You are on page 1of 136

PT.

Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kebutuhan manusia terhadap energi yang terus meningkat seiring dengan

bertambahnya jumlah penduduk dan perkembangan teknologi yang semakin pesat

menyebabkan masalah energi selalu menjadi topik yang menarik untuk dibahas.

Energi listrik hampir diperlukan oleh semua sektor, sehingga kebutuhan akan

listrik seakan sudah berpindah kedudukan menjadi kebutuhan primer. Peningkatan

kualitas sistem tenaga listrik mengacu kepada keandalan dan kemampuan sistem.

Keadaan ini tidak mungkin lepas dari masalah sistem proteksi yang berperan

didalam mekanisme transmisi dan distribusi listrik agar sampai kepada konsumen.

PT. Chevron Pacific Indonesia (CPI) merupakan salah satu perusahaan

eksplorasi minyak asing di Indonesia dan memiliki wilayah kerja yang cukup luas

yang memiliki sistem tenaga listrik sendiri dalam operasi produksi. Sebagai

perusahaan besar, kebutuhan tenaga listrik sangat penting untuk perkantoran,

perumahan, dan operasi eksplorasi minyak dan gas bumi.

Keandalan dari sistem tenaga listrik sangat menentukan proses produksi

yang dilakukan. Apabila gangguan terjadi pada sistem dan membuat sistem tidak

berfungsi dengan baik atau berhenti total, akan dapat menimbulkan kerugian yang

sangat besar. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu sistem tenaga listrik yang sangat

handal dan bermutu yang mampu mencegah kerugian tersebut.

1
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Sistem transmisi dan distribusi yang baik didukung dengan keandalan

sistem proteksi dalam sistemnya. Sistem proteksi bertujuan untuk mengurangi dan

mencegah terjadinya gangguan yang mengakibatkan kerusakan pada jaringan dan

peralatan listrik, serta menjaga keselamatan umum karena gangguan kelistrikan

seperti hubung singkat, over load, dan gangguan yang disebabkan petir. Dengan

adanya sistem proteksi yang handal akan meningkatkan pelayanan kualitas listrik.

1.2. Tujuan Kerja Praktek.

Tujuan kerja praktek yang penulis laksanakan di PT. Chevron Pacific

Indonesia (CPI) adalah :

1.Memenuhi salah satu persyaratan kurikulum serta syarat kelulusaan

mahasiswa pada Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas

Sriwijaya

2. Mengenal ruang lingkup PT. CPI secara umum

3. Mengenal sistem dan manajemen kerja perusahaan

4. Mengenal ruang lingkup Departemen PG & T

5. Memepelajari sistem tenaga listrik di PT.CPI

6. Melihat dan membandingkan hal-hal yang telah diterima di bangku

kuliah dengan aplikasi yang ada di lapangan.

7. Mengenal lebih dekat dunia kerja dilingkungan perusahaan.

8. Menambah wawasan dan pengetahuan teknologi secara umum dan teknik

tenaga listrik serta penerapannya di industri.

2
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

9. Memahami gambaran umum tentang sistem tenaga listrik dan

mempelajari sistem proteksi khusunya mengenai relay arus lebih di PT.

CPI.

1.3. Batasan Masalah

Mengingat luasnya ruang lingkup dari sistem proteksi tersebut, maka

dalam pembahasan ini dibatasi hanya mengenai koordinasi relay proteksi arus

lebih pada saluran distribusi di PT. CPI, departemen PG&T dan T&DO II Duri.

1.4. Waktu dan Tempat.

Kerja Praktek ini dilaksanakan selama satu bulan mulai dari tanggal 20

September s/d 20 Oktober 2010 bertempat di T&DO II Duri (Transmission &

Distribution Operation ) Departemen Power Generation and Transmission

(PG&T) PT.CHEVRON PACIFIC INDONESIA, Duri - Riau.

1.5. Metoda Pengumpulan Data

Metoda pengumpulan data yang dilakukan penulis dalam pelaksanaan

kerja praktek di PT. Chevron Pacifik Indonesia adalah :

a. Interview

Bertanya dan melakukan diskusi dengan mentor/pembimbing serta

teknisi yang ada di kantor maupun di lapangan T&DO II Duri.

b. Studi Literature

Dengan cara membaca manual book tentang power generation &

transmission, mencari informasi dari buku-buku lain, dan searching

internet yang berhubungan dengan proteksi sebagai referensi.

3
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

c. Studi Lapangan

Ikut turun ke lapangan menyaksikan secara langsung aktivitas yang

dilakukan oleh karyawan di lapangan, khususnya di T&DO II Duri.

1.6. Sistematika Penulisan.

Dalam laporan ini, penulis menggunakan sistematika penulisan sebagai

berikut :

BAB I. PENDAHULUAN

Pada bagian ini dijelaskan latar belakang, tujuan kerja praktek,

Batasan Masalah, waktu & tempat kerja praktek, dan sistematika

penulisan laporan kerja praktek.

BAB II. SEJARAH SINGKAT PT. CHEVRON PACIFIC INDONESIA

Pada bagian ini dijelaskan mengenai sejarah singkat PT. Chevron

Pacific Indonesia, lingkungan kerja perusahaan (yang tediri dari :

wilayah kerja perusahaan dan daerah operasi perusahaan), Kegiatan

operasi (yang terdiri dari : eksplorasi, produksi, operasi Duri steam

flood), sarana penunjang, sumber daya manusia, visi, kinerja, nilai-

nilai dasar, struktur organisasi perusahaan, dan fasilitas perusahaan.

BAB III. DEPARTEMEN POWER GENERATION & TRANSMISSION

(PG&T)

Pada bab ini diterangkan sekilas tentang Departemen Power

Generation and Transmission yang merupakan Departemen yang

4
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

bertanggung jawab atas pengadaan, penyaluran atau pendistribusian

energi listrik di PT. Chevron Pacific Indonesia.

BAB IV SISTEM KELISTRIKAN PT. CHEVRON PACIFIC INDONESIA

Pada bab ini diterangkan tentang sitem pembangkitan dan

penyaluran listrik pada lokasi CPI, serta peralatan-peralatan yang

digunakan untuk menunjang/membantu proses tersebut.

BAB V. PERALATAN PROTEKSI PADA SALURAN TRANSMISI DAN

DISTRIBUSI PT. CHEVRON PACIFIC INDONESIA.

Berisikan penjelasan singkat beberapa peralatan proteksi yang

digunakan pada saluran transmisi dan distribusi PT. Chevron Pacific

Indonesia.

BAB VI. KOORDINASI RELAY PROTEKSI ARUS LEBIH PADA

SALURAN DISTRIBUSI PT. CHEVRON PACIFIC INDONESIA

Pada bab ini akan dibahas tentang tinjauan umum dari sistem

proteksi dan gangguan dalam saluran distribusi, serta jenis-jenis

relay proteksi arus lebih yang digunakan pada saluran distribusi PT.

Chevron Pacific Indonesia.

BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN

Berisikan kesimpulan dari topik yang diangkat dan saran penulis.

5
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

BAB II

SEJARAH SINGKAT

PT. CHEVRON PACIFIC INDONESIA

2.1 Sejarah Umum PT. Chevron Pacific Indonesia

Pada tahun 1924, tim survei eksplorasi yang bernama Standard Oil

Company of California (SOCAL) mempelopori berdirinya PT. CPI yang

berlokasi di Sumatera Tengah, Kalimantan, dan khususnya di daerah Aceh. Usaha

yang dilakukan oleh tim eksplorasi SOCAL tersebut sempat terhenti, karena

Indonesia pada waktu itu masih berada di bawah penjajahan Belanda. Akan tetapi,

usaha eksplorasi tersebut tidak berhenti total karena pada bulan Juni 1930 tim

tersebut membentuk NV Nederlandsche Pacific Petroleum Matschappij

(NPPM). Pada tahun 1935, NPPM mendapat hak konsensi tanah seluas lebih

kurang 600.000 hektar di Sumatera Tengah yang belum banyak dieksplorasi dan

masih dianggap kurang memberikan harapan bagi pemerintahan Hindia Belanda.

Daerah yang ditawarkan merupakan daerah yang sebenarnya tidak dikehendaki

oleh NPPM itu sendiri dan dianggap kurang dapat memberikan harapan bagi

pemerintah Hindia Belanda. Walapun bukan merupakan daerah yang tidak

dikehendaki oleh NPPM, kegiatan ekplorasi tetap akan dijalankan pada daerah

tersebut.

Pada tahun 1936, TEXACO Inc. (Perusahaan yang beralokasi di Texas,

AS.) bersama-sama dengan SOCAL sepakat untuk bergabung dan membentuk

perusahaan California-Texas Petroleum Corporation (CALTEX). Hasil penelitian

6
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

kegiatan geofisika yang dilakukan sekitar tahun 1936-1937 menunjukan bahwa

prospek minyak yang lebih besar terletak di daerah selatan.

Kegiatan eksplorasi yang pertama kalinya dilakukan pada bulan April

1939 di lapangan Kubu 1. Pada bulan Agustus 1940, ditemukan lapangan minyak

bumi di Sebanga yang merupakan penemuan lapangan minyak yang pertama di

daerah Riau. Pada bulan November 1940, ditemukan lagi lapangan minyak baru

di daerah Rantau Bais dan disusul di daerah Duri pada bulan Maret 1941. Pada

tahun 1942, Mercu Bor siap dipasang di lapangan minyak di Minas I. Karena

pecah PD II, kegiatan pemasangan Mercu Bor tersebut terhenti.

Kegiatan eksplorasi pada tahun-tahun selanjutnya dilakukan oleh Jepang.

Hal ini dapat dilihat dari data yang ada dan mengidentifikasikan bahwa proses

pengeboran selesai dilakukan pada saat pendudukan Jepang atas Indonesia.

Pengeboran yang dilakukan oleh Jepang merupakan satu-satunya sumur wild cat

di Indonesia selama PD II yang mempunyai kedalaman 2.623 kaki (lebih kurang

787 m). Kegiatan Jepang ini tidak berlangsung lama karena pecah perang

kemerdekaan sehingga pada tahun 1946 kegiatan ini terhenti.

Setelah perang berakhir, kegiatan eksplorasi dipusatkan untuk

pengembangan lapangan Minas. Pada tahun 1950, pemerintahan RI mulai

mempelajari dan menyusun suatu undang-undang yang mengatur masalah

pertambangan. Berdasarkan undang-undang pertambangan yang telah terbentuk,

maka pada bulan Januari 1951 pemerintah RI memberi izin berdirinya Caltex

Pacific Oil Company (CPOC) untuk melanjutkan kegiatan NPPM. Setelah

setahun, CPOC memproduksi minyak bumi di lapangan Minas. Pada tanggal 20

7
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

April 1952, diadakan pengapalan pertama Minas Crude dari Perawang menyusuri

Sungai Siak menuju Pakning di Selat Malaka. Hasil ekspor tersebut antara lain

adalah pengembangan lapangan Duri, pembangunan jalan, dan pemasangan pipa

saluran (shipping line) yang mempunyai garis tengah 60 cm dan 70 cm sepanjang

120 km dari Minas melintasi rawa sampai ke Dumai, mencakup pula

pembangunan stasiun-stasiun pengumpul dan stasiun pompa pusat di Duri

maupun di Dumai serta kompleks perumahan dan perbengkelan di Duri maupun

di Dumai.

Dengan ditemukannya teknologi perminyakan yang canggih, kemungkinan

besar untuk memperpanjang “harapan hidup” industri perminyakan di Indonesia

dapat terus bertahan seperti ladang minyak di Duri. Dengan teknologi

perminyakan yang canggih yaitu menggunakan teknologi steam dapat

meningkatkan produksi minyak per hari 6 kali lipat dari yang sebelumnya atau

dari ± 50.000 barel per hari menjadi ± 300.000 barel per hari. Teknologi ini

diterapkan mengingat bahwa kadar kekentalan dari minyak bumi yang ada di Duri

sangat tinggi dan sulit untuk dipompa keluar. Dengan bantuan injeksi uap ke

dalam tanah akan membantu keluarnya minyak ke permukaan tanah.

Ladang minyak Duri telah memberikan sumbangan yang cukup besar

terhadap produksi minyak Indonesia yaitu sebesar 8% dan 42% dari seluruh total

produksi minyak PT.CPI. Akan tetapi, sangat disayangkan bahwa produksi

minyak di Duri mulai mengalami penurunan pada tahun 1964. Penurunan

produksi tersebut berasal dari ladang minyak di Duri sangat memprihatinkan

pihak PT.CPI. Penurunan tersebut akan sangat berpegaruh pada “Economic Life

8
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Expectancy“ dari perusahaan. Untuk mengatasi masalah tersebut, PT.CPI telah

menciptakan suatu proyek yang dinamakan Proyek Injeksi Uap ( seperti yang

telah disinggung pada alinea sebelumnya ) di ladang minyak Duri. Proyek ini

diresmikan oleh Presiden Soeharto pada bulan Maret 1991. Injeksi uap tersebut

merupakan teknologi generasi ketiga yang dimiliki oleh PT.CPI. Injeksi uap

adalah suatu teknologi perminyakan mutakhir yang mempermudah penyedotan

minyak dari perut bumi, yang tidak dapat dijangkau dengan teknologi penyedotan

minyak konvensional . Dengan menerapkan teknologi baru tersebut maka pihak

PT.CPI mengharapkan tidak hanya mencegah penurunan produksi minyak yang

berasal dari ladang minyak Duri tetapi juga dapat melipatgandakan produksi

minyak yang berasal dari ladang minyak tersebut. Rancangan injeksi uap ini

diterapkan secara efektif pada ladang dengan pola yang bervariasi antara lain

“pola tujuh titik “, yaitu satu sumur injeksi untuk enam sumur produksi atau pola

lima titik dan sembilan titik.

Pada tahun 1957, Presiden Soekarno mengeluarkan suatu perintah untuk

menasionalisasi perusahan penghasil minyak di Indonesia yang dimiliki oleh

modal Belanda. Walaupun perintah Presiden Soekarno pada saat itu terbatas

hanya pada perusahaan penghasil minyak Belanda, namun secara tidak langsung

keputusan tersebut mengancam kedudukan Caltex sebagai salah satu penghasil

minyak asing terbesar di Indonesia. Pada tahun 1950-an, Caltex telah

menginvestasikan modalnya di Indonesia yang besar sebagai penghasil minyak

terbesar di dunia. Menjelang tahun 1958, produksi minyak Caltex hampir

mencapai 200.000 barrel per hari.

9
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Pada tahun 1960, pemerintah Indonesia memberlakukan undang-undang

nomor 44 tahun 1960 mengenai pengaturan dana pembagian wilayah kerja CPOC,

yaitu seluruh wilayah konsensi NPPM (Rokan I blok dan Rokan III blok seluas

9.030 km2) dikembalikan oleh Caltex pada pemerintah Republik Indonesia, tetapi

pelaksanaan operasi wilayah tetap dikerjakan oleh Caltex yang pada tahun 1963

menjadi badan hukum dengan nama PT.CPI, tetapi 100 % sahamnya tetap

dimiliki oleh Chevron (nama baru dari SOCAL) dan Texaco Inc.

Pada bulan September 1963, diadakanlah kontrak karya yang

ditandatangani antara perusahaan negara dan perusahaan asing yang termasuk di

dalamnya PT.CPI dan Pertamina yang antara lain isinya menyatakan bahwa

wilayah PT.CPI adalah wilayah Kangaroo seluas 9.030 km2. Pada tahun 1968,

diadakan penambahan luas wilayah yaitu sekitar Minas Tenggara, Libo Tenggara,

Libo Barat, dan Sebanga sehingga luas wilayah kerja PT.CPI seluruhnya menjadi

9.898 km2. Kemudian kontrak karya yang berakhir pada 28 Agustus 1983

diperpanjang menjadi Kontrak Bagi Hasil (Production Sharing Contract) hingga

tanggal 8 Agustus 2001 dengan wilayah kerja seluas 31.700 km2. Dalam kontrak

bagi hasil tersebut antara lain ditetapkan bahwa Pertamina adalah pengendali

manajemen operasional dan bahwa Pertamina harus menyetujui program kerja

dan anggaran tahunan. PT.CPI sebagai kontraktor berkewajiban melaksanakan

kegiatan operasional dan menyediakan keahlian teknis, dana investasi, serta biaya

operasi. Perbandingan pembagian untuk kontrak bagi hasil yang disepakati sampai

saat ini oleh pemerintah (dalam hal ini adalah Pertamina ) dan PT.CPI adalah

10
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

sebesar 88% dan 12% ditambah dengan ketentuan khusus lainnya berupa

keluwesan atau insentif bagi PT.CPI untuk hal - hal tertentu.

Dibandingkan dengan 52 kontraktor minyak lainnya, PT.CPI merupakan

kontraktor minyak yang terbesar. Produksi minyak mentah PT.CPI mencapai

65.8% (1974) dan menurun menjadi 46.5 % (1990). Meskipun terjadi penurunan

pangsa produksi dari PT.CPI, kelima kontraktor minyak, yaitu Caltex, Arco,

Mobil Oil, Total, dan Maxus tetap menguasai pangsa pasar produksi sebesar 75 %

sedangkan Pertamina dan Unocal mengalami penurunan produksi.

2.2 Ruang Lingkup Kerja Perusahaan

2.2.1. Wilayah Kerja Perusahaan

Wilayah kerja PT.CPI yang pertama seluas hampir 10.000 km2 dikenal

dengan nama blok Kangoroo yang terletak di Kabupaten Bengkalis. PT.CPI

selain mengerjakan sendiri daerahnya juga bertindak sebagai operator bagi

Caliastik/Chevron dan Topco/Texaco.

Perjanjian yang diadakan pertama yaitu pada tahun 1963 untuk jangka

waktu selama 30 tahun, wilayah kerjanya meliputi Blok A,B, C, dan D seluas

12.328 km2. Setelah memperoleh tambahan daerah seluas 4.300 km2, maka pada

tahun 1968 sebagian Blok A dan D dan seluruh Blok C (seluruhnya 32.6% dari

daerah asal) diserahkan kembali ke pemerintah Indonesia sedangkan

pengembalian daerah - daerah berikutnya dilakukan pada tahun 1973 dan 1978.

Penandatanganan dua perjanjian C & T yang berdasarkan kontrak bagi

hasil (KPS ) dilakukan pada bulan Agustus 1971 yaitu Coastal Plain Pekanbaru

11
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Block seluas 21.975 km2 dan pada bulan Januari 1975 yaitu Mount Front

Kuantan Block seluas 6.865 km2 . Setelah dilakukan pengembalian beberapa

daerah dari daerah kerja secara bertahap, sekarang Coastal Plain Pekanbaru

hanya seluas 9.996 km2. Tahun 1979 hingga tahun 1983 dilakukan penambahan

kontrak - kontrak baru oleh PT.CPI yaitu sebagai berikut :

• Joint Venture dengan Pertamina daerah Jambi Selatan blok D seluas 5.826

km2 pada tahun 1976 dan dikembalikan seluruhnya pada tahun 1988.

• Kontrak bagi hasil ( KPS ) untuk wilayah Blok Singkarak pada tahun 1981

seluas 7.163 km2 di Sumatera Barat yang dikembalikan seluruhnya pada

tahun 1984.

• Kontrak bagi hasil untuk wilayah Blok Langsa pada tahun 1981 seluas

7.080 km2 di Selat Malaka, lepas pantai Sumatera Utara, dan lepas pantai

Daerah Istimewa Aceh yang dikembalikan sebelumnya pada bulan Mei

1986.

• Kontrak bagi hasil Blok Nias pada tahun 1981 seluas 16.116 km2.

•Perpanjangan perjanjian karya menjadi bentuk kontrak bagi hasil ( KPS )

untuk wilayah Blok Siak selama 20 tahun terhitung mulai tanggal 28

November 1993 dengan luas wilayah kerja 8.314 km2.

Perluasan ladang minyak Duri dilakukan dalam tiga belas area yang

dimulai dengan membangun daerah konstruksi pertama pada tahun 1981. Dalam

sepuluh tahun belakangan ini sudah dikembangkan tujuh daerah. Pembangunan

juga mencakup fasilitas pendukung utama seperti stasiun pengumpul minyak dan

stasiun pembangk uap. Sampai pengembangan area V, sistem injeksi yang

12
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

diterapkan dikenal dengan sistem pola tujuh titik dimana satu buah sistem injeksi

uap dikelilingi oleh enam buah sumur produksi.

2.2.2. Daerah Operasi Perusahaan.

Lokasi PT. CPI terletak di propinsi Riau dengan luas daerah meliputi lebih

dari 50.000 km2. Berdasarkan luas operasi dan kondisi geografis yang ada serta

pertimbangan efisiensi dalam pengoperasian, maka PT. CPI membagi lokasi

daerah menjadi 5 distrik :

1. Distrik Rumbai, sebagai pusat kerja administrasi daerah operasi PT. CPI .

2. Distrik Minas, merupakan daerah operasi produksi minyak.

3. Distrik Duri, merupakan daerah operasi produksi minyak. Distrik Duri

terdiri atas Duri OU/DSF dan Bekasap-OU yang daerah operasinya

meliputi Bekasap Petani, Balam, dan Bangko.

4. Distrik Dumai, merupakan pelabuhan tempat pemasaran/ pengapalan

minyak.

