You are on page 1of 41

A.

Hukum Permintaan

Yang namanya pasar pasti ada permintaan dan penawaran. Kedua hal itu saling bertemu
pada sebuah pasar. Permintaan dilakukan oleh pembeli, penawaran dilakukan oleh
pedagang. Nah, kalian pasti sudah mengerti maksud kedua kata tersebut, sekarang apa
pengertian permintaan?

Permintaan adalah sejumlah barang atau jasa yang diminta atau dibeli oleh pembeli pada
tingkat harga tertentu. Dalam istilah ekonomi permintaan sering disebut dengan Demand
yang memiliki simbol huruf D. jika permintaan dalam sebuah pasar sudah terbentuk
maka tinggal menunggu reaksi dari penjual dalam menawarkan barang yang tersedia.
Terbentuklah sebuah harga dari transaksi yang dilakukan antara pembeli dan penjual.

Kalau kalian pernah ke pasar bersama ibu kalian untuk belanja sayuran atau ikan, disana
terjadi transaksi sayuran atau barang lainnya. Terjadi tawar-menawar harga sampai
barang yang diminta dan ditawarkan mencapai kesepakatan harga. Jika harga sudah
disepakati maka akan terjadi transaksi.

Antara permintaan dengan harga memiliki keterkaitan yang cukup erat, kedua hal itu
akan saling mempengaruhi. Harga bisa mempengaruhi sejumlah permintaan barang,
begitu pun sebaliknya permintaan barang akan mempengaruhi harga di pasar. Pengaruh
itu disebut dengan hukum permintaan. Hukum dalam konteks ini diartikan sebagai
hubungan sebab akibat.

Sebagai contoh, bila harga telur biasanya Rp. 5000 ¼ kg, tiba-tiba harganya naik menjadi
Rp 6000, sedangkan si pembeli membawa uang seperti biasanya, Rp 5000, maka
pembelian telur akan dikurangi karena uangnya tidak cukup. Beda lagi kalau harga telur
turun menjadi Rp 4000, pembeli akan menambah permintaan telur.

Begitu pula sebaliknya, pengaruh permintaan terhadap harga. Jika permintaan telur naik
di suatu pasar tertentu maka akan diikuti oleh kenaikan harga telur. Contoh pada waktu
hari raya kenaikan harga terjadi di banyak pasar karena permintaan barang terjadi
kenaikan.

Maka bunyi hukum permintaan adalah, “Apabila harga naik, jumlah barang yang diminta
menjadi sedikit, bila harga turun maka jumlah barang yang diminta meningkat.” Contoh
daftar permintaan telur yang dilakukan oleh bu Ratna.

No Harga telur per Kg Pembelian


1 Rp 10.500 140 kg
2 Rp 10.750 120 kg
3 Rp 11.000 100 kg
4 Rp 11.250 80 kg
5 Rp 11.500 60 kg
6 Rp 11.750 40 kg
7 Rp 12.000 20 kg
Dari daftar di atas dapat disimpulkan mengenai hukum permintaan, ketika harga
mengalami penurunan akan berpengaruh terhadap penurunan dalam pembelian telur.
Pada harga Rp 10.5000 telur yang diminta 140 kg, tapi ketika harga telur Rp 12.000 per
kg, telur yang diminta mengalami penurunan menjadi 20 kg.

Pada contoh di atas, ada pengaruh antara harga dengan jumlah permintaan barang oleh
pembeli, dan itulah yang disebut dengan hukum pada pembahasan ekonomi.

Pada hukum permintaan berlaku asumsi ceteris paribus. Artinya hukum permintaan
tersebut berlaku jika keadaan atau faktor-faktor selain harga tidak berubah atau dianggap
tetap.

Hukum permintaan tersebut berlaku bila faktor-faktor yang memiliki asumsi ceteris
paribus tidak berpengaruh terhadap harga dan permintaan barang. Jika mengalami
pengaruh atau berubah maka hukum permintaan tersebut berlaku sesuai tingkat
perubahan ceteris paribus.

Ada tiga jenis permintaan, yaitu permintaan absolut, permintaan potensial dan permintaan
efektif. Yang dimaksud permintaan absolut adalah permintaan yang harus dipenuhi tanpa
mempertimbangkan kemampuan atau daya beli. Misalkan beras merupakah permintaan
absolut karena mau tidak mau beras harus dibeli walaupun harganya selalu mengalami
kenaikan.

Jenis permintaan kedua yaitu permintaan potensial, yaitu permintaan barang yang disertai
kemampuan pembeli. Sedangkan permintaan efektif adalah permintaan barang dan jasa
yang benar-benar dilaksanakan karena ada kebutuhan dan keiinginan disertai dengan
kemampuan atau daya beli lalu dia melakukan transaksi dengan penjual.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi permintaan terhadap barang dan jasa, antara
lain:

1. Tingkat pendapatan

Pendapatan sangat mempengaruhi permintaan barang dan jasa yang diminta selain
tingkat harga yang terbentuk di pasar. Masyarakat yang memiliki gaji setiap bulannya
yang tinggi akan berbeda jenis dan jumlah barang yang dibeli atau diminta karena
gaji sangat mendukung barang-barang yang diinginkan sesuai dengan daya belinya.
Bandingkan dengan orang yang gajinya hanya cukup buat makan bahkan sering
kekurangan, mereka hanya mampu membeli barang sesuai kecukupan dengan uang
yang dimiliki.Beda lagi dengan orang yang bisa membeli barang yang banyak karena
kelebihan uang dari gaji atau pendapatannya.

Pada tingkat pendapatan masyarakat yang tinggi, permintaan barang dan jasa akan
mengalami peningkatan. Transaksi akan berjalan dengan lancar, distribusi ekonomi
lancar karena masyarakat mengalami kecukupan untuk membeli barang sesuai
permintaannya.
Sebaliknya pada tingkat pendapatan masyarakat yang rendah, permintaan barang dan
jasa akan mengalami penurunan. Distribusi ekonomi akan tersendat, bila pendapatan
terus menurun pasar bisa lesu karena kekurangan pembeli. Bahkan masyarakat yang
biasanya membeli barang sesuai ketersediaan uangnya, akan mengurangi pembelian
bila harganya meningkat.

Namun akan berbalik bila kenaikan harga diikuti oleh peningkatan pendapatan
seseorang dan masuarakat. Misalkan dalam contoh pembelian telur oleh Ratna tidak
akan mengalami hal seperti tabel di atas bila pendatan Ratna mengalami kenaikan. Di
bawah ini diberikan contoh pembelian telur Ratna ketika pendapatan Ratna berubah,
baik mengalami penurunan maupun peningkatan.

Harga telur (Kg) Jumlah telur yang diminta


Pendapatan Awal Pendapatan Pendapatan
(kg) meningkat (kg) menurun (kg)
Rp 10.500 140 kg 155 kg 130 kg
Rp 10.750 120 kg 135 kg 110 kg
Rp 11.000 100 kg 115 kg 90 kg
Rp 11.250 80 kg 95 kg 70 kg
Rp 11.500 60 kg 75 kg 50 kg
Rp 11.750 40 kg 55 kg 30 kg
Rp 12.000 20 kg 35 kg 10 Kg

2. Jumlah penduduk

Kita analogikan dengan sebuah rumah yang berpenghuni 10 orang. Setiap kali makan,
rumah tersebut membutuhkan 10 piring nasi beserta lauk pauknya. Bandingkan
dengan 5 tahun lalu, rumah itu hanya membutuhkan 5 piring nasi setiap kali makan
karena penghuninya ada 5 orang.

Jumlah orang sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat permintaan
barang, dalam sebuah wilayah tertentu disebut dengan penduduk. Semakin banyak
jumlah penduduk di suatu daerah tertentu, semakin tinggi barang yang diminta,
begitupun sebaliknya.

Hal ini mengingatkan kita pada permasalahan dalam ilmu ekonomi, yaitu kelangkaan
(scarcity). Kelangkaan timbul karena ketidakcukupan sumber daya yang tersedia
dengan jumlah manusia yang semakin meningkat. Peningkatan manusia lebih cepat
dibandingkan dengan pengurangan sumber daya yang tersedia.

Permasalahan tersebut diatasi oleh satu program yang disebut Keluarga Berencana
(KB). Salah satu tujuannya supaya permintaan barang tidak terlalu meningkat dengan
tajam karena jumlah penduduk digenjot supaya tidak meningkat dengan drastis.
Dengan demikian sumber daya yang tersedia tidak cepat habis.
Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang berpenduduk sangat padat
memiliki tingkat permintaan barang yang sangat tinggi. Makanya Indonesia menjadi
lahan dalam memasarkan produk-produk luar negeri, dari mulai barang murah sampai
barang mahal. hal ini berbeda kondisinya dengan negara Singapura yang jumlah
penduduknya tidak sebanyak Indonesia, sehingga tingkat permintaannya lebih rendah
dari Indonesia.

3. Selera penduduk

Selera juga sangat mempengaruhi jumlah permintaan barang. Misalkan selera


masyarakat terhadap buah durian, permintaan terhadap jumlah buah durian akan
berpengaruh karena selera masyarakat sangat menyukai buah durian. Perubahan
selera akan searah dengan jumlah permintaannya. Hanya saja tingkat selera
masyarakat tidak bisa diukur seperti jumlah penduduk.

4. Fluktuasi ekonomi

Maju mundurnya sebuah perekonomian di suatu negara sangat menentukan


permintaan barang dan jasa. Bila kondisi ekonomi negara dalam kondisi baik, maka
permintaan barang akan mengalami kenaikan. Bila kondisi ekonomi tidak baik,
misalkan dalam keadaan krisis, maka permintaan barang akan semakin menurun.

Sebagai contoh krisis Indonesia tahun 1998 telah memukul perekonomian Indonesia,
harga-harga membumbung sangat tinggi, pengaruhnya sangat menentukan daya beli
masyarakat. Uang ribuan tidak berlaku lagi ketika ditukarkan dengan barang karena
tidak memiliki nilai. Pabrik-pabrik tidak mau beroperasi lagi karena bangkrut.
Permintaan terhadap barang semakin menurun karena ketersediaan barang dan harga
yang sangat tinggi.

Namun kondisi ekonomi mulai membaik pada permulaan tahun 2000, harga mulai
turun kembali, pabrik mulai beroperasi lagi dan permintaan barang pun mengalami
kenaikan karena daya beli masyarakat mulai membaik.

5. Harga barang komplementer

Barang komplementer merupakan barang pelengkap dengan barang lainnya. Bila


tidak ada barang yang satu sebagai pelengkap barang lainnya, maka barang tersebut
kemungkinan tidak akan dikonsumsi.

Misalkan rokok dengan korek api. Korek api bisa lengkapi dengan barang lain sesuai
kebutuhan, tapi rokok tidak akan ada tanpa ada korek api, sehingga permintaan korek
api bisa mengikuti permintaan terhadap rokok. Atau kopi dengan gula. Permintaan
gula akan meningkat jika permintaan kopi mengalami peningkatan. Barang lainnya
misalkan buku tulis dengan pulpen, permintaan barang tersebut akan searah, bila
jumlah buku yang diminta mengalami penurunan maka pulpen pun akan mengalami
penurunan juga.
Harga barang tersebut sangat mempengaruhi barang yang menjadi pelengkap
tersebut. Bila harga kopi naik akan mempengaruhi permintaan gula yang mengalami
penurunan karena permintaan kopi turun.

6. Harga barang subsitusi

Apa yang akan kalian makan jika beras tidak ada lagi? Mungkin kalian akan makan
roti jika tinggal di Kota, jika tinggal di desa kalian mungkin akan makan singkong
atau kentang. Jika di pagi ayah kalian minum kopi, tiba-tiba kopi di rumah kalian
habis, di warung juga belum dikirim, yang ada hanya teh. Kemungkinan ayah kalian
akan minum teh sebagai minuman di pagi hari karena tidak ada kopi. Roti, singkong,
kentang dan teh disebut barang substitusi karena barang pokok yaitu beras serta kopi
sudah tidak ada.

