Professional Documents
Culture Documents
KEAHLIAN BERFILSAFAT
A. Argumentasi
Sebagai perkiraan pertama, argumen adalah penyampaian alasan untuk
mempercayai pertanyaan yang ada. Beberapa alasan lebih meyakinkan
daripada lainnya, maka argumen dapat diurut menurut kekuatannya, dari yang
sangat meyakinkan hingga yang tidak berharga sama sekali.
Barangkali, tugas paling penting dalam tulisan kefilsafatan adalah
menyusun berbagai pernyataan menjadi argumen; sehingga hubungan logis
pernyataan satu dengan pernyataan lainnya merupakan sesuatu yang penting.
Pemikiran kritis, biasanya, dinilai sejauh mana argumennya disusun dan
disajikan secara sistematis.
Pengertian “argumen” yang relevan secara filosofis harus dibedakan
dengan pertengkaran. Orang sering memahami argumen dalam pengertian
yang terakhir, tapi tentu saja itu tidak berarti mereka sedang berfilsafat
(meskipun mungkin saja begitu). Berikut adalah sebuah definisi “argumen” :
Sebuah argumen adalah kumpulan dua atau lebih klaim (pernyataan
atau penegasan) yang semuanya, kecuali satu, disebut “premis” dan yang
lainnya disebut “kesempatan”, dimana premis dimaksudkan untuk
memberikan dukungan logis terhadap kesimpulan.
Bagan di bawah ini menunukan bentuk umum skema dari semua
argumen:
1. Premis
2. Premis
....................
....................
n. Premis
n + 1 Kesimpulan
Dalam ilustrasi di atas, “n” adalah variabel yaang mewakili jumlah
premis dalam argumen. Jadi, jika sebuah argumen memiliki lima premis,
kesimpulannya akan menjadi nomor “6”. Argumen yang paling sederhana
hanya memilki satu premis, meskipun kebanyakan argumen yang mungkin
akan adan temui akan memiliki sedikitnya dua premis. Argumen yang lbih
panjang dari itu, mungkin saja, meski biasanya akan tampak sebagai argumen
yang rumit yang dibentuk dari beberapa argumen yang lebih sederhana dan
saling berhubungan satu sama lain.
Argumen biasanya dibagi dalam dua corak umum; dedukatif, dan
indukatif. Kebanyakan argumen mungkin anda pakai dan anda hadapi dalam
kuliah filsafat adalah argumen deduktif. Dalam dua bagian selanjutnya, kita
akan memusatkan perthaian pada argumen dedukatif; hakikatnya; bagaimana
kita mengidentifikasi dan memberikan penilaian terhadapnya; bagaimana
menyusun argumen semacam itu dan bagaimana menghindari beberapa bentuk
umum sesat pikir penalaran.
1. Identifikasi Argumen
Kebanyakan pengarang tidak secara eksplisit menguraikan
argumennya dalam bentuk yang standar kepada pemabcanya, sehingga anda
harus bekerja keras untuk mengisolasi premis yang sebenarnya dan
kesimpulan dari bacaan itu. Seringkali, pengarang menggunakan beberapa
petunjuk bahasa dalam bentuk indikator premis dan kesimpulan.
Ingat, kalau kita menyusun argumen dalam bentuk standar, maka
kesimpulannya akan selalu muncul terakhir, naumn aturan ini tidak berlaku
untuk argumen tertulis atau lisan. Kadangkala kesimpulan ditempatkan pada
awal (kalimat) atau tampak diantara dua premisnya. Premis mungkin terlihat
di sembarang tempat; dan komentar yang tidak selalu merupakan bagian dari
argumen mungkin disangktkan pada semua tempat didalamnya. Inilah
sebabnya mengapa mengidentifikasi sebuah argumen kadangkala sulit.