5. Distrik Jakarta, sebagai tempat pusat administrasi seluruhnya.

13
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

A Prod uction

PE TA DA ERAH OPE
O PE RASI CP I
Sha ring Co ntr act or
for Per tam in a
PT CaltexPacific Indonesia

LEGEND :
RUM BAI SBU
M IN AS SBU
BEKA SAP SBU
PU SIN G
D U R I SBU
PIN AN G
DAMA R

P. R UPAT
25 KM
BA N GK O
T . MED A N A NTA RA
UJUNG TA NJUNG
R ANTAUB AIS D U M AI
BU A YA SE. BA LAM B ENAR
KU TU SER UNI
K ER ANG SINTONG
N O. M EN G G ALA TELINGA B ATA NG
PA GE R PUNCA K

SO. MENGGALA SIK LADI P. BENGK ALIS


KULIN
B AGANB ELA DA
K OPA R
TO N GA JOR ANG
R OKI RI PE TANI
PE M ATA N G J AM BON
D U RI PA K
R ANGAU B EK ASA P
N. SEB ANGA
PE M ATA N G BOW GATA M
PUTIH PING GIR P. PAD A NG
SANGSAM PUN G U T PEDA DA
JINGGA
IN D EX M A P KE LAB U
WADUK
M AN D AR
A MI
SAB AK
TA LAS B ENUA
HITAM TA NDUN
MA

OKI A SIH A YU DUSUN


LA

R INTIS
Y

MINDA L GAR UK
SIA

PUSAK A
LIBO
N E MINAS
KB J DORA L
4D
6D
S INGA POR E L IND A I
NILAM
M I NAS
SU

N INIK
K OTA BA TAK K OTA GAR O
M

8D
TOPAZ B ER UK N.E .
AT

PE T. S S
L AN GG AK M PP
O SA M
RA

KA SIK A N SU RA M PE TA P AH AN RUM BAI IDRI S


ZA MRUD
T ER A NTA M
PA IT A N B UNGSU
BER UK B ESAR
PEKANBA RU

N
KU A NT A N B L OC K
0 300 K M S IS NOT O N THE MAP

Gambar 2.1 Peta Daerah Operasi PT. CPI

2.3. Kegiatan Operasi

Kegiatan umum PT.CPI adalah bergerak di bidang pertambangan minyak

bumi berupa eksplorasi dan produksi.

2.3.1. Eksplorasi

Setelah hak untuk mengeksplorasi diperoleh dari NPPM pada tahun 1936,

aktivitas seismik dilakukan secara intensif di Riau. Kegiatan eksplorasi ini

dimulai dari daerah sepanjang sungai Rokan. Dari pengamatan tahun 1936 dan

1937, diyakini bahwa potensi minyak ditemukan didaerah yang lebih keselatan.

Eksplorasi pertama baru dilakukan pada tahun 1937, dan pada tahun 1941 sudah

mencapai kedalaman total 7.868,4 m.

14
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Pengeboran dilanjutkan pada tahun 1938 didaerah Kubu, tetapi tidak ada

indikasi minyak akan ditemukan. Selang waktu antara tahun 1938 – 1944 ada

sembilan sumur yang berhasil ditemukan, yaitu sumur gas di Sebanga dan sumur-

sumur minyak di Duri dan Minas. Penemuan sumur di Minas ini merupakan batu

loncatan dalam eksplorasi minyak di Sumatera Tengah, yang merangsang orang

untuk berusaha melakukan aktivitas-aktivitas eksplorasi didaerah baru ini.

Sebanga merupakan bukti bahwa Sumatera Tengah bukanlah “daerah kering”,

seperti yang dianggap banyak orang.

Setelah Perang Dunia II, PT.CPI kembali melanjutkan program eksplorasi

disamping mengembangkan Minas. Enam sumur pengembangan dapat

diselesaikan pada tahun 1950, dan data juga menunjukkan bahwa Minas juga

merupakan lapangan minyak yang sangat besar. Riset geologis dan pemetaan

permukaan dilakukan diseluruh daerah operasi pada tahun 1951, yang diikuti

dengan pengeboran dan observasi geologis empat tahun kemudian. Pada tahun

1958, PT.CPI mulai menggunakan helikopter untuk membantu bisnis minyaknya

di Indonesia. Penggunaan Helikopter ini menunjang peningkatan suplai dan

transportasi untuk sumber daya manusia yang melakukan observasi-observasi

geologis. Pada tahun 1990, pengeboran yang dilakukan telah menghasilkan 119

penemuan sumur minyak dan gas, untuk produksi minyak telah menghasilkan 7

miliyar barrel.

15
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Daerah Explorasi perusahaan dapat digambarkan sebagai berikut

B A N D AA C E H

SI A K RO KAN
B LO C K BLO C K
2
4,571 K m
2
7,914 K m
ME D A N

C & T PS
C PP B L O C K
2
9,996 K m

SI B O L G A
B LO C K
9,821 K2 m C & T PS
M FK B LO C K
PEKANBARU 3,000 K2
m
R e linq u is h e d

N IAS P ADANG
B LO C K
9,834 2K m
J A MB I

R e lin q u is h e d

P A LE MB A N G

N B E NGK U LU

300 K M S B A N D A RL A M P U N G

Gambar 2.2 Daerah Explorasi PT. CPI

2.3.2 Produksi

Setelah 17 tahun berproduksi, pada tanggal 4 Mei 1969 lapangan Minas

berhasil mencapai jumlah produksi akumulatif satu miliar dan menjadi lapangan

raksasa pertama di Asia sebelah Timur Iran dan ke -22 terbesar di dunia. Kegiatan

produksi adalah kegiatan pengambilan minyak dari temuan sumur-sumur hasil

kegiatan eksplorasi dengan menyalurkan melalui pipa-pipa. Hingga tahun 1990,

produksi akumulatif PT. CPI telah melebihi tujuh milyar barrel yang berasal dari

3237 sumur dan tersebar di sembilan puluh enam lapangan. Lapangan Minas

16
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

memberikan sumbangan terbesar. Lapangan minyak Minas menghasilkan Minas

Crude yang sangat digemari oleh negara-negara industri karena mengandung

kadar belerang yang rendah, sedangkan lapangan Duri menghasilkan minyak yang

dikenal dengan nama Sumatera Light Crude. Sampai tahun 1990, PT.CPI dewasa

ini menggunakan mercu bor untuk pengeboran eksplorasi dan pengembangan.

Untuk meningkatkan dan mempertahankan laju produksi maka tahun 1970

dan 1974 dilakukan program penyuntikan air (water flooding) masing-masing di

lapangan Minas dan lapangan Kotabatak yang dilakukan secara peripheral.

Sementara itu dikembangkan pula metoda-metoda lain yang dikenal dengan nama

Enchanced Oil Recovery (EOR) pada tahun 1981, dengan dimulainya menerapkan

penyuntikan uap panas (steamflood) di seluruh lapangan Duri atau Duri Steam

Flood (DSF) yang telah dilakukan secara terpola. Proyek ini diresmikan oleh

Presiden Soeharto pada tanggal 3 Maret 1990 yang merupakan proyek sejenis

terbesar di dunia dengan menggunakan teknologi maju dan pertama di Indonesia.

Ladang minyak Duri terletak di kabupaten Bengkalis kurang lebih 120 km

arah utara tahun 1941 dan berproduksi tahun 1958. Area yang produktif dari

ladang ini adalah sepanjang 18 km dan lebar 8 km tak jauh dari kompleks

perumahan CPI Duri. Pengembangan ladang Duri dilakukan dalam 13 area yang

dimulai dengan membangun konstruksi area pertama pada tahun 1981. Dalam

sepuluh tahun belakangan ini sudah dikembangkan delapan area. Pembangunan

juga mencakup fasilitas pendukung utama seperti Stasiun Pengumpul Minyak dan

Stasiun Pembangkit Uap.

17
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Prediksi formasi minyak adalah dari minyak Miocene dan terkumpul

dalam tiga zone utama yang diduga berisi minyak komersil yaitu : Rindu, Pertama

dan Kedua. Sebuah area kecil dari ladang di bawah puncak juga berisi pasir yaitu

Baji, Jaga dan Dalam. Ketebalan rata-rata formasi 140 kaki dan kedalamannya

dari 340- 680 kaki. Pasirnya tidak mempunyai konsolidasi yang tinggi dengan

permeabilitas sekitar 2 darcies.

Stimulasi Huff & Puff steam yang digunakan sejak pertengahan 1960

untuk mempertinggi produksi minyak dengan mengurangi viskositas (kekentalan

minyak). Di tahun 1989 sebuah penelitian diadakan untuk membuktikan apakah

11 5/8 acre pola 7 titik adalah ukuran geometri pada pola ideal untuk

mengembangkan ladang yang mempunyai ketebalan pasir lebih dari 100 kaki dan

15 ½ acre menggunakan pola 5 titik yang ideal untuk mengembangkan ladang di

mana ketebalan pasir antara 70 - 100 kaki.

Injeksi uap di area-1 dimulai tahun 1985, area-3 tahun 1988, area-4 tahun

1990 dan area-5 tahun 1992. Area percobaan steam flood adalah area-2 yang

zona pengujian original adalah di kedua dengan dirubah ke penggenangan air

panas dan injeksi uap air dan di mulai pada lapisan yang paling atas pertama.

Penggenangan air panas (hot water flood) di Kedua diakhiri tahun 1990 dengan

reaksi atau respon yang jelek .

Diakhir tahun 1990 minyak Duri Steam Flood melebihi produksi minyak

dari California Steam Flood field, Kern River dan Belridge yang membuat proyek

Duri menjadi ladang dari Steam Flood dunia.

18
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Tabel 1.1 berikut ini adalah sejarah proyek injeksi steam mulai dari pirst

production tahun 1958 hingga tahun 1999.

KEGIATAN TAHUN
Discovery 1941
First production 1958
Water injection pilot 1960
First cyclic steaming 1967
Steam injection pilot and caustic study 1975
Simulation reservoir study 1981
Steam injection area 01 1985
Steam injection area 02 1986
Steam injection area 03 1988
Steam injection area 04 1990
Steam injection area 05 1992
Steam injection area 06 1994
Steam injection area 07 1996
Steam injection area 08 1997
Steam injection area 09 1999

Tabel 2.1 Sejarah Proyek Injeksi Steam

Proyek Duri Steam Flood memiliki tujuan untuk memaksimalkan

produksi minyak mentah di ladang Duri untuk kemudian dijual ke pasaran

melalui pelabuhan yang ada di Dumai. area kota Pekanbaru, ibukota Propinsi

Riau. Ladang Duri ini ditemukan Menurut penelitian, ladang Duri memiliki 6,5

milyar barrel minyak. Peta Steam Flood di ladang Duri dapat dilihat pada gambar

dibawah ini.

DURI

19
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Gambar 2.3 Peta lokasi Duri steam flood di Duri Field

Di ladang minyak Duri ini dengan metode normal dapat diangkat 5-20%

dari total persediaan minyak mentah di Duri, sedangkan metode injeksi uap

(Steam Flood) dapat menghasilkan 50-70% minyak mentah. Tabel 1.2 berikut ini

menunjukkan peta Luas area Duri Steam Flood di Duri Field

20
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Area Luas (Ha)


1 1140
2 253
3 1469
4 1231
5 1350
6 1687
7 1940
8 1278
9 1703
10 1650
11 2026
12 20072
Total Area 35799

Tabel 2.2 Luas Area Duri Steam Flood

Operasi Duri Steam Flood

Perjalanan minyak bumi sejak mulai diangkat dari perut bumi hingga

diekspor cukup panjang dan berliku-liku. Dengan sistem injeksi uap, proses

penambangan minyak mentah harus didukung berbagai fasilitas utama, seperti

Unit Stasiun Penguji, Stasiun Pengumpul Minyak, Stasiun Uap Selubung, Stasiun

21
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Pembangkit Uap dan fasilitas pengolahan air. Semua fasilitas ini mempunyai

rangkaian hubungan yang erat antara satu dengan yang lain:

1. Sumur Produksi (Production Well)

Sumur produksi adalah hasil pengeboran yang didalamnya terdapat kandungan

minyak mentah. Untuk mengangkat minyak mentah dari lapisan reservoir ke atas

permukaan diperlukan pompa-pompa. Di ladang minyak Duri, semua pompa

angguk ini paling ekonomis, pompa angguk ini juga paling cocok digunakan di

ladang minyak Duri mengingat dangkalnya lapisan reservoir, masalah pasir lepas

dan kekentalan minyak mentah yang dimiliki Duri.

2. Stasiun Penguji Sumur (Well Test Station)

Stasiun ini menguji debit campuran minyak dan air yang keluar dari setiap sumur

produksi. Melalui pengujian ini maka dapat direkam di area mana yang

produksinya mulai melemah sehingga langkah-langkah perbaikan dapat dilakukan

sedini mungkin.

3. Stasiun Pengumpul Uap Selubung (CVC Station)

Terdiri dari bejana untuk memisahkan uap dari cairan serta fasilitas kipas

pendingin, karena uap hasil keluaran proses penambangan masih mengandung

senyawa hidrokarbon (minyak bumi).

22
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

4. Stasiun Pengumpul Minyak (Central Gathering Station (CGS))

Setelah diangkat ke permukaan bumi dari sumur-sumur produksi, minyak

bumi belum siap untuk diekspor karena masih mengandung air, gas dan

komponen lain yang terbawa saat produksi. Minyak sebelum dikirim ke Dumai

terlebih dahulu disalurkan ke Stasiun Pengumpul. Di tempat ini ketiga unsur

minyak, gas dan air terproduksi dipisahkan dengan proses sederhana.

5. Fasilitas Pengolahan Air (Water Treatment Plant)

Air yang berasal dari Stasiun Pengumpul dikirim ke Fasilitas Pengolahan

Air. Tambahan air yang lain didapat dari sungai Rangau. Fasilitas ini memiliki

tujuan untuk memurnikan air, yaitu dengan cara pemberian gas (aerotion),

penyaringan dan ion exchange. Melalui proses aerotion pada air maka minyak

yang terdapat pada air akan berbusa di permukaan sehingga dapat dipindahkan

dengan cara skimming. Sedangkan untuk menghilangkan sisa minyak dan bahan-

bahan lainnya (kimia dan pasir) dilakukan penyaringan. Ion Exchanger adalah

proses dimana air itu dilembutkan. Bahan-bahan kimia yang terlarut di air akan

membentuk ion yang akan dipindahkan saat air mengalir melalui ion exchanger

(water softener). Setelah air dilembutkan kemudian dikirim ke Pembangkit Uap

untuk dijadikan uap.

6. Stasiun Pembangkit Uap (Steam Generator)

Berfungsi untuk memanaskan air bersih hasil pengolahan Fasilitas

Pengolahan Air sehingga menjadi uap air (steam). Dalam prosesnya, air dialirkan

23
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

ke dalam pipa-pipa terpasang pada tabung-tabung bagian dalam Unit Pembangkit

Uap. Disinilah pipa air dipanaskan dalam suhu tinggi yang berasal dari semburan

api tabung pembangkit uap. Uap yang diproduksi oleh stasiun bertekanan 800 psi

dan suhu 550 derajat Fahrenheit langsung dikirim ke sumur-sumur injeksi dengan

sistem satu sumur injeksi uap dikelilingi oleh empat, enam atau delapan sumur

produksi, tergantung dari kondisi geologis lapisan batuan. Sebagai penahan panas

agar temperatur uap tidak turun selama di perjalanan maka pipa sumur injeksi

selalu dibalut lapisan isolasi berwarna perak.

7. Sumur Injeksi (Injection well)

Uap yang dihasilkan oleh stasiun Pembangkit Uap ini dimasukkan ke

dalam reservoir. Dengan cara ini uap yang diinjeksikan akan menggiring butiran-

butiran minyak ke dalam sumur produksi. Kalau butiran minyak berkurang maka

kekentalannya akan berkurang juga, berarti tugas pompa angguk bertambah

ringan.

2.3.3 Penyaluran minyak

Penyaluraan minyak mentah melalui jaringan pipa dari pusat produksi

umumnya bukan merupakan masalah dalam dunia perminyakan. Biasanya minyak

mentah dapat mengalir bebas didalam pipa pada suhu normal. Begitu pula

pengalaman PT.CPI dalam menyalurkan minyak yang telah dikeluarkan dari

sumur-sumur produksi ke stasiun-stasiun pengumpul untuk selanjutnya akan

24
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

dialirkan ke tangki-tangki penyimpanan di dermaga sebelum diekspor ke pasar

Internasional.

Tetapi permasalahan baru timbul bila minyak yang disalurkan tersebut

mengandung hidrokarbon berat (minyak kental). Keadaan inilah yang terjadi

ketika PT.CPI menangani penyaluran minyak dari lapangan-lapangan Beruk

Zamrud dan Waduk Libo. Minyak mentah dari Beruk Zamrud bertitik cair 470C

(1160F), sedangkan titik cair minyak mentah waduk Libo adalah 40,50C(1050F).

Minyak yang keluar dari perut bumi tersebut dalam keadaan panas dan

menggelegak, akan tetapi temperatur tersebut akan segera turun setelah tiba di

stasiun pengumpul.

2.4. Sarana Penunjang Operasi

Untuk mencapai rasio sukses yang tinggi, PT.CPI menggunakan teknologi

maju dan peralatan-peralatan serta mesin mesin yang berteknologi tinggi.

Berbagai cara diterapkan untuk memperoleh hasil yang optimal. Diantara Sarana

penunjang yang ada, antara lain :

1. Kompleks tangki penyimpanan dengan kapasitas 5 juta barrel.

2. Dua jalur pipa saluran, masing-masing bergaris tengah 90 cm

dan 75 cm pada jalur Minas – Dumai dan Bangko-Dumai.

3. Empat buah dermaga khusus di Dumai ( diantaranya mampu

melayani kapal tangki berbobot mati 150.000 ton ).

4. Pembangkit Tenaga Listrik masing-masing di Duri dan Minas

dengan 25 generator turbin gas (PLTG) berkapasitas total rata-rata 488,4 MW.

25
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

5. Jaringan Transmisi dan distribusi listrik sepanjang 1.300 Km.

6. Untuk perawatan jaringan transmisi, sejak tahun 1977 PT. CPI

menggunkan sistem Hotline Maintenance yang memungkinkan dilakukan

perbaikan pada jaringan-jaringan listrik tanpa memutuskan aliran listrik

sehingga produksi tidak terganggu.

7. Meter Bank dan tempat pengambilan sampling.

8. PT. CPI juga memiliki jaringan Microwave UHF yang

menggabungkan keempat distrik di wilayah kerja PT. CPI.

9. Sistem Telepon dan komunikasi Radio HF/VHF/UHF untuk

seluruh kegiatan lapangan .

10. Komunikasi satelit domestik Palapa, layanan teleteks electronic

mail dengan Palapa dan Intelsat.

11. Jaringan komputer yang terdiri dari PC dengan LAN, yang

dimiliki oleh hampir semua kantor yang berada di daerah operasi PT. CPI.

2.5. Sumber Daya Manusia

PT. Chevron Pacific Indonesia pada saat ini memiliki sekitar 6200 orang

tenaga kerja yang diantaranya 98 % bangsa Indonesia. Bahkan sejak tahun 1966,

PT. CPI telah dipimpin oleh warga negara Indonesia. Kini PT. CPI tengah

melaksanakan proses alih teknologi dan alih keterampilan, yang pada dasarnya

26
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

terdiri dari tiga aspek yaitu pelatihan, pertukaran gagasan, dan proses komunikasi

antara tenaga kerja Indonesia dengan mitranya bangsa asing.

Program pengembangan sumber daya manusia meliputi keahlian dasar,

latihan teknik dan program pengembangan manajemen. Kursus keahlian dasar

meliputi latihan bahasa Inggris dan untuk program latihan teknik, meliputi latihan

kejuruan diadakan di berbagai bidang. Program pengembanagan manajemen dan

latihan kursus diadakan untuk karyawan senior. Kesempatan untuk latihan dan

pengembangan karir terus disediakan untuk setiap karyawan. Investasi dalam

sumber daya manusia merupakan inti dalam filsafat PT. Chevron Pacific

Indonesia.

2.6. Visi, Kinerja, Orang, dan Nilai – Nilai Dasar.

Pada bulan Januari 1992, diadakan saresehan dengan melibatkan semua

jajaran manajeman PT. CPI yang bertujuan mematangkan Visi, Misi dan nilai-

nilai yang dirumuskan secara tegas dan tertulis.

 Visi.

27
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Pada jantung falsafah Chevron Texaco terdapat Visi untuk …. Menjadi

perusahaan energi global yang dihormati berkat dukungan para pekerja, mitra

usaha dan kinerjanya (To be the global energy company most admiret for its

people, partnership, and peformance).

Visi kami berarti :

1. Menyediakan energi dan layanan yang sangat vital bagi kehidupan

masyarakat yang berkualitas.

2. Diakui berkat pekerjanya yang handal serta memiliki komitmen,

baik secara perorangan maupun sebagai badan usaha.

3. Berpikir dan bersikap global, dan menghargai dampak positif dari

kedua hal tersebut terhadap perusahaan.

4. Menjadi mitra usaha pilihan dengan menjadi teladan dalam

menjalin kerja sama yang baik.

5. Memiliki kinerja bertaraf dunia

6. Dihormati oleh mitra kami, dari penanam modal, pelanggan,

pemerintah dan masyarakat setempat, sampai para pekerja kami,

bukan saja karena kesuksesan kami mencapai tujuan, namun juga cara

kami menjangkau tujuan tersebut.

 Kinerja.

Terpusat pada azaz 4 + 1 : Sebagai lahan usaha dan anggota masyarakat

dunia, kami bertekat memberikan hasil yang terbaik bagi para pemegang saham,

pelanggan, mitra usaha, pekerja, dan negara-negara dimana kami berusaha.

28
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Agar berhasil, kami memiliki kinerja bertaraf dunia dan melampaui kemampuan

para pesaing kami yang paling kuat sekalipun.

Titik berat kami terletak pada lima hal penting yang mendorong keberhasilan

usaha yang kami sebut sebagai tujuan strategis “4 + 1”.

Angka “ 4 “ dalam “4 + 1” berarti menciptakan kinerja industri yang unggul

meliputi 4 bidang penting :

1. Keunggulan dalam Berusaha.

Dengan cara yang aman , terpercaya , efisien dan tetap menjaga kelestarian

lingkungan.

2. Penurunan Biaya.

Dengan menurunkan tingkat biaya per satuan melalui inovasi dan teknologi.

3. Pengelolaan Modal.

Dengan menempatkannya pada jenis dan lahan usaha terbaik dan

menjalankan usaha tersebut dengan berhasil (lebih aman, lebih cepat, dengan

biaya yang lebih rendah).