Barang substitusi adalah barang yang menggantikan barang pokok bila tidak ada.
Harga barang subsitusi sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi jumlah
permintaan barang. Posisi perubahan ini bertolak dengan barang pokok. Sebagai
contoh harga beras atau nasi mengalami kenaikan karena pasokan berkurang, akan
menjadikan permintaan terhadap roti meningkat. Begitupun jika harga beras turun
bisa membuat permintaan roti menurun karena masyarakat akan banyak membeli
beras.

7. Perkiraan, prilaku konsumen

Harapan atau ekpektasi harga akan mengakibatkan permintaan barang mengalami


perubahan. Ketika harga diperkirakan mengalami kenaikan pada masa mendatang,
orang akan membeli barang untuk ditimbun sebelum harga naik.

Prilaku masyarakat atau konsumen menjadi sasaran dalam pembentukan permintaan,


baik dibentuk oleh pasar maupun dibentuk oleh hubungan sosial. Sebagai contoh
prilaku konsumen dalam permintaan model pakaian, yaitu saat ini pakaian model
pendek memang sedang trend dan banyak yang beli, tetapi beberapa tahun
mendatang mungkin pakaian tersebut sudah dianggap kuno dan ketinggalan
zaman.
B. Hukum Penawaran

Tadi telah dijelaskan pengertian hukum permintaan beserta faktor-faktor yang


mempengaruhinya. Sekarang akan beralih pada pembahasan hukum penawaran.
Sebelumnya kita akan membahas dulu apa itu permintaan. Penawaran atau Supply adalah
sejumlah barang yang ditawarkan penjual kepada pembeli pada tingkat harga tertentu.

Adanya tingkat harga karena penawaran dilakukan terjadi tawar-menawar harga sampai
harga barang itu disepakati antara penjual dengan pembeli.

Kalian tidak perlu dipusingkan dengan istilah penawaran, kalian cukup mengingat
penjual saja itu sudah mengarah kepada penawaran. Hanya saja penawaran lebih tertuju
pada barang yang dijual.

Seperti pada permintaan, pada penawaran juga berkaitan dengan harga yang terbentuk.
Jika harga barang semakin rendah, maka barang yang tersedia (penawaran) akan
berkurang, bila harga semakin tinggi jumlah barang yang tersedia (penawaran) akan
semakin bertambah. Melihat hukum penawaran tersebut, hubungan harga dengan
penawaran berbanding lurus.

Sebagai contoh telur yang dijual Bu Joko tertera pada tabel berikut.

No Harga telur per Kg Penjualan


1 Rp 10.500 50 kg
2 Rp 10.750 60 kg
3 Rp 11.000 70 kg
4 Rp 11.250 80 kg
5 Rp 11.500 90 kg
6 Rp 11.750 100 kg
7 Rp 12.000 110 kg

Melihat harga telur pada tabel tersebut, antara harga dengan barang yang ditawarkan
berbanding lurus. Pada harga Rp 10.500 per Kg, telur yang dijual Bu Joko sebanyak 50
Kg. setiap kali mengalami kenaikan harga telur per Kg, Bu Joko menambah pasokan telur
tersebut. Sampai pada harga yang paling tinggi, yaitu Rp 12.000 per Kg, telur yang dijual
Bu Joko sebanyak 110 Kg.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penawaran terhadap barang dan jasa, antara lain:

1. Biaya produksi

Harga bahan baku sangat mempengaruhi jumlah barang yang akan ditawarkan
penjual kepada pembeli. Pertimbangan tersebut karena memperhitungkan modal yang
dimiliki dan laba-rugi penjualan barang. Jika harga bahan baku mengalami kenaikan,
kemungkinan barang yang akan dijual akan dikurangi. Tapi jika harga bahan baku
turun, barang yang dijual akan ditaikan.

Namun, kondisi di atas tidak berlaku pada semua kondisi penjual, tergantung
besarnya modal dan permintaan barang dari konsumen. Walaupun harga bahan baku
naik pun jika memiliki kecukupan modal dan banyaknya permintaan barang, penjual
tidak akan menurunkan jumlah permintaan. Mungkin yang akan dilakukan adalah
menggenjot bahan baku supaya irit.

2. Teknologi

Kalian pasti tahu keguanaan adanya teknologi bukan? Teknologi dibuat untuk
mempermudah pekrjaan, termasuk dalam hal ekonomi teknologi dibuat untuk
mempermudah produksi barang. Adanya kemajuan teknologi akan menyebabkan
pengurangan terhadap biaya produksi dan produsen dapat menawarkan barang dalam
jumlah yang lebih besar lagi.

Mesin penggilingan padi mempermudah para petani di pedesaan untuk menggiling


padi menkadi beras. Dengan adanya teknologi tersebut akan meningkatkan jumlah
produksi, sehingga barang yang ditawarkan akan meningkat.

3. Harga barang komplementer dan substitusi

Untuk barang komplementer, sebagai contohnya kopi dan gula. Bila harga gula
mengalami penurunan, maka produsen akan menurunka jumlah produksi kopi karena
kopi tidak akan ditaikan produksinya di saat harga gula sebagai barang pelengkapnya
turun. Tapi bila harga gula naik, produksi kopi akan ditaikan karena produsen akan
meningkatkan produksi kopi di saat harga gula naik.

Untuk barang substitusi sebagai contohnya nasi dan roti. Bila harga nasi mengalami
kenaikan, maka produsen akan meningkat jumlah produksi roti karena masyarakat
Indonesia sedang beralih dari nasi ke roti. Begitu pun bila harga nasi turun, jumlah
produksi terhadap roti pun akan diturunkan.

4. Pajak

Pajak dianggap penghambat oleh produsen dalam menjalankan produksinya karena


dengan adanya pajak bisa menambah biaya produksi. Semakin tinggi tarif pajak yang
dikenakan akan berakibat naiknya harga barang dan jasa yang akan membawa
dampak pada rendahnya permintaan konsumen dan berkurangnya jumlah barang yang
ditawarkan.

Dengan demikian, banyak yang intensif yang diberikan pemerintah kepada pengusaha
asing untuk membuka usaha baru. Hal ini supaya biaya produksi dapat digenjot yang
akan memberikan harga murah kepada konsumen. Dengan harga murah, produsen
dapat meningkat produksinya.
5. Perkiraan harga barang di masa datang

Produsen atau penjual akan menimbun barangnya kalau bisa memperkirakan harga
akan naik di masa mendatang. Ketika produsen dapat memperkirakan hal tersebut, dia
akan mengurangi penjualan di masa sekarang untuk dijual saat harga mengalami
kenaikan.

6. Tujuan perusahaan

Seorang produsen atau pengusaha akan berusaha menguasai pasar. Perusahaan pun
terus berupaya melakukan ekspansi dengan memasarkan produknya di satu daerah
tertentu. Semakin banyak produk yang dia buat, dia berusaha menggenjot biaya
produksinya supaya keuntungan semakin besar dan penetapan harga diterima
pembeli.

Ketia perusahaan bisa menguasai pasar dan dapat melakukan eksnpansi secara besar-
besaran, produksinya akan terus ditingkatkan supaya produknya tersebar luas. Itulah
tujuan sebuah perusahaan, pengusaan pangsa pasar (share market).

Faktor-faktor tersebut merupakan faktor yang bisa menentukan perubahan dalam penawaran
barang dan jasa selain pengaruh dari harga. Bahkan faktor tersebut banyak diperhitungkan untuk
mengurangi dan menambah jumlah produksi atau penjualan. Harga merupakan sebuah bentukan
setelah faktor-faktor tersebut dihitung.
C. Tingkatan Barang

Berdasarkan tingkatannya, barang dibagi menjadi 4 tingkatan, yaitu barang inferior,


barang esensial, barang normal, dan barang lux (mewah).

1. Barang Inferior

Barang inferior adalah barang yang banyak diminta oleh orang-orang yang
berpendapatan rendah. Jadi kalau pendapatan bertambah tinggi maka permintaan
terhadap barang inferior akan berkurang.

Ketika pendapatan masyarakat tinggi, permintaan barang inferior akan semakin


berkurang karena dapat membeli barang non-inferior. Bila pendapatan masyarakat
semakin turun, permintaan barang inferior akan semakin tinggi karena untuk membeli
barang non inferior tidak mampu.

Barang inferior sering didapatkan oleh masyarakat yang tingkat ekonominya rendah
karena kemampuan masyarakat hanya bisa membeli barang inferior. Jadi, barang
inferior dibutuhkan tergantung kemampuan ekonominya.

Barang inferior bisa menjadi tanda kemampuan ekonomi masyarakat. Bila masyarakat
sering menggunakan barang inferior, maka masyarakat tersebut berekonomi lemah.
Bila masyarakat bisa mengurangi dan meninggalkan barang inferior, berarti kondisi
ekonominya mengalami peningkatan karena memiliki daya beli terhadap barang non
inferior.

Masyarakat akan semakin meninggalkan barang inferior ketika pendapatan masyarakat


mengalami kenaikan, status sosial semakin naik dan kedudukan di mata masyarakat
semakin menanjak.

Contoh barang inferior adalahmakan singkongkarena tidak mampu beli beras. Tapi
tidak selamanya barang inferior disebut barang inferior jika kedudukan barang tersebut
bukan sebagai pengganti barang pokok. Singkong tidak akan selamanya menjadi
barang inferior jika masyarakat mengkonsumsi singkong karena singkong ternyata
dijadikan makanan cemilan oleh sebagian masyarakat, bukan karena tidak ada beras.

2. Barang Esensial

Pada barang esensial, perubahan pendapatan tidak akan mengurangi atau menambah
permintaan terhadap barang esensial. Hal ini karena barang esensial sangat
dibutuhkan oleh masyarakat sebagai barang pokok. Jika masyarakat mengganti
barang esensial, kemungkinan tidak dapat menerimanya karena barang tersebut sudah
menjadi kebiasaan yang tidak bisa dirubah.
Bahkan jika seseorang mengalami penurunan pendapatan, dia berusaha mendapatkan
pinjaman supaya dapat membeli barang esensial. Untuk menggantinya dia mencari
pemasukan lain, yang penting barang esensial bisa didapatkan.

Contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari pada barang esensial adalah barang
kebutuhan pokok atau sembako, diantaranya beras, minyak goreng, lauk-pauk, sayur-
mayur dan lainnya. Kebutuhan tersebut tidak bisa digantikan oleh barang lainnya.

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, kebiasaan masyarakat Indonesia tidak bisa
mengganti beras dengan makanan lainnya. Beras menjadi makanan pokok, sulit
menerika pengganti beras dengan kentang atau singkong. Kalaupun tidak dapat
membeli beras, tidak akan berusaha untuk membeli singkong karena kurangnya daya
beli. Jika tidak cukup membeli beras pun akan berusaha mencari pinjaman untuk
membelinya.

3. Barang Normal

Sekarang kita masuk pada tingkat barang yang ketiga, yaitu barang normal. Yang
dimaksud barang normal ketikaseseorang bisa mendapatkan atau menambah barang
tersebut bila pendapatannya naik.

Contohnya adalah televisi, atau peralatan rumah tangga. Hand Phone (HP) yang
dulunya masuk barang mewah, saat ini masuk menjadi barang normal. Hal ini karena,
harga HP bisa dijangkau oleh masyarakat pada tingkat ekonomi sederhana.

Ketika masyarakat dapat memenuhi barang esensial, barang normal akan dibelinya
karena memiliki kelebihan uang dari pendapatannya. Apalagi pendapatannya terus
mengalami kenaikan, barang normal akan terus ditambah jika membutuhkannya.

4. Barang Mewah

Jenis barang ini dibeli apabila orang berpendapatan menengah ke atas atau tinggi.
Contohnya adalah motor, mobil dan rumah mewah. Barang-barang mewah atau lux
banyak dijangkau oleh orang atau masyarakat berpendapatan tinggi karena kelebihan
uang setelah memenuhi barang normal.

Bahkan tingkatan barang tersebut bisa berubah jika semua kebutuhan barang
terpenuhi oleh orang yang berpendapatan tinggi. Misalkan barang mewah bisa
menjadi barang normal bahkan menjadi barang esensial jika dilakukan oleh orang
yang kaya yang memiliki uang banyak. Mobil menjadi kebutuhan esensial, bukan
barang mewah lagi.

