Professional Documents
Culture Documents
1. p Paul Scholten : Pikiran-pikiran dasar, yang terdapat id dalam dan di belakang sistem
hukum masing-masing dirumuskan dalam aturan-aturan perundang-undangan dan
putusan-putusan hakim, yang berkenaan dengan adanya ketentuan-ketentuan dan
keputusan-keputusan individual dapat dipandang sebagai penjabarannya.
2. p Karl Larenz : gagasan yang membimbing dalam pengaturan hukum (yang mungkin ada
atau yang sudah ada), yang dirinya sendiri bukan merupakan aturan yang dapat
diterapkan, tetapi yang dapat diubah menjadi demikian.
3. p Robert Alexy : ͞Optimierungsgebote͟ yang berarti aturan yang mengharuskan bahwa
sesuatu berdasarkan kemungkinan-kemungkinan yuridis dan faktual seoptimal
mungkin direalisasikan.
0 c &* * # +* ,&
* . * & 1 &1 * (
&*&"##()
Bruggink berpendapat bahwa asas hukum itu di satu pihak memiliki suatu sifat yang
berbeda dari kaidah perilaku, karena sebagai kaidah penilaian berada pada landasan
kaidah-kaidah perilaku dan dalam interpretasi aturan-aturan hukum turut menentukan
wilayah penerapan aturan-aturan. Di lain pihak asas hukum itu sama seperti kaidah
perilaku karena secara tidak langsung juga memberikan arah pada perilaku yang
diinginkan. Sebagai contoh perbedaannya dalam cara penerapan. Asas hukum tidak
memiliki cara penerapan yang sama sekali berbeda dari kaidah perilaku, tetapi hanya
lebih tidak langsung. Asas legalitas sebagai asas hukum dalam hukum pidana tidak
dapat diterapkan secara langsung. Sehingga asas legalitas itu harus diinterpretasikan
dalam norma/kaidah hukum yang tertuang dalam pasal 1 KUHP (Kitab Undang-undang
Hukum Pidana). Sehingga asas legalitas ini dapat diterapkan secara langsung.
* # c & #
* ** 2)
Apabila norma hukum tidak mendasarkan pada asas hukum maka ketika kekosongan
hukum, norma hukum tersebut tidak dapat berlaku pada peristiwa hukum tersebut.
Sebab telah terjadi kekosongan hukum. Jika terjadi kekosongan hukum maka langkah
yang dilakukan adalah mencari asas hukumnya. Asas hukum itu digunakan sebagai
pikiran-pikiran dasar. Tetapi karena tidak didasarkan pada asas hukumnya maka norma
hukum itu tidak dapat diterapkan untuk peristiwa hukum tersebut.
· 3 &* * 1# , 04 c. /
"## * * 5* ( *
&)
Saya akan memberikan satu contoh untuk asas hukum materiil dan asas hukum formil.
Dari ketentuan pasal tersebut maka terlihat bahwa penguasa ingin melindungi
rakyatnya dari kesewenang-wenangan dan ingin memberikan keadilan bagi
rakyatnya.
c!
6$!
p
&*2 2*
2*&"##()
üp : hak berdasarkan hukum. Menurut Paton, hak yang diakui dan
dilindungi oleh hukum. Ketika hak ini dilanggar atau tidak terpenuhi maka dapat
menggunakan lembaga formal untuk memperoleh haknya tersebut. Sebagai contoh
hak waris bagi para keluarga sedarah. Apabila seorang anak dari ahli waris tidak
mendapatkan bagiannya maka dia dapat mengajukan gugatan melalui Pengadilan,
selaku lembaga formal.
üp : hak yang timbul dari norma lain. Hak ini tidak dilindungi oleh hukum.
Ketika hak ini dilanggar atau tidak terpenuhi maka tidak ada satu lembaga pun yang
dapat memaksa terpenuhinya hak tersebut. Sebagai contoh ͚͛͛͛
^ *" # *" *( 2 *
&"##()
Hukum diciptakan karena adanya hak. Pandangan hak diciptakan oleh hukum kurang
tepat. Sebab secara etimologis, antara hak dan adalah sama. Hak merupakan sesuatu
yang melekat pada manusia secara kodrati dan karena adanya hak inilah diperlukan
hukum untuk menjaga kelangsungan eksistensi hak dalam pola kehidupan
bermasyarakat. Hukum sebagai produk budaya mengemas, memberi bentuk, dan
menghaluskan apa yang melekat pada manusia yang secara substansial terdapat dalam
hidup bermasyarakat. Hak bukan apa yang dirumuskan melainkan nilai yang mendasari
perumusan itu.
