Professional Documents
Culture Documents
Pendahuluan
Dewasa ini kehidupan ekonomi telah menjadi standar kehidupan
individu dan kolektif suatu negara-bangsa. Keunggulan suatu negara diukur
berdasarkan tingkat kemajuan ekonominya. Ukuran derajat
keberhasilanmenjadi sangat materialistk. Oleh karena itu, ilmu ekonomi
menjadi amat penting bagi kehidupan suatu bangsa. Namun demikian, pakar
ilmu ekonomi sekaliber Masrhal menyatakan bahwa kehdiupan dunia ini
dikendalikan oleh dua kekuatan besar; ekonomi dan keimanan (agama),
hanya saja kekuatan ekonomi lebih kuat pengaruhnya daripada agama.[1]
Demikian juta peradaban Islam yang gemilang di masa silam tidak mungkin
terwujud tanpa dukungan kekuatan ekonomi dan ilmu ekonominya. Kini kit
aperlu menggabungkan dua kekuatan kehidupan hidup manusia sebagaimana
dinyatakan Marshall untuk disatukan dalam apa yang kita sebut membangun
pemikiran dan disiplin ekonomi Islam dalam kerangka kerja pembangunan
sosial budaya dan politik.
Tidak diragukan lagi bahwa Nabi Muhammad saw adalah pemikir dan
aktivis pertama ekonomi syariah[7], bahkan sebelum ia diangkat sebagai
Nabi dan Rasul. Pada zamanya telah dikenal pula transaksi jual beli serta
perikatan atau kontrak (al-buyu’ wa al-‘uqu`d). Di samping, samp[ai bats-
batas tertentu, telah dikenal pula bagaimana mengelola harta kekayaan
negara dan hak rakyat di dalamnya. Berbagai bentuk jual beli dan kontrak
termaksud telah diatur sedemikian rupa dengan cara menyerap tradisi
dagang dan perikatan serta berbagai bentuk kontrak yang telah ada
sebelumnya yang mendapat penyesuaian dengan wahyu, baik Alquran
maupun Sunnah. Bahkan lebih jauh lagi, Sunnah Rasul telah mengatur
berbagai alat transaksi dan teori pertukaran dan percampuran yang
melahirkan berbagai istilah teknis ekonomi syariah serta hukumnya, seperti
al-buyu’, al-uqud, al-musyarakah, al-mudlarabah, al-musaqah, dll.[8]
Sementara para aktivis awal di bidang ini adalah para Sahabat Rasul itu
sendiri.
Gambar 1
Teori Petukaran/Percampuran Barang dan Jasa
Al-Awza’i (88-157H./707-774M.)
Nama lengkapnya Abdurahman al-Awza’i yang berasal dari Beirut, Libanon
dan hidup sezaman dengan Abu Hanifah. Ia adalah pengagas orisinal dalam
ilmu ekonomi syariah. Gagasan-gagasanya, antara lain, kebolehan dan
kesahihan sistem muzara’ah sebagai bagian dari bentuk mura`bahah dan
membolehkan peminjaman modal, baik dalam bentuk tunai atau sejenis.[13]
Tusi (1201-1274)
Tusi adalah penulis buku dalam bahasa Persia, Akhlaq –i-Nasiri yang
menjelaskan bahwa: Apabila seseorang harus tetap menghasilkan makanan,
pakaian, rumah, dan alat-alatnya sendiri, tentu dia tidak akan dapat bertahan
hidup karena tidak akan mempunyai makanan yang cukup untuk jangka
lama. Akan tetapi, karena orang bekerja sama dengan lainya dan setiap
orang melakukan pekerjaan sesuai dengan profesinya sehingga
menghasilkan konsumsi yang lebih dari cukup untuk dirinya sendiri.
Keadilan hukum pun mengendalikan pertukaran produk barang-barang yang
menjamin ketersediannya untuk semua orang. Dengan demikian, Tuhan
dengan segala kebijaksanaan-Nya, membedakan aktivitas dan cita rasa orang
sedemikian rupa, sehingga mereka mungkin melakukan pekerjaan yang
berbeda-beda untuk saling membantu. Perbedaan-perbedaan inilah yang
melahirkan sruktur internasional dan sistem ekonomi umat manusia. Maka
terjadilah kerjasama timbal balik. Timbulah berbagai bentuk kontrak sosial.
al-Mawardi (w.450H.)