Pada kondisi ini berlaku hukum Gossen 2 terhadap barang-barang kebutuhan jika pada
tingkatan barang mewah telah terpenuhi dan ingin memperoleh kepuasaan yang lebih.
Bunyi hukum Gossen 2 yaitu, “Manusia berusaha memenuhi berbagai macam kebutuhan
dengan tingkat kepuasan (intensitas) yang sama.”Disebut hukum Gossen karena
pernyataan tersebut dikembangkan oleh Hermann Heinrich Gossen, seorang ekonom dari
Prusia, dia sering menguraikan teori marginal utility.

Mengenai empat tingkatan barang sudah dijelaskan. Hukum permintaan dan hukum
penawaran juga sudah dipaparkan cukup jelas sebelum membahas pada permasalahan
intinya, yaitu mengenai teori yang berdasarkan pada permintaan, penawaran dan jenis
barang yang mempengaruhi ekonomi.

Semua teori yang akan dijelaskan sangat berkaitan dengan hukum permintaan dan
penawaran sehingga perlu dipaparkan terlebih dahulu sebelum masuk pada teori yang
akan dibahas pada pembahasan selanjutnya.
D. 5 Teori dalam Ilmu Ekonomi

Pernahkan kalian mempelajari ilmu ekonomi pada mata pelajaran ekonomi? Jika pernah,
mari kita mengingat kembali pengertian ekonomi sebagai dasar berpikir kita. Ekonomi
berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata Oikos yang artinya rumah tangga, dan nomos
yaitu aturan. Jadi ekonomi adalah aturan rumah tangga. Jika dibuat kalimat, pengertian
ekonomi adalah aturan yang berlaku untuk memenuhi kebutuhan hidup dalam suatu
rumah tangga.

Ruang lingkup rumah tangga yang dimaksud sangat luas, bukan rumah tangga dalam
keluarga. Pemerintah, badan usaha dan perorangan juga disebut dengan rumah tangga.
Jika pemerintah dan badan usaha melakukan kegiatannya untuk kebutuhan rumah
tangganya maka mereka melakukan kegiatan ekonomi dan menerapkan aturan (ilmu)
untuk memenuhi kebutuhannya.

Bapak ekonomi diberikan oleh masyarakat ekonomi kepada Adam Smith karena dia yang
mengembangkan dan menyusun teori-teori ekonomi yang selama ini tercerai berai.
Sehingga teori-teori ekonomi tersusun rapi dan menjadi satu kesatuan ilmu yang berdiri
sendiri dari ilmu sosial.

Dengan karya besarnya yaitu buku yang berjudul The Wealth Of Nations, Adam Smith
menyusun permasalahan-permasahan ekonomi yang telah diperbincangkan oleh para
ekonom sebelumnya. Sebenarnya tidak ada teori yang baru dari bapak ekonomi ini, teori-
teori yang dia sebutkan merupakan teori-teori yang diomongkan oleh ekonom
sebelumnya. Tapi Adam Smith berusaha menyusun dan menguraikan teori-teori tersebut
ke dalam karyanya.

Ilmu ekonomi mengalami perkembangan karena terdapat pemikir-pemikir setelah


kemunculan Adam Smith seperti Alfred Marshall, J.M Keynes, Karl Marx, J.B Say dan
beberapa pemikir ekonomi lainnya.

Mereka mengembangkan hukum ekonomi dan teori-teori ekonomi sesuai dengan


permasalahan yang diangkat. Mulai dari permasalahan tanah, emas, uang, tenaga kerja,
dan banyak permasalahan ekonomi lainnya sehingga muncul pembahasan khusus dalam
memperbincangkan permasalahan tersebut.
1. Teori Tanah

Tanah atau yang biasa disebut dengan lahan merupakan satu faktor produksi yang
sangat vital dalam menjalankan roda perekonomian. Tanpa ada keterlibatan lahan
dalam menjalankan kegiatan ekonomi, tidak mungkin bisa. Lahan sangat berbeda
dengan faktor produksi lainnya. Perbedaan tersebut bisa dilihat dari perubahan harga
dan karakteristiknya.

Lahan menjadi aset yang sangat tinggi nilainya, lahan menjadi bahan rebutan pada
suatu daerah tertentu karena statusnya dipertanyakan. Coba kalian lihat berita-berita di
televisi dan koran, ada sengketa lahan atau ada penggusuran yang dilakukan
pemerintah karena masyarakat dianggap menyerobot lahan. Atau penggusuran
pedagang kaki lima karena dianggap telah melakukan jual beli di wilayah yang salah.
Semua itu karena lahan memiliki nilai yang sangat tinggi.

Permasalahan lahan tidak akan pernah selesai sampai terbagi secara adil, tapi
pembagian lahan secara adil dan merata sepertinya tidak akan pernah terjadi.
Perebutan lahan di negeri Palestina merupakan salah satu bentuk konflik yang
berkepanjangan. Perebutan lahan antara penduduk dengan perusahaaan besar menjadi
fenomena yang sudah dianggap biasa.

Lahan menjadi parameter kekayaan seseorang. Ketika orang bingung akan menabung
dan berinvestasi, para pakar manajemen banyak yang menyarankan supaya menabung
dan berinverstasi ke dalam bentuk lahan, yaitu membeli sejumlah lahan karena harga
lahan tidak pernah turun, selalu mengalami kenaikan. Hal ini karena, lahan tidak
pernah bertambah dari dunia, lahan akan terus berkurang sesuai pemanfaatan manusia.

Kalian pasti pernah mendengar ketika kekayaan seseorang ditanya oleh orang lain.
“Berapa hektar tanah yang kamu punya?” pertanyaan tersebut sebagai salah satu syarat
untuk memenuhi kewajiban sebelum haknya didapatkan, misalkan untuk melamar
gadis.

Dengan demikian, keterkaitan tanah atau lahan sangat erat dengan hubungan ekonomi.
Teori-teori lahan pun dikaitkan dengan ekonomi. Dari mulai teori harga lahan,
kesuburan tanah/lahan dan letak tanah/lahan.

Dalam kegiatan ekonomi, pemilihan lokasi sangat menentukan sekali aktivitas


tersebut. Hal ini berkaitan dengan biaya produksi, pemasaran produk dan pengambilan
tenaga kerja. Harga juga menjadi pengaruh dalam penentuan lahan untuk kegiatan
ekonomi. Begitupun letak lahan akan berpengaruh terhadap harga lahan. Karena lokasi
sangat berkaitan dengan tanah, maka lokasi dalam kegiatan ekonomi juga
diperhitungkan. Ada 6 faktor dalam pemilihan lahan pada lokasi tertentu.
a. Ongkos Angkut

Faktor ini adalah faktor utama dalam pemilihan lokasi. Alasannya karena ongkos
angkut merupakan bagia yang cukup penting pada kalkulasi biaya produksi,
terutama pada kegiatan pertanian dan pertambangan. Jika letak lokasi produksi
dekat dengan daerah pemasaran akan meringankan biaya angkut. Termasuk bahan
baku yang di angkut ke lokasi produksi akan mempengaruhi ongkos angkut.

Besar kecilnya biaya angkut sangat mempengaruhi pemilihan lokasi kegiatan


ekonomi karena pengusaha cenderung akan memilih lokasi yang dapat
memberikan ongkos angkut minimum guna meningatkan keuntungan maksimum.

b. Perbedaan Upah Antar Wilayah

Upah buruh antar wilyah tidaklah sama karena ada perbedaan dalam biaya hidup,
tingkat inflasi dan komposisi kegiatan ekonomi pada setiap wilayah atau daerah
tertentu. Pada daerah yang belum maju, biasanya upahnya lebih rendah daripada
daerah yang sudah maju.

Pengusaha akan lebih memilih lokasi kegiatan ekonominya pada daerh yang
tingkat upahnya lebih rendah. Hal ini dikarenakan bisa mengurangi biaya tenaga
kerja untuk memperoleh keuntungan maksimum.

Upah seperti ini bukanlah upah nominal, tapi upah riil yang sudah diperhitungkan
dengan produktivitas tenaga kerja. Yang dimaksud upah riil yaitu perbandingan
upah yang diterima biaya hidup di daerah tersebut.

c. Keuntungan Aglomerasi

Keuntungan aglomerasi (pemusatan lokasi) muncul bila kegiatan ekonomi yang


saling terkait satu sama lainnya terkonsentrasi pada suatu tempat tertentu.
Keterkaitan ini bisa dengan bahan baku atau daerah pemasaran. Bila ada
keterkataian, pengusaha caenderung untuk memilih lokasi kegiatan ekonomi yang
terkonsentrasi.

Keuntungan aglomerasi muncul dalam tiga bentuk. Pertama, keuntungan skala


besar. yang terjadi karena baik bahan baku maupun pasar telah tersedia pada
perusahaan terkait yang ada pada lokasi tersebut. Kedua keuntungan lokalisasi,
yaitu keuntungan yang diperoleh dalam penurunan ongkos angkut bahan baku
untuk produksi.

Keuntungan yang ketiga yaitu, penggunaan fasilitas secara bersama seperti listrik,
gudang, armada angkutan air dan sebagainya. Dengan adanya penggunaan fasilitas
bersama, dapat meringankan biaya karena fasilitas ditanggung bersama.
d. Konsentrasi Permintaan

Pemilihan lokasi ini cenderung pada tempat yang terdapat konsenstrasi


permintaannya yang besar supaya jumlah penjualannya meningkat. Selain itu,
biaya pemasaran harus dikeluarkan perusahaan akan menjadi lebih kecil karena
pasar berada pada lokasi dimana berusahaan berada. Keadaan ini akan
meningkatkan penjualan dan perusahaan memperoleh keuntungan maksimum.

e. Kompetisi Antar Wilayah

Pengusaha akan mencari wilayah pemasarannya pada wilayah yang memiliki


tingkat persaingan yang rendah. Bila terdapat wilayah yang tingkat persaingannya
rendah, akan memiliki potensi pengusaan pasar pada wilayah tersebut, berbeda
dengan pada wilayah persaingan yang tinggi, pangsa pasarnya akan kecil.

f. Harga dan Sewa Tanah

Untuk memaksimalkan keuntungan, perusahaan akan memilih lokasi yang harga


dan biaya sewa lahanya rendah. Harga tanah bergantung dengan letak strategisnya,
biasaya semakin dekat dengan pusat kota, harga lahan semakin tinggi. Semakin
jauh lahan dari pusat kota, maka semakin murah harga lahan tersebut. Pengusaha
akan berusaha mencari harga lahan yang tidak terlalu mahal dan tidak terlalu
murah karena berkaitan dengan lokasi kegiatan ekonominya.

Telah disebutkan keterkaitan lahan dalam hal ini lokasi dengan kegiatan ekonomi.
Semua kegiatan ekonomi pasti tidak akan keluar dari kebutuhan terhadap lahan karena
kegiatan ekonomi dilakukan di atas sebidang lahan.

Seperti yang sudah dipaparkan pada pengenalan terhadap tanah/lahan, maka terdapat
tiga karakteristik tanah/lahan yang berbeda dengan faktor produksi lainnya.

Pertama, jumlah tanah/lahan yang tersedia tetap. Sampai kapanpun, jumlah lahan yang
tersedia di atas bumi tidak akan bertambah atau berkurang meskipun sumber daya
alam yang tersedua di bawah dan di atas tanah bertambah atau berkurang. Dengan
jumlah luas lahan, maka harga lahan tidak bisa turun, malah semakin meningkat.

Kedua, tidak ada biaya untuk memproduksi tanah/lahan. Sumber daya ini mesti diolah
dan dimanfaat karena tersedia dengan sendirinya. Tidak ada manusia yang bias
memproduksi lahan, manusia tinggal memanfaatkan lahan yang ada untuk
kebutuhannya. Jika manusia kekurangan lahan, bukan dengan cara memproduksi, tapi
dengan mencari lahan yang belum ada pemiliknya atau membeli lahan dari orang lain.
Ketiga, tanah/lahan tidak bisa berpindah lokasi. Hasil sumber daya alam yang berasal
dari tanah bisa diangkut dan dibawa ke lokasi yang diinginkan. Tapi bagaimana jika
manusia ingin pindah tempat, apakah lahan sebagai ladang atau mata pencahariannya
harus dipindahkan lokasinya? Hal ini mustahil dilakukan. Itulah karakteristik ketiga
yang terdapat pada tanah.

a. David Ricardo

Menurut Ricardo, harga tanah ditentukan oleh tingkat kesuburan. Semakin subur
suatu tanah untuk ditanami maka semakin mahal harga dan sewa tanah. Pada tanah
yang kurang subur untuk ditanami, maka harga tanah pun semakin murah.