4. Pertumbuhan yang Menguntungkan.

Melalui kemimpinan yang mendorong pengembangan lahan usaha baru, baik

untuk pasar yang sudah ada, maupun untuk pasar yang memang masih baru.

Orang.

Angka “1” di dalam azas “4 + 1” merupakan kemampuan

berorganisasi, yang berarti membangun sistem bertaraf dunia dengan

29
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

menggabungkan di dalamnya orang , proses, dan budaya untuk mencapai dan

mempertahankan kinerja industri yang unggul pada empat bidang penting :

1. Para Pemimpin yang Dinamis, yang membangun

nilai, menetapkan visi yang tegas dan bersaing, yang dapat segera dibuahkan

hasil. Mereka dengan jelas menerangkan strategi, tanpa menutup

kemungkinan akan adanya perubahan jika diperlukan, membangkitkan cita-

cita pembaharuan, dan membentuk kinerja unggulan. Mereka saling

bertanggung jawab satu dengan yang lainnya mengenai hal kinerja serta

pertumbuhan.

2. Para Pekerja Terampil, memiliki pengetahuan dan

keterampilan yang handal dan sikap yang baik yang sangat dibutuhkan untuk

mencapai tujuan-tujuan kami serta sanggup memberikan jawaban atas setiap

persoalan yang dihadapi pelanggan. Mereka memiliki tekat yang bulat dan

mendapatkan dukungan untuk mengembangkan kemampuan pribadi masing-

masing.

3. Belajar dan Inovasi, berjalan seiring. Kami belajar

dari jagonya, mengadakan pembaharuan, saling berbagi ilmu, dan dengan

cepat mengalirkan pikiran-pikiran baru ke seluruh penjuru perusahaan demi

kepentingan pelanggan.

4. Sikap Menghargai dan Rasa Tanggung Jawab,

berarti kami menetapkan harapan-harapan, mengukur dan menilai hasil kerja,

dan menganugerahkan penghargaan yang pantas untuk setiap prestasi

gemilang.

30
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

5. Proses dan Organisasi Bertaraf Dunia, secara

bersamaan, keduanya merupakan unsur penting untuk menciptakan kinerja

yang unggul. Kami meningkatkan dan segera mengembangkan proses setiap

saat diperlukan demi mencapai tujuan-tujuan strategis. Dengan

memberdayakan organisasi serta memberikan kemampuan untuk mengambil

keputusan secara mandiri, maka pelaksanaan tugas dan tanggapan terhadap

pelanggan akan dapat lebih cepat dilakukan.

 Nilai – Nilai Dasar.

Dasar perusahaan kami berdiri di atas Nilai-nilai yang kami bangun, yang

membuat kami berbeda dari yang lainnya . Kami bertindak mengikuti dasar

petunjuk tersebut. Dengan cara yang etis dan rasa tanggung jawab sosial yang

penuh, kami melaksanakan usaha kami. Kami menghormati hukum dan peraturan

yang berlaku, mendukung hak-hak manusia secara universal, melestarikan

lingkungan dan mendatangkan manfaat bagi masyarakat di mana kami bekerja.

♦ Integritas.

Kami bersikap jujur, baik terhadap orang lain maupun diri sendiri. Kami

memenuhi ukuran etika tertinggi di dalam setiap pelaksanaan usaha kami.

Perkataan kami adalah tindakan kami.

♦ Kepercayaan.

Kami menaruh kepercayaan, menghormati, dan mendukung satu sama

lainnya, dan berupaya keras untuk mendapatkan kepercayaan dari rekan sekerja

dan mitra usaha kami.

31
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

♦ Keragaman.

Kami belajar dan menjunjung tinggi budaya dimana kami bekerja,. Kami

menghargai dan memperlihatkan rasa hormat terhadap keunikan, keragaman

pandangan serta kecakapan masing-masing pribadi. Kami memiliki lingkungan

kerja yang membaur dan secara giat memelihara karagaman insan manusia,

menghargai pikiran-pikiran, bakat, dan pengalaman mereka masing-masing.

♦ Kemitraan.

Kami memiliki tekat yang teguh untuk menjadi mitra usaha yang baik

yang menaruh perhatian yang sungguh-sungguhterhadap kerjasama yang

produktif, saling membangun, mempercayai dan menguntungkan, baik dengan

pemerintah, perusahaan lain, pelanggan-pelanggankami, masyarakat dan sesama

rekan sekerja.

♦ Kinerja yang Unggul.

Kami memiliki tekat untuk tetap unggul dalam setiap apa yang kami

lakukan, dan kami berupaya keras untuk memperbaiki diri. Semangat kami tidak

pernah padam untuk mencapai hasil yang melampaui harapan kami dan juga

harapan orang lain.

♦ Tanggung Jawab.

Kami bertanggung jawab, baik secara perorangan maupun sebagai

kelompok untuk setiap apa yang kami kerjakan maupun untuk setiap tindakan

yang kami lakukan, dan memang kami diakui karena sikap bertanggung jawab

tersebut. Kami siap diperiksa dan siap bertanggung jawab.

32
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

♦ Pertumbuhan.

Kami menyukai perubahan dan mendukung pembaharuan. Kami berusaha

mencari dan mengejar kesempatan-kesempatan emas yang menantang, yang dapat

mendorong pertumbuhan, baik bagi orang per orang maupun untuk perusahaan.

♦ Perlindungan terhadap Manusia dan Lingkungan.

Kami memberikan perlindungan keselamatan kerja dan kesehatan, baik

terhadap manusia maupun lingkungan. Tujuan kami adalah untuk diakui dan

dihormati diseluruh dunia sebagai yang terbaik dan menjaga keselamatan kerja ,

kesehatan, dan lingkungan. Prinsip-prinsip dan harapan-harapan di bawah inilah

yang menjadi landasan kami.

♦ Kepemimpinan.

Berupaya keras untuk menghasilkan kinerja bertaraf dunia dengan sistem

yang tahan uji yaitu Manajemen Operasional Terbaik untuk mengelola masalah

keselamatan kerja, kesehatan dan lingkungan. Menaksir dan mengelola resiko

yang dapat timbul sebagai dampak dari produk yang kami hasilkan dan usaha

kami yang kami lakukan yang dapat membahayakan pekerja kami, kontraktor,

masyarakat umum dan lingkungan.

♦ Keselamatan dan Operasi Bebas Kecelakaan.

Merancang, membangun, melaksanakan, memelihara, bahkan sampai

menarik kembali peralatan dan perlengkapan kami jika diperlukan, demi

menghindari luka-luka, penyakit maupun kecelakaan.

33
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

♦ Pemberian Saran dan Nasehat.

Bekerja dengan memegang teguh etika untuk saling membangun dengan

menyediakan keahlian teknis tertentu untuk membahas hukum dan peraturan yang

diajukan, juga turut serta mengambil bagian di dalam pembahasan masalah-

masalah yang masih hangat dan aktual.

♦ Pemberian Jaminan.

Menjaga agar kebijaksanaan perusahaan tetap sesuai dengan peraturan-

peraturan pemerintah. Memastikan bahwa pekerja dan kontraktor mengerti

tanggung jawab mereka masing-masing terhadap masalah keselamatan kerja,

kesehatan dan lingkungan.

♦ Pemeliharaan Sumber Daya Alam.

Memelihara sumber daya perusahaan dan sumber daya alam dengan tanpa

berhenti berusaha memperbaiki seluruh proses dan mengukur perkembangannya.

♦ Penjagaan dan Pemeliharaan Produk.

Bersama dengan seluruh pihak yang terlibat sepanjang masa hidup produk

mengelola resiko yang dapat ditimbulkan oleh produk.

♦ Menghindari Pencemaran.

Secara terus menerus berusaha memperbaiki proses yang kami lakukan

untuk memperkecil pencemaran dan pembuangan.

♦ Pemindahan Harta.

Mengatur dan mengemban kewajiban dan tanggung jawab terhadap

lingkungan hidup sebelum kegiatan jual beli harta dilakukan.

34
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

♦ Menjangkau Masyarakat.

Menjangkau masyarakat dan melibatkan diri di dalam musyawarah

terbuka demi membangun rasa saling percaya.

♦ Penanganan Keadaan.

Pencegahan lebih diutamakan , namun harus selalu siap untuk

menghadapi setiap keadaan darurat dan memadamkan setiap kejadian kecelakaan

dengan cepat dan tepat.

2.7. Struktur Organisasi Perusahaan.

Struktur Organisasi perusahaan yang dipakai PT. CPI sedikit terlihat unik.

Semula PT. CPI menggunakan struktur organisasi perusahaan yang berlaku di

kebanyakan perusaan, yaitu Line and Staff Organization. Tetapi selanjutnya pada

era globalisasi sekarang, PT. CPI dituntut untuk menyesuaikan diri agar dapat

bersaing dengan kompetitif.

Untuk menjawab tantangan tersebut, manejemen PT. CPI mengadakan

restrukturisasi organisasi sehingga mulai tanggal 11 Maret 1995 berubah ke

sistem Strategic Business Unit (SBU) yang bersifat team kerja sesuai proses

pekerjaan. Dalam SBU ini dibentuk unit-unit yang terdiri dari tenaga kerja yang

memiliki disiplin ilmu dan keahlian tertentu. Dalam unit ini setiap anggota

diarahkan pada kerjasama team sebagai suatu kelompok kerja.

PT. CPI dipimpin oleh seorang President & Chairm of The Managing

Board yang berkedudukan di Jakarta. Dewan direksi lainnya adalah Executive

Vice President & Managing Director yang akan membawahi beberapa bagian

35
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

seperti Senior Vice President Sumatera, Publik Affairs Sumatra, Coorporate

services, Coorporate Human Resource, Coorporate QI, Planing Budget and

Internal Audit.

Dengan Manajeman sistem SBU ini, otonomi tiap unit menjadi semakin

besar (desentralisasi), sehingga diharapkan effektifitas dan effisiensi perusahan

dengan semboyan “Our Journey To World Class Company” ini semakin tinggi.

Hal ini sangat perlu mengingat tingkat persaingan dan biaya produksi yang

semakin tinggi, sementara harga minyak dan cadangan minyak bumi semakin

menurun dan sulit di eksploitasi.

SBU yang terbentuk ada tujuh bagian, empat diantaranya bertanggung

jawab untuk mengembangkan dan mengelola ladang minyak di Riau ( unit

prodiksi), yaitu

1. SBU Duri, merupakan penghasil minyak terbesar PT. CPI, yang memiliki

sistem injeksi uap terbesar di dunia. Wilayah operasinya meliputi lapangan

minyak Duri dan Kulin.

2. SBU Minas, merupakan daerah lapangan minyak dengan kadar belerang

sangat rendah dan dikenal dengan Minas Crude. Minyak jenis ini sangat

digemari negara-negara industri yang mengimpor Sumatran Light Crude.

Wilayah operasinya meliputi lapangan Minas.

3. SBU Bekasap (yang mengelola ladang bagian utara), dengan wilayah

operasinya meliputi area Petani, Bekasap, Bangko dan Balam.

4. SBU Rumbai (yang mengelola ladang bagian selatan), dengan wilayah operasi

meliputi area Petapahan, Libo, Zamrud, dan Pedada. Untuk Are Zamrud dan

36
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Pedada terhitung mulai Agustus 2002 Explorasinya telah diserahkan kepada

Pemda Propinsi Riau yang dikelola oleh PT. Bumi Siak Pusako (PT. BSP).

5. SBU Exploration ang IT Support (merupakan SBU pendukung yang

bertanggung jawab terhadap eksplorasi di bagian tengah dan lepas pantai barat

Sumatra, operasi pengeboran, kontrak-kontrak jasa bersekala besar,

pengembangan teknologi).

6. SBU Support Operation ( bertanggung jawab atas transportasi dan pengisian

minyak, pembangkit tenaga listrik, operasi perbaikan, dan jasa-jasa

transportasi angkutan darat dan laut ).

7. SBU Public Affairs ( bertanggung jawab atas penggandaan barang-barang

umum, pembelian berkala tahunan, pengamanan, jasa perjalanan udara dan

kesehatan ).
PRESIDENT DIRECTOR

GENE
VICE PRESIDENT VICE PRESIDENT
RAL SR. VICE
CORP. FINANCE CORP PUBLIC
COUN JAKARTA
& TREASURY AFFAIRS
SEL
VICE
MANAGER
PRESIDENT
JAKARTA
TECH PLAN
GEN.
& NEW
SERVICES
VENTURES
MANAGI
NG
DIRECTO
R
VICE MANAGER
VICE PRESIDENT MANAGER MANAGER
PRESIDENT CORP.
CORP. HUMAN PUBLIC INTERNAL
GENERAL QUALITY,
RESOURCES AFFAIRS AUDIT
AFFAIRS PLANNING SUMATRA
& BUDGET

SR. VICE
SUMATR
A
ASST. TO
SR. VP

VICE VICE VICE


GENERAL PRESIDENT
PRESIDENT PRESIDENT
MANAGER OPERS.
SUPPORT OPERS.
EXPLORATION BEKASAP
OPERS. MINAS SBU
SBU
GENERAL VICE MANAGE
VICE PRESIDENT
MANAGER PRESIDENT R
OPERS. RUMBAI
TECHNOLOGY & OPERS. CORP.
SBU
DRILLING DURI SBU SH&E

Gambar 2.4. struktur organisasi di PT.CPI

37
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Dengan sistem SBU ini, sistem manajemennya memiliki level-level

tertentu dengan tiap SBU dipimpin oleh seorang Vice President yang dibantu oleh

beberapa manajer. Manajer dibantu beberapa team manajer dan dibawah team

manajer terdapat beberapa orang team leader.

Pada Tahun 2002 yang lalu PT. CPI kembali merubah struktur

manajemennya menjadi Indonesia Bisnis Unit (IBU) dimana bentuk strukturnya

hampir sama dengan sistem SBU dimana perubahan hanya terdapat pada sistem

pemegang saham.

2.8. Fasilitas Perusahaan.

PT. Chevron Pacific Indonesia menyediakan banyak fasilitas untuk

kesejahteraan karyawan dan keluarganya. Fasilitas yang disediakan oleh PT. CPI

antara lain :

 Sarana perumahan, baik yang di dalam komplek maupun yang di luar komplek,

dengan program Home Ownership Program (HOP).

 Sarana Pendidikan berupa taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah

menengah pertama, sekolah menengah atas, perpustakaan di setiap distrik

dan beasiswa bagi putra-putri karyawan.

 Sarana Peribadatan seperti Mesjid dan gereja.

 Sarana Kesehatan atau poliklinik dan rumah sakit (Medical Centre), di

setiap distrik.

38
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

 Sarana Olahraga, seperti kolam renang, lapangan sepak bola, lapangan

golf, lapangan tennis, lapangan voley, bowling, billiar dan lapangan bulu

tangkis.

 Sarana rekreasi, berupa taman bermain, auditorium, bar/musik, TV kabel,

bioskop, sanggar karyawan, sanggar seni dan lain-lain.

2.9. Perubahan Caltex Pacific Indonesia menjadi Chevron Pacific

Indonesia.

Pada tahun 2005 terjadi perubahan nama pada PT. Caltex Pacific

Indonesia menjadi PT. Chevron Pacific Indonesia.

39
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

BAB III

DEPARTEMEN POWER GENERATION AND TRANSMISSION (PG&T)

3.1. Tinjauan Umum Power Generation And Transmission (PG&T)

Untuk menjalankan semua mesin – mesin produksi di PT. CPI, baik itu

pompa angguk maupun ESP (Electrical Submersible Pump), tentunya

membutuhkan energi listrik. Sehingga dapat dipastikan bahwa tenaga listrik

merupakan salah satu unsur vital dalam produksi minyak di PT. CPI . Seperti

kebanyakan industri lain yang membutuhkan daya listrik yang besar, PT. CPI

tidak menggunakan daya listrik yang disediakan PLN untuk memenuhi

kebutuhannya. PT. CPI hingga saat ini memiliki departemen khusus yang

menangani pembangkitan, transmisi dan distribusi listrik di PT. CPI.

Hingga tahun 1968, sebagian besar dari kebutuhan listrik PT. CPI

diperoleh dari puluhan buah enginator (perpaduan mesin dan generator) yang

tersebar disetiap lokasi dengan kapasitas sekitar 60 kW. Pada saat itu system

enginator masih dirasakan efesien untuk memasokkan energi listrik yang

dibutuhkan untuk menggerakkan pompa di sumur pengeboran. Melihat

perkembangan sumur minyak yang menggunakan pompa semakin banyak di

lokasi yang berjauhaan, manajemen PT. CPI membuat sebuah sistem tenaga listrik

yang lebih handal dibandingkan dengan hanya mengandalkan enginator.

Pada tahun 1969, Gubernur Riau saat itu Arifin Ahmad meresmikan

pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) Duri yang terdiri dari 2

unit generator gas Sulzer buatan Swiss dengan kapasitas masing – masing 10

40
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

MW. Dengan beroperasinya PLTG Duri ini lahirlah sebuah departemen baru di

PT. CPI yang dekenal dengan nama Power Generation dan Transmission (PG&T)

yaitu sebuah departemen bertugas menyediakan tebaga listrik dan menghasilkan

uap melalui pemanfaatan panas dari gas buang turbin untuk mendukung

kebutuhan RG –SBU. Dari tahun ke tahun jumlah unit turbin gas ini semakin

bertambanh seiring dengan meningkatnya kebutuhan daya listrik di PT. CPI.

Keseluruhan daya yang dibangkitkan oleh generator-generator disemua

titik pusat pembangki mencapai 649 MW. Daya yang dipakai oleh keseluruhan

beban saat ini sekitar 440 – 470 MW. Sedangkan dalam penyaluran daya

listriknya, saluran pada PT. CPI terbagi atas :

1. Saluran transmisi 230 kV

2. Saluran transmisi dan interkoneksi 115 kV

3. Saluran sub transmisi 44 kV

4. Saluran Distribusi 13,8 kV dan 4, 16 kV

41
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

PINANG LEGENDS :
33.2 KM
DUMAI

37.5 KM = SUBSTATION
SO DURI
BALAM A11
NORTH
DURI = 115 KV LINES TOTAL = 674 KM

BANGKO
10 KM
COGEN = 44 KV LINES TOTAL = 105 KM
13.5 KM
POWER STATION
9.2 KM 35.6 KM 34 KM CENTRAL
DURI = 13.8 KV LINES TOTAL = 2,300 KM
POWER STATION
SINTONG BATANG

= 4160 V LINES TOTAL = 70 KM


12.2 KM 11.5 KM
MENGGALA

8 KM
4.5 KM

8 KM
PEMATANG MAIN 70 KM = 230 KV LINE TOTAL = 128 KM
ROKAN 3.7 KM 4.7 KM 9.1 KM
= 115 KV LINE ( BUNDLE )
0.5 KM D U R
SO. BEKASAP
I
POWER STATION
18.1 KM

1.3 KM

BEKASAP

24 KM
PETANI
PUNGUT 51 KM
PEMATANG
27.5 KM
27 KM

RANGAU
KOTA BATAK
14 KM JUNCTION
LIBO 34.6 KM
20.4 KM
12.5 KM
12.5 KM

SURAM 4
PETAPAHAN KOTABATAK B
3D

5B
6.7 KM
24.6 KM
6.5 KM

4D
38 KM
6D 3.1 KM

5.2 6DN
3 KM

KM PUSAKA PEDADA
MINA
S
POWER STATION
5.6 KM

17.3 KM 37.2 KM 30.8 KM 25.5 KM

1.5 KM 1 KM

BUTAN BERUK
8C 8D
RUMBAI NO.
RUMBAI EA. ZAMRUD

RUMBAI SO.

Gambar 3.1 CPI Power System One Line Diagram

Sebagai departemen yang bertanggung jawab menbangkitkan dan mencatu

daya listrik di perusahaan ini, departemen PG&T yang bernaung didalam Divisi

Support Operation mengemban tugas sebagai berikut :

1. Membangkitakan daya listrik yang cukup dan berkesinambungan secara

efesien guna memenuhi pertumbuhan beban di PT. CPI

2. Mencatu daya listrik yang handal dan baku guna memenuhi kebutuhan

operasi PT. CPI.

42
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

3. Memnafaatkan gas buang panas dari turbin – turbin gas di Central Duri

secara maksimal untuk menghasilkan uap guna kebutuhan operasi Duri

Steam Flood.

4. Mempertahanakan keselamatan kerja yang tinggi.

3.2. Struktur Organisasi PG&T

Dalam struktur organisasi Perusahaan, PG&T termasuk salah satu

departemen yang bernaung dibawah Support Operation SBU. Sejalan dengan misi

yang digariskan, PG&T memiliki misi sebagai berikut :

“ Menyediakan tenaga listrik dan manghasilkan uap melalui pemanfaatan

panas dari gas buang turbin untuk mendukung kebutuhan RG&SBU den

lainnya dengan menjunjung tinggi kepetingan pelanggan, pengendalian

mutu terpadu serta keselamatan, kesehatan dan lingkungan kerja.”

Dalam menjalankan pengoperasian sehari – hari, PG&T memiliki sub – sub

bagian yaitu :

1. Administrator

2. Business & Engineering Support (B&ES)

3. Transmission & Distribution Operation (T&DO)

4. Power & Steam Generation (P&SG)

5. HES Specialist

43
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Susunan selengkapnya struktur organisasi PG&T dapat dilihat pada bagan

berikut :

Gambar 3.2 Struktur Organisasi PG&T

3.2.1. Administrator

Tim administrator adalah tim yang menangani masalah – masalah

administrasi departemen, hubungan inter atau antar departemen atau dengan

partner.