2. Evaluasi Argumen
Kita seringkali memakai intuisi mengenai apakah sebuah argumen baik
atau buruk, namun kadangkala intuisi itu tidak dapat dipakai, terutama jika
argumen yang diajukan panjang dan rumit. Kita perlu memahami hal ini
dengan lebih seksama. Argumen dapat dinilai dengan memperhatikan bentuk
(form) dari isi (content) nya.
a. Validitas deduktif: kriteria pertama
Penilaian terhadap sebuah argumen berdasarkan pertimbangan bentuk atau
strukturnya berkaitan erat dengan validitas (keabsahannya). Premis
argumen deduktif yang baik akan memberikan dukungan logis yang
menyeluruh terhadap kesimpulannya. Sebuah argumen dikatakan valid,
jika dan hanya jika, tidak mungkin semua premisnya benar dan
kesimpulannya salah (pada saat yang bersamaan).
Argumen yang valid secara deduktif merupakan “kebenaran yang bertahan
dengan sendirinya”, dalam ati, jika premisnya benar, maka kesimpulannya
pasti benar pula, pasti mengandung kesimpulan yang valid pula.
Berikut ini adalah sebuah argumen yang valid, sebuah argumen yang baik
karena bentuknya.
1. Jika Michael Jackson anjing herder, maka ia mempunyai empat kaki
2. Michael Jackson adalah anjing herder
3. Maka, Michael Jackson mempunyai empat kaki.
b. Sesat Pikir Deduktif
Sebagaimana telah kita lihat, terdapat beberapa bentuk penalaran valid yang
umum dan bermanfaat. Juga dikenal beberapa bentuk penalaran invalid
(dinamakan fallacies-sesat pikir) yang sering disalahpahami sebagai argumen
yang valid. Sesat pikir yang paling umum adalah menganggap argumen
invalid sebagai argumen valid.
4. Argumen Induktif
Premis argumen induktif tidak memberikan dukungan yang
menyeluruh terhadap kesimpulan. Sebaliknya, ia menawarkan beberapa
tingkat kemungkinan yang kurang pasti terhadap kesimpulan. Argumen
induktif tidak pernah valid secara deduktif, kebenaran premisnya tidak
menjamin kebenaran kesimpulannya.
Ada enam corak utama argumen induktif, tetapi anda barangkali hanya
menjumpai atau memerlukan tiga corak saja dari argumen ini: generalisasi
induktif, silogisme statistik dan argumen analogis.
Generalisasi induktif membantuk kita membentuk harapan dengan
dasar pengetahuan kita tentang masa lalu atau pengamatan kita tentang masa
lalu atau pengamatan yang dibuat.
Berikut ini adalah contoh induksi dengan silogisme statistik
a. 67 persen semua mahasiswa Universitas menerima sejumlah
bantuan keuangan
b. Petra adalah seorang mahasiswa Universitas Negeri
c. Karena itu, Petra (barangkali) menerima sejumlah bantuan
keuangan
Argumen analogis menegaskan bahwa sesuatu yang benar bagi sebuah
sampel kelas tertentu adalah benar bagi anggota lain dalam kelas itu.
BAB III
SEJUMLAH PERALATAN ANALITIK YANG PENTING
A. Analisis Konseptual
Analisis konseptual merupakan salah satu peralatan penting yang
digunakan para filsuf dewasa ini untuk menilai berbagai pernyataan dan
memahami komponen konsepnya. Analisis konseptual mengandung usaha
menghkhususkan untuk penerapan konsep yang tepat.
B. Counterexamples (contoh-tandingan)
Metode contoh-tandingan merupakan alat analitik yang ampuh yang
seringkali dipakai untuk membantah sebuah pernyataan atau tesis. Secara
sederhana, sebuah counterexamples adalah contoh yang berfungsi menentang
sejumlah proposisi atau pernyataan. Ada dua bentuk : proporsional
(keterangan) dan argumental (perbincangan).
1. Contoh-tandaingan keterangan (proporsional counterexamples)
adalah contoh yang menolak bukti, dengan menunjukkan bukti lain yang
menentang sebuah keterangan (proporsional counterexamples) adalah contoh
menolah bukti, dengna menunjukkan bukti lain yang menentang sebuah
keterangan; keterangan yang dibantah bisanya merupakan penilaian universal.
