Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki tingkat polusi tertinggi di dunia.
Faktor utama yang menyebabkan tingginya kadar polusi di Indonesia adalah meningkatnya
pengguna kendaraan bermotor dikalangan masyarakat kita. Oleh karena itu, kita sebagai
warga negara Indonesia harus bisa meminimalkan polusi tersebut. Salah satu cara yang
sederhana tapi berdampak besar terhadap lingkungan adalah dengan cara menanam tanaman
yang bisa menyerap polusi serta racun yang ada di udara. Contoh tanaman yang bisa
menyerap polusi dan racun adalah tanaman sansevieria. Di kota-kota besar sudah mulai
ditanam sansevieria untuk menyerap polusi. Tanaman ini terbukti bisa menyerap polusi
seperti asap rokok.
Tanaman sansevieria tidak hanya memiliki manfaat sebagai tanaman penyerap polusi
saja. Tanaman ini masih memiliki banyak manfaat terhadap kehidupan manusia, antara lain
zat yang terkandung dalam tanaman ini bisa dimanfaatkan di bidang kesehatan, seratnya bisa
digunakan sebagai bahan dasar pembuat pakaian, bunganya yang wangi dapat digunakan
sebagai bahan dasar pembuatan parfum, dan lain-lain.
B. Pembatasan Masalah
Karya tulis ilmiah ini membahas mengenai manfaat tanaman sansevieria terhadap
kehidupan manusia.
C. Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah yang akan dibahas dalam karya ilmiah ini diantaranya:
1. Bagaimana sejarah tanaman sansevieria?
2. Apa saja manfaat dari tanaman sansevieria?
3. Bagaimana cara mengembangbiakan dan memelihara tanaman sansevieria?
4. Apa saja hama dan penyakit yang menyerang tanaman sansevieria?
D. Tujuan
E. Kajian Pustaka
Sansevieria sudah lama dikenal dan dibudayakan oleh masyarakat kita. Tanaman
yang diketahui mampu menyerap racun ini pun banyak dijumpai di pinggir jalan raya,
terutama jenis Sansevieria trifasciata. Sebagian orang mungkin mengenal sosok
1
2
sansevieria hanya sebatas itu. Padahal, masih ada ratusan jenis sansevieria lain yang
memiliki bentuk dan warna daun yang lebih menarik. Ada 101 jenis sansevieria eksotis
yang melalui parade foto. Tak hanya itu, tips perawatan, perbanyakan dan hama serta
penyakit yang menyerang tanaman ini. (Ir.Sentot Pramono, Pesona Sansevieria . Jakarta:
PT Agromeda Pustaka,2008).
F. Sistematika Pembahasan
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan pembuatan,
kajian pustaka dan sistematika pembahasan.
BAB II PEMBAHASAN
Bab ini menjelaskan tentang sejarah, manfaat, cara penanaman, cara perawatan,
cara pengembangbiakan tanaman sansevieria serta macam-macam hama dan penyakit
yang menyerang tanaman sansevieria.
Bab ini merupakan intisari dari pembuatan karya ilmiah ini dan merupakan
jawaban atas rumusan masalah.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Tanaman sansevieria mudah tumbuh di mana-mana. Baik di negeri empat musim yang
beriklim sejuk, maupun negeri tropis yang panas sekalipun. Meskipun demikian, sampai hari ini,
belum banyak orang yang mengetahui beragam manfaat dari tanaman sansevieria ini. Hanya
oleh orang yang beride kreatif serta para ahlilah kemudian terkuak semua manfaat yang didapat
dari tanaman sansevieria ini. Banyak hal yang dapat kita dapatkan dari tanaman sansevieria ini.
Sansevieria1 adalah nama latin dari lidah mertua. Sansevieria mulai masuk ke Indonesia
sekitar tahun 1980-an. Pada umumnya tanaman ini digunakan sebagai penghias pagar karena
warna dominan hijau kuning dan bentuk unik sehingga cocok sebagai elemen tanaman.