Teori Ricardo mengenai tanah merupakan penjelasan dari teori diferensialnya


tentang sewa, yaitu sewa berasal dari perbedaan kesuburan dari berbagai bidang
tanah. Ketika tanah yang dipakai semakin lama semakin memburuk kulalitasnya,
sewa diferensial akan naik. “Ketika tanah kualitas ketiga ditanami, sewa tanah
yang kedua akan semakin meningkat, dan diatur dengan perbedaan kemampuan
produktif mereka. Pada saat yang sama kualitas pertama akan naik.”

Teori Ricardo dalam penggunaan lahan dimulai dari lahan yang paling subur
hingga lahan yang kurang subur. Yang kurang subur inilah yang teakhir masuk
masuk karena lahan yang paling subur sudah dipergunakan.

Kesimpulan dari Ricardo tentang teori harga sewa tanah:

1. Harga sewa tanah semata-mata timbul dari situasi kelangkaan tanah, yang
dinyatakan sebagai sumber daya alam.
2. Harga sewa tanah yang diterima pemilik tanah dapat menghidupi pemilik tanpa
dia melakukan sesuatu pekerjaan apapun.
3. Tingkat kesuburan tanah memegang peranan penting, karena tanah yang subur
akan memberi rente yang paling tinggi.
4. Pemilik tanah yang menerima penghasilan dari rente dianggap sebagai parasit
masyarakat.

b. Von Thunen

Teori yang dikemukakan Von Thunen tentang tanah adalah lokasi dalam kegiatan
ekonomi. Kemunculan Von Thunen berawal dari para petani yang menggarap
tanah miliki tuan tanah. Para tuan tanah menyewakan tanahnya kepada para petani,
sewa tanah dibayar dengan hasil pertanian. Besar kecilnya sewa ditentukan oleh
tuan tanah.

Para petani bertempat tinggal secara tersebar luas di daerah pertanian. Petani
melakukan kegiatan ekonomi untuk menghasilkan komoditas yang dapat
dikonsumsi sendiri atau hasilnya diperdagangkan. Lokasi perdagangan petani
sangat menentukan tempat tinggal para petani di daerah pertanian.
Berdasarkan hal itu, Von Thunen menganalis lokasi khusus untuk pemilihan lokasi
pertanian. Pada analisis ini Von thunen menghasilkan sebuah teori tentang lokasi,
faktor utama yang menentukan pemilihan lokasi dan penggunaan lahan adalah
tinggi rendahnya sewa tanah.

Sewa tanah akan semakin tinggi jika mendekati pusat perkotaan karena di
perkotaanlah dilakukan perdagangan hasil pertanian. Apabila menjauh dari pusat
perkotaaan, sewa tanah semakin murah.

Sebagai contoh pada teori Von Thunen adalah dua lahan yang sama-sama subur,
tapi dengan lokasi yang jauh berbeda. Karena kedua lahan tersebut sama-sama
subur, maka akan menghasilkan hasil pertanian yang sama. Hanya saja lokasi
pengangkutan ke pusat perdagangan pada kedua lahan tersebut berbeda. Sehingga
lahan yang dekat dengan pusat perdaganganlah yang lebih mahal harga sewa
tanahnya dibandingkan dengan lahan yang jauh dari pusat perdagangan.

Asumsi dasar terhadap model Von Thunen mengenai lahan pertanian yaitu:

1. Wilayah model yang terisolasikan (isolated state) adalah bebas dari pengaruh
pasar-pasar kota lain,
2. Wilayah model membentuk tipe permukiman perkampungan di mana
kebanyakan keluarga petani hidup pada tempat-tempat yang terpusat dan bukan
tersebar di seluruh wilayah,
3. Wilayah model memiliki iklim, tanah, topografi yang seragam, atau uniform
(produktivitas tanah secara fisik adalah sama),
4. Wilayah model memiliki fasilitas transportasi tradisional yang relatif seragam,
5. Faktor-faktor alamiah yang mempengaruhi penggunaan lahan adalah konstan.

c. Henry George

Menurut George, tanah bersumber dari masyarakat sehingga rente tanah harus
dikembalikan kepada masyarakat. Artinya George menghendaki pengenaan pajak
atas tanah, dan sewa tanah harus dinolkan untuk masyarakat.

Dia setuju dengan Leon Walras mengenai pemilikan privat tanah tidaklah dapat
dibenarkan, namun tidak setuju dengan cara menasionalisasikan tanah.Perjalanan
pemikirannya sampai pada hasil sama dengan sasaran akhir nasionalisasi tanah,
yakni rente tanah harus diambil dari pemilik tanah dengan melalui mekanisme
yang ada yaitu perpajakan.

Dengan usul pajak atas tanah itu, dia menyebutkan bahwa pajak-pajak lain harus
dihilangkan, karena menurutnya, semua pajak atas rente tanah akan lebih dari
cukup bagi anggaran belanja negara.Dengan ini dia berkeinginan untuk melakukan
satu perubahan atau lebih tepatnya satu revolusi sistem perpajakan, agar tetap
berada dalam sistem ekonomi pasar.Kiranya menjadi jelas, mengapa orang
menyebutkan bahwa dia adalah pengusul sistem perpajakan unik, karena memang
dia yang mengusulkan bahwa pajak hendaknya hanya mengenai tanah semata.

d. Alfred Weber

Teori tanah Alfred Weber lebih cendererung kepada lokasi untuk kegiatan
manufaktur. Teori ini muncul saat revolusi industri di Jerman untuk menentukan
lokasi ekonomi untuk pembangunan industri pengolahan besi baja.

Bahan baku kedua industri ini adalah bijih besi dan batu bara, kedua material
tersebut sumber lokasinya berbeda. Dengan perbedaan sumber bahan baku itu,
akan membutuhkan ongkos angkut yang cukup besar ke lokasi pabrik. Alfred
Weber mencoba memberikan solusi suapaya ongkos angkut tersebut bisa
diminimalisir.

Menurut Alfred Weber ada tiga faktor yang mempengaruhi lokasi industri, yaitu
biaya transportasi, upah tenaga kerja, dan kekuatan aglomerasi atau deaglomerasi.
Dalam menjelaskan keterkaitan biaya transportasi dan bahan baku Weber
menggunakan konsep segitiga lokasi atau locational triangle untuk memperoleh
lokasi optimum. Untuk menunjukkan apakah lokasi optimum tersebut lebih dekat
ke lokasi bahan baku atau pasar, Weber merumuskan indeks material (IM).

Menurut teori lokasi industri, lokasi yang terbaik adalah lokasi yang mampu
memberikan keuntungan biaya produksi rendah,maksimum (keuntungan
maksimum diperoleh pendapatan hasil produksinya tinggi). Lokasi industri
ditempatkan pada tempat-tempat yang biayanya paling minimal.

Namun untuk memperoleh suatu kondisi tersebut perlu disumsikan pada pra-
kondisi sebagai berikut:

1. Pada wilayah homogen dalam hal topografi, iklim dan penduduknya.


2. Sumber daya bahan mentah hanya terdapat pada tempat-tempat tertentu
3. Upah buruh. Baik yang sudah baku maupun yang menjadi persaingan antar
penduduk.
4. Transportasi. Tergantung bobot bahan mentah yang diangkut serta jarak antara
bahan mentah dan lokasi pabrik.
5. Adanya kompetisi antar pabrik.
6. Pemikiran rasional manusia

e. Hukum permintaan dan penawaran tanah

Permintaan tanah terus menerus meningkat, sedangkan ketersediaan atau


penawaran tanah tidak akan bertambah atau tetap. Hal ini akan mengakibatkan
harga tanah terus mengalami kenaikan. Begitupun dengan sistem sewa tanah akan
mengalami kenaikan.
Penentuan harga tanah saat ini tidak dilihat dari tingkat kesuburan lagi, tapi lebih
kepada tingkat penggunaan lahan yang selama ini semakin sempit karena
peningkatan jumlah penduduk.

Tingginya harga tanah dan sewa tanah ditentukan oleh penggunaan tanah. jika
tanah digunakan untuk membangun hotel di perkotaan, maka akan meningkatkan
harga tanah karena nilai perhotelah sangat tinggi. Begitu pula jika digunakan untuk
budidaya buah-buahan atau sayuran untuk ekspor, harga tanah pasti meningkat.
Jadi saat ini, harga tanah tergantung pada penggunaannya, hasil yang didapat serta
interaksi permintaan dan penawaran terhadap tanah.
2. Teori Permintaan Uang

Tak asing lagi bagi kita mengengal barang yang satu ini, karena setiap hari kita
menggunakan uang untuk menukarkan barang yang kita perlukan. Uang merupakan
alat tukar yang sangat berharga bagi manusia. Keberadaan uang memudahkan
manusia dalam melakukan penukaran dibandingkan dengan barter.

Hal ini karena pada awalnya manusia melakukan transaksi barang dengan abrang lagi.
Manusia yang pekerjaannya bertani ingin mendapatkan daging, maka hasil
pertaniannya ditukarkan dengan hasil buruan berupa daging. Tapi, disinilah manusia
menemukan kesulitan dalam pengukuran nilai hasil pertanian dengan daging dari
ahsil buruan. Cara seperti itu disebut dengan barter, cara primitif ketika manusia
belum mengenal alat tukar yang lebih efektif dan efisien.

Barter merupakan metode jaman sebelum manusia mengenal uang. Dengan barter,
sulit sekali manusia melakukan ukuran dalam barang-barang yang ingin ditukarkan.
Efisiensi yang didapatkan dengan menggunakan uang pada akhirnya akan mendorong
perdagangan dan pembagian tenaga kerja yang kemudian akan meningkatkan
produktivitas dan kemakmuran.

Dalam istilah lain, karena barter adalah pertukaran barang dengan barang, maka
barang yang ditukarkan tersebut juga disebut dengan uang, yaitu uang komoditas.
Masing-masing uang komoditas memiliki kelemahan dan kelebihan sendiri-sendiri.
Ternah misalkan tidak bisa dipecah-pecah sebagai uang kembalian. Bir tidak bisa
bertambah nilainya bila disimpan, kalau bir akan dijadikan alat tukar.

Pada abad sembilan belas, uang komoditas yang berupa logam terbatas
kemampuannya. Perak berkilau tapi cepat pudar. Gaya berat yang sangat khas dari
emas mudah terasa bila dipalsukan serta mudah dicampur. Namun di sepanjang
sejarah, nilai kelangkaan emas sedemikian tinggi. Emas memiliki nilai instrinsik yang
sangat tinggi jika digunakan sebagai uang. Tapi kegunaan uang intrinsik sekarang ini
merupakan hal yang tidak penting.

Uang memiliki beragam fungsi dalam penggunaannya, yaitu uang sebagai alat tukar,
sebagai satua hitung, dan sebagai penyimpan nilai.

Uang berfungsi sebagai alat tukar yang dapat mempermudah pertukaran. Orang yang
akan melakukan pertukaran tidak perlu menukarkan dengan barang, tetapi cukup
menggunakan uang sebagai alat tukar. Kesulitan-kesulitan pertukaran dengan cara
barter dapat diatasi dengan pertukaran uang.

Dengan adanya uang, transaksi bisa berjalan dengan lancar dan efisien. orang tidak
lagi menggunakan cara abrter ataupun menukarkan barang berharga lainnya ketika
menginginkan barang.
Uang juga berfungsi sebagai satuan hitung karena uang dapat digunakan untuk
menunjukan nilai berbagai macam barang/jasa yang diperjualbelikan, menunjukkan
besarnya kekayaan, dan menghitung besar kecilnya pinjaman. Uang juga dipakai
untuk menentukan harga barang/jasa (alat penunjuk harga). Sebagai alat satuan
hitung, uang berperan untuk memperlancar pertukaran. Orang tidak perlu lagi
berdebat atau berselisih ketika menentukan nilai suatu barang, karena dengan uang
nilai suatu barang dapat diukur.