Contoh-tandingan keterangan juga dapat digunakan untuk membantah
sebuah analisis konsep yang diajukan.
2. Contoh-perbadingan perbincangan (argumental counterexamples)
menargetkan sebuah argumen atau penyimpulan (ingerence) ketimbang
pernyataan tunggal.
E. Kekuatan Proposisi
Beberapa pernyataan “lebih kuat” (atau “lebih lemah”) dari yang lain.
Kekuatan relatif proporsisi ini dapat dilihat dari pengertian yang terkandung :
Proporsisi P adalah lebih kuat daripada proporsisi Q jika dan hanya
jika P mengandung Q dan Q tidak mengandung Q.
“P mengandung Q” berarti jika P benar, maka Q pasti benar juga.
Pernyataan bahwa “semua tindakan manusia digerakkan oleh kepentingannya
sendiri” lebih kuat dari pada “beberapa manusia digerakkan oleh
kepentingannya sendiri”. Sebab jika pernyataan pertama benar, maka
pernyataan kedua pasti juga benar, dan tidak sebaliknya. Dua proporsisi akan
sama kuatnya, jika masing-masing proporsisi mengandung proporsisi lainnya
Mengetahui kekuatan sebuah proporsisi juga berguna ketika anda
memberikan penilaian terhadap pendirian yang berlawanan, atau ketika anda
mempertimbangkan kemungkinan keberatan terhadap pandangan anda sendiri.
Akibat yang wajar perihal kekuatan adalah, jika semakin kuat sebuah
pernyataan, maka semakin banyak yang dapat dilakukan untuk
membantahnya.
BAB IV
BEBERAPA KEUTAMAAN TULISAN KEFILSATATAN
B. Kohenrensi (Coherence)
Sebuah kalimat yang berdiri sendiri dapat menjadi tidak koheren
(inkoheren) ketika dalam keseluruhan kalimatnya tidak memiliki arti.
Inkoherensi dapat terjadi ketika sebuah kalimat yang bermakna ditempatkan
dalam konteks yang tidak semestinya. Sebuahkalimat atau paragraf adalah
tidak koheren, jika tidak menyatu bersama dengan teks yang melingkupinya.
C. Kontinuitas (Continuity)
Salah satu cara untuk mengurangi inkoherensi adalah mengusahakan
kontinuitas. Gagasan harus berhubungan satu dengan lainnya secara logis,
formal, dan ketat; setiap bagian esei harus mengalir lancar, dari bagian yang
mendahului ke bagian sesudahnya.
D. Kejelasan (Clarity)
Kejelasan ungkapa bergantung pada sebuah seleksi yang hati-hati dan
penggunaan kata yang tepat. Berhati-hatilah dengan berbagai penggunaan kata
yang berbeda, ragam makna dan kekaburan arti. Hindari pengunaan metagora
atau analogi, dan cobalah menghindari jargon yang tidak dapat dijelaskan.
E. Kepadatan (Conciseness)
Keutamaan lain yang diinginkan dalam tulisan kefilsafatan adalah
kepadatan. Tulisan yang padat mengemas banyak informasi dalam ruang
terbatas. Berhati-hatilah: seperti halnya semua yang baik, kepadatan dapat
menjadi berlebih-lebihan. Jangan terlalu mencoba mencapai kepadatan,
sehingga merusak perkembangan inti esei anda sendiri, yang mungkin perlu
diperjelas dan dibuat lebih meyakinkan.
BAB V
PROSES PENULISAN
Tulisan filsafat yang baik tidak terjadi dalam semalam, melainkan hanya
muncul dari perenungan dan perbaikan terus menerus.
A. Memulai Tulisan
Pertama-tama harus tahu apa tugas anda. Hal ini mencakup
pengetahuan tentang corak makalah yang anda tulis, panjang halaman, tujuan
makalah dan kriteria yang dipakai untuk menilai makalah anda.