Sansevieria yang tergolong famili Agavaceae2 tercatat memiliki 140 spesies3. Sebagian besar
berasal dari Afrika dan beberapa diantaranya asli India dan Asia. Menurut sejarah, sansevieria
ditanam di luar habitat aslinya oleh Caspar Commelin, pedagang sekaligus ahli botani dari
Belanda. Sebagai tanaman koleksi, sansevieria ditanam di suatu kebun dan Casper berniat untuk
mempublikasikannya. Dibantu oleh seorang pelukis setempat bernama Jan Moninckx, ia
memperkenalkan sansevieria pertama kalinya di majalah Horti Medici Amstelodamensis
Rariorum Plantarum 17014.
Sejak saat itu ahli botani mulai menggolongkannya ke dalam genus tertentu. Carolus
Linnaeus (1707-1778) mengelompokannya ke dalam genus aloe pada tahun 1753. Penggolongan
ini tercantum dalam bukunya yang berjudul Species Plantarum5. Sepuluh tahun kemudian
seorang botani Perancis, Michael Adanson (1727-1806) memasukannya ke dalam golongan
Cordylie6.
Pada tahun 1786, penggolongan nama tanaman sukulen itu kembali mengalami perubahan.
Seorang ahli botanis7 Jerman, Frederich Kasimir Medicus (1736-1808) menggolongkan
tanaman itu ke dalam famili Acyntha. Hanya selang setahun, namanya berganti menjadi
sansevieria, diambil dari nama seorang bangsawan Italia, Prince of Raimond de Sansgrio de
sanseviero.
Bangsawan yang tinggal di Roma itu merupakan ahli botani pertama yang mengoleksi
beragam sansevieria asal Afrika. Kebun miliknya itu sering dijadikan tempat untuk mempelajari
sansevieria oleh para ahli botani dunia. Nama sansevieria itu disempurnakan Carl Peter
Thunberg (1743-1828) menjadi sansevieria pada tahun 17948.
____________________
1
Redaksi Trubus, Sansevieria. Jakarta : PT Trubus Swadaya, 2008, hlm.8.
2
Redaksi Trubus, ibid., hlm.8.
3
Satuan taksus mahluk yang memiliki banyak persamaan morfologi dan fungsi. Selajutnya baca Wildan Yatim,
Kamus Biologi Edisi ke-2. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2007, hlm.799.
4
Redaksi Trubus, op.cit, hlm.8.
5
Redaksi Trubus, ibid, hlm.8.
6
Redaksi Trubus, ibid, hlm.9.
7
Merupakan salah satu bidang kajian dalam biologi yang mengkhususkan diri dalam mempelajari seluruh
aspek biologi tumbuh-tumbuhan. Selajutnya baca http://id.wikipedia.org/wiki/Botani, februari 2010
4
8
Redaksi Trubus, op.cit, hlm.9.
Nama yang dipopulerkan botani Swedia itu kemudian disahkan sebagai nama genus lidah
mertua dalam kongres tanaman hias internasional, Vienna Congress of 3
Botanical
9
Nomencalture, di Austria pada 1905 . Dengan adanya pengesahan itu, beberapa spesies
mengalami perubahan nama karena sebetulnya tergolong dalam genus berbeda. Antara lain,
Aloe hyacinthoides, berganti nama menjadi Sansevieria hyacinthoides dan Acyntha guineensis
yang berubah menjadi Sansevieria trifasciata.
___________________
17
Redaksi Trubus, op cit, hlm.16.
18
Menyebabkan penyakit H 677. Selanjutnya baca Wildan Yatim, op cit, hlm.799.
19
Redaksi Trubus, op cit, hlm.17.
7
Di Afrika, daun sansevieria diolah menjadi serat21. Serat itu dimanfaatkan untuk
membuat benang, jala, tali, tempat tidur gantung, topi dan keranjang. Jenis yang
seratnya dimanfaatkan yaitu Sansevieria angolensis, Sansevieria trifasciata, Sansevieria
cylindrical, Sansevieria intermedia, Sansevieria ehrenbegii. Sansevieria hyacinthoides
juga termasuk penghasil serat. Selain itu juga dikenal sebagai penyembuh gigitan ular.