Selain itu, uang berfungsi sebagai alat penyimpan nilai karena dapat digunakan untuk
mengalihkan daya beli dari masa sekarang ke masa mendatang. Ketika seorang
penjual saat ini menerima sejumlah uang sebagai pembayaran atas barang dan jasa
yang dijualnya, maka ia dapat menyimpan uang tersebut untuk digunakan membeli
barang dan jasa di masa mendatang.

Selain ketiga hal di atas, uang juga memiliki fungsi lain yang disebut sebagai fungsi
turunan. Fungsi turunan itu antara lain uang sebagai alat pembayaran, sebagai alat
pembayaran utang, sebagai alat penimbun atau pemindah kekayaan (modal), dan alat
untuk meningkatkan status sosial.

Yang paling menarik dari fungsi turunan tersebut adalah uang sebagai alat penimbun
kekayaan. Status seseorang bisa dipandang kaya kini bukan lagi dengan rumah yang
dimiliki, hewan ternak yang dipelihara atau tanah yang dimilikinya. Tapi sejumlah
uang yang ditimbun di tabungan. Justru uang bisa ditukarkan dengan barang-barang
yang menjadi alat dalam meningkatkan status tadi.

Terdapat syarat dalam menentukan sebuah benda dikatakan uang, yaitu:

 Benda itu harus diterima oleh masyarakat secara umum (acceptability), walaupun
suatu benda ingin tetap dikatakan uang, tapi bila masyarakat tidak mau menerima
benda itu sebagai alat tukar, maka benda itu pun tidak akan diterima sebagai uang.
Atau memang karena kurangnya sosialisasi tentang uang baru sehingga masyarakat
tidak tahu ada uang baru. Uang baru pun tak diterima masyarakat walaupun secara
hukum sudah disahkan terhadap uang baru tersebut.
 Bahan yang dijadikan uang harus tahan lama (durability), oleh karena bahan kertas
untuk uang buka dari kertas biasa, tapi kertas yang tidak mudah luntur da sobek
saat kena air.
 Kualitasnya cenderung sama (uniformity).
 Jumlahnya memenuhi kebutuhan masyarakat dan tak mudah dipalsukan. Sehingga
uang kertas mesti berbeda dengan uang lain, keasliannya mesti dijamin. Supaya
uang tidak bisa disamarkan dimanipulasi oleh orang lain. Saat ini banyak kejadian
uang palsu karena dalam caetakannya ada kesamaan, tapi tetap uang asli memiliki
ciri yang tidak bisa disamakan dengan uang palsu.

Ada dua jenis uang yang beredar di masyarakat, yaitu uang kartal dan uang giral. Uang
kartal merupakan uang yang sah untuk melakukan kegiatan jual beli sehari-hari, yaitu
uang logam dan kertas yang sering kita bawa dan belanjakan. Adapun uang giral
adalah uang dalam bentuk simpanan (deposito) yang dapat ditarik sesuai kebutuhan.
Uang ini hanya beredar di kalangan tertentu saja, sehingga masyarakat mempunyai hak
untuk menolak jika ia tidak mau barang atau jasa yang diberikannya dibayar dengan
uang ini. Untuk menarik uang giral, orang menggunakan cek.

Nilai uang

Teori atas nilai uang membahas tentang nilai uang karena nilai uang menjadi
perhatian para ekonomi. Sehingga teori nilai uang ini dibagi menjadi dua aliran, yaitu
teori nilai uang statis dan teori nilai uang dinamis.

Teori Uang Statis atau disebut juga "teori kualitatif statis" bertujuan untuk menjawab
pertanyaan: apakah sebenarnya uang itu? Dan mengapa uang itu ada harganya?
Mengapa uang itu sampai beredar? Teori ini disebut statis karena tidak
mempersoalkan perubahan nilai yang diakibatkan oleh perkembangan ekonomi.

Yang termasuk teori uang statis adalah:

 Teori Metalisme (Intrinsik) oleh KMAPP, Uang bersifat seperti barang, nilainya
tidak dibuat-buat, melainkan sama dengan nilai logam yang dijadikan uang itu,
contoh: uang emas dan uang perak.
 Teori Konvensi (Perjanjian) oleh Devanzati dan Montanari, Teori ini
menyatakan bahwa uang dibentuk atas dasar pemufakatan masyarakat untuk
mempermudah pertukaran.
 Teori Nominalisme Uang diterima berdasarkan nilai daya belinya.
 Teori Negara, Asal mula uang karena negara, apabila negara menetapkan apa
yang menjadi alat tukar dan alat bayar maka timbullah uang. Jadi uang bernilai
karena adanya kepastian dari negara berupa undang-undang pembayaran yang
disahkan.

Teori uang dinamis, Teori ini mempersoalkan sebab terjadinya perubahan dalam nilai
uang. Teori dinamis antara lain:

 Teori Kuantitas dari David Ricardo, Teori ini menyatakan bahwa kuat atau
lemahnya nilai uang sangat tergantung pada jumlah uang yang beredar. Apabila
jumlah uang berubah menjadi dua kali lipat, maka nilai uang akan menurun
menjadi setengah dari semula, dan juga sebaliknya.
 Teori Kuantitas dari Irving Fisher, Teori yang telah dikemukakan David Ricardo
disempurnakan lagi oleh Irving Fisher dengan memasukan unsur kecepatan
peredaran uang, barang dan jasa sebagai faktor yang mempengaruhi nilai uang.
 Teori Persediaan Kas, Teori ini dilihat dari jumlah uang yang tidak dibelikan
barang-barang.
 Teori Ongkos Produksi, Teori ini menyatakan nilai uang dalam peredaran yang
berasal dari logam dan uang itu dapat dipandang sebagai barang.
Uang dalam ekonomi
Uang adalah salah satu topik utama dalam pembelajaran ekonomi dan finansial.
Monetarisme adalah sebuah teori ekonomi yang kebanyakan membahas tentang
permintaan dan penawaran uang. Sebelum tahun 80-an, masalah stabilitas permintaan
uang menjadi bahasan utama karya-karya Milton Friedman, Anna Schwartz, David
Laidler, dan lainnya.

Pemikir-pemikir yang mengemukan tentang teori uang diantara :

a. Irving Fisher

Teori uang dari Irving Fisher adalah tentang kuantitas uang. Yang lebih
menekankan pada peredaran jumlah uang dan peranan uang dalam kehidupan
ekonomi. Menurut Fisher, harga barang tidak hanya dipengaruhi oleh jumlah uang
yang beredar saja, tapi juga kecepatan peredaran uang. Semakin cepat peredaran
uang maka akan mengakibatkan harga barang akan semakin mahal. semakin
lambat peredaran uang maka harga barang pun akan semakin murah.

Oleh karena itu, Irving Fisher membuat sebuah rumusan tentang kuantitas uang,
yaitu uang yang beredar di masyarakat.

MV = PT

M berasal dari kata Money, yaitu jumlah uang yang beredar.

V merupakan Velocity, yaitu kecepatan uang yang beredar.

P atau price adalah tingkat harga suatu barang.

T atau trade merupakan jumlah barang yang diperdagangkan.

Rumusan di atas memperlihatkan bahwa jumlah uang dan kecepatannya sama


dengan harga dan jumlah barang yang diperdagangkan. Meskipun kesamaan di
atas tidak mencerminkan permintaan uang, tapi bisa diubah bentuknya menjadi
persamaan permintaan uang. Yaitu dengan mengganti volume barang yang
diperdagangkan (T) dengan output riil (Q), rumus sebagai berikut :

MV = PQ = Y

Y = PQ = GNP nasional

V = tingkat perputaran pendapatan.

b. Alfred Marshall

Rumus tentang uang dari Marshall :


M = k.P.Q

M = k.Y dimana k = 1/V

Secara matematis, rumusan dari Marshall sama dengan rumus yang dibaut oleh
Irving Fisher, tapi implikasinya berbeda. Marshall memandang, masyarakat selalu
menginginkan sebagia dari pendapatannya (Y) dalam bentuk uang kas
(dinyatakan dalam k). sehingga k.Y merupakan keinginan terhadap uang kas (M).
Rumusnya: M = k.P.Q = k.Y. Rumus tersebut merupakan awal dari teori
permintaan terhadap uang.

c. John Maynard Keynes

Kenyes memberikan penjelasan alasan seseorang memegang uang kas. Dalam


teorinya tentang permintaan uang kertas, keynes membedakan 3 motivasi
memegang uang.

 Motivasi untuk transaksi.

Menurut keynes, permintaan uang kas untuk transaksi ini tergantung dari
pendapatan. Makin tinggi tingkat pendapatan seseorang, makin besar
keinginan akan uang kas untuk transasksi. Masyarakat yang memiliki tingkat
pendapatan yang tinggi, biasanya melakukan transaksi yang lebih banyak
dibandingkan dengan tingkat pendapatannya lebih rendah.

 Motivasi untuk berjaga-jaga.

Motif ini berkenaan dengan keamanan karena kejadian yang datang tidak
terencana. Permintaan uang untuk berjaga-jaga merupakan suatu tabungan,
penggunaannya ketika kita dibutuhkan. Permintaan uang ini diperlukan untuk
mencadangkan pengeluaran yang mendadak.

Besar kecilnya uang kas yang dipegang nampaknya juga dipengaruhi oleh
tingkat pendapatan, tapi yang lebih memungkinkan dipengaruhi oleh tingkat
likuiditas kekayaan yang dimiliki. Yaitu tingkat kepercayaan kekayaan untuk
diperjual belikan saat membutuhkannya.

 Motivasi untuk spekulasi.

Menurut Keynes, orang bersedia memegang uang melebihi kebutuhan untuk


transaksi karena uang merupakan salah satu bentuk kekayaan. Uang kas
disimpan sebagai alat penimbun kekayaan. Dalam hal ini Keynes mengatakan,
ada dua bentuk kekayaan, yaitu uang kas dan uang obligasi.

Dengan memegang obligasi, seseorang akan memperoleh bunga. Semakin


tinggi tinkat bunga makin rendah masyarakat memegang uang kas. Apabila
tingkat suku bunga naik, berarti ongkos memegang uang kas semakin besar,
seseorang lebih baik memegang obligasi. Keinginan masyarakat memegang
uagn kas akan semakin kecil. Sebaliknya semakin rendah tingkat suku bunga
makin besar keinginan masyarakat memegang uang kas.

d. David Ricardo

Menurut Ricardo, uang yang beredar terlalu banyak akan mengakibatkan turunnya
nilai uang. Bertambahnya uang yang beredar menunjukkan bahwa terjadinya
peningkatan permintaan uang. Di sisi lain jumlah barang yagn tersedia di pasar
tidak bertambah, kalaupun bertambah tidak sebanding dengan pertambahan
permintaan uang, terjadilah kelebihan permintaan. Sehingga pati akan berakibat
pada kenaikan harga. Bila harga barang naik maka nilai uang akan turun dengan
kondisi normal.

Oleh Ricardo permasalahan tersebut dituangkan dalam bentuk rumus tentang


uang, dengan M = k.P.

M adalah jumlah uang yang beredar.

K adalah konstanta, dan

P merupakan tingakt harga barang.

e. Milton Friedman

Friedman menyatakan bahwa uang pada prinsipnya merupakan salah satu bentuk
kekayaan. Permintaan uang mirip dengan permintaan barang lainnya. Tapi
tergantung pada tiga hal, yaitu:

 Total kekayaan yang dimiliki dalam segala macam bentuk kekayaan.


 Harga dan keuntungan dari masing-masing bentuk kekayaan
 Selera dan preferensi pemilik kekayaan.

Analisis Friedman bertitik tolak pada keuntungan marginal dan proses subtitusi
antar bentuk kekayaan seperti uang, obligasi, saham dan surat berharga lainnya
dalam definisinya yang paling luas, kekayaan seseorang adalah seluruh sumber
pendapatan atau jasa yang dapat dikonsumsi. Salah bentuk kekayaan tersebut
adalah kapasitas peroduktif dari manusia.

