You are on page 1of 8

HERPES ZOSTER

I. Pendahuluan
Varicella (chickenpox) merupakan infeksi primer virus kelompok DNA yaitu
virus Varicella zoster, bersifat akut dan generalisata, umumnya terjadi pada anak-
anak dan terkadang pada dewasa. Penularan terjadi melalui kontak atau inhalasi
(droplet). Kelainan dapat terjadi pada kulit dan atau membran mukosa. Kelainan kulit
ini bersifat polimorfi, dengan penyebaran lesi terutama pada tubuh dan menyebar
pada wajah, mukosa oral, kulit kepala, ekstremitas bagian proksimal (sentrifugal).
Herpes Zoster merupakan infeksi kulit yang terlokalisir dengan karakteristik
nyeri radikular unilateral dan erupsi vesikuler yang umumnya terbatas pada
dermatom yang dipersarafi satu ganglion sensoris spinal atau kranial. Herpes Zoster
merupakan suatu proses reaktivasi virus Varicella Zoster yang sebelumnya berada
dalam fase laten di ganglion sensoris. Pasien dengan Herpes Zoster sebelumnya
sudah pernah terinfeksi oleh virus Varicella zoster. Tempat predileksi dari kelainan
kulit pada herpes zoster terutama di dermatomal C2 – L2.

Gambar 1. Distribusi Dermatom pada Tubuh


II. Etiologi
Varicella Zoster (chickenpox) dan Herpes Zoster disebabkan oleh virus
Varicella Zoster atau Human Herpes Virus-3 (HHV-3). Virus ini termasuk dalam
famili Herpesvirus, yang merupakan kelompok dari virus DNA untai ganda yang
berukuran medium ( diameter 100-200 nm). Pada apus Tzanck didapatkan sel Datia
dengan 2-15 nuklei.

III. Patogenesis
Setelah infeksi varisela primer, virus akan bertahan pada ganglia radiks
dorsalis. Faktor yang dapat menyebabkan timbulnya herpes zoster yaitu adanya
penurunan kekebalan tubuh; iradiasi tulang belakang; tumor di medulla spinalis,
ganglion dorsalis atau struktur yang berdekatan; trauma lokal; sinusitis frontalis.
Virus varicella yang dorman menjadi aktif. Virus bermultiplikasi dan menyebar
sepanjang ganglion sehingga menyebabkan nekrosis ganglion dan inflamasi, yang
ditandai dengan rasa nyeri yang hebat. yang dan timbul vesikel-vesikel meradang
unilateral di sepanjang satu dermatom. Kulit di sekitarnya mengalami edema dan
perdarahan. Keadaan ini biasanya didahului atau disertai rasa nyeri yang hebat dan
rasa terbakar. Meskipun setiap saraf dapat terkena, tapi saraf torakal, lumbal, atau
cranial paling sering terserang. Herpes zoster dapat berlangsung kurang lebih selama
tiga minggu. Nyeri yang timbul sesudah serangan herpes disebut neuralgia
pascaherpetika dan biasanya berlangsung selama beberapa bulan., bahkan kadang-
kadang sampai beberapa tahun.
Varisela dapat diidentifikasikan dari kumpulan vesikel-vesikel yang
berkembang menjadi papul dan kemudian menjadi koreng (scab/crust). Masa
inkubasi berlangsung 14-21 hari. Terdapat gejala prodromal berupa demam yang
tidak terlalu tinggi, malaise, dan nyeri kepala, disusul timbulnya erupsi kulit berupa
papul eritematosa yang dalam waktu beberapa jam berubah menjadi vesikel dengan
bentuk khas berupa tetesan embun (tear drops). Sementara proses ini berlangsung,
timbul vesikel baru sehingga timbul gambaran polimorfi. Mula-mula timbul di badan,
menyebar secara sentrifugal ke wajah dan ekstremitas, serta dapat menyerang selaput
lendir mata (konjungtiva), mulut, dan saluran nafas atas. Pada infeksi sekunder
kelenjar getah bening regional membesar. Penyakit ini biasanya disertai rasa gatal.