1. Corak Makalah Filsafat
Corak makalah yang diminta dari anda untuk menuliskannya
bergantung pada kelas (ruang kuliah) dimana anda berada dan para preferensi
dosen. Makalah perbandingan dan perbedaan (compare and contrast)
memperlihatkan bagaimana dua pandangan, teori atau pendirian filsafat
mengandung kemiripan dan perbedaan. Makalah semacam itu mungkin akan
mengundang anda melakukan evaluasi dan kritik atas pandangan yang
dipersoalkan, tapi mgunkin juga tidak. Tujuan makalah analisis adalah
mengidentifikasi dan mengamati beberapa unsur atau aspek sebuah konsep,
teori, artikel atau sistem pemikiran seorang filsuf. Makala hpenelitian dalam
filsafat, biasanya meneliti pandangan penting yang telah diterbitkan berkaitan
dengan topik tertentu. Tujaan makalah rangkuman (summary papers) adalah
untuk menyatakan kembali denganjelas dengan menguraikan pandangan
orang lain dalam perkataan anda sendiri. Banyak dosen lebioh menyukai
makalah yang mempertahankan tesis (thesis defence paper), karena ia lebih
memungkinkan mahasiswa mengambil pendirian sendiri mengenai sebuah
pertanyaan atau persoalan, dan mengembangkan argumenya untuk
mendukung tesisnya.
Kita harus memfokuskan pada makalah yang mempertahankan tesis,
karena sejumlah alasan. Pertama, makalah yang mempertahankan tesis
umumnya lebih sering ditugaskan. Kedua, corak makalah ini, saya pikir, jauh
lebih menarik ditulis mahasiswa (dan dibaca dosen). Ketiga, makalah seperti
ini, memberikan kesempatan yang baik kepada mahasiswa untuk mengasah
keterampilannya menyusun argumen secara hati-hati.
2. Kriteria Evaluasi
Makalah anda akan dievaluasi sejauh mana anda berhasil memberikan
dan mempertahankan jawaban anda. Agar berhasil, anda harus menyajikan,
mengembangkan dan mempertahankan, setidaknya satu argumen yang baik
dalam rangka mendukung pendirian anda.
Sebagai tambahan mengenai argumen yang kuat anda juga harus
mencoba menyajikan masalah secara seimbang dan penuh pertimbangan
pemikiran. Berhati-hatilah mengorganisasi gagasan yang anda sajikan dengan
acara yang sangat persuasif dan jelas. Usahakan selalu mencapai akurasi dan
kebenaran.
3. Memilih topik
Memilih topik sendiri dapat menjadi pekerjaan yang sulit. Salah satu
kesalahan yang umum adalah memilih topik yang terlalu luas, seperti
“masalah determinise dan euthanasia”. Topik semacam ini sangatlah
problematik.
B. Badan Tulisan
Setelah memilih dan memperhalus topik mungkin anda memutuskan
bahwa:
Anda tidak tahu apa atau akan seperti apa pendirian anda;
Anda mengetahui jawaban yang ingin anda berikan, tetapi tidak
tahu bagaimana mengembangkan dan mempertahankannya
Anda mungkin punya beberapa pikiran yang kabur mengenai
bagaiman bagaimana membuat argumen anda; atau
Anda mungkin punya pikiran yang tertata dengan baik, termasuk
inti argumen.
Karena anda sedang diminta menulis masalah kefilsafatan, saya
menyarankan anda mengkonseptualisasi makalah anda ke dalam tiga bagian
pokok, dalam bagian 1 anda mengajukan pertanyaan, dalam bagian 2 anda
memberikan jawaban, dalam bagian 3 anda menyajikan dan mempertahankan
argumen bagi jawaban yang anda berikan. Berbagai bagian ini tidak akan
memiliki panjang yang sama, bagian 3 akan menjadi bagian terpanjang, yang
lainnya mungkin cukup pendek.
1. Sumbang saran (Brainstorming)
Salah satu cara yang baik untuk menemukan arah anda adalah
menggunakan teknik konseptual sumbang saran (brainstroming) atau
membuat catatan. Hal ini dapat menghindarkan kekhawatiran yang kerap
menjadi ganjalan bagi para penulis.