0*!#$7$#3$63#*)
1. p Paton : esensi hak bukanlah kekuasaan yang dijamin oleh hukum, melainkan
kekuasaan yang dijamin oleh hukum untuk merealisasi suatu kepentingan.
2. p Meijers : hak sebagai suatu kewenangan seseorang yang diakui oleh hukum untuk
menunaikan kepentingannya.
3. p Houwing : hak sebagai suatu kepentingan yang dilindungi oleh hukum dengan cara
tertentu.
4. p Dworkin : hak paling tepat dipahami sebagai nilai yang paling tinggi atas justifikasi
latar belakang bagi keputusan politis yang menyatakan suatu tujuan bagi masyarakat
secara keseluruhan.
5. p Ihering : hak sebagai kepentingan-kepentingan yang dilindungi oleh hukum.
-
* ^ ,*. # $ ( # && 7 * # &&
*#&*5( &()
4 ( * * * & 8 "+
& * *#
,!(.*&"##()
Misbruik van Recht/Abus de droit (Penyalahgunaan hak) adalah penggunaan hak yang
merugikan orang lain atau menggunakan hak kita untuk tujuan tidak baik. Sebagai
contoh adalah si A menerima hibah sebuah rumah dari si B. Si A dengan senang hati
menerimanya dan ingin segera menempati rumah tersebut. Ternyata rumah tersebut
masih disewa oleh si C sampai tahun depan. Jika si A mengusir si C dari rumah itu maka
si A telah melakukan penyalahgunaan hak. Sebab tindakan yang dilakukan si A tidak
melanggar hukum.
9 " 5 " *7 * *$
* * & * *
*& ()
· ( * * * &7 ,
. *
*(* #*&7 )
&*1&*1 &"##()
üp makta biasa : fakta yang tidak diatur oleh hukum. Sebagai contoh adalah orang yang
ditemukan dalam keadaan meninggal dunia. Apabila setelah diperiksa orang
tersebut meninggal dunia akibat serangan jantung maka merupakan fakta biasa. Hal
ini merupakan fakta karena secara nyata orang tersebut sudah meninggal dunia.
üp makta hukum : fakta yang diatur oleh hukum. Sebagai contoh adalah orang yang
ditemukan dalam keadaan meninggal dunia. Apabila setelah diperiksa orang
tersebut meninggal akibat luka tusukan di beberapa bagian tubuhnya maka dari
fakta tersebut terdapat kemungkinan untuk menjadi fakta hukum, yaitu telah terjadi
pembunuhan.
: *1 1 ( *
& * * 37& # *
&"##()
makta hukum adalah fakta yang diatur oleh hukum. Alasan mengapa fakta diatur oleh
hukum adalah fakta itu berkaitan dengan hak dan kewajiban subjek hukum. Maka dari
itu, setiap fakta yang terjadi perlu dibedakan apakah fakta tersebut merupakn fakta
biasa atau fakta hukum. Jika merupakan fakta biasa maka tidak masalah. Tetapi jika
merupakan fakta hukum maka akan timbul hak dan kewajiban dari suatu fakta hukum
tersebut. Sebagai contoh adalah orang yang ditemukan dalam keadaan meninggal
dunia. Apabila setelah diperiksa orang tersebut meninggal akibat luka tusukan di
beberapa bagian tubuhnya maka dari fakta tersebut terdapat kemungkinan untuk
menjadi fakta hukum, yaitu telah terjadi pembunuhan. Maka timbul hak dan kewajiban.
Seorang polisi yang menerima laporan tersebut mempunyai kewajiban untuk membuat
berita acara dan memeriksa TKP, dan jika terbukti merupakan pembunuhan maka polisi
wajib menangkap pelakunya. Polisi mempunyai hak untuk menanyai para saksi dan
mereka-ulang TKP.
*!#1 )
Menurut Paton, fakta dapat terjadi karena peristiwa dan karena tindakan manusia.
makta yang terjadi karena peristiwa adalah sesuatu yang terjadi di luar campur tangan
manusia. Sedangkan fakta karena tindakan manusia adalah fakta yang terjadi karena
dikendalikan oleh manusia.