Dengan demikian, kapasitas manusia berhubungan dengan besarnya harapan


memperoleh penghasilan di masa depan. Semakin kaya seseorang, harapan
pendapatan seseorang di masa depan semakin besar.
Menurut friedman, keuntungan memegang uang berupa kemudahan dalam
melakukan transaksi. Secara riil, besarnya keuntungan memegang uang
dipengaruhi oleh volume barang yang ditransaksikan.

Dalam pemaparan tentang uang ini, Friedman menyebutkan bahwa uang dapat
dianggap sebagai salah satu dari 5 cara pemegang kekayaan, yaitu uang, obligasi,
saham, barang-barang fisik dan kekayaan humani.
3. Teori Harga Pasar

Ini teori harga pasar berbunyi, “Harga suatu barang atau jasa yang pasarnya
kompetitif tinggi rendahnya ditentukan oleh permintaan dan penawaran pasar.” Dari
teori tersebut, kita pasti sudah dapat memahami pembentukan suatu harga karena
adanya permintaan barang dan penawaran suatu barang.

Interaksi antara permintaan dan penawaran akan mengakibatkan keseimbangan harga


di pasar, yang ditandai dengan tingkat harga pada jumlah barang yang diminta oleh
konsumen akan sama persis dengan jumlah yang ditawarkan penjual.

Harga dari suatu barang adalah tingkat pertukaran barang itu dengan barang lain.
Sebagaimana telah kita ketahui, bahwa salah satu tugas pokok ekonomi adalah
menjelaskan mengapa barang-barang mempunyai harga dan mengapa ada barang
yang mahal dan murah. Ahli ekonomi telah menyusun teori harga umum yang bisa
dipakai untuk menganalisa semua problem yang menyangkut harga.

Pertanyaan yang paling mendasar yang harus dijawab oleh ahli ekonomi adalah
mengapa barang-barang dan faktor-faktor produksi itu mempunyai harga? Secara
polos jawabannya adalah karena barang-barang dan faktor-faktor produksi itu
mempunyai kegunaan atau diperlukan oleh satu pihak dan di lain pihak ketersediaan
barang-barang dan faktor-faktor produksi itu lebih sedikit dibandingkan dengan
kebutuhan orang-orang yang memerlukannya.

Contohnya, daging tidak akan pernah mempunyai harga dalam suatu perekonomian,
bila masyarakat seluruhnya berpantang makan daging. Banyak atau sedikitnya sapi
atau domba di tempat itu tidak akan mempunyai harga. Disamping itu untuk
menjadikan barang-barang tersebut berharga, barang-barang itu harus langka atau
sulit didapat bagi mereka yang memerlukannya, jika barang-barang itu ingin diberi
harga.

Faktor terpenting dalam pembentukan harga adalah kekuatan permintaan dan


penawaran. Permintaan dan penawaran akan berada dalam keseimbangan pada harga
pasar jika jumlah yang diminta sama dengan jumlah yang ditawarkan. Untuk lebih
jelasnya diberikan contoh dalam permintaan telur dan penawaran telur yang dapat
membentuk harga telur.

No Harga telur per Kg Permintaan Penawaran


1 Rp 10.500 140 kg 20 kg
2 Rp 10.750 120 kg 40 kg
3 Rp 11.000 100 kg 60 kg
4 Rp 11.250 80 kg 80 kg
5 Rp 11.500 60 kg 100 kg
6 Rp 11.750 40 kg 120 kg
7 Rp 12 .000 20 kg 140 kg
Melihat tabel di atas, pada penawaran dan permintaan barang 80 kg terbentuk harga
keseimbangan sebesar Rp 11.250. Harga keseimbangan atau ekuilibrium adalah
bertemunya jumlah penawaran dan permintaan yang sama. Terbentuknya harga dan
kuantitas keseimbangan di pasar merupakan hasil kesepakatan antara pembeli
(konsumen) dan penjual (produsen).

Jika keseimbangan ini telah tercapai, biasanya titik keseimbangan ini akan bertahan
lama dan menjadi patokan pihak pembeli dan pihak penjual dalam menentukan harga.

Harga keseimbangan atau harga pasar (Equilibrium Price) adalah tinggi rendahnya
tingkat harga yang terjadi atas kesepakatan antara produsen/penawaran dengan
konsumen atau permintaan.

Keseimbangan harga merupakan titik temu antara permintaan dan penawaran


yangmerupakan proses alami mekanisme pasar. Permintaan/pembeli berusaha untuk
mendapatkan barang/jasa yang baik dengan harga yang murah, sedangkan
penawaran/penjual berusaha untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya.
Akibat dari tarik-menarik/tawar-menawar antara permintaan dan penawaran, maka
akan tercapai titik temu yang disebut keseimbangan harga.

Masalah harga berhubungan dengan barang ekonomis, sebab barang ekonomis


adanya langkah dan berguna dan untuk memperolehnya diperlukan pengorbanan uang
dengan bantuan harga. Harga adalah perwujudan nilai tukar atas suatu barang/jasa
yang dinyatakan uang. Oleh karena itu harga merupakan nilai tukar obyektif atas
barang/jasa dan nilai tukar obyektif itu sendiri adalah harga pasar atau harga
keseimbangan. Harga pasar tidak terbentuk secara otomatis akan tetapi melalui suatu
proses mekanisme pasar yakni tarik menarik antara kekuatan pembeli dengan
permintaannya dan kekuatan penjual dengan.penawarannya.

Berdasarkan pengertian tersebut maka harga keseimbangan dapat ditarik kesimpulan


adalah suatu tingkat harga yang telah disepakati oleh pembeli dan penjual di pasar.
Harga keseimbangan ditunjukkan oleh titik temu antara kurva permintaan yang
merupakan keinginan para pembeli dan kurva penawaran yang merupakan kehendak
para penjual.

Inflasi

Pernahkah kalian mendengar kata inflasi? Jika kalian sering menonton berta di
televisi, akan terdengar kata inflasi dalam berita ekonomi. Lalu, apa yang terpikirkan
oleh kalian ketika mendengar kata inflasi? Kenaikan harga, itulah jawabannya.

Inflasi terjadi apabila tingkat harga-harga dan biaya-biaya umum mengalami


kenaikan. Harga beras, harga bahan bakar, harga mobil semuanya naik. Tingkat upah,
ahrga tanah, sewa barang juga mengalami kenaikan. Kebalikan dari inflasi adalah
deflasi, yaitu suatu kondisi terjado apabila harga-harga barang mengalami penurunan.
Dalam pengertian di atas, kita tidak mengatakan bahwa selama masa inflasi, semua
harga dan biaya meningkat dalam proporsi yang sama, dan memang jarang sekali
terjadi laju kenaikan yang sama. Pada masa inflasi pengukuran dalam kenaikan harga
menggunaka indeks harga, yaitu rata-rata harga konsumen atau produsen.

Menurut Teori Kuantitas mengenai uang pada mazhab klasik, penyebab utama dan
satu-satunya yang memungkinkan gejala inflasi muncul adalah terjadinya kelebihan
uang yang beredar sebagai akibat penambahan jumlah uang di masyarakat.

Menurut Keynes dalam The General Theory of Employment, Interest and Money,
dinyatakan bahwa inflasi disebabkan oleh gap antara kemampuan ekonomi
masyarakat terhadap keinginan-keinginannya terhadap barang-barang. Yang
dimaksud dengan gap disini adalah permintaan masyarakat terhadap barang-barang
lebih besar daripada jumlah yang tersedia sehingga terjadi kenaikan harga, yang
kemudian dikenal dengan istilah inflationary gap.

Inflasi dapat timbul bila jumlah uang atau uang deposito dalam peredaran banyak,
dibandingkan dengan jumlah barang-barang atau jasa yang ditawarkan atau bila
karena hilangnya kepercayaan terhadap mata uang nasional, terdapat gejala yang
meluas untuk menukar dengan barang-barang.

Bentuk-bentuk inflasi

Inflasi bisa dikatakan sebuah penyakit dalam perekonomian nasional. Sehingga inflasi
memiliki kadar kesengsaraan yang berlainan. Ada tiga bentuk inflasi berdasarkan
kadar penyakitnya yaitu, inflasi moderat, inflasi ganas, dan hiperinflasi.

a. Inflasi moderat

Bentuk inflasi ini terjadi ketika harga-harga barang meningkat secara perlahan.
Jika dalam bentuk prosentase, inflasi jenis di bawah angka 10 persen pertahun
karena angka inflasi masih satu digit.

b. Inflasi ganas

Bentuk inflasi ini terjadi bila harga-harga melonjak sampai 100 atau 200 persen
per tahun yang sering disebut inflasi dua atau tiga digit per tahun. Walaupun
demikian, suatu perekonomian dengan laju inflasi sampai tiga digit seperti itu bisa
berjalan juga. Seperti negara Brasilia dan Israel bisa tumbuh pesat walaupun
harga-harga pernah mengganas di negara tersebut.

c. Hiperinflasi

Bentuk inflasi ini sangat mematikan. Tak ada sesuatu yang baik yang bisa
dikatakan mengenai membubungnya harga berlipat-lipat kali. Inflasi semacam ini
pernah terjadi di Jerman pada tahun 1920-1923, atau Cina dan Hongaria sesudah
perang dunia 2.

Dampak inflasi

a. Bagi pemilik pendapatan tetap dan tidak tetap

Bagi masyarakat yang memiliki pendapatan tetap, inflasi sangat


merugikan. Kita ambil contoh seorang pensiunan pegawai negeri tahun
1990. Pada tahun 1990, uang pensiunnya cukup untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Namun, di tahun 2003 atau tiga belas tahun
kemudian, daya beli uangnya mungkin hanya tinggal setengah. Artinya,
uang pensiunnya tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya.

Sebaliknya, orang yang mengandalkan pendapatan berdasarkan


keuntungan, seperti pengusaha, tidak dirugikan dengan adanya inflasi.
Begitu juga dengan pegawai yang bekerja di perusahaan dengan gaji
mengikuti tingkat inflasi.

b. Bagi para penabung

Inflasi menyebabkan orang enggan untuk menabung karena nilai


mata uang semakin menurun. Memang tabungan menghasilkan bunga,
tetapi jika tingkat inflasi di atas bunga, nilai uang tetap menurun. Jika
orang tidak menabung, dunia usaha dan investasi akan sulit berkembang
karena untuk berkembang dunia usaha membutuhkan dana dari bank yang
diperoleh dari tabungan masyarakat.

c. Bagi debitur dan kreditur

Bagi orang yang meminjam uang kepada bank (debitur), inflasi


menguntungkan karena pada saat pembayaran utang kepada kreditur,
nilai uang lebih rendah dibandingkan pada saat meminjam. Sebaliknya,
kreditur atau pihak yang meminjamkan uang akan mengalami kerugian
karena nilai uang pengembalian lebih rendah jika dibandingkan pada
saat peminjaman.

d. Bagi produsen

Bagi produsen, inflasi dapat menguntungkan Jika pendapatan yang


diperoleh lebih tinggi daripada kenaikan biaya produksi. Jika hal ini
terjadi, produsen terdorong untuk melipatgandakan produksinya
(biasanya terjadi pada pengusaha besar). Namun, jika inflasi
menyebabkan naiknya biaya produksi hingga pada akhirnya merugikan
produsen, produsen enggan untuk meneruskan produksinya. Produsen
dapat menghentikan produksinya untuk sementara waktu, bahkan jika
tidak sanggup mengikuti laju inflasi, dapat gulung tikar (biasanya terjadi
pada pengusaha kecil).

e. Bagi perekonomian nasional

 Investasi berkurang.
 Mendorong tingkat bunga.
 Mendorong penanam modal yang bersifat spekulatif.
 Menimbulkan kegagalan pelaksanaan pembangunan.
 Menimbulkan ketidakpastian keadaan ekonomi pada masa yang akan
datang.
 Menyebabkan daya saing produk nasional berkurang.
 Menimbulkan defisit neraca pembayaran.
 Merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.
4. Teori Bunga

Bunga merupakan kompensasi yang diberikan kepada pihak yang telah meminjamkan
uang kepada peminjam. Bunga biasanya dihitung berdasarkan prosentase. Bunga
merupakan imbalan atas ketidaknyaman karena telah melepaskan uang kas, dengan
demikian bunga adalah harga kredit. Tingkat bunga berkaitan dengan peranan waktu
dalam kegiatan ekonomi.