IV. Gejala dan Tanda


a. Gejala Prodromal
• Keluhan biasanya diawali dengan gejala prodromal yang dapat berlangsung
selama 1-4 hari berupa nyeri pada daerah dermatom yang akan timbul lesi.
Nyeri bersifat segmental dan dapat berlangsung terus-menerus atau sebagai
serangan yang hilang timbul. Keluhan bervariasi dari rasa gatal, kesemutan,
panas, pedih, nyeri tekan, hiperestesi sampai rasa ditusuk-tusuk.
• Gejala konstitusi juga merupakan gejala prodromal berupa malaise, sefalgia,
rangsang meningeal dan nausea, yang biasanya akan menghilang setelah
erupsi kulit timbul. Kadang-kadang terjadi limfadenopati regional.

b. Erupsi kulit
• Erupsi kulit hampir selalu unilateral dan biasanya terbatas pada daerah yang
dipersarafi oleh satu ganglion sensorik. Erupsi dapat terjadi di seluruh bagian
tubuh, yang tersering di daerah ganglion torakalis.
• Lesi dimulai dengan makula eritroskuamosa, kemudian terbentuk papul-papul
dan dalam waktu 12-24 jam lesi berkembang menjadi vesikel. Pada hari
ketiga berubah menjadi pustul yang akan mengering menjadi krusta dalam 7-
10 hari. Krusta dapat bertahan sampai 2-3 minggu kemudian mengelupas.
Pada saat ini biasanya nyeri segmental juga menghilang.
• Lesi baru dapat terus muncul sampai hari keempat dan kadang-kadang sampai
hari ketujuh.
• Erupsi kulit yang berat dapat meninggalkan makula hiperpigmentasi dan
jaringan parut (pitted scar)
c. Variasi Klinis
• Pada beberapa kasus nyeri segmental tidak diikuti erupsi kulit, kemudian ini
disebut zoster sine herpete
• Herpes zoster abortif, bila perjalanan penyakit berlangsung singkat dan
kelainan kulit hanya berupa vesikel dan eritema.
• Herpes zoster oftalmikus: HZ yang menyerang cabang pertama nervus
trigeminus. Erupsi kulit sebatas mata sampai verteks, tetapi tidak melalui garis
tengah dahi. Bila mengenai anak cabang nasosiliaris (adanya vesikel pada
puncak hidung yang dikenal sebagai tanda Hutchinson), maka akan timbul
kelainan mata.
• Sindrom Ramsay-Hunt: HZ di liang telinga luar atau membrana timpani,
disertai paresis, gangguan lakrimasi, gangguan pengecap 2/3 bagian depan
lidah, tinnitus, vertigo dan tuli. Kelainan tersebut sebagai akibat virus
menyerang nervus fasialis dan nervus auditorius.
• Herpes zoster aberans: HZ disertai vesikel < 10 buah yang melalui garis
tengah.
• Herpes Zoster pada immunokompremais: perjalanan penyakit dan manifestasi
klinisnya berubah, seringkali tidak spesifik, menyebar ke alat-alat dalam
terutama ke paru, hati dan otak. Gejala prodromal lebih hebat. Erupsi kulit
dapat berlangsung lebih dari 4 minggu, lebih berat (bula hemoragik), lebih
luas (aberans/multidermatom/diseminata), lebih nyeri dan komplikasi lebih
sering terjadi.

V. Pemeriksaan penunjang:
1. Tzank smear

Tujuan : melihat multinucleated giant cell  untuk virus dan vesikobulosa


Cara pemeriksaan :

a. Bahan pemeriksaan diambil dari dasar vesikel dengan cara dikerok

b. Oleskan pada kaca objek lalu fiksasi

c. Warnai dengan giemsa

d. Lihat dengan mikroskop

Hasil pemeriksaan :

Herpes zoster  sel datia dengan inti akantolisis

Vesikubulosa  sel Tzank

2. Kultur virus dari apusan dasar vesikel, spesimen biopsi, skraping kornea.

3. Histopatologis

Histopatologi lesi kulit herpes zoster dan varisela sama  sel


epidermis ( pada lapisan germinal dan bagian dalam stratum spinosum)
menunjukkan balooning degeneration dengan hilangnya intercellular bridges
(akantholisis) yang nantinya akan dipisahkan oleh edema interselular.