Serat Sansevieria liberica dimanfaatkan untuk membuat tali pancing, jala, busur
dan sepatu. Sansevieria juga ditenun menjadi pakaian. Sedangkan Sansevieria
roxburghiana dikenal sebagai sember serat komersial yang disebut murva atau moorva.22
Seratnya lembut seperti sutra, liat dan sangat elastis. Serat itu sering digunakan sebagai
tali busur. Pulp23 daunnya juga bisa digunakan untuk bahan pembuat kertas.
Serat yang dihasilkan dari sansevieria juga dapat digunakan sebagai pembuat tali.
Tali itu kemudian digunakan untuk membuat perangkap bagi hewan seperti nanotargus
tragulus, sejenis antelop yang banyak terdapat di Afrika Selatan.24
Ada juga yang memakai serat sansevieria sebagai salah satu komponen pembuat
alat musik. Seperti alat musik tradisional asal Afrika, yang dikenal dengan sebutan
Mouthbow. Dahulu, alat musik yang mengandalkan resonansi untuk menghasilkan suara
itu dibuat dengan mengguakan serat Sansevieria abyssinica sebagai dawainya.25
Pabrik tenun di Filipina menggunakan serat sansevieria dikombinasi dengan serat
nanas sebagai bahan baku kain. Sejumlah industri benang di Vietnam juga berbahan
baku serat sansevieria.
Lain lagi dengan para pemburu nomaden yang tinggal dan bepergian menembus
hutan belantara di Afrika Selatan. Mereka memiliki tradisi berburu menggunakan busur
dan panah. Panah yang ditujukan pada hewan buruan dibubuhi dengan racun. Salah satu
bahan campuran racikan racun yaitu cairan daun sansevieria. Racun itu tidak memiliki
penangkal sehingga pemburu secara hati-hati dengan menebarkannya di gagang panah,
bukan tepat di ujung panah.
___________________
20
Redaksi Trubus, op cit, hlm.18.
21
Fibril protein memanjang pipih yang dihasilkan fibroblas. Selanjutnya baca Wildan Yatim, op cit,
hlm.799.
22
Redaksi Trubus, op cit, hlm.11.
23
Redaksi Trubus, ibid, hlm.11.
24
Redaksi Trubus, ibid, hlm.12.
25
Redaksi Trubus, ibid,, hlm.11.
8
Di Eropa, sansevieria mulai dijadikan tanaman hias sejak 1900-an. Jenis yang
paling disukai adalah leurantii. Jenis sansevieria yang berbentuk pedang itu merupakan
jenis variegata26 dari Sansevieria trifascita.
Tanaman variegata yang memiliki ciri-ciri dengan pinggiran kuning pada
pinggiran daunnya itu dibudidayakan oleh suku asli yang tinggal di Belgan, Kongo.
Tanaman itu kemudian diberi nama Sansevieria trifacita var. laurentii.
Sekarang, leurentii banyak dijumpai sebagai tanaman pagar. Saat tanaman ini
berbunga wanginya tercium di sore hari seperti bunga sedap malam. Karena keunikan
wanginya itu, bunga yang berwarna putih ini mulai diteliti.
Salah satu pelopor dari para peneliti itu adalah seorang botanis dari Departement
Chemistry, University of Puerto Rico, Mirta E. Lajara Rivera. Mereka menemukan
adanya 69 senyawa kimia pembentuk aroma bunga di dalam Sansevieria trifascita var.
leurentii. Senyawa yang antara lain terdiri dari golongan ester27, alkohol28 dan aldehid29
itu dinilai berpotensi untuk diaplikasikan sebagai bahan pembuat parfum.
Di Jepang, untuk mengurangi polusi tepi jalur kereta api tidak luput ditanami
sansevieria. Sedangkan di tanah air, selain mempercantik taman, sansevieria mulai
menghiasi ruang tunggu bandara, toilet umum, hingga ruang kerja perkantoran.