Menurut Keynes bunga merupakan suatu fenomena moneter. Artinya tingkat bunga
ditentukan oleh penawaran dan permintaan akan uang di pasar uang. Dalam industri
perbankan yang sangat kompetitif, penentuan tingkat bunga kredit menjadi suatu alat
persaiangan yang sangat strategis. Bank yang mampu mengendalikan pokok dalam
penentuan tingkat bunga kredit (lending rate) akan mampu menurunkan bunga kredit
yang lebih rendah dibandingkan dengan bank lainnya.

Dalam permasalahan bungan muncul para pemikir ekonomi memberikan teori-


teorinya untuk memberikan ide-idenya tentang bunga, yaitu menjelang revolusi
Industri di Eropa. Pada kurun ini muncul para pakar ekonomi semisal Adam Smith,
David Ricardo, J.M Keynes, Alfred Marshal, dan lain-lain.

a. Adam Smith dan David Ricardo

Bunga uang merupakan suatu ganti rugi yang diberikan oleh si peminjam kepada
pemilik uang atas keuntungan yang mungkin diperolehnya dari pemakaian uang
tersebut. Pada hakekatnya penumpukan barang atau modal dapat berakibat
ditundanya pemenuhan kebutuha lain, dan orang tidak akan berbuat demikian
kalau mereka tidak mengharapkan suatu hasil yang lebih baik dari pengorbanan
yang telah mereka lakukan.

Dengan demikian, bunga uang adalah hadiah atau balas jasa yang diberikan
kepada seseorang karena dia telah bersedia menunda pemenuhan kebutuhannya.

b. Alfred Marshall

Bunga uang dilihat dari segi penawaran merupakan balas jasa terhadap
pengorbanan bagi kesediaan seseorang untuk menyimpan sebagian
pendapatannya ataupun “jerih payah”nya melakukan penungguan.

Besarnya tingkat suku bunga uang menurut aliran ekonomi klasik digambarkan
sebagai berikut; jika hasil yang diperoleh dari perputaran uang jumlahnya besar,
maka bunga uang yang lebih besar dapat diberikan atas imbalan pemakaian uang
tersebut. Namun, suku bunga uang tidak memiliki hubungan apapun dengan
jumlah uang yang beredar. Sebab, akibat meningkatnya jumlah uang, maka hal
tersebut tidak lain adalah akibat naiknya harga, bukan mendongkrak tingkat suku
bunga uang.

Mengenai tingkat suku bunga uang yang riil (nyata), Marshal beranggapan bahwa
besarnya suku bunga uang terletak pada titik potong antara grafik permintaan dan
persediaan jumlah tabungan. Jika jumlah tabungan uang lebih besar dari
permintaan akan uang yang hendak ditanamkan, maka tingkat suku bunga uang
akan turun, dan jumlah penanaman modal akan bertambah besar hingga tercapai
titik keseimbangan baru antara tabungan dan penawaran modal.

Begitu pula sebaliknya, akan terjadi bila permintaan akan modal lebih besar dari
penawarannya, maka tingkat suku bunga uang akan naik dan penanaman modal
akan berkurang. Dengan demikian, berarti anggapan dasar teori Klasik tentang
tabungan adalah jumlah tabungan selalu ditentukan oleh besarnya suku bunga
uang.

c. J.M. Keynes

Teori Klasik mengenai bunga uang ini pada akhirnya dikritik habis-habisan oleh
para pakar ekonomi modern semacam Keynes. Ia mengungkapkan bahwasanya
bunga uang bukanlah merupakan hadiah atas kesediaan seseorang untuk
menyimpan uangnya. Sebab, setiap orang bisa saja menabung tanpa
meminjamkan uangnya untuk tujuan memungut bunga uang, sedangkan selama
ini telah dimaklumi bahwa setiap orang hanya dapat memperoleh bunga uang
dengan meminjamkan lagi uang tabungannya itu.

Begitu pula kalau kita melihat adanya pertambahan jumlah tabungan masyarakat,
maka fenomena bertambahnya penanaman modal dalam jumlah yang sama
dengan tabungan masyarakat adalah anggapan tidak benar, terutama pada masa-
masa resesi ekonomi atau pada saat terjadinya economic boom (keadaan aktivitas
ekonomi yang mencapai puncaknya). Pada dua keadaan seperti di atas, yaitu pada
masa resesei ataupun pada waktu aktifitas ekonomi memuncak, maka naiknya
tingkat suku bunga uang tidaklah meningkatkan jumlah penanaman modal
sebagaiman yang diyakini para ekonom aliran klasik.

Tentang munculnya fluktuasi tingkat suku bunga uang, yang menurut teori klasik
ditentukan oleh kurva permintaan dan persediaan jumlah tabungan, maka Keynes
menangkisnya dengan mengatakan bahwa inisiatif seluruhnya terletak pada para
enterpreneur (pihak swasta yang memanfaatkan pinjaman /uang ), bukan
tergantung kepada para penabung. Sebab, para penabung secara keseluruhan tidak
berarti apa-apa dibandingkan dengan peran para enterpreneur dalam memutar
modal, walaupun kita ketahui bahwa setiap orang bebas menabung berapa saja
yang dikehendakinya.
Dari uraian di atas, maka kita sampai pada suatu kesimpulan bahwa tingkat suku
bunga uang yang tinggi maupun yang rendah, keduanya tidak mampu mendorong
kegiatan ekonomi /usaha yang produktif, apalagi mendorong kegiatan ekonomi
terutama pada saat terjadi resesi. Lagi pula jumlah uang yang ditabung oleh
perorangaan pada suatu tingkat penghasilan tertentu, tidaklah memiliki pengaruh
terhadap perubahan besarnya suku bunga uang.

Oleh karena itu, pernyataan Henderson yang mengatakan bahwa tingkat suku
bunga uang merupakan alat penyelidik tentang mengapa modal dapat berpindah-
pindah, melalaui apa dan pada sektor kehidupan apa saja modal bisa ditanamkan,
serta apa saja yang pada masa datang dapat memberikan hasil yang paling tinggi,
adalah tidak benar selama-lamanya. Sebab pada tingkat suku bunga uang 0 (yaitu
tidak ada bunga uang), transaksi atau aktifitas ekonomi malahan meningkat pesat,
dan mampu mengurangi tingkat pengangguran dan mempercepat peredaran uang
di masyarakat.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dorongan orang maupun lembaga yang akan
berusaha dalam berbagai aspek ekonomi tidak ditentukan oleh jumlah tabungan,
dan tidak pula ditentukan oleh suku bunga uang. Sebab, pada keadaan ekonomi
lesu, walaupun tingkat suku bunga uang dinaikkan, tetap saja ia tidak akan
mampu mendongkrak kenaikan aktivitas ekonomi. Kalaupun tingkat suku bunga
uang naik, ia hanya mendorong sebatas memperbanyak jumlah tabungan belaka.

Teori modern yang kini masih dijadikan rujukan berbagai penentu kebijakan
ekonomi di belahan bumi utara maupun selatan yang paling populer adalah teori
Keynes tentang ekonomi. Dalam bukunya yang terkenal dengan the Genereal
Theory of Employment, Interest and Money, ia menyinggung masalah suku bunga
uang (Interest) secara panjang lebar. Di samping teori-teori tentang suku bunga
uang yang di kemukakan oleh Keynes, sebenarnya masih banyak teori lain seperti
teori Agio, teori suku bunga uang moneter dan lain-lain. Akan tetapi teori-teori ini
tenggelam oleh teori Keynes tentang ekonomi, termasuk di dalamnya pembahasan
mengenai suku bunga uang.

Walaupun teori modern tentang suku bunga uang mencela habis-habisan teori
klasik, akan tetapi aliran modern tetap menjadikan bunga uang sebagai suatu
“kewajiban ekonomi” yang kalau tidak, akan mengakibatkan kemacetan aktivitas
ekonomi, dan ini berarti kemunduran besar dalam peradaban manusia yang tidak
bisa melepaskan dirinya dari aspek ekonomi.

Bagaimana mereka memandang tentang bunga uang? Teori ekonomi klasik


menyebutkan bahwa bunga uang adalah hadiah yang didapat atas pinjaman uang
tunai dan dengan perjanjian pembayaran sesudah jangka waktu tertentu di masa
da¬tang. Jadi bunga uang menurut teori tersebut bukanlah harga atau hadiah
karena seseorang telah mena¬bung dan atau tidak membelanjakan uangnya.
Bunga uang dapat disebut hadiah adalah karena seseorang “tidak menyimpan
begitu saja” uangnya, atau ia disebut hadiah karena orang terse¬but telah
melepaskan likuiditasnya sendiri untuk suatu jangka waktu tertentu. Keinginan
untuk tetap liquid tidak lain adalah karena adanya permintaan “pasar” akan uang.
Menurut Keynes, besarnya suku bunga uang ditentukan oleh perte¬muan antara
apakah masyarakat ingin lebih liquid atau tidak, dengan apakah bank bersedia
untukmenjadi liquid atau tidak.

Dalam penbahasan suku bunga uang, Keynes sampai pada suatu kesim¬pulan
bahwasanya suku bunga uang hanyalah pengaruh angan-angan manusia saja
(highly konvensional), dan setiap tingkat suku bunga uang terpaksa diterima
masyarakat yang dalam pandangan orang-orang kelihatan senantiasa
menyenangkan.

Kemudian, dalam pembahasan lanjutan tentang suku bunga uang, ia


menghubungkannya dengan permodalan yang ada. Keynes mengatakan bahwa
suku bunga uang di dalam suatu masyarakata yang berjalan normal akan sama
dengan nol (tidak ada bunga uang), dan ia meyakini bahwa manusia bisa
mendapatkan uang dengan jalan berusaha.

“Suatu masyarakat yang berjalan normal dengan sarana tehnik modern dan
perkembangan penduduk stabil, harus sanggup menurunkan keseimbangan
pemakaian tambahan modal secara efisien sampai titik nol dalam satu generasi
saja, sehingga kita bisa mencapai suatu keadaan masyarakat yang teratur yang
perubahan dan kemajuannya hanya disebabkan oleh kemajuan tehnik, selera
masyarakat, perkembangan penduduk dan lembaga-lembaganya”.

Suku bunga uang, terlepas dari maksud untuk memperbesar modal sebagaimana
yang dianggap oleh masyarakat saat ini, adalah merupakan suatu panghalang
kemajuan. Penyelidikan Keynes dalam hal ini sangat menarik karena ia
beranggapan bahwa perkembangan modal tertahan oleh karena adanya suku
bunga uang.

Jika saja hambatan ini dihilangkan, lanjut Keynes, maka pertumbuhan modal di
dunia modern akan berkem-bang cepat, sehingga pasti memerlukan akan diadakan
peraturan yang mengatur agar suku bunga uang harus sama dengan nol. Ia telah
menun-jukkan ketidakbenaran pendapat yang mengatakan bahwa pertambahan
jumlah tabungan (yang penyebabnya adalah naiknya suku bunga) akan berakibat
bertambahnya jumlah penanaman modal.

Sebab, seseorang yang menambah jumlah tabungannya, kata Keynes, pada


dasarnya akan mangurangi jumlah tabungan orang lain jika hal tersebut ditinjau
dari segi masyarakat secara keseluruhan. Pengalaman selama PD II, di Amerika
Serikat, menunjukkan bahwa masyarakat negeri itu berhasil menabung lebih
banyak dengan bunga uang rendah (cuma l%) dibandingkan dengan apa yang
diperoleh sebelumnya dengan bunga uang yang jauh lebih tinggi. Hal ini
membuktikan bahwa teori ekonomi modern berhasil menunjukkan bahwa jumlah
tabungan tidak ditentukan oleh besarnya suku bunga uang, tetapi ditentukan oleh
tingkat penanaman modal.