3.2.2. Business & Engineering Support (B&ES)

Tim Business & Engineering bertugas mengkoordinasikan segala hal yang

berkaitan dengan pegembangan dan perencanaan, contohnya adalah estimasi

jumlah beban sepuluh tahun yang akan datang, sehingga dapat dilakukan

44
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

antisipasi dengan membangun Power Plant tambahan untuk mengimbangi

meningkatnya beban. Disamping itu B&ES juga menghitung biaya- biaya yang

dikelurkan untuk kegiatan operasional PG&T dan mengusahakan agar mencapai

taraf optimal. Tanggung jawab dari B&ES antara lain :

a. Bertanggung jawab atas perencanaan dan pengembangan dari PG&T

b. Melakukan kegiatan penelitian untuk menghasilkan rancagan estimasi

pertumbuhan beban dengan menggunakan parameter yang ada, misalnya

pertumbuhan sumur minyak, bertambahnya mesin pompa produksi dan

sebagainnya.

c. Bertanggung jawab atas pengembangan proyek untuk mengimbangi

pertumbuhan beban, misalnya perluasan jaringan transmisi dan

pembanguna PLTG baru.

d. Penelitian dan perhitungan terhadap biaya yang dikeluarkan untuk

membangkitkan listrik per KWH dan biaya operasional lainnya.

Tim B&ES ini dikepalai oleh seorang Manager. B&ES sendiri terdiri atas

beberapa unit kerja yaitu Planinng and Budget, Design and Construction, IT and

Support System, Safety Health and Environment dan Quality Improment. Tim ini

juga membawahi pengoperasian SCADA.

45
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

3.2.3. Transmission & Distribution Operation

Transmission dan Distribution Operation (T&DO) merupakan salah satu

team di PG&T yang bertanggung jawab dalam pengiriman dan pendistribusian

tenaga listrik yang dihasilkan oleh unit pembangkit ke beban, seperti pompa-

pompa di sumur-sumur minyak, mesin-mesin industri penyangga, penerangan

jalan dan sebagainnya. Selain itu, T&DO juga mempunyai tugas lain, yaitu

memelihara dan memperbaiki jaringan transmisi dan distribusi di PT. CPI.

Dalam rangka menjalankan tugasnya tim ini dibagi lagi beberapa unit, yaitu :

a. Power Line Maintenance

Bertugas memeriksa jaringan transmisi dan distribusi, mengirimkan

informasi jika terjadi kerusakan pada jaringan yang dapat menimbulkan

gangguan, untuk diperbaiki dengan melakukan patroli jaringan (line

patrol). Aktivitas berikutnya adalah memelihara dan memperbaiki jaringan

transmisi dan distridusi. Selain itu, Line Maintenance juga bertugas

melaksanakan commissioning untuk instalasi yang baru dan

menghubungkannya dengan jaringan yang sudah beroperasi. Dalam

melakukan tugas perbaikan tersebut, harus diperhitungkan dampak

kehilangan produksi dari sumusr-sumur produksi. Jika pekerjaan

perbaikan tersebut dianggap menggangu produksi minyak, maka akan

dilakukan dalam keaddaan bertegangan (PDKB) atau Hot Line Work, yaitu

pekerjaan pada jaringan yang tetap mengalirkan tenaga listrik ke beban.

46
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

b. Substation and Control System

Kegiatan yang dilakukan adalah memasang, memelihara dan memperbaiki

seluruh peraltana yang terpasang pada sub-station, seperti circuit breaker,

switchgear, trafo, rele-rele dan lain sebagainnya.

c. Distribution Transformer Team

Merupakan suatu team yang menangani semua masalah trafo

distribusi yang ada dalam daerah operasionalnya. Team ini menangani

mulai dari pemasangan trafo, penggantian trafo, pemeliharaan trafo hingga

perbaikan trafo dan pemurnian minyak trafo (reclaiming).

Pemasangan trafo dilakukan apabila akan dibangun suatu sumur

minyak ataupun pemukiman yang baru. Kapasitas trafo yang akan

dipasang disesuaikan dengan kebutuhan beban bersangkutan yang telah

diperkirakan. Tidak jarang suatu sumur minyak ataupun pemukiman

setelah beberapa waktu akan bertambah jumlahnya sehingga trafo

terpasang tidak lagi sesuai dengan beban yang ada. Saat kejadian ini

terjadi, dilakukan penggantian trafo. Artinya, trafo lama yang sudah tidak

sesuai dengan beban diganti dengan trafo baru yang diperkirakan sesuai

dengan beban yang ada untuk beberapa kurun waktu kedepan.

Pemeliharaan trafo dilakukan secara berkala (scheduled) untuk menjaga

kualitas trafo terpasang. Pemeliharaan yang dilakukan antara lain

mengganti minyak trafo yang sudah kotor, melakukan tes tahanan isolasi

trafo dan tes rasio lilitan trafo. Apabila karena adanya suatu gangguan

yang mengakibatkan trafo rusak, akan dilakukan perbaikan trafo.

47
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Perbaikan trafo ini meliputi rewinding kumparan trafo dan perbaikan

isolasi lilitan serta perbaikan rasio lilitan trafo. Apabila kerusakan terjadi

pada inti trafo maka trafo tidak akan diperbaiki melainkan akan diganti

dengan yang baru karena akan lebih efisien. Proses perbaikan treafo ini

dilakukan di repair shop.

PT CPI memiliki suatu alat reclaiming oil transformer yang sangat

jarang dijumpai di Indonesia. Alat ini memurnikan minyak trafo yang

sudah dipakai (bekas/kotor) sehingga dapat dipergunakan kembali

layaknya minyak trafo yang baru. Dengan menggunakan alat ini, PT CPI

tidak lagi pernah mengeluarkan biaya untuk pembelia n minyak trafo yang

baru, karena minyak trafo dapat dimurnikan terus-menerus tanpa

berkurang kualitasnya. Dalam pemurnian ini digunakan tanah liat (clay)

sebagai filter dan zat kimia aditif untuk menjaga kualitas minyak trafo.

d. Power System Engineering (PSE)

Kegiatan unit rekayasa system ini antara lain menganalisa segala

gangguan yang mungkin terjadi diareanya masing-masing dan

mengusahakan perlindungan secara maksimal. Secara keseluruahan tugas

PSE adalah :

1. Bertanggung jawab terhadap lancarnya aliran energi listrik

2. menentukan setting rele dari suatu jaringan

3. menganalisa gangguan dan memberikan solusi terbaik

4. merancang suatu system tenaga listrik dengan tingkat kestabilan

yang bias diandalkan.

48
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Karena wilayah kerja yang harus ditangani oleh T&DO sangat luas, tim ini

dibagi berdasarkan daerah operasinya. Tiap-tiap wilayah dipimpin oleh seoarang

Team Manager. Ada Tiga unit T&DO dalam departemen ini yaitu :

1. T&DO Bekasap meliputi daerah Bekasap/Petani, Libo, Bangko/Balam, distrik

Duri Housing dan sekitarnya.

2. T&DO Duri meliputi Duri Field, Kulim, Kelok-Tilan, Batang-Rantau Bais,

distrik Dumai dan sekitarnya.

3. T&DO Minas meliputi distrik Minas, Minas Field, Rumbai dan sekitarnya.

Gambar 3.3 Struktur Organisasi T&D Operation II Duri

49
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

3.2.4. Power & Steam Generation (P&SG)

Tim Power & Steam Generation (P&SG) dalah tim yang memiliki tugas

utama menangani pembangkitan tenaga listrik dan uap untuk keperluan PT.

Chevron Pacific Indonesia. Disamping itu, P&SG juga bertanggung jawab untuk

memelihara dan mengoperasikan system pembangkit Gas turbin yang ada pada 4

PLTG.

Tim P&SG ini dikepalai oleh seorang Manager. P&SG juga memiliki tim

– tim yang menangani tugas dan tanggung jawab yang diemban oleh P&SG.

Tim – tim dibawah koordinasi P&SG adalah :

1. Tim Central Duri Power Plant dan Minas Power Plant

a. Mengendalikan operasi power plant, meliputi starting dan

mematikan generator serta gas turbin.

b. Menjaga kelangsungan ketersediaan energi listrik

c. Menjaga mutu energi listrik yang dihasilkan

2. Tim Power Sistem Management, memiliki tugas :

a. menyusun schedule pembangkitan dan penyaluran energi listrik,

modifikasi dan rekayasa masalah yang menyangkut operasi

SCADA dan lain – lain

b. menangani pembelian Spare – part dan komponen yang

dibutuhkan

c. perencanaan ke depan dan koordinasi dengan bagian lain.

50
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

3. Tim Condition Monitoring memiliki tugas :

a. mengadakan inpeksi peralatan system pembangkit dan system

control.

b. Pengetesan system control

c. Mengajukan rekomendasi untuk perbaikan ke bidang Gas Turbine

Maintenance.

Selain menangani masalah pembangkitan listrik, P&SG juga menangani

pemanfaatan gas buang turbin. Saat ini pemanfaatan gas buang terdapat di Central

Duri Gas Turbine dan North Duri Gas Turbine. Panas dari gas buang ini

dimanfaatkan untuk membuat uap. Uap dihasilkan dari pemanasan air dalam

boiler atau ketel. Hal in dilakukan untuk mengurangi biaya penggunaan minyak

mentah guna menghasilkan uap. System ini dinamakan Waste Heat Recovery

Steam Generator (WHRSG). Tiga dari sepuluh unit WHRSG menggunakan panas

gas buang dari PLTG. Uap ini dimanfaatkan oleh bagian Production untuk proyek

injeksi uap duri atau Duri Steam Flood (DSF) dimana dengan adannya injeksi uap

ini, minyak yang berada dilapangan duri mudah diangkat oleh pompa, sehingga

kerja pompa menjadi lebih ringan.

51
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

3.2.5. Gas Turbine Repair Shop

Tim Gas Turbine Repair Shop merupakan tim yang bertugas :

1. Mengadakan pemeriksaan terhadap gas turbin

2. Mengganti dan memperbaiki bagian gas turbin yang rusak

3. Melakukan pengetesan system control dan perbaikan seperlunya

4. Menangani pembelian Spare Part yang dibutuhkan

5. Melakukan perencanaan kedepan

6. Menyusun jadwal perbaikan, modifikasi dan pemecahan masalah rekayasa.

BAB IV

52
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

SISTEM KELISTRIKAN

PT. CHEVRON PACIFIC INDONESIA

Sistem Pembangkitan Tenaga Listrik

Sistem pembangkitan yang umum digunakan sekarang ini adalah generator

yang digerakkan oleh turbin. Turbin ini digerakkan oleh energi dari luar, misalnya

air, gas, uap, panas bumi, nuklir, dan lain-lain. Karena itu kita mengenal adanya

PLTA, PLTU, PLTG, PLTN, dan lain-lain. Pemilihan sumber penggerak turbin

ini tergantung pada banyak hal, sebagai contoh pembangkit listrik tenaga air,

dimana PLTA memakan biaya operasi yang sangat rendah karena tidak

membutuhkan bahan bakar, namun biaya investasinya besar karena harus

membangun bendungan. Kerugian lainnya adalah banyak daerah yang harus

ditenggelamkan untuk membuat sebuah bendungan.

Hal-hal yang mendorong PT. CPI menggunakan sistem pembangkitan Gas

Turbin adalah tersedianya gas alam dalam jumlah memadai yang didapatkan dari

hasil sampingan lapangan minyak Chevron, selain itu juga didorong oleh adanya

keunggulan lainnya dari turbin gas yang dapat segera dioperasikan dengan waktu

start kurang dari 15 menit, dibandingkan dengan turbin uap yang membutuhkan

waktu berjam-jam karena harus memasak air dalam boiler terlebih dahulu.

Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG)

53
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) adalah suatu instalasi mekanik

dan elektrik dimana gas sebagai hasil produk pembakaran diekpansikan kedalam

turbin sebagai penggerak mula (prime mover) generator yang akan menghasilkan

listrik. Turbin gas adalah mesin penggerak yan merubah energi bahan bakar

menjadi energi mekanis dengan jalan memanaskan aliran udara bertekanan tinggi

dan diekspansi menuju nozzle dan memutar roda roda turbin. Pada turbin ada

bagian yang berputar yaitu rotor atau roda turbin, dan bagian yang tidak berputar

disebut stator atau rumah turbin. Roda turbin memutar poros daya yang

mrnggerakkan atau memutar poros daya untuk memutar bebannya seperti

generator listrik, pompa, kompresor dan lain-lain.

Pada dasarnya pembangkit listrik tenaga gas terdiri dari starting motor,

Compressor, Combustion Chamber, Turbin, dan Generator. Dalam gambar

dibawah ini terlihat bagian-bagian turbin gas.

a. Starting Motor

Starting motor atau diesel engine digunakan untuk memberikan putaran

pertama pada turbin. Pada saat pertama kali turbin dihidupkan dari posisi diam,

belum terjadi pembakaran di Combustion Chamber. Starting Motor atau diesel

engine dihubungkan ke shaft turbin melalui starting cluth dan gear box untuk

menghasilkan momen putar dan kecepatan yang dibutuhkan oleh turbin pada saat

start. Starting motor atau diesel engine hanya bekerja sampai turbin berputar 20%

dari putaran nominalnya. Lalu starting cluth akan terlepas dan starting motor atau

diesel engine akan dimatikan melalui sistem kontrol.

b. Compressor

54
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Compressor yang digunakan pada turbin merupakan axial flow

compressor yang menghasilkan aliran udara tegak lurus dengan arah putarnya.

Compressor tersebut berada pada shaft yang sama dengan turbin sehingga saat

operasi, compressor tersebut merupakan beban bagi turbin. Fungsi dari aliran

udara yang dihasilkan kompresor ini adalah sebagai berikut :

• Dicampur dengan bahan bakar untuk pembakaran di Combustion Chamber.

• Pendinginan turbin bucket, fuel nozzel dan komponen-komponen lain yang

memerlukan.

• Sebagai shield pada persambungan-persambungan pipa penyalur minyak

pelumas.

c. Combustion Chamber

Combustion Chamber (ruang pembakaran) merupakan tempat terjadinya

pembakaran yang menghasilkan energi panas dan energi kinetik untuk memutar

turbin. Didalam Combustion Chamber ini, bahan bakar yang disemprotkan

melalui fuel nozzel akan dibakar. Jenis bahan bakar yang digunakan adalah gas,

solar, atau minyak mentah. Bahan bakar gas alam (natural gas) dipakai untuk

operasi normal, hal ini disebabkan gas alam ditambang sendiri oleh perusahaan

dan bahan bakar gas alam tersebut lebih baik hasil pembakarannya dan tidak

banyak menghasilkan sisa-sisa hasil pembakaran (kotoran) diruang bakar. Bahan

bakar minyak mentah banyak mengandung unsur kimia lain yang dapat merusak

lapisan dari permukaan turbin dan hasil pembakarannya tidak sebersih gas alam.

Bahan bakar minyak solar dipakai untuk pembersih dan tidak berlangsung lama

55
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

karena tidak efesien dan banyak memakan biaya. Maka, dalam hal ini PT.CPI

menggunakan gas sebagi bahan bakar utama. Turbin gas yang ada di PT. CPI

umumnya memiliki 10-13 combustion Chamber yang disusun secara konsentris

disekitar turbin.

Dalam ruang bakar ini, udara yang bertekanan tinggi dari kompresor

dicampurkan dengan gas alam yang disemprotkan kedalam ruang bakar melalui

fuel nozzel (alat penyemprot), lalu diberi spark flug (pengapian awal), sehingga

terjadi proses pembakaran. Suhu yang dicapai dalam pembakaran ini lebih kurang

16000 F, sehingga gas pembakaran yang panas itu perlu didinginkan agar tidak

merusak sudu-sudu dari turbin gas. Pendinginan ini dilakukan dengan

memberikan tambahan (excess air) yang dialirkan melalui celah samping tabung

bakar.

Dalam proses pembakaran, jumlah bahan bakar yang dimasukkan kedalam

ruang bakar diatur sesui dengan putaran turbin yang diinginkan,biasanya 5100

rpm. Pengaturan bahan bakar dilakukan unutk mendeteksi adanya pembakaran

pada combustion chamber. Sebagai sensornya digunakan IC LG1092 yang peka

terhadap ultra violet dan sebagai penguat digunakan amplifier EG1033AA01.

d. Turbin

Turbin adalah mesin penggerak, dimana energi fluida kerja dipergunakan

langsung untuk memutar roda turbin. Air, uap air, dan gas dapat dipergunakan

sebagai fluida kerja turbin. Maka turbin diberi nama sesuai dengan jenis fluida

kerjanya. Jadi turbin gas adalah turbin dengan gas sebagai fluida kerjanya.

56
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Bahan bakar gas turbin adalah gas alam sebagai bahan bakar utama, dan

minyak solar atau minyak mentah sebagai bahan bakar cadangan seandainya

kebutuhan bahan bakar gas tidak mencukupi. Bahan bakar gas alam didapat dari

lokasi Libo dan Bekasap serta dari PGN (Perusahan Gas Negara).

Prinsip kerja Gas turbine

Prinsip sederhana dari cara kerja gas turbin ada 4 (empat) proses yaitu:

• Proses kompresi

Udara dikompresi pada multi stage compressor yang berada pada

poros turbin tersebut.

• Proses pembakaran

Tekanan dan temperatur udara yang dikompresi meningkat naik, kemudian

dialirkan ke ruang bakar. Di sini bahan bakar diinjeksikan sehingga terjadi

proses pembakaran. Pada proses start-up, gas turbin menggunakan

ignition flame/sparkplug sebagai pembakaran awal

• Proses ekspansi

Energi panas hasil pembakaran dialirkan melewati celah yang

terdapat pada nozzle sehingga aliran panas bertekanan tersebut

berubah menjadi kecepatan (velocity).

• Proses pembuangan

57
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Aliran yang keluar dari nozzle dengan sudut tertentu diarahkan ke

sudu-sudu yang terpasang pada bagian poros turbin secara melingkar

sehingga poros turbin berputar. Putaran ini diteruskan untuk

memutar poros generator.

GAS TURBINE SET


GE FRAME 5 MODEL
5361

Gambar 4.1 System Co-Generator

Jenis Gas turbin

Jenis gas turbin yang dipakai di CPI:

• Sulzer

Adalah unit yang paling tua di CPI. Kapasitas unit ini adalah 10 MW. Ada

2 unit yang berada di Duri Power Plant. Kedua unit ini sekarang sudah

tidak beroperasi lagi karena faktor usia dan suku cadangnya sudah tidak

tersedia lagi.

• GE MS 5001-LA

58
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Unit ini berkapasitas 14.5 MW dan CPI mempunyai 8 unit (5 unit di Minas

dan 3 unit di Duri). Ketiga unit di Duri saat ini tidak dioperasikan lagi.

• GE MS 5001-P/ PA

Kapasitas dari jenis ini adalah 21 MW. Populasi unit ini berjumlah 10 unit

(3 unit di Minas Power Plant, 2 unit di Duri Power Plant (1 unit sudah

tidak dioperasikan lagi) dan 5 unit berada di Central Duri Power Plant).

• GE MS 6001 – B

Adalah jenis turbin yang terbaru di CPI dengan kapasitas 33 MW,

berjumlah 3 unit dan semuanya berada di Minas Power Plant

• Westinghouse W 501 D5A

Adalah gas turbin yang dioperasikan oleh MCTN dengan kapasitas 100

MW dan berjumlah 3 unit.

Turbin yang digunakan PT. CPI memiliki dua whell. Whell merupakan

suatu poros yang diberi sudu-sudu disekelilingnya. Gas bertekanan yang

merupakan hasil pembakaran akan mendorong sudu-sudu tersebut hingga turbin

berputar. Sistem kontrol turbin akan mempertahankan putaran turbin berkisar

sekitar 5100 rpm

e. Generator

Generator adalah sejenis peralatan yang berfungsi sebagai pembangkit

tenaga listrik. Generator tersebut membutuhkan penggerak mula, biasanya disebut

dengan prime mover, seperti mesin diesel, turbin uap, turbin gas, mesin hidro, dan

59
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

lain sebagainya. PT. CPI menggunakan turbin gas sebagai penggerak mulanya

karena perusahaan ini juga menghasilkan gas bumi. Kapasitas dari turbin gas

adalah 8 MW sampai 33 MW.

Dalam menunjang produksinya PT. CPI menggunakan sistem pembangkit

sendiri dengan jaringan tenaga listrik 60 Hz, sesuai sistem Amerika, yang sudah

terinterkoneksi diseluruh wilayah opersi yang meliputi Rumbai, Minas, Duri, dan

Dumai.

Gambar 4.2 Gas Turbine

Pada saat ini, kebutuhan tenaga listrik PT. CPI disuplai oleh empat unit

power plant, yaitu :

1. Minas gas Turbin (MGT) dengan total daya 232 MW.

Terdiri dari 11 gas turbin, dengan kapasitas masing-masing :

- GT 1-5 @ 14 MW

- GT 6-8 @ 21 MW

- GT 9-11 @ 33 MW

2. Central Duri gas Turbin (CGT) dengan total daya 105 MW.

60
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Terdiri dari 5 gas turbin, dengan kapasitas masing-masing @ 21 MW.

3. Duri Gas Turbin (DGT) dengan total daya 21 MW.

4. North Duri dengan total daya 300 MW.

Terdiri dari 3 gas turbin, dengan daya masing-masing @100 MW.

Keseluruhan daya yang dibangkitkan oleh generator-generator di tiga pusat

pembangkit itu mencapai 658 MW. Daya yang dipakai keseluruhan beban saat

ini sekitar 470 MW.

Gambar 4.3 Duri Power Plant

f. Waste Heat Recovery Steam Generator (WHRSG)

Sistem WRHSG ini memanfaatkan kembali gas buang dari turbin di

central Duri Power Plant sebagi pemanas boiler untuk membentuk uap. Air yang

dimasukkan kedalam Generator feed waterc (GFW) dipompakan ke unit WHRSG.

Mula-mula air akan memasuki economizer sebagai pemanas awal untuk

mempermudah terjadinya uap. Setelah melalui economizer, air akan dibagi empat

61
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

melalui pompa untuk mengatur volume air yang masik kedalam evaporator,

sehinnga menghasilkan kualitas uap yang terjadi dapat lebih sempurna.

Selanjutnya pada evaporator akan disemprotkan panas buang dari turbin,

sehingga air dalam evaporator akan menjadi uap. Suhu panas buang dari turbin itu

rat-rata 935 F, sedangkan panas yang keluar dari economizer sekitar 300 f. Setelah

melalui evaporator, uap akan melalui katup pendistribusian, dengan kadar uap

yang dihasilkan tidak kurang dari 40%.