Di tanah air, bisnis sansevieria juga menjadi alternatif usaha yang banyak digeluti
kolektor, pemain lama dan pemain pemula tanaman hias. Beberapa kebun serius
mengembangkan. Sansevieria secara masal. Umumnya, jenis yang diperbanyak antara
lain leurantii yang banyak diminta Jepang dan Korea.
Di Indonesia, penjualan sansevieria mulai menanjak kembali sejak 2006. Awalnya
dipicu munculnya beragam jenis baru yang didatangkan dari Filipina, Afrika Selatan dan
Kostarika. Penampilannya yang berbeda dari jenis yang biasa muncul menjadi daya tarik
utama. Tanaman sansevieria jenis baru memiliki tipe daun tebal dan keras. Variasi
warnanya juga beragam, mulai kecokelatan, perak, hingga kebiruan. Semuanya
berpenampilan berbeda dari jenis Sansevieria trifaciata var. leurentii yang memiliki
daun panjang hijau kuning yang banyak dijumpai di pasaran sebelumya. Belakangan,
tipe berdaun mungil seperti hanii greenfrog, hanii striker dan pencil, juga mulai diincar.
Kolektor berlomba-lomba untuk mengoleksinya. Terlebih lagi jenis mutasi32 yang unik.
Harga jual yang terjangkau dan perawatan mudah membuat orang untuk terjun di
bisnis sansevieria. Selain pasar lokal, pasar impor pun terbuka untuk dirambah. Jenis
yang diminati pasar luar negeri seperti Jepang antara lain leurentii, congo dan
cylindrical.33
C. Penanaman Sansevieria
Sansevieria memiliki daya tahan yang kuat dan rentang toleransi yang cukup tinggi
terhadap kondisi lingkungan yang kurang mendukung, menjadi faktor yang menguntungkan
dalam penanamannya. Sansevieria memungkinkan untuk ditanam dalam berbagai kondisi
lingkungan, mulai di dalam ruangan, lahan terbuka, sampai penanaman dengan sistem
hidroponik. Setiap lingkungan tumbuh memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Maka cara
penanaman dan perawatannya pun berbeda.
Keasaman (pH) media tanam yang ideal untuk sansevieria adalah 5,5-7,5.
pada kondisi asam, penyerapan unsur hara nitrat dan fosfor akan terhambat.
Kondisi ini juga mendorong bebasnya besi dan alumunium yang justru
merupakan racun bagi tanaman. Selain itu, media tanam yang terlalu asam
merupakan tempat ideal bagi pertumbuhan jamur pathogen. Akibatnya, tanaman
menjadi sangat rentan terhadap serangan penyakit yang disebabkan oleh jamur.
Jika pH terlalu rendah, media memerlukan penambahan kalsium karbonat
(CaCO3) atau kapur. Dalam hal ini, kalsium berperan untuk menaikkan pH.
Sebaliknya, jika terlalu basa maka media tanam bisa ditambahkan sulfur untuk
menurunkan pH. Sulfur juga dibutuhkan oleh tanaman meski hanya sedikit.
Jenis media tanam yang biasa digunakan di antaranya :
1) Tanah.
2) Pasir.
3) Bahan organik (sekam mentah, sekam baker, coco peat, dan cacahan
akar pakis).
4) Arang.
5) Pupuk organik.
6) Batuan (zeolit, kerikil, dan batu kali).
b. Pemilihan Pot
Terdapat beberapa jenis pot yang bisa digunakan untuk menanam sansevieria.
Kita bisa memilih pot yang terbuat dari tanah, keramik, semen, maupun pot yang
bahan dasarnya plastik. Ukuran pot pun bervariasi. Pemilihan jenis dan ukuran
pot bisa dilakukan berdasar beberapa pertimbangan berikut:
1) Pilih pot yang sesuai dengan tempat peletakan pot dan yang
terlihat serasi dengan jenis sansevieria yang ditanam.
2) Pot yang terbuat dari tanah liat dan semen bersifat porus sehingga
air bisa menguap dari permukaan.
