtama atau Bintara, yang masuk ABRI pada usia tertua (22 tahun), ia
akan pensiun pada usia 48 tahun, berarti punya masa kerja 26 tahun maka ia
dipotong gaji untuk IPEN dan THT & P (8 % perbulan) sebesar = (48-22) x 12
gaji kotor.
1) Jika tidak mengambil KPR BTN dengan bantuan uang muka dari ASABRI,
membayar iuran sebesar 24,96 x gaji kotor, maka ia dirugikan sebesar = (24,96 –
2) Jika mengambil KPR BTN dengan bantuan uang muka dari ASABRI, maka ia
Bahwa uang Iuran Dana Pensiun yang dipungut setiap bulan dari anggota ABRI dan
sepenuhnya milik Dephankam, maka apa manfaatnya bagi anggota ABRI dan PNS
Dephankam.
ABRI dan PNS Dephankam, jika tidak bermanfaat bagi mereka sebaiknya
Untuk itu perlu KEPRES RI Nomor 56 tahun 1974 “Juncto” KEPRES RI Nomor 8
tahun 1977, ditinjau ulang, dikaji ulang sebaiknya dihapus saja, atau dicabut oleh
a. Bagaimana bagi anggota ABRI & PNS Dephankam/ABRI, yang tidak mengambil
TERGUGAT II ?
b. Mengapa, bagi mereka yang mengambil rumah KPR BTN harus kehilangan hak
c. Mengapa uang yang dipungut untuk iuran dana Pensiun, menjadi milik Dephankam,
apa dasar hukumnya dan apa pula yang menjadi dasar pemikiran TERGUGAT II,
sehingga timbul ide untuk memiliki uang dari potongan gaji untuk memiliki uang
SARAN
Pertama , adakan pengkajian, evaluasi dan penelitian akan manfaat KEPPRES RI yang
Ins/01/M/X/1983.
Ketiga, Jika ada pihak-pihak yang dirugikan, maka pihak yang merugikan harus
Kami, menyadari bahwa dalam Peraturan Mahkamah Agung RI. Nomor 1 tahun 1999
tanggal 20 Mei 1999 tentang Hak Uji Materiil, dalam pasal 2 ayat (4). Disebutkan
bahwa Gugatan diajukan dalam tenggang waktu 180 (seratus delapan puluh) hari sejak
tahun 1969)
b. Merugikan seluruh Pensiunan Pegawai Negeri dan ABRI termasuk karyawan (PNS)
Mahkamah Agung, serta Calon Pensiunan sebesar masa Iuran (dalam bulan)
dikalikan 4.75 % dari gaji kotor (gaji pokok ditambah tunjangan isteri dan ditambah
tunjangan anak).
c. Bahwa dengan berlakunya tenggang waktu 180 hari sejak berlakunya Peraturan
masyarakat mencari keadilan hanya memiliki batas waktu 180 hari untuk mengkaji
semua masyarakat mengetahui dan memahami isi dari suatu peraturan perundangan.
Dengan berlakunya ketentuan mengenai batas waktu tersebut, maka terkesan bahwa
Berdasarkan hal-hal yang telah PENGGUGAT uraikan diatas, maka kiranya Yth. Ketua
Mahkamah Agung Republik Indonesia berkenan untuk memeriksa dan menguji materi
bukti-bukti :
1983
Oktober 2000.
Bahwa Jawaban Tergugat atas gugatan Hak Uji Materiil terhadap Keppres Nomor
56 tahun 1974 jo Keppres Nomor 8 tahun 1977, masih dalam tenggang waktu yang
ditentukan dalam ketentuan pasal 3 ayat (4) Peraturan Mahkamah Agung Nomor : 1
tahun 1999 tentang Hak Uji Materiil dengan penjelasan sebagai berikut :
a. Bahwa surat pemberitahuan dan penyerahan surat gugatan Hak Uji Materiil dari
Mahkamah Agung baru diterima Biro Hukum Sekretariat Negara pada awal
2000;
2000;
d. Pada tanggal 8 Desember 2000 JPN baru menerima Surat Kuasa Khusus dari
Desember 2000 masih dalam tenggang waktu 14 hari seperti yang disyaratkan oleh
pasal 3 ayat (4) Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor : 1 tahun 1999 tentang Hak
Uji Materiil.
a. Pasal 2 ayat (4) Peraturan Mahkamah Agung R.I Nomor : 1 tahun 1999 tentang
“Gugatan diajukan dalam tenggang waktu 180 hari sejak berlakunya peraturan
b. Bahwa Keppres Nomor : 56 tahun 1974 berlaku sejak tanggal 1 Januari 1975
dan Keppres Nomor : 8 tahun 1977 berlaku sejak tanggal 1 April 1977;
c. Bahwa gugatan Penggugat baru diterima pada tanggal 27 September 2000 dan
diregister pada Direktorat Tata Usaha Negara tanggal 4 Oktober 2000 dengan
d. Bahwa apabila dihitung sejak berlakunya Keppres Nomor : 56 tahun 1974 dan
sebagaimana yang telah diatur dalam pasal 2 ayat 4 Peraturan Mahkamah Agung
e. Bahwa dalam gugatan halaman : 17. Penggugat juga sudah menyadari bahwa
gugatannya diajukan sudah lewat waktu 180 hari, namun Penggugat tetap
mengajukannya.