^ 6 * ($ 3 * *&* 7* 0 ,. "
)
Peristiwa hukum adalah peristiwa yang diatur oleh hukum. Dilihat dari segi isinya,
peristiwa hukum dapat terjadi karena:
0 6 * 1 &($ & * *&* 7* ^ ,*.$
( & ( &1 & * & ( &1 8
*&"##()
üp Tanggung gugat ( ) merupakan bentuk spesifik dari
tanggung jawab. Pengertian tanggung gugat merujuk kepada posisi seseorang atau
badan hukum yang dipandang harus membayar suatu bentuk kompensasi atau ganti
rugi setelah adanya peristiwa hukum atau tindakan hukum.
üp Tanggung jawab ini erat berkaitan dengan kesalahan. Tanggung jawab melekat pada
seseorang yang normal, yaitu seseorang yang sanggup menentukan kehendaknya
dan sanggup bertindak sesuai dengan kehendak tersebut. Tindakan manusia bisa
berupa perbuatan maupun pengabaian yang didasarkan atas kesadaran manusia
untuk memilih antara melakukan atau tidak melakukan tindakan tertentu. Dengan
demikian, tindakan orang tersebut dapat dipertanggungjawabkan.
4 & * #$ ###$ 11$ *
)
9 &* & $ $ # *
& ( * & "##+ 7* 7
5 )
1. p Peraturan perundang-undangan
Peraturan perundang-undangan mempunyai dua karakteristik, yaitu berlaku umum
dan isinya mengikat keluar, serta terdapat adanya hierarki dan asas preferensi.
Hierarki merujuk kepada tata urutan peraturan perundang-undangan dan dalam hal
ini isi peraturan perundang-undangan yang berada pada urutan yang lebih rendah
tidak boleh bertentangan dengan isi peraturan perundang-undangan yang berada
pada urutan lebih tinggi. Sedangkan asas preferensi merujuk kepada dua peraturan
yang berada dalam urutan yang sama dan mengenai hal yang sama terapi tanggal
pengundangannya berbeda dan dua peraturan yang berada dalam dalam urutan
yang sama dan mengenai hal yang sama tetapi yang satu lebih bersifat khusus dan
yang lain bersifat umum. Sehingga jika terjadi konflik norma menggunakan adagium
dan
. Konstitusi merupakan urutan tertinggi dalam hierarki
peraturan perundang-undangan. Kemudian undang-undang. Undang-undang
merupakan produk parlemen dalam melaksanakan fungsi legislatif. Perlemen
dianggap menyuarakan kehendak rakyat. Undang-undang perlu dilaksanakan
dengan aturan pelaksanaan yang dibuat oleh kekuasaan eksekutif dalam
melaksanakan tugas pemerintahan.
2. p Kebiasaan-kebiasaan
Yang menjadi sumber hukum bukanlah kebiasaan, melainkan hukum kebiasaan.
Agar kebiasaan menjadi hukum kebiasaan diperlukan dua hal, yaitu tindakan itu
dilakukan secara berulang-ulang dan adanya unsur psikologis mengenai pengakuan
bahwa apa yang dilakukan secara terus-menerus dan berulang-ulang itu aturan
hukum.
3. p Yurisprudensi
Yurisprudensi adalah putusan pengadilan yang dijatuhkan setelah terjadi peristiwa
konkret yang merupakan hasil dari sesuainya antara fakta dengan aturan, yaitu
fakta dari perkara konkret dengan satu atau lebih aturan hukum. Di negara-negara
yurisprudensi tidak membuat hakim serta-merta terikat pada asas
preseden. Apabila dalam suatu putusan yang baru hakim menerapkan aturan yang
pernah diterapkan oleh hakim sebelumnya, hal itu bukanlah karena putusan
sebelumnya mempunyai kekuatan mengikat, melainkan karena hakim yang
kemudian menganggap bahwa putusan sebelumnya itu memang tepat dan layak
untuk diteladani.
p p
c6; ;;
* ^ ,*. #* $ * #*
+ +# * *
#*&)
üp Interpretasi hukum
Interpretasi atau penafsiran merupakan salah satu metode penemuan hukum yang
memberi penjelasan yang gamblang mengenai teks undang-undang agar ruang
lingkup kaedah dapat ditetapkan sehubungan dengan peristiwa tertentu.
Interpretasi digunakan manakala peraturannya ada tetapi tidak jelas untuk dapat
diterapkan pada peristiwanya. Pembenarannya terletak pada kegunaannya untuk
melaksanakan ketentuan yang konkrit dan bukan untuk kepentingan metode itu
sendiri.