3. Riset
Jika makalah anda memerlukan riset, jangan langsung membaca
literatur pokok atau sekunder, bacalah apa saja dan segala hal mengenai topik
anda. Mulailah dengan petama-tama menuliskan pikiran anda sendiri;
dapatkan sebisa mungkin dengna membuat kerangka tulisan. Anda akan
mendapatkan ketika anda memerlukan lebih banyak informasi atau ketika
anda mencari argumen atau pendirian para filsuf lain. Hati-hatilah untuk tidak
terjebak dalam riset berkepanjangan, riset tanpa arah akan menghambat anda
memulai pekerjaan anda sendiri.
5. Mengembangkan Argumen
Mempertahankan tesis berarti anda harus membangun argumen – atau
barangkali serangkaian argumen. Untuk itu anda harus menemukan
pertimbangan yang dapat mengarahkan anda berfikir bahwa jawaban anda
benar. Sekali anda membangun dan memperhalus argumen anda harus
memastikan argumen anda valid.
Esei yang dibuat oleh mahasiswa baru sering kali ditandai dengan
ketiadaan isi yang substansial, sejumlah jebakan umum yang dapat
menyebabkan hal tersebut.
Tidak adanya usaha yang serius
Kegagalan memahami ketepatan bahasa sehari-hari
Kegagalan merumuskan masalah secara tepat atau dengan cara
yang lebih bermanfaat
Kegagalan menangani masalah setalah masalah dirumuskan
Kegagalan mencacat perbedaan-perbedaan yang penting dan
relevan
Kegagalan melangkah keluar dari pendekatan yang dangkal
terhadap masalah
Terlalu menekankan masalah tunggal, atau aspek tunggal dari
sebuah masalah
B. Audiens Anda
Besar kemungkinan audiens anda adalah dosen atau asisten dosen, atau
keduanya. Dengan tingkat yang berbeda-beda, hampir semua penilai, tanpa
kecuali akan mengetahui lebih banyak pokok masalahnya dari pada anda
sendiri.
Sebaliknya menyarankan anggaplah audiens anda cerdas, tetapi tidak
memiliki informasi dan belum tentu canggih secara kefilsafatan (misalnya,
teman atau orang tua anda). Adalah jauh lebih baik membuat kesalahan demi
kehati-hatian. Mempertahankan atau menjelaskan sesuatu yang sudah diterima
atau dimengerti oleh audiens anda, jauh lebih baik ketimbang mempercayai
sesuatu yang pada gilirannya berubah dan kontroversial.
C. Penyempurnaan
Setelah anda memiliki draft isi tulisan yang memuaskan, anda harus
menyempurnakan teks tulisan anda. Di sini tekanannya adalah memastikan
bahwa tata-bahasa (grammar) anda sudah benar dan membuat beberapa
perbaikan sederhana sehubungan dengan gaya penulisan.
Jika anda menulis dengan mesin pengolah kata (word processor),
gunakan program pengeja kalimat (spell-check program) yang mungkin juga
dilengkapi dengan program memeriksa tata-bahasa (langkah ini hanya khusus
untuk teks berbahasa inggris-penerj).
Pentingnya gaya penulisan bukan berarti teks tulisan itu khas milik
anda, tetapi bahwa teks tulisan itu dapat mengkomunikasikan sesuatu secara
efektif. Berikut ini adalah sejumlah saran untuk memperbaiki gaya penulisa :
• Hindari kualifikasi yang tidak diperlukan dan tidak informatif
• Kurangi susunan kalimat yang kompleks
• Gunakan bahasa yang ekonomis, gantilah susunan kalimat dengan
satu kata yang memiliki arti sama
• Gantilah kata kerja pasif menjadi aktif
• Gantilah bentuk kata kerja “to be” dengan kata kerja aktif
• Hindari nominalisasi (mengubah kata kerja dalam kata benda)
• Ubahlah frase prepositional
• Gunakan frase participal untuk mensubordinasi pemikiran yang
dinyatakan dalam anak kalimat utama
• Buatlah antecedents (akibat) kata ganti orang menjadi lebih jelas.
Oleh :
MELIA
NIM. 14102110013