Uap yang dihasilkan tersebut disalurkan ke proyek injeksi uap di Duri.

Proyek Duri Steam Flopod (DSF) tersebut memiliki Steam Generator sendiri. Uap

dari WHRSG ini hanya menyuplai sedikit dari kebutuhan uap di DSF. Dengan

adanya WHRSG ini, PT. CPI telah melakukan penghematan. Unit WHRSG ini

memanfaatkan panas buang turbin sebagai pembakar air. Sebagai perbandingan,

satu barel uap yang dihasilkan boiler yang memakai minyak mentah setara dengan

0,0573 barel minyak mentah, sedangkan produksi uap oleh WHRSG adalah 42

barel per unit per jam.

Sistem Transmisi Dan Distribusi Tenaga Listrik.

Sistem transmisi adalah suatu sistem penyaluran energi listrik dari satu

tempat ke tempat lain, seperti dari stasiun pembangkit ke substation (gardu

induk). Pada operasi PG&T, ada 3 jenis tegangan sistem transmisi, yaitu : 230

KV, 115 KV dan 44 KV.

62
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Gambar 4.4 Saluran transmisi 230 kV


115 kV

44 kV

Gambar 4.5 Saluran transmisi 115 kV dan 44 kV

Sistem transmisi menyalurkan energi listrik dari pembangkit ke pusat

beban, karena daya yang dialirkan besar, maka tegangan yang digunakan adalah

tegangan tinggi untuk mengurangi rugi-rugi tegangan pada saluran. Dari pusat

pembangkit yang biasanya melalui gardu induk, energi listrik disalurkan ke

konsumen dengan menggunakan sistem distribusi listrik. Jaringan distribusi

menggunakan tegangan rendah sehingga sampai di rumah konsumen dengan besar

63
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

tegangan 110 atau 220 volt. Untuk beban yang berupa motor atau mesin-mesin

industri, tegangan yang digunakan biasanya lebih besar dari tegangan untuk

perumahan dengan besar tegangan yang diingini adalah 13.8 kV.

4.2.1 SALURAN UDARA TEGANGAN EKSTRA TINGGI (SUTET)

Mengingat banyaknya kebutuhan akan tenaga listrik dan untuk menunjang

hasil produksi minyak maka saat sekarang ini PT.CPI Co-Generation North Duri

sebagai sumber energi listrik yang terbesar yang dimiliki oleh PT. CPI yang

mempunyai Kapasitas kurang lebih 300 MVA sehingga diharapkan untuk lima

tahun kedepan PT.CPI tidak akan kekurangan energi listrik. Co-genetration North

duri ini dibangun dengan biaya yang sangat mahal karena dilengkapi oleh

beberapa fasilitas yang serba otomatis diantaranya relay proteksi yang di gunakan

sudah menggunakan sistim digital.

Tegangan yang dibangkitkan oleh Turbin Gas Generator adalah 13,8 kV

kemudian dinaikkan tegangannya oleh Transformator step-up menjadi 230 kV

dari tegangan 230 kV ini kemudian dibagi lagi oleh substation dengan Variasi

tegangan yaitu ada yang diturunkan kembali ke 13,8 kV kemudian masuk ke

Feeder, ada yang diturunkan menjadi 115 kV kemudian interkoneksi dengan

seluruh jaringan transmisi. Jaringan transmisi 230 kV, sistim ini mempergunakan

tiang berupa tower (menara) hal ini dikarenakan tegangan yang transmisikan

sangat tinggi sehingga perlu keamaan agar tidak mudah mengalami gangguan dari

alam misalnya gangguan binatang dan pepohonan yang tinggi.

64
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

4.2.2 SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI (SUTT)

Saluran udara tegangan tinggi yang di gunakan PT.CPI adalah tegangan

115 KV. Yang dipakai untuk menyalurkan Energi listrik dari pusat pembangkit

atau pusat interkoneksi ke pusat beban yang jauh sekali dari pusat pembangkit .

Tujuannya menaikkan tegangan adalah apabila tegangan dinaikkan maka secara

otomatis arusnya akan menjadi kecil, sedangkan apabila arusnya menjadi kecil

maka rugi-rugi daya pada saluran transmisi akan semakin kecil berdasaakan

rumus Hukum kirchoff adalah VA = I2 * Cos ϕ . Kemudian keuntungan yang lain

adalah apabila arusnya il maka penghantar yang digunakan kecil pula.

4.3 Peralatan Transmisi dan Distribusi

4.3.1 Substasion (Gardu Induk)

Substation dilengkapi dengan fasilitas dan peralatan yang diperlukan sesuai

dengan tujuannya dan mempunyai fasilitas untuk operasi dan pemeliharaannya

yakni Generator, peralatan penghubung, panel hubung dan trafo ukur, alat

pelindung serta peralatan lainnya. Substation adalah unit yang berfungsi untuk :

1. Mengubah besar tegangan.

2. Mengatur tegangan untuk mengimbangi voltage drop sistem.

3. Mengatur kuantitas aliran daya listrik pada jaringan transmisi dan

distribusi.

4. Menghubungkan generator ke jaringan transmisi dan distribusi.

5. Melakukan interkoneksi antar jaringan.

6. Menghubungkan sinyal komunikasi ke jaringan transmisi.

65
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

4.3.2 Transformator Daya.

Transformator adalah peralatan yang digunakan untuk menaikkan atau

menurunkan tegangan pada frekuensi yang tetap.

• Power Transformer

Power transformer atau trafo daya adalah transformatorr yang digunakan

untuk mengubah besar tegangan pada jaringan transmisi 230 kV, 115 kV atau 44

kV menjadi 13.8 kV ataupun sebaliknya. Ada dua jenis power transformer, yaitu:

a. Step-up transformer, berfungsi untuk menaikkan tegangan. Biasanya

terdapat di power plant atau sistem pembangkitan.

b. Step-down transformer, berfungsi untuk menurunkan tegangan.

Biasanya terdapat di substation atau gardu induk.

Penaik tegangan untuk saluran transmisi dimaksudkan untuk mengurangi

jumlah arus yang mengalir, dimana dengan arus rendah, rugi-rugi panas (heat

loss) menjadi berkurang, sehingga dapat menambah umur penghantar. Selain itu

dengan arus yang kecil dapat digunakan kabel yang berdiameter kecil yang lebih

murah harganya.

Gambar 4.6 Transformer

66
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

4.3.3 Voltage Regulator.

Voltage regulator digunakan untuk menjaga tegangan agar tetap stabil

sesuai tingkat tegangan yang ditentukan. Daya yang disalurkan dari pusat

pembangkit dapat mengalami penurunan tegangan akibat rugi-rugi yang

dihasilkan sepanjang kawat penghantar pada transmisi atau distribusi. Dapat pula

mengalami kenaikkan tegangan akibat lepasnyan beban. Hal ini dapat

mengakibatkan kerusakan pada jaringan atau pada benda lain.

Pada PT. CPI load tap changer pada trafo daya berfungsi sebagai voltage

regulator, biasanya dipasang pada jaringan 13,8 kV. Voltage regulator dipasang

ditengah jaringan distribusi untuk mengkompensasi perubahan yang terjadi.

Gambar 4.7 13.8 kV voltage regulator

67
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

4.3.4 Capacitor Bank.

Capacitor Bank digunakan untuk mengurangi rugi daya dan jatuh tegangan

pada jaringan sehingga dapat memperbaiki power daya secara keseluruhan.

Penurunan power faktor juga disebabkan oleh beban dilokasi produksi yang

umumnya bersifat induktif. Pemasangan capasitor bank pada jaringan distribusi

adalah dalam hubungan paralel terhadap fasa dengan bantuan disconnecting

switch yang dapat ditutup dan dibuka secara manual. Capasitor Bank dipasang

pada jaringan distribusi yang bertegangan 13,8 kV.

Gambar 4.8 Capasitor Bank

4.3.5 Isolator.

Merupakan alat yang berfungsi untuk mengisolasi bagian-bagian dari

instalasi listrik yang bertegangan terhadap tiang maupun terhadap tanah. Isolator

di PT. CPI, umumnya menggunakan jenis pasak dan jenis gantung yang terbuat

dari porselen dengan tipe ball & socket.

68
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Empat jenis isolator yang digunakan adalah :

1. Isolator gantung, digunakan untuk transmisi tegangan 115 dan 44 kV.

2. Isolator pasak, digunakan untuk transmisi tegangan rendah.

3. Isolator tarik , digunakan untuk transmisi tegangan 115 dan 44 kV.

4. Isolator long rod, digunakan untuk daerah berdebu.

4.3.6 Busbar

Digunakan sebagai terminal tempat pengambilan sumber listrik. Semua

peralatan pada gardu induk dihubungkan ke bus dan berada disekelilingnya.

Sistem bus di PT. CPI menggunakan kombinasi dari sistem single bus, ring bus,

dan satu setengah breaker. Single bus digunakan karena memerlukan sedikit

peralatan dan ruang.

Sistem ring bus digunakan bila ada dua sumber mensuplai, kelebihan

sistim ini adalah secara langsung mengisolir gangguan jika gangguan terjadi pada

salah satu sumber. Pada keadaan normal semua breaker pada ring bus berada

dalam keadaan tertutup, bila terdapat gangguan pada sumber 1, breaker A dan D

terbuka untuk mengisolir gangguan, sementara sumber 2 mensuplai beban.

Gangguan dibagian manapun dalam sistem akan menyebabkan dua breaker

terbuka, untuk mengisolir gangguan.

69
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

SUMBER 1 SUMBER 2

D B

SISTEM RING BUS

Gambar 4.9. Sistem Ring Bus

Sistem satu setengah breaker memiliki satu setengah breaker untuk setiap

sumber yang terhubung pada bus. Dalam keadaan normal semua breaker tertutup.

Susunan ini mempunyai faktor pengamanan yang tinggi, karena bila suatu lokasi

mengalami gangguan, tidak akan mempengaruhi bagian lain yang sedang

beroperasi.

LINE 1 LINE 2

G G G G G

SISTEM SATU SETENGAH BREAKER

Gambar 4.10. Sistem Satu Setengah Breaker

70
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

4.3.7 Tiang Penghantar

Dengan digunakannya saluran transmisi udara (Overhead line) maka di

perlukan tiang-tiang untuk menjaga kawat penghantar dengan konstruksi dan

kekuatan mekanik yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan. Beberapa tipe

tiang pendukung digunakan PT.CPI adalah:

1. Tipe A (tangen pole)

Dengan diameter tiang 8” untuk keadaan susut belokan antara 0-5 derajat

pada jaringan 13.8 kV.

2. Type B (Small angle pole)

Dengan diameter tiang 8” dilengkapi guy wire untuk keadaan sudut

belokan berkisar 6-30 derajat untuk jaringan 13.8 kV

3. Type C (Large angle pole)

Dengan diameter tiang 12” dilengkapi guy wire untuk sudut belokan

sekitar 30-90 derajat pada jaringan 13.8 dan 115 kV

4. Type D (dead and pole)

Dengan diameter tiang 12” dilengkapi dengan guy wire untuk ujung atau

ahir dari jaringan 13.8kV

5. Type I ( I Pole)

Dengan diameter yang disesuaikan untuk digunakan berbagai fungsi pada

tegangan 38.5 KV sampai 115 kV.

Guy wire kawat yang berfungsi untuk penahan agar seimbang karena tarikan

mekanis satu sisi lebih besar dari sisi lainnya.

71
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Jarak antara tiang bergantung dari besarnya tegangan dan kondisi medan yang

dilalui jaringan tersebut dengan standar PT.CPI

• 100 m - 150 m untuk jaringan 13,8 kV

• 175 m - 200 m untuk jaringan 44 kV

• kurang lebih 400 m untuk jaringan 115 kV

• kurang lebih 500 m untuk jaringan 230 kV

4.3.8 Konduktor

Kawat penghantar yang digunakan untuk transmisi udara (over head line)

pada PT.CPI adalah jenis kawat ACSR (Aluminium Conductor Steel reinforced)

yang merupakan campuran aluminium dan baja dengan kawat telanjang (tanpa

isolasi) padat berbentuk lilitan mengelilingi kawat baja sebagai intinya.

Penggunaan jenis kawat ACSR ini mempunyai beberapa keuntungan

dibandingkan dengan kawat tembaga antara lain :

1. Pada resistansi yang sama diameter penghantar lebih besar sehingga

memperkecil efek korona

2. Keuntungan (mechanical strength) lebih tinggi.

3. Bahan lebih ringan.

4. Harganya lebih murah.

72
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

4.4. Hotline Work

Hotline work adalah metode kerja perbaikan atau penyambung jaringan

tegangan tinggi tanpa mematikan aliran. Hotline work dilakukan dengan tujuan :

• Untuk menghindari kehilangan produksi minyak mentah apabila ada

perbaikan dan penyambungan sistim tenaga listrik.

• Menghindari terhentinya seluruh kegiatan di kantor-kantor, perumahan

dan semua fasilitas yang ada.

Dengan dikeluarkannya izin melakukan hotline work oleh migas kepada

PT.CPI maka pemutusan arus listrik untuk keperluan perawatan jaringan

transmisi dan distribusi tegangan tinggi beserta peralatan dapat dikurangi atau

dihindarai sama sekali. Disamping itu teknologi ini juga sangat berguna untuk

penekanan biaya suatu proyek pengembangan fasilitas listrik.

4.5 Supervisory Control & Data Acquisition (SCADA)

Sistem SCADA ini adalah sebuah sistem pengawasan jaringan listrik pada

remote area dan pengambilan data-data parameter jaringan yang terpusat, untuk

memudahkan kontrol. Daerah instalasi jaringan listrik yang luas memerlukan

suatu kontrol atau koordinasi yang baik agar semua peralatan yang terdapat dalam

sistem dapat bekerja secara simultan dan memuaskan. Sistem kontrol ini

diperlukan agar kinerja sistem dapat dipantau dari jarak jauh dan dapat mengisolir

gangguan dari jarak jauh pula.

PT. CPI dalam usahanya menjaga kehandalan sistem tenaga listrik,

menggunakan suatu sistem kontrol yang disebut dengan SCADA, Dimana

73
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

SCADA ini dapat memantau dan mengendalikan komponen listrik dari jarak jauh.

Data-data masukan di dalam SCADA, ada tiga macam, yaitu;

1. Digital input, menyajikan data status dari alat-alat yang sedang terpasang,

apakah dalam keadaan terbuka atau tertutup.

2. Analog Input, berupa besaran listrik seperti arus, tegangan, frekuensi,

daya, dan lain-lain.

3. Accumulator, yaitu akumulasi dari besaran listrik per satuan waktu

ataupun jumlah dari status buka/tutupnya suatu peralatan listrik.

Komponen utama dari stistem SCADA ini adalah Master Station, Remote

Terminal Unit, dan media komunikasinya. Pusat pengendalian dan pemantauan

atau master station, berada di distrik Duri, yakni di PG&T Head Office. Lewat

master station, operator dapat memantau kinerja sistem pembangkit, serta

memantau kinerja feeder-feeder yang menyuplai beban. Dengan sistem software

tertentu, operator dapat mengetahui berapa daya yang dipakai, arus disuatu feeder,

frekwensi sistem, dan status CB di seluruh lokasi.

Di Master Station ini terdapat mimic board atau papan status yang

berfungsi untuk memperlihatkan secara keseluruhan sistem interkoneksi listrik di

PT. CPI, dan dilengkapi dengan lampu-lampu indikator. Apabila di suatu tempat,

CB bekerja dengan baik, maka lampu akan berwarna merah, jika CB membuka,

maka lampu akan menjadi hijau, dan jika CB di non-aktifkan dalam selang waktu

tertentu, maka lampunya tidak menyala. Jika lampu berkedip-kedip, bertanda

terjadi distorsi pengiriman sinyal dari sistem ke Master Station.

74
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Dengan melihat status di mimic board, dapat diketahui sistem jaringan dari

seluruh tegangan yang terinstall lengkap dengan lampu indikator pada setiap sub-

station. Pengaturan ini dilakukan agar proses produksi dapat berjalan dengan baik

dengan keadaan status suplai energi listrik yang terkendalikan. Jika pada suatu

sub-station terjadi trip pada CB, maka RTU akan mengirimkan sinyal ke Master

Station. Pada saat tersebut alarm akan menunjukkan status CB, sehingga operator

dapat langsung mengetahui lokasi gangguan. Setiap terjadi gangguan akan tercatat

di logging station. Jika perubahan terjadi secara beruntun, yang menyebabkan

operator tidak dapat mengetahui penyebab dan lokasi gangguan, maka logging

station akan mencetak data agar operator dapat menganalisanya lebih lanjut.

Dari master station, peralatan dapat dikontrol secara otomoatis, jika terjadi

gangguan pada suatu lokasi, mimic board akan menampilkan lokasi dan status

dari gangguan. Operator di master station akan menghubungi patroli atau petugas

yang terdekat dengan lokasi agar memeriksa keadaan, kemudian petugas akan

memberikan status yang terjadi, dan merekomendasikan apakah peralatan perlu

dimatikan atau tidak, jika dirasakan perlu, maka master station akan secara

otomatis membuka CB untuk mengisolir gangguan.

Pengiriman data atau perintah dari master station dilakukan dengan 3

media, yaitu microwave line, telephone line dan power line carrier.

1. Jaringan Microwave.

Merupakan sistem komunikasi yang paling banyak digunakan dalam

komunikasi di PT. CPI, baik untuk telepon, radio mobil, komunikasi data,

75
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

telex, maupun fax. Sinyal data dari lapangan dikirimkan melalui

microwave dengan pemancar tertentu.

2. Jaringan Telephone.

PT. CPI menggunakan sistem sentral telepon sendiri yang terpisah dari

sistem telepon PT. Telkom. Bagi sistem SCADA, digunakan CATV yang

memiliki karakteristik yang lebih baik dalam hal kanalnya untuk menjadi

media antara master station dan sub station.

3. Power Line Carrier (PLC).

Digunakan untuk komunikasi antara master station dengan RTU yang terdapat

pada daerah yang tidak terjangkau oleh penerimaan microwave. Sistem

pengiriman data melalui PLC ini menggunakan jaringan kabel listrik sebagai

media transmisinya. Peralatan yang digunakan pada sistem PLC ini adalah :

• Line Trap, untuk memblok sinyal frekuensi informasi yang lewat ke arah

rel tetapi melewatkan aliran daya yang berfrekuensi 60 Hz. Komponen

pada line trap harus mampu menahan daya listrik yang melaluinya.

• Line Tuning unit, digunakan untuk memperoleh penyesuaian impedansi

antara sumber frekwensi dengan saluran.

• Perangkat Pembawa, terdiri dari rangkaian pengirim dan penerima dengan

frekuensi kerja dari 24 KHz, sampai 500 KHz. Batasan ini dpergunakan

karena keterbatasan kapasitansi dari kopling kapasitor. Lebar jalur

informasi dengan besar 4 KHz, dibagai menurut berbagai keperluan,

kemudian dimodulasikan secara Amplitude-Modulation dengan Single

Side Band (SSB).

76
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

• Kopling Kapasitor, untuk mengopling saluran tegangan tinggi dengan

peralatan komunikasi yang umumnya bekerja pada tegangan yang

relatif rendah. Karena kapasitor dilalui informasi-informasi, maka harga

impedansinya dipilih yang kecil terhadap frekwensi PLC dan besar

terhadap frekuensi daya.

• Peralatan Proteksi, berfungsi untuk melindungi peralatan yang

dipergunakan dalam sistem komunikasi apabila terjadi kegagalan

perlindungan pada kopling kapasitor.

Gambar 4.11. SCADA Center room

BAB V

77
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

PERALATAN PROTEKSI PADA SALURAN TRANSMISI DAN

DISTRIBUSI PT. CPI DURI

5.1. Peralatan pendukung Proteksi

5.1.1. Circuit Breaker

Circuit Breaker (CB) atau pemutus (PMT) digunakan untuk

menghubungkan atau memutuskan rangkaian listrik dan mengisolir gangguan. CB

merupakan piranti pengaman yang terpenting karena hampir semua keluaran dari

relay-relay ditujukan pada CB. Pemutus ini terdiri atas elektroda-elektroda yang

dialiri arus listrik. Pada kondisi normal, elektroda-elektroda tersebut dalam

kondisi terhubung. Sebaliknya jika terjadi gangguan, maka elektroda-elektroda

akan terpisah dan memutuskan arus listrik dari satu sisi ke sisi yang lainnya. Pada

saat pemutusan terjadi busur api yang besar, yang apabila dibiarkan akan

mengakibatkan kerusakan baik pada CB maupun pada sistem tenaga secara

keseluruhan. Untuk memadamkan busur api diperlukan media pemadaman.

Dilihat dari media pemadamannya, terdapat berbagai macam CB. Jenis CB

yang dipakai dipakai di PT. CPI adalah :

a. Oil Circuit Breaker (OCB), dengan media pemadaman minyak.

b. Gas Circuit Breaker (GCB), dengan gas SF6.

c. Magneblast Circiut Breaker, dengan media pemadaman kemagnetan.

d. Vacuum Circuit Breaker (VCB), dengan menggunakan udara hampa

(vacuum).

78
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

e. Air Circuit Breaker (ACB), dengan menggunakan hembusan udara

bertekanan tinggi yang diperoleh dari kompresor yang ditempatkan dalam

tangki

OCB 13.8 kV GCB 115 kV

VCB 13.8 kV ACB 13.8 kV

Gambar 5.1. Jenis Circuit breaker

Fungsi lain dari media pemadaman tersebut adalah sebagai isolasi dan

pendingin trafo, dimana kontaktor dari CB tersebut terendam oleh zat tersebut.

CB bekerja atas perintah dari relay yang mendeteksi adanya gangguan pada

sistem. Tetapi CB juga bekerja secara manual, seperti pekerjaan untuk perawatan

atau perbaikan oleh operator.