3) Pot dari keramik atau plastik bersifat tidak meloloskan air,
sehingga kelembaban media akan bertahan dalam waktu lama.
c. Tahapan Penanaman
Berikut ini tahapan yang dilakukan untuk menanam sansevieria di pot:
1) Siapkan bibit, pot, media tanam, dan potongan styrofoam34 atau
kerikil. Isi dasar pot dengan potongan styrofoam atau kerikil, lalu
tambahkan dengan campuran media hingga setengah pot.
2) Ambil bibit, potong akar-akar yang terlihat tidak sehat dan tua,
lalu celupkan dalam larutan fungisida untuk mencegah serangan jamur.
3) Tanamkan sansevieria di tengah pot, lalu tambahkan media tanam
lagi sampai menutupi akar tanaman.
4) Siram media dengan air secukupnya.
___________________
34
Plastik busa yang terbuat dari polistirem. Selanjutnya baca http://www.oryzawisesa.wordpress.com ,
februari 2010.
11
2. Penanaman di Lahan
Penanaman sansevieria di lahan terbuka umumnya dilakukan untuk produksi bibit atau
tanaman dalam skala besar. Selain itu, dalam pembuatan lanskap, sansevieria kerap kali
disertakan sebagai salah satu elemen. Penanaman sansevieria di lahan terbuka perlu
mempertimbangkan faktor cuaca yaitu, hujan, cahaya matahari, dan kelembaban udara.
a. Pemilihan Lahan
Sanseviera termasuk tanaman bandel yang bisa ditanam di mana saja. Syarat
utama penanaman di lahan terbuka adalah tanah yang cocok untuk pertumbuhan
sansevieria. Hal ini menyangkut drainase yang merupakan sifat fisik tanah. Pada
prinsipnya, tanah yang mengandung liat tidak cocok untuk pertumbuhan
sansevieria. Banyak ahli yang menyarankan untuk menggunakan jenis tanah
berpasir.
b. Persiapan Lahan
Sebelum lahan ditanami, ada beberapa hal yang harus dilakukan yaitu :
1) Gemburkan lahan dengan cangkul atau alat lainnya.
2) Buat guludan setinggi 20 cm agar lahan mempunyai drainase yang baik
dan tidak tergenang air akibat penyiraman atau hujan.
3) Apabila kualitas kurang bagus, perbaiki lebih dulu. Siapkan pasir, pupuk
organik, arang, dan sekam dengan perbandingan yang tepat. Jumlah
bahan-bahan tersebut tergantung luas tanah yang ditanami.
4) Semprot lahan dengan herbisida untuk mematikan gulma35 yang masih
tersisa.
5) Ukur pH dan pastikan nilainya cocok untuk pertumbuhan sansevieria
yang akan ditanam.
6) Sungkup guludan dengan mulsa plastik.
c. Tahap Penanaman
Langkah penanaman sama prinsipnya dengan tahap penanaman sansevieria
dalam pot:
1) Buat lubang pada musa plastik sebagai lubang tanam.
2) Korek lahan di bagian yang sudah dilubangi.
3) Tanam bibit sansevieria pada lubang tersebut, tambahkan
media tanam, lalu tekan-tekan hingga tanaman berdiri kokoh.
d. Pemberian Naungan
Pemberian naungan merupakan cara terbaik untuk menanam sansevieria di
lahan terbuka. Salah satu keuntungan dari media ini adalah dapat mengatasi
kendala yang disebabkan oleh hujan.
___________________
35
Rumput semak . Selanjutnya baca Wildan Yatim, loc cit, hlm.430.
12
3. Hidroponik Sansevieria
Sansevieria juga bisa ditanam secara hidroponik. Artinya, media tanam sama sekali
tidak mengandung tanah. Media tanam yang digunakan dalam hal ini adalah batu-batuan.
Unsur hara yang dibutuhkan tanaman mutlak diberikan melalui pemupukan. Pupuk yang
digunakan bisa berupa pupuk majemuk slow release. Pupuk cukup diberikan setiap 2-3
bulan sekali. Pemberian pupuk daun seperti Gandasil D san Bayfolan juga sangat dianjurkan
untuk melengkapi nutrisi tanaman. Pupuk ini diberikan dengan cara dicampurkan ke air
siraman.36
D. Perawatan Sansevieria
1. Penyiraman
___________________
36
Ir.Sentot Pramono, Pesona Sansevieria . Jakarta: PT Agromeda Pustaka,2008, hlm.93
13
2. Pemupukan
____________________
37
Ir.Sentot Pramono,op cit, hlm.93.