üp Metode argumentasi/penalaran hukum/konstruksi hukum
Metode argumentasi merupakan salah satu metode penemuan hukum yang terjadi
jika hakim harus memeriksa dan mengadili perkara yang tidak ada peraturannya
yang khusus. Di sini hakim menghadapi kekosongan atau ketidaklengkapan undang-
undang yang harus di isi atau dilengkapi, sebab hakim tidak boleh menolak
memeriksa dan mengadili perkara dengan dalih tidak ada hukumnya atau tidak
lengkap hukumnya.
^
* && " ( *
* (2)
Dalam penemuan hukum tidak ada prioritas pada salah satu metode interpretasi.
Metode-metode interpretasi itu sering digunakan secara bersama-sama atau campur
aduk, sehingga batasannya tidak dapat ditarik secara tajam. Tetapi yang paling sering
digunakan adalah interpretasi gramatikal sebab merupakan cara penafsiran yang
paling sederhana untuk mengetahui makna ketentuan undang-undang, dengan
menguraikannya menurut bahsa, susun kata, atau bunyinya. Di sini arti atau makna
ketentuan undang-undang dijelaskan menurut bahasa sehari-hari yang umum.
0 &* 1 * * &
"##()
üp Interpretasi restriktif
Interpretasi restriktif adalah penjelasan atau penafsiran yang bersifat membatasi.
Untuk menjelaskan suatu ketentuan Undang-Undang ruang lingkup ketentuan itu
dibatasi. Menurut interpretasi gramatikal ͞mendidik͟ dalam pasal 45 ayat (1) UU
Nomor 1 Tahun 1974 dapat diartikan memberikan pendidikan formal dan pendidikan
non-formal. Kalau mendidik ditafsirkan tidak termasuk pendidikan non-formal,
hanya pendidikan formal, ini merupakan interpretasi restriktif.
üp
Peraturan perundang-undangan terkadang ruang lingkupnya terlalu umum atau luas,
maka perlu dipersempit untuk dapat diterapkan terhadap suatu peristiwa tertentu
(penyempitan hukum, ). Dalam penyempitan hukum dibentuklah
pengecualian-pengecualian atau penyimpangan-penyimpangan baru dari peraturan-
peraturan yang bersifat umum. Disini peraturan yang sifatnya umum diterapkan
terhadap peristiwa atau hubungan hukum yang khusus dengan penje lasan atau
konstruksi dengan memberi ciri-ciri. Dalam pasal 1243 BW terdapat kata lalai. Kata
lalai mempunyai ruang lingkup yang luas sehingga perlu dipersempit
&*1*#)
p p
6
6
!c
,ccc
.
p
÷22 ,#
. &* "
* # " #1 * # #1 *
%&*&"## *73&*)
üp Hukum positif ialah keseluruhan kaidah dan nilai yang dibuat oleh penguasa lewat
proses legislasi oleh ( ) yang berlaku (berpengaruh) dalam
suatu masyarakat. Misalnya KUHP.
üp Moral positif ialah keseluruhan kaidah dan nilai yang berkenaan d engan ikhwal baik
atau perbuatan baik manusia yang berlaku (berpengaruh) dalam suatu masyarakat
tertentu. Misalnya orang tidak boleh mencuri.
^ a
2 $ ( * <# * *
&3 * & *1$
**"###)
Berdasar dari madzab ini ialah mriedrich Carl von Sauigny dan Puchta. Pandangan Von
Savigny berpangkal kepada bahwa di dunia ini terdapat bermacam-macam bangsa yang
pada tiap-tiap bangsa tersebut mempunyai suatu Volmgeist (jiwa rakyat). Hukum sangat
tergantung atau bersumber kepada jiwa rakyat tadi dan yang menjadi isi dan pada
hukum itu ditentukan oleh pergaulan hidup manusia dari masa ke masa (sejarah). Hukum
menurut pendapatnya berkembang dari suatu masyarakat yang sederhana yang
pencerminannya nampak dalam tingkah laku semua individu kepada masyarakat yang
modern dan kompleks dimana kesadaran hukum masyarakat itu nampak pada apa yang
diucapkan oleh para ahli hukumnya. Sehingga dalam menjalankan tugas pembentukan
undang-undang yang dibutuhkan adalah ahli hukum dimana hanya ahli hukum yang bisa
menggali jiwa rakyat tersebut pada masyarakat. Bukan legal drafter yang dalam
pembentukan undang-undang tidak menggali jiwa rakyat sehingga produk hukum yang
dihasilkan akan bertentangan degan kehendak rakyat.