79
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Pemutus daya dari berbagai jenis dipasang pada seluruh rangkaian dalam

kondisi beban normal maupun pada saat gangguan. Pemutus daya harus

mempunyai rating yang sesuai dengan rating arus dan tegangan nominal kondisi

berbeban, serta kapasitas pemutus daya untuk kondisi gangguan yang telah

ditentukan pada rangkaian. Untuk mengisolasi suatu gangguan pada elemen

sistem daya, dibutuhkan satu atau lebih pemutus daya yang berdekatan untuk

memproteksinya.

Pemutus daya ini harus memiliki kapasitas yang cukup sehingga dapat

memikul arus hubung singkat maksimum sesaat yang dapat mengalir pada

pemutus daya kemudian memutuskannya. Pada daya juga harus harus mampu

menahan proses penutupan balik pada saat hubung singkat dan kemudian

memutuskan memutuskannya menurut standar yang telah ditentukan.

Dari uraian di atas, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh pemutus

tenaga agar dapat bekerja dengan baik, yaitu :

• Kemampuan menutup dan dialiri; mampu menutup mampu menutup dan

dialiri arus beban penuh dalam waktu yang lama.

• Bekerja cepat; harus mampu memutuskan rangkaian dengan cepat jika

terjadi gangguan hubung singkat.

• Tahan terhadap tegangan rangkaian; celah (gap) harus tahan terhadap

tegangan rangkaian bila kontak membuka.

• Dapat dialiri arus hubung singkat; mampu dialiri arus hubung singkat

sampai gangguan hilang.

80
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

• Tahan terhadap situasi dan kondisi; mampu menahan efek busur kontak,

gaya elektromagnetik, atau kondisi panas yang tinggi akibat hubung

singkat.

5.1.2. Recloser

Recloser digunakan untuk membuka dan menghubungkan rangkaian listrik

melalui sebuah pengendali baik pada saat ada gangguan maupun dalam kondisi

normal. Jika pada saat gangguan, recloser ini berfungsi untuk mengisolasi

gangguan supaya tidak mempengaruhi sistem yang lebih besar. Sedangkan pada

saat normal, recloser ini bisa dipakai untuk memindahkan beban dengan memutus

atau menghubungkan beban tersebut dari satu feeder ke feeder yang lain.

Gambar 5.2 Recloser Gambar 5.3 Recloser Control

81
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Gambar 5.4 Recloser pada tiang saluran distribusi 13.8 kV

5.1.3. Circuit Switcher

Circuit switcher mempunyai fungsi yang sama dengan CB. Perbedaannya,

CB dikendalikan oleh relay yang letaknya terpisah (di dalam ruang kontrol),

sedangkan circuit switcher merupakan satu paket dengan relay-nya. Tidak seperti

recloser, circuit switcher tidak bisa di-setting untuk membuka dan menutup.

Sekali gangguan terjadi maka circuit switcher akan terbuka, dan dapat ditutup

kembali dengan cara manual atau secara otomatis dari SCADA.

Gambar 5.5. Circuit switcher

82
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

5.1.4. Transformator Instrumen

Karena sistem tenaga listrik bekerja pada tegangan yang tinggi dan arus

yang besar, maka instrumen pengukur dan relay dihubungkan ke sistem melalui

trafo instrumen. Ada dua macam trafo instrumen yaitu trafo arus (CT – Current

Transformer) dan trafo tegangan (PT - Potential Transformer, atau VT - Voltage

Transformer).

5.1.4.1. Current Transformer (CT)

Transformator arus adalah alat yang digunakan untuk merubah level arus

yang besar menjadi arus yang nilainya kecil. Transformator arus ini digunakan

dalam pengukuran dan proteksi ddalam sistem tenaga listrik. Arus yang melewati

relay proteksi itu besarnya diusahakan tidak melewati nilai ambang tertentu. Hal

ini dilakukan karena relay yang digunakan memiliki ketahanan yang terbatas

terhadap besarnya arus. Semakin besar arus maka panas yang ditimbulkan juga

semakin besar, dan hal itu dapat merusak peralatan, dalam hal ini relay. Arus yang

melewati relay proteksi biasanya tidak lebih dari 5 Ampere, sehingga dibutuhkan

trafo arus untuk menurunkan nilai arus yang besar.

Untuk mengubah besarnya arus, pada transformator arus digunakan

perbandingan jumlah lilitan antara sisi primer dan sisi sekunder, yang dinotasikan

dengan kCT (bernilai tetap). Contohnya 1200/5 A, 300/1 A, dimana 1200 A dan

300 A merupakan arus primer, sedangkan 5 A dan 1 A merupakan arus sekunder.

Transformator arus untuk proteksi bekerja pada saat gangguan dimana arus

83
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

gangguan yang mengalir lebih besar daripada arus setting-nya. Transformator arus

ini digunakan pada diffential relay, overcurrent relay, dan distance relay.

Primer trafo arus dihubungkan seri dengan rangkaian atau saluran daya,

dimana impedansi kumparan primer sangat kecil sehingga dapat diabaikan

terhadap impedansi rangkaian daya. Karena itu impedansi rangkaian daya

sepenuhnya mengontrol besar arus yang mengalir pada CT (baik primer maupun

sekunder).

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan trafo arus adalah sebagai

berikut :

a. Arus sekunder CT tidak akan terpengaruh oleh perubahan impedansi burden

dalam batas-batas yang luas, karena impedansi primer jauh lebih besar

daripada impedansi sekunder.

b. Rangkaian sekunder CT tidak boleh dibuka pada saat masih mengalir arus di

rangkaian primer, sebab apabila rangkaian sekunder terbuka maka tegangan

induksi pada sekunder CT menjadi sangat tinggi. Hal itu disebabkan

tegangan tergangan induksi tersebut hanya dibatasi oleh impedansi

magnetisasi shunt yang nilainya tinggi, sedangkan arus sekunder seluruhnya

berupa arus eksitasi. Dalam keadaan sekunder tersambung, tegangan itu

dibatasi oleh impedansi sekunder yang jauh lebih rendah daripada

impedansi shunt CT, dan arus sekunder sekarang dibagi menjadi arus

eksitasi dan arus burden.

84
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

c. Kesalahan nisbah (ratio error) dan kesalahan sudut fase (phase angle error)

dapat dihitung dari karakteristik magnetisasi dan impedansi burden yang

diketahui.

Gambar 5.6. Tipe beberapa current transformer

5.1.4.2 . Potential Ttransformer (PT)

Transformator tegangan berfungsi untuk mengubah besar tegangan ke

tegangan yang bernilai kecil untuk keperluan proteksi dan pengukuran. Pada

sistem proteksi, transformator ini digunakan pada relay over excitation dan

negative sequence. Kelas PT yang umumnya digunakan pada PT. CPI adalah

120/1.

Sisi primer trafo tegangan dihubungkan melintang pada tegangan fase ke

netral, seperti halnya trafo daya. Konstruksi trafo tegangan berbeda dengan trafo

daya hanya dalam hal penekanan pendinginan (cooling), isolasi (isolation), dan

rancangan mekanis (mechanical design). Karena daya trafo tegangan hanya

beberapa VA maka pendinginannya tidak ada masalah. Dan karena trafo tegangan

85
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

harus mampu menahan tegangan tinggi, maka isolasinya menentukan ukuran trafo

tegangan tersebut.

Ada dua macam trafo tegangan, yaitu :

1. Trafo tegangan elektromagnetik, yang prinsip kerjanya sama

seperti trafo daya. Untuk mengubah besarnya tegangan maka pada

trafo tegangan digunakan perbandingan jumlah lilitan antara sisi

primer dan sisi sekunder, yang dinotasikan dengan kPT (bernilai

konstan).

2. Trafo tegangan kapasitor, yang prinsip kerjanya seperti pembagi

tegangan kapasitor. Di PT. CPI, trafo seperti ini disebut Coupling

Capasitor Potential Device (CCPD).

Potential transformer 44 kV Potential Transformer 13.8 kV

Gambar 5.7. Potential transformer

86
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

5.1.5. Copling Capasitor Potensial Device (CCPD)

CCPD merupakan alat penurun tegangan yang digunakan untuk mengukur

tegangan tinggi 230 kV dan 115 kV. Prinsip kerja dari CCPD ini adalah membagi

tegangan dari kapasitor.

Gambar 5.8. CCPD

5.1.6. Catu Daya DC

Catu daya bantu diperlukan bagi PMT, relay proteksi, alarm atau warning

signal, dan automatic control. Catu daya bantu ini harus tinggi keandalannya,

tidak tergantung dari kondisi rangkaian tenaga AC pada saat terjadi gangguan,

serta harus selalu siap kapan pun diperlukan.

87
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Gambar 5.9. Pencatu daya cadangan

Catu daya bantu DC diperoleh dari baterai yang selalu diisi oleh suatu

charger. Tegangan keluaran catu daya bantu ini sekitar 110 Volt. Catu daya ini

dapat disusun seri sehingga menghasilkan keluaran yang diinginkan. Baterai ini

biasanya dalam suatu ruangan.

Jika kondisi memungkinkan, dari segi keuntungan ekonomis diputuskan

untuk menggunakan suplai bantu AC sebagai pengganti suplai DC, untuk kontrol

pemutus daya dan untuk meng-energize relay proteksi. Suplai bantu AC untuk

skema relay proteksi utamanya berasal dari trafo-trafo arus. Pada saat terjadi

kondisi gangguan, arus yang mengalir melalui bagian sekunder trafo akan men-

trip pemutus daya.

88
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

5.1.7. Fuse

Fuse disebut juga saklar pemutus beban berpelebur (fused load break

switch), yang dipasang pada sisi primer trafo tegangan tinggi yang berkapasitas

sampai 10 MVA. Sakelar ini mengandung pelebur untuk pengamanan terhadap

gangguan hubung singkat dan arus lebih.

Gambar 5.10. Fuse

Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, fuse ini dapat

dibedakan ke dalam dua macam, yaitu :

• Fuse cut out, untuk mengamankan trafo, kapasitor, dan peralatan lainnya.

• Fuse link, mengamankan perubahan terhadap overcurrent.

89
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

5.1.8. Lightning Arrester (Penangkap Petir)

Lightning arrester merupakan suatu alat pelindung terhadap surja yang

berfungsi untuk melindungi peralatan sistem tenaga listrik terhadap bahaya surja,

dengan jalan membatasi surja tegangan lebih yang datang dan menyalurkannya ke

tanah. Sesuai dengan fungsinya, lightning arrester harus mampu menahan

tegangan sistem 50 Hz/60 Hz untuk waktu yang tidak terbatas, dan harus dapat

melewatkan surja arus ke tanah tanpa mengalami kerusakan.

Lightning arrester yang digunakan di PT. CPI ada dua macam, yaitu :

• Arrester jenis ekspulsi (expulsion type lightning arrester)

Arrester jenis ekspulsi atau tabung pelindung pada prinsipnya terdiri

dari sela percik yang berada dalam tabung serat dan sela percik batang yang

berada di luar atau di udara, yang disebut sela seri.

Apabila ada tegangan surja yang tinggi, pada jepitan arrester kedua

sela percik (yang berada di luar dan yang di dalam tabung serat) akan

tembus seketika dan membentuk jalan penghantar dalam bentuk busur api.

Jadi arrester menjadi konduktor dengan impedansi rendah dan melewatkan

arus surja dan arus daya sistem secara bersamaan. Panas yang timbul karena

mengalirnya arus petir akan menguapkan sedikit bahan dinding tabung serat,

sehingga gas yang ditimbulkannya akan menyembur pada api dan

memadamkannya pada waktu arus susulan melewati titik nolnya.

90
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Lightning arrester 13.8 kV Lightning arrester 115 kV

Gambar 5.11 Lightning arrester

Arrester jenis ekspulsi ini memiliki tegangan percik impuls yang

tinggi, dan kemampuannya untuk memutuskan arus susulan tergantung dari

tingkat arus hubung singkat dari sistem, sehingga perlindungan dengan

arrester jenis ini dipandang tidak memadai untuk perlindungan transformator

daya, kecuali sistem distribusi, dan membatasi besarnya arus surja yang

memasuki gardu induk.

• Arrester jenis katup (valve type lightning arrester)

Arrester jenis katup terdiri dari sela percik yang terbagi atau sela seri

yang terhubung dengan elemen katup/tahanan yang mempunyai karakteristik

tidak linear.

Tegangan dengan frekuensi dasar (50 Hz/60 Hz) tidak dapat

menimbulkan tembus pada sela seri. Apabila sela seri tembus pada saat

91
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

tibanya suatu surja yang cukup tinggi maka arrester ini akan berubah

menjadi penghantar.

Sela seri ini tidak bisa memutuskan arus susulan, dalam hal ini sela

seri dibantu oleh tahanan tak linear yang mempunyai karakteristik tahanan

kecil untuk arus yang besar, dan tahanan yang besar untuk arus susulan dari

frekuensi dasar (50 Hz/60 Hz), sehingga besarnya nilai tahanan akan

menyebabkan arus susulan yang timbul menjadi kecil pada akhirnya akan

padam sehingga tidak sampai memutuskan penyaluran daya dari sumber ke

konsumen.

5.1.9. Lightning Tower

Pemasangan ligtning tower ini merupakan salah satu cara untuk

melindungi suatu lokasi terhadap bahaya sambaran petir. Prinsip dasar dari

lightning tower ini sama persis dengan ligtning conductor yang biasanya dipasang

di bagian atas suatu bangunan, namun penggunaan lightning tower ini lebih aman

karena diletakkan pada lokasi yang khusus sehingga kontaknya dengan

lingkungan sangat kecil. Sedangkan pada lightning conductor kontaknya adalah

dengan bangunan.

Daerah yang dilindungi oleh lightning tower ini tergantung dari ketinggian

menara (h), dimana luas daerah perlindungan di permukaan tanah sebesar 9 π h2.
Atau, perbandingan antara tinggi tower dengan jari-jari adalah 4 : 3, yaitu setiap 4

satuan panjang tinggi tower akan melindungi luas daerah di permukaan tanah

dengan jari-jari 3 satuan panjang. Lightning tower dipasang hanya pada lokasi-

92
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

lokasi tertentu yang dianggap penting, atau daerah dengan intensitas petir yang

tinggi.

Selain melindungi suatu daerah dari sambaran petir, pemasangan lightning

tower maupun lightning conductor ini dapat mengurangi intensitas terjadinya petir

di suatu lokasi. Apabila pada lightning tower tersebut dipasang sebuah counter,

kita dapat mengetahui seberapa sering petir terjadi dan menyambar lightning

tower tersebut.

Ketiga alat perlindungan terhadap petir ini sudah diterapkan di PT. CPI,

dimana pemasangan lightning tower yang pertama dilakukan di Minas. Lightning

tower yang dipasang di Minas ini sudah dilengkapi dengan alat penghitung

(counter) jumlah sambaran, sehingga jumlah sambaran petir dalam jangka waktu

tertentu dapat diketahui. Wilayah Minas, Duri, Dumai, dan sekitarnya merupakan

wilayah yang memiliki frekuensi petir tertinggi di Indonesia, oleh karena itu

perlindungan jaringan terhadap bahaya petir harus benar-benar diterapkan. Kawat

tanah selalu dipasang pada setiap saluran udara, dengan jarak minimal antara

kawat fase dengan kawat tanah adalah sama dengan jarak antarkonduktor-

konduktor fase yang paling pinggir. Pada saluran distribusi 13,8 kV digunakan

satu buah kawat tanah dan pada saluran transmisi 115 kV dan 230 kV digunakan

dua buah kawat tanah.

Selain pemasangan kawat tanah, arrester juga dipasang pada tiap trafo

pada jaringan distribusi, pada lokasi-lokasi tertentu yang dianggap perlu, serta

pada saluran yang masuk ke gardu-gardu. Pada saluran distribusi, agar trafo

benar-benar terlindungi jika arrester gagal, dipasang sekering (fuse). Penggunaan

93
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

arrester harus selalu dikontrol karena kemampuan arrester akan berkurang jika

sudah sering dilalui oleh arus surja. Apabila kondisi dari arrester sudah tidak

memungkinkan untuk digunakanlagi, maka perlu dilakukan penggantian dengan

arrester yang baru.

5.1.10. Pemasangan Kawat Tanah (Overhead Ground Wire)

Prinsip dari pemasangan kawat tanah adalah, kawat tanah ini akan menjadi

sasaran sambaran petir, sehingga akan melindungi kawat fase. Kawat tanah yang

digunakan untuk melindungi saluran tenaga listrik, diletakkan pada ujung teratas

saluran dan terbentang sejajar dengan kawat fase. Ground wire ini dapat

ditanahkan secara langsung. Pada saluran tegangan tinggi, pentanahan dilakukan

di setiap menara, sedangkan untuk saluran transmisi tegangan menengah

pentanahan dilakukan setiap 3 atau 4 tiang.

Kawat tanah yang ideal adalah kawat tanah yang mempunyai pentanahan

pada setiap titik di sepanjang tanah tersebut, sehingga potensial sepanjang tanah

adalah nol. Namun kawat itu akan mempunyai beda tegangan tertentu terhadap

tanah apabila terjadi sambaran petir.

Pada saluran berfase tiga dengan empat kawat -yaitu tiga kawat fase dan

satu kawat netral dengan tidak ada kawat tanah yang terpasang-, apabila kawat

netral dipasang di bagian atas dari kawat-kawat fase, akan memberikan

perlindungan yang lebih baik terhadap sambaran induksi jika dibandingkan

apabila kawat netral tersebut dipasang dengan posisi sejajar kawat fase. Namun

94
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

hal ini akan mengakibatkan kemungkinan terkena sambaran langsung semakin

besar, karena posisinya akan menjadi lebih tinggi.

Perlindungan yang diberikan oleh kawat tanah mencakup luas daerah

tertentu seperti yang digambarkan berikut ini,

Gambar 5.12. Cakupan daerah yang dilindungi oleh kawat tanah

Daerah yang dapat dilindungi oleh kawat tanah hanyalah daerah di bawah

garis tebal dengan permukaan tanah saja. Dalam beberapa kasus, sebuah kawat

tanah saja dirasa belum cukup untuk melindungi kawat-kawat fase secara

sepenuhnya dari sambaran petir secara langsung. Atau dengan kata lain, untuk

memperluas daerah perlindungan yang diberikan oleh kawat tanah dapat dipakai

lebih dari satu buah kawat tanah.

Besarnya daerah yang dilindungi apabila digunakan dua buah kawat tanah

adalah seperti gambar berikut ini :

95
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Gambar 5.13. Cakupan daerah yang dilindungi oleh dua buah kawat tanah

Dimana :

h = tinggi kawat tanah dari permukaan

S = jarak antara dua kawat tanah

Pada umumnya untuk saluran udara tegangan menengah cukup

menggunakan satu buah kawat tanah saja. Hal ini dikarenakan jarak antara kawat-

kawat fasenya tidak begitu jauh. Pada saluran udara tegangan tinggi, dibutuhkan

daerah perlindungan yang lebih luas karena jarak antara kawat-kawat fasenya

cukup jauh, atau menggunakan saluran ganda, sehingga digunakan dua buah

kawat tanah.

Meskipun penggunaan kawat tanah ini dapat menghindari sambaran

langsung pada kawat fase, namun hal itu tergantung dari besarnya surja petir.

Akibat dari sambaran ini mungkin saja menimbulkan flashover pada permukaan

isolator peralatan. Oleh karena itu, untuk lebih meningkatkan performa

perlindungan terhadap petir dipasanglah lightning arrester pada lokasi-lokasi

yang dianggap perlu, terutama pada trafo dan saluran masuk ke gardu-gardu.

5.2 Aplikasi Sistem Proteksi Pada PT. CPI

Bermacam-macam tipe proteksi dipakai dalam sistem tenaga listrik di PT.

CPI, yang membentuk suatu skema proteksi untuk melindungi komponen-

komponen sistem tenaga listrik.

Sistem tenaga listrik ini dibagi menjadi :

1. Substation, terdiri dari :

96
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

- Transformer Daya

- Jalur Distribusi

2. 115 KV Switchyard, terdiri dari :

- Jaringan Transmisi

- Ring Bus

- Susunan satu Setengah Breaker

3. 13,8 KV Switchgear, terdiri dari :

- Bus 13,8 KV

- Jalur Distribusi

4. Generator, terdiri dari :

- Unit-connected Generator

- Bus Connected Generator

BAB VI

KOORDINASI RELAY PROTEKSI ARUS LEBIH

PADA SALURAN DISTRIBUSI PT. CHEVRON PACIFIC INDONESIA

6.1 Tinjauan Umum

97
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Dalam pengoperasian sistem tenaga listrik, disamping kondisi operasi

normal terdapat kondisi lain yang tidak mungkin ditiadakan sama sekali, yaitu

kondisi operasi abnormal. Kondisi abnormal ini disebut dengan gangguan.

Penyebab atau sumber gangguan ini antara lain :

• Gangguan yang berasal dari alam, misalnya petir, angin, hujan, banjir,

termasuk karena binatang, di antaranya gigitan tikus pada kabel,

kelelawar, burung, ular, dan sebagainya.

• Gangguan dari dalam sistem itu sendiri (misalnya karena faktor kelelahan

dari komponen sistem).

• Gangguan yang disebabkan kesalahan penanganan oleh manusia

(operator), seperti lupa membuka kabel pentanahan setelah perbaikan, atau

menggali jalan tanpa memperhatikan jalur saluran kabel. Macam dari

gangguan ini berupa tegangan lebih, hubung singkat, rangkaian terbuka,

atau gangguan yang lain.

Gangguan-gangguan tersebut ada yang bersifat temporer atau sementara dan ada

juga yang bersifat permanen. Gangguan temporer adalah gangguan yang tidak

menyebabkan terjadinya kerusakan pada peralatan yang terganggu, misalnya

dahan atau ranting menyentuh saluran transmisi atau jaringan distribusi.

Sedangkan pada gangguan permanen, setelah hilangnya gangguan tersebut masih

terdapat kerusakan pada peralatan sehingga perlu perbaikan.