14
4. Perawatan Daun
Sansevieria indoor sangat mudah terkena kotoran dan debu dari udara ruangan.
Hal ini akan menghalangi daun dalam memperoleh cahaya matahari yang cukup,
sehingga proses fotosintesis akan terganggu.
Untuk mencegahnya, bersihkan daun tanaman secara rutin menggunakan kuas
atau kain katun halus yang diberi sedikit air hangat. Bagian atas dan bagian bawah daun
harus dibersihkan. Jika diletakkan dalam ruangan ber-AC (tertutup), pembersihan daun
cukup dengan menyemprotkan air hangat dengan sprayer halus. Hal ini dapat dilakukan
setiap 1-2 bulan sekali, terutama pada musim kemarau.
5. Reportting
Sansevieria yang tumbuh besar di dalam pot kecil tentu tidak enak dipandang.
Untuk itu kita membutuhkan langkah repotting, yaitu memindahkan tanaman ke pot
yang lebih besar. Tidak ada patokan untuk melakukan repotting, tapi repotting biasanya
dilakukan pada:
4) Masukkan tanaman ke dalam pot baru dan tempatkan di bagian tengah pot
dengan tegak. Tambahkan lagi media tanam hingga penuh.
E. Pengembangbiakan Sansevieria
Ada dua cara pengembangbiakan sansevieria yaitu secara generatif dan vegetatif.
a. Sortasi Biji
Sebelum disemai, pilih biji yang bagus agar tingkat perkecambahannnya tinggi.
Pilih biji yang cukup tua, warnanya orange dan agak kusam. Selain itu, pilih biji
yang bernas, tidak mengapung saat direndam.
d. Penyiapan Biji
Berikut ini cara penyimpanan biji, yaitu:
1) Biji dalam air hangat bersuhu 40 C selama satu jam.
2) Rendam biji dalam ZPT selama 24 jam untuk mempercepat keluarnya tunas.
Jenis ZPT yang bisa digunakan diantaranya IBA 100-200 ppm, giberelin acid
(Progib 98%) 100 ppm, dan Atonik.40
e. Proses Penyemaian
Berikut ini adalah tahap penyemaian sansevieria, yaitu:
1) Isi wadah semai dengan media semai hingga hampir menyentuh bagian bibirnya.
2) Buat lubang semai pada media semai dengan kedalaman 1-2 cm. Jarak antar
lubang 5-10 cm. Jarak yang terlalu rapat bisa mempersulit dalam pemisahan bibit
kelak.
3) Masukan biji kedalam lubang semai satu persatu, lalu timbun dengan sedikit
media.
4) Tutup pot semai dengan plastik transparan untuk menghindari penguapan yang
berlebihan.
5) Selama masa persemaian, sirami biji denga air dan zat perangsang tumbuh akar
seperti Liquinox vitamin B. Setelah penyiraman, plastik ditutup kembali.
6) Kurang lebih tiga minggu, biji mulai berkecambah.
7) Setelah daun tunas mekar, bibit sudah bisa dipindahkan ke pot tunggal.
f. Perawatan bibit
Tahap perawatan bibit, yaitu:
1) Pada awal bibit dipindahkan, tempatkan bibit di tempat yang agak teduh.
2) Lekukan penyiraman sesuai kebutuhan.
____________________
40
Ir.Sentot Pramono, loc cit, hlm. 129
41
Berbiak secara vegetatif, lawan dari perbiakan generatif lewat sel kelamin. Selajutnya baca Wildan
17
c. Setek Pucuk
Setek pucuk dilakukan dengan cara memisahkan pucuk yang sudah berbonggol
dari tanaman induknya. Teknik ini lazim diterapkan pada sansevieria jenis sarang
burung. Alat dan bahan dibutuhkan dalam metode perbanyakan ini sama dengan
metode setek daun.