- Atas gaji pokok Pegawai Negeri tiap bulan diadaklan potongan 10% dari
Pegawai Negeri.
Pegawai Negeri, yang mulai berlaku pada tanggal 1 Juli 1961 disebutkan:
- Peserta membayar 7% dari gaji pokok yang dipotong setiap bulan dari
gaji melalui daftar gaji dan disetor pada Bank Koperasi, Tani dan
tahun 1963.
2. Pada tahun 1970 pungutan Iuran yang dipungut dari gaji pegawai negeri sipil
dan ABRI diatur dalam pasal 2 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor : 10 tahun
1970 tentang Pemberian Tunjangan Kerja bagi Pegawai Negeri dan pasal 2
dan Besarnya iuran-iuran yang dipungut dari Pegawai Negeri yang mulai
Dalam pasal 2 Keppres Nomor : 22 tahun 1970 antara lain ditegaskan sebagai
berikut:
dari gaji pegawai negeri dipungut iuran sebesar 6%, 22% dari penghasilan
b. Perincian penggunaan iuran termaksud ayat (1) pasal ini adalah sebagai
berikut:
peristiwa-peristiwa tertentu;
3. pada tahun 1974 ditetapkan Keputusan Presiden Nomor : 56 tahun 1974 tentang
iuran yang dipungut dari Pegawai Negeri, Pejabat Negara dan Penerima Pensiun
Dalam Keppres Nomor : 56 tahun 1974 menetapkan dari setiap Pegawai Negeri
dan Pejabat Negara dipungut iuran sebesar 10% dari penghasilan setiap bulan
Keppres Nomor : 56 tahun 1974 dan Keppres Nomor : 8 tahun 1977 adalah
sebagai berikut:
b. Bahwa Keppres Nomor : 56 tahun 1974 dan Keppres Nomor : 8 tahun 1977
Negeri ;
Pegawai;
tahun 1963 dan Peraturan Pemerintah Nomor : 10 tahun 1963, yaitu ketentuan-
ketentuan :
Kepegawaian;
: 21 Tahun 1952
Negeri Sipil.
mengatur tentang iuran pungutan pegawai negeri dan ABRI yang tidak dicabut
a. Bahwa besarnya pungutan iuran Pegawai Negeri dan ABRI yang diatur dalam
Keppres Nomor : 56 tahun 1974 jo. Keppres Nomor : 8 tahun 1977, sebesar 10
“……Karena pensiun bukan saja sebagai jaminan hari tua tetapi juga ada
menentukan bahwa :
b. Bahwa persentasi pungutan iuran pegawai negeri yang didasarkan pada Keppres
rincian pengunaannya lebih detil dari yang telah ditetapkan oleh Peraturan
sebagai berikut :
TENTANG HUKUMNYA
M E N G A D I L I
Menolak gugatan Hak Uji Materiil Penggugat : Brigjen (Purn) Agus Permana
tersebut untuk seluruhnya.
Menghukum Penggugat membayar biaya perkara sebesar Rp. 250.000 (dua ratus
lima puluh ribu rupiah)
Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Mahkamah Agung
pada hari: SENIN, TANGGAL 30 JUNI 2008 oleh Prof. DR.H. Ahmad Sukardja SH.
Hakim Agung yang di tetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung sebagai Ketua Majelis,
Widayatno Sastrohardjono, SH.MSc. dan H. Imam Soebechi, SH.MH Hakim-Hakim
Anggota, dan diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada hari itu juga oleh
Ketua Majelis tersebut, dengan dihadiri oleh Widayatno Sastrohardjono, SH.MSc dan
H. Imam Soebechi, SH.MH Hakim-Hakim Anggota tersebut, dan Benar Sihombing,
SH.MH. sebagai penitera pengganti dengan tidak dihadiri oleh kedua belah pihak.
Untuk Salinan
Mahkamah Agung
a.n. Panitera
Panitera Muda Tata Usaha Negara
A S H A D I, SH
NIP. 220.000.754