Gangguan hubung singkat seperti ini akan menimbulkan arus besar yang

berpotensi merusak peralatan pada sistem, sehingga dibutuhkan sistem proteksi

untuk sebagai pengaman. Arus yang masuk ke trip coil (TC) adalah arus searah

98
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

dari baterai. Baterai memiliki peran yang sangat penting karena merupakan bagian

yang sangat berpengaruh terhadap alat-alat relay yang bekerja. Selain untuk

mengamankan peralatan instalasi dari gangguan-gangguan, sistem proteksi juga

berfungsi melokalisir gangguan tersebut. Sistem proteksi ini men-trip PMT yang

berdekatan dengan gangguan sehingga pemutusan pasokan daya dapat dilakukan

ditempat yang hanya terjadinya gangguan saja. Dilihat dari macam gangguannya,

gangguan dibedakan atas :

• Gangguan hubung singkat tiga fase

• Gangguan hubung singkat dua fase (antarfase)

• Gangguan hubung singkat satu fase ke tanah

• Gangguan hubung singkat dua fase ke tanah

Ada beberapa jenis gangguan berdasarkan penyebabnya, yaitu :

• Beban lebih (overload)

• Hubung singkat (short circuit)

• Tegangan lebih (overvoltage)

• Gangguan stabilitas

Ada beberapa cara untuk mengurangi pengaruh gangguan, antara lain :

• Mengurangi akibat gangguan, dengan mengurangi arus hubung singkat

dan memakai peralatan yang mampu menahan terhadap terjadinya arus

hubung singkat.

99
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

• Memisahkan bagian yang terganggu secepatnya dengan relay pengaman

dan sekering.

• Merencanakan agar bagian sistem yang tidak terganggu dapat beroperasi

secara normal, dengan memakai saluran ganda , memakai penutup balik,

menyediakan generator cadangan putar atau pembangkit siap pakai.

• Stabilitas sistem hendaknya tetap dipertahankan selama terjadinya

gangguan, dengan penggunaan AVR dan relay yang beroperasi cepat.

• Membuat data pengamatan gangguan yang cermat untuk analisa.

Beberapa syarat yang harus dipenuhi relay sebagai alat proteksi yang

handal, seperti :

• Speed (kecepatan).

Sebuah relay proteksi harus mampu bereaksi secepat mungkin ketika

sistem mengalami gangguan, karena semakin lama gangguan terjadi pada

sistem akan semakin besar kerusakan pada sistem dan sistem akan

kehilangan kestabilan. Pada saat terjadi gangguan sampai terjadi

pelepasan pemutusan terjadi selang waktu yang dibutuhkan (pada

umumnya top sekitar 0,1 detik.

top = tp + tcb

Dimana :

top = Total waktu yang dipergunakan untuk memutuskan hubungan.

tp = Waktu bereaksinya relay.

tcb = Waktu yang dipergunakan untuk pelepasan pemutusan.

100
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

• Sensitivity (sensitif).

Sebuah relay proteksi harus cukup peka sehingga dapat merasakan dan

bereaksi untuk gangguan sekecil apapun dengan sensitifitas yang tinggi.

Semakin kecil arus gangguan yang dapat dideteksi maka semakin sensitif

relay tersebut bekerja.

KS = Ihs min / Ipp

Dimana :

Ihs min = Arus hubung singkat minimum

Ipp = Arus pick-up pada sisi primer trafo arus

• Selektivity (selektif) dan discrimination (diskriminasi).

Sebuah relay proteksi harus selektif dalam memproteksi sehingga mampu

membedakan kondisi dimana relay tersebut harus segera bereaksi,

memperlambat reaksinya, atau tidak bereaksi sama sekali. Jadi relay harus

dapat membedakan mana bagian sistem yang terganggu dan mana yang

sehat. Hal terpenting dimana koordinasi pengamanan dari sistem

keseluruhan tepat, sehingga gangguan yang timbul sekecil mungkin dan

tidak meluas.

Contoh :

101
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Gambar 6.1. Contoh One Line diagram saluran distribusi

Dalam sistem tenaga listrik seperti pada gambar diatas, bila terjadi

gangguan pada titik F, maka hanya CB nomor 6 saja yang boleh bekerja,

sedangkan untuk CB yang lain tidak bekerja. Hal ini lah yang disebut

dengan relay bekerja dengan sensitif.

• Reliability (Keandalan)

Pada saat relay proteksi diharapkan beroperasi dengan kecepatan,

kepekaan, dan sensitivitas yang cukup, maka relay itu harus dapat

berfungsi sebagaimana yang diharapkan. Keandalan relay dikatakan cukup

baik bila mempunyai harga 90 s/d 99%. Nilai tersebut didapatkan dari

perbandingan gangguan yang terjadi dengan relay yang mampu bekerja

mengatasi gangguan tersebut setiap tahunnya.

• Ekonomis

Penggunaan relay juga harus disesuaikan dengan harga relay itu sendiri

dan peralatan yang diamankan. Oleh karena itulah mengapa relay tidak

diletakkan diseluruh bagian sistem. Sifat ini berkaitan dengan desain dan

102
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

pembuatan atau pabrikasi relay dengan menggunakan rangkaian dan

peralatan yang minimum dan sederhana.

Beberapa fungsi dari relay pengaman antara lain :

• Untuk menentukan dengan segera pemutusan/penutupan pelayanan

penyaluran setiap elemen sistem tenaga listrik bila mendapatkan gangguan

atau kondisi kerja yang abnormal, yang dapat mengakibatkan kerusakan

pada peralatan atau mempengaruhi sistem yang masih beroperasi normal.

• Untuk mengetahui letak dan jenis gangguan, sehingga dari pengaman ini

dapat dipakai untuk pedoman perbaikan peralatan yang rusak.

• Membunyikan alarm, menutup rangkaian trip dari pemutus rangkaian

untuk membebaskan peralatan dari gangguan yang terjadi.

• Membebaskan dengan segera bagian yang terkena gangguan.

• Melokalisir akibat dari gangguan.

• Membebaskan bagian yang bekerja tidak normal.

6.2. Sistem Proteksi dengan Menggunakan Relay

Sistem proteksi bertujuan untuk menjamin tersedianya pasokan energi

yang kontinyu, melindungi peralatan pada sistem tenaga listrik, menekan

terjadinya kerusakan, dan perlindungan personel. Untuk itulah diperlukan relay

pengaman.

Relay merupakan susunan peralatan yang direncanakan dapat merasakan

kondisi tidak normal pada sistem, memberi isyarat terjadinya gangguan,

103
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

mengukur dan menentukan lokasi gangguan, dan kemudian secara otomatis

membuka pemutus untuk memisahkan sistem atau peralatan yang terganggu untuk

mencegah meluasnya gangguan. Tujuannya adalah untuk mencegah kerusakan

yang lebih parah dari peralatan yang terganggu, serta memperkecil bahaya bagi

manusia.

Secara garis besar, fungsi dari sitem proteksi adalah :

• Melindungi elemen sistem tenaga terhadap gangguan yang terjadi dalam

sistem, agar tidak terjadi kerusakan yang parah.

• Melokalisir gangguan agar tidak meluas di dalam sistem, sehingga bagian

yang tidak mengalami gangguan tetap mendapatkan suplai energi listrik.

81 81
50/ 50/
51N 51N
51 51

79 79

Gambar 6.2. Koordinasi Relay Proteksi Arus Lebih pada salah satu feeder

Relay Instantaneous phase over current (50) atau relay instan adalah relay

yang bekerja dengan seketika tanpa ada waktu tunda ketika relay merasakan

adanya arus gangguan yang mengalir melampaui setting arusnya. Apabila terjadi

gangguan arus lebih fasa maupun gangguan fasa netral, maka relay konstan ini

104
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

akan bekerja seketika dan memerintahkan circuit breaker untuk membuka.

Kebanyakan gangguan yang terjadi di feeder adalah gangguan yang bersifat

sementara, maksudnya gangguan akan segera hilang setelah breaker diperintahkan

membuka oleh Relay Time delay phase over current (51), dan akan segera

menutup kembali setelah diperintah Reclosing relay (79).

Sedangkan Under frequency Relay (81) adalah bagian dari peralatan

sistem proteksi beban lebih. Settingan frekuensi relay ini bergantung pada level

load sheedding dari feeder.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa salah satu yang terpenting

pada sistem proteksi adalah adanya koordinasi pengaman yang tepat didalam

sistem, sehingga gangguan yang timbul sekecil mungkin dan tidak meluas.

Koordinasi sistem proteksi tenaga listrik seperti :

a. Primary Relaying (Main Relaying)

Pada primary relaying, Circuit breaker dipasang pada setiap saluran dari

elemen (power element) sehingga sangat memungkinkan untuk mengisolir hanya

element gagal (fault). Dalam hal ini juga terdapat pembagian zona proteksi yang

terpisah antara zona proteksi suatu elemen dengan zona proteksi elemen lainnya.

Tujuannya adalah agar pada saat terjadi kegagalan pada suatu zona, maka semua

circuit breaker pada zona tersebut akan mengalami tripping dan dapat dipastikan

hanya Circuit breaker pada zona tersebut yang tripping, bukan circuit breker pada

zona lainnya. Akan tetapi pada Primary relaying ini juga terdapat perluasan zona

proteksi yang berada di sekitar circuit breaker. Adapun peralatan relay pada zona

perluasan ini harus disusun untuk men-tripkan tidak hanya Circuit Breaker pada

105
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

zonanya, tetapi juga satu atau lebih circuit breaker pada zona tambah yang

dilingkupinya agar elemen yang gagal benar-benar terisolir. Jenis-jenis kegagalan

yang menyebabkan primary relaying gagal menjalankan fungsinya dapat berupa

kegagalan suplai arus. Kegagalan suplai tegangan tripping DC, kegagalan relay

proteksi, kegagalan mekanisme tripping circuit breaker atau yang paling utama

adalah kegagalan Circuit Breaker.

b. Back-up Relaying

Back-up relaying hanya digunakan untuk memproteksi kegagalan hubung

singkat (short circuit) karena back-up relaying ini tidak ekonomis jika digunakan

pada fungsi lain. Adapun back-up relaying ini baru akan bekerja jika primary

relaying mengalami kegagalan. Pada saat premary relaying sedang diservis atau

diperbaiki, back-up relaying berfungsi sebagai proteksi utama. Oleh karena itu,

back-up relaying tidak boleh gagal dalam operasinya. Hal ini dapat diperoleh

dengan mengatur lokasi pemasangan back-up relaying, yaitu pada bagian yang

tidak sama dengan primary relaying. Zona proteksi back-up relaying adalah

meluas dalam satu arah dari lokasi back-up relaying ke setidaknya setiap elemen

tambahan dari sistem tersebut. Dalam operasinya, back-up relaying beroperasi

beberapa saat setelah primary relaying mengalami kegagalan atau dengan kata

lain ada waktu tunda (time delay). Waktu tunda pada back-up relaying ditentukan

oleh relay pada primary relaying dengan waktu operasi yang paling lambat.

Setiap jenis proteksi memiliki pola masing-masing yang telah ditetapkan.

Dalam penerapannya terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi, antara lain :

a. Dependability dan Security

106
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Dependability adalah diharapkannya jaminan dari suatu sistem proteksi untuk

berfungsi dengan benar dan kapan saja diperlukan. Sedangkan security adalah

kebalikan dari dependabilty, diharapkan sistem tidak bekerja bila tidak

diperlukan.

b. Sistem proteksi yang berlapis (redundant protection)

Dengan mengantisipasi kegagalan yang terjadi pada peralatan proteksi. Penting

untuk menggunakan sistem proteksi berlapis selama sistem dalam memilih

pola sistem proteksi berlapisnya. Diharapkan alat proteksi satu dengan yang

lainnya secara hardware terletak saling berjauhan, dan tidak saling

ketergantungan.

c. Proteksi utama dan Cadangan

Proteksi utama dapat saja mengalami kegagalan. Hal ini dapat terjadi karena

kegagalan operasi dari CT/ PT atau relay, atau juga kegagalan kerja dari CB.

Sehingga proteksi cadangan diperlukan untuk melindungi sistem bila proteksi

utama gagal.

d. Duplicate dan complementary protection

Pola proteksi dengan duplikasi atau dengan sistem complementari umumnya

diterapkan pada suatu circuit yang mempunyai peranan sangat penting dan

beresiko tinggi atau kerugian yang berdampak luas jika mengalami kerusakan.

107
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

6.3. Jenis-Jenis Relay Proteksi

Jenis-jenis Relay berdasarkan prinsip kerjanya :

Relay elektromagnetis

Relai elektromagnetis atau yang disebut dengan electromechanical

relay. Relay ini menghubungkan rangkaian beban ON dan OFF

dengan pemberian energi elektromagnetis, yang membuka dan

menutup kontak pada rangkaian listrik maupun elektronis. Relay ini

dapat digunakan untuk mengontrol rangkaian beban tegangan tinggi

dengan control tegangan rendah.

 Relay Termis

Sesuai dengan namanya relay ini menggunakan panas sebagai

pembatas arus, khususnya pada motor. Relay ini biasanya disebut

Thermis Over load Relay. Cara kerja relay ini adalah dengan

mengkonversi arus yang mengalir menjadi panas untuk

mempengaruhi bemitel. Bimetal akan menggerakkan tuas untuk

menghentikan aliran listrik pada motor melalui suatu control motor

starter. Pengaturan dilakukan dengan mengatur besaran arus pada dial

di alat tersebut.

 Relay Elektronis

Mekanisme relay elektronis adalah bekerja karena adanya medan

magnet yang digunakan untuk menggerakkan saklar. Saat kumparan

diberikan tegangan sebesar tegangan kerja relay maka akan timbul

medan magnet pada kumparan karena adanya arus yang mengalir pada

108
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

lilitan kawat. Kumparan yang bersifat sebagai elektromagnet ini

kemudian akan menarik saklar dari kontak NC (Normally Close) ke

kontak NO (Normally Open). Jika tegangan tegangan pada kumparan

dimatikan maka medan magnet pada kumparan akan hilang, sehingga

pegas akan menarik saklar ke kontak NC(Normalli Close).

b.Jenis-jenis Relay berdasarkan kontruksinya :

- Tipe angker tarikan

- Tipe batang seimbang

- Tipe cakram induksi

- Tipe kumparan bergerak

Jenis-jenis Relay berdasarkan besaran yang diatur :

- Relay Tegangan

Relay tegangan adalah relay yang bekerja berdasarkan pengaturan

tegangan yang ada pad sistem.

- Relay Arus

Relay arus adalah relay yang bekerja berdasarkan pengaturan arus

yang akan bekerja pada sistem.

- Relay Impedansi

Relay impedansi adalah relay yang bekerja berdasarkan batasan

impedansi pada sistem.

- Relay Frekuensi

109
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Relay frekuensi adalah relay yang bekerja berdasarkan pengaturan

frekuensi yang telah ditentukan.

d.Jenis-jenis Relay berdasarkan cara kerja kontrol elemen :

- Direct acting

Bagian elemen kontrol yang bekerja langsung memutuskan aliran.

- Indirect acting

Bagian kontrol elemen hanya digunakan untuk menutup kontak

suatu peralatan lain yang digunakan untuk memutus rangkaian.

Relay yang digunakan di PG&T berdasarkan piranti yang digunakan, dibedakan

menjadi 3 yaitu :

Relay Elektromekanik

Relay elektromekanik memiliki keunggulan yaitu dengan bentuk yang

sederhana dan tidak memerlukan sumber arus searah. Namun kekurangannya

untuk menyetelnya perlu pemadaman listrik. Relay flag pada relay

elektromekanik biasanya berupa pita merah/kuning yang akan muncul jika

relay bekerja.

2. Relay Static

Relay static sudah menggunakan piranti elektronik dalam mengolah

besaran arus dan tegangan yang masuk. Relay flag pada relay static biasanya

110
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

berupa lampu indikator yang ada keterangan disampingnya. Contoh relay

tersebut adalah over current blaser BE1-50/51B seperti gambar berikut ini :

3. Relay Mikroprosesor

Relay mikroprosesor menggunakan komponen IC yang sangat kompleks

dalam mengolah dan mengontrol variabel atau perintah-perintah. Relay ini

sangat fleksibel dan mampu menampung semua proteksi yang dibutuhkan

hanya dalam satu relay.

Semua besaran perintah diimplementasikan menggunakan gerbang logika yang

kompleks. User juga diberi kebebasan dalam menyusun proteksi dan kontrol

yang sesuai dengan kebutuhan.

Disamping itu relay tersebut juga memberikan pengukuran terhadap

besaran listrik seperti arus, tegangan, daya, frekuensi, dan sebagainya serta

ditampilkan dalam display. Relay flag pada relay mikroprosesor ditunjukkan

oleh lampu led yang menyala atau bisa juga dilihat pada display yang akan

muncul terus hingga di-reset. Contoh relay mikroprosesor adalah UR relay SR

745 dan SR 760 yang sekarang ini banyak digunakan di PG&T.

6.4. Koordinasi Relay Proteksi Arus Lebih pada Saluran Distibusi

6.4.1. Relay Arus Lebih (Over current Relay)

111
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Relay arus lebih (over current relay) adalah suatu relay yang bekerja

berdasarkan adanya kenaikan arus yang melebihi nilai pengamanan tertentu dan

dalam jangka waktu tertentu. Relay ini digunakan untuk memproteksi saluran dari

gangguan hubung singkat antarfase dan antara fase dengan tanah baik sebagai

proteksi utama maupun sebagai proteksi cadangan. Relay yang bekerja apabila

arus pada sistem melebihi nilai I yang telah ditentukan (Iset). Prinsip kerja relay

arus lebih adalah mendeteksi besarnya arus suatu jaringan yang telah

ditransformasikan Current Transformer. Bila arus beban naik melebihi harga yang

diijinkan, maka harga Isistem juga akan naik. Bila naiknya arus melebihi harga

operasi dari relay (Iset), maka relay akan bekerja yang ditandai dengan alarm

yang berbunyi dan trip coil (TC) melepas engkol sehingga PMT membuka.

Relay arus lebih dapat digunakan sebagai :

♦ Pengaman gangguan hubung singkat antar fasa (Over current relay) maupun

gangguan fasa ke tanah (Ground fault relay)

♦ Pengamanan utama (main protection) atau cadangan (back up protection).

Berdasarkan karakteristik waktu kerja, relay arus lebih dapat dibagi menjadi :

a. Relay arus lebih waktu kerja seketika (Instantaneous over current

relay)

Relay arus lebih yang bekerja secara langsung atau bekerja tanpa tundaan

waktu berdasarkan perbedaan tingkat arus gangguan pada lokasi yang

berbeda. Jangka waktu relay ini mulai pick up sampai selesainya kerja

relai sangat pendek antara 20-80 mili detik. Relay ini jarang dipasang

112
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

sendiri dan biasanya dikombinasikan dengan relay arus lebih dengan

karakteristik waktu tertentu (Definite Time) atau dengan waktu terbalik

(Invers Time). Berikut ini adalah gambar yang mempresentasikan

karakteristik kerja relay waktu seketika (Instantaneous Relay).

Gambar 6.3. Karakteristik Relay arus lebih seketika

b. Time delay overcurrent relay

Relay ini terdiri atas :

1. Relay arus lebih waktu tertentu (Definite Time Delay

Relay)

Relay ini mempunyai tundaan waktu tertentu tanpa dipengaruhi

oleh besarnya nilai besaran penggerak tersebut. Relay ini akan

memberikan perintah pada PMT pada saat terjadi gangguan

hubung singkat dan terjadi gangguan arus lebih yang melampaui

arus setting (Is). Jangka waktu kerja relay mulai pick up sampai

selesai kerja, diperpanjang dengan nilai waktu tertentu dan

biasanya relai ini dilengkapi dengan relay kelambatan waktu (time

lag relay) dan akan bekerja berdasarkan setting relay kelambatan

waktu tersebut.

113
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Gambar 6.4. Karakteristik relai arus lebih waktu tunda tertentu

2. Relay arus lebih waktu terbalik (Inverse Time Relay)

Relay arus lebih waktu terbalik memiliki jangka waktu mulai pick

up sampai dengan selasainya kerja relay tergantung dari besarnya

arus yang melewati kumparan relainya. Jika impedansi saluran

lebih besar dari impedansi sumber, makin jauh lokasi gangguan

semakin kecil arusnya dan gambar kurva arus gangguan curam.

Jika impedansi saluran lebih kecil dari impedansi sumber, tidak ada

perbedaan arus yang berarti dan gambar kurva arus gangguan

landai. Sehingga pada relay ini karakteristik waktu operasi

berbanding terbalik dengan besaran penggerak atau dengan kata

lain makin besar arus makin kecil waktu tundanya.

Berdasarkan kecuraman karakteristiknya, secara garis besar terbagi

atas :

• Standart Inverse

• Very Inverse

• Extremely Inverse

114
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Gambar 6.5. karakteristik Relay arus lebih inverse

3. Relay arus lebih waktu minimum tertentu terbalik (inverse definite

minimum time relay)

Rilai ini mempunyai karakteristik kombinasi antara inverse dan

definite relay. Relay arus lebih dengan karakteristik waktu

minimum tertentu terbalik (inverse definite minimum time relay)

adalah jenis relay arus yang bekerja dengan karakteristik waktu

ditentukan oleh penggunaan saturasi magnet atasnya. Hal ini

memastikan tidak adanya kenaikan lebih lanjut, disaat arus

meningkat mencapai titik tertentu, dan peningkatan arus lebih

lanjut pada saat ini tidak akan mempengaruhi kinerja relay.

Pada relay arus lebih memiliki 2 jenis pengaman yang berbeda yaitu :

Pengaman hubung singkat Fasa

Relay yang mendeteksi adanya arus fasa. Relay ini disebut juga dengan

relay fasa karena relai ini dialiri arus fasa, maka setting arussnya (Is)

harus lebih besar dari arus beban maksimum.