Langkah pengerjaannya sebagai berikut.
1) Potong pucuk tepat di bagian ujung bonggol.
2) Biarkan bekas potongan di kedua sisi mongering, lalu olesi dengan bakterisida
atau fungisida untuk mencegah serangan penyakit.
3) Celupkan pangkal pucuk yang sudah dipotong ke dalam larutan perangsang akar,
misalnya Rooton F atau Root Up.
4) Tanamkan pucuk pada media tanam seperti pada setek daun. Berbeda dengan
setek daun, penumbuhan setek pucuk bisa dilakukan dalam pot indivudu.
5) Selama perakaran belum tumbuh, setek pucuk sebaliknya diletakkan di tempat
yang teduh untuk mengurangi penguapan yang berlebihan. Lakukan penyiraman
secara rutin agar kelembaban terjaga.
d. Setek Rimpang
Setek rimpang dilakukan dengan memotong rimpang yang memiliki calon tunas
atau memungkinkan untuk tumbuh akar. Cara ini umumnya diterapkan pada tanaman
induk yang sudah mempunyai rimpang yang sudah cukup tua. Langkah
pengerjaannya adalah sebagai berikut.
1) Siapkan media tanam dengan komposisi seperti media untuk pemisahan anakan.
2) Angkat tanaman induk dari media tanamnya sampai terlihat rimpangnya.
3) Potong rimpang tanaman induk terseut sepanjang jari kelingking orang dewasa.
Bagian rimpang yang dipotong harus sudah memiliki bogol rimpang. Karena
bagian inilah yang akan mengeluarkan akar.
4) Olesi bekas luka pada ujung rimpang dengan fungisida dan zat penumbuh akar.
5) Benamkan rimpang ke dalam media tanam. Biarkan sebagian kecil rimpang
tampak di permukaan media untuk merangsang pertumbuhan tunas.
6) Simpanlah di tempat yang teduh dan jaga tagar media tidak sampai kering.
7) Dalam waktu 4-6 bulan, tunas akan muncul dari rimpang tersebut.
Pada sansevieria, metode ini lebih sering diterapkan untuk membiakkan jenis yang
lama menghasilkan anakan seperti S. cylindrical dan jenis yang langka.
Terlepas dari kelebihannya, metode kultur jaringan membutuhkan biaya lebih
mahal deibandingkan dengan metode lainnya. Selain itu diperlukan pengetahuan
yang mumpuni serta peralatan dan tempat yang memadai. Pada kenyataanya,
kegagalan kultur jaringan lebih sering disebabkan oleh hal-hal yang terkait dengan
beberapa hal tersebut. Berikut ini proses pengerjaan kultur jaringan:
Berikut ini adalah hama yang sering menyerang tanaman sansevieria serta cara
pengendaliannya:
a. Siput Telanjang
Hama ini aktif memakan daun pada malam hari. Gejala yang ditimbulkan
biasanya meninggalkan bekas lendir yang mengering dan luka bekas gigitan, selain
itu, hama ini juga menyebabkan daun berwarna cokelat dan mengering.
Cara mencegahnya hanya dengan membersihkan lingkungan sekitar agar tidak
terlalu lembab.
Untuk mengendalikan hama ini bisa dengan cara membuang siput secera manual,
atau semprotkan moluskisida42 Metaphor dan Moluskil dengan dosis sesuai anjuran.
___________________
19
42
Sejenis bahan kimia pemberantas hama. Selanjutnya baca http://www.wikipedia.com, februari
2010
e. Belalang
Hama yang satu ini dapat menimbulkan sobekan-sobekan bekas gigitan pada bagian
daun. Agar belelang tidak memakan daun sansevieria pasanglah penghalang seperti
dinding plastik disekitar lahan. Lalu bersihkan rumput-rumput yang tumbuh disekitar
tanaman sansevieria.