Histopatologi HZ disertai inflamasi akut pada ganglion dan saraf tepi :

Ganglion infiltrasi limfosit intens, nekrosis sel dan fiber, proliferasi sel
endotel, focal hemmorhage, inflamasi ganglion shaeath

Saraf tepi infiltrasi limfosit difus, focal hemmorhage, dengan degenerasi


akson dan demyelinasi fiber sensoris

4. Pemerikasaan antigen dan antibodi

Diagnosis Banding :
1. Fase prodromal/nyeri terlokalisir  dapat menyerupai migrain, penyakit
kardiak atau pleura, akut abdomen, atau penyakit vertebra

2. Fase erupsi dermatomal :

a. Herpes simpleks herpetiformis

b. Dermatitis kontak alergi

c. Pemfigoid bulosa

Komplikasi :
1. Infeksi sekunder

2. Paresis

3. Meningoensefalitis

4. Keratitis

5. Sindrom Ramsay Hunt

6. Post herpetic neuralgia

Pengobatan :
1. Umum

a. Menjelaskan kepada penderita tentang penyakit dan pengobatannya

b. Menganjurkan penderita untuk menjaga bruntus-bruntus berisi air


cairan jernih tidak pecah

c. Menerangkan kepada penderita mengenai komplikasi penyakit yang


dapat terjadi dan penanganan yang dapat dilakukan
d. Menjauhi anak-anak kecil dan dewasa yang belum pernah mendapat
cacar air maupun orang-orang yang lagi sakit berat.

2. Khusus

Topikal : kompres, lotion, bedak salisil 2%

Sistemik :

a. - Asiklovir peroral 5 x 800mg (selama 7-10 hari) (dewasa)

4-5 x 200mg (anak-anak)

Untuk penderita immunocompromised : 5 mg/kg IV setiap 8


jam selama 5-7 hari

-Valasiklovir peroral 3 x 1000 mg/hari, selama 7 hari

- Famsiklovir peroral 3 x 500 mg selama 7 hari

b. Kortikosteroid  untuk penderita yang beresiko terjadinya


post herpetic neuralgia (usia > 50-60 tahun)

Dosis awal setara dengan prednison 60 mg/hari kemudian


diturunkan selama 3-4 minggu.

c. Postherpetic neuralgia: analgetik, amiriptilin, perfenazin

Asiklovir
Mekanisme kerja : menghambat DNA polimerase virus dengan berkompetisi terhadap
deoxiguanosin-trifosfat.Indikasi : HSV tipe 1 dan 2, danVZV
Amiriptilin
Merupakan golongan antidepersan trisiklik.Bekerja dengan menghambat ambilan
neuotransmiter di otak.Tersedia dalam bentuk tablet 10 dan 25 mg, dan dalam bentuk
larutan suntik 100 mg/hari.Dosis permulaan 75 mg sehari. Dosis ini ditingkatkan
sampai timbul efek terapetik, biasanya antara 150 mg-300 mg sehari.
Perfenazin
Merupakan obat antipsikosis, derivat fenotiazin.Berguna untuk mengatasi labilitas
emosional pada penderita psikosis, agresivitas, dan hiperaktivitas.
Prognosis
→ Umumnya baik. Pada pasien imunokompeten, rash biasanya hilang
dalam 2- 3 minggu.

→ Pada pasien imunokompromise, penyebaran viseral dapat terjadi,


mencakup SSP, paru-paru, jantung, dan saluran gastrointestinal.

→ Resiko PHN adalahsekitar 40% pada pasien yang berumur > 60 tahun.

→ Paralisis motorik terjadi pada 5% pasien, terutama jika virus mengenai


saraf kranialis.

You might also like