Ditetapkan Is = 1,2 x In (In = Arus nominal peralatan terlemah)

115
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

b. Pengamanan hubung tanah

Ada keadaan dimana arus gangguan satu fasa tanah lebih kecil daripada

arus bebannya. Hal ini disebabkan karena gangguan tanahnya melalui

tahanan gangguan yang masih cukup tinggi sehingga pentanahan netral

sistemnya melalui impedansi atau tahanan yang tinggi, atau bahkan

tidak diketanahkan. Apabila demikian, relay pengaman hubung singkat

(relay fasa) tidak dapat mendeteksi gangguan tanah tersebut. Agar relay

sensitive terhadap gangguan tersebut dan tidak salah kerja oleh arus

beban, maka relay dipasang tidak pada kawat fasa melainkan kawat

netral pada sekunder trafo arusnya. Sehingga relay ini dialiri oleh arus

netralnya. Arus netral merupakan jumlah dari arus ketiga fasanya

(berdasarkan komponen simetris). Sedangkan arus urutan nol

dirangkaian primernya baru akan dapat mengalir jika ada jalur kembali

melalui kawat netral melewati tanah.

Gambar 6.6. Sambungan Relay GFR dan 2 OCR.

116
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

6.4.2. Relay Penutup Balik (Autoreclosing Relay)

Relay penutup balik adalah relay yang bekerja untuk memberikan perintah

close ke pemutus tenaga (PMT). Memblok dead time beberapa waktu setelah

PMT masuk, untuk memberikan kesempatan memulihkan tenaga setelah

melakukan siklus reclosing. Bila terjadi gangguan pada saluran udara tegangan

tinggi maka relay proteksi akan bekerja memberikan perintah trip ke PMT, pada

saat yang sama juga menginisiasi relay penutup balik untuk bekerja memberikan

perintah close ke PMT dengan waktu tunda yang cepat. Pada saluran tegangan

tinggi sering terjadi gangguan satu fasa ke tanah yang sifatnya temporer, sehingga

perlu dipasang relay penutup balik agar kontinuitas pelayanan dapat dibuat

maksimal. Bila terjadi gangguan relay jarak akan bekerja memberikan perintah

trip ke PMT dan pada saat yang sama juga menginisiasi relay penutup balik

dengan memberikan tegangan positip ke dead time (DT). Kontak DT akan

menutup dan akan memberikan perintah close ke closing coil PMT, bersamaan

dengan ini DT juga menginisiasi BT, sehingga akan membuka kontaknya untuk

memberikan perintah blok, dan setelah t2 maka BT akan reset. Apabila gangguan

hilang, maka sistem akan normal kembali, dan bila gangguan tetap maka PMT

akan ditripkan oleh relay jarak, karena masih di blok maka relay penutup balik

tidak dapat melakukan penutupan dan PMT akan lockout. Apabila gangguan

muncul setelah t2 maka relay penutup balik akan menutup kembali (Siklus

reclosing). Hanya dapat memberikan perintah reclose 1 kali saja, baru dapat

melakukan reclose lagi bila waktu blocking telah berakhir.

117
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

6.4.3. Relay Under frekuensi

Besaran input dari relay frekuensi adalah tegangan sistem yang diambil

dari trafo tegangan (PT), dan relay ini memonitor besaran frekuensi system. Relay

yang digunakan adalah underfrequency relay (81), untuk mengamankan sistem

dari beban berlebih. Jika underfrequency relay bekerja, maka beberapa feeder

akan mengalami trip dan ketika frekuensi kembali berada di atas setting relay,

breaker akan menutup kembali secara otomatis. Relay ini terdiri dari dua

kumparan yaitu W1 dan W2 yang dihubungkan paralel dan disambung ke

tegangan sistem, melalui impedansi yang dapat diatur frekuensinya. Torsi yang

ditimbulkan pada mangkok akan menggerakkan kontak searah atau berlawanan

arah jarum jam tergantung apakah frekuensi sesaat lebih besar atau kurang dari

frekuensi setingnya. Karakteristik relay ini dipengaruhi oleh besarnya tegangan

sistem.

118
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

6.5. Koordinasi sistem proteksi over current relay pada substation central

duri feeder 16.

Gambar 6.7. sistem proteksi di Feeder 16 Central Duri

Gangguan pada sistem tenaga listrik dapat bersumber dari internal sistem,

dan tidak sedikit pula yang berasal dari lingkungan sekitar (alam). Gangguan dapat

timbul di lokasi manapun dan dengan tipe gangguan apapun. Secara umum

koordinasi sistem proteksi arus lebih pada system kelistrikan PT.CPI dapat

dideskripsikan sebagai berikut. Apabila terdapat arus lebih dalam system yang

berasal dari lokasi sumur minyak (well), maka Fuse pada trafo distribusi disetiap

well akan bekerja sesuai dengan fungsinya yaitu mengamankan trafo dari arus lebih

yang disebabkan oleh gangguan hubung singkat antar fasa atau sebagai pengaman

hubung tanah bagi system yang ditanahkan langsung. Apabila besar arus gangguan

melebihi kemampuan Fuse, fuse akan break yang menandakan fuse tidak mampu

menangani arus lebih pada system karena telah melebihi kapasitas kerjanya..

119
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Karena fuse gagal dalam pengaman, arus lebih tersebut akan tetap ada dan besar

arusnya akan berkemungkinan meningkat seiring waktu. System proteksi

berikutnya akan ditangani oleh recloser.

Recloser akan bekerja sesuai fungsinya yaitu mengisolasi gangguan aga

rtidak meluas. Dengan system kerja 4 kali trip dan 3 kali reclose, recloser dapat

mengangani gangguan antar fasa maupun gangguan pada kawat fasa dengan

netral. Namun perlu diperhatikan mengenai hubungan antar recloser dalam satu

lokasi feeder yang melayani jaringan tersebut. Sistem proteksi pada jalur recloser-

recloser tersebut memiliki tingkatan sesuai setting waktu terhadap arusnya.

Sehingga apabila gangguan sudah tidak mampu ditangani oleh satu reloser maka

recloser setingkat diatasnya yang akan menangani gangguan tersebut. Proteksi

yang setingkat diatas recloser adalah proteksi yang terdapat pada feeder, maka

apabila recloser sudah tidak dapat menagani gangguan, maka proteksi jaringan

akan diambil alih oleh feeder.

a. Proteksi arus lebih pada gangguan yang terdapat di trafo distribusi sumur

minyak (well)

Gangguan pada trafo distribusi sumur minyak dapat saja terjadi. Secara

umum gangguan pada trafo bias berasal dari luar sistem (eksternal) atau dalam

sistem (internal). Gangguan dari luar yang dapat menimbulkan arus lebih pada

trafo yaitu surja petir ataupun gangguan binatang seperti ular, monyet ataupun

gangguan dari ranting pepohonan. Gangguan yang berasal dari binatang atau

tumbuhan merupakan bagian gangguan antar fasa. Petir juga termasuk gangguan

eksternal yang biasanya menyerang line, namun karena di trafo terdapat

120
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

grounding sehingga gangguan oleh petir dapat teratasi. Sedangkan gangguan dari

dalam system dapat disebabkan oleh dua hal utama, yaitu:

1. Dikarenakan karena adanya penurunan kualitas minyak (dielectric

strength), sehingga pompa bukan lagi menyedot minyak dan air,

melainkan cenderung menyedot pasir (sands) hal ini membuat trafo

bekerja keras. Apabila terus menerus terjadi, keadaan ini akan

menimbulkan gangguan beban berlebih (Over load) yang akan

menimbulkan arus lebih dikumparan sekundernya. Gangguan ini dapat

diatasi dengan Fuse sebagai system proteksi pada trafo distribusi

tersebut.

2. Dikarenakan Low megger. Trafo akan bekerja secara normal apabila

pemeliharaan (maintenance) dan pengukuran rutin diperhatikan,

terutama pada minyak trafo. Karena minyak trafo adalah media

pemindah panas (disirkulasi) dan berfungsi pula sebagai isolasi (daya

tembus tegangan tinggi). Sebagian besar trafo tenaga, kumparan dan

inti nya direndam dalam minyak trafo, terutama pada trafo-trafo

tengaga yang berkapasitas besar. Pengukuran tahanan isolasi

dilakukan dengan meggeryang bertujuan untuk mengetahui tahanan

isolasi trafo. Dari hasil pengukuran tadi, didapatkan nilai yang

mempresentasikan kondisi isolasi trafo apakah keadaanya kering atau

tidak. Dari nilai ini juga diketahui apakah ada bagian-bagian yang

terhubung singkat.

121
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Gangguan-gangguan pada trafo distribusi yang menyebabkan arus lebih

akibat hubung singkat dan over load, berpotensi merusak/membakar isolasi

kumparan dan membuat temperature trafo meningkat. Fuse digunakan sebagai

system pengaman apabila terjadi gangguan-gangguan seperti yang telah dijelaskan

diatas. Ukuran Fuse yang digunakan PT.CPI berbeda-beda, hal ini dikarenakan

ukuran Fuse mengikuti ukuran trafonya. Semakin besar HP dari suatu trafo maka

semakin besar pula ukuran Fusenya. Ukuran fuse yang dipakai di lokasi sumur

minyak (well) berkisar dari 11K sampai dengan 50K, mengikuti tipe trafo yanbg

digunakan. Daftar ukuran fuse dengan trafo yang digunakanj dapat dilihat pada

table di bab lampiran.

Sistem kerja Fuse hanya sekali dipakai, apabila telah memproteksi suatu

gangguan maka Fuse akan break dan tidak digunakan kembali. Apabila fuse telah

break maka system akan terisolir dari system utama, dan menyebabkan shutdown

pompa sumur minyak. Sehingga gangguan dari trafo distribusi pada satu well

tidak meluas ke well sekitarnya, namun gangguan yang terdapat pada trafo yang

kapasitasnya besar mampu sampai membuat recloser sampai mendeteksi dan ikut

bekerja system proteksi. Makin besar kapasitas suatu trafo, maka semakin tinggi

tingkat Fuse yang melindungi. Sehingga semakin besar pula nilai batasan arus

lebih pada setting Fuse. Hal ini yang membuat Fuse pada trafo distribusi

berkapasitas besar kurang sensitive dan setting waktu terhadap arusnya mendekati

recloser. Secara otomatis, gangguan yang terjadi pada trafo berkapasitas besar

tidak hanya mampu dirasakan Fuse saja, namun dapat juga dirasakan recloser.

122
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

b. Proteksi arus lebih pada gangguan yang terdapat pada jalur recloser

Recloser akan bekerja sebagai pengaman apabila gangguan terdapat pada

saluran listrik diantara recloser dengan fuse-fuse pada sumur minyak (well).

Recloser juga mengalami trip apabila terdapat gangguan pada trafo yang

kapasitasnya cukup besar. Gangguan sering terjadi pada saluran udara, gangguan

terhadap wiring yang dikarenakan binatang ataupun angin, isolasi yang rusak, dan

sebagainya akan menimbulkan hubung singkat antar fasanya ataupun fasa dengan

netral. Sedangkan gangguan alam seperti petir mengakibatkan arus lebih pada

system pentanahannya, terutama apabila Lightning Arrester tidak bekerja dengan

baik.

Sistematika kerja recloser apabila terdapat gangguan maka recloser akan

trip dalam setting lama waktu tertentu (biasanya 15detik), sampai gangguan dapat

hilang dengan sendirinya sebelum 15 detik, system akan bekerja kembali seperti

biasa (reclose). Namun apabila telah lebih dari 15 detik gangguan tersebut tetap

ada, maka recloser akan trip kembali. Begitu seterusnya hingga 3 kali reclose.

Apabila gangguan belum juga usai, maka trip yang ke-4 recloser akan lockout

yang berarti system sudah terisolir dan recloser tidak akan reclose kembali,

sampai petugas men-reset relay dan menyingkirkan gangguan dari system.

123
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

c. Proteksi arus lebih pada gangguan yang terdapat pada jalur feeder

Tiap feeder memiliki relay arus lebih yang akan memerintahkan circuit

breaker untuk trip ketika terdapat gangguan hubung singkat atau over load yang

berpotensi menimbulkan arus berlebih di jalur utama setiap feeder. Umumnya

circuit breaker yang digunakan adalah tipe vakum (Vacuum Circuit Breaker).

Kebanyakan gangguan yang terjadi pada saluran udara baik transmisi maupun

distribusi lebih dari 80% bersifat temporer. Gangguan yang bersifat temporer

dapat diakibatkan oleh binatang, tumbuhan, petir dan sebagainya. Gangguan

temporer yang sering terjadi adalah adanya ular ataupun monyet yang memanjat

tiang listrik dan membuat hubungan singkat kabel-kabel antar fasa maupun

dengan kabel netralnya.

Apabila Kabel udara tanpa isolasi itu bersentuhan, maka akan terjadi

hubung singkat dan mengalir arus dari fasa satu ke fasa lainnya, keadaan ini

membuat arus yang mengalir berlebih bdi salah satu fasanya yang disebut

Unbalance System. Karena unbalance system, maka nilai arus system telah berada

diatas nilai arus setting pada relay over current. Inilah yang membuat relay

overcurrent bekerja untuk memerintahkan circuit breaker trip. Setelah circuit

breaker trip dan tidak ada tegangan pada saluran, binatang disingkirkan agar tidak

terjadi hubung singkat kembali. Maka arus lebih pun telah hilang dari saluran saat

CB feeder kembali menutup (reclose) serta CB tidak akan kembali trip lagi dan

operasi pun kembali normal. Oleh karena itu tidak dipungkiri pula maintenance

dari saluran distribusi juga penting untuk mencegah terjadinya gangguan-

gangguan temporer.

124
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Fuse juga dipakai didekat CB feeder. Fuse ini hanya digunakan apabila ada

maintenance atau perbaikan pada CB. Apabila ada perbaikan ataupun

maintenance, beban harus dialihkan. Dimana proses pengalihan beban tersebut

harus dilakukan tanpa tegangan. Prosedur yang harus dilakukan pertama kali

adalah dengan men-tripkan pemutus tenaga (CB) secara terkontrol oleh pusat

pengatur beban. Lalu disconnecting switch yang ada dekat CB dibuka, disusul

dengan memasukkan system ke jalur Fuse selama maintenance dan perbaikan

berlangsung. Para pekerja harus memastikan bahwa sistem yang telah dipisahkan

tersebut telah bebas dari tegangan sebelum mereka melakukan pekerjaan dengan

memasang temporary grounding.

125
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 . KESIMPULAN

Selama melakukan kerja praktek, penulis dapat menyimpulkan :

1. PT. Chevron Pacific Indonesia adalah Perusahaan minyak terbesar

yang beroperasi di Indonesia dan memilki sistem kelistrikan yang

sangat handal walaupun mencakup daerah yang luas.

2. Sistem pembangkit yang digunakan di PT. CPI adalah sistem

pembangkit tenaga gas dengan pertimbangan penyediaan bahan bakar,

kemudian operasi dan perawatan, serta pemanfaatan panas gas buang

turbin gas.

3. Dalam upaya pemanfaatan gas buang dari pembangkit listrik tenaga

gas, PT. CPI telah mengimplementasikan system Co-Gen dengan

menggunakan Waste Heat Recovery Steam Generator (WHRSG).

4. Sistem kelistrikan di PT. CPI mengikuti standar kelistrikan di

Amerika dengan menggunakan listrik dengan frekuensi 60 Hz dan

tegangan dari pembangkit 13,8 KV.

5. Sistem pengendalian dan pemantuan tenaga listrik di PT. CPI dengan

mengguanakan SCADA telah dapat meningkatkan mutu dan

keamanannya serta mengurangi kerugian-kerugian pada jaringan

transmisi dan distribusi.

126
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

6. Koordinasi sistem proteksi relay arus lebih pada jaringan distribusi

tenaga listrik di PT. CPI memiliki tingkatan atau sistem berlapis.

7. Peralatan proteksi yang digunakan pada PT. CPI seperti rele terus

mengalami kemajuan yaitu dengan diterapkannya rele digital contoh:

SR 745, SR 760 (berbasis microprosesor).

7.2. SARAN

Setelah melakukan kerja praktek dan melihat data-data yang dimiliki

perusahaan ini maka penulis menyarankan :

1. Dengan perubahan beban yang semakin, kompleks maka

diperlukan studi dan evaluasi yang terus-menerus terhadap sistem

kelistrikan PT. Chevron Pacific Indonesia. Terutama untuk

menyesuaikan dengan system proteksi yang akan diterapkan baik

mengenai jenis peralatan maupun setting-nya.

2. Perlunya analisa pengoperasian dan pemeliharaan yang lebih

optimal lagi untuk menghindari kejadian-kejadian yang tidak

dikehendaki dalam sistem kelistrikan PT CPI.

3. perkembangan perangkat – perangkat keras dan perangkat lunak

serta perkembangan teknologi dewasa ini, menuntut adanya sebuah

sistem proteksi yang handal di PT. CPI, karena daerah Riau termasuk

daerah yang tingkat gangguan petirnya tinggi.

4. Pertahankan prestasi yang telah dicapai di bidang keselamatan

kerja (HES).

127
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

DAFTAR PUSTAKA

Aris munandar, Artono. "Teknik Tenaga Listrik" Jilid III. Gardu induk. Penerbit

PT. Pradnya Paramita: Jakarta.1993

Departemen Power Generation & Transmission (PG&T). Modul 3. PT.CPI. 2006

http://www.scribd.com/doc/28539309/Relay.

J.Burke, James. " Power Distribution Engineering Fundamentals and

Applications ".Penerbit Marcel Dekker, Inc : New York. 1994

Kadir, Abdul, ” Transmisi Tenaga Listrik. ” Penerbit Universitas Indonesia (UI -

Press) : Jakarta. 1998

Protection-workshop-distribution-protect. ppt

PT Jalamas Berkatama. Sistem Tenaga Listrik. Ppt

T.S. Hutauruk, ” Transmisi Daya Listrik ” Penerbit Erlangga: Jakarta. 1991

128
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

LAMPIRAN

PG&T fuse size of transformer

13800 Volt
N KV POWE Three Phase Single Phase
O A R HP
FLA K FLA K SF
SF
1 0.5 - 0.02 - 0.2 0.04 - 0.2
2 5 - 0.21 - 0.2 0.36 2 0.2
3 7.5 - 0.31 - 0.2 0.54 2 0.3
4 10 - 0.42 1 0.2 0.72 3 0.4
5 15 - 0.63 2 0.2 1.09 4 0.6
6 25 20 1.05 2 0.4 1.81 6 1.0
7 30 24 1.26 3 0.6 2.17 6 1.6
8 37.5 30 1.57 3 0.7 2.72 8 1.6
9 45 36 1.88 3 0.7 3.26 10 2.1
10 50 40 2.09 3 1.0 3.62 10 2.1
11 62.5 50 2.61 3 1.4 4.53 12 3.5
12 75 60 3.14 4 1.4 5.43 15 4.2
13 100 80 4.18 6 2.1 7.25 20 6.3
112.
14 90 4.71 8 3.1
5 8.15 20 7.0
15 125 100 5.23 8 3.1 9.06 25 7.8
16 150 120 6.28 8 3.5 10.87 25 10.4
17 200 160 8.37 10 5.2 14.49 40 10.4
18 225 180 9.41 12 7.0 16.30 40 14.0
10.4
19 250 200 12 7.8
6 18.12 40 14.0
12.5
20 300 240 15 7.8
5 - -
14.6
21 350 280 20 10.4
4 - -
16.7
22 400 320 20 10.4
3 - -
18.8
23 450 360 25 10.4
3 - -
20.9
24 500 400 25 14.0
2 - -
23.0
25 550 440 25 14.0
1 - -
25.1
26 600 480 30 14.0
0 - -
31.3
27 750 600 40 21.0
8 - -
100 41.8
28 800 50 32.0
0 4 - -

129
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

150 62.7
29 1200 65 46.0
0 6 - -
200 83.6
30 1600 80 -
0 7 - -
250 104. 10
31 2000 -
0 59 0 - -

2. Koordinasi pada Tx,CB F60 CD#16, Recloser RC 09-M1-16 & REC

09-M4-01 dan Fuse 1 &3.

130
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

3. Koordinasi setting waktu respon terhadap arus gangguan pada CB F60

CD#16, Recloser RC 09-M1-16 & REC 09-M4-01.

131
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

PG&T – Sc
GENERATION SYSTEM TRANSMISSION SYSTEM DISTRIBUTION SYSTEM

GAS STEAM
ELECTRICITY
(410MW)
13.8KV
DISTRIBUTIONLINE
DISTRIBUTION
TRAN SFORM ER
RHZ

230KV 230KV 230/115KV 115KV SUBSTATION


WATER SWITCHYARD TRANSMISSIONLINE SUBSTATION TRANSM ISSION
LINE

OIL WELLS AND


PRODUCINGFACILITIES

132
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

INDEX MAP

CPI Integra
M
AL
AY
S IA

SINGAPORE
PEKA NBARU

0 300 KMS

Simplified O
CPI Power CPI Integrated Power System

PINANG

PUSING

S. BALAM NELLA
PINANG

DAMAR 133

BANGKO
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

13.8 KV 230 / 115 KV 13.8 KV


GENERATION SYSTEM TRANSMISSION SYSTEM DISTRIBUTION SYSTEM

GENERATOR
RHZ

STEP -UP
TRANSFORMER
SCADA Syste SUBSTATION DISTRIBUTION
SYSTEM

OIL FIELDS
GRAPHICAL
SYSTEM IN UNIX

MIMIC
DIAGRAM

Organizatio
RTU RTU RTU TCP / IP
NETWORK
MONITOR
FIBER OPTIC CABLE
MASTER
COMMUNICATION COMMUNICATION TELEPHONE LINE COMMUNICATION
STATION
COMMUNICATION DEVICE
DEVICE DEVICE DEVICE

KEY BOARD

Hot Line Work


MICROWAVE
AB
CD
PRINTER

STORAGE

PLC
( POWER LINE CARRIER )
TO PC NETWORK

• Internal capabi
and 44 KV lines 134
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Organization
Hot Line Work

Organizatio
Hot Line Work

135
PT. Chevron Pacific Indonesia

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Bang k
Ne lla
20.5 28 MV
Junction
km 13
km
km
15

Pina Balam
Gambar Salah satu contoh pekerjaan dalam keadaan bertegangan (hotline work) pada saluran transmisi 230 KV
Me
ng 28 MV A al
7
1
MVA 136

MV

You might also like