Penulis al-Ahkam al-Sulthaniyyah,[21] adalah pakar dari kubu Syafi’iyyah
yang menyatakan bahwa institusi negara dan pemerintahan bertujuan untuk
memelihara urusan dunia dan agama atau urasan spiritual dan temporal (li
hara`sat al-di`n wa al-umur al-dunyawiyyah). Jika kita amati, persyaratan-
persyaratan kepala negara dalam karyanya, maka akan segera nampak
bahwa tugas dan fungsi pemerintah dan negara yang dibebankan di atas
pundak kepala negara adalah untuk mensejahterakan (al-falah) rakyatnya,
baik secara spiritual (ibadah), ekonomi, politik dan hak-hak individual
(privat: hak Adami) secara berimbang dengan hak Allah atau hak publik.
Tentu saja termasuk di dalamnya adalah pengelolaan harta, lalu lintas hak
dan kepemilikan atas harta, perniagaan, poduksi barang dan jasa, distribusi
serta konsumsinya yang kesemuanya adalah obyek kajian utama ilmu
ekonomi.
Jika kita lacak akar sejarah pemikiran dan aktivits ekonomi Islam
Indonesia tak bisa lepas dari awal sejarah masuknya Islam di negeri ini.
Bahkan aktivitas ekonomi syariah di tanah air tak terpisahkan dari konsepsi
lingua franca. Menurut para pakar, mengapa bahasa Melayu menjadi bahasa
Nusantara, ialah karena bahasa Melayu adalah bahasa yang populer dan
digunakan dalam berbagai transaksi perdagangan di kawasan ini. Para
pelaku ekonomi pun didominasi oleh orang Melayu yang identik dengan
orang Islam. Bahasa Melayu memiliki banyak kosa kata yang berasal dari
bahasa Arab. Ini berarti banyak dipengaruhi oleh konsep-konsep Islam
dalam kegiatan ekonomi. Maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas ekonomi
syariah tidak dalambentuk formal melainkan telah berdifusi dengan
kebudayaan Melayu sebagaimana terceriman dalam bahasanya. Namun
demikian, penelitian khusus tentang institusi dan pemikiran ekonomi syariah
nampaknya belum ada yang meminatinya secara khusus dan serius. Oleh
karena itu, nampak kepada kita adalah upaya dan gerakan yang dominan
untuk penegakan syariah Islam dalam kontek kehidupan politik dan hukum.
Walaupun pernah lahir Piagam Jakarta dan gagal dilaksanakan, akan tetapi
upaya Islamisasi dalam pengertian penegakan syariat Islam di Indonesia tak
pernah surut.
Penutup
Uraian-uraian yang telah disampaikan mengarah pada kesimpulan
pokok, yaitu bahwa Seminar ini bertugas dan harus berfungsi untuk:
mempertegas dan memperjelas kerangka akademik sistim ekonomi syariah
dengan segala ikutanya dan memberikan konstribusi bagi perkembangan
institusi ekonomi syariah di Indonesia khusunya dan dunia pada umumnya.
Maka menjadi kewajiban institusional perguruan tinggi Islam untuk
mempersiapkan sumber daya manusia yang siap mengerakan roda
perekonomian Islamik serta ikutanya yang meliputi berkembangnya institusi
perbankan, perasuransian, sistm akuntansi dsb. Oleh karena itu, untuk
mencapai tujuan tersebut, diskusi-diskusi diharapkan dapat menyelesaikan
masalah akademik-teoritik dan praktis perekonomian Islam.
Masalah-masalah akademik yang meliputi:
1. Struktur dan disiplin ilmu ekonomi syariah di antara ilmu-ilmu agama
Islam.
2. Posisi dan struktur hukum institusi-institusi syariah di Indonesia
sehingga terjamin kepastian hukumnya
3. Pemetaan kurikulum, jenjang pendidikan serta kepakaran dan
keterampilan yang diperlukan dan disiapkan bagi terlaksananya sistim
ekonomi syariah di Indonesia.
4. Perluasan wilayah kajian sistim ekonomi syariah yang meliputi ilmu
akuntansi syariah, asuransi, sistim jaminan keamanan sosial, dsb.
Daftar Bacaan
‘Abdullah ‘Alwi Haji Hasan, Sales and Contracts in Early Islamic
Commercial Law, Islamic Research Institute, International Islamic
University, Islamabad, 1986.
Abu al-Hasan ‘Ali bin Muhammad bin Habib al-Bashriy al-Bagdady al-
Mawardy, al-Ahka`m al-Sultha`niyyah, Dar al-Fikr, Beirut [nd].
Muhammad Abu Zahrah, al-Imam Zaid, Cairo, Dar al-Fikr al-‘Araby, [nd].
Sami Hassan Hamoud, Progress of Islamic Bankin: the Aspirations and the
Realities, Islamic Economic Studies, vol 2 No.1. December 1994.