Fungsi suku bunga

a. Sebagai daya tarik bagi para penabung yang mempunyai dana lebih untuk
diinvestasikan.
b. Suku bunga dapat digunakan sebagai alat moneter dalam rangka
mengendalikan penawaran dan permintaan uang yang beredar dalam suatu
perekonomian. Misalnya, pemerintah mendukung pertumbuhan suatu sektor
industri tertentu apabila perusahaan-perusahaan dari industri tersebut akan
meminjam dana. Maka pemerintah memberi tingkat bunga yang lebih rendah
dibandingkan sektor lain.
c. Pemerintah dapat memanfaatkan suku bunga untuk mengontrol jumlah uang
beredar. Ini berarti, pemerintah dapat mengatur sirkulasi uang dalam suatu
perekonomian.

Suku bunga itu sendiri ditentukan oleh dua kekuatan, yaitu penawaran tabungan
dan permintaan investasi modal (terutama dari sektor bisnis). Tabungan adalah
selisih antara pendapatan dan konsumsi. Bunga pada dasarnya berperan sebagai
pendorong utama agar masyarakat bersedia menabung.

Jumlah tabungan akan ditentukan oleh tinggi rendahnya tingkat bunga. Semakin
tinggi suku bunga, akan semakin tinggi pula minat masyarakat untuk menabung,
begitupun sebaliknya. Tinggi rendahnya penawaran dana investasi ditentukan
oleh tinggi rendahnya suku bunga tabungan masyarakat.
5. Teori Upah

Upah merupakan balas jasa atau kompensasi yang diberikan majikan kepada kepada
pekerja atas tenaga, pikiran dan energi yang diberikan kepada majikannya. Pemberian
upah pada dasarnya merupakan imbalan/balas jasa dari para produsen kepada tenaga
kerja atas prestasinya yang telah disumbangkan dalam kegiatan produksi.

Karena upah tidak mungkin muncul tanpa ada tenaga kerja, maka harus tersedia
terlebih dulu pasar tenaga kerja. Pasar tenaga kerja diartikan sebagai bertemunya
antar permintaan kerja dengan penawar kerja di pasr tenaga kerja. Permintaan kerja
adalah para pencari kerja itu sendiri, sedangkan penawar kerja adalah orang-orang
atau lembaga yang memerlukan tenaga kerja.

Upah tenaga kerja yang diberikan tergantung pada:

 Biaya keperluan hidup minimum pekerja dan keluarganya


 Peraturan undang-undang yang mengikat tentang upah minimum pekerja (UMR).
 Produktivitas marginal tenaga kerja.
 Tekanan yang dapat diberikan oleh serikat buruh dan serikat pengusaha.
 Perbedaan jenis pekerjaan.

Upah yang diberikan oleh para pengusaha secara teoritis dianggap sebagai harga dari
tenaga yang dikorbankan pekerja untuk kepentingan produksi. Sehubungan dengan
hal itu maka upah yang diterima pekerja dapat dibedakan dua macam yaitu, upah
nominal dan upah riil.

Upah Nominal, yaitu sejumlah upah yang dinyatakan dalam bentuk uang yang
diterima secara rutin oleh para pekerja. Upah Riil , adalah kemampuan upah nominal
yang diterima oleh para pekerja jika ditukarkan dengan barang dan jasa, yang diukur
berdasarkan banyaknya barang dan jasa yang bisa didapatkan dari pertukaran
tersebut.

a. David Ricardo

Teori dari Ricardo disebut dengan teori upah alami yang wajar. Teori upah ini
menerangkan upah menurut kodrat adalah upah yang cukup untuk pemeliharaan
hidup pekerja dengan keluarganya. Di pasar akan terdapat upah menurut harga
pasar adalah upah yang terjadi di pasar dan ditentukan oleh permintaan dan
penawaran. Upah harga pasar akan berubah di sekitar upah menurut kodrat. Oleh
ahli-ahli ekonomi modern, upah kodrat dijadikan batas minimum dari upah kerja.
Dengan demikian, upah seharusnya diserahkan kepada hukum alam yang
berdasarkan pada hukum permintaan dan penawaran tenaga kerja.

Ricardo berpendapat bahwa nilai tukar suatu barang ditentukan oleh ongkos yang
dikeluarkan untuk menghasilkan barang tersebut. Ongkos itu berupa bahan
mentah dan upah buruh yang besarnya hanya cukup untuk bertahan hidup saja
yang disebut “Upah Alami”.

Apabila harga yang ditetapkan lebih besar dari biaya-biaya yang ada (termasuk
upah alami), dalam jangka pendek perusahaan akan menikmati laba ekonomi. Hal
inilah yang membuat perusahaan lain masuk ke dalam pasar. Pada perkembangan
selanjutnya teori upah alami ini dicap sebagai teori “upah besi” oleh kaum
sosialis.

b. Ferdinand Lassalle

Teori dari Lassalle adalah teori upah besi. Penerapan sistem upah kodrat
menimbulkan tekanan terhadap kaum buruh, karena kita ketahui posisi kaum
buruh dalam posisi yang sulit untuk menembus kebijakan upah yang telah
ditetapkan oleh para produsen. Berhubungan dengan kondisi tersebut maka teori
ini dikenal dengan istilah “Teori Upah Besi”. Untuk itulah Lassalle menganjurkan
untuk menghadapi kebijakan para produsen terhadap upah agar dibentuk serikat
pekerja.

Munculnya upah besi karena para pekerja dalam posisi yang lemah. Hal ini
karena, yang namanya tenaga kerja tidak dapat disimpan, setiap hari perlu makan.
Selanjutnya apabila tenaga kerja pada hari itu tidak dipergunakan, maka tidak
akan dapat upah untuk makan.

Selain itu, penyebab kedua adalah tenaga kerja tidak mudah dipindahkan untuk
mengisi pekerjaan di tempat lain. Kondisi ini menyebabkan para pekerja seola-
olah menghadapi hukum upah besi yang sangat sulit ditembus. Akhirnya para
pekerja menerima ketentuan upah yang sangat rendah.

c. John Stuart Mill

Teori dari Mill disebut dengan Teori Dana Upah. Sebenarnya teori bukan hanya
dikembangkan oleh Mill saja, tapi juga oleh Cantillon dan Turgot. Bahan Ricardo
juga sebelumnya mengemukakan teori tersebut. Teori dana upah mengemukakan
bahwa, tinggi upah tergantung kepada permintaan dan penawaran tenaga kerja.
Sedangkan penawaran tenaga kerja tergantung pada jumlah dana upah yaitu
jumlah modal yang disediakan perusahaan untuk pembayaran upah.

Peningkatan jumlah penduduk akan mendorong tingkat upah yang cenderung


turun, karena tidak sebanding antara jumlah tenaga kerja dengan penawaran
tenaga kerja.

Menurut teori ini permintaan tenaga kerja akan tergantung daripada dana upah
yang terakumulasi, daripada ”funds which are destined for the payment of wages”
yang dihematkan, dan tiap jumlah uang yang dibayarkan kepada yang satu,
dengan sendirinya dikurangi daripada yang lain. Itulah sebabnya bahwa bantuan
kepada orang miskin adalah merugikan dana upah, jadi juga upah-upah kerja
lainnya.

Teori dana upah ini adalah suatu pengulangan kata yang tak berarti; tidak ada
yang dikemukakan selain daripada hal, bahwa upah rata-rata sama dengan dana
upah, dibagi dengan jumlah pekerja dan sebaliknya dana upah itu harus dapat
diketahui dari hasil kali upah rata-rata dengan jumlah orang upahan.

d. Karl Marx

Teori upah dari Marx merupakan kritik terhadap kapitalisme, dia mengkritisi
tentang nilai lebih sehingga teorinya disebut dengan teori nilai lebih. Menurut
Karl Marx, barang dinilai berdasarkan pada biaya rata-rata tenaga kerja di
masyarakat. Karl Marx juga berpendapat bahwa upah yang diberikan kepada
buruh tidak sesuai dengan harga barang yang dijual sehingga terjadi pemerasan
terhadap buruh. Laba yang diterima pengusaha didapat dari selisih nilai jual
dengan biaya produksi yang rendah karena pemerasan terhadap buruh disebut
nilai lebih.

Dalam teori nilai tenaga kerja, ditegaskan bahwa keuntungan tenga kerja kurang
dari yang selayaknya mereka terima, karena mereka menerima upah kurang dari
nilai barang yang sebenarnya mereka hasilkan dalam suatu priode bekerja.

Menurut Marx, sistem kapitalis tumbuh melalui tingkatan eksploitasi terhadap


tenaga kerja yang terus menerus meningkat (dan karena itu jumlah nilai surplus
pun terus meningkat) dan dengan menginvestasikan keuntungan untuk
mengembangkan sistem, dan hal itu disebut dengan nilai surplus.

Teori Upah Etika

Menurut kaum Utopis (kaum yang memiliki idealis masyarakat yang ideal) tindakan
para pengusaha yang memberikan upah hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan
minimum, merupakan suatu tindakan yang tidak “etis”.

Oleh karena itu sebaiknya para pengusaha selain dapat memberikan upah yang layak
kepada pekerja dan keluarganya, juga harus memberikan tunjangan keluarga.
Pendapatan adalah nilai maksimal yang dapat dikonsumsi oleh seseorang dalam suatu
periode dengan mengharapkan keadaan yang sama pada akhir periode seperti keadaan
semula, pendapatan merupakanbalas jasa yang diberikan kepada pekerja atau buruh
yang punya majikan tapi tidak tetap.

Teori Upah Sosial

Teori seperti ini pernah diterapkan di negara sosialis. Upah sosial tidak lagi
mendasarkan upah atas produktivitas suatu pekerjaan, tetapi didasarkan pada
kebutuhan buruh. Semua pekerja harus menghasilkan sesuai dengan kecakapan
masing-masing dan akan menerima upah sesuai dengan kebutuhannya (from each
according to his ability, to each according to his need).

Upah sebenarnya mempunyai pengertian yang berbeda-beda bagi perusahaan atau


majikan, bagi organisasi pekerja dan bagi pekerja itu sendiri. Bagi perusahaan, upah
merupakan biaya produksi yang harus ditekan serendah-rendahnya agar harga
barangnya nanti tidak menjadi terlalu tinggi atau agar keuntungannya menjadi lebih
tinggi.

Bagi organisasi pekerja, upah adalah yang menjadi objek perhatiannya untuk
dirundingkan dengan perusahaan atau majikan agar dinaikkan. Bagi pekerja, upah
adalah jumlah uang yang diterimanya pada waktu-waktu tertentu atau lebih penting
lagi jumlah barang kebutuhan hidup yang ia dapat beli dari jumlah uang tersebut atau
upah riil.

Hukum permintaan dan penawaran yang berlaku pada pasar barang dan jasa, berlaku
juga pasar tenaga kerja. Bahkan dengan adanya teori upah besi, hal itu membuktikan
begitu sempitnya penawaran tanaga kerja sedangkan permintaan tanaga kerja selalu
meningkat. Permasalahan pada permintaan tenaga kerja yang tidak tertampung di
lapangan pekerjaan menambah masalah, yang disebut dengan pengangguran. Upah
pun tidak ada dalam kondisi seperti ini.
DAFTAR PUSTAKAN

Pengantar Ekonomi Mikro, Sadono Sukirno, 2006, Jakarta: Rajawali Pers.

Ekonomi Regional, teori dan aplikasi, prof. Syafrizal. 2008, Padang: Badouse.

Lima puluh pemikir ekonomi dunia, Steven Pressman, 2002, Jakarta: Murah
Kencana.

Ekonomi, Paul Samuelson dan William D. Nordhaus, 1986, Jakarta: Penerbit


Erlangga.

Deliarnov.2005.Perkembangan Pemikiran Ekonomi. Jakarta : PT RajaGrafindo


Persada.

Penetapan Upah Minimum Provinsi DIY tahun 2009 Dalam Perspektif Hukum
Ketenagakerjaan dan Hukum Islam, Siti Husnul Khotimah (skripsi), 2009.

You might also like