Cara mengendalikan hama ini yaitu dengan mengambil dan membuang belalang
dengan tangan secara langsung. Apabila populasinya sudah tidak terkendali, semprotkan
insektisida untuk mematikan telur yang biasanya terdapat di tanah.
f. Kutu Wool
Kutu wool biasanya menempel di daun. Mudah dikenali dari tubuhnya yang
diselimuti tepung yang berwarna putih dan daun tampak tidak segar akibat cairan sel
daun dihisap oleh kuktu tersebut.
Cara mengndalikan hama ini yaitu dengan memisahkan tanaman yang dihinggapi
kutu agar tidak menyebar ke tanaman lain. Lalu bersihkan daun dari kutu dengan
mengelapnya menggunakan kain yang dibasahi cairan deterjen. Jika serangan kutu tidak
terkendali, semprot tanaman dengan insektisida seperti Malathion.
____________________
43
Pembunuh serangga, biasanya berupa bahan kimia. Selajutnya baca Wildan Yatim, loc cit,
hlm.474.
20
44
Cacing gilik. Selajutnya baca Wildan Yatim, ibid, hlm.629
45
Pembunuh cacing. . Selanjutnya baca http://www.wikipedia.com, februari 2010
b. Busuk Rimpang
Penyakit ini umumnya masuk melalui bekas luka ketika dilakukan proses pemisahan
anak. Lalu timbul bercak cokelat kehitaman pada permukaan rimpangnya. Jika
tertanggulangi, bercak akan menjalar ke batang dan daun. Selanjutnya tanaman akan
membusuk dan mati.
Cara untuk mencegahnya, olesi bekas luka pada rimpang dengan fungisida. lalu Jaga
media tanam agar tidak terlalu lembab. Pasang mulsa plastik di lahan penanaman. Cara
yang teakhir yaitu semprotkan atau rendam media tanam dengan fungisida seperti
Basamid sebelum digunakan.
Cara pengendaliannya yaitu degan cara memotong rimpang bagian yang terinfeksi
dan sisakan yang masih sehat. Jika sisa potongan masih tampak cokelat, potong lagi
hingga rimpang yang tersisa tamapak bersih. Lalu cuci rimpang yang tersisa dengan
larutan fungisida seperti Benlate dan Mancozeb. Setelah itu tanam rimpang ke dalam
media baru. Lalu masukan berkas potongan rimpang yang terinfeksi beserta media lama
karena sudah mengandung spora48 dan jamur.
49
Jamur biasa (basidiomycetes) atau fungi. Selajutnya baca Wildan Yatim, ibid, hlm.188.
BAB III
PENUTUP
Demikian karya tulis ilmiah tentang manfaat sansevieria yang kami buat ini, semoga
bermanfaat dan menambah wawasan kita serta menumbuhkan ide kreatif dari mempelajari
tanaman sansevieria ini.
A. Kesimpulan
Setelah kita memelajari banyak hal tentang tanaman sansevieria, ternyata banyak sekali
manfaat yang dapat kita peroleh dari tanaman sansevieria ini, yang tentunya bukan hanya bagi
sipenanamnya, tetapi juga sangat bermanfaat bagi lingkungan sekitarnya. Selain itu, kita dapat
menanam dan memperbanyak tanaman ini dengan mudah dengan biaya yang murah, karena
selain praktis, bisa ditanaman di berbagai tempat, kita juga dapat memeroleh tanaman
sansevieria ini dengan mudah.
B. Saran
Setelah kita mengetahui berbagai macam manfaat tanaman sansevieria ini, sebaiknya kita
dapat memanfaatkan tanaman ini dengan baik. Salah satu hal yang paling sederhana yang dapat
kita lakukan yaitu dengan cara memelihara tanaman ini di pelataran rumah kita. Dengan
menanam tanaman ini, udara kotor yang ada di rumah kita dapat di minimalkan. Dampaknya
kita akan selalu mendapatkan udara yang bersih karena racun yang ada di udara sudah diserap
oleh tanaman sansevieria ini. Dari segi keindahannya pun, tanaman ini cocok untuk dijadikan
tanaman hias yang dapat memperindah pelataran rumah kita.
23
DAFTAR PUSTAKA
22
LAMPIRAN 23
Lampiran 1
24
